TUGAS MATA KULIAH : SISTEM MUSKULOSKELETAL DOSEN PEMBIMBING : NURHIDAYAH, NS, S.KEP, M.KEP
ASUHAN KEPERAWATAN PADA MASALAH SISTEM MUSKULOSKELETAL PENYAKIT OSTEOATRITIS
DISUSUN OLEH : KELOMPOK I / KELAS B 1
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN STIKES NANI HASANUDDIN
MAKASSAR 2018
KASMAWATI NH0217049
LILI AMALIA NH0217050
LIRTAW UTRA NH0217051
LISTA YULIANTI NH0217052
MARGARETHA S BATKYES NH0217053
▸ Baca selengkapnya: contoh makalah kunjungan kampus
(2)KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Yang senantiasa memberikan kekuatan, kemudahan, petunjuk, bimbingan, dan perlindungan kepada penulis sehingga makalah ini dapat diselesaikan pada waktunya. Makalah ini disusun sebagai tugas mata kuliah Sistem muskuloskeletal. Kelompok menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang di sebabkan keterbatasan penegetahuan yang dimiliki oleh kami dalam makalah ini, olehnya itu diharapkan saran dan masukan yang sifatnya dapat membangun dan menambah pengetahuan kami.
Akhir kelompok berharap, makalah ini dapat memberikan mamfaat bagi semua pihak, utamanya masyarakat kampus Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Nani Hasanuddin Makassar. Semoga Allah senantiasa memberikan rahmat dan ridha-Nya atas semua usaha baik ini. Amin.
DAFTAR ISI KATAPENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
a. Latar Belakang………...…...4
b. Tujuan penulis...4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Medis 1. Defenisi………...………..……...6
2. Etiologi……...…………...…....…6
3. Patofisiologi...……...……….………….…....…...…8
4. Patway……...…………...…...….10
5. manifestasi…...……...……...…10
6. Pemeriksaan diagnostik...…....…....14
7. komplikasi...…...…....14
8. penatalaksanan ...15
B. Konsep Dasar Keperawatan 1. Pengkajian………...…...…...18
2. Diagnose keperawatan………...19
3. Intervensi………..…...20
4. Implementasi………..…...27
5. Evaluasi………..…...27
6. Contoh kasus...28
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan………...……...….……...…45
B. Saran………...………...…...…..45
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Penyakit Sendi Degeneratif (osteoarthritis) adalah penyakit kerusakan tulang rawan sendi yang berkembang lambat dan penyebabnya belum diketahui (Kalim, IPD,1997). Atau gangguan pada sendi yang bergerak ( Price& Wilson,1995). Osteoarthritis yang juga dikenal sebagai penyakit sendi degeneratif atau osteoarthritis (sekalipun terdapat inflamasi) merupakan kelainan sendi yang paling sering ditemukan dan kerapkali menimbulkan ketidakmampuan (disabilitas).Osteoartritis adalah bentuk atritis yang paling umum, dengan jumlah pasiennya sedikit melampui separuh jumlah pasien arthritis. Osteoartritis adalah penyakit peradangan sendi yang sering muncul pada usia lanjut. Jarang dijumpai pada usia dibawah 40 tahun dan lebih sering dijumpai pada usia diatas 60 tahun. Osteoartritis juga dikenal dengan nama osteoartrosis, yaitu melemahnya tulang rawan pada engsel yang dapat terjadi di engsel manapun di sekujur tubuh. Tapi umumnya, penyakit ini terjadi pada siku tangan, lutut, pinggang dan pinggul.
Osteoartritis terjadi karena tulang rawan yang menjadi ujung dari tulang yang bersambung dengan tulang lain menurun fungsinya. Permukaan halus tulang rawan ini menjadi kasar dan menyebabkan iritasi. Jika tulang rawan ini sudah kasar seluruhnya, akhirnya tulang akan bertemu tulang yang menyebabkan pangkal tulang menjadi rusak dan gerakan pada sambungan akan menyebabkan nyeri dan ngilu.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep medis dari Osteoartritis ?
2. Bagaimana konsep Asuhan keperawatan dari Osteoartritis?
a. Memberi penjelasan tentang Osteoartritis 2. Tujuan khusus
a. Menjelaskan konsep medis Osteoartritis
b. Menjelaskan konsep Asuhan keperawatan Osteoartritis D. Manfaat Penulisan
Untuk menambah wawasan dan pengetahuan pembaca mengenai Osteoartritis
BAB II
A. KONSEP MEDIS 1. Defenisi
Osteoartritis juga dikenal segabai penyakit degeneratif sendi adalah gangguan sendi yang paling sering terjadi dan paling sering menyebabkan ketidakmampuan.Osteoatritis dicirikan dengan kehilangan kartilago sendi secara progresif. Penyakit ini bersifat kronik, berjalan progresif lambat, dan abrasi rawan sendi dan adanya gangguan pembentukan tulang baru pada permukaan persendian.( Price A, Sylvia, 2005)
2. Etiologi
Osteoartritis terjadi karena tulang rawan yang menjadi ujung dari tulang yang bersambung dengan tulang lain menurun fungsinya. Permukaan halus tulang rawan ini menjadi kasar dan menyebabkan iritasi. Jika tulang rawan ini sudah kasar seluruhnya, akhirnya tulang akan bertemu tulang yang menyebabkan pangkal tulang menjadi rusak dan gerakan pada sambungan akan menyebabkan nyeri dan ngilu.
Beberapa faktor resiko timbulnya osteoartritis antara lain adalah : a. Umur.
b. Jenis Kelamin.
Wanita lebih sering terkena osteoartritis lutut dan sendi , dan lelaki lebih sering terkena osteoartritis paha, pergelangan tangan dan leher. Secara keseluruhan dibawah 45 tahun frekuensi osteoartritis kurang lebih sama pada laki dan wanita tetapi diatas 50 tahun frekuensi oeteoartritis lebih banyak pada wanita dari pada pria hal ini menunjukkan adanya peran hormonal pada patogenesis osteoartritis. ( Soeroso, 2006 )
c. Riwayat trauma sebelumnya
Trauma pada suatu sendi yang terjadi sebelumnya, biasa mengakibatkan malformasi sendi yang akan meningkatkan resiko terjadinya osteoartritis. trauma berpengaruh terhadap kartilago artikuler, ligamen ataupun menikus yang menyebabkan biomekanika sendi menjadi abnormal dan memicu terjadinya degenerasi premature. (Shiddiqui, 2008) .
d. Pekerjaan
Osteoartritis lebih sering terjadi pada mereka yang pekerjaannnya sering memberikan tekananan pada sendi-sendi tertentu.Jenis pekerjaan juga mempengaruhi sendi mana yang cenderung terkena osteoartritis.sebagai contoh, pada tukang jahit, osteoartritis lebih sering terjadi di daerah lutut, sedangkan pada buruh bangunan sering terjadi pada daerah pinggang. (Dewi SK. 2009)
Berat badan yang berlebihan nyata berkaitan dengan meningkatnya resiko untuk timbulnya osteoartritis baik pada wanita maupun pada pria. Kegemukan ternyata tak hanya berkaitan dengan osteoartritis pada sendi yang menanggung beban, tapi juga dengan osteoartritis sendi lain (tangan atau sternoklavikula). Pada kondisi ini terjadi peningkatan beban mekanis pada tulang dan sendi (Soeroso, 2007).
f. Faktor Gaya hidup
Banyak penelitian telah membuktikan bahwa faktor gaya hidup mampu mengakibatkan seseorang mengalami osteoartritis. contohnya adalah kebiasaan buruk merokok. Merokok dapat meningkatkan kandungan karbon monoksida dalam darah, menyebabkan jaringan kekurangan oksigen dan dapat menghambat pembentukan tulang rawan (Eka Pratiwi,2007).
g. Genetic
Faktor herediter juga berperan pada timbulnya osteoartritis missal, pada ibu dari seorang wanita dengan osteoartritis pada sendi-sendi inter falang distal terdapat dua kali lebih sering osteoartritis pada sendi-sendi tersebut, dan anak-anaknya perempuan cenderung mempunyai tiga kali lebih sering dari pada ibu dan anak perempuan dari wanita tanpa osteoarthritis. (Soeroso, 2007)
Penyakit sendi degeneratif merupakan suatu penyakit kronik, tidak meradang dan progresif lambat, yang seakan-akan merupakan proses penuaan, rawan sendi mengalami kemunduran dan degenerasi disertai dengan pertumbuhan tulang baru pada bagian tepi sendi.
Proses degenerasi ini disebabkan oleh proses pemecahan kondrosit yang merupakan unsur penting rawan sendi. Pemecahan tersebut diduga diawali oleh stress biomekanik tertentu. Pengeluaran enzim lisosom menyebabkan dipecahnya polisakarida protein yang membentuk matriks di sekeliling kondrosit sehingga mengakibatkan kerusakan tulang rawan.Sendi yang paling sering terkena adalah sendi yang harus menanggung berat badan, seperti panggul lutut dan kolumna vertebralis.Sendi interfalanga distal dan proksimasi.
Osteoartritis pada beberapa kejadian akan mengakibatkan terbatasnya gerakan. Hal ini disebabkan oleh adanya rasa nyeri yang dialami atau diakibatkan penyempitan ruang sendi atau kurang digunakannya sendi tersebut.
4. Pathway
Reaksi faktor R dengan antibodi, faktor metabolik,
infeksi dengan kecenderungan virus
Nyeri Kurang informasi
tentang proses penyakit
Sinovial menebal
Defisiensi pengetahuan
Deformitas sendi gangguan citra tubuh
Infiltrasi kedalam os subcondria Hambatan nutrisi pada
kartilago artikularis
5. Manifestasi Klinik
Gejala-gejala utama ialah adanya nyeri pada sendi yang terkena, terutama waktu bergerak.Umumnya timbul secara perlahan-lahan, mula-mula rasa kaku, kemudian timbul rasa nyeri yang berkurang saat istirahat. Terdapat hambatan pada pergerakan sendi, kaku pagi, krepitasi, pembesaran sendi, dan perubahan gaya berjalan. (Soeroso J. Et all, 2007). Nyeri merupakan keluhan utama tersering dari pasien-pasien dengan OA yang ditimbulkan oleh keainan seperti tulang, membran sinovial, kapsul fibrosa, dan spasme otot-otot di sekeliling sendi.
Karakteristik Nyeri pada osteoartritis dibedakan menjadi 2 Fase : a. Fase Nyeri Akut.
Nyeri awalnya tumpul, kemudian semakin berat, hilang tibul, dan diperberat oleh aktivitas gerak sendi.Nyeri biasanya menghilang dengan istirahat.
b. Fase Nyeri kronis
Gambar : Perbandingan sendi sehat dan sendi yang terkena Osteosrtritis Secara spesifik, beberapa manifestasi klinis yang dapat ditimbulkan adalah sebagai berikut :
a. Nyeri sendi
Keluhan ini merupakan keluhan utama pasien. Nyeri biasanya bertambah dengan gerakan dan sedikit berkurang dengan istirahat. Beberapa gerakan dan tertentu terkadang dapat menimbulkan rasa nyeri yang melebihi gerakan lain. ( Soeroso, 2006 )
Umumnya bertambah berat dengan semakin beratnya penyakit sampai sendi hanya biasa digoyangkan dan menjadi kontraktur, Hambatan gerak dapat konsentris ( seluruh arah gerakan ) maupun eksentris ( salah satu arah gerakan saja ) ( Soeroso, 2006 ).
Kartilago tidak mengandung serabut saraf dan kehilangan kartilago pada sendi tidak diikuti dengan timbulnya nyeri. Sehingga dapat diasumsikan bahwa nyeri yang timbul pada OA berasal dari luar kartilago (Felson, 2008).Pada penelitian dengan menggunakan MRI, didapat bahwa sumber dari nyeri yang timbul diduga berasal dari peradangan sendi ( sinovitis ), efusi sendi, dan edema sumsum tulang ( Felson, 2008).
b. Hambatan gerakan sendi
Gangguan ini biasanya semakin bertambah berat secara perlahan sejalan dengan pertambahan rasa nyeri( Soeroso, 2006 ).
c. Kaku pagi
Rasa kaku pada sendi dapat timbul setelah pasien berdiam diri atau tidak melakukan banyak gerakan, seperti duduk di kursi atau mobil dalam waktu yang cukup lama, bahkan setelah bangun tidur di pagi hari( Soeroso, 2006 ).
Krepitasi atau rasa gemeratak yang timbul pada sendi yang sakit. Gejala ini umum dijumpai pada pasien OA lutut. Pada awalnya hanya berupa perasaan akan adanya sesuatu yang patah atau remuk oleh pasien atau dokter yang memeriksa. Seiring dengan perkembangan penyakit, krepitasi dapat terdengar hingga jarak tertentu (Soeroso, 2006 ).
e. Pembengkakan sendi yang asimetris
Pembengkakan sendi dapat timbul dikarenakan terjadi efusi pada sendi yang biasanya tidak banyak ( < 100 cc ) atau karena adanya osteofit, sehingga bentuk permukaan sendi berubah ( Soeroso, 2006 ).
f. Tanda – tanda peradangan
Tanda – tanda adanya peradangan pada sendi ( nyeri tekan, gangguan gerak, rasa hangat yang merata, dan warna kemerahan ) dapat dijumpai pada OA karena adanya synovitis. Biasanya tanda – tanda ini tidak menonjol dan timbul pada perkembangan penyakit yang lebih jauh. Gejala ini sering dijumpai pada OA lutut ( Soeroso, 2006 ).
g. Perubahan gaya berjalan
Gejala ini merupakan gejala yang menyusahkan pasien dan merupakan ancaman yang besar untuk kemandirian pasien OA, terlebih pada pasien lanjut usia. Keadaan ini selalu berhubungan dengan nyeri kastrena menjadi tumpuan berat badan terutama pada OA lutut ( Soeroso, 2006 ). 6. Pemeriksaan Diagnostik
Terdapat beberapa pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk lebih mendukung adanya Osteoartritis, antara lain sebagai berikut :
a. Foto polos sendi (Rontgent) menunjukkan penurunan progresif massa
c. Pemeriksaan cairan sendi dapat dijumpai peningkatan kekentalan cairan sendi.
d. Pemeriksaan artroskopi dapat memperlihatkan destruksi tulang rawan sebelum tampak di foto polos.
e. Pemeriksaan Laboratorium: Osteoatritis adalah gangguan atritis local, sehingga tidak ada pemeriksaan darah khusus untuk menegakkan diagnosis. Uji laboratorium adakalanya dipakai untuk menyingkirkan bentuk-bentuk atritis lainnya. Faktor rheumatoid bisa ditemukan dalam serum, karena factor ini meningkat secara normal paa peningkatan usia. Laju endap darah eritrosit mungkin akan meningkat apabila ada sinovitis yang luas
7. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi akibat osteoarthritis dapat terjadi apabila penyakit ini tidak ditangani dengan serius. Terdapat dua macam komplikasi yaitu :
a. Komplikasi akut berupa, osteonekrosis, Ruptur Baker Cyst, Bursitis. b. Komplikasi kronis berupa malfungsi tulang yang signifikan, yang
terparah ialah terjadi kelumpuhan. 8. Penatalaksanaan Medis
a. Obat obatan
Sampai sekarang belum ada obat yang spesifik yang khas untuk osteoartritis, oleh karena patogenesisnya yang belum jelas, obat yang diberikan bertujuan untuk mengurangi rasa sakit, meningkatkan mobilitas dan mengurangi ketidak mampuan. Obat-obat anti inflamasinon steroid bekerja sebagai analgetik dan sekaligus mengurangi sinovitis, meskipun tak dapat memperbaiki atau menghentikan proses patologis osteoartritis.
Osteoartritis mungkin timbul atau diperkuat karena mekanisme tubuh yang kurang baik. Perlu dihindari aktivitas yang berlebihan pada sendi yang sakit. Pemakaian tongkat, alat-alat listrik yang dapat memperingan kerja sendi juga perlu diperhatikan. Beban pada lutut berlebihan karena kakai yang tertekuk (pronatio).
c. Diet
Diet untuk menurunkan berat badan pasien osteoartritis yang gemuk harus menjadi program utama pengobatan osteoartritis. Penurunan berat badan seringkali dapat mengurangi timbulnya keluhan dan peradangan.
d. Dukungan psikososial
Dukungan psikososial diperlukan pasien osteoartritis oleh karena sifatnya yang menahun dan ketidakmampuannya yang ditimbulkannya. Disatu pihak pasien ingin menyembunyikan ketidakmampuannya, dipihak lain dia ingin orang lain turut memikirkan penyakitnya. Pasien osteoartritis sering kali keberatan untuk memakai alat-alat pembantu karena faktor-faktor psikologis. e. Persoalan Seksual
Gangguan seksual dapat dijumpai pada pasien osteoartritis terutama pada tulang belakang, paha dan lutut. Sering kali diskusi karena ini harus dimulai dari dokter karena biasanya pasien enggan mengutarakannya.
f. Fisioterapi
Hidrokolator, bantalan elektrik, ultrasonic, inframerah, mandi paraffin dan mandi dari pancuran panas.
Program latihan bertujuan untuk memperbaiki gerak sendi dan memperkuat otot yang biasanya atropik pada sekitar sendi osteoartritis. Latihan isometric lebih baik dari pada isotonic karena mengurangi tegangan pada sendi. Atropi rawan sendi dan tulang yang timbul pada tungkai yang lumpuh timbul karena berkurangnya beban ke sendi oleh karena kontraksi otot. Oleh karena otot-otot periartikular memegang peran penting terhadap perlindungan rawan senadi dari beban, maka penguatan otot-otot tersebut adalah penting.
g. Operasi
B. KONSEP KEPERAWATAN 1. Pengkajian
Adapun lingkup pengkajian yang dilakukan pada klienadalah sbb: a. Data demografi/ identitas klienAntara lain nama, umur, jenis kelamin,
agama, alamat, pekerjaan b. Riwayat Kesehatan
Keluhan Utama:Pasien mengelukan sakit pada sendi, lalu persendian pada pagi hari, aktifitasmenurun, lemah.
c. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi dan palpasi persendian untuk masing-masing sisi (bilateral), amati warna kulit, ukuran, lembut tidaknya kulit, dan pembengkakan.
1) Aktivitas/istirahat
Gejala : nyeri sendi karena pergerakan, nyeri tekan, yang memburuk dengan stress pada sendi, kekakuan sendi pada pagi hari.
Tanda : malaise, keterbatasan ruang gerak, atrofi otot, kulit kontraktur atau kelainan pada sendi dan otot.
2) Kardiovaskular
3) Integritas ego
Gejala : factor-faktor stress akut/kronis missal finansial, pekerjaan, ketidakmampuan, factor-faktor hubungan social, keputusasaan dan ketidakberdayaan. Ancaman pada konsep diri, citra tubuh, identitas diri missal ketergantungan pada orang lain, dan perubahan bentuk anggota tubuh.
4) Makanan / cairan
Gejala : ketidakmampuan untuk menghasilkan atau mengonsumsi makanan atau cairan adekuat, anoreksia, dan kesulitan untuk mengunyah.
Tanda : penurunan berat badan, dan membrane mukosa kering. 5) Hygiene
Gejala : berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan pribadi secara mandiri, ketergantungan pada orang lain. 6) Neurosensory
Gejala : kebas/ kesemutan pada tangan dan kaki, hilangnya sensasi pada jari tangan.
Tanda : pembengkakan sendi asimetri 7) Nyeri/kenyamanan
Gejala : fase akut dari nyeri ( disertai/ tidak disertai pembengkakan jaringan lunak pada sendi ), rasa nyeri kronis dan kekakuan ( terutama pada pagi hari)
8) Keamanan
9) Interaksi social
Gejala : kerusakan interaksi dengan keluarga/orang lain, perubahan peran, isolasi.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri Kronis berhubungan dengan agens pencedera
b. Hambatan Mobilitas Fisik berhubungan dengan gangguan muskuloskeletal
c. Gangguan Citra Tubuh berhubungan dengan penyakit
d. Defisit Perawatan Diri berhubungan dengan gangguan muskuloskeletal
3. Intervensi
1. Kontrol nyeri 2. Tingkat nyeri Kriteria Hasil:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam diharapkan Pasien mampu untuk:
1. Menunjukkan kontrol nyeri dengan indikator :
Mengenali faktor penyebab
Mengenali onset (lamanya sakit) Menggunakan
1.Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
termasuk lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
2.Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien. 3.Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi 4.Ajarkan tentang teknik non farmakologi
5.Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
6.Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
Mencatat
pengalaman nyeri sebelumnya Melaporkan nyeri
sudah terkontrol
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam diharapkan Pasien mampu untuk tindakan:
1. Menunjukkan Ambulasi dengan indikator :
a. menopang berat badan
b. berjalan dengan langkah yang efektif
c. berjalan dengan pelan a. tidak terganggu
NIC
Perawatan Tirah baring 1.jelaskan alasan
diperlukannya tirah baring 2.Lakukan pencegahan terjadinya footdroop/kaki 3.balikan pasien setiap 2 jam 4. ajarkan latihan di tempat tidur , dengan cara yang tepat
Peningkatan mekanika tubuh
5. kaji pemahaman pasien tentang mekanika tubuh dan latihan
6.bantu pasien untuk mengidentifikasi latihan postur yang sesuai
7. bantu pasien melakukan latihan fleksi untuk
memfasilitasi punggung sesuai indikasi
keseimbangan b. tidak terganggu cara
berjalan
c. tidak terganggu gerakan otot
yang benar
Terapi: Ambulasi 9. tentukan batasan pergerakan sendi dan efek pada fungsi sendi
10. bantu pasien dengan ambulasi awal dan jika diperlukan
11. bantu pasien untuk berdiri dan ambulasi dengan jarak tertentu
Terapi: Mobilitas
12. Tentukan keterbatasan dalam melakukan gerakan 13. Dukung latihan ROM aktif datau pasif jika perlu 14. Kolaborasi dengan ahli terapi fisik dalam melakukan program latihan
3. Gangguan Citra Tubuh
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam diharapkan Pasien mampu untuk:
1. Menunjukkan Citra
NIC
Peningkatan Citra Tubuh 1. Tentukan harapan pasien tentang citra tubuh
berdasarkan tahap perkembangan. 2. Tentukan apakah
Tubuh dengan indikator : Mampu menyesuaikan dengan perubahan fungsi tubuh
Mengenali dampak tubuh yang terkena
Mengenali perubahan aktual pada penampilan tubuh
Kesesuain antara realitas tubuh, ideal tubuh dan perwujudan tubuh Kepuasaan terhadap penampilan dan fungsi tubuh
Keinginan untuk menyentuh bagian tubuh yang mengalami gangguan 2. Menunjukkan Harga
Diri dengan indikator: a. Penerimaan terhadap
keterbatsa diri b. Komunikasi terbuka c. Tingkat kepercayaan
diri
5. Pantau frekuensi pernyataan kritik diri. 6. Bantu klien untuk mengenali tindakan yang akan meningkatkan penampilannya
7. Fasilitasi berhubungan klien dengan individu yang mengalami perubahan citra tubuh yang serupa
8. Dukung mekanisme koping yang biasa digunakan pasien ; sebagai contoh, tidak meminta pasien untuk mengeksplorasi perasaannya jika pasien enggan
melakukannya.
9. Bantu pasien dan keluarga untuk mengidentifikasi dan menggunaka mekanisme koping.
Peningkatan Harga Diri 1. Anjurkan klien untuk menilai kekuatan pribadinya 2. Anjurkan kontak mata dalam berkomunikasi dengan orang lain
klien dari waktu ke waktu yang tepat
4. Bantu klien menerima ketergantungan terhadap orang lain
5. Bantu klien menerima perubahan baru
6. Fasilitasi lingkungan dan aktifitas yang akan
meningkatkan harga diri klien.
4 Defisit
Perawatan Diri berhubungan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam diharapkan Pasien mampu untuk:
1. Menunjukkan perawatan diri : aktivitas kehidupan sehari-hari, dengan indikator Mengungkapkan secara verbal kepuasan tentang kebersihan tubuh dan higiene oral.
Mempertahankan mobilitas yang diperlukan untuk ke kamar mandi dan menyediakan perlengkapan
NIC
Bantuan Perawatan Diri : Mandi / Hygiene
mandi.
Melakukan perawatan mulut. dan menyediakan perlengkapan mandi.
pasien benar-benar mampu melakukan perawatan diri.
5. Risiko Cedera Tujuan
1.kejadian jatuh
2. keparahan cedera fisik Kriteria Hasil:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam diharapkan Pasien mampu untuk:
1. tidak ada jatuh saat berdiri
2. tidak ada jatuh saat berjalan
3. tidak ada jatuh saat di pindahkan
3. keparahan cedera fisik :
1. tidak ada ekstremitas keseleo serta tulang punggung
2. tidak ada lecet pada kulit
3. tidak ada memar
NIC
Manajemen lingkungan keselamatan
1. identifikasi kebutuhan keamanan pasien
berdasarkan fungsi fisik dan kognitif
2.Identifikasi lingkungan untuk meminimalkan bahan berbahaya dan resiko
3. edukassi individu dan kelompok yang berisiko tinggi terhadp bahan bahaya yang ada di lingkungan. 2. pencegahan jatuh 1. identifikasi kekurangan baik kognitif atau fisik dari pasien
walker dengan tepat
4. IMPLEMENTASI
Tahap perencaan ini merupakan tindakan keperawatan yang nyata kepada pasien yang merupakan perwujudan dari segala tindakan yang telah direncanakan pada tahap perencanaan.
5. EVALUASI
CONTOH KASUS
Ny. D Umur 65 tahun masuk rumah sakit dengan keluhan nyeri pada daerah lultut dan tulang belakang saat bergerak sehingga klien kadang-kadang mengalami kesulitan dalam berjalan, wajah tampak meringis, nyeri ini sudah dirasakan dari 1 tahun terakhir ini. Saat diperiksaan adanya bengkak pada lutut dan nyeri akan berkurang bila klien istirahat, skala nyeri yang dirasakan sedang ( 6). Pemeriksaan fisik TD : 110/80mmHg, Nadi : 80x/menit, Suhu : 37,70c dan pernapasan : 26x/menit.
1. PENGKAJIAN a. Identitas klien Nama : Ny. D Umur : 65 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Status Perkawinan : Kawin Suku/Bangsa : Jawa / WNI
Alamat : BTP (Bumi Tamalanrea Permai ) blok C Penanggung Jawab : Tn. A
Tanggal MRS : 8 februari 2018 Tanggal Pengkajian : 9 februari 2018 No. Registrasi : 15 96 63
b. Keluhan utama
Klien merasakan nyeri saat berjalan pada daerah lutut dan tulang belakang
c. Keluhan saat dikaji
Klien mengatakan sering merasakan nyeri pada lutut tulang belakang dan saat berjalan terasa berbunyi pada persendian, nyeri dalam skala sedang ( 6) sehingga sulit juga dalam aktivitas sehari-hari, hilangnya nyeri bila klien beristirahat nyeri ini sudah dirasakan 1 tahun terakhir serta bengkak pada lutut.
d. Riwayat penyakit
Awalnya klien mengalami nyeri di daerah persendian khususnya lutut dan tulang belakang. Kemudian keluarganya klien di bawah ke Puskesmas terdekat. Dirasa keluhannya tidak berkurang, klien segera memeriksakan diri ke IGD RSU Siloam, Makassar. pada tanggal 8 Februari 2018 Jam 10.30 dan hingga saat ini pasien dirawat.
e. Riwayat kesehatan yang lalu
f. Riwayat kesehatan keluarga
Menurut penuturan klien diantara keluarga klien tidak ada yang menderita penyakit yang sama dengan klien
g. Data psikososial
Klien dapat berorientasi dengan baik terhadap perawat dan dokter. Klien juga berharap agar cepat pulih.
h. Pola kebiasaan sehari-hari 1) Aktifitas dan latihan
Klien mengalami penurunan aktifitas berhubungan dengan kelemahan tubuh yang dialami. Sebagian aktivitas klien dibantu oleh keluarga /perawat.
2) Istirahat dan tidur
Selama sakit klien tidur kurang nyenyak, tidur 5 jam dan sering terbangun karena nyeri yang dirasakan.
3) Kenyamanan dan nyeri
P : Klien mengatakan nyeri pada daerah lutut dan tulang belakang saat bergerak 1 tahun terakhir
Q : Nyeri dirasakan seperti tertusuk-tusuk pada ekstremitas bawah S : dari skala 1-10 klien mengatakan skala nyeri berada di angka 6 T : Nyeri yang dirasakan hilang timbul, lama nyeri berkisar 5-7 menit.
4) Nutrisi metabolic
Sebelum klien mengalami sakit , klien makan 3 kali sehari dan minum 6 gelas per hari, tetapi pada saat mengalami gangguan eliminasi urine, nafsu makan klien menjadi berkurang, makan hanya sedikit (½ porsi tidak dihabiskan).
Pasien tidak mengalami gangguan penglihatan, pendengaran, penciuman, sensasi taktil, dan pengecapan. Dan klien tidak pernah mengalami gangguan yang berhubungan dengan sensori, persepsi dan kognitif.
6) Pola Koping
Mekanisme pertahanan diri yang biasa digunakan oleh pasien adalah dengan meminta pertolongan orang lain.
7) Pola peran Hubungan
Klien tidak mampu melakukan perannya sebagai kepala rumah tangga akibat sakit yang dialaminya.
8) Persepsi Kesehatan dan Manajemen Kesehatan
Klien mengatakan merasa takut dengan penyakitnya, serta tidak tahu cara mengatasi nyeri yang dialami.
9) Pola tata nilai dan kepercayaan
Klien mengatakan beragama islam, selama dirawat dirumah sakit klien jarang melakukan sholat 5 waktu, ibadah klien terganggu karena bedrest total dan tidak boleh melakukan aktivitasi karena penyakitnya. 2. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum : Tampak lemas
b. Kesadaran : Composmentis , GCS 4-5-6 c. Tanda-tanda Vital :
e. Berat Badan : 67. kg f. Head to Toe :
1) Kepala
Keadaan kepala bersih, bentuk kepala simetris, distribusi rambut merata, rambut hitam, tidak ada lesi atau massa.
2) Mata
Konjungtiva tidak anemis, pupil sama besarnya antara kiri dan kanan, kornea bening, sklera tidak ikterik, kemampuan penglihatan baik, lensa mata tidak keruh, namun terdapat kantong mata dibawah mata yang berwarna agak kehitaman dan tatapan terlihat lemah dan sayu.
3) Hidung
Tidak terdapat peradangan, bentuk simetris, fungsi penciuman baik, serta dapat membedakan bau minyak angin dan parfum.
4) Mulut
Bentuk simetris, mukosa bibir lembab, mulut bersih, bibir tidak sianosis, lidah bersih, tidak terdapat caries gigi, indera pengecapan baik, dan dapat berkomunikasi dengan baik.
5) Telinga
Telinga simetris, fungsi pendengaran baik, serumen minimal, dan tidak terdapat nyeri.
6) Leher
Leher terlihat simetris, leher tampak bersih, tidak ada tanda kemerahan, tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid, tidak terdapat distensi vena jugularis.
Thoraks terlihat simetris, pola pernafasan 24 kali/menit bunyi jantung S1-S2 tunggal regular.
8) Abdomen
Keadaan abdomen simetris, tidak terdapat benjolan, tidak terdapat nyeri tekan pada kuadran kiri bawah.
9) Kulit
Warna sawo matang, turgor kulit baik (dicubit 1-2 detik kembali), tidak terdapat edema atau lesi.
10) Ekstremitas Atas-Bawah
a) Tampak tidak simetris, adanya bengkak pada ekstremitas bawah dan kesulitan membolak-balik posisi, gerakan lambat
ANALISA DATA
Data Etiologi Masalah
Keperawatan DS: Pasien mengeluh
nyeri pada daerah lutut dan tulang belakang saat berjalan 1 tahun terakhir DO: Wajah pasien tampak meringis saat bergerak
P : Klien mengatakan nyeri pada daerah lutut dan tulang belakang saat bergerak
Q : Nyeri dirasakan seperti
tertusuk-tusuk pada
ekstremitas bawah S : dari skala 1-10 klien
mengatakan skala nyeri berada di angka 6
T : Nyeri yang dirasakan hilang timbul, lama nyeri berkisar 5-7 menit
Reaksi faktor radang dengan antibodi
↓
Reaksi peradangan ↓
Nyeri
Nyeri kronis
nyeri pada daerah lutut sehingga susah bergerak DO: adanya bengkan pada daerah lutut, nilai ekstremitas bawah 3/5, tampak kesulitan mengubah posisi sendiri
↓
Tenden dan ligamen melemah ↓ kesakitan saat berjalan atau bergerak.
sehingga kesulitan dalam bergerak kaki .
DO: tampak bengkak pada daerah lutut
↓
Tenden dan ligamen melemah ↓
Mudah luksasi ↓
Hilangnya kekuatan otot ↓
Erosi kartilago ↓
Penumpukan cairan ↓
Bengkak ↓
Gangguan citra tubuh DS : klien aktivitas klien
dibantu oleh keluarga karna adanya nyeri sehingga tidak bisa berjalan terlalu jauh serta DO : kaki klien tampak bengkak serta nilai ektremitas bawah 3/5
Kerusakan kartilago ↓
Tenden dan ligamen melemah ↓
Mudah luksasi
Defisit perawatan
↓
Hilangnya kekuatan otot ↓
Terbatasnya gerakan sendi ↓
II. Diagnosa keperawatan
1. Nyeri Kronis berhubungan dengan agens pencedera
2. Hambatan Mobilitas Fisik berhubungan dengan gangguan muskuloskeletal
3. Gangguan Citra Tubuh berhubungan dengan penyakit
4. Defisit Perawatan Diri berhubungan dengan gangguan muskuloskeletal 5. Resiko cedera
1. Kontrol nyeri 2. Tingkat nyeri Kriteria Hasil:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam diharapkan Pasien mampu untuk:
1. Menunjukkan kontrol nyeri dengan indikator :
Mengenali faktor penyebab
Mengenali onset (lamanya sakit) Menggunakan
metode pencegahan Menggunakan
NIC
Pain Management
1.Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
termasuk lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
2.Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien. 3.Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi 4.Ajarkan tentang teknik non farmakologi
untuk mengurangi Melaporkan nyeri
sudah terkontrol
mengurangi nyeri 6.Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
7.Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil
2. Hambatan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam diharapkan Pasien mampu untuk tindakan:
4. Menunjukkan Ambulasi dengan indikator :
f. menopang berat badan
g. berjalan dengan langkah yang efektif
h. berjalan dengan
NIC
Perawatan Tirah baring 1.jelaskan alasan
diperlukannya tirah baring 2.Lakukan pencegahan terjadinya footdroop/kaki 3.balikan pasien setiap 2 jam 4. ajarkan latihan di tempat tidur , dengan cara yang tepat
Peningkatan mekanika tubuh
5. kaji pemahaman pasien tentang mekanika tubuh dan latihan
pelan d. tidak terganggu
keseimbangan e. tidak terganggu cara
berjalan
f. tidak terganggu gerakan otot
postur yang sesuai
7. bantu pasien melakukan latihan fleksi untuk
memfasilitasi punggung sesuai indikasi
8. edukasi pasien tentang pentingnya postur tubuh yang benar
Terapi: Ambulasi 9. tentukan batasan pergerakan sendi dan efek pada fungsi sendi
10. bantu pasien dengan ambulasi awal dan jika diperlukan
11. bantu pasien untuk berdiri dan ambulasi dengan jarak tertentu
Terapi: Mobilitas
12. Tentukan keterbatasan dalam melakukan gerakan 13. Dukung latihan ROM aktif datau pasif jika perlu 14. Kolaborasi dengan ahli terapi fisik dalam melakukan program latihan
3. Gangguan Citra Tubuh
dengan penyakit
Kriteria Hasil:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam diharapkan Pasien mampu untuk:
1. Menunjukkan Citra Tubuh dengan indikator : Mampu menyesuaikan dengan perubahan fungsi tubuh
Mengenali dampak tubuh yang terkena
Mengenali perubahan aktual pada penampilan tubuh
Kesesuain antara realitas tubuh, ideal tubuh dan perwujudan tubuh Kepuasaan terhadap penampilan dan fungsi tubuh
Keinginan untuk menyentuh bagian tubuh yang mengalami gangguan 5. Menunjukkan Harga
Diri dengan indikator: d. Penerimaan terhadap
tentang citra tubuh berdasarkan tahap perkembangan. 2. Tentukan apakah
perubahan fisik saat ini telah dikaitkan kedalam citra tubuh pasien. .
5. Pantau frekuensi pernyataan kritik diri. 6. Bantu klien untuk mengenali tindakan yang akan meningkatkan penampilannya
7. Fasilitasi berhubungan klien dengan individu yang mengalami perubahan citra tubuh yang serupa
8. Dukung mekanisme koping yang biasa digunakan pasien ; sebagai contoh, tidak meminta pasien untuk mengeksplorasi perasaannya jika pasien enggan
melakukannya.
keterbatsa diri e. Komunikasi terbuka f. Tingkat kepercayaan
diri
Peningkatan Harga Diri 1. Anjurkan klien untuk menilai kekuatan pribadinya 2. Anjurkan kontak mata dalam berkomunikasi dengan orang lain
3. Monitor tingkat harga diri klien dari waktu ke waktu yang tepat
4. Bantu klien menerima ketergantungan terhadap orang lain
5. Bantu klien menerima perubahan baru
6. Fasilitasi lingkungan dan aktifitas yang akan
meningkatkan harga diri klien.
4 Defisit
Perawatan Diri berhubungan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam diharapkan Pasien mampu untuk:
1. Menunjukkan perawatan diri : aktivitas kehidupan sehari-hari, dengan indikator Mengungkapkan secara
NIC
Bantuan Perawatan Diri : Mandi / Hygiene
verbal kepuasan tentang menyediakan perlengkapan mandi. pasien benar-benar mampu melakukan perawatan diri.
5. Risiko Cedera Tujuan
1.kejadian jatuh
2. keparahan cedera fisik Kriteria Hasil:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam diharapkan Pasien mampu untuk:
1. tidak ada jatuh saat berdiri
2. tidak ada jatuh saat berjalan
3. tidak ada jatuh saat di pindahkan
6. keparahan cedera fisik :
NIC
Manajemen lingkungan keselamatan
1. identifikasi kebutuhan keamanan pasien
berdasarkan fungsi fisik dan kognitif
2.Identifikasi lingkungan untuk meminimalkan bahan berbahaya dan resiko
4. tidak ada ekstremitas keseleo serta tulang punggung
5. tidak ada lecet pada kulit
6. tidak ada memar
baik kognitif atau fisik dari pasien
2. monitor gaya berjalan, keseimbangan dan tingkat kelelahan dengan ambulasi 3. instruksi pasien mengenai penggunaan tongkat atau walker dengan tepat
BAB III PENUTUP I. Kesimpulan
Penyakit Sendi Degeneratif (osteoarthritis) adalah penyakit kerusakan tulang rawan sendi yang berkembang lambat dan penyebabnya belum diketahui (Kalim, IPD,1997). Atau gangguan pada sendi yang bergerak ( Price& Wilson,1995). Osteoarthritis yang juga dikenal sebagai penyakit sendi degeneratif atau osteoarthritis (sekalipun terdapat inflamasi) merupakan kelainan sendi yang paling sering ditemukan dan kerapkali menimbulkan ketidakmampuan (disabilitas).
Osteoartritis juga dikenal segabai penyakit degeneratif sendi adalah gangguan sendi yang paling sering terjadi dan paling sering menyebabkan ketidakmampuan.Osteoatritis dicirikan dengan kehilangan kartilago sendi secara progresif. Penyakit ini bersifat kronik, berjalan progresif lambat, dan abrasi rawan sendi dan adanya gangguan pembentukan tulang baru pada permukaan persendian. ( Price A, Sylvia, 2005).
Adapun penyebabnya yaitu: Umur, jenis kelamin, pekerjaan, riwayat trauma sebelumnya, genetic, dan kegemukan.
II. Saran
Untuk seluruh teman-teman perawat, semoga dengan adanya informasi dari makalah ini, kita menjadi lebih mampu melakukan pengkajian keperawatan system Muskuloskeletal terutama pada kasus Osteoatritis dengan cara yang benar dan perlu diperhatikan agar mempelajari lebih dalam tentang pengkajian secara keseluruhan pada Osteoatritis dalam pemberian asuhan keperawatan agar kita bisa lebih baik dalam memberikan asuhan keperawatan, pada klien maupun masyarakat yang menjadi sasaran pengkajian kita.
Nurarif, H & Kusuma, H. (2016). Asuhan Keperawatan Praktis, Edisi 1. Jakarta : Mediaction.
Moorhead S, Johnson M, Meridean & Swanson E. (2013). NOC (Nursing Outcomes Classification), Edisi 5. Mocomedia, Elsevier Inc.
Bulechek G, Butcher J, Wagner C. (2013). NIC (Nursing Interventions Classification), Edisi 6. Mocomedia, Elsevier Inc.
Herdman H, Kamitsuru S, Ester M. (2015). NANDA Internasional Inc. Diagnosis Keperawatan : Defenisi & Klasifikasi, Edisi 10. Jakarta : EGC.