• Tidak ada hasil yang ditemukan

lp campak.doc

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "lp campak.doc"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PENDAHULUAN

BAYI/ ANAK DENGAN PENYAKIT CAMPAK

Oleh :

Kadek Ayu Rastiti Dewi

P07120215020

Ni Luh Putu Kemala Putri P07120215021

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR

PRODI D-IV KEPERAWATAN

2016

(2)

A. PENGERTIAN

Penyakit campak adalah suatu penyakit virus akut yang sangat menular dengan gejala awal berupa demam, konjungtivitis, pilek, batuk, dan bintik-bintik kecil dengan bagian tengah berwarna putih atau putih kebiru-biruan dengan dasar kemerahan di daerah mukosa pipi (bercak Koplik). Penyebab infeksi adalah virus campak, anggota genus Morbilivirus dari famili Paramyxoviridae. Tanda khas bercak kemerahan dikulit timbul pada hari ketiga sampai ketujuh, dimulai di daerah muka, kemudian menyeluruh, berlangsung selama 4-7 hari, dan kadang-kadang berakhir dengan pengelupasan kulit berwarna kecoklatan. Sering timbul lekopenia. Komplikasi dapat terjadi sebagai akibat replikasi virus atau karena superinfeksi bakteri antara lain berupa otitis media, pneumonia, laryngotracheobronchitis (croup), diare, dan ensefalitis. Diagnosa biasanya dibuat berdasarkan gejala klinis dan epidemiologis walaupun konfirmasi laboratorium dianjurkan untuk dilakukan. Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk mendeteksi antibodi IgM spesifik campak yang timbul pada hari ke 3-4 setelah timbul ruam atau untuk mendeteksi peningkatan yang signifikan titer antibodi antara serum akut dan konvalesens untuk memastikan diagnosis campak. Teknik yang jarang digunakan antara lain identifikasi antigen virus dengan usap mukosa nasofaring menggunakan teknik FA atau dengan isolasi virus dengan kultur sel dari sample darah atau usap nasofaring yang diambil sebelum hari keempat

Campak juga dikenal dengan nama morbili atau morbillia dan rubeola (bahasa Latin), yang kemudian dalam bahasa Jerman disebut dengan nama masern, dalam bahasa Islandia dikenal dengan nama mislingar dan measles dalam bahasa Inggris. Campak adalah penyakit infeksi yang sangat menular yang disebabkan oleh virus, dengan gejala-gejala eksantem akut, demam, kadang kataral selaput lendir dan saluran pernapasan, gejala-gejala mata, kemudian diikuti erupsi makulopapula yang berwarna merah dan diakhiri dengan deskuamasi dari kulit.

B. TANDA DAN GEJALA

Campak memiliki masa tunas 10-20 hari, penyakit ini dibagi menjadi dalam 3 stadium yaitu :

1. Stadium Kataral (Prodormal)

Berlangsung selama 4-5 hari dengan tanda gejala sebagai berikut : a. Panas

b. Malaise c. Batuk d. Fotofobia e. Konjungtivitis

(3)

f. Koriza

Menjelang akhir stadium kataral dan 24 jam sebelum timbul enantema, timbul bercak koplik berwarna putih kelabu, sebesar ujung jarum dan dikelilingi oleh eritema tapi itu sangat jarang dijumpai. Diagnosa perkiraan yang besar dapat dibuat bila ada bercak koplik dan penderita pernah kotak dengan penderita morbili dalam waktu 2 minggu terakhir.

2. Stadium Erupsi

Gejala klinik yang muncul pada stadium ini adalah : a. Koriza dan Batuk bertambah

b. Kadang terlehat bercak koplik

c. Adanya eritema, makula, papula yang disertai kenaikan suhu badan d. Terdapat pembesaran kelenjar getah bening

e. Splenomegali f. Diare dan muntah

Variasi dari morbili disebut “Black Measles” yaitu morbili yang disertai pendarahan pada kulit, mulut, hidung dan traktus digestivus.

3. Stadium Konvalensensi, erupsi mulai berkurang dengan meninggalkan bekas (hiperpigmentasi). Suhu menurun sampai normal kecuali ada komplikasi.

D. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

a. Serologi

Pada kasus atopic, dapat dilakukan pemeriksaan serologi untuk memastikannya. Tehnik pemeriksaan yang dapat dilakukan adalah fiksasi complement, inhibisi hemaglutinasi, metode antibody fluoresensi tidak langsung.

b. Patologi anatomi

Pada organ limfoid dijjumpai : hyperplasia folikuler yang nyata, senterum germinativum yang besar, sel Warthin-Finkeldey (sel berinti banyak yang tersebar secara acak, sel ini memiliki nucleus eosinofilik dan jisim inklusi dalam sitoplasma, sel ini merupakan tanda patognomonik campak). Pada bercak koplik dijumpai : nekrosis, neutrofil, neovaskularisasi.

(4)

c. Darah tepi

Jumlah leukosit normal atau meningkat apabila ada komplikasi infeksi bakteri. d. Pemeriksaan antibody IgM anti campak.

e. Pemeriksaan untuk komplikasi

Ensefalopati / ensefalitis (dilakukan pemeriksaan cairan serebrospinal, kadar elektrolit darah dan analisis gas darah), enteritis (feces lengkap), bronkopneumonia (dilakukan pemeriksaan foto dada dan analisis gas darah).

E. PENATALAKSANAAN MEDIS

Sedatif, antipirektik untuk demam tinggi, antibiotik untuk mencegah infeksi bakteri sekunder pada anak berisiko tinggi. Tirah baring selama periode demam, dan masukan cairan yang cukup dapat terindikasi. Kelembapan ruangan mungkin perlu pada laringtis atau batuk yang mengiritasi secara berlebihan, dan paling baik mempertahankan ruangan hangat daripada dingin. Penderita harus dilindungi dari terpancarnya pada cahaya yang kuat selama masa fotofobia. Komplikasi otitits media dan pneumonia memerlukan terapi antimikroba yang kuat. Pengobatan bersifat suportif, terdiri dari :

1. Pemberian cairan yang cukup

2. Kalori yang sesuai dan jenis makanan yang disesuaikan dengan tingkat kesadaran dan adanya komplikasi

3. Suplemen nutrisi

4. Antibiotik diberikan apabila terjadi infeksi sekunder 5. Anti konvulsi apabila terjadi kejang

6. Pemberian vitamin A (400.000 IU)

Indikasi rawat inap : hiperpireksia (suhu > 39,00 C), dehidrasi, kejang, asupan oral sulit, atau adanya komplikasi.

Campak tanpa komplikasi :

- Hindari penularan

- Tirah baring di tempat tidur

- Vitamin A 100.000 IU, apabila disetai malnutrisi dilanjutkan 1500 IU tiap hari

- Diet makanan cukup cairan, kalori yang memadai. Jenis makanan disesuaikan dengan tingkat kesadaran pasien dan ada tidaknya komplikasi

Campak dengan komplikasi :

1. Ensefalopati/ensefalitis

Antibiotika bila diperlukan, antivirus dan lainya sesuai dengan PDT ensefalitis Kortikosteroid, bila diperlukan sesuai dengan PDT ensefalitis Kebutuhan jumlah cairan disesuaikan dengan kebutuhan serta koreksi terhadap gangguan elektrolit. Kortikosteroid

(5)

dosis tinggi biasanya diberikan kepada penderita morbili yang mengalami ensefalitis, yaitu:

- Hidrokostison 100 – 200 mg/hari selama 3 – 4 hari - Prednison 2 mg/kgBB/hari untuk jangka waktu 1 minggu 2. Bronkopneumonia

- Antibiotika sesuai dengan PDT pneumonia - Oksigen nasal atau dengan masker

- Koreksi gangguan keseimbangan asam-basa, gas darah dn elektrolit

3. Enteritis : koreksi dehidrasi sesuai derajat dehidrasi (lihat Bab enteritis dehidrasi).

4. Pada kasus campak dengan komplikasi bronkhopneumonia dan gizi kurang perlu dipantau terhadap adanya infeksi TB laten. Pantau gejala klinis serta lakukan uji Tuberkulin setelah 1-3 bulan penyembuhan.

5. Pantau keadaan gizi untuk gizi kurang/buruk.

Bila campaknya ringan, anak cukup dirawat di rumah. Kalau campaknya berat atau sampai terjadi komplikasi maka harus dirawat di rumah sakit.

a. Anak campak perlu dirawat di tempat tersendiri agar tidak menularkan penyakitnya kepada yang lain. Apalagi bila ada bayi di rumah yang belum mendapat imunisasi campak.

b. Beri penderita asupan makanan bergizi seimbang dan cukup untuk meningkatkan daya tahan tubuhnya. Makanannya harus mudah dicerna karena anak campak rentan terjangkit infeksi lain seperti radang tenggorokan, flu atau lainnya. Masa rentan ini masih berlangsung sebulan setelah sembuh karena daya tahan tubuh penderita yang masih lemah.

c. Pengobatan secara simtomatik sesuai dengan gejala yang ada: d. Antipiretik : parasetamol 7,5 – 10 mg/kgBB/kali, interval 6-8 jam

e. Ekspektoran : gliseril guaiakolat anak 6-12 tahun : 50 – 100 mg tiap 2-6 jam, dosis maksimum 600 mg/hari.

f. Antitusif perlu diberikan bila batuknya hebat/mengganggu, narcotic antitussive (codein) tidak boleh digunakan.

g. Mukolitik bila perlu

h. Vitamin terutama vitamin A dan C. Vitamin A pada stadium kataral sangat bermanfaat.

F. PENGKAJIAN KEPERAWATAN

Pada pengkajian anak dengan campak umumnya dapat ditemukan adanya tanda-tanda : - Demam

- Nyeri tenggorok - Nafsu makan menurun

(6)

- Adanya bercak putih kelabu - Kelemahan pada ekstremitas - Batuk

- Konjungtivitis

- Eritema pada banan belakang telinga, leher dan bagian belakang - Lemah, lesu

- Apabila terjadi komplikasi pada telinga dapat ditemukan adanya serumen atau cairan yang keluar dari telinga

- Apabila pada bronkhus dapat menyebabkan bronkhopneumonia, terjadi masalah pernafasan.

1. Data Fokus a.Wawancara

1. Identitas penderita

Meliputi nama anak, umur : rentan pada anak berumur 1-14 th dengan status gizi yang kurang dan sering mengalami penyakit infeksi, jenis kelamin (L dan P pervalensinya sama), suku bangsa, no register, tanggal masuk rumah sakit, diagnosa medis.

2. Keluhan utama

Anak masuk rumah sakit biasanya dengan keluhan adanya eritema dibelakang telinga, di bagaian atas lateral tengkuk, sepanjang rambut dan bagian belakang bawah, badan panas, enantema (titik merah) dipalatum durum dan palatum mole. 3. Riwayat kesehatan sekarang

Pada anak yang terinfeksi virus campak biasanya ditanyakan pada orang tua atau anak tentang kapan timbulnya panas, batuk, konjungtivitis, koriza, bercak koplik dan enantema serta upaya yang telah dilakukan untuk mengatasinya.

4. Riwayat kesehatan dahulu

Anak belum pernah mendapatkan vaksinasi campak dan pernah kontak dengan pasien campak.

5. Riwayat kesehatan keluarga

Apakah anak belum mendapatkan vaksinasi campak.

6. Riwayat imunisasiImunisasi apa saja yang sudah didapatkan misalnya BCG, POLIO I,II, III; DPT I, II, III; dan campak.

7. Riwayat nutrisi

Kebutuhan kalori, untuk pertambahan berat badan ideal menggunakan rumus 8 + 2n. Klasifikasinya status gizinya adalah sebagai berikut :

- Gizi buruk kurang dari 60% - Gizi kurang 60 % - <80 % - Gizi baik 80 % - 110 % - Obesitas lebih dari 120 %

(7)

8. Riwayat tumbuh kembang anak. a. Tahap pertumbuhan

Dilihat dari perkiraan berat badan b. Tahap perkembangan.

- Perkembangan psikososial (Eric Ercson) - Perkembangan psikosexsual (Sigmund Freud) - Perkembangan kognitif (Piaget)

- Perkembangan moral - Perkembangan spiritual - Perkembangan body image - Perkembangan sosial - Perkembangan bahasa - Tingkah laku personal sosial b) Pemeriksaan fisik (had to toe)

1. Status kesehatan umum

Meliputi keadaan penderita, kesadaran, tinggi badan, berat badan, dan tanda-tanda vital.

2. Kepala dan leher - Inspeksi :

Kaji bentuk kepala, keadan rambut, kulit kepala, konjungtivitis, fotofobia, adakah eritema dibelakang telinga, di bagian atas lateral tengkuk, sepanjang rambut dan bagian belakang bawah.

- Palpasi :

Adakah pembesaran kelenjar getah bening di sudut mandibula dan didaerah leher belakang,

3. Mulut - Inspeksi :

Adakah bercak koplik di mukosa bukalis berhadapan dengan molar bawah, enantema di palatum durum dan palatum mole, perdarahan pada mulut dan traktus digestivus. 4. Toraks

- Inspeksi :

Bentuk dada anak, adakah batuk, secret pada nasofaring, perdarahan pada hidung. - Auskultasi :

Ronchi / bunyi tambahan pernapasan. 5. Abdomen

- Inspeksi :

Bentuk dari perut anak. Ruam pada kulit. - Auskultasi :

Bising usus. - Perkusi :

Perkusi abdomen hanya dilakukan bila terdapat tanda abnormal, misalnya masa atau pembengkakan.

(8)

6. Kulit - Inspeksi :

Eritema pada kulit, hiperpigmentasi, kulit bersisik. - Palpasi : Turgor kulit menurun

G. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Gangguan rasa nyaman peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses inflamasi. 2. Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan anoreksia.

3. Resiko kurang volume cairan berhubungan dengan kehilangan sekunder terhadap demam. 4. Gangguan pola nafas berhubungan dengan inflamasi saluran nafas.

5. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan proses penyakit morbili.

H. RENCANA KEPERAWATAN

No. Diagnosa Kriteria Hasil (NOC)

Intervensi (NIC)

1. Gangguan rasa nyaman peningkatan suhu tubuh (hipertermi)

berhubungan

dengan proses inflamas i.

Kriteria Hasil :

- Tidak terdapatnya tanda dan gejala hipertermia, kulit kemerahan dan pusing.

- Normotermia, pernafasan, nadi dan tekanan darah dalam batas normal

1. Monitor suhu inti melalui rute yang sesuai (misalnya timpani, rectal) dan catat adanya kenaikan suhu. 2. Gunakan

tindakan-tindakan pendinginan internal dan eksternal yang sesuai, seperti mandi dingin atau mattres dingin 2. Gangguan kebutuhan

nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia. Tujuan : Diharapakan pasien menunjukkan peningkatan nafsu makan Kriteria hasil : a. BB meningkat b. Mual berkurang/hilan c. Tidak ada muntah. d. Pasien menghabiskan

makan 1 porsi.

e. Nafsu makan

meningkatf.

f. Tidak ada tanda-tanda

1. Berikan sari buah yang banyak mengandung air. 2. Berikan susu atau makanan

dalam keadaan hangat. 3. Berikan nutrisi bentuk

lunak untuk membantu nafsu makan.

4. Berikan diet TKTP atau nutrisi yang adekuat. 5. Monitor perubahan berat

badan, adanya bising usus, dan status gizi.

(9)

malnutrisi. 3. Resiko kurang volume

cairan berhubungan dengan kehilangan sekunder terhadap demam.

Tujuan : Tidak terjadi kekurangan volume cairan tubuh Kriteria hasil :

a. Turgor baik b. Kulit lembab

c. TTV dalam batas normal

d. Mukosa mulut lembab e. Cairan masuk dan keluar seimbang

1. Observasi penyebab kekurangan cairan : muntah, diare, kesulitan menelan, kekurangan darah aktif, diuretic, depresi, kelelahan

2. Observasi tanda-tanda dehidrasi.

3. Observasi keadaan turgor kulit, kelembaban, membran mukosa.

4. Monitor pemasukan dan pengeluaran cairan bila kekurangan cairan terjadi secara mendadak, ukur produksi urine setiap jam, berat jenis dan observasi warna urine.

5. Catat dan ukur jumlah dan jenis cairan masuk dan keluar perparetal. Perhatikan : cairan yang masuk, kecepatan tetesan untuk mencegah edema paru, dispneu, bila pasien terpasang infus.

6. Timbang BB setiap hari. 4. Gangguan pola nafas

berhubungan dengan inflamasi saluran nafas.

Kriteria Hasil :

- Penurunan jumlah secret - Bunyi napas normal - Klien dapat bernafas tanpa

bantuan alat bantu pernapasan

Airway Management

1. Kaji tanda-tanda vital, status pernapasan klien (RR, kedalaman dan suara napas)

(10)

semifowler/fowler jika tidak ada kontra indikasi

Mobilize Secretions

1. Elevasikan kepala atau mengubah posisi yang diperlukan

2. Mengajarkan latihan batuk efektif dan teknik napas dalam

3. Lakukan suction jika secret tidak dapat keluar dengan batuk efektif. 4. Berikan oksigen dengan

konsentrasi 100% 5. Gangguan integritas

kulit berhubungan dengan proses penyakit morbili.

Kriteria Hasil :

- Temperatur kulit dalam rentang normal

- Daya sensasi tubuh dalam rentang normal

- Elastisitas kulit dalam rentang normal

- Pigmentasi kulit dalam rentang normal

- Tekstur kulit rata dan halus

1. Kaji kebutuhan hygiene dan perawatan kulit klien 2. Berikan hidrasi yang

adekuat (oral, selang, IV (infus), dll)

3. Atur dan monitor patensi selang infus, apabila menggunakan infus

4. Berikan nutrisi yang optimal (termasuk protein yang adekuat, lemak, kalori, mineral dan multivitamin)

5. Monitor respon pasien (anak) terhadap terapi cairan dan elektrolit yang diberikan

(11)

I. REFERENSI

Alimul, Aziz. (2006). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta: Salemba medika

N. Barus. 2010. Repository Universitas Sumatera Utara "Campak". http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20116/4/Chapter%20II.pdf. Diakses pada 21 Oktober 2016 (19:50)

Masyur Khair. 2014. Laporan Pendahuluan Moribili “Scribd”. https://www.scribd.com/doc/249799834/Laporan-Pendahuluan-Morbili. Diakses pada 21 Oktober 2016 (20:10)

Abdi Wijaya. 2015. Laporan Pendahuluan Moribili “Scribd”. https://www.scribd.com/doc/291798667/LAPORAN-PENDAHULUAN-MORBILI. Diakses pada 21 Oktober 2016 (20:17)

Referensi

Dokumen terkait

Resiko Terjadinya Gejala Klinis Campak Pada Anak Usia 1-14 Tahun Dengan Status Gizi Kurang Dan Sering Terjadi Infeksi Di Kota Kediri.. Hidayat, Aziz

Sebagian besar pengetahuan ibu tentang gizi adalah kurang yaitu 70,7%, anak usia dini yang mengalami penyakit infeksi yaitu 61%, anak usia dini yang memiliki kebiasaan

faktor risiko yang mempengaruhi kejadian campak di Kabupaten Kendal adalah status gizi,.. riwayat kontak, umur rentan, kepadatan hunian, kondisi lingkungan dan

Perilaku hidup bersih mengurangi risiko penyakit infeksi yang dapat mempengaruhi status gizi seseorang. Seseorang dengan penyakit infeksi akan mengalami nafsu makan

Penyakit infeksi rentan terjadi dan sering dialami pada balita, karena balita merupakan kelompok umur yang rawan gizi dan rawan penyakit, dan salah satu masalah yang

Data yang dianalisis secara deskriptif meliputi data karakteristik anak berupa (jenis kelamin, umur, dan status gizi yang dihitung berdasarkan indeks

Penyebab langsung dari balita yang mengalami kekurangan energi protein yang menyebabkan status gizi balita buruk dan kurang yaitu penyakit infeksi, konsumsi makanan, kebutuhan energi

Anak tidak cukup gizi memiiki daya tahan tubuh yang rendah, dan rentan tekena penyakit, sehingga gampang terkena penyakit infeksi, efek berasal dari penyakit infeksi dapat merubah