5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori
2.1.1 Ilmu Pengatahuan Alam (IPA)
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis sehingga IPA bukan hanya pengusaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja, tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, secara prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerpakan di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk inquiry dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar (BNSP, 2006). IPA pada dasarnya ilmu yang mempelajari tentang alam, bukan hanya fakta-fakta, maunpun konsep-konsep, melainkan IPA adalah suatu proses penemuan.
IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat diidentifikasikan. Penerapan IPA perlu dilakukan secara bijaksana untuk menjaga dan memilihara kelestarian lingkungan. Ditingkat SMP/MTs diharapakan ada penekanan pembelajaran Salisngtemas (Sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat) secara terpadu yang diarahkan pada pengalaman belajar untuk merancang dan membuat suatu karya melalui penerapan konsep IPA dan kompetensi bekerja ilmiah secara bijaksana. Mata pelajaran IPA dapat memenuhi kebutuhan manusia dalam sehari-hari karena IPA dapat memecahkan masalah di dalam kehidupan manusia.
Pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara inquiry ilmiah (scientific inquiry) untuk menumbuhkan kemampuan berfikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta mengomuinikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup. Oleh karena itu, pembelajaran IPA di SD/MI dan SMP/MTs menekankan pada pemberian
pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah. Pada dasarnya IPA seharusnya dilakukan dengan pendekatan inquiry atau secara alam, karena akan membentuk anak didik berfikir dan lebih terampil dalam proses pembelajaranya.
Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) IPA di SD/MI dan SMP/MTs merupakan standar minimum yang secara nasional harus dicapai oleh peserta didik dan menjadi acuan dalam pengembangan kurikulum disetiap satuan pendidikan. Pencapaian SK dan KD didasarkan pada pemberdaya peserta didik untuk membangun kemampuan, bekerja ilmiah, dan pengetahuan sendiri yang difasilitasi oleh guru.
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dalam BNSP (2006:161) merupakan ilmu pengetahuan yang berkaitan erat dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja, tetapi merupakan suatu penemuan. IPA merupakam ilmu alam yang prsosesnya adalah penuman, bukan hanya prinsip-prinsip, fakta-fakta saja.
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) menurut Fowler (dalam Trianto, 2010:136) adalah pengetahuan yang sistematis dan dirumuskan, yang berhubungan dengan gejala-gejala kebendaan dan didasarkan terutama atas pengamatan dan deduksi. IPA berhubungan dengan gejala-gejala kebendaan dan didasarkan dengan pengamatan dan dedukasi.
Ilmu Pengetahuan Alam menurut Wahyana (dalam Trianto, 2010:136) adalah suatu kumpulan pengetahuan tersusun sistematik, dan dalam penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam. Perkembangannya tidak hanya ditandai oleh adanya kumpulan fakta, tetapi oleh adanya metode ilmiah dan sikap ilmiah. Pada dasaranya IPA adalah suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun sistematik, dan perkembangannya secara ilmiah.
Pembelajaran IPA dalam BNSP (2006:161) menekankan pada pemberian pengalaman secara langsung untuk mengembangkan kompetensi siswa agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara inquiri ilmiah (scientific inquiry) untuk
menumbuhkan kemapuan berpikir, bekerja, dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup. IPA memberikan penekanan secara langsung untuk menjelajahi alam sekitar dan menumbuhkan kemampuan berfikir, bekerja, dan bersikap secara ilmiah.
Dari beberapa pengertian IPA diatas, dapat disimpulkan bahwa IPA adalah ilmu yang bukan hanya berdasarkan dengan fakta-fakta, atau konsep-konsep saja, tetapi ilmu yang prosesnya adalah penemuan, IPA menekankan pembelajarannya secara langsung dengan alam, agar didalam prosesnya muncul akan kekreatifan berfikir secara alam, terampil dan bersikap alamiah.
Menurut Hardini dan Puspitasari (2012:151) Mata pelajaran IPA di SD/MI dan SMP/MTs bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.
1. Meningkatkan keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam Ciptaan-Nya.
2. Mengembangkan pemahaman tentang berbagai macam gejala alam, konsep dan prinsip IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari .
3.Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positip dan kesadaran terhadap adanyahubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi danmasyarakat.
4.Melakukan inquiry ilmiah untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bersikap, bertindak ilmiah serta komunikasi.
5. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memilihara, menjaga, dan melestarikan lingkungan serta sumber daya alam.
6.Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.
7.Meningkatkan pengetahuan, konsep, dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke Jenjang selanjutnya.
2.1.2 Ruang Lingkup IPA
Menurut BNSP (2006:162)ruang lingkup bahan kajian IPA untuk SD/MImeliputi aspek-aspek berikut:
1. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan danInteraksinya dengan lingkungan, serta kesehatan. 2. Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat
3. Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya dan pesawat sederhana.
4. Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-bendalangit lainnya.
Berdasarkan penjabaran diatas maka standar kompetesi (SK) dan kompetensi dasar (KD) yang tercantum dalam silabus yang akan digunakan dalam mata pelajaran IPA adalah sebagai berikut:
Tabel 2
Standar Kompetensi (KD) Dan Kompetensi Dasar Standar Kompetensi (SK) Kompetensi Dasar (KD) 7. Memahami perubahan yang terjadi
di alam dan hubunganya dengan penggunaan sumber daya alam.
7.2 Mengidentifikasi jenis-jenis tanah. 7.3 Mendiskripsikan struktur bumi.
2.1.3 Proses Belajar Mengajar IPA SD
Menurut Sanjaya (2006:101) pembelajaran adalah proses penambahan informasi dan kemampuan/kompetensi baru. Ketika seorang guru berpikir informasi dan kompetensi apa yang harus dimiliki oleh siswa, maka pada saat itu juga berpikir strategi apa yang harus dilakukan agar semua itu dapat tercapai secara efektif dan efisien.
Pembelajaran menurut Hamalik (2011:70) adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapi tujuan pembelajaran.
Dari beberapa pengertian pembelajaran diatas, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah suatu proses penambahan informasi baru untuk mencapai tujuan pembelajaran dengan menggunakan strategi apa yang tepat untuk diajarkan kepada siswa agar dapat tercapai secara efektif dan efisien.
Pembelajaran IPA yang dikutip oleh Tisno Hadisubroto (dalam Usman Samatowa, 2011:5), bahwa Piaget mengatakan bahwa pengalaman langsung yang memegang peranan penting sebagai pendorong lajunya perkembangan kognitif anak. Pengalaman langsung anak yang terjadi secara spontan dari kecil (sejak
lahir) sampai berumur 12 tahun. Efesiensi pengalaman langsung pada anak tergantung pada konsistensi antara hubungan metode dan objek dengan tingkat perkembangan kognitif anak. Sedangkan menurut Alverman dalam (Usman Samatowa, 2011:9) pembelajaran IPA menjadi berarti bila IPA diajarkan sedemikian, sehingga anak menjalani suatu proses perubahan konsepsi.
2.2 Belajar dan Hasil Belajar 2.2.1 Belajar
Slameto (2003:2) mendefinisikan bahwa “belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannnya”. Belajar menurut Kamus besar bahasa Indonesia (2008:23) adalah “berubah tingkah laku yang atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman”. Belajar disini lebih kepada proses perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam berinteraksi dengan lingkungannya.
Menurut Winkel (dalam Purwanto, 2009:38) mendefinisikan bahwa “belajar adalah “proses dalam diri individu yang berinteraksi dengan lingkungan untuk mendapatkan perubahan dalam perilakunya”.Belajar berlangsung dalam interaksi aktif dengan dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, keterampilan, dan sikap.
Menurut Skinner dan (dalam Hardini dan Puspitasari, 2012:4) belajar adalah suatu proses adaptasi atau penyesuain tingkah laku yang berlangsung secara progresif. Belajar juga dipahami sebagai suatu perilaku, pada saat orang belajar, maka responya menjadi lebih baik. Sebaliknya jika ia tidak belajar, responnya menurun. Dengan demikian belajar diartikan sebagai suatu perubahan dalam kemungkinan atau peluang terjadinya respon.Belajar adalah suatu prosesadaptasi penyesuaian tingkah laku yang memberikan respon lebih baik jika dilakukan, dan begitu juga sebaliknya jika tidak dilakukan responnya akan menurun.
Menurut Robert M Gagne (dalam Hardini dan Puspitasari, 2012:4) belajar adalah suatu proses yang kompleks dan hasil belajar berupa kapabilitas, timbulnya kapabilitas disebabkan stimulus yang berasal dari lingkungan dan proses koginitif yang dilakukan oleh pelajar.Belajar adalah proses yang komplek dan berupa kapabilitas, yang disebabkan stimulus dari lingkungan dan proses kognitif.
Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa belajar pada dasarnya berbicara tentang tingkah laku seseorang berubah sebagai akibat pengalaman yang berasal dari lingkungan. Dan belajar terjadi karena adanya proses belajar atau perubahan tingkah laku sebelum mengikuti kegiatan belajar.
2.2.2 Hasil Belajar
Furchan (2005:39) Hasil belajar merupakan uraian untuk menjawab pertanyaan “apa yang harus digali, dipahami, dan dikerjakan siswa”. Hasil belajar ini merefleksikan keluasan, kedalaman, dan kompleksitas (secara berdegradasi) dan digambarkan secara jelas serta dapat diukur dengan teknik-teknik tertentu. Perbedaan antara kompetensi dan hasil belajar terdapat pada batasan dan patokan-patokan kinerja siswa yang dapat diukur.
Rusman (2012:123) mengatakan bahwa hasil belajar adalah sejumlah pengalaman yang diperoleh siswa yang mencakup ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:486), hasil belajar adalah sesuatu yang diadakan, diciptakan, dibuat, dijadikan dengan usaha pikiran. Hasil belajar merupakan wujud dari keberhasilan belajar yang menunjukkan kecakapan dalam penguasaan materi pelajaran, apabila hasil belajar yang diperoleh siswa sesuai yang diharapkan maka siswa akan merasakan kepuasan. Menurut aliran psikologi kognitif memandang hasil belajar adalah mengembangkan berbagai strategi untuk mencatat dan memperoleh informasi, siswa harus aktif menemukan informasi-informasi tersebut dan guru menjadi partner siswa dalam proses penemuan berbagai informasi dan makna-makna dari informasi yang diperolehnya dalam pelajaran yang dibahas dan dikaji bersama.
Hasil belajar menurut Mulyasa (2008:212) merupakan prestasi belajar peserta didik secara keseluruhan yang menjadi indicator kompetensi dasar dan
derajat perubahan perilaku yang berlangsung. Hasil belajar merupakan prestasi peserta didik secara keseluruhan yang mencapai indicator kompetensi dasar yang ada perubahan perilaku secara langsung.
Dari beberapa pengertian di atas, hasil belajar adalah sebuah pengalaman yang diperoleh dari ranah kognitif, afektif, psimotorik dan merupakan hasil belajar adalah sesuatu yang diadakan, diciptakan, dibuat, dijadikan dengan usaha pikiran. Hasil belajar merupakan wujud dari keberhasilan belajar yang menunjukkan kecakapan dalam penguasaan materi pelajaran.
2.2.3 Faktor yang mempengaruhi hasil belajar
Faktor yang mempengaruhi hasil belajar menurut Munadi (dalam Rusman 2012:124) adalah sebagai berikut.
a. Faktor internal 1. Faktor fisiologis
Faktor fisiologis meliputi kondisi kesehatan yang prima, tidak dalam keadaan lelah dan capek, tidak dalam keadaan cacat, jasmani dan sebagainya.
2. Faktor psikologis
Setiap individu dalam hal ini siswa pada dasarnya memiliki kondisi psikologis yang berbeda-beda, tentunya hal ini turut mempengaruhi hasil belajarnya. Beberapa faktor psikologis meliputi intelegensi (IQ), perhatian, minat, bakat, motif, motivasi, kognitif, dan daya nalar siswa.
b. Faktor Eksternal 1. Faktor lingkungan
Faktor lingkungan dapat mempengaruhi hasil belajar.Faktor lingkungan ini meliputi lingkungan fisik dan sosial, lingkungan alam misalnya suhu, kelembaban dan lain-lain. Belajar pada tengah hari di ruang yang memiliki ventilasi udara yang kurang tentunya akan berbeda suasana belajarnya dengan yang belajar di pagi hari yang udaranya masih segar dan ruang yang cukup mendukung untuk bernafas lega.
2. Faktor instrumental
Faktor-faktor instrumental adalah faktor yang keberadaan dan penggunaannya dirancang sesuai dengan hasil belajar yang diharapkan. Faktor-faktor ini diharapkan dapat berfungsi sebagai sarana untuk tercapainya tujuan-tujuan belajar yang telah direncanakan. Faktor-faktor instrumental ini berupa kurikulum, sarana, dan guru.
2.2.4 Pengukuran Hasil Belajar
Cara untuk mengukur hasil belajar adalah dengan melakukan evaluasi hasil belajar. Menurut Hamalik (2011:159) evaluasi hasil belajar adalah “keseluruhan kegiatan pengukuran pengumpulan dan informasi, pengolahan, penafsiran, dan pertimbangan untuk membuat keputusan tentang tingkat hasil belajar yang dicapai siswa setelah melakukan kegiatan hasil belajar dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan”. Tujuan evaluasi hasil belajar adalah:
a. Memberikan informasi tentang kemajuan siswa dalam upaya mencapai tujuan-tujuan belajar melalui berbagai kegiatan.
b. Memberikan informasi yang dapat digunakan untuk membina kegiatan-kegiatan belajar siswa lanjut, baik keseluruhan kelas maupun masing-masing individu.
c. Untuk mengetahui kemampuan siswa, menetapkan kesulitan-kesulitannya dan menyarankan kegiatan-kegiatan remidial (perbaikan).
d. Untuk mendorong motivasi belajar siswa dengan cara mengenal kemajuaanya sendiri dan merangsangnya untuk melakukan upaya perbaikan.
e. Memberikan informasi tentang semua aspek tingkah laku siswa, sehingga guru dapat membantu perkembangannya menjadi warga masyarakat dan pribadi yang berkualitas.
f. Untuk membimbing siswa memilih sekolah, atau jabatan yang sesuai dengan kecakapan, minat dan bakatnya
Prosedur yang dilakukan dalam mengukur hasil belajar menurut Hamalik (20011:163) adalah sebagai berikut:
a. Persiapan
Pada tahap ini, guru menyusun kisi-kisi. Melalui instrument evaluasi yang direvisi terus sesuai dengan kebutuhan proses belajar mengajar. Menurut Purwamto (2010:57) Instrumen adalah alat ukur yang digunakan untuk mengukur dalam rangka pengumpula data. Dalam penyusunan kisi-kisi langkah-langkah yang dilakukan adalah:
1) Menetapkan ruang lingkup materi pelajaran yang akan diujikan berdasarkan pokok bahasan.
2) Merumuskan tujuan pengajaran khusus sesuai dengan tujuan pembelajaran.
3) Menetapkan jumlah butir soal berdasarkan tujuan/ranah, yang disusun dan tersebar secara proporsional.
4) Mengidentifikasi bentuk-bentuk soal berupa tes objektif atau bentuk essay. 5) Menentapkan proporsi tingkat kesulitan butir-butir soal yang menacapkup
keseluruhan perangkat instrument penelitian.
b. Penyusunan alat ukur yang dibagi menjadi dua jenis yaitu penilaian dengan tes dan non tes. Menurut Purwanto (2010:56) Tes merupakan alat ukur pengumpulan data yang mendorong peserta memberikan penampilan maksimal. Sedangkan non tes merupakan alat ukur yang mendorong peserta untuk melaporkan keadaan dirinya dengan respon yang jujur sesuai dengan pikiran dan perasaan.
c. Pelaksanaan pengukuran, yaitu dirancang dengan model desain evaluasi adalah dengan evaluasi sumatif, evaluasi formatif, evaluasi reflektif, dan kombinasi ketiga model. Di dalam penelitian inti evaluasi yang digunakan adalah dengan evaluasi formatif yaitu suatu bentuk pelaksanaan evaluasi yang dilakukan selama berlangsungnya program dan kegiatan pembelajaran. Evaluasi ini bertujuan untuk memperoleh informasi balikan terhadap proses belajar mengajar. Pelaksanaan evaluasi ini berfungsi untuk perbaikan, yang dilakukan dengan metode pengajaran remidial.
Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa untuk melihat hasil belajar siswa adalah dengan melakukan evaluasi hasil belajar.Evaluasi hasil belajar merupakan alat untuk mengukur keberhasilan siswa dengan adanya evaluasi formatif yaitu evaluasi yang dilakukan ketika berakhirnya kegiatan pembelajaran.Sebelum melakukan evaluasi formatif, guru membuat kisi-kisi soal yang digunakan untuk menguji tingkat keberhasilan dalam suatu pelajaran setelah diajarkan.Tes penilaian yang digunakan ada dua macam yaitu tes dan non tes.
2.3 Metode Inquiry
Menurut Sagala (dalam Hardini dan Puspitasari, 2012:33) Metode Inquiry merupakn metode pembelajaran yang berupaya menanamkan dasar-dasar perilaku
ilmiah pada diri siswa sehingga dalam proses pembelajaran ini siswa lebih banyak belajar sendiri, mengembangkan kreativitas dalam memecahkan masalah.
Metode ini berpusat pada kegiatan peserta didik, namun guru tetap memegang peranan penting sebagai pembuat desain pengalaman belajar. Guru berkewajiban menggiring peserta didik untuk melakukan kegiatan. Kadang kala guru perlu memberikan penjelasan, melontarkan pertanyaan, memberikan komentar, dan saran kepada peserta didik. Guru berkewajiban memberikan kemudahan belajar melalui penciptaan iklim yang kondusif, dengan menggunakan fasilitas media dan materi pembelajaran yang bervariasi.
Inquiry pada dasarnya adalah cara menyadari apa yang telah dialami. Karena itu inquiry menuntut peserta didik berfikir. Metode ini melibatkan mereka dalam kegiatan intelektual. Metode ini menuntut peserta didik memproses pengalaman belajar menjadi suatu yang bermakna dalam kehidupan nyata. Dengan demikian , melalui metode ini peserta didik dibiasakan untuk produktif, analitis, dan kritis.Langkah-langkah dalam proses inquiry adalah menyadarkan keingintahuan terhadap sesuatu, memperadugakan suatu jawaban, serta menarik kesimpulan dan membuat keputusan yang valid untuk menjawab permasalahan yang didukung oleh bukti-bukti. Berikutnya adalah menggunakan kesimpulan untuk menganalisis data yang baru, (Mulyasa 2005:235).
2.3.1 Tujuan Metode Inquiry
Tujuan utama dari pada penggunaan metode inquiry (pemecahan masalah) adalah mengembangkan kemampuan berfikir, terutama di dalam mencari sebab akibat dan tujuan suatu masalah. Metode ini melatih murid-murid dalam cara-cara mendekati dan cara-cara mengambil langkah-langkah bila akan memecahkan suatu masalah yaitu dengan memberikan kepada murid pengetahuan kecakapan praktis yang bernilai/bermanfaat bagi keperluan hidup sehari-hari. Metode ini memberikan dasar-dasar pengalaman yang praktis mengenai bagaimana cara-cara memecahkan suatu masalah dan kecakapan ini dapat diterapkan bagi keperluan menghadapi masalah-masalah lainnya didalam masyarakat.
Menurut Hardini dan Puspitasari (2011:34) Tujuan metode Inquiry adalah sebagai berikut.
1. Meningkatkan kerterlibatan peserta didik dalam menemukan dan memproses bahan pelajarannya.
2. Mengurangi ketergantungan peserta didik pada guru untuk mendapatlan pengalaman belajarnya.
3. Melatih peserta didik menggali dan memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar yang tidak ada habisnya.
4. Memberi pengalaman belajar seumur hidup.
Alasan penggunaan metode inquiry adalah sebagai berikut. 1. Perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan yang pesat. 2. Belajar tidak hanya dapat diperoleh dari sekolah, tetapi dari
lingkungan sekitar.
3. Melatih peserta didik untuk memiliki kesadaran sendiri kebutuhan belajarnya.
4. Penanaman kebiasaan untuk belajar berlangsung seumur hidup.
Mengingat tujuan tersebut di atas, maka pemecahan suatu masalah jangan diajarkan sebagai pengetahuan saja, melainkan harus menjadi alat bagi murid atau sebagai proses pembelajaran untuk selanjutnya dapat memecahkan sendiri segala macam masalah yang mungkin akan dijumpainya, sekarang maupun kelak, disekolah, dirumah maupun di masyarakat.
2.3.2 Prinsip Pelaksanaan Pembelajaran dengan Pendekatan Inkuiry
Pendekatan pembelajaran inquiry merupakan pendekatan yang menekankan kepada pengembangan intelektual peserta didik. Ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam melaksanakan pendekatan pembelajaran inquiry:
a. Berorientasi pada pengembangan intelektual
Tujuan utama dari pendekatan inquiry adalah pengembangan kemampuan berpikir. Dengan demikian pendekatan pembelajaran ini selain berorientasi kepada hasil belajar juga berorientasi pada proses belajar. Oleh karena itu, kriteria keberhasilan dan proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan inquiry bukan ditentukan oleh sejauh mana peserta didik dapat menguasai materi pelajaran, akan tetapi sejauh mana peserta didik beraktifitas mencari dan menemukan sesuatu. Makna dari sesuatu yang harus ditemukan oleh peserta didik
melalui proses berpikir adalah sesuatu yang dapat ditentukan, bukan sesuatu yang tidak pasti, oleh sebab itu setiap gagasan yang harus dikembangkan adalah gagasan yang dapat ditemukan.
b. Prinsip interaksi
Proses pembelajaran pada dasarnya adalah proses interaksi, baik interaksi antara peserta didik maupun interaksi peserta didik dengan guru bahkan interaksi antar peserta didik dengan lingkungannya. Pembelajaran sebagai proses interaksi berarti menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar, akan tetapi sebagai pengatur lingkungan atau pengatur interaksi itu sendiri. Guru perlu mengarahkan agar peserta didik dapat mengembangkan kemampuan berpikirnya melalui interaksi mereka. Kemampuan guru untuk mengatur interaksi memang bukan pekerjaan yang mudah. Sering guru terjebak oleh kondisi yang tidak tepat mengenai proses interaksi itu sendiri.
c. Prinsip bertanya
Peran guru yang harus dilakukan dalam menggunakan pendekatan pembelajaran inquiry adalah guru sebagai penanya. Sebab, kemampuan peserta didik untuk menjawab setiap pertanyaan pada dasarnya sudah merupakan bagian dari proses berpikir. Oleh sebab itu, kemampuan guru untuk bertanya dalam setiap langkah inkuiri sangat diperlukan.Berbagai jenis dan teknik bertanya perlu dikuasai oleh setiap guru, apakah itu bertanya hanya sekedar untuk meminta perhatian siswa, bertanya untuk melacak, bertanya untuk mengembangkan kemampuan atau bertanya untuk menguji.
d. Prinsip belajar untuk berpikir
Belajar bukan hanya mengingat sejumlah fakta, akan tetapi belajar adalah proses berpikir (learning how to think), yakni proses mengembangkan potesni seluruh otak, baik otak kiri maupun otak kanan. Pembelajaran berpikir adalah pemanfaatan dan penggunaan otak secara maksimal. Belajar yang hanya cenderung memanfaatkan otak kiri, misalnya dengan memaksa anak untuk berfikir logis dan rasional akan membuat anak dalam posisi kering dan hampa. Oleh karena itu belajar berpikir logis dan rasional perlu didukung oleh pergerakan
otak kanan, misalnya dengan memasukkan unsur estetika melalui proses belajar yang menyenangkan dan menggairahkan.
e. Prinsip keterbukaan
Belajar adalah suatu proses mencoba berbagai kemungkinan. Segala sesuatu mungkin saja terjadi.Oleh sebab itu, anak perlu diberikan kebebasan untuk mencoba sesuai dengan perkembangan kemampuan logika dan nalarnya.Pembelajaran yang bermakna adalah pembelajaran yang menyediakan berbagai kemungkinana sebagai hipotesis yang harus dibuktikan kebenarannya.Tugas guru adalah menyediakan ruang untuk memberikan kesempatan kepada peserta didik mengembangkan hipotesis dan secara terbuka membuktikan kebenaran hipotesis yang diajukan.
2.3.3 Langkah-langkah Pelaksanaan Pembelajaran Inquiry
Guloa (dalam Trianto, 2002:138) menyatakan, bahwa kemampuan yang diperlukan untuk melaksanakan pembelajaran inkuiri adalah sebagai berikut:
a. Mengajukan Pertanyaan atau Permasalahan
Kegiatan inquiry dimulai ketika pertanyaan atau permasalahan diajukan. Untuk meyakinkan bahwa pertanyaan sudah jelas, pertanyaan tersebut dituliskan di papan tulis, kemudian siswa diminta untuk merumuskan hipotesis.
b. Merumuskan Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara atas pertanyaan solusi permasalahan yang dapat diuji dengan data. Untuk memudahkan proses ini, guru menanyakan kepada siswa gagasan mengenai hipotesis yang mungkin. Dari semua gagasan yang ada, dipilih salah satu hipotesis yang relevan dengan permasalahan dengan permasalahan yang diberikan.
c. Mengumpulkan Data
Hipotesis digunakan untuk menuntun proses pengumpulan data. Data yang dihasilkan dapat berupa tabel, matrik, atau grafik. d. Analisis Data
Siswa bertanggung jawab menguji hipotesis yang telah dirumuskan dengan menganalisa data yang telah diperoleh. Faktor penting dalam menguji hipotesis adalah pemikiran „benar‟ atau „salah‟. Setelah memperoleh kesimpulan, dari data percobaan, siswa dapat menguji hipotesis yang telah dirumuskan.
Bila ternayata hipotesis itu salah atau ditolak, siswa dapat menjelaskan sesuai dengan proses inquiry yang telah dilakukannya.
e. Membuat Kesimpulan
Langkah penutup dari pembelajaran inquiry adalah membuat kesimpulan sementara berdasarkan data yang diperoleh siswa.
Dari Langkah-langkah di atas dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah pembelajaran metode inquiri sebagai berikut:
a. Mengajukan Pertanyaan atau Permasalahan
Guru memberikan pertanyaan atau permasalahan dan diajukan kepada siswa, guru memperjelas pertanyaan tersebut dan meminta siswa untuk membuat hipotesis.
b. Merumuskan Hipotesis
Hipotesis adalah yang diberikan siswa memberikan kemudahan guru untuk memberikan pertanyaan lebih terhadap siswa.
c. Mengumpulkan Data
Data yang akan dikumpulkan berupa, table, matrik. d. Analisis Data
Data yang dibuat oleh siswa harus dapat dibuktikan dengan menggunakan percobaan dan data tersebut terbukti benar atau salah.
e. Membuat Kesimpulan
Guru meminta siswa untuk membuat kesimpulan berdasarkan data yang sudah dibuat.
2.3.4 Keunggulan dan Kelemahan Metode Inquiry
Metode pembelajaran inquiry merupakan metode pembelajaran yang banyak dianjurkan karena memiliki beberapa keunggulan sebagai berikut:
1. Keunggulan
Inquiry merupakan strategi pembelajaran yang banyak dianjurkan oleh karena strategi ini memiliki beberapa keunggulan, diantaranya:
a. Secara aktif siswa menemukan informasi dan pengetahuan, ingatan menjadi meningkatkan.
b. Penemuan membantu siswa memperlajari bagaimana untuk mengikuti petunjuk-petunjuk dan kunci-kunci, dan mencatat penemuan-penemuan, dengan demikian membekali dirinya untuk menangani situasi-situasi masalah yang baru.
c. Hadiah-hadiah yang diberikan berkenaan dengan penemuan sesuatu memberikan dorongan para peserta didik dengan motivasi dari dalam.
d. Peserta didik mengembangkan minat ketrampilan-ketrampilan dan sikap yang pokok bagi belajar dengan mengarahkan diri sendiri.
e. Peserta didik mengembangkan pengertian yang lebih mendalam tentang tugas dari guru.
f. Penemuan bekerja pada saat tingkatan-tingkatan yang lebih tinggi dari bidang kognitif (analisa, sintesa, dan seterusnya). Hal tersebut juga mendorong pemikiran intuitif (Jones, dalam Widiarto, 2009:33).
Keuntungan lain yang jelas adalah peranan peserta didik menjadi aktif dan kreatif. Oleh karena itu, peserta didik mungkin memperoleh lebih banyak ketrampilan inquiri dari pada yang mereka peroleh dalam mempelajari situasi yang mana mereka mempunyai suatu peranan aktif dalam proses belajar mengajar (Soewarso, dalam Widiarto, 2009:34).
Di samping memimiliki keunggulan, Inquiry juga mempunyai kelemahan di antaranya:
a. Memperkenalkan peserta didik untuk menemukan pengetahuannya sendiri-sendiri sangat membutuhkan banyak waktu. Tidaklah efisien untuk mengharapkan peserta didik menemukan kembali semua pengetahuan.
b. Kebanyakan buku-buku teks dan bahan yang sekarang tersedia bagi guru ditulis lebih sebagi pameran dari pada sebagai suatu penemuan.
c. Peserta didik seringkali putus asa sebelum memecahkan masalah tersebut.
d. Suatu penemuan yang salah membutuhkan banyak usaha dapat menurunkan semangat para peserta didik secara luar biasa. e. Peserta didik seringkali menemukan hal-hal yang lain dari pada
yang dimaksud untuk “ditemukan”.
f. Guru harus mempunyai latar belakang yang kuat di dalam bidangnya untuk menangani penemuan-penemuan yang tidak diharapkan.
g. Beberapa peserta didik nampaknya tidak mampu membuat penemuan yang dimaksudkan (Jones, dalam Widiarto, 2009:34).
2.3.5 Sintaks Pembelajaran Inquiry
Pada penelitian ini tahapan pembelajaran yang digunakan mengadaptasi dari tahapan pembelajaran inquiry yang dikemukakan oleh Eggen dan Kauchak (dalam Trianto, 2007:141) Adapun tahapan pembelajaran inquiri sebagai berikut.
Tabel 3
Sintaks Metode Pembelajaran Inquiry
Fase Perilaku Guru
1.Menyajikan pertanyaan atau masalah
Guru membimbing siswa mengidentifikasikan masalah dan masalah dituliskan di papan tulis. Guru membagi siswa dalam kelompok
2.Membuat hipotesis Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk curah pendapat dalam membentuk hipotesis. Guru membimbing siswa dalam menentukan hipotesis yang relevan dengan permasalahan dan memprioritaskan hipotesis mana yang menjadi prioritas penyelidik.
3.Merancang percobaan Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk menentukan langkah-langkah yang sesuai dengan hipotesis yang akan dilakukan. Guru membimbing siswa mengurutkan langkah-langkah percobaan.
4.Melakukan percobaan untuk memperoleh informasi
Guru membimbing siswa mendapatkan informasi melalui percoabaan
5.Mengumpulkan dan menganalisa data
Guru memberi kesempatan pada tiap kelompok untuk menyajikan hasil pengolahan data yang terkumpul. 6.Membuat kesimpulan Guru membimbing siswa dalam membuat kesipulan.
Sudjana (dalam Trianto, 2007: 142) menyatakan, ada lima tahapan yang ditempuh dalam melaksanakan pembelajaran inquiri yaitu:
(1) merumuskan masalah untuk dipecahkan oleh siswa;
(2) menetapkan jawaban sementara atau lebih dikenal dengan istilah hipotesis; (3) mencari informasi, data, dan fakta yang diperlukan untuk menjawab
hipotesis atau permasalahan;
(4) menarik kesimpulan jawaban atau generalisasi; dan (5) mengaplikasikan kesimpulan.
2.3.6 Penerapan Metode Inquiry Dalam Standar Proses
Berdasarkan langkah-langkah di atas, penerapan pembelajaran IPA dengan menggunakan metode inquiry adalah sebagai berikut.
Tabel 4
Langkah-langkah Penerapan Metode Inquiry dalam Standar Proses
NO Kegiatan 1. Kegiatan Awal
Salam pembuka. Absensi
Menanyakan kesiapan belajar pada anak
Menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin disampaikan 2 Kegiatan Inti
Eksplorasi
Guru menyampaikan peta konsep materi tentang susunan dan jenis-jenis tanah. Guru bertanya jawab kepada siswa tentang jenis-jenis tanah yang diketahui siswa. Guru menunjukkan dan menjelaskan alat peraga yang berupa susunan lapisan
tanah.
Melului alat peraga yang ditampilkan oleh guru, guru dan siswa bertanya jawab tentang susunan lapisan tanah.
Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok yang terdiri atas 4-5 siswa pada setiap kelompok.
Elaborasi
Siswa dibimbing mengidentifikasikan masalah yang dituliskan di papan tulis. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, yang terdiri dari 4-5 siswa pada setiap
kelompoknya.
Siswa dibimbing dalam menentukan hipotesis yang relevan dengan permasalahan dan memprioritaskan hipotesis mana yang menjadi prioritas penyelidik.
Siswa dibimbing dalam mengurutkan langkah-langkah percobaan. Setiap kelompok diberikan sebuah telur sebagai alat peraga.
Siswa diminta untuk mengupas telur satu per satu yaitu dari cangkang telur sampai ke kuning telur.
Siswa mendapatkan informasi melalui percoabaan
Siswa diberi kesempatan pada tiap kelompok untuk menyajikan hasil pengolahan data yang terkumpul.
Siswa diminta untuk membuat kesipulan. Konfirmasi
Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa.
Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan penguatan dan penyimpulan.
3. Kegiatan Akhir
Melakukan refleksi apakah kegiatan pembelajarannya menyenangkan atau tidak, dan menyampaiakan pembelajaran untuk pertemuan berikutnya.
2.4 Hubungan Antara Metode Inquiry dengan Hasil Belajar
Hasil belajar adalah sebuah pengalaman yang diperoleh dari ranah kognitif, afektif, psimotorik dan merupakan hasil belajar adalah sesuatu yang diadakan, diciptakan, dibuat, dijadikan dengan usaha pikiran. Hasil belajar merupakan wujud dari keberhasilan belajar yang menunjukkan kecakapan dalam
penguasaan materi pelajaran. Hasil belajar diperoleh melalui tes setelah akhir pembelajaran dan hasil belajar berupa nilai tes yang diberikan oleh guru setelah mengerjakan soal tes. Hasil belajar dipengaruhi oleh kemampuan yang dimiliki siswa. Dan kemampuan guru di dalam menyampaikan materi dengan menggunakan metode inquiry, yang mempunyai kelebihan sebagai berikut:
a)Secara aktif siswa menemukan informasi dan pengetahuan, ingatan menjadi meningkatkan. b)Penemuan membantu siswa memperlajari bagaimana untuk mengikuti petunjuk-petunjuk dan kunci-kunci, dan mencatat penemuan-penemuan, dengan demikian membekali dirinya untuk menangani situasi-situasi masalah yang baru. c) Hadiah-hadiah yang diberikan berkenaan dengan penemuan sesuatu memberikan dorongan para peserta didik dengan motivasi dari dalam. d) Peserta didik mengembangkan minat ketrampilan-ketrampilan dan sikap yang pokok bagi belajar dengan mengarahkan diri sendiri. e) Peserta didik mengembangkan pengertian yang lebih mendalam tentang tugas dari guru. Dengan melihat kelebihan inquiry dan guru menerapkanya dalam kegiatan belajar mengajar maka akan berdampak pada hasil belajar yang meningkat.
2.5 Hasil Penelitian yang Relevan
Pendekatan inquiry ini juga pernah diteliti oleh Anjar (2009) yang berjudul “Upaya meningkatkan hasil belajar siswa menggunakan metode inquiri dalam pembelajaran IPA dengan materi pokok pesawat sederhana di SD N 3Kaloran tahun ajaran 2009/2010”.
Hasil penelitian menunjukan, nilai rata-rata hasil belajar kognitif pada siklus 1 diperoleh 70,50 dan pada siklus 2 meningkat menjadi 77,69. Nilai rata-rata hasil belajar afektif minat pada siklus 1 diperoleh 80,10 dan pada siklus 2 meningkat menjadi 90,83. Nilai rata-rata belajar afektif sikap pada siklus 1 diperoleh 80,35 dan pada siklus 2 meningkat menjadi 90,15. Nilai rata-rata hasil belajar afektif nilai pada siklus 1 diperoleh 82,45 dan siklus 2 meningkat menjadi 88,10. Nilai rata-rata hasil belajar psikomotorik pada siklus 1 85,50 meningkat menjadi 93,00 pada siklus 2.
Dari hasil yang diperoleh, penelitian dengan menggunakan metode inquiry pada siswa SD Kaloran Temanggung dapat menigkat hasil belajar siswa secara optimal.
Rokhmat (2009) dalam skripsi berjudul “ Upaya meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran IPA untuk kelas IV dengan menggunakan metode inquiri di SDN Tulusrejo Malang”.
Menurut penelitian secara umum ditinjau dari keaktifan dan hasil belajar siswa melaluin penerapan metode inquiri memperoleh kemajuan yang lebih baik dibandingkan sebelumnya menerapkan metode inquiri.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa metode inquiri sangat efektif untuk digunakan dalam kegiatan pembelajaran mata pelajaran IPA.Hal itu disebabkan oleh aktivitas siswa dapat timbul dengan sendirinya, seperti menyampaikan pendapat, menentukan sendiri materi pembelajaran dengan melakukan percoban-percobaan, kerjasama, menghargai pendapat sesame teman dalam berkelompok dan sebagainya.
2.6 Kerangka Berpikir
Kegiatan belajar mengajar di dalam kelas, sangat dibutuhkan media atau penerapan metode yang digunakan oleh guru tercapai materi yang diajarkan, disini guru mengajarkan pelajara IPA yang mengaitkan dengan kehidupan nyata, dengan pemanfaatan dengan alam sekitar, guru berupaya meningkatkan hasil belajar IPA dengan menggunakan metode inquiry dimana didalam proses belajar mengajar Guru membimbing siswa mengidentifikasikan masalah. Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk curah pendapat dalam membentuk hipotesis, guru membagi siswa dalam kelompok dan memberikan langkah-langkah untuk melakukan percobaan, guru membimbing siswa mendapatkan informasi melalui percoabaan dengan melakukan percobaan tersebut guru mengharapkan siswa lebih aktif di dalam pembelajaran, siswa lebih termotivasi dalam belajar, siswa dapat berfikir secara alamiah, Guru membimbing siswa untuk membuat kesimpulan.
Melihat langkah-langkah dan kelebihan-kelebihan metode inquiry tersebut, maka diharapkan di dalam penggunaanya akan sangat membantu siswa memahami materi pembelajaran yang disampaikan oleh guru. Dan hal ini tentunya
akan berdampak atau berpengaruh terhadap meningkatnya hasil belajar IPA yang dapat dilihat dari tercapainya kompetensi materi pembelajaran. Hasil belajar IPA bisa dilihat dari nilai KKM yang sudah ditentukan.
2.7Hipotesis Tindakan
Berdasarkan uraian dan kajian di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis tindakan yaitu:
1) Penerpan metode inquiry dapat meningkatkan hasil belajar IPA bagi siswa Kelas 5 semester II SD Negeri Kutowinangun 04 Kecamatan Tingkir Salatiga
2) Dengan menerpakan langkah-langkah metode inquiry dalam proses kegiatan pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar IPA bagi siswa kelas 5 semester II SD Negeri Kutowinangun 04 Kecamatan Salatiga.