• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. PENELITIAN TERDAHULU - ANALISIS RESEPSI PENERIMAAN PUBLIK INFORMASI PRODUK YOU C 1000 SEBAGAI OFFICIAL PARTNER MANCHESTER UNITED PADA KOMUNITAS JOGJAKARTA UNITED INDONESIA (JUI) - UMBY repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. PENELITIAN TERDAHULU - ANALISIS RESEPSI PENERIMAAN PUBLIK INFORMASI PRODUK YOU C 1000 SEBAGAI OFFICIAL PARTNER MANCHESTER UNITED PADA KOMUNITAS JOGJAKARTA UNITED INDONESIA (JUI) - UMBY repository"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. PENELITIAN TERDAHULU

A. Analisis Resepsi Mahasiswa FEB UGM Terhadap Berita Tentang

Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) di Portal Berita Daring Detik

Finance Edisi Oktober-Desember 2016.

Penelitian ini dibuat oleh Anisa Rizki Sabrina, Mahasiswi Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UGM pada tahun 2017 dengan metode

penelitian kualitatif menggunakan metode analisis resepsi dengan

pendekatan interpretif yaitu memahami tanggapan subjektif individu,

karena tanggapan masing-masing individu pasti berbeda tergantung

factor social (pendidikan, usia, ekonomi, dan sebagainya).

Subjek penelitian ini membuat kriteria informan sebagai berikut:

1) Mahasiswa S1 aktif Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM

angkatan 2013,

2) Berjenis kelamin laki-laki dan perempuan

3) Menggunakan jaringan internet dan mengakses media daring,

4) Mengakses Detik Finance secara intens.

5) Dekat dengan isu MEA dan memiliki ketertarikan personal.

Kesimpulan dalam penelitian ini adalah dari kelima informan yang

(2)

mahasiswa FEB UGM angkatan 2013 terhadap berita MEA di portal

berita finansial dering Detik Finance sudah sampai pada tahapan mampu

menilai kesesuaian informasi ekonomi dengan teori soal MEA yang

didapatkan pada bangku perkuliahan. Selain itu audiens juga mampu

mengkritisi berita sesuai kebutuhan masyarakat umum.

Pada berita yang dinilai tidak sesuai, audiens dapat menunjukan

peranan sebagai khalayak aktif dengan menawarkan frame alternative

berita sesuai dengan latar belakang pengetahuan ekonomi mereka.

Kesimpulannya bahwa audiens memaknai teks berita dengan kritis,

melihatnya secara kontekstual terhadap kenyataan dilapangan pada

masyarakat Indonesia, dan menegaskan posisi mereka sebagai khalayak

aktif. Akhirnya, keseluruhan komponen tersebut menjadi pembeda

analisis resepsi pada obyek factual dengan lebih umum dilakukan pada

obyek fiknional.

Persamaan dalam peneletian ini adalah sama-sama meliti tentang

respon public mengenai sebuah kasus yang terjadi dilingkungan sekitar.

Penelitian diatas hanya digunakan sebagai bahan acuan bagi peneliti

saja.

Perbedaan dalam penelitian ini adalah focus permasalah dalam iklan

produk yang menggaet sebuah klub sepakbola dengan jumlah

penggemar yang banyak sedangkan penelitian ini adalah focus terhadap

(3)

B. Analisis Resepsi Pengguna Situs www.japanfootballid.com Sebagai

Media Informasi Sepakbola Jepang.

Penelitian ini dibuat oleh Medikantyo Junandika Adhikresna

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UGM 2017 dengan metode

penelitian kualitatif menggunakan pendekatan deskriptif riset yang

dilakukan menjelaskan fenomena secara detil dan mendalam,

pendekatan kualitatif dipilih agar dalam mengamati individu, kelompok,

atau organisasi dapat memberikan kejalasan terkait perilaku, ucapan,

dan tulisan dalam sudut padang sesuai dengan konteks yang ditentukan.

Informan dalam penelitian ini adalah komunitas Japan Football

Indonesia (JFID) maka beberapa pengguna dari situs ini merupakan

anggota dari komunitas tersebut, ditambah satu orang narasumber yang

kebetulan menjadi pembaca dari situs JFID dikarenakan mengikuti

perkembangan komunitas melalui akun media social yang tersedia.

Kesimpulan dalam penelitian ini sebagai berikut:

a. Resepsi pengguna media japanfootballid.com

Melalui paparan wawancara dan melihat pembacaan para

pengguna situs japanfootballid.com terlihat adanya bentuk

pemaknaan oleh sumber dalam penelitian dan cukup sesuai

dengan pandangan teori yang diajukan pada pendahuluan.

Bentuk pemaknaan berbagai tulisan dalam situs

japanfootballid.com oleh pembacanya mampu menghadirkan

(4)

untuk memberikan umpan balik terkait perkembangan situs di

masa mendatang. Mereka juga cenderung sepakat bahwa

kehadiran situs ini dan kaitannya dengan komunitas penggemar

sangat penting dan bahkan akan saling menguatkan.

b. Faktor pendorong perilaku pengguna media japanfootballid.com

Berawal dari terbentuknya sebuah komunitas penggemar

sepakbola jepang, maka terdapat kebutuhan untuk melakukan

aktualisasi infomasi atas berbagai perkembangan cabang

olahraga tersebut secara kontinu. Bentuk situsnya yang masih

tergolong sederhana, menyebabkan sebagian anggotanya

mengakui terdorong mengakses situs ini karena cukup mudah

diakses dan menawarkan informasi dalam bahasa Indonesia.

Selain adanya akun media jejaring social yang cukup

mendukung bagi para anggota komunitas untuk turut

menambahkan informasi berkaitan dengan perkembangan

persepakbolaan yang terjadi. Selain itu, melihat dari pernyataan

narasumber yang telah disampaikan terdapat kepercayaan atas

konten yang diunggah dalam situs ini, juga kurangnya perhatian

situs berita besar dalam menurunkan berita terkait

perkembangan kompetisi sepakbola di luar benua eropa.

Persamaan dalam penelitian ini adalah sama-sama meneliti

mengenai penggemar sepakbola luarnegeri, membahas seberapa besar

(5)

Perbedaan dalam penelitian ini adalah melihat dari focus penelitian

yang lebih respon terhadap seberapa besar situs

www.japanfootballid.com berperan dalam sumber informasi fans

sepakbola jepang. Sedangkan penelitian ini focus terhadap seberapa

besar respon fans Manchester United di Jogja terhadap informasi YOU

C1000 sebagai official partner Manchester United.

2. LANDASAN TEORI

A. KOMUNIKASI MASSA

1. Pengertian Komunikasi Massa

Definisi komunikasi massa yang paling sederhana

dikemukakan oleh Bittner yakni “komunikasi massa adalah pesan

yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah orang

besar”. Sedangkan defenisi komunikasi massa yang lebih rinci

dikemukakan oleh ahli komunikasi yakni Gerbner “komunikasi

massa adalah produksi dan distribusi yang berlandaskan terknologi

dan lembaga dari arus pesan yang kontiniu serta paling luas

dimiliki orang dalam masyarakat industri.1

Menurut Effendy, komunikasi massa adalah komunikasi

melalui media massa, jelasnya merupakan singkatan dari

komunikasi media massa. Komunikasi massa adalah komunikasi

yang melalui media massa, yakni surat kabar, majalah, radio,

televise dan film. Isi komunikasi massa bersifat umum dan terbuka.

(6)

Oleh karena itu, maka sumber komunikasi massa bukanlah satu

orang, melainkan suatu organisasi formal dan sang pengirimnya

seringkali merupakan komunikator professional. Komunikasi

massa menekankan pada isi atau pesan dengan penggunaan media.

Dapat disimpulkan bahwa komunikasi massa atau mass

communication merupakan suatu proses komunikasi dengan

menggunakan media massa.2

Menurut Rakhmat, komunikasi massa diartikan sebagai jenis

komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang

tersebar melalui media cetak, surat kabar, majalah elektronik, radio

dan televise, sehingga pesan dapat diterima secara serentak dan

sesaat. Pesan yang disampaikan melalui media massa merupakan

produk dan komoditi yang mempunyai nilai tukar, serta acuan

simbolik yang mempunyai nilai guna.3

Ada tiga efek dari komunikasi massa antara lain:

a. Efek kognitif

Dimana pesan komunikasi massa mengakibatkan

khalayak berubah dalam hal pengetahuan,

pandangan, dan pendapat terhadap suatu yang

diperolehnya. Efek ini berkaitan dengan transmisi

2 Ucjana Onong Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, (Bandung: Rosda Karya, 2004), hal.

50

(7)

pengetahuan, keterampilan, kepercayaan, atau

informasi.

b. Efek afektif

Dimana pesan komunikasi massa mengakibatkan

berubahnya perasaan tertentu dari khalayak. Orang

dapat menjadi lebih marah dan berkurang rasa tidak

senangnya terhadap suatu akibat membaca surat

kabar, mendengarkan radio atau menonton televisi.

Efek ini ada hubungannya dengan emosi, sikap, atau

nilai.

c. Efek konatif

Dimana pesan komunikasi massa mengakibatkan

orang mengambil keputusan untuk melakukan atau

tidak melakukan sesuatu. Efek ini merujuk pada

perilaku nyata yang dapat diminati, yang meliputi

pola-pola tindakan, kegiatan, atau kebiasaan

berprilaku.

2. Karakteristik Komunikasi Massa

Adapun karakteristik yang dimiliki oleh komunikasi massa

antara lain:

a. Komunikator Terlembagakan

Komunikasi massa melibatkan lembaga dan

(8)

maka proses pemberian pesan yang diberikan oleh

komunikator harus bersifat sistematis dan terperinci.

b. Pesan Bersifat Umum

Pesan dapat berupa fakta, peristiwa ataupun opini.

Namun tidak semua fakta atau peristiwa yang terjadi di

sekeliling kita dapat dimuat dalam media massa. Pesan

komunikasi massa yang dikemas dalam bentuk apapun

harus memenuhi kriteria penting atau menarik

c. Komunikannya yang Ananim atau Heterogen.

Komunikan yang memiliki komunikasi massa adalah

anonim (tidak dikenal) dan heterogen (terdiri dari

berbagai unsur)

d. Media Massa Menimbulkan Keserempakan

Keserempakan media massa itu adalah

keserempakan kontak dengan sejumlah besar penduduk

dalam jarak yang jauh dari komunikator, dan penduduk

tersebut satu sama lainnya berada dalam keadaan

terpisah.

e. Komunikasi Mengutamakan Isi Ketimbang Hubungan

Dalam komunikasi massa, pesan harus disusun

sedemikian rupa berdasarkan sistem tertentu dan

disesuaikan karakteristik media massa yang digunakan.

(9)

Komunikator dan komunikan tidak dapat terlibat

secara langsung, karena proses pada komunikasi massa

yang menggunakan media massa.

g. Stimulasi Alat Indra “terbatas”

Stimulasi alat indra tergantung pada media massa.

Pada surat kabar dan majalah, pembaca hanya melihat,

dan media radio khalayak hanya mendengarkan,

sedangkan pada media televisi dan film kita

menggunakan indra penglihatan dan pengengaran.

h. Umpan Balik Tertunda (Delayed)

Hal ini dikarenakan oleh jarak komunikator dengan

komunikan yang berjauhan dan karakter komunikan

yang anonim dan heterogen.4

3. Unsur – Unsur Komunikasi Massa

Komunikasi massa merupakan proses yang dilakukan melalui

media massa dengan berbagai tujuan komunikasi dan untuk

menyampaikan informasi kepada khalayak luas. Dengan demikian,

maka unsur-unsur penting dalam komunikasi massa adalah:

a. Komunikator

1. Merupakan pihak yang mengandalkan media massa

dengan teknologi informasi modern sehingga dalam

(10)

menyebarkan suatu informasi, maka informasi tersebut

dengan cepat ditangkap oleh publik.

2. Komunikator dalam penyebaran informasi mencoba

berbagai informasi, pemahaman, wawasan, dan

solusi-solusi dengan jutaan massa yang tersebar tanpa

diketahui jelas keberadaan mereka.

3. Komunikator juga berperan sebagai sumber

pemberitaan yang mewakili institusi formal yang

bersifat mencari keuntungan dari penyebaran informasi

tersebut.

b. Media Massa

Media massa merupakan media komunikasi dan

informasi yang melakukan penyebaran secara massal dan

diakses oleh masyarakat secara massa pula. Media massa

adalah institusi yang berperan sebagai agent of change,

yaitu sebagai institusi pelopor perubahan. Ini adalah

paradigma utama media massa.

Dalam menjalankan paradigmanya media massa

berperan:

1. Sebagai institusi pencerahan masyarakat, yaitu

perannya sebagai media edukasi.

2. Sebagai media informasi, yaitu media yang setiap saat

(11)

3. Terakhir media massa sebagai media hiburan.5

c. Informasi Massa

Informasi massa merupakan informasi yang

diperuntukan kepada masyarakat secara massal, bukan

informasi yang hanya boleh dikonsumsi oleh pribadi.

Dengan demikian, maka informasi massa adalah milik

publik, bukan ditujukan kepada individu masing-masing.

d. Gatekeeper

Merupakan penyeleksi informasi - informasi.

Sebagimana diketahui bahwa komunikasi massa

dijalankan oleh beberapa orang dalam organisasi media

massa, mereka inilah yang menyeleksi informasi yang

akan disiarkan atau tidak disiarkan.

e. Khalayak

Khalayak merupakan massa yang menerima

informasi massa yang disebarkan oleh media massa,

mereka ini terdiri dari publik pendengar atau pemirsa

sebuah media massa.

f. Umpan Balik

Umpan balik dalam komunikasi massa umumnya

mempunyai sifat tertunda sedangkan dalam komunikasi

5 Bungin, Burhan, Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus Tekhnologi Komunikasi

(12)

tatap muka bersifat langsung. Akan tetapi, konsep semakin

majunya teknologi, maka proses penundaan umpan balik

menjadi sangat tradisional.6

B. RESEPSI (ENCODING – DECODING)

Model encoding/decoding oleh Stuart Hall selanjutnya menjadi

pijakan utama dalam penelitian ini. Proses encoding berlangsung selama

proses produksi teks dan media, baik itu berupa format tulisan, visual,

maupun audio-visual. Menurut Hall, Encoding merupakan proses

penstrukturan makna oleh produser media yang berusaha mengartikulasikan

kode-kode yang merepresentasikan sistem tanda seperti yang diinginkan

produser. Sedangkan proses decoding merupakan proses pemaknaan yang

dilakukan oleh audiens sesuai dengan konteks social dan kulturalnya ketika

mengonsumsi atau meresepsi teks media.7

Encoding dilakukan oleh produsen pesan, sedangkan decoding

dilakukan oleh penerima pesan. Bagi Hall, keduanya mungkin memiliki

latar belakang dan pengalaman yang berbeda, sehingga dimungkinkan

terjadinya perbedaan antara keduanya dalam memaknai pesan. Penggemar

Manchester united yang termasuk audiens aktif akan memaknai pesan

sesuai denga pemikirannya sendiri, dipengaruhi oleh latar belakang dan

pengalaman yang dimiliki.

6 Bungin, Burhan, Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus Tekhnologi Komunikasi

di Masyarakat, (Jakarta: Kencana Menada Media Group, 2006), hal. 71

(13)

Hal berpendapat bahwa individu-individu bekerja di dalam sebuah

kode yang mendominasi dan menjalankan kekuasaan yang lebih besar

daripada yang lainnya.8 Ia menyebutkan hal ini posisi dominan-hegemonis,

posisi kedua adalah posisi ternegosiasi yaitu anggota khalayak fans

Manchester united dapat menerima ideologi dominan tetapi dapat bekerja

dengan beberapa pengecualian. Posisi oposisional terjadi ketika anggota

khalayak mensubstitusikan kode alternative bagi kode yang tersedia. Fans

Manchester united yang kritis akan memikirkan ulang untuk menerima iklan

tersebut sebagai bahan konsumsi dan penerimaan ideologinya.

a. Faktor-faktor yang memperngaruhi interpretasi pesan

Dari model encoding-decoding diatas, dapat dilihat bahwa encoding

dan decoding sama sama merupakan proses pemaknaan. Rangkaian

tahapan yang masuk dalam tahap konsumsi iklan tersebut menurut Hall,

merupakan tahapan dimana komunikan melalui proses penadaan

(decoding) terhadap pesan produsen iklan. Bagi Hall, decoding yang

dilakukan komunikan tidak selalu berkaitan atau berhubungan dengan

encoding. Komunikan yaitu fans Manchester united bisa memiliki

lingkungan sendiri dalam men-decode tanda dari komunikator.

Sehingga, konsumsi iklan dalam konteks Hall adalah bagaimana

khalayak pembaca berita memberikan pemaknaan terhadap berita yang

disampaikan

8 West & Turner, Introducing Communication Theory Analysis and Application 4thEdition, (New

(14)

Proses pemaknaan pesan ini dipengaruhi oleh tiga unsur yaitu:

a. Frameworks of knowledge

Factor yang memengaruhi pemaknaan khalayak yaitu

latar belakang pengetahuan, dapat diukur dengan jenis

peminatan pendidikannya. Dalam memaknai teks berita

daring, jenis peminatan pendidikan khalayak menjadi

tonggak untuk memilih informasi secara spesifik yang

berkaitan dengan studi mereka. Untuk informasi yang

berkaitan dengan studi mereka, khlayak dapat menilai

apakah konstruksi pesan yang ditawarkan oleh media sejalan

dengan pengetahuan akademis mereka sehingga dapat

dikaitkan dengan persoalan keakuratan informasi.

Selain itu, ideology individu dan ansumsi terhadap

media juga memegang peranan peranan dalam pemaknaan

pesan dalan iklan YOU C 1000 sebagai Official Partner

Manchester United. Pengaruh tersebut tersebut terlihat dari

penilaian khalayak terhadap informasi iklan dengan

membandingkan ideology yang mereka anut serta asumsi

awal terhadap media, dapat berupa pendapat awal mereka

mengenai kredibilitas media.

b. Relations Of Production

Relasi produksi dari khalayak merupakan proses

(15)

interpretasi tertentu. Pada factor ini akan mempertimbangkan

usia dan motivasi khalayak dalam menanggapi informasi.

Usia dapat memberikan pandangan yang berbeda dalam

interpretasi pesan informasi Official Partner YOU C 1000

ketika ditarik pada konteks kulturalnya. Sedangkan motivasi

khalayak memberikan perbedaan dalam keinginan individu

untuk merespon.

c. Technical infrastructure

Factor insfratruktur teknis berkaitan dengan

kemampuan khalayak untuk menerima sebuah pesan teks

media kemudian menginterpretasikana. Untuk media online,

factor utama yang mempengaruhi adalah sinyal tempat

tinggal khalayak. Sedangkan media audio visual adalah

factor kepemilikan elektronik audio visual. 9

Gambar 2.2.1 Encoding-Decoding menurut Stuart Hall

(16)

frameworks of knowledge, relations of production, serta technical

infrastructure yang dimungkinkan adanya perbedaan antara encoding

dan decoding. Meaning structure 1 dan meaning structure 2 bisa

menjadi tidak sama jika kode yang mempengaruhinya juga berbeda.

Semua faktor ini akan memengaruhi bagaimana interpretasi pesan yang

muncul oleh khalayak, fans Manchester united berkaitan denga kondisi

masing-masing.

Ketika hal tersebut menjadi factor-faktor utama bagaimana

produsen mengkonstruksikan pesan tertentu. Kemudian dari proses

encoding tersebut membentuk titik tengah yaitu wacana berisikan

makna yang dalam bagan tersebut dinamai meaningful’ discourse.

Kemudian wacana tersebut melanjutkan pada decoding oleh konsumen

pesan atau khalayak dimana makna yang mereka dapat dari wacana

tersebut membentuk tiga factor utama yang juga berada pada proses

membentuk tahapan encoding. Model encoding – decoding ini tidak

lepas dari pengaruh lapisan social serta latar belakang budaya dan

kerangka referensi masing – masing.

Untuk menyimpulkan kategori khalayak dalam penerimaan pesan

sangat tergantung pada dinamika social yang dominan disekitar mereka.

Pengalaman dan latar belakang budaya juga menjadi factor signifikan

untuk emnentukan mana kategori yang tepat untuk diterapkan pada

(17)

baru, dimana khalayak cenderung independen dalam memilih informasi

secara sadar sehingga resepsi merupakan satu posibilitas yang dapat

terjadi.

Menerapkan konsep encoding-decoding oleh Stuart Hall, maka

aktivitas resepsi ini sesuai konteks dan latar belakang social mereka

pada pesan media, serta sebagai segmentasi general mengenai resepsi

khalayak pada suatu pesan dominan dari informasi official partner maka

khalayak sesuai konsep encoding-decoding ini dapat terbagi menjadi

tiga katergori yaitu:

1) Posisi Hegomoni Dominan

Stuart Hall menjelaskan hegomoni dominan sebagai situasi di

mana media menyampaikan pesan, khalayak menerimanya. Apa

yang disampaikan media secara kebetulan juga disukai

khalayak. Ini adalah situasi dimana media menyampaikan

pesannya dengan kode budaya dominan dalam masyarakat.

Dengan kata lain, baik media dan khalayak, sama-sama

menggunakan budaya dominan yang berlaku. Media harus

memastikan bahwa pesan yang diproduksinya harus sesuai

dengan budaya dominan yang ada dalam masyarakat.

2) Posisi Negoisasi

Posisi dimana khalayak secara umum menerima ideology

dominan namun menolak penerapannya dalam kasus-kasus

(18)

dominan yang bersifat umum, namun mereka akan melakukan

beberapa pengecualian dalam penerapannya yang disesuaikan

dengan aturan budaya setempat.

3) Posisi Oposisi

Cara terakhir yang dilakukan khalayak dalam melakukan

decoding terhadap pesan media adalah melalui “oposisi” yang

terjadi ketika khalayak audiensi yang kritis mengganti atau

mengubah pesan atau kode yang disampaikan media dengan

pesan atau kode alternative. Audiensi menolak makna pesan

yang dimaksudkan atau disukai media dan menggantikannya

dengan cara berpikir mereka sendiri terhadap topik yang

disampaikan media.10

b. Proses interpretasi pesan oleh khalayak

Dalam penelitian ini, pemaknaan atau decoding yang dilakukan oleh

khalayak pembaca berita dapat dilihat dalam komunitas yang ada

dilingkungan mereka, produksi iklan sejenis yang mereka konsumsi.

Hal tersebut memengaruhi pembentukan makna teks yang dilakukan

oleh audiens.

Setelah proses interpretasi pesan terjadi, khalayak selanjutnya

dikategorikan melalui tiga kemungkinan posisi yaitu hegemoni

dominan, negosiasi, dan oposisi.11 Tiga tipe audiens dalam melakukan

10 Morissan, Teori Komunikasi Individu Hingga Massa, (Jakarta: Kencana Prenadamedia Group,

2014), Hal. 550

(19)

proses decoding atau resepsi ini dapat menjadi tolak ukur dalam melihat

tipe audiens dalam penelitian resepsi. Analisis resepsi merupakan salah

satu penelitian tentang audiens yang berpijak pada tradisi kultural dan

berusaha untuk mengombinasikan teori ilmu social dengan humaniora.

Jika dilihat dari pengertian diatas, maka penelitian resepsi berfokus

pada peran audiens dalam memaknai pesan. Audiens bukanlah individu

yang pasif dalam menerima pesan namun sebaliknya audiens memiliki

kemampuan untuk menahan dan mematahkan makna-makna dominan

atau hegemoni yang ditawarkan oleh media massa. Kemampuan

audiens tersebut dipengaruhi oleh kondisi social, kesehatan, kebutuhan

(20)

C. KHALAYAK AKTIF

Dalam studi khalayak yang baru seperti yang dikatakan oleh

Evans, penelitian khalayak pada studi media dikarakteristikan oleh dua

asumsi: (a) bahwa khalayak selalu aktif dan (b) bahwa isi media selalu

bersifat polisemi atau terbuka untuk diinterpretasi. Asumsi diatas

berarti bahwa mayoritas khalayak secara rutin memodifikasi atau

mengubah berbagai ideologi dominan yang direfleksikan dalam isi

media.12

Selanjutnya, Frank Biocca menyatakan bahwa ada lima

karakteristik khalayak aktif. Karakteristik ini menegaskan posisi

khalayak dimana terdapat di era media baru dapat memilih dan

mengakses internet susuai dengan keinginannya. Karakteristik tersebut

yaitu:

a. Selektif. Khalayak yang aktif dikatakan menggunakan media

untuk memenuhi kebutuhan dan tujuan tertentu mereka.

b. Ulitarian. Khalayak yang aktif dikatakan menggunakan media

untuk memenuhi kebutuhan dan tujuan tertentu mereka.

c. Intensional. Khalayak yang aktif menggunakan isi media yang

mereka inginkan.

d. Involvement. Khalayak secara akhtif berfikir dan menggunakan

media.

12 Ferguson & Peter Golding, Cultural Studies in Question Great,(Britain: Sage,1997), hal.123-124

(21)

e. Tidak secara mudah dipengaruhi oleh media.13

Teori khalayak aktif yang diacu dalam penelitian ini

menekankan bahwa adanya kecerdasan dan otonomi dari individu

itu sendiri, sehingga khalayak memiliki kekuatan dalam mengolah

hasil dalam penerimaan informasi dalam media apapun. Mereka

tidak serta merta menerima terpaan informasi begitu saja namun

memiliki kekuatan untuk mengolah dan menentukan sikap terhadap

informasi yang didapatkan.

Menurut Croteau & hoynes menjelaskan bahwa konsep

khalayak yang aktif dan selektif ini merupakan langkah maju dalam

mempercayai bahwa manusia itu pada dasarnya memiliki inteligensi

dan otonom, sehingga selayaknya memang mereka memiliki

kekuasaan (power) dalam menggunakan media. Selanjutnya,

keaktifan khalayak ini tidak hanya sebatas pada proses

menginterpretasikan pesan media, namun juga dalam memanfaatkan

pesan itu secara social. Menurut Croteau, terdapat 3 cara mendasar

untuk menggolongkan khalayak media berkaitan dengan reaksi

media, yakni:

a. Interpretasi individu

Khalayak tipe ini cenderung menginterpretasikan

informasi yang mereka dapat untuk dirinya sendiri. Ia

13 Stephen W. Littlejohn, Theories of Human Communication Seventh Edition, (Belmont:

(22)

mengikuti informasi mengenai sebuah fakta untuk kepuasan

dirinya saja dalam pemenuhan kebutuhan infomasinya,

sehingga tidak ada tindak lanjut apapun setelah mengetahui

informasi tersebut.

b. Interpretasi kolektif

Setelah mengetahui informasi tertentu, khalayak yang

memiliki interpretasi kolektif tidak tinggal diam saja,

misalnya dengan memberikan like, komentar, menyebarkan

informasi di media social mereka atau langsung

mengonsumsi produk yang diiklankan.

c. Aksi politis yang kolektif

Langkah menarik yang dapat mereka lakukan setelah

mendalami fakta tersebut secara kolektif bias berupa

melahirkan karya yang terkait, seperti membuat makalah

penelitian yang berhubungan dengan studi kasus tersebut,

atau mereproduksi pesan media pada platform media lainnya

seperti blog atau video blog yang ramai digunakan

khalayak.14

D. PERSEPSI

Sebagai Makhluk individu, pada hakekatnya manusia memiliki

berbagai dimensi kehidupan misalnya seperti susunan saraf, bentuk

14 David Croteau & William Hoynes, Media Society: Industries, Images, and Audiens 3rd Edition,

(23)

tubuh, dan kepribadian yang berbeda dengan manusia lainnya. Manusia

juga dikategorikan sebagai makhluk social dimana senantiasa

membutuhkan orang lain dan tidak bisa hidup sendiri. Kebutuhan

tersebut menyebabkan adanya kesamaan sikap dan perilaku yang

artinya mempersempit variasi antara individu yang satu dengan yang

lain.

Menurut Webster sebagaimana dikutip oleh Sutisna yang

menyatakan persepsi adalah proses bagaimana stimulus-stimulus yang

mempengaruhi tanggapan-tanggapan itu diseleksi dan

diinterpretasikan, persepsi setiap orang terhadap suatu objek itu

berbeda-beda oleh karena itu persepsi mempunyai sifat subyektif.

Stimulus adalah setiap bentuk fisik atau komunikasi verbal yang dapat

mempengaruhi tanggapan individu. Salah satu stimulus yang penting

yang dapat mempengaruhi perilaku konsumen adalah lingkungan

(sosial dan budaya) karena persepsi setiap orang terhadap suatu objek

akan berbeda-beda oleh karena itu persepsi mempunyai sifat subjektif.

Persepsi seorang konsumen akan berbagai stimulus yang diterimanya

di pengaruhi oleh karakteristik yang dimilikinya.15

Persepsi adalah proses interpretasi seseorang atas

lingkungannya. Persepsi dalam arti umum adalah pandangan seseorang

terhadap sesuatu yang akan membuat respon bagaimana dan dengan apa

15Sutisna, Perilaku Konsumen dan Komunikasi Pemasaran, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya,

(24)

seseorang akan bertindak. Seseorang mengelompokkan informasi dari

berbagai sumber kedalam pengertian yang menyeluruh untuk

memahami lebih baik dan bertindak atas pemahaman itu.

Prinsip dasar dari organisasi persepsi adalah penyatuan

(integration) yang berarti bahwa berbagai stimulus akan dirasakan

sebagai suatu yang dikelompokkan secara menyeluruh. Informasi

pengorganisasian seperti itu memudahkan untuk memproses dan

memberikan pengertian yang terintegrasi terhadap stimulus. Persepsi

dapat juga dikatakan sebagai pengalaman tentang objek, peristiwa, atau

hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi

dan menafsirkan pesan. Persepsi ditentukan oleh faktor-faktor

fungsional dan struktural.16

a. Faktor-faktor fungsional yang menentukan persepsi.

Faktor fungsional berasal dari kebutuhan, pengalaman masa

lalu dan hal-hal lain yang termasuk dalam faktor-faktor personal,

yang menentukan persepsi bukan jenis atau bentuk stimuli,

tetapi karakteristik orang yang memberikan respons pada stimuli

itu.

b. Faktor-faktor struktural yang menentukan persepsi.

Faktor-faktor struktural berasal semata-mata dari sifat

stimuli fisik dan efek-efek saraf yang ditimbulkanya pada sistem

(25)

syaraf individu. Maksudnya di sini yaitu dalam memahami suatu

peristiwa seseorang tidak dapat meneliti fakta-fakta yang

terpisah tetapi harus mamandangnya dalam hubungan

keseluruhan, melihatnya dalam konteksnya, dalam

lingkungannya dan masalah yang dihadapinya.

Proses pemahaman terhadap rangsangan atau stimulus yang

diperoleh oleh indera menyebabkan persepsi terbagi menjadi

beberapa jenis:

a. Persepsi visual yang didapatkan dari indera penglihatan.

Persepsi ini adalah persepsi yang paling awal

berkembang pada bayi, dan mempengaruhi bayi dan balita

untuk memahami dunianya. Persepsi visual merupakan topik

utama dari bahasan persepsi secara umum, sekaligus

persepsi yang biasanya paling sering dibicarakan dalam

konteks sehari-hari.

b. Persepsi auditori yang didapatkan dari indera pendengaran

yaitu telinga.

c. Persepsi perabaan yang didapatkan dari indera taktil yaitu

kulit

d. Persepsi penciuman atau olfaktori didapatkan dari indera

penciuman yaitu hidung.

e. Persepsi pengecapan atau rasa didapatkan dari indera

(26)

Sifat yang dapat mempengaruhi persepsi yaitu:

a. Sikap. Yang dapat mempengaruhi positif atau negatifnya

tanggapan yang akan diberikan seseorang.

b. Motivasi. Motif merupakan hal yang mendorong

seseorang mendasari sikap tindakan yang dilakukannya.

c. Minat merupakan faktor lain yang membedakan

penilaian seseorang terhadap suatu hal atau objek

tertentu, yang mendasari kesukaan ataupun

ketidaksukaan terhadap objek tersebut.

d. Pengalaman masa lalu. Pengalaman masa lalu dapat

mempengaruhi persepsi seseorang karena kita biasanya

akan menarik kesimpulan yang sama dengan apa yang

pernah dilihat dan didengar.

e. Harapan. Mempengaruhi persepsi seseorang dalam

membuat keputusan, kita akan cenderung menolak

gagasan, ajakan, atau tawaran yang tidak sesuai dengan

apa yang kita harapkan.

f. Sasaran. Sasaran dapat mempengaruhi penglihatan yang

(27)

g. Situasi. Situasi atau keadaan disekita kita atau disekitar

sasaran yang kita lihat akan turut mempengaruhi

persepsi. Sasaran atau benda yang sama yang kita lihat

dalam situasi yang berbeda akan menghasilkan persepsi

yang berbeda pula.17

Gambar

Gambar 2.2.1 Encoding-Decoding menurut Stuart Hall

Referensi

Dokumen terkait

Dasar Teknologi Maklumat dan Komunikasi Universiti Sains Malaysia (dikenali selepas ini sebagai Dasar ICT USM) adalah terpakai kepada semua pekerja, ahli akademik, pelajar,

Hasil penelitian terhadap penulisan ini menunjukan bahwa, Kewenangan Pemerintah Kabupaten Badung dalam upaya mempertahankan lahan pertanian tercantum dalam Peraturan

Dalam penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Hastuti (2014) yang bertujuan untuk menguji ukuran perusahaan, pertumbuhan perusahaan dan tipe industri terhadap

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi marketing politik yang digunakan pada saat pemilu 2014 berhasil untuk mendapatkan dukungan dari para pemilih pada

M embaca merupakan salah satu kemampuan dasar yang perlu di miliki siswa untuk dapat memasuki dunia belajar. Keberhasilan membaca pada siswa sekolah dasar ikut

Kesimpulan yang dapat diambil adalah Undang undang No.12 tahun 2006 mengatur tentang pengaturan kewarganegaraan, pemberian kewarganegraan, hilangnya kewarganegaraan, tata cara

Penelitian sekarang dilakukan oleh Wisnu Aditya Nurkamal untuk menguji ulang pengaruh dimensi gaya hidup terhadap keputusan pembelian dengan menggunakan objek yang berbeda dengan

Apabila saya terpilih sebagai calon pimpinan Baznas Kabupaten Kuantan Singingi Periode 2021-2026, Surat Pernyataan ini akan dibuktikan dengan Surat Keterangan dari