• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Berat Badan Lahir Bayi

Berat badan merupakan salah satu indikator kesehatan bayi baru lahir.Menurut (Kosim, 2008, p.12).

a. Pengertian

Berat lahir bayi adalah berat bayi yang ditimbang dalam waktu 1jam pertama setelah lahir.

b. Macam – macam

Berat badan lahir bayi dapat dibagi menjadi tiga kategori yaitu:

1) Berat Badan Lahir Rendah jika berat kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa gestasi.

2) Berat Badan Lahir Normal bila berat antara 2500 – 4000 gram 3) Bayi Besar bila berat badan lahir lebih dari 4000 gram

c. Faktor- Faktor yang mempengaruhi Berat Bayi Lahir

Berat badan lahir merupakan hasil interaksi dari beberapa faktor melalui suatu proses yang berlangsung selama berada dalam kandungan. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi berat bayi lahir adalah sebagai berikut:

1) Umur Ibu Hamil

(2)

Umur ibu erat kaitanya dengan berat bayi lahir. Kehamilan dibawah umur 20 tahun merupakan kehamilan berisiko tinggi, dan dua sampai empat kali lebih tinggi di bandingkan dengan kehamilan pada wanita yang cukup umur (Sitorus, 1999 dalam Setianingrum, 2005). Pada umur yang masih muda, perkembangan organ - organ reproduksi dan fungsi fisiologinya belum optimal. Selain itu emosi dan kejiwaanya belum cukup matang, sehingga pada saat kehamilan ibu tersebut belum dapat menanggapi kehamilannya secara sempurna dan sering terjadi komplikasi. Selain itu semakin muda usia ibu hamil, maka anak yang dilahirkan akan semakin ringan (Setianingrum, 2005).

Meski kehamilan dibawah umur sangat berisiko tetapi kehamilan diatas usia 35 tahun juga tidak dianjurkan, sangat berbahaya. Mengingat mulai usia ini sering muncul penyakit seperti hipertensi, tumor jinak peranakan, atau penyakit degenerative pada persendian tulang belakang dan panggul. Kesulitan lain kehamilan diatas usia 35 tahun ini yakni bila ibu ternyata mengidap penyakit seperti diatas yang ditakutkan bayi lahir dengan membawa kelainan (Sitorus, 1999 dalam Setianingrum, 2005). Semakin muda dan semakin tua umur seorang ibu yang sedang hamil, akan berpengaruh terhadap kebutuhan gizi yang diperlukan. Umur muda perlu tambahan gizi yang banyak karena selain digunakan untuk pertumbuhan dan perkembangan dirinya sendiri juga harus berbagi

(3)

dengan janin yang sedang dikandung. Sedangkan untuk umur yang tua perlu energi yang besar juga karena fungsi organ yang makin melemah dan diharuskan untuk bekerja maksimal maka memerlukan tambahan energi yang cukup guna mendukung kehamilan yang sedang berlangsung. (Proverawati, 2009, P.52). Mengingat bahwa faktor umur memegang peranan penting terhadap derajat kesehatan dan kesejahteraan ibu hamil serta bayi, maka sebainya merencanakan kehamilan pada usia antara 20-30 tahun (Setianingrum, 2005).

2) Umur kehamilan

Umur kehamilan dapat menentukan berat badan janin , semakin tua kehamilan maka berat badan janin akan semakin bertambah. Pada umur kehamilan 28 minggu berat janin ± 1000 gram, sedangkan pada kehamilan 37 – 42 minggu berat janin di perkirakan mencapai 2500 – 3500 gram (Wiknjosastro, 2005, p.775).

Kehamilan preterm maupun postterm mempengaruhi berat lahir bayi, semakin lama kehamilan berlangsung sehingga melampaui usia aterm, semakin besar kemungkinanya bayi yang akan dilahirkan mengalami kekurangan nutrisi dan gangguan kronis (Cunningham, 2002).

3) Status Gizi Hamil

Status gizi ibu pada waktu pembuahan dan selama hamil dapat mempengaruhi pertumbuhan janin yang sedang dikandung

(4)

(Setianingrum, 2005). Status gizi pada trimester pertama akan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan embrio pada masa perkembangan dan pembentukan organ – organ tubuh (organogenesis). Pada trimester II dan III kebutuhan janin terhadap zat – zat atus gizi semakin meningkat jika tidak terpenuhi, plasenta akan kekurangan zat makanan sehingga akan mengurangi kemampuannya dalam mensintesis zat – zat yang dibutuhkan oleh janin. Untuk mengetahui status gizi ibu hamil tersebut, dapat menggunakan beberapa cara antara lain: dengan memantau pertambahan berat badan selama hamil, mengukur lingkar lengan atas (LLA). Dan mengukur kadar Hb. Selain itu gizi ibu hamil menentukan berat bayi yang dilahirkan, maka pemantauan gizi ibu hamil sangatlah penting dilakukan. Pengukuran antropometri merupakan salah satu cara untuk menilai status gizi ibu hamil. Ukuran antropometri ibu hamil yang paling sering digunakan adalah kenaikan berat badan ibu hamil dan ukuran lingkar lengan atas (LLA) selama kehamilan (Setianingrum, 2005).

Ibu yang kurus dan selama kehamilan disertai penambahan berat badan yang rendah atau turun sampai 10 kg, mempunyai resiko paling tinggi untuk melahirkan bayi dengan BBLR. Sehingga ibu hamil harus mengalami kenaikan berat badan berkisar 11-12,5 kg atau 20% dari berat badan sebelum hamil (Setianingrum, 2005). Kadar hemoglobin (Hb) ibu hamil juga

(5)

sangat mempengaruhi berat bayi yang dilahirkan. Menurut Sitorus (1999) dalam Setianingrum (2005) seorang ibu hamil dikatakan menderita anemia bila kadar hemoglobinya dibawah 11 gr/dl. Data depkes RI diketahui bahwa lebih dari 50% ibu hamil menderita anemia. Anemia pada ibu hamil akan menambah resiko menambah bayi berat lahir rendah (BBLR), resiko perdarahan sebelum pada saat persalinan, bahkan dapat menyebabkan kematian ibu dan bayinya, jika ibu hamil tersebut menderita anemia berat (Depkes RI, 2002). Hal ini disebabkan karena kurangnya suplai darah nutrisi akan oksigen pada plasenta yang akan berpengaruh pada fungsi plasenta terhadap janin (Setianingrum, 2005).

4) Pemeriksaan Kehamilan

Pemeriksaan kehamilan bertujuan untuk mengenal dan mengidentifikasi masalah yang timbul selama kehamilan, sehingga kesehatan selama ibu hamil dapat terpelihara dan yang terpenting ibu dan bayi dalam kandungan akan baik dan sehat sampai saat persalinan. Pemeriksaan kehamilan dilakukan agar kita dapat segera mengetahui apabila terjadi gangguan / kelainan pada ibu hamil dan bayi yang dikandung, sehingga dapat segera ditolong tenaga kesehatan (Depkes RI, 2000 dalam Setianingrum, 2005). 5) Kehamilan ganda

Pada kehamilan kembar dengan distensi uterus yang berlebihan dapat menyebabkan persalinan premature dengan BBLR.

(6)

Kebutuhan ibu untuk pertumbuhan hamil kembar lebih besar sehingga terjadi defisiensi nutrisi seperti anemia hamil yang dapat menggangu pertumbuhan janin dalam rahim (Datta, 2004, pp.88-89).

6) Penyakit Saat Kehamilan

Penyakit pada saat kehamilan yang dapat mempengaruhi berat bayi lahir diantaranya adalah Diabetes mellitus (DM), cacar air, dan penyakit infeksi TORCH.

Penyakit DM adalah suatu penyakit dimana badan tidak sanggup menggunakan gula sebagaimana mestinya, penyebabnya adalah penkreas tidak cukup produksi insulin / tidak dapat gunakan insulin yang ada. Akibat dari DM ini banyak macamnya diantaranya adalah bagi ibu hamil bisa mengalami keguguran,bayi lahir mati, bayi mati setelah lahir, (kematian perinatal) karena bayi yang dilahirkan terlalu besar, menderita edem dan kelainan pada alat tubuh bayi (Sitorus, 1999 dalam Setianingrum, 2005).

Penyakit infeksi TORCH adalah suatu istilah jenis penyakit infeksi yaitu Toxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus dan herpes. Keempat jenis penyakit ini sama bahayanya bagi ibu hamil yaitu dapat mengganggu janin yang dikandungnya. Bayi yang dikandung tersebut mungkin akan terkena katarak mata, tuli, Hypoplasia (gangguan pertumbuhan organ tubuh seperti jantung, paru-paru, dan limpa). Bisa juga mengakibatkan berat bayi tidak normal,

(7)

keterbelakangan mental, hepatitis, radang selaput otak, radang iris mata, dan beberapa jenis penyakit lainnya (Sitorus, 1999 dalam Setianingrum, 2005).

7) Faktor kebiasaan ibu

Kebiasaan ibu sebelum / selama hamil yang buruk seperti merokok, minum minuman beralkohol, pecandu obat dan pemenuhan nutrisi yang salah dapat menyebabkan anomali plasenta karena plasenta tidak mendapat nutrisi yang cukup dari arteri plasenta ataupun karena plasenta tidak mampu mengantar makanan ke janin. Selain itu, aktifitas yang berlebihan juga dapat merupakan faktor pencetus terjadinya masalah berat badan lahir rendah. Kebiasaan – kebiasaan tersebut yaitu:

a) Merokok

Salah satu perilaku negatif yang sering terjadi pada ibu hamil adalah kebiasaan meroko dan berinteraksi dengan komunitas orang yang merokok. Walaupun ibu tidak meroko secara langsung tetapi ketika ibu berinteraksi dengan komunitas tersebut, ibu tetap akan menghirup asap rokok. Organ yang berada pada kondisi seperti ini dikatakana sebagai perokok pasif dengan resiko yang lebih besar di bandingkan dengan perokok aktif.

Suatu penelitian di Ontario menunjukkan akibat meroko tersebut menyebabkan terjadinya plasenta abruption dan

(8)

plasenta previa. Plasenta abruption dapat terjadi akibat pengurangan aliran darah ke plasenta yang akhirnya menyebabkan nekrosis pada periper dari plasenta. Sedangkan plasenta previa terjadi karena terjadinya pembesaran plasenta sebagai akibat dari berkurangnya transpot oksigen dari ke fetus akibat paparan CO. plasenta berubah secara tetap dengan kerusakan pada kemampuan plasenta untuk melakukan pertukaran gas karena terjadinya pengentalan dari trophoblastic basal lamina dan mengurangi ukuran pada kapiler dari fetus. Jika plasenta tersebut bermasalah, maka hal ini dapat menggangusuplai makan ke janin. Karena lingkungan rahim tidak ideal maka janin tidak tumbuh dengan kecepatan yang semestinya. Maka tanpa adanya bantuan medis, bayi tersebut akan lahir kesil tidak sesuai usia kehamilan walaupun lahir tepat padawaktunya (Bobak & Jansen, 2000, p.316).

b) Konsumsi minuman beralkohol dan obat – obatan terlarang Konsumsi obat – obatan terlarang dan konsumsi minuman beralkohol pada wanita hamil juga dapat menimbulkan efek negatif bagi dirinya maupun janin yang sedang di kandungnya. Miller dan Mark (2000) menyatakan, alcohol yang dikonsumsi ibu hamil secara jelas pasti akan melintasi plasenta dan bebas mencapai janin. Meskipun terbukti bahwa alcohol dalam

(9)

jumlah kecil hingga sedang dapat pula menimbulkan efek yang berbahaya (Hardinge dkk, 2001, p.312).

c) Pekerjaan yang melelahkan

Seorang wanita hamil dengan aktifitas kerja yang berat beresiko mengalami persalinan premature atau bayi dengan BBLR. Jenis pekerjaan juga dihubungkan dengan penghasilan yang dapat mempengaruhi pemenuhan kebutuhan gizi wanita hamil tersebut. Dari bebrapa penelitian, persalianan premature dan BBLR dapat terjadi pada wanita yang bekerja terus menerus selama kehamilan, terutama bila pekerjaan tersebut memerlukan kerja fisik atau berdiri untuk waktu yang lama. Keadaan ini dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan serta kesejahteraan janin yang dikandungnya (Ferrer H, 2001). Selain itu, wanita hamil yang memiliki aktifitas kerja yang berat maka akan mempengaruhi psikologinya. Hal ini disebabkan oleh ketertekanan yang dipicu dari pekerjaanya tersebut (Bobak & Jansen, (2000, p.315).

d) Konsumsi kafein

Kafein dapat merusak kromosom yang meningkatkan kegiatan mutasi genetika. Oleh sebab itu, tidak mengherankan bahwa resiko cacat bawaan sejak lahir lebih tinggi pada bayi yang ibunya meminum kafein yang terdapat pada kopi sebanyak 600

(10)

mg lebih per harinya. Kafein menyebrang dari darah ibu ke janin melalui plasenta. Hati janin belum memiliki enzim untuk memecah kafein karena enzim ini tidak akan terbentuk sebelum umur janin berumur 9 bulan. Oleh karena itu, wanita yang banyak minum kopi dan minuman ringan yang ditambah kafein, janin akan terus menerus terpapar kadar kafein yang tinggi. Dan angka kejadian keguguran spontan, lahir mati, dan BBLR atau premature jelas lebih tinggi terjadi pada wanita yang meminum 4 – 6 cangkir kopi setiap hari (Hardinge dkk, 2001, p.277).

2. Ukuran Lingkar Lengan Atas

Penilaian status gizi dapat dilaksanakan secara langsung dengan antropometri yaitu dengan menggunakan LLA (Supariasa, 2000, pp.48-50).

a. Pengertian

Pengukuran LLA adalah suatu cara untuk mengetahui resiko kekurangan energi protein (KEP) wanita usia subur (WUS). Pengukuran LLA tidak dapat digunakan untuk memantau perubahan status gizi dalam jangka pendek. Pengukuran LLA digunakan karena pengukuran sangat mudah dan dapat dilakukan siapa saja.

(11)

Beberapa tujuan pengukuran LLA adalah mencakup masalah WUS baik ibu hamil maupun calon ibu, masyarakat umum dan peran petugas lintas sektoral. Adapun tujuan tersebut adalah :

1) Mengetahui resiko KEK WUS, baik ibu hamil maupun calon ibu, untuk menapis wanita yang mempunyai resiko melahirkan bayi berat lahir rendah (BBLR).

2) Meningkatkan perhatian dan kesadaran masyarakat agar lebih berperan dalam pencegahan dan penanggulangan KEK.

3) Mengembangkan gagasan baru di kalangan masyarakat dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak.

4) Meningkatkan peran petugas lintas sektoral dalam upaya perbaikan gizi WUS yang menderita KEK.

5) Mengarahkan pelayanan kesehatan pada kelompok sasaran WUS yang menderita KEK.

c. Ambang batas

Di Indonesia batas ambang LLA dengan resiko KEK adalah 23,5 cm hal ini berarti ibu hamil dengan resiko KEK diperkirakan akan melahirkan bayi BBLR. Bila bayi lahir dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) akan mempunyai resiko kematian, gizi kurang, gangguan pertumbuhan, dan gangguan perkembangan anak. Untuk mencegah resiko KEK pada ibu hamil sebelum kehamilan wanita usia subur sudah harus mempunyai gizi yang baik,misalnya dengan LILA tidak kurang dari 23,5 cm. apabila LILA ibu sebelum hamil kurang

(12)

dari angka tersebut, sebaiknya kehamilan ditunda sehingga tidak beresiko melahirkan BBLR (Lubis, 2005).

Menurut Saimin (2005), bila LILA < 23,5 cm berarti ibu tersebut mengalami KEK atau status gizi kurang, demikian pula pada ibu dengan anemia. Ibu dengan LILA < 23,5 cm adalah ibu yang beresiko positif melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah dan ibu dengan LLA > 23,5 cm adalah ibu yang beresiko negative melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah (Saimin, 2005). d. Penilaian status gizi

Penilaian status gizi dapat dilakukan melalui empat cara yaitu secara klinis, biokimia, biofisik, dan antropometri (Proverawati & Asfuah, 2009, pp.169-170), yaitu sebagai berikut:

1) Penilaian secara klinis

Penelitian status gizi secara klinis sangat penting untuk menilai status gizi masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi yang dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi. Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel (superficial epithelial tissues) seperti kulit, mata, rambut dan mukosa oral atau pada organ-organ yang dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroi. Penggunaan metode ini umumnya untuk survey klinis secara cepat (rapid clinical surveys). Survei ini dirancang untuk mendeteksi secara cepat tanda-tanda klinis umum dari kekurangan salah satu atau lebih zat gizi. Disamping itu digunakan

(13)

untuk mengetahui tingkat status gizi seseorang dengan melakukan pemeriksaan fisik yaitu tanda (sign) dan gejala (symptom) atau riwayat penyakit.

2) Penilaian secara biokimia

Penilaian status gizi secara biokimia dilapangan banyak menghadapi masalah. Salah satu ukuran yang sangat sederhana dan sering digunakan adalah pemeriksaan haemoglobin sebagai indeks dari anemia gizi. Disamping itu juga digunakan untuk suatu peringatan bahwa kemungkinan akan terjadi keadaan malnutrisi yang lebih parah lagi, banyak gejala klinis yang kurang spesifik, maka penentuan kimia faali dapat lebih banyak menolong untuk menentukan kekurangan gizi yang spesifik.

3) Penilaian secara biofasik

Penentuan status gizi secara biofasik adalah metode penentuan status gizi dengan melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan melihat perubahan struktur dari jaringan. Umumnya dapat digunakan dalam situasi tertentu seperti kejadian buta senja epidemik (epidemic of night blindness), cara yang digunakan tes adaptasi gelap.

4) Penilaian secara antropometri

Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Ditinjau dari sudut pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi

(14)

tubuh dari berbagai tingkat umur dantingkat gizi. Atas dasar-dasarini ukuran-ukuran antropometri diakui sebagai indeks yang baik dan dapat diandalkan bagi penentuan status gizi untuk Negara-negara berkembang. Indikator yang sering digunakan khususnya untuk penentuan status gizi ibu hamil dipelayanan dasar adalah berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas (LLA).

e. Tindak lanjut pengukuran LLA

Hasil pengukuran LLA ada dua kemungkinan yaitu kurang dari 23,5 cm dan lebih dari 23,5 cm. Apabila hasil pengukuran < 23,5 cm berarti resiko KEK dan anjuran atau tindakan yang perlu dilakukan adalah dengan makan cukup dengan pedoman umum gizi seimbang, hidup dehat, tunda kehamilan, bila hamil segera dirujuk sedini mungkin. Apabila hasil pengukuran > 23,5 cm maka anjuran yang diberikan adalah pertahankan kondisi kesehatan, hidup sehat, bila hamil periksa kehamilan kepada petugas kesehatan.

Gizi yang baik diperlukan seorang ibu hamil agar pertumbuhan janin tidak mengalami hambatan, dan selanjutnya akan melahirkan bayi dengan berat normal. Dengan kondisi kesehatan yang baik, system reproduksi normal, tidak menderita sakit, dan tidak ada gangguan gizi pada masa pra hamil maupun saat hamil, ibu akan melahirkan bayi lebih besar dab lebih sehat daripada ibu dengan kondisi kehamilan yang sebaliknya. Ibu dengan kondisi kurang gizi kronis pada masa hamil sering melahirkan bayi BBLR, vitalitas yang rendah dan

(15)

kematian yang tinggi, terlebih lagi ibu menderita anemia. (Supariasa, 2000, pp.48-50).

3. Berat badan ibu

Berat badan ibu akan menentukan seberapa banyak asupan makanan yang harus ibu konsumsi pada waktu hamil. Harapannya, kebutuhan gizi janin tercukupi dan bayi yang akan lahir dengan berat badan normal. (Wibisono & Bulan ayu, 2009).

Melakukan penimbangan berat badan ibu hamil dan pengukuran lingkar lengan atas LLA secara teratur mempunyai arti klinis penting, karena ada hubungan yang erat antara pertambahan berat badan selama kehamilan dengan berat badan lahir bayi. Pertambahan berat badan hanya sedikit, menghasilakan rata-rata berat badan lahir bayi yang lebih rendah dan resiko yang lebih tingggi untuk terjadinya bayi BBLR dan kematian bayi, pertambahan berat badan ibu selama kehamilan dapat digunakan sebagai indicator pertumbuhan janin dalam rahim. Berdasarkan pengamatan pertambahan berat badan ibu selama kehamilan dipengaruhi berat badannya sebelum hamil. Pertambahan yang optimal kira-kira 20% dari berat badan ibu sebelum hamil (Cunningham dkk., 1997), jika berat badan tidak bertambah, lingkar lengan atas < 23,5 cm menunjukkan ibu mengalami kurang gizi. (Mufdlilah, 2009, p.2).

a. Peningkatan berat badan ibu selama hamil 1) Pola pertambahan BB (Arisman, 2004, p.11)

(16)

Laju pertambahan berat selama hamil merupakan petunjuk yang sama pentingnya dengan pertambahan berat itu sendiri. Pemeriksaan antropometri yang biasa dilakukan adalah penimbangan berat, pengukuran tinggi badan, penentuan berat ideal dan pola pertambahan berat. Berat pada kunjungan pertamaditimbang sementara berat sebelumnya jangan terlewat untuk di tanyakan. Berat sebelum hamil berguna untuk penentuan prognosisserta keputusan perlu tidaknya dilakukan terapi gizi secara intensif. Status gizi buruk ditandai oleh berat sebelum hamil 10% dibawah atau 20% diatas berat ideal.

Penambahan berat badan ibu semasa kehamilan menggambarkan laju pertumbuhan janin dalam kandungan. Pada usia kehamilan trimester I laju pertambahan berat badan ibu belum tampak nyata karena pertumbuhan janin belum pesat, tetapi memasuki usia kehamilan trimester II laju pertumbuhan janin mulai pesat dan pertambahan berat badan ibu juga mulai pesat (Moehji, 2003 dalam Setianingrum, 2005).

Sebaiknya menentukan patokan besaran pertambahan berat sampai kehamilan berakhir sekaligus memantau prosesnya dan kemudian mencatatnya dalam KMS ibu hamil perlu dilakukan. Selama trimester I kisaran pertambahan berat sebaiknya 1-2 kg, sementara trimester II dan III sekitar 0,35 - 0,5 kg tiap minggu. Pertambahan yang berlebihan setelah minggu ke-20 menyebabkan

(17)

terjadinya retensi air dan juga berkaitan dengan janin besar dan berisiko penyulit Disproporsi Kepala Panggul (DKP). Retensi berlebih juga merupakan tanda awal preeklamsi. Sebaliknya pertambahan berat <1 kg selama trimester II apalagi trimester III jelas tidak cukup dan dapat memperbesar resiko kelahiran BB rendah, kemunduran pertumbuhan dalam rahim serta kematian prinatal.

Namun demikian, masih ada pengecualian dalam penggunaan patokan umum diatas karena pada hakikatnya tujuan pertambahan berat kumulatif itu didasarkan pada berat dan tinggi badan selama hamil. Meskipun begitu, pertambahan berat wanita pendek (150 cm) cukup sampai 8,8-13,6 kg. mereka yang hamil kembar dibatasi sekitar 15,4 - 20,4 kg. mereka dengan BB berlebih, pertambahan berat diperlambat sampai 0,3 kg / minggu.

Menurut (Alfriana, 2001, p.113), seorang ibu dengan tinggi badan yang lebih tinggi mempunyai kecenderungan kenaikan BB yang lebih besar pada waktu hamil daripada orang yang lebih pendek.

Menurut (Helen, 2002, p.119), BB ibu sebelum hamil dan kenaikan BB selama kehamilan sangat mempengaruhi hasil dari kehamilan tersebut. Resiko akan meningkat pada kasus-kasus berikut:

(18)

Kurang gizi didefinisikan sebagai defisit protein antara kebutuhan protein normal kehamilan untuk wanita secara individu dan diet asupan protein aktualnya, yang ditentukan dari kalkulasi data yang siperoleh dari riwayat diet klien.

2) Pengkajian berat badan rendah

Berat badan rendah didefinisikan sebagai berat badan ibu sebelumhamilsebanyak 5% atau lebih berada dibawah berat badan ideal.

3) Pengkajian stress nutrisi

Stress nutrisi didefinisikan sebagai adanya satu atau lebih dari kondisi seperti:

a) Muntah parah

b) Jarak kehamilan kurang dari satu tahun c) Riwayat obstetri yang buruk

d) Berat badan gagal mencapai 5 kg pada usia gestasi 20 minggu

e) Masalah atau gangguan emosi yang serius.

2) Memperhatikan pertambahan BB (Musbikin, 2008, pp.115-116) Masalah pertambahan BB sebenarnya tidak perlu dikawatirkan bila kenaikan BB masih normal. Selama trimester pertama kehamilan, biasanya terjadi penambahan BB minimal (1-2kg). Setelah trimester II, penambahan BB rata-rata 0,35-0,4 kg

(19)

perminggu. Secara keseluruhan pertambahan BB selama kehamilan berkisar antara 10-12,5 kg atau rata-rata 11kg.

Perlu diketahui, ibu hamil yang BBnya bertambah secara berlebihan maka memiliki resiko lebih besar untuk mengalami berbagai komplikasi selama kehamilan serta saat persalianan kelak. Bila pertambahan berat badan melebihi yang dianggap normal, misal pada trimester 1 BB sudah naik 8-10 kg, maka susunan menu harus diatur kembali. Namun sebaiknya jangan mengurangi makanan yang merupakan sumber protein, vitamin dan mineral. Sebaiknya, batasi mengkonsumsi karbohidrat, lemak, dan makanan manis.

Yang perlu diingat, jangan melakukan diet ketat, karena akan membahayakan janin. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa para ibu hamil yang berdiet ketat, cenderung memiliki bayi dengan BB rendah dan berisiko lebih besar terhadap ibu juga akan mengalami persalianan lebih lama dan sulit serta kemungkinan menderita perdarahan.

3) Cara menambah BB (Sinsin, 2008. pp.36-37)

Ibu hamil tidak di anjurkan untuk berdiet. Seharusnya BB harus meningkat dari bulan kebulan. BB selama kehamilan bertambah karena adanya janin, cairan amnion, plasenta, darah, pembesaran rahim, dan payudara. janin beratnya mencapai kurang lebih 3,375 kg, cairan amnion, plasenta, lemak, dan cairan lainya

(20)

sekitar 3,6 kg - 5,4 kg. Sementara rahim dan payudara beratnya menjadi 1,8 - 2,7 kg. Pertambahan berat total sangat bergantung kepada berat badan ibu sebelum hamil. Semakin kurus berat badan ibu, semakin banyak pertambahan berat badan yang harus dicapai. Sebaliknya, semakin gemuk ibu, semakin sedikit pertambahan beratnya. Bila kurus, total pertambahan berat sampai menjelang persalianan sekitar 12,6 kg sampai 18 kg. jika normal, pertambahan BB 11,25 kg hingga 15,75 kg, sampai 18 kg. jika normal, pertambahan BB 11,25 kg hingga 15,75 kg, jika gemuk, hanya membutuhkan 6,75 kg sampai 11,25 kg. Jika bayi kembar, pertambahan berat rata-rata adalah 15,75 kg hingga 20,25 kg. Jika pertambahan berat tidak sesuai dengan semestinya yang di capai, tandanya pertumbuhan bayi terganggu.

Makan adalah cara menambah berat badan paling cepat. Menambah berat badan kadang-kadang menjadi hal yang sulit bagi ibu hamil. Pada umumnya ibu hamil malas makan. Makanlah secara teratur pada saat jam makan, baik pagi, siang, malam. Bila makan dalam jumlah sedikit, sebaiknya perbanyak ngemil. Pada prinsipnya makanan yang sehat untuk ibu hamil adalah makanan yang bervanariasi dan disertai dengan buah-buahan segar. Jauhi makanan seperti coklat, gorengan dan minuman bersoda, apalagi alcohol, sebaiknya pilihlah roti, sereal, sayuran hijau.

(21)

Menurut (Wiknjosastro, 2006, p.161) bila berat badan naik lebih dari semestinya, anjurkan untuk mengurangi makanan yang mengandung karbohidrat. Lemak jangan dikurangi terlebih-lebih sayur mayur dan buah-buahan.

4) Hal-hal yang perlu diperhatikan sehubungan dengan BB ibu hamil (Muliarini, 2010, pp.8-9).

a) Segera setelah dinyatakan hamil, cobalah bertanya pada orang lain tentang badan ibu, kalau perlu ibu hamil perlu melakukan foto tiap bulan seluruh badan. Foto dan pendapat orang sekitar dapat menjadi pencegah jika ibu hamil menginginkan terlalu banyak makanan berlemak.

b) Jika cenderung mempunyai berat badan berlebihan, namun perlu dapat mengontrolnya, maka sangat mudah menghindari makanan yang berlebih saat hamil, sambil mengingat kesehatan janin.

c) Usahakan hanya mengkonsumsi makan sehat dan teratur, serta mengurangi makan saat hamil tua.

d) Pertahankan hanya mengkonsumsi snack bergizi, keju dan buah segar, baik dirumah ataupun ditempat kerja. Hindari makanan yang mengandung kalori tinggi dan makanan yang mengandung nutrisi yang rendah seperti manisan dan kripik. e) Jika ingin snack maka harus mempertahankan bahwa snack

(22)

bukan makanan yang dimaniskan dengan cara tidak alami dan bercampur bahan kimia.

f) Jangan makan hanya untuk menyenangkan diri sendiri. b. Faktor- faktor yang mempengaruhi pertambahan berat badan

Kenaikan pertambahan berat badan ibu selama kehamilan dipengaruhi oleh berbagai faktor, yang terpenting keadaan gizi ibu hamil dan makanan ibu selama berlangsung kehamilan. Berat badan hamil dan makanan ibu selama berlangsung kehamilan. BB sebelum hamil dan perubahan BB selama kehamilan berlangsung merupakan parameter klinik yang penting untuk memprediksi berat badan lahir bayi. Wanita dengan berat badan rendah sebelum hamil, atau kenaikan berat badan rendah sebelum hamil, atau kenaikan berat badan tidak cukup banyak pada saat hamil cenderung melahirkan bayi BBLR. Kenaikan berat badan yang dianggap baik untuk orang Indonesia adalah 9 kg. kenaikan berat badan ibu tidak sama, tetapi pada umumnya kenaikan berat badan tertinggi adalah pada umur kehamilan 16-20 minggu, dan kenaikan yang paling rendah pada 10 minggu pertama kehamilan (Supariasa, 2002).

(23)

B. Kerangka Teori

Gambar 2.1 Skema Kerangka Teori

Keterangan :

Berat Badan Lahir (BBL) bayi dipengaruhi oleh Lingkar Lengan Atas ibu dan Berat Badan ibu sebagai indikator penentu status gizi ibu hamil. Selain itu, BBL juga dipengaruhi oleh faktor riwayat ANC, multivitamin, asupan nutrisi, kebiasaan berpantangan, kehamilan ganda, umur ibu, umur kehamilan, penyakit ibu.

ANC Umur ibu Ukuran lingkar lengan ibu Kehamilan ganda Multi vitami n Kebiasaan berpantangan Berat bayi lahir Asupan nutrisi Status bumil Umur kehamilan Peningkatan berat badan ibu Penyakit ibu Kecukupan kebutuhan Tumbuh kembang janin

(24)

C. Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian pada dasarnya adalah kerangka hubungan antara konsep-konsep yang ingi diamati di ukur melalui penelitian–penelitian yang akan dilakukan (Notoadmojo, 2005, p69).

Kerangka konsep pada penelitian ini adalah:

Gambar 2.2 Skema Kerangka Konsep

D. Hipotesis Penelitian

Hipotesa adalah jawaban sementara dari penelitian, patokan duga atau dalil sementara yang kebenaranya akan dibuktikan dalam penelitian tersebut. (Notoatmodjo, 2010). Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

1. Ada hubungan ukuran lingkar lengan atas ibu hamil dengan berat badan lahir bayi

2. Ada hubungan peningkatan berat badan Ibu hamil dengan berat badan bayi lahir

Ukuran lingkar lengan atas ibu hamil

Berat badan lahir bayi

Peningkatan berat badan ibu hamil

Gambar

Gambar 2.1 Skema Kerangka Teori
Gambar 2.2 Skema Kerangka Konsep

Referensi

Dokumen terkait

- Secara Parsial terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari Variabel Independen Motivasi, Kepemimpinan, Lingkungan Kerja terhadap Variabel Dependen Kinerja Pegawai

Dengan pemahaman yang demikian maka kehadiran suami – istri senantiasa diliputi oleh rasa syukur sebab bertumpu pada pengakuan bahwa karya Allah didalam Yesus

Pada 3(tiga) tahap memiliki tingkat pencahayaan yang berbeda-beda dikarenakan untuk mendapatkan pengukuran secara langsung di lapangan diperhitungkan luas jendela,

Penelitian ini menyimpulkan bahwa peningkatan kadar neutrofil elastase dalam gingival crevicular fluid beruhubungan dengan tingkat keparahan penyakit gingivitis

Tabel 4.13 Data Rata-Rata Selisih Koordinat Plumbon.....

Pilih kembali Assigned Load Case, masukan informasi besar serta arah beban seperti pada gambar dibawah dan pastikan setiap input tipe beban dilakukan dan SELALU diakhiri dengan

SENG OKSIDA EUGENOL Dalam ADA No.30 terdapat empat jenis OSE, semen OSE Tipe I digunakan untuk semen sementara, tipe II digunakan untuk semen permanen dari restorasi, tipe III

fiusing biaya yang biasanya disebut dengan Harga pokok shndar adalah harya yang telah ditenlukan sebelum proses produksi dimulai. Harga pokok standar ini adalah haQa