• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH METODE MIND MAPPING UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP DAN SIKAP SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS VIII SMP NEGERI 2 SENTOLO - UMBY repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENGARUH METODE MIND MAPPING UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP DAN SIKAP SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS VIII SMP NEGERI 2 SENTOLO - UMBY repository"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

10 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Hakikat Pembelajaran 1. Belajar

Menurut Syah (2002: 98), belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Oleh karena itu tanpa adanya proses belajar maka tidak akan ada pula pendidikan. Menurut Jerome Bruner (Suherman, 2003: 43), belajar akan lebih berhasil jika proses pengajaran diarahkan kepada konsep-konsep dan struktur-struktur yang termuat dalam pokok bahasan yang diajarkan, di samping hubungan yang terkait antara konsep-konsep dan struktur-struktur. Oleh karena itu, belajar sangat terkait dengan pola berpikir sistematis, yaitu berpikir merumuskan sesuatu yang dilakukan atau yang berhubungan dengan struktur-struktur yang telah dibentuk.

(2)

11

Menurut Duffy & Mc Donald (2010: 28) menyatakan bahwa “Learning is a complex activity that can be explained differently on one’s

perspective on how and why people do what they do”. Dari pernyataan tersebut menyatakan bahwa belajar adalah suatu aktivitas yang kompleks yang dapat dijelaskan secara berbeda tergantung persepektif seseorang tentang bagaimana dan mengapa berbuat apa yang mereka lakukan.

Menurut Bell-Gredler (1986: 1) menyatakan bahwa, “Learning is the process by which human beings acquire a vast variety of competencies, skills,

and attitudes”. Dari pernyataan tersebut menyatakan bahwa belajar adalah proses dimana manusia memperoleh berbagai kompetensi, keterampilan dan sikap.

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar adalah usaha yang dilakukan individu untuk membangun makna atau pemahaman dalam dirinya secara keseluruhan baik berupa perubahan tingkah laku, sikap siswa, pengalaman, keterampilan, dan informasi sebagai akibat dari latihan serta interaksinya dengan lingkungan.

2. Pembelajaran

(3)

12

untuk memberikan arah dan menuntun siswa dalam mencapai prestasi yang diharapkan, hal tersebut sesuai dengan pendapat Sardiman (2007: 25) bahwa: Tujuan belajar ada tiga jenis, yaitu: a) untuk mendapatkan pengetahuan, b) penanaman konsep keterampilan baru, dan c) pembentukan sikap.

Menurut Nitko & Brookhart (2007: 18) menyatakan bahwa, “Instruction is the process you use to provide students with the conditions that help them achieve the learning targets. Some learning target are cognitive, meaning that they deal primarily with intellectual knowledge and thinking skills. Other learning outcomes are affective, meaning that they deal with how students should feel or what they should value. Yet other learning targets are psychomotor, meaning that they deal

primarily with motor skills and physical perceptions”.

Dari pernyataan tersebut menyatakan bahwa pembelajaran adalah proses yang digunakan guru untuk mengarahkan siswa dengan kondisi tertentu yang membantu mereka mencapai target belajar. Beberapa target belajar adalah: 1) kognitif, berhubungan dengan pngetahuan intelektual dan kemampuan berpikir, 2) afektif, yaitu berhubungan dengan bagaimana bisa merasakan dan apa yang seharusnya mereka nilai, dan 3) psikomotor, yaitu berhubungan dengan ketrampilan motorik dan dan tanggapan secara fisik.

(4)

13

untuk mediasi pengungkapan ide-ide atau pengetahuan dalam diri siswa; 3) tahap diskusi dan penjelasan konsep, pada tahap ini siswa diupayakan untuk bekerjasama dengan teman-temannya, berusaha menjelaskan pemahamannya kepada orang lain, bahkan menghargai penemuan temannya; 4) tahap pengembangan dan aplikasi konsep, tahap ini adalah tahap untuk mengukur sejauh mana pemahaman siswa terhadap suatu konsep dengan menyelesaikan permasalahan.

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut pembelajaran adalah proses interaksi yang dilakukan antara guru dengan siswa, lingkungan, dan sumber belajar supaya siswa dapat belajar melalui proses perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian yang dilakukan oleh guru, dimana perencanaan tersebut meliputi pembuatan silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), sedangkan proses pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan merupakan implementasi dari perencanaan yang telah disusun dalam RPP tersebut.

3. Matematika

Menurut Johnson dan Rising (Suherman, 2003: 17) matematika adalah pola berfikir, pola mengorganisasikan, pembuktian yang logik. Matematika adalah bahasa yang menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat, jelas, akurat, representasinya dengan simbol dan padat, lebih berupa bahasa simbol mengenai ide dari pada mengenai bunyi (Suherman, 2001: 19).

Menurut Chambers (2008: 9) menyatakan bahwa,

(5)

14

Dari pernyataan tersebut menyatakan bahwa matematika adalah studi tentang pola diabstraksikan dari dunia di sekitar kita pelajari di matematika memiliki ribuan aplikasi, dalam seni, ilmu, keuangan, kesehatan dan rekreasi.

Reys (Suherman, 2003: 17) menyatakan bahwa matematika mempelajari tentang pola dan hubungan, cara berpikir, seni yang bersifat urut dan konsisten, bahasa yang menggunakan istilah dan simbol, serta alat yang dapat digunakan dalam menyelesaikan masalah dalam bidang lain, dunia kerja dan kehidupan sehari-hari. Soedjadi (Setianingsih, 2000: 135-146) menyatakan beberapa definisi matematika berdasarkan sudut pandang pembuatnya, sebagai berikut:

a. Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak dan terorganisir secara sistematis.

b. Matematika adalah pengetahuan tentang bilangan dan kalkulasi.

c. Matematika adalah pengetahuan tentang penalaran logika dan berhubungan dengan bilangan.

d. Matematika adalah pengetahun tentang fakta-fakta kuantitatif dan masalah ruang dan bentuk.

e. Matematika adalah pengetahuan tentang struktur-struktur yang logik. f. Matematika pengetahuan tentang aturan-aturan yang ketat.

Menurut Haylock & Thangata (2007: 3), menyatakan bahwa “Mathematics is important in everyday life, many forms of employment, science and technology, medicine, the economy, the environment and development, and in public

decision-making”.

(6)

15

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa matematika adalah suatu ilmu terstruktur yang berkenaan dengan ide-ide, struktur-struktur, dan hubungan-hubungan yang berkaitan dengan konsep-konsep abstrak terstruktur dan terorganisir secara sistematis dalam rangkaian urutan yang logis. Jadi matematika merupakan ilmu yang tidak sekedar menghitung secara teknis dan mekanis, tetapi matematika merupakan suatu ilmu deduktif formal dan abstrak yang dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Matematika terbagi ke dalam tiga bidang yaitu aljabar, analisis dan geometri.

4. Pembelajaran Matematika

Herman Hudojo (2005: 135) menyatakan bahwa pembelajaran matematika berarti pembelajaran tentang konsep-konsep atau struktur-struktur yang terdapat dalam bahasan yang dipelajari serta mencari hubungan-hubungan antara konsep-konsep atau struktur-struktur tersebut. Sesuai dengan pengertian di atas, pembelajaran matematika seharusnya dilaksanakan secara terpadu dengan mengoptimalkan peran siswa sebagai pembelajar. Siswa tidak hanya mendapatkan pemahaman konsep tetapi siswa juga diharapkan memiliki keterampilan dan kreativitas dalam belajar matematika sehingga mampu menerapkannya dalam menyelesaikan masalah sehari-hari.

(7)

16

siswa, guru dan siswa lain. Siswa juga bisa mengaitkan konsep yang dipelajarinya dengan konsep-konsep lain yang relevan, serta belajar memecahkan masalah sebagai latihan untuk membiasakan belajar dengan tingkat kognitif tinggi. Dengan pembelajaran seperti itu, diharapkan kelas menjadi lebih hidup karena siswa merasa senang dan berpartisipasi aktif dalam pembelajaran.

Menurut Harta (2006: 4) pembelajaran matematika ditujukan untuk membina kemampuan siswa diantaranya dalam memahami konsep matematika, menggunakan penalaran, menyelesaikan masalah, mengkomunikasikan gagasan, dan memiliki sikap menghargai terhadap matematika. Sedangkan menurut Sumarno (2004: 5) pembelajaran matematika diarahkan untuk mengembangkan kemampuan berpikir matematis, yang meliputi pemahaman, pemecahan masalah, penalaran, komunikasi, koreksi matematis, dan objektif. Dalam pembelajaran matematika, siswa dibiasakan untuk memperoleh pemahaman melalui pengalaman tentang sifat-sifat yang dimiliki dan yang tidak dimiliki dari sekumpulan objek (abstrak).

Menurut Romberg & Kaput (2009: 5) yang menyatakan bahwa, “School mathematics should be viewed as a human activity

that reflects the work of mathematicions-finding out why given techniques work, inventing view techniques, justifying assertions, and so forth. It should also reflect how users of mathematics investigate a problem situation, decide on variables, decide on ways to quantify and relate the variables, carry out calculations, make predictions, and verify the utility

of the predictions”.

(8)

17

mencari tahu mengapa dan bagaimana suatu teknik atau trik tertentu dapat bekerja, menemukan teknik baru, membenarkan pernyataan, dan lain sebagainya. Pembelajaran matematika juga harus mencerminkan bagaimana pengguna matematika menyelidiki situasi masalah, menentukan variabel, merumuskan cara untuk mengukur variabel-variabel, melakukan perhitungan, membuat prediksi, dan memverifikasi keakuratan dari prediksi tersebut.

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika adalah proses atau kegiatan guru mata pelajaran matematika dalam mengajarkan matematika kepada para siswanya, yang dalamnya terkandung upaya guru untuk memberi peluang kepada siswa untuk membangun pengetahuan matematika mereka melalui pengalaman yang bermakna. Pembelajaran matematika di SMP Negeri 2 Sentolo dalam penelitian ini adalah meliputi Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar) sebagai berikut:

Tabel 3.

SK dan KD Mata Pelajaran Matematika Kelas VIII

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

4. Menentukan unsur, bagian lingkaran serta ukurannya.

4.1. Menentukan unsur dan bagian-bagian lingkaran.

4.2. Menghitung keliling dan luas lingkaran.

B. Pemahaman Konsep Matematika

(9)

18

adalah siswa harus memahami matematika. Pemahaman adalah salah satu aspek dalam belajar yang digunakan sebagai dasar mengembangkan model pembelajaran dengan memperhatikan indikator pemahaman.

Pemahaman matematika menurut Pirie & Kieren (Koyama, 1992: 67) menyatakan bahwa:

“Mathematical understanding can be characterized as levelled

but non-linear. It is a recursive phenomenon and recursion is seen to occur when thinking moves between levels of sophistication. Indeed each level of understanding is contained within succeeding levels. Any particular level is dependent on the forms and processes within and, further, is constrained by those without.”

Dari pernyataan tersebut menyatakan bahwa pemahaman matematika dapat dikarakteristikan sebagai tingkatan tetapi tidak linear. Hal ini merupakan fenomena berulang dan berpikir, bergerak pada tingkat yang lebih canggih. Setiap tingkat pemahaman terkandung tingkat keberhasilan, tergantung pada bentuk dan proses dalam jarak tanpa dibatasi oleh apapun.

Menurut Hanna & Yackel (NCTM, 2000: 21) menyatakan bahwa “Learning with understanding can be further enhanced by

classroom interaction, as students propose mathematical ideas and conjectures, learn to evaluate their own thinking and that of others, and develop mathematical reasoning skill.”

Dari pernyataan tersebut menyatakan bahwa belajar dengan pemahaman dapat dicapai dari interaksi kelas sebagaimana siswa mengajukan ide-ide matematika dan konjektur, belajar mengevaluasi pemikiran mereka dan bagian lainnya, serta mengembangkan keterampilan penalaran matematika.

(10)

19

memandang sifat-sifat yang sama dari sekumpulan objek, sehingga seseorang dapat mengelompokkan atau mengklasifikasikan objek atau kejadian sekaligus menerangkan apakah objek tersebut merupakan contoh atau bukan contoh dari pengertian tersebut. Sebuah konsep matematika dapat dipelajari melalui: mendengarkan, melihat, menangani, dan berdiskusi.

Menurut Ansjar & Sembiring (2006: 25), penguasaan konsep matematika terdiri atas beberapa hal, yaitu sebagai berikut:

a. Mengucapkan konsep matematika dengan baik dan benar.

b. Menjelaskan konsep matematika dengan kalimat atau kata-kata biasa sehingga dapat dipahami orang lain.

c. Mengidentifikasikan keberlakuan atau ketidakberlakuan konsep matematika, yaitu kemampuan atau tidak menggunakan konsep pada tempat/situasi yang tepat.

d. Menginterpretasi suatu konsep matematika.

e. Menerapkan konsep matematika dengan benar dan baik dalam lingkungan matematika atau bidang lain.

f. Kemampuan berkomunikasi dan koneksi mengenai matematika.

Sedangkan menurut Schunk (2010: 194) menyatakan bahwa “Concept learning involves identifying attributes, generalizing them to new examples

(11)

20

Pemahaman konsep menurut Skemp (1971: 32) menyatakan bahwa “Concepts of a higher order than thosewhich a person already has cannot be communicated to him by a definition, but only by arranging for him to encounter a suitable collection of

example”.

Dari pernyataan tersebut menyatakan bahwa konsep merupakan derajat yang lebih tinggi yang mana tidak dapat dikomunikasikan dengan sebuah definisi, namun hanya sebagai pengatur dari ketentuan. Mengacu pada teori pemahaman dari Skemp, sebagai contoh siswa memahami geometri segitiga, maka konsep tersebut dapat dijadikan basis untuk pemahaman geometri segiempat bidang datar.

Sierpinska (1994: 4) menyatakan bahwa

“…understanding concept would consist in analyzing this

definition or this description, recognizing these relations and

these interpretations”.

Dari pernyataan tersebut menyatakan bahwa pemahaman konsep meliputi menganalisis definisi atau deskripsinya, mengenal hubungan-hubungan dan interpretasi-interpretasi didalamnya.

Pemahaman konsep adalah salah satu kecakapan atau kemahiran matematika yang diharapkan dapat tercapai dalam belajar matematika yaitu dengan menunjukkan pemahaman konsep matematika yang dipelajarinya, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah (Depdiknas, 2003: 2).

(12)

21

yang berhubungan dengan penguasaan atau mengerti tentang sesuatu. Dalam tingkatan ini siswa diharapkan mampu memahami konsep atau ide-ide matematika bila mereka dapat menggunakan beberapa kaidah yang relevan tanpa perlu menghubungkannya dengan ide-ide lain dengan segala implikasinya.

Petunjuk teknis peraturan Dirjen Dikdasmen Depdiknas tentang penilaian perkembangan anak didik SMP (Wardhani, 2006: 4) mengemukakan beberapa indikator dari pemahaman konsep sebagai hasil belajar matematika, diantaranya:

a. Menyatakan ulang sebuah konsep.

b. Mengklasifikasikan objek menurut sifat-sifat tertentu sesuai dengan konsepnya.

c. Memilih contoh dan bukan contoh dari konsep.

d. Menunjukkan syarat perlu atau syarat cukup dari suatu konsep. e. Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis. f. Memanfaatkan dan memilih operasi tertentu, serta mengaplikasikan

konsep ke penyelesaian masalah.

(13)

22 C. Sikap Terhadap Matematika

Secara historis, istilah ‘sikap’ (attitude) digunakan pertama kali oleh

Herbert Spencer di tahun 1862 yang pada saat itu diartikan olehnya sebagai status mental seseorang. Di masa-masa awal itu pula penggunaan konsep sikap sering dikaitkan dengan konsep mengenai postur fisik atau posisi tubuh seseorang. Pada tahun 1888 Lange menggunakan istilah sikap dalam bidang eksperimen mengenai respon untuk menggambarkan kesiapan seseorang sebagai subjek dalam menghadapi stimulus yang datang tiba-tiba. Oleh Lange kesiapan dalam diri individu untuk merespon stimulus itu disebut aufgabe atau

task attitude. Jadi, menurut istilah Lange, sikap tidak hanya merupakan aspek mental semata melainkan mencakup pula aspek respon fisik (Azwar, 2007: 3-4).

Sikap merupakan salah satu bagian dari kepribadian yang dapat mempengaruhi cara seseorang dalam bertindak dan bertingkah laku. Sikap juga telah didefinisikan dalam berbagai versi oleh para ahli. Puluhan definisi dan pengertian itu pada umumnya dapat dimasukkan ke dalam salah satu diantara tiga kerangka pemikiran (Azwar, 2007: 4).

(14)

23

Kelompok pemikiran yang ke dua diwakili oleh para ahli seperti Chave, Bogardus, LaPierre, Mead, dan Gordon Allport. Menurut kelompok pimikiran ini, sikap merupakan semacam kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan cara-cara tertentu. Dapat dikatakan bahwa kesiapan yang dimaksudkan merupakan kecenderungan potensial untuk bereaksi dengan cara tertentu apabila individu dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki adanya respons (Azwar, 2007: 5).

Kelompok pemikiran yang ketiga adalah kelompok yang berorientasi kepada skema triadik (triadic scheme). Menurut kerangka pemikiran ini, suatu sikap merupakan konstelasi komponen-konponen kognitif, afektif, dan konatif yang saling berinteraksi dalam memahami, merasakan, dan berperilaku terhadap suatu objek (Azwar, 2007: 5).

(15)

24 Gambar 1.

Konsepsi Skematik Rosenberg & Hovland Mengenai Sikap

Dalam skema gambar tersebut terlihat bahwa sikap seseorang terhadap suatu objek selalu berperan sebagai suatu perantara antara responsnya dan objek yang bersangkutan. Respon diklasifikasikan dalam tiga macam, yaitu respon kognitif (pernyataan mengenai apa yang diyakini), respon afektif (respon syaraf simpatetik dan pernyataan afeksi), serta respon kognitif (respon mengenai tindakan atau pernyataan mengenai perilaku). Masing-masing klasifikasi respon ini berhubungan dengan ketiga komponen sikapnya (Azwar, 2007: 7).

(16)

25

Menurut Nitko & Brokhart (2007: 451) menyatakan bahwa “Attitudes are characteristic of person that describe their positive and negative feelings toward particular objects, situations, institutions, persons, or ideas”.

Dari pernyataan tersebut menyatakan bahwa sikap adalah karakteristik dari seseorang yang menggambarkan perasaan positif dan negatif mereka terhadap objek, situasi, institusi, seseorang atau ide tertentu.

Menurut Leder (1992: 4) tentang sikap yakni:

“Attitudes involve what people think about, feel about, and how they would like to behave toward an attitude object. Behavior is not only determinated by what people would like to do but also by what they think they should do, that is, social norms, by what they have usually done, that is habits, and the expected coonsequences of behavior”.

Artinya sikap melibatkan apa yang orang pikirkan, apa yang orang rasakan dan bagaimana mereka bersikap terhadap objek sikap tersebut. Tingkah laku tidak hanya ditentukan oleh apa yang mereka ingin lakukan akan tetapi juga dipengaruhi oleh apa yang mereka pikirkan yang harus dilakukan yakni norma-norma sosial dengan apa yang biasa mereka lakukan, yaitu kebiasaan dan diharapkan konsekuensi dari sikap itu sendiri.

Menurut Alport (Shumway, 1980: 356) menyatakan bahwa “an attitude is a mental and neiral state of readiness, organized through experience, exerting a directive or dinamyc

influence upon the individual’s response to all objects and

situation with which it is related”.

(17)

26

atau situasi yang dihadapi secara nyata dapat dilihat melalui pilihan terhadap objek atau situasi tersebut.

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa sikap terhadap matematika adalah kecenderungan siswa terhadap matematika untuk mendekati atau menjauhi, menyenangi atau membenci sesuai dengan keyakinan dan perasaan siswa tersebut terhadap matematika. Siswa yang memiliki sikap positif terhadap matematika akan memiliki ciri antara lain: siswa terlihat sungguh-sungguh dalam belajar matematika, menyelesaikan tugas dengan baik dan tepat waktu, berpartisipasi aktif dalam diskusi, mengerjakan tugas-tugas rumah dengan tuntas dan selesai tepat pada waktunya.

D. Metode MindMapping

Pada tahun 1975, Tony Buzan telah mengembangkan suatu metode pembelajaran dalam dunia pendidikan yang dapat melatih siswa berpikir dengan lebih berdayaguna, yaitu suatu metode yang terkenal dengan istilah

(18)

27

bentuk metode belajar yang efektif untuk memahami kerangka konsep suatu materi pelajaran.

“The Mind Map harnesses the full range of cortical skills –

word, image, number, logic, rhythm, colour and spatial awareness – in a single, uniquely technique. In so doing, it gives you the freedom to roam the infinite expanse of your

brain. (Buzan & Buzan, 1994: 84)”.

Menurut Buzan (2010: 4) Mind Mapping adalah cara termudah menggali informasi dari dalam dan keluar otakmu. Mind Mapping adalah cara baru untuk belajar dan berlatih yang cepat dan ampuh. Mind Mapping adalah cara membuat catatan yang tidak membosankan. Mind Mapping adalah cara terbaik untuk mendapatkan ide baru dari apa yang dipahami dan apa yang diperoleh dari bacaan. Mind Mapping menjelaskan bahwa Mind Mapping

adalah sistem penyimpanan, penarikan data dan akses yang luar biasa untuk perpustakaan raksasa yang sebenarnya ada dalam otak yang menakjubkan. Dijelaskan Buzan bahwa Mind Mapping dapat membantu belajar, menyusun dan menyimpan sebanyak mungkin informasi yang diinginkan, dan mengelompokkannya dengan cara yang alami, memberi akses yang mudah dan langsung (ingatan yang sempurna) kepada apapun yang diinginkan.

(19)

28

konsep secara keseluruhan, dengan membentangkan subtopik-subtopik dan gagasan yang berkaitan dengan konsep tersebut dalam satu presentasi utuh pada selembar kertas, melalui penggambaran simbol, kata-kata, garis, dan tanda panah.

Menurut Buzan (2004: 68) Mind Mapping dapat menghubungkan konsep yang baru diperoleh siswa dengan konsep yang sudah didapat dalam proses pembelajaran, sehingga menimbulkan adanya tindakan aktif yang dilakukan oleh siswa. Sehingga akan menciptakan suatu hasil peta pikiran berupa konsep materi yang baru dan berbeda. Peta pikiran merupakan salah satu produk kreatif yang dihasilkan oleh siswa dalam kegiatan belajar.

Menurut Hudojo (2002: 25) melalui proses pembelajaran dengan metode Mind Mapping ini, guru membimbing siswa mempelajari konsep suatu materi pelajaran. Siswa mencari inti-inti pokok yang penting dari materi yang dipelajari. Setelah siswa memahami konsep materi yang dipelajari, kemudian siswa melengkapi dan membuat peta pikiran. Kegiatan berikutnya guru memberikan contoh soal kemudian dikerjakan oleh siswa, kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh pemahaman konsep siswa terhadap suatu materi yang dipelajari. Sehingga diharapkan siswa dapat mengembangkan kemampuan belajar mandiri, siswa memiliki kemampuan untuk mengembangkan pengetahuannya sendiri dan guru cukup berperan sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran.

(20)

29

peta pikiran. Menurut Buzan (2008: 171) menunjukan bahwa Mind Maping ini akan membantu anak: (1) Mudah mengingat sesuatu; (2) Mengingat fakta, Angka, dan Rumus dengan mudah; (3) Meningkatkan Motivasi dan Konsentrasi; (4) Mengingat dan menghafal menjadi lebih cepat. Tony Buzan juga menunjukan bahwa siswa akan menghafal dengan cepat dan mudah berkosentrasi dengan teknik peta pikiran sehingga menimbulkan keinginan untuk memperoleh pengetahuan serta keinginan untuk berhasil.

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa metode Mind Mapping adalah metode yang dirancang oleh guru untuk membantu siswa dalam proses belajar, menyimpan informasi berupa materi pelajaran yang diterima oleh siswa pada saat pembelajaran, dan membantu siswa menyusun inti-inti yang penting dari materi pelajaran kedalam bentuk peta atau grafik sehingga siswa lebih mudah memahaminya.

Buzan (2010: 15) menyatakan bahwa untuk memilah fakta-fakta dari sebuah teks untuk menjadikannya lebih mudah diingat, ada beberapa hal yang harus dilakukan dengan Mind Mapping, yaitu

a. Pertama, ambil beberapa pena warna dan selembar kertas putih biasa. Putar posisi kertas sehingga sisi panjangya terletak mendatar. Memulai dari tengah memberikan kebebasan untuk menyebar ke segala arah. b. Gambar gagasan utama dan tuliskan dibagian tengah kertas dengan

huruf besar. Gambar gagasan utama yang menarik membantu tetap fokus dan berkonsentrasi.

c. Pilihlah beberapa hal yang bisa diingat tentang gagasan utama tadi dan gambarlah cabang-cabang berpencar keluar dari gagasan utama. Gunakan warna yang berbeda untuk setiap cabang yang mampu menambah energy kepada pemikiran kreatif.

(21)

30

e. Dalam waktu yang tidak terlalu lama, sudah bisa dicantumkan semua gagasan dan hal-hal yang bisa diingat dari gagasan utama tadi di atas selembar kertas.

Dalam membuat Mind Mapping, Buzan (2007: 15) telah menyusun sejumlah aturan yang harus diikuti agar Mind Mapping yang dibuat dapat memberikan manfaat yang optimal. Berikut adalah rincian dalam membuat

MindMapping:

a. Kertas: polos dengan ukuran minimal A4 dan paling baik adalah ukuran A3 dengan orientasi horizontal (landscape). Central Topic

diletakkan ditengah-tengah kertas dan sedapat mungkin berupa Image

dengan minimal 3 warna.

b. Garis: lebih tebal untuk cabang dan selanjutnya semakin jauh dari pusat garis menjadi semakin tipis. Garis harus melengkung (tidak boleh garis lurus) dengan panjang yang sama dengan panjang kata atau

image yang ada diatasnya. Seluruh garis harus tersambung ke pusat. c. Kata: menggunakan kata kunci saja dan hanya satu kata untuk satu

garis. Harus selalu menggunakan huruf cetak supaya lebih jelas dengan huruf yang semakin mengecil untuk cabang yang semakin jauh dari pusat.

d. Image: gunakan sebanyak mungkin gambar, kode simbol, grafik, tabel, dan ritme karena lebih menarik serta mudah diingat dan dipahami. Kalau memungkinkan gunakan 3 Dimensi agar lebih menarik lagi. e. Warna: gunakan minimal 3 warna dan lebih baik 5-6 warna. Warna

berbeda untuk setiap cabang dan warna cabang harus mengikuti warna kata kunci.

f. Struktur: menggunakan struktur radian dengan sentral topik terletak di tengah-tengah kertas dan cabang-cabangnya menyebar ke segala arah. Kata kunci umumnya terdiri dari 2-7 buah yang disusun sesuai dengan arah jarum jam dimulai dari arah jam 1.

Adapun langkah-langkah penggunaan Mind Mapping dalam penelitian ini adalah:

a. Siswa menggunakan kertas putih tanpa garis dan alat tulis.

b. Siswa membuat gambar dan tulisan sebagai subjek utama di tengah-tengah kertas.

(22)

31 E. Metode Konvensional

Metode konvensional/ceramah digunakan sebagai metode mengajar, maksudnya adalah penerangan dan penuturan materi secara lisan terhadap kelasnya. Selama berlangsungnya ceramah, guru bisa menggunakan alat-alat bantu seperti gambar-gambar bagan. Tetapi metode utama dalam hubungan guru dengan siswa adalah berbicara. Peranan siswa dalam metode ceramah adalah mendengarkan dengan teliti serta mencatat pokok-pokok yang dikemukakan oleh guru (Suryosubroto, 2002: 165).

Menurut Djamarah (2000: 205-206), metode ceramah adalah metode yang boleh dikatakan metode tradisional karena sejak dahulu metode ini telah digunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru dan siswa dalam interaksi edukatif. Meski metode ini lebih banyak menuntut keaktifan guru daripada siswa, tetapi tetap tidak bisa ditinggalkan begitu saja dalam pengajaran. Apalagi dalam pendidikan dan pengajaran tradisional, seperti di pedesaan yang kekurangan fasilitas belajar dan tenaga guru.

Menurut Newby, Sepich, Lehman, et al (2006: 6) menyatakan bahwa: “… the traditional view of teaching and learning is one which the teacher stands and delivers the coment, while students sit and receive”.

Dari pernyataan tersebut menyatakan bahwa pandangan tradisional tentang pengajaran dan pembelajaran adalah guru berdiri dan menyampaikan materi, sementara siswa duduk dan menerima.

(23)

32

ber “gaya bank” penyelenggaraan pendidikan hanya dipandang sebagai suatu

aktivitas pemberian informasi yang harus “ditelan” oleh siswa, yang wajib diingat dan dihafal.

Jika dilihat dari tiga jalur modus penyampaian pesan pembelajaran, penyelenggaraan pembelajaran konvensional lebih sering menggunakan modus telling (pemberian informasi), daripada modus demonstrating

(memperagakan), dan doing direct performance (memberikan kesempatan untuk menampilkan unjuk kerja secara langsung). Dalam kata lain, guru lebih sering menggunakan strategi atau metode ceramah atau drill dengan mengikuti urutan materi dalam kurikulum guru berasumsi bahwa keberhasilan program pembelajaran dilihat dari ketuntasannya menyampaikan seluruh materi yang ada dalam kurikulum.

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa metode konvensional dapat dimaklumi sebagai metode pembelajaran yang lebih banyak berpusat pada guru, komunikasi lebih banyak satu arah dari guru ke siswa, metode pembelajaran lebih pada penguasaan konsep-konsep bukan kompetensi sedangkan siswa hanya menyalin catatan guru dari papan tulis. F. Kajian Penelitian Yang Relevan

Penelitian yang relevan merupakan uraian yang sistematis tentang hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti terdahulu yang terkait dengan penelitian yang telah dilakukan

(24)

33

Siswa Dalam Pembelajaran Matematika Siswa Kelas VIII SMP Negeri 4 Depok”. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa:

pelaksanaan pembelajaran Matematika dengan menggunakan Mind Map (Peta Pemikiran) dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari: (a) data hasil observasi motivasi belajar siswa yang mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar 56,25% menjadi 71,25% dengan kategori tinggi. (b) Data hasil angket motivasi siswa mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar 66,70% menjadi 79,94% dengan kategori tinggi. (c) Rata-rata hasil tes siklus mengalami peningkatan, rata-rata pada siklus I yaitu 75,18 meningkat menjadi 90,18 pada siklus II. (d) Dari hasil wawancara diperoleh keterangan bahwa secara umum siswa termotivasi dalam belajar.

2. Menurut Putri (2011) dalam penelitian yang berjudul “Meningkatkan Pemahaman Konsep Matematika Dengan Menerapkan Metode Mind Mapping

Pada Kelas VIII SMP Negeri 2 Nanggulan Kulon Progo”. Berdasarkan hasil

penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa: kemampuan pemahaman konsep matematika siswa meningkat setelah menerapkan metode Mind Mapping

sebesar 11% yaitu dari 73% pada siklus I menjadi 84% pada siklus II.

3. Menurut Masykuri (2013) dalam penelitian yang berjudul “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Bangun Ruang Menggunakan Metode Mind Map Pada Siswa Kelas V SD N Tamanagung 4 Kecamatan Muntilan”. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa:

(25)

34

mengalami peningkatan. Hal ini ditunjukkan dengan adanya peningkatan rata-rata hasil belajar matematika siswa kelas V sebesar 49,01%. Selain itu dari hasil analisis data observasi mengalami peningkatan yaitu dari 46,7% aspek terpenuhi menjadi 86,7% aspek.

4. Menurut Hafiz (2010) dalam penelitian yang berjudul “Pengaruh Pendekatan Matematika Realistik Terhadap Sikap Siswa Dalam Pembelajaran Matematika”. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa:

dari perhitungan uji-t menunjukkan thitung 3,82 dan ttabel 1,66 pada signifikansi 5% yang berarti thitung>ttabel (3,82>1,66), maka H0 ditolak dan H1 diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa rata-rata sikap siswa dalam pembelajaran matematika yang diajari dengan pendekatan matematika realistik lebih tinggi dari rata-rata sikap siswa yang diajari dengan pendekatan konvensional. Dengan demikian, penerapan pembelajaran matematika dengan pendekatan matematika realistik berpengaruh terhadap sikap siswa dalam pembelajaran matematika.

Berdasarkan pada penelitian-penelitian tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang pengaruh metode Mind Mapping untuk meningkatkan pemahaman konsep dan sikap siswa dalam pembelajaran matematika kelas VIII SMP Negeri 2 Sentolo. Perbedaan penelitian ini dengan sebelumnya adalah terletak pada subjek dan objek yang diteliti.

G. Kerangka Berpikir

(26)

35

ditekankan terlebih dahulu adalah pemahaman konsep dengan baik dan benar. Agar siswa lebih memahami konsep dengan baik dan benar, para guru matematika harus berusaha untuk mewujudkan keabstrakan konsep menjadi yang lebih konkret. Pemahaman konsep adalah kemampuan siswa dalam mengklarifikasi konsep dan mengimplementasikan konsep berdasarkan contoh dan bukan contoh, dan siswa dapat mengungkapkan suatu konsep dengan menggunakan kata-kata sendiri disertai alasannya.

Masalah yang sering terjadi yaitu siswa hafal suatu konsep, tetapi siswa tidak bisa menerapkan suatu konsep dalam memecahkan masalah. Selain itu kebiasaan guru langsung memberikan suatu konsep secara baku, tanpa menjelaskan pembentukan konsep itu berlangsung. Akibatnya ketika siswa mengerjakan soal yang berbeda dengan yang diberikan contoh oleh guru atau siswa harus mencari konsep yang belum diketahui dalam soal, siswa belum mampu mengerjakannya.

Salah satu cara agar siswa mudah memahami konsep matematika, yaitu dengan melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran. Pembelajaran matematika yang melibatkan siswa aktif dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa dalam memahami sebuah konsep serta dapat menyelesaikan masalah dengan ketrampilan-ketrampilan dan ilmu pengetahuan yang telah dimiliki.

(27)

36

untuk meningkatkan pengetahuan siswa dalam penguasaan konsep dari suatu pokok materi pelajaran. Adapun tahapan dalam pelaksanaan pembelajaran dengan metode ini adalah (1) mempelajari konsep suatu materi pelajaran, (2) menentukan ide-ide pokok, (3) membuat peta pikiran, (4) mempresentasikan di depan kelas.

Gambar 2.

Diagram Kerangka Berpikir

H. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kajian pustaka dan landasan teori tersebut, dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:

1. Terdapat pengaruh penggunaan metode Mind Mapping untuk meningkatkan pemahaman konsep matematika kelas VIII SMP Negeri 2 Sentolo.

2. Terdapat pengaruh penggunaan metode Mind Mapping terhadap sikap siswa dalam pembelajaran matematika kelas VIII SMP Negeri 2 Sentolo. 3. Penggunaan metode Mind Mapping lebih berpengaruh daripada

penggunaan metode konvensional untuk meningkatkan pemahaman Kelas Eksperimen Kelas Kontrol Pre-Test Angket Pre-Test Angket Post-Test Angket Post-Test Angket Metode Mind

(28)

37

Gambar

Tabel 3. SK dan KD Mata Pelajaran Matematika Kelas VIII
Gambar 1. Konsepsi Skematik Rosenberg & Hovland Mengenai Sikap
Gambar 2. Diagram Kerangka Berpikir

Referensi

Dokumen terkait

Pengembangan desain perkuliahan kimia sekolah berbasis model mental untuk meningkatkan pemahaman materi subyek mahasiswa calon guru kimia.. Universitas Pendidikan Indonesia |

Dalam penulisan mi, metode yang digunakan dalam perhitungan harga pokok pesanan adalah yang diterapkan oleh perusahaan yang selanjutnya akan dibandingkan dengan metodefiili

Silahkan konsultasikan dengan guru anda apabila menemukan jawaban atau pembahasan yang kurang tepat pada latihan soal ujian nasional berikut... Dari 40 siswa di suatu kelas terdapat

Dengan mempergunakan data tersebut dan data dimensi persimpangan dan akses kondisi saat ini maupun kondisi desain sesuai dengan usulan Master Plan UKP (Tabel 2),

Dalam etnik Minangkabau terdapat banyak klan , dimana mereka sendiri yang menyebutnya dengan istilah suku.. Awalnya sebagai suku mereka ada

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, terdapat 2 rasio keuangan yang signifikan, yaitu Current Ratio dan Debt to Total Asset , hal ini berarti kedua rasio tersebut

Bagaimana pengaruh proses hardening dengan variasi temperatur dan media pendingin terhadap sifat kekerasan dan ketahanan aus sebagai solusi kegagalan yang terjadi pada

Kita dapat menunggang “kuda” yang berasal dari orang lain atau lembaga lain untuk menemukan pintu. Orang tua, mertua, atasan, almamater, kantor tempat Anda bekerja, pasangan