• Tidak ada hasil yang ditemukan

Panduan Discharge Planning

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Panduan Discharge Planning"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I DEFENISI

Pelayanan yang diberikan kepada pasien di unit pelayanan kesehatan rumah sakit misalnya haruslah mencakup pelayanan yang komprehensif (bio-psiko-sosial dan spiritual). Disamping itu pelayanan (asuhan medik dan keperawatan) seyogyanya dilaksanakan secara berkesinambungan mulai dari seorang pasien masuk rumah sakit sampai kondisi kesehatannya dapat dipulangkan ke rumah.

Kozier (2004) mendefinisikan discharge planning sebagai proses mempersiapkan pasien untuk meninggalkan satu unit pelayanan kepada unit yang lain di dalam atau di luar rumah sakit, suatu discharge planning merupakan proses mengidentifikasi kebutuhan pasien dan perencanaannya dituliskan untuk memfasilitasi keberlanjutan suatu pelayanan kesehatan dari suatu lingkungan ke lingkungan lain. Rondhianto (2008) mendefinisikan discharge planning sebagai perencanaan kepulangan pasien dan memberikan informasi kepada pasien dan keluarganya tentang hal-hal yang perlu dihindari dan dilakukan sehubungan dengan kondisi/penyakitnya.

Perencanaan pulang (discharge planning) seharusnya dilaksanakan mulai pasien diterima di satu unit pelayanan kesehatan, dimana rentang waktu pasien menginap dapat diperpendek. Discharge Planning yang efektif mencakup ruang lingkup pengkajian berkelanjutan untuk mendapatkan informasi yang komprehensif tentang kebutuhan pasien yang berubah-ubah, memastikan kebutuhan pasien sesuai dengan apa yang dilakukan pemberi layanan kesehatan.

Tujuan Discharge Planning :

1. Mengidentifikasi kebutuhan spesifik untuk mempertahankan atau mencapai fungsi yang maksimal setelah pulang.

2. Memberikan pelayanan yang terbaik untuk menjamin keberlanjutan asuhan berkualitas antara rumah sakit dan komunitas dengan memfasilitasi komunikasi yang efektif.

3. Mempersiapkan pasien dan keluarga secara fisik dan psikologis untuk ditransfer ke rumah atau ke suatu lingkungan yang telah disepakati.

(2)

BAB II RUANG LINGKUP

Pemberi Layanan Discharge Planning

Seseorang yang merencanakan pemulangan atau koordinator asuhan berkelanjutan (continuing care coordinator) adalah staf rumah sakit yang berperan dalam proses discharge planning, menyediakan pendidikan kesehatan, dan memotivasi staf rumah sakit lainnya untuk merencanakan dan mengimplementasikan discharge planning.

Penerima Disharge Planning

Semua pasien rawat inap di rumah sakit memerlukan discharge planning (Discharge Planning Association, 2008). Namun ada beberapa kondisi yang menyebabkan pasien beresiko tidak dapat memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan yang berkelanjutan setelah pasien pulang sehingga membutuhkan perencanaan pulang khusus, seperti pasien yang menderita penyakit terminal atau pasien dengan kecacatan permanen (Rice, 1992 dalam Perry & Potter, 2005). Pasien dan seluruh anggota keluarga harus mendapatkan informasi tentang semua rencana pemulangan (Medical Mutual of Ohio, 2008).

Prinsip Discharge Planning

Ketika melakukan discharge planning dari suatu lingkungan ke lingkungan yang lain, ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan:

1. Discharge Planning merupakan proses multidisiplin, dimana sumber-sumber memberi pendapat untuk merencanakan pemenuhan kebutuhan pasien setelah keluar dari Rumah Sakit.

2. Prosedur Discharge Planning harus dilakukan secara konsisten pada semua pasien.

3. Pasien harus dipulangkan kepada suatu lingkungan yang aman dan adekuat. 4. Keberlanjutan perawatan antar lingkungan merupakan hal yang harus

diperhatikan.

5. Penyusunan rencana pemulangan harus didiskusikan antara tim kesehatan dengan pasien dan keluarga sebagai care giver.

6. Pertimbangan unsur kepercayaan dan budaya dalam menyusun Discharge Planning.

(3)

BAB III

TATALAKSANA DISCHARGE PLANNING

Discharge Planning sebaiknya dilakukan sejak pasien diterima di rumah sakit. Discharge Planning yang efektif seharusnya mencakup pengkajian berkelanjutan untuk mendapatkan informasi yang komprehensif tentang kebutuhan pasien yang berubah-ubah.

Proses discharge planning mencakup kebutuhan fisik pasien, psikologis, sosial, budaya dan ekonomi. Proses discharge planning dibagi menjadi 4 (empat) tahap yaitu :

a. Tahap I : Saat pasien masuk yaitu mengenai pengkajian fisik psikososial, status fungsional, kebutuhan pendidikan kesehatan mengenai kondisi pasien serta pemahaman pasien dan keluarga dari disiplin klinis lainnya seperti fisioterapis atau ahli gizi).

b. Tahap II : Fase Diagnostik, yaitu kebutuhan pendidikan kesehatan mengenai kondisi pasien serta penatalaksanaan, pemeriksaan diagnostik pasien itu.

c. Tahap III : Fase Stabilisasi, yaitu saat kondisi pasien telah stabil dan sudah adanya perkiraan kapan pasien pulang dengan melakukan pendidikan kesehatan dan diskusi mengenai rencana ke depannya setelah pasien pulang.

d. Tahap IV : Fase Recharge, yaitu saat pasien akan pulang dengan melakukan diskusi dengan keluarga pasien mengenai pengawasan pada pasien di luar Rumah Sakit.

Prose Discharge Planning melibatkan dokter, perawat, fisioterapis, ahli nutrisi, farmasi, organisasi atau praktisi kesehatan di luar rumah sakit, serta wali dan keluarga pasien Perkiraan Waktu Pemulangan Pasien (Estimated Discharge Date/ EDD) ditetapkan sedini mungkin (maksimal kurang dari 48 jam setelah pasien diadmisi) untuk mengantisipasi gangguan dan hambatan saat proses pemulangan dan dievaluasi Perkiraan Waktu Pemulangan Pasien tersebut setiap hari. Perkiraan waktu pemulangan pasien terdokumentasi dalam status rekam medik yaitu pada form Discharge Planning (RM – 27). 1. Pengkajian

Pengkajian awal mencakup pengumpulan dan pengorganisasian data tentang pasien, keluarga harus aktif dilibatkan dalam proses ini agar transisi dari rumah sakit ke rumah dapat berlangsung efektif. Pengkajian awal dilakukan untuk menentukan kompleksitas kebutuhan pasien saat akan dipulangkan sehingga dapat menyusun rencana asuhan

(4)

pasien, termasuk perkiraan lamanya dirawat (Length of Stay/ LOS ) dan perkiraan hari pulang (Estimate Discharge Date / EDD).

Perawat melakukan komunikasi kepada pasien dan keluarga sesegera mungkin mengenai rencana tempat yang akan dituju pasien setelah dipulangkan dari Rumah Sakit. Perawat juga memberikan edukasi tentang kondisi klinis, rencana asuhan pasien, dan rencana pemulangan sesuai dengan yang diperlukan. Diskusikan dengan pasien dan care giver sejak pasien masuk sebagai pasien rawat inap.

a. Kaji kebutuhan pasien dan keluarga terhadap pendidikan kesehatan berhubungan dengan bagaimana memberikan terapi di rumah, penggunaan alat-alat kesehatan di rumah, larangan/batasan akibat gangguan kesehatan, kemungkinan terjadinya komplikasi.

b. Kaji bersama-sama dengan pasien dan keluarga kondisi lingkungan rumah yang mungkin menghambat perawatan pasien.

c. Berdiskusi dengan dokter dan profesi kesehatan lainnya tentang perawatan di rumah.

d. Kaji persepsi pasien dan keluarga terhadap keberlanjutan perawatan di luar rumah sakit.

e. Kaji penerimaan pasien terhadap batasan akibat masalah kesehatan. f. Kaji kebutuhan pasien setelah pemulangan dengan tim kesehatan. 2. Penentuan Masalah

Penentuan masalah didasarkan pada pengkajian discharge planning, dikembangkan untuk mengetahui kebutuhan pasien dan keluarga.

3. Perencanaan

Menurut Luverna & Barbara, 1988 perencanaan pemulangan pasien membutuhkan identifikasi kebutuhan spesifik pasien berfokus pada kebutuhan rencana pengajaran yang baik untuk persiapan pulang pasien yang disingkat dengan METHOD, yaitu :

a. Medication (obat)

Pasien sebaiknya mengetahui obat yang harus dilanjutkan setelah pulang b. Environment (lingkungan)

Lingkungan tempat pasien akan pulang dari rumah sakit sebaiknya aman. Pasien juga sebaiknya memiliki fasilitas pelayanan yang dibutuhkan untuk kontinuitas perawatan.

(5)

Perawat harus memastikan bahwa pengobatan/perawatan dapat berlanjut setelah pasien pulang yang dilakukan oleh pasien sendiri atau keluarganya sebagai care giver

d. Health Teaching (Pendidikan kesehatan)

Pasien yang akan pulang diberikan edukasi bagaimana mempertahankan status kesehatannya, termasuk tanda dan gejala yang mengindikasikan kebutuhan pengobatan/perawatan tambahan.

e. Outpatient referral

Pasien sebaiknya memahami proses pengobatan/perawatan di rumah sakit dan dapat melakukan pengobatan/perawatan yang kontinu.

f. Diet

Pasien diberikan edukasi tentang pembatasan dietnya dan diharapkan mampu memilih diet yang sesuai untuk dirinya.

4. Implementasi

Implementasi adalah pelaksanaan rencana pengajaran dan referral. Seluruh pengajaran yang diberikan harus didokumentasikan pada catatan perawat dan ringkasan pasien pulang / discharge planning (RM – 27). Informasi tentang perawatan di rumah seperti; gambaran tentang jenis pembedahan, pengobatan, status fisik dan mental, faktor sosial dan kebutuhan lainnya diberikan sebelum pasien pulang.

Penatalaksanaan dapat dibedakan dalam dua bagian, yaitu penatalaksanaan yang dilakukan sebelum hari pemulangan dan penatalaksanaan pada hari pemulangan.

a. Persiapan sebelum hari pemulangan

1. 2 (dua) hari menjelang Proses Kepulangan

i) Konfirmasi tempat tujuan pasien setelah pulang dari rumah sakit ii) Konfirmasi kebutuhan pasien akan transpor dan mobilitas

iii) Persiapkan pasien dan keluarga dengan memberikan informasi tentang sumber-sumber pelayanan kesehatan di komunitas.

iv) Tentukan hambatan dan kemauan pasien untuk belajar, adakan sesi pengajaran kepada pasien dan keluarga sedini mungkin selama pasien dirawat dirumah sakit (seperti tanda dan gejala penyakit, komplikasi yang mungkin timbul, obat-obatan, diet, pembatasan aktifitas, latihan dan perawatan berkelanjutan).

v) Berikan leaflet, buku-buku, rekaman video atau jelaskan sumber-sumber informasi dari internet.

(6)

vi) Komunikasikan rencana kepulangan pasien kepada pasien dan keluarga 2. 1 (satu) hari Menjelang Proses Kapulangan

i) Konfirmasi ulang kebutuhan pasien akan transpor dan mobilitas pasien saat pulang

ii) Nilai kondisi klinis pasien

iii) Persiapkan dan konfirmasi kembali obat yang harus dibawa pulang (nama obat, jumlah obat, cara pemberian, dan petunjuk khusus), alat bantu/ peralatan kesehatan untuk dirumah

b. Penatalaksanaan pada hari pemulangan

1. Konfirmasi kondisi klinis pasien layak pulang sesuai dengan kriteria pemulangan pasien.

2. Cek instruksi pemulangan dokter, persiapkan kebutuhan dalam perjalanan, alat – alat yang dibutuhkan sebelum pasien tiba dirumah

3. Diskusikan dengan pasien dan keluarga jenis transportasi yang akan digunakan untuk membawa pasien pulang

4. Periksa ruangan dan lemari pasien untuk memastikan barang-barang pasien tidak ada yang tertinggal

5. Persiapkan dan konfirmasi kembali obat yang harus dibawa pulang (nama obat, jumlah obat, cara pemberian, dan petunjuk khusus).

6. Melengkapi dokumen ringkasan klinis/resume medis pasien pulang serta kelengkapan administrasi

7. Rencana kontrol

8. Jika diperlukan salinan ringkasan klinis pasien ditujukan kepada praktisi kesehatan yang bertanggung jawab terhadap tindak lanjut pelayanan

9. Review kembali kebutuhan pasien dan keluarga akan materi edukasi meliputi point yang disebutkan diatas dengan metode read-back (sebutkan kembali). 5. Evaluasi

Perencanaan dan penyerahan harus diteliti dengan cermat untuk menjamin kualitas pelayanan. Evaluasi berjalan terus menerus dan membutuhkan revisi dan juga perubahan. Evaluasi lanjutan dilakukan 3 (tiga) hari sampai dengan seminggu setelah pasien berada dirumah yang dilakukan melalui telepon ke rumah.

(7)

Tipe Pemulangan Pasien

1. Boleh Pulang/ Selesai Masa Perawatan

Yang berwenang memutuskan pasien dapat dipulangkan atau tidak adalah Dokter Penanggung Jawab (DPJP) atau orang lain yang didelegasikan oleh DPJP.

a. Pasien telah selesai menjalani program perawatan dan hasil kesepakatan yang diinginkan telah tercapai.

Kondisi Klinis yang perlu dipertimbangkan saat pemulangan pasien :  Tanda-tanda vital stabil

 Hemodinamik stabil

 Hasil laboratorium masih dalam batas yang dapat ditoleransi  Nyeri dapat terkontrol dengan baik

 Fungsi eliminasi (BAK dan BAB) adekuat  Terapi medikamentosa saat dirumah tersedia  Asuhan 24 jam keperawatan tidak diperlukan lagi

 Visite dan konsultasi dokter spesialis on site tidak diperlukan lagi  Selesai pengobatan

b. Dalam suatu kondisi tertentu pasien dapat izin meninggalkan ruang perawatan RS sementara dalam suatu batas waktu tertentu yang ditetapkan oleh DPJP untuk kembali lagi menjalani masa pengobatan sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan DPJP dan RSU Bunda Thamrin.

2. Atas Permintaan Pasien / Menolak Nasehat Medis

a. Pasien memilih untuk mengakhiri program perawatan dikarenakan suatu alasan tertentu. Staf Rumah Sakit yang bertanggungjawab terhadap pasien perlu menjelaskan resiko berkenaan dengan pengobatan yang tidak adekuat yang dapat berakibat resiko medis tertentu tak terbatas pada cacat permanen atau kematian. b. Apabila pasien memiliki keluarga dokter, maka untuk mengurangi resiko, staf

rumah sakit memberitahukan dokter tersebut

c. Pasien dan keluarga juga diberikan penjelasan bagaimana cara pasien dapat masuk kembali ke dalam program pengobatan, misalnya memberikan nomor telepon rumah sakit, nomor telepon IGD, atau ambulance yang dapat diakses atau dihubungi pihak pasien dan keluarga

Hak Pasien Sebelum Pulang

1. Memperoleh informasi yang lengkap mengenai diagnosis, asesmen medis, rencana perawatan, detil kontak yang dapat dihubungi dan informasi relevan lainnya mengenai rencana perawatan dan tatalaksana selanjutnya.

(8)

2. Terlibat sepenuhnya dalam discharge planning dirinya, bersama dengan kerabat, atau teman pasien.

3. Rancangan rencana pemulangan dinilai sesegera mungkin baik sebelum / saat pasien masuk rumah sakit.

4. Memperoleh informasi lengkap mengenai layanan yang relevan dengan perawatannya dan tersedia di masyarakat.

5. Memperoleh informasi lengkap mengenai fasilitas perawatan jangka panjang, termasuk dampak finansialnya.

6. Diberikan nomor kontak yang dapat dihubungi saat pasien membutuhkan bantuan / saran mengenai pemulangannya.

7. Diberikan surat pemulangan yang resmi dan berisi detil layanan yang dapat diakses. 8. Memperoleh informasi lengkap mengenai kriteria dilakukannya perawatan yang

berkesinambungan.

9. Tim discharge planner tersedia sebagai orang yang dapat dihubungi oleh pasien dalam membantu memberikan saran.

10. Memperoleh akses untuk memberikan komplain mengenai pengaturan discharge planning pasien dan memperoleh penjelasannya.

11. Pada pasien yang ingin pulang sendirinya atau pulang paksa (dimana bertentangan saran dan kondisi medisnya), dapat dikategorikan sebagai berikut :

a. Pasien dapat memahami resiko yang timbul akibat pulang paksa.

b. Pasien tidak kompeten untuk memahami resiko yang berhubungan dengan pulang paksa dikarenakan kondisi medisnya.

c. Pasien tidak kompeten untuk memahami resiko yang berhubungan dengan pulang paksa dikarenakan gangguan jiwa.

(9)

BAB IV DOKUMENTASI

Perencanaan pasien pulang dimulai sejak pasien dirawat dirumah sakit sebagai pasien rawat inap. Dalam pengkajian awal rawat inap didalamnya ada poin-poin yang harus dikaji secara berkelanjutan mengenai persiapan kepulangan pasien. Poin-poin tersebut harus dilakukan secara bertahap setiap hari dan selesai sebelum pasien pulang.

Discharge Planning adalah form yang digunakan untuk mengecek kesiapan pemulangan pasien (terlampir). Salinan Discharge Planning diberikan kepada pasien atau keluarga pasien saat akan pulang dari Rumah Sakit.

Kurun waktu penyusunan Discharge Planning : pasien harus dibuatkan discharge planning maksimal 1 x 24 jam setelah pasien rawat inap memenuhi kriteria sebagai berikut:

a. Umur > 65 tahun

b. Keterbatasan mobilitas fisik, Misal : stroke, pasien post operasi, multiple fraktur, luka bakar yang luas, paska amputasi, pasien lumpuh, pasien dengan ulkus diabetikum.

c. Kebutuhan perawatan atau pengobatan lanjutan

(10)

Untuk pasien yang tidak termasuk kriteria di atas, pembuatan discharge planning maksimal diselesaikan 1 x 24 jam sebelum pasien pulang.

Referensi

Dokumen terkait

Tabel 1.53 Distribusi Frekuensi Kumulatif Kurang Dari Nilai OCR Murni Ujian Statistika 100 mahasiswa jurusan Akuntansi Universitas BSI Bandung

Dari 201 pekon/kelurahan di Kabupaten Lampung Barat, terdapat 95 pekon rawan ter- hadap bencana gempa bumi, banjir, tanah longsor dan tsunami dengan intensitas: 8 keca- matan

Sebagai salah satu pendidikan moral konsep konseling Islami menawarkan secara praktis proses face to face relationship (pertemuan tatap muka) atau personal contact

Penurunan terbesar terjadi di Kabupaten Trenggalek yang mengalami penurunan indeks harga sebesar 0,59 persen, kemudian diikuti Kabupaten Situbondo 0,55 persen,

Toleransi akurasi pemetaan untuk perencanaan Rencana Tata Ruanag Wilayah ini berbasis peta dasar dengan skala 1 : 50.000 sehingga akurasi geometric di dalam

13210013, mahasiswa Jurusan Al-Ahwal Al-Syakhsiyyah, Fakultas Syariah, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, setelah membaca, mengamati kembali berbagai data yang

Dari sini kita dapat memahami bahwa Quraish Shihab dalam pemikirannya membolehkan poligami, namun dalam pelaksanaan poligami tersebut beliau sangat menekankan pada unsur keadilan

Uji F dilakukan untuk membuktikan atau mengetahui pengaruh secara bersama-sama variable bebas atau independen inflasi, kurs atau nilai tukar mata uang asing, dan BI- rate