BAB 1 KASUS I. IDENTITAS PENDERITA
Nama : Nn. K
Umur : 20 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Besole poncosari srandakan
Agama : Islam
No. CM : 6793553
Tanggal Periksa : 28 Desember 2014 II.DATA DASAR
A. Anamnesis
Keluhan Utama : benjolan di bawah dagu Riwayat Penyakit Sekarang :
- Lokasi: dibawah dagu
- Onset dan kronologis: ±4 bulan yang lalu timbul benjolan di bawah dagu pasien sebesar
kelereng dan terasa nyeri, pasien berobat ke RSUD Panembahan Senopati Bantul.
- Kualitas: Benjolan teraba keras, warna kemerahan, tidak timbul borok.
- Kuantitas: Ukuran sebesar kelereng
- Faktor yang memperberat: Tidak ada
- Faktor yang memperingan: Tidak ada
- Gejala penyerta: Nyeri tekan (-), demam lama (-), nafsu makan berkurang (-), berat badan
turun (-), mudah lelah (-), batuk-batuk lama (-), suara serak (-), sulit menelan (-), telinga gembrebeg (-), keluar cairan dari telinga (-), mimisan (-), hidung buntu (-), nyeri kepala (-), pandangan kabur (-), benjolan di tempat lain (-), gigi berlubang (+).
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat sakit seperti ini sebelumnya (-) Riwayat terpapar radiasi disangkal.
Riwayat sakit darah tinggi disangkal Riwayat sakit kencing manis disangkal Riwayat sakit jantung.
Riwayat keganasan pada organ lain disangkal. Riwayat batuk lama disangkal.
Riwayat alergi disangkal. Riwayat Penyakit Keluarga : Riwayat tumor dalam keluarga (-)
Riwayat sakit darah tinggi, sakit jantung dan kencing manis dalam keluarga disangkal.
B. PEMERIKSAAN FISIK Status Generalis
Keadaan Umum : sadar, baik
Tanda Vital : TD : 130/90 mmHg
N : 76 x/menit, reguler, isi dan tegangan cukup RR : 18 x/menit
Suhu: 36,30 C (axial)
Kepala : normosefal, turgor dahi cukup
Mata : konjungtiva palpebra anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), exopthalmus (-/-) Telinga : discharge (-/-)
Hidung : discharge (-/-)
Mulut : bibir kering (-), sianosis (-)
Tenggorok : T1-1 hiperemis (-), faring hiperemis (-/-), massa (-)
Leher : pembesaran limfonodi (-/-), deviasi trachea (-) Dada : retraksi (-)
Cor : Ictus cordis tak tampak
Au: Suara jantung I-II murni, bising (-), gallop (-) Pulmo : Simetris, statis, dinamis
Abdomen : benjolan di regio inguinal dextra (-), venektasi (-) Bising usus (+) normal Timpani, pekak sisi (+) normal, pekak alih (-)
Edema - + pitting Akral dingin Sianosis Capillary refill <2”/<2” <2”/<2” Status lokalis :
1. Regio trigonum submentale
a. Inspeksi : tampak benjolan, warna kulit kemerahan, darah (-), ulkus (-),
venektasi (-)
b. Palpasi : teraba benjolan ukuran 2 cm x 2 cm x 1 cm, konsistensi padat,
permukaan licin, batas tegas, tidak dapat digerakkan, nyeri tekan (-) IV. DIAGNOSIS KERJA
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kelenjar Getah Bening Normal
2.1.1. Anatomi dan Fisiologi
Pembesaran KGB dapat dibedakan menjadi pembesaran KGB local (limfadenopati lokalisata) dan pembesaran KGB umum (limfadenopati generalisata). Limfadenopati lokalisata didefinisikan sebagai pembesaran KGB hanya pada satu daerah saja, sedangkan limfadenopati generalisata apabila pembesaran KGB pada dua atau lebih daerah yang berjauhan dan simetris.
Ada sekitar 300 KGB di daerah kepala dan leher, gambaran lokasi terdapatnya KGB pada daerah kepala dan leher adalah sebagai berikut: 1,2,6
Gambar 1. Lokasi kelenjar getah bening (KGB) di daerah kepala dan leher. 6
Secara anatomi aliran getah bening aferen masuk ke dalam KGB melalui simpai (kapsul) dan membawa cairan getah bening dari jaringan sekitarnya dan aliran getah bening
eferen keluar dari KGB melalui hilus. Cairan getah bening masuk kedalam kelenjar melalui lobang-lobang di simpai. Di dalam kelenjar, cairan getah bening mengalir dibawah simpai di dalam ruangan yang disebut sinus perifer yang dilapisi oleh sel endotel. 4,6-12 Jaringan ikat trabekula terentang melalui sinus-sinus yang menghubungkan simpai dengan kerangka retikuler dari bagian dalam kelenjar dan merupakan alur untuk pembuluh darah dan syaraf. 4,6-12 Dari bagian pinggir cairan getah bening menyusup kedalam sinus penetrating yang juga dilapisi sel endotel. Pada waktu cairan getah bening di dalam sinus penetrating melalui hilus, sinus ini menempati ruangan yang lebih luas dan disebut sinus meduleri. Dari hilus cairan ini selanjutnya menuju aliran getah bening eferen. 4,6-12
Pada dasarnya limfosit mempunyai dua bentuk, yang berasal dari sel T (thymus) dan sel B (bursa) atau sumsum tulang. Fungsi dari limfosit B dan sel-sel turunanya seperti sel plasma, imunoglobulin, yang berhubungan dengan humoral immunity, sedangkan T limfosit berperan terutama pada cell-mediated immunity. 4,6-12,14 Terdapat tiga daerah pada KGB yang berbeda: korteks, medula, parakorteks, ketiganya berlokasinya antara kapsul dan hilus. Korteks dan medulla merupakan daerah yang mengandung sel B, sedangkan daerah parakorteks mengandung sel T. 4,6-12 Dalam korteks banyak mengandung nodul limfatik (folikel), pada masa postnatal, biasanya berisi germinal center. Akibatnya terjadi stimulasi antigen, sel B didalam germinal centers berubah menjadi sel yang besar, inti bulat dan anak inti menonjol. Yang sebelumnya dikenal sebagai sel retikulum, sel-selnya besar yang ditunjukan oleh Lukes dan Collins (1974) sebagai sel noncleaved besar, dan sel noncleaved kecil. Sel noncleaved yang besar berperan pada limphopoiesis atau berubah menjadi immunoblas, diluar germinal center, dan berkembang didalam sel plasma. 4,6
2.1.2. Fungsi Kelenjar Getah Bening
Fungsi utama KGB adalah sebagai penyaring (filtrasi) dari berbagai mikroorganisme asing dan partikel-partikel akibat hasil dari degradasi sel-sel atau metabolisme. 7-11
2.2. Epidemiologi
Insiden limfadenopati belum diketahui dengan pasti. Sekitar 38% sampai 45% pada anak normal memiliki KGB daerah servikal yang teraba. Limfadenopati adalah salah satu masalah klinis pada anak-anak. Pada umumnya limfadenopati pada anak dapat hilang dengan sendirinya apabila disebabkan infeksi virus. 1,15 Studi yang dilakukan di Amerika Serikat, pada umumnya infeksi virus ataupun bakteri merupakan penyebab utama limfadenopati. Infeksi mononukeosis dan cytomegalovirus (CMV) merupakan etiologi yang penting, tetapi kebanyakan disebabkan infeksi saluran pernafasan bagian atas. Limfadenitis lokalisata lebih banyak disebabkan infeksi Staphilococcus dan Streptococcus beta-hemoliticus. 16 Dari studi yang dilakukan di Belanda, ditemukan 2.556 kasus limadenopati yang tidak diketahui penyebabnya. Sekitar 10% kasus diantaranya dirujuk ke subspesialis, 3,2% kasus membutuhkan biopsi dan 1.1% merupakan suatu keganasan. Penderita limfadenopati usia >40
tahun memiliki risiko keganasan sekitar 4% dibandingkan dengan penderita limfadenopati usia <40 tahun yang memiliki risiko keganasan hanya sekitar 0,4%. 1-3,15,16
2.3. Etiologi
Penyebab yang paling sering limfadenopati adalah: 1. Infeksi
a. Infeksi virus
Infeksi yang disebabkan oleh virus pada saluran pernapasan bagian atas seperti Rinovirus, Parainfluenza Virus, influenza Virus, Respiratory Syncytial
Virus (RSV), Coronavirus, Adenovirus ataupun Retrovirus. Virus lainnya Ebstein Barr Virus (EBV), Cytomegalo Virus (CMV), Rubela, Rubeola, Varicella-Zooster Virus, Herpes Simpleks Virus, Coxsackievirus, dan Human Immunodeficiency Virus (HIV). 1,2,16,17 Infeksi HIV sering menyebabkan limfadenopati serivikalis
yang merupakan salah satu gejala umum infeksi primer HIV. Infeksi primer atau akut adalah penyakit yang dialami oleh sebagian orang pada beberapa hari atau minggu setelah tertular HIV. Gejala lain termasuk demam dan sakit kepala, dan sering kali penyakit ini dianggap penyakit flu (influenza like illness). 3 Segera setelah seseorang terinfeksi HIV, kebanyakan virus keluar dari darah. Sebagian melarikan diri ke sistem limfatik untuk bersembunyi dan menggandakan diri dalam sel di KGB, diperkirakan hanya sekitar 2% virus HIV ada dalam darah. Sisanya ada pada sistem limfatik, termasuk limpa, lapisan usus dan otak. 3
Pada penderita HIV positif, aspirat KGB dapat mengandung immunoblas yang sangat banyak. Pada beberapa kasus juga tampak sel-sel imatur yang banyak. Pada fase deplesi, pada aspirat sedikit dijumpai sel folikel, immunoblas dan
tingible body macrophage, tetapi banyak dijumpai sel-sel plasma. 4 Limfadenopati
generalisata yang persisten (persistent generalized lymphadenopathy/PGL) adalah limfadenopati pada lebih dari dua tempat KGB yang berjauhan, simetris dan bertahan lama. PGL adalah gejala khusus infeksi HIV yang timbul pada lebih dari 50% Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) dan PGL ini sering disebabkan oleh infeksi HIV-nya itu sendiri. 3 PGL biasanya dialami waktu tahap infeksi HIV tanpa gejala, dengan jumlah CD4 di atas 500, dan sering hilang bila kadar CD4
menurun hingga kadar CD4 200. Kurang lebih 30% orang dengan PGL juga mengalami splenomegali. 3
Batasan limfadenopati pada infeksi HIV adalah sebagai berikut: Melibatkan sedikitnya dua kelompok kelenjar getah bening
Sedikitnya dua kelenjar yang simetris berdiameter lebih dari 1 cm dalam setiap kelompok
Berlangsung lebih dari satu bulan
Tidak ada infeksi lain yang menyebabkannya Pembengkakan kelenjar getah bening bersifat tidak sakit, simetris dan kebanyakan terdapat di leher bagian belakang dan depan, di bawah rahang bawah, di ketiak serta di tempat lain, tidak termasuk di inguinal. Biasanya kulit pada kelenjar yang bengkak karena PGL akibat HIV tidak berwarna merah. Kelenjar yang bengkak kadang kala sulit dilihat, dan lebih mudah ditemukan dengan cara menyentuhnya. Biasanya kelenjar ini berukuran sebesar kacang polong sampai sebesar buah anggur. 3
b. Infeksi bakteri
Peradangan KGB (limfadenitis) dapat disebabkan Streptokokus beta hemolitikus Grup A atau stafilokokus aureus. Bakteri anaerob bila berhubungan dengan caries dentis dan penyakit gusi, radang apendiks atau abses tubo-ovarian. 3,4,6
Tabel 1. Penyebab Infeksi pada Limfadenopati Servikalis Bacteria Bacteria
Gram-positive cocci —Staphylococcus aureus
—Streptococcus pyogenes (group A) —Streptococcus agalactiae (group B) —Anaerobic organisms
Peptococcus sp Peptostreptococcus sp
Gram-positive rods
Viruses
DNA enveloped viruses —Cytomegalovirus —Epstein-Barr virus
—Herpes simplex virus types 1 and 2 —Human herpesvirus 6
—Varicella-zoster virus DNA nonenveloped viruses —Adenovirus
—Bacillus anthracis —Corynebacterium diphtheriae Gram-negative rods —Bartonella henselae —Calymmatobacterium granulomatis —Haemophilus influenzae —Serratia marcescens
—Associated with the enteric tract Acinetobacter sp Escherichia coli Proteus sp Pseudomonas aeruginosa Salmonella typhi Shigella sp
—Associated with zoonoses
Brucella sp Francisella tularensis Yersinia pestis Yersinia enterocolitica Yersinia pseudotuberculosis —Anaerobic Bacteroides sp
Mycobacteria and Actinomycetes
Actinomyces israelii
Mycobacterium tuberculosis
Mycobacterium avium-intracellulare Mycobacterium scrofulaceum
Nocardia asteroides
RNA enveloped viruses
—Human immunodeficiency virus —Influenza virus
—Measles virus —Mumps virus —Parainfluenza virus
—Respiratory syncytial virus —Rubella virus
RNA nonenveloped viruses —Coxsackieviruses —Rhinoviruses F ungi Aspergillus fumigatus Candida sp Cryptococcus neoformans Dermatophytes Histoplasma capsulatum Paracoccidioides brasiliensis Sporothrix schenckii Protozoa Leishmania sp Toxoplasma gondii
Trypanosoma brucei gambiense Trypanosoma brucei rhodesiense
Spirochetes
Leptospira interrogans Treponema pallidum
Rickettsiae
Pada awal infeksi, aspirat mengandung campuran neutrofil dan limfosit. Kemudian mengandung bahan pirulen dari neutrofil dan massa debris. Limfadenitis bakterial akut biasanya menyebabkan KGB berwarna merah, panas dan nyeri tekan. Biasanya penderita demam dan terjadi leukositosis neutrofil pada pemeriksaan darah tepi. 3-,6,18-22
Pada infeksi oleh Mikobakterium tuberkulosis, aspirat tampak karakteristik sel epiteloid dengan latar belakang limfosit dan sel plasma. Sel epiteloid berupa sel bentuk poligonal yang lonjong dengan sitoplasma yang pucat, batas sel yang tidak jelas, kadang seperti koma atau inti yang berbentuk seperti bumerang yang pucat, berlekuk dengan kromatin halus. 3-,6,18-22
Gambar 3. Limfadenitis granulomatosa. Tampak sel epiteloid pada aspirat penderita limfadenitis tuberkulosis. 4
Keganasan seperti leukemia, neuroblastoma, rhabdomyo-sarkoma dan limfoma juga dapat menyebabkan limfadenopati. Diagnosis defenitif suatu limfoma membutuhkan tindakan biopsi eksisi, oleh karena itu diagnosis subtipe limfoma dengan menggunakan biopsi aspirasi jarum halus masih merupakan kontroversi. Aspirat Limfoma non-Hodgkin berupa populasi sel yang monoton dengan ukuran sel yang hamper sama.
Biasanya tersebar dan tidak berkelompok. 1,2,4 Diagnostik sitologi Limfoma Hodgkin umumnya dibuat dengan ditemukannya tanda klasik yaitu sel Reed Sternberg dengan latar belakang limfosit, sel plasma, eosinofil dan histiosit. Sel Reed Sternberg adalah sel yang besar
dengan dua inti atau multinucleated dengan sitoplasma yang banyak dan pucat. 4 Metastasis karsinoma merupakan penyebab yang lebih umum dari limfadenopati dibandingkan dengan limfoma, khususnya pada penderita usia lebih dari 50 tahun. Dengan teknik biopsi aspirasi jarum halus lebih mudah mendiagnosis suatu metastasis karsinoma daripada limfoma. 2,4
Gambar 4. Limfoma Hodgkin. Tampak sel Reed Sternberg klasik dengan atar belakang limfosit dan eosinofil. 4
Penyakit lainnya yang salah satu gejalanya adalah limfadenopati adalah penyakit
Kawasaki, penyakit Kimura, penyakit Kikuchi, penyakit Kolagen, penyakit Cat-scratch,
penyakit Castleman, Sarcoidosis, Rhematoid arthritis dan Sisestemic lupus erithematosus (SLE). 1-3,15 17
Obat-obatan dapat menyebabkan limfadenopati generalisata. Limfadenopati dapat timbul setelah pemakaian obat-obatan seperti fenitoin dan isoniazid. Obat-obatan lainnya seperti allupurinol, atenolol, captopril, carbamazepine, cefalosporin, emas, hidralazine, penicilin, pirimetamine, quinidine, sulfonamida, sulindac). 1-3,15-17
Imunisasi dilaporkan juga dapat menyebabkan limfadenopati di daerah leher, seperti setelah imunisasi DPT, polio atau tifoid. 1-3,15-17
Gambar 5. Metastasis keratinizing squomous cell carcinoma.
Tampak sel-sel yang mengalami keratinisasi pada aspirat dari penderita karsinoma laring.4 Meskipun demikian, masing-masing penyebab tidak dapat ditentukan hanya dari pembesaran KGB saja, melainkan dari gejala-gejala lainnya yang menyertai pembesaran KGB tersebut. 1
2.4. Diagnosis
Diagnosis limfadenopati memerlukan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang apabila diperlukan. 1,2
2.4.1. Anamnesis
Dari anamnesis dapat diperoleh keterangan lokasi, gejala-gejala penyerta, riwayat penyakit, riwayat pemakaian obat dan riwayat pekerjaan. 1,2,15,16 Lokasi Lokasi pembesaran KGB pada dua sisi leher secara mendadak biasanya disebabkan oleh infeksi virus saluran pernapasan bagian atas. Pada infeksi oleh penyakit kawasaki umumnya pembesaran KGB hanya satu sisi saja. Apabila berlangsung lama (kronik) dapat disebabkan infeksi oleh Mikobakterium, Toksoplasma, Ebstein Barr Virus atau Citomegalovirus. 1,2,15,16 Gejala
penyerta Demam, nyeri tenggorok dan batuk mengarahkan kepada penyebab infeksi saluran
kepada infeksi tuberkulosis atau keganasan. Demam yang tidak jelas penyebabnya, rasa lelah dan nyeri sendi meningkatkan kemungkinan oleh penyakit kolagen atau penyakit serum (serum sickness), ditambah adanya riwayat pemakaian obat-obatan atau produk darah. 1,2,15,16
Riwayat penyakit
Riwayat penyakit sekarang dan dahulu seperti adanya peradangan tonsil sebelumnya, mengarahkan kepada infeksi oleh Streptococcus; luka lecet pada wajah atau leher atau tanda-tanda infeksi mengarahkan penyebab infeksi Staphilococcus; dan adanya infeksi gigi dan gusi juga dapat mengarahkan kepada infeksi bakteri anaerob. Transfusi darah sebelumnya dapat mengarahkan kepada Citomegalovirus, Epstein Barr Virus atau HIV. 1,2,15,16
Riwayat pemakaian obat
Penggunaan obat-obatan Limfadenopati dapat timbul setelah pemakaian obat-obatan seperti fenitoin dan isoniazid. Obat-obatan lainnya seperti allupurinol, atenolol, captopril, carbamazepine, cefalosporin, emas, hidralazine, penicilin, pirimetamine, quinidine, sulfonamida, sulindac. Pembesaran karena obat umumnya seluruh tubuh (limfadenopati generalisata). 1,2,15,16
Riwayat pekerjaan
Paparan terhadap infeksi paparan/kontak sebelumnya kepada orang dengan infeksi saluran napas atas, faringitis oleh Streptococcus, atau tuberculosis turut membantu mengarahkan penyebab limfadenopati. Riwayat perjalanan atau pekerjaan, misalnya perjalanan ke daerah-daerah di Afrika dapat mengakibatkan penyakit Tripanosomiasis, orang yang bekerja dalam hutan dapat terkena Tularemia. 1,2,15,16
2.4.2. Pemeriksaan fisik
Secara umum malnutrisi atau pertumbuhan yang terhambat mengarahkan kepada penyakit kronik seperti tuberkulosis, keganasan atau gangguan system kekebalan tubuh. 1,2,15,16 Karakteristik dari KGB dan daerah sekitarnya harus diperhatikan. KGB harus diukur untuk perbandingan berikutnya. Harus dicatat ada tidaknya nyeri tekan, kemerahan, hangat
pada perabaan, dapat bebas digerakkan atau tidak dapat digerakkan, apakah ada fluktuasi, konsistensi apakah keras atau kenyal. 1,2,15,16
Ukuran: normal bila diameter 0,5 cm dan lipat paha >1,5 cm dikatakan abnormal. Nyeri tekan: umumnya diakibatkan peradangan atau proses perdarahan.
Konsistensi: keras seperti batu mengarahkan kepada keganasan, padat seperti karet mengarahkan kepada limfoma; lunak mengarahkan kepada proses infeksi; fluktuatif mengarahkan telah terjadinya abses/pernanahan.
Penempelan/bergerombol: beberapa KGB yang menempel dan bergerak bersamaan bila digerakkan. Dapat akibat tuberkulosis, sarkoidosis atau keganasan.
Pembesaran KGB leher bagian posterior biasanya terdapat pada infeksi rubela dan mononukleosis. Supraklavikula atau KGB leher bagian belakang memiliki risiko keganasan lebih besar daripada pembesaran KGB bagian anterior. 1,2,15,16 Pembesaran KGB leher yang disertai daerah lainnya juga sering disebabkan oleh infeksi virus. Keganasan, obat-obatan, penyakit kolagen umumnya dikaitkan degnan pembesaran KGB generalisata. 1,2,15,16
Pada pembesaran KGB oleh infeksi virus, umumnya bilateral lunak dan dapat digerakkan. Bila ada infeksi oleh bakteri, kelenjar biasanya nyeri pada penekanan, baik satu sisi atau dua sisi dan dapat fluktuatif dan dapat digerakkan. Adanya kemerahan dan suhu lebih panas dari sekitarnya mengarahkan infeksi bakteri dan adanya fluktuatif menandakan terjadinya abses. Bila limfadenopati disebabkan keganasan tanda-tanda peradangan tidak ada, KGB keras dan tidak dapat digerakkan oleh karena terikat dengan jaringan di bawahnya. 1,2,15,16
Pada infeksi oleh mikobakterium, pembesaran kelenjar berjalan berminggu-minggu sampai berbulan-bulan, walaupun dapat mendadak, KGB menjadi fluktuatif dan kulit diatasnya menjadi tipis, dan dapat pecah dan terbentuk jembatan-jembatan kulit di atasnya. 1,2,15,16
Adanya tenggorokan yang merah, bercak-bercak putih pada tonsil, bintikbintik merah pada langit-langit mengarahkan infeksi oleh bakteri streptokokus. Adanya selaput pada dinding tenggorok, tonsil, langit-langit yang sulit dilepas dan bila dilepas berdarah, pembengkakan pada jaringan lunak leher (bull neck) mengarahkan kepada infeksi oleh bakteri difteri. Faringitis, ruam-ruam dan pembesaran limpa mengarahkan kepada infeksi Epstein
Adanya radang pada selaput mata dan bercak koplik mengarahkan kepada campak. Adanya pucat, bintik-bintik perdarahan (bintik merah yang tidak hilang dengan penekanan), memar yang tidak jelas penyebabnya, dan pembesaran hati dan limpa mengarahkan kepada leukemia. Demam panjang yang tidak berespon dengan obat demam, kemerahan pada mata, peradangan pada tenggorok, strawberry tongue, perubahan pada tangan dan kaki (bengkak, kemerahan pada tangan dan kaki) dan limfadenopati satu sisi (unilateral) mengarahkan kepada penyakit Kawasaki. 1,2,15,16
2.4.2. Pemeriksaan Penunjang
Ultrasonografi (USG)
USG merupakan salah satu teknik yang dapat dipakai untuk mendiagnosis limfadenopati servikalis. Penggunaan USG untuk mengetahui ukuran, bentuk, echogenicity, gambaran mikronodular, nekrosis intranodal dan ada tidaknya kalsifikasi. 15,23 USG dapat dikombinasi dengan biopsi aspirasi jarum halus untuk mendiagnosis limfadenopati dengan hasil yang lebih memuaskan, dengan nilai sensitivitas 98% dan spesivisitas 95%. 15,23
CT Scan
CT scan dapat mendeteksi pembesaran KGB servikalis dengan diameter 5 mm atau lebih. Satu studi yang dilakukan untuk mendeteksi limfadenopati supraklavikula pada penderita nonsmall
cell lung cancer menunjukkan tidak ada perbedaan sensitivitas yang signifikan dengan
Gambar 6. Gray-scale sonogram metastasis pada KGB. Tampakadanya hypoechoic, round, tanpa echogenic hilus (tanda panah). Adanya nekrosis koagulasi (tanda kepala panah). 23 2.4. Pengobatan
Pengobatan limfadenopati KGB leher didasarkan kepada penyebabnya. Banyak kasus dari pembesaran KGB leher sembuh dengan sendirinya dan tidak membutuhkan pengobatan apapun selain observasi. 1 Kegagalan untuk mengecil setelah 4-6 minggu dapat menjadi indikasi untuk dilaksanakan biopsi KGB. Biopsi dilakukan terutama bila terdapat tanda dan gejala yang mengarahkan kepada keganasan. KGB yang menetap atau bertambah besar walau dengan pengobatan yang adekuat mengindikasikan diagnosis yang belum tepat. 1 Antibiotik perlu diberikan apabila terjadi limfadenitis supuratif yang biasa disebabkan oleh
Staphyilococcus. aureus dan Streptococcus pyogenes (group A).
Pemberian antibiotik dalam 10-14 hari dan organisme ini akan memberikan respon positif dalam 72 jam. Kegagalan terapi menuntut untuk dipertimbangkan kembali diagnosis dan penanganannya. 17 Pembedahan mungkin diperlukan bila dijumpai adanya abses dan evaluasi dengan menggunakan USG diperlukan untuk menangani pasien ini. 17
DAFTAR PUSTAKA
1. Anonim. 2011. Swollen Lymph Nodes.
(http://www.mayoclinic.com/print/swollen-lymph-nodes/DS00880/METHOD=print&DSECTION=all Accessed on Mei 26th, 2013.)
2. Baratawidjaja. G. K, Rengganis Iris. 2012. Imunologi Dasar, Jakarta, Balai Penerbit FKUI
3. Gleadle, Jonathan. At a Glance Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik (2007). Penerbit Erlangga,
Jakarta, Hal: 86
4. Limfadenitis. Available at: http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/16862/4/Chapter
%20II.pdf. Accessed on Mei 26th, 2013.
5. Ioachim HL, Ratech H.(2002). Ioachim's Lymph Node Pathology. 3rd edition, Lippincott
Williams & Wilkins, from,
http://moon.ouhsc.edu/kfung/JTY1/HemeLearn/CapsuleSumary/Lymphadenopathy-M.htm,26 mei 2013
6. Limfadenitis. Available at: PDPI. Tuberkulosis Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di
Indonesia 2006. Indah Offset Citra Grafika, 2006. In site
http://www.scribd.com/doc/81071297/Limfadenitis-Tuberkulosis. Accessed on Mei 26th, 2013.
7. M. Tierney, Jr., MD , Lawrence, McPhee, MD, Strphen, Papadakis, MD, Maxine. Buku 2
Penyakit Dalam Diagnosis & Terapi Kedokteran. Penerbit Salemba Medika , Jakarta.
8. Partridge E.(2012).Lymphadenitis. from
http://emedicine.medscape.com/article/960858-overview,26 mei 2013
9. R.Sjamsuhidajat, dkk. 2010. Buku Ajar Ilmu Bedah-Edisi 3. Jakarta: EGC. Hal.465
10. Sambandan et al. Cervical Lymphadenopathy- A Review. Department of Medicine, India.
11. Tierney, Lawrence M., et al. Diagnosis dan Terapi Kedokteran Penyakit Dalam Buku 2.