• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMETAAN PERUBAHAN PENUTUPAN LAHAN DENGAN TEKNIK SIG DI BKPH SADANG KPH PURWAKARTA TAHUN RESI ROISAH HAMIDIAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEMETAAN PERUBAHAN PENUTUPAN LAHAN DENGAN TEKNIK SIG DI BKPH SADANG KPH PURWAKARTA TAHUN RESI ROISAH HAMIDIAH"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

PEMETAAN PERUBAHAN PENUTUPAN LAHAN

DENGAN TEKNIK SIG DI BKPH SADANG

KPH PURWAKARTA TAHUN 2006-2013

RESI ROISAH HAMIDIAH

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pemetaan Perubahan Penutupan Lahan dengan Teknik SIG di BKPH Sadang KPH Purwakarta Tahun 2006-2013 adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Februari 2015 Resi Roisah Hamidiah NIM E14100058

(4)

ABSTRAK

RESI ROISAH HAMIDIAH. Pemetaan Perubahan Penutupan Lahan dengan Teknik SIG di BKPH Sadang KPH Purwakarta Tahun 2006-2013. Dibimbing oleh SRI RAHAJU.

Teknik sistem informasi geografis (SIG) dengan menggunakan citra satelit Landsat merupakan salah satu cara untuk mengidentifikasi perubahan penutupan lahan. Penelitian ini dilaksanakan di BKPH Sadang KPH Purwakarta Perum Perhutani Divisi Regional Jawa Barat dan Banten. Tujuan penelitian ini adalah memetakan perubahan penutupan lahan hasil klasifikasi menggunakan citra Landsat di BKPH Sadang KPH Purwakarta periode tahun 2006-2013. Hasil klasifikasi penutupan lahan secara visual di BKPH Sadang dapat dibedakan menjadi enam kelas penutupan lahan yaitu hutan, semak/belukar, tanah terbuka/kosong, sawah, badan air, dan awan. Perubahan penutupan lahan tertinggi yang terjadi pada tahun 2006 sampai tahun 2013 di BKPH Sadang yaitu semak/belukar berubah menjadi hutan seluas 615.40 Ha, hutan berubah menjadi semak/belukar seluas 590.75 Ha dan hutan berubah menjadi tanah terbuka/kosong seluas 375.34 Ha. Penurunan luas hutan yang terjadi selama 7 tahun sebesar 295.49 Ha. Dapat dikatakan bahwa penurunan luas hutan rata-rata antara tahun 2006 sampai 2013 sebesar 42.21 Ha/tahun. Hal tersebut perlu mendapatkan perhatian dari pihak Perhutani dalam kegiatan penanaman agar luas hutan yang ada tidak semakin berkurang.

Kata kunci: klasifikasi visual, perubahan penutupan lahan, SIG

ABSTRACT

RESI ROISAH HAMIDIAH. Land Cover Change Mapping Using Geographic Information System (GIS) in BKPH Sadang KPH Purwakarta from 2006 to 2013. Supervised by SRI RAHAJU.

Geographic information system (GIS) with Landsat satellite is a method to identify land cover change. This research was conducted in BKPH Sadang KPH Purwakarta Perum Perhutani Divisi Regional Jawa Barat dan Banten. The objectives of this research are to mapping the results of land cover classification changes using Landsat in BKPH Sadang within the period of 2006-2013. The result of land cover classification trough visual classification of the study area is able to distinguish 6 classes of land covers, i.e. forest, shrub/bush, barren land, shrub/bush, rice field, water body, and cloud. The largest changes in land cover within the period of 2006-2013 occurred from shrub/bush to forest area of about 615.40 Ha, from forest to shrub/bush area of about 590.75 Ha and from forest to barren land area of about 375.34 Ha. Changes in forest area within 7 years which decline by 295.49 Ha. Average decline of forest area in the periode between 2006-2013 of about 42.21 Ha per year. In that case, need to be considered further from Perhutani for forest planting activities that the extent of forest area not decreased. Keywords: GIS, land cover change, visual classification

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan

pada

Departemen Manajemen Hutan

PEMETAAN PERUBAHAN PENUTUPAN LAHAN

DENGAN TEKNIK SIG DI BKPH SADANG

KPH PURWAKARTA TAHUN 2006-2013

RESI ROISAH HAMIDIAH

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)
(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan pada bulan Juli sampai Desember 2014 ini adalah Pemetaan Perubahan Penutupan Lahan dengan Teknik SIG di BKPH Sadang KPH Purwakarta Tahun 2006-2013.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dra Sri Rahaju, MSi selaku pembimbing yang telah banyak memberi saran. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Ir Mulyadi dan Bapak Een serta seluruh staf dari KPH Purwakarta, Perum Perhutani Divisi Regional Jawa Barat dan Banten, dan Bapak Iwan dari Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kabupaten Purwakarta yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Ayah, Ibu, dan Adik serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya. Ucapan terima kasih kepada seluruh teman-teman TPB, Manajemen Hutan 47 dan Fakultas Kehutanan 47, atas kasih sayang dan kebersamaannya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Februari 2015 Resi Roisah Hamidiah

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi DAFTAR GAMBAR vi DAFTAR LAMPIRAN vi PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Tujuan Penelitian 1 Manfaat Penelitian 1 TINJAUAN PUSTAKA 2 METODE 4

Waktu dan Lokasi Penelitian 4

Bahan 4

Alat 5

Prosedur Analisis Data 5

HASIL DAN PEMBAHASAN 7

Keadaan Umum Lokasi 7

Klasifikasi Penutupan Lahan 9

Klasifikasi Penutupan Lahan pada Citra Landsat Multiwaktu 11

Perhitungan Uji Akurasi Hasil Klasifikasi 14

Analisis Perubahan Penutupan Lahan 15

SIMPULAN DAN SARAN 19

DAFTAR PUSTAKA 19

LAMPIRAN 21

(10)

DAFTAR TABEL

1 Karakteristik fisik penutupan lahan di lapangan 9

2 Luas penutupan lahan tahun 2006-2013 14

3 Luas penebangan, penanaman dan kegiatan pertanian lahan basah di

BKPH Sadang 16

4 Matrik perubahan penutupan lahan di BKPH Sadang tahun 2006-2013 17

DAFTAR GAMBAR

1 Peta lokasi penelitian 8

2 Karakteristik kelas penutupan lahan 10

3 Peta penutupan lahan tahun 2006 BKPH Sadang KPH Purwakarta 12 4 Peta penutupan lahan tahun 2013 BKPH Sadang KPH Purwakarta 13

5 Perubahan penutupan lahan tahun 2006-2013 18

DAFTAR LAMPIRAN

1 Matriks kesalahan hasil klasifikasi citra Landsat tahun 2013 21 2 Matriks kesalahan hasil klasifikasi citra Landsat tahun 2006 21

(11)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Penutupan lahan merupakan istilah yang berkaitan dengan jenis kenampakan suatu objek yang menutup permukaan lahan di muka bumi, contohnya rumput, pepohonan dan badan air. Pengertian penggunaan lahan merupakan suatu objek yang berkaitan dengan kegiatan manusia pada bidang lahan tertentu yang menggambarkan konstruksi buatan, contohnya penggunaan sebuah lahan yang digunakan untuk perumahan dan perkebunan (Lillesand dan Kiefer 1990). Seiring bertambahnya waktu dan meningkatnya jumlah penduduk menyebabkan terjadinya konversi lahan secara besar-besaran yang kemudian menyebabkan perubahan penutupan dan penggunaan lahan.

Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Sadang, Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Purwakarta, Perum Perhutani Divisi Regional Jawa Barat dan Banten terletak di Kabupaten Purwakarta. Kabupaten Purwakarta berada pada posisi pertemuan antara Jalur Jakarta menuju Bandung dan Jalur Jakarta menuju Cirebon (daerah Pantura). Berdasarkan pada letak yang strategis tersebut, Kabupaten Purwakarta berpotensi untuk berkembang menjadi daerah industri. Hal ini dapat memicu terjadinya konversi lahan hutan menjadi bukan hutan. Perubahan lahan yang terjadi diperkirakan akan terus berlangsung, maka diperlukan suatu teknologi untuk mengetahui kondisi perubahan penutupan lahan yang dapat menyediakan data dan informasi yang cepat, efisien dan efektif.

Teknologi penginderaan jauh merupakan salah satu teknologi yang digunakan untuk mendapatkan informasi mengenai penutupan lahan secara cepat dan efisien dibandingkan dengan cara terestis di lapangan. Kegunaan teknologi penginderaan jauh tidak hanya sebagai perangkat pengumpulan data mentah, tetapi juga mencakup kegiatan pengolahan data, penyajian data dan dapat memberikan informasi mengenai suatu objek, daerah atau fenomena di permukaan bumi yang sedang dikaji (Jaya 2010). Salah satu contoh citra optik yang banyak digunakan oleh berbagai instansi pemerintah maupun swasta dalam pengumpulan data dan informasi berbasis sumber daya alam yaitu citra Landsat. Teknologi penginderaan jauh dengan menggunakan citra satelit Landsat dapat digunakan untuk mendeteksi pola penggunaan lahan di muka bumi.

Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini yaitu pemetaan perubahan penutupan lahan di BKPH Sadang, KPH Purwakarta, Perum Perhutani Divisi Regional Jawa Barat dan Banten pada tahun 2006 sampai dengan tahun 2013.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai keadaan penutupan lahan terbaru dan perubahan penutupan lahan di BKPH Sadang, KPH Purwakarta, Perum Perhutani Divisi Regional Jawa Barat dan Banten.

(12)

2

TINJAUAN PUSTAKA

Definisi Hutan

Hutan adalah satu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumberdaya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan yang lainnya tidak dapat dipisahkan. Kawasan hutan adalah wilayah tertentu yang ditunjuk dan atau ditetapkan oleh Pemerintah untuk dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap (UU No. 41 1999).

Sebagaimana yang tertuang dalam Undang-Undang RI No. 41 tahun 1999 tentang Kehutanan, pengelolaan hutan bertujuan untuk memperoleh manfaat sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat dengan mempertimbangkan aspek kelestarian dan keadilan maka untuk mengoptimalkan manfaat yang tersedia dalam hutan dilakukan pembagian kawasan hutan kedalam blok-blok. Blok adalah bagian wilayah yang dibentuk berdasarkan ekosistem, tipe, fungsi dan rencana pemanfaatan hutan yang dibuat relatif permanen. Blok tersebut dibagi kedalam petak-petak yang merupakan unit usaha pemanfaatan terkecil dengan perlakuan pengelolaan atau silvikultur yang sama.

Berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan RI Nomor : P.60/Menhut-II/2011, Perusahaan Umum Kehutanan Negara (Perum Perhutani) merupakan badan usaha milik Negara sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2010, yang seluruh modalnya dimiliki oleh Negara berupa kekayaan Negara yang dipisahkan dan tidak terbagi atas saham. Jenis usaha dibidang kehutanan dapat digolongkan berdasarkan jenis tanaman pokok yang diusahakan dan/atau jenis produk utama yang dihasilkan. Penggolongan usaha tersebut disebut dengan Kelas Perusahaan. Salah satu Kelas Perusahaan pada tingkat unit pengelolaan, yaitu Kelas Perusahaan Jati. Jati memiliki nama latin Tectona grandis (Linn. f.) termasuk dalam suku Verbenaceae. Kayu jati merupakan kayu komersil bermutu tinggi dan termasuk ke dalam kelas kuat II, kelas awet I. Jati merupakan jenis tanaman yang tidak selalu hijau (evergreen), pada musim kering mengalami gugur daun. Pemanfaatan kayu jati di Indonesia sebagai konstruksi ringan dan berat, bahan bangunan rumah, kayu pertukangan dan kayu bahan ukiran.

Definisi Penginderaan Jauh

Penginderaan jauh merupakan ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang suatu objek, daerah atau fenomena melalui analisis data yang diperoleh dengan suatu alat tanpa kontak langsung dengan objek, daerah atau fenomena yang dikaji. Terdapat dua proses utama dalam penginderaan jauh, yaitu pengumpulan data dan analisis data (Lillesand dan Kiefer 1990). Penginderaan jauh tidak hanya digunakan sebagai alat untuk mengumpulkan data, tetapi juga dapat digunakan untuk memproses data mentah dan analisis citra serta pengkajian hasil informasi yang diperoleh (Jaya 2010). Hasil analisis yang diperoleh berupa informasi mengenai bentang lahan, jenis penutupan lahan, kondisi lokasi dan kondisi sumber daya yang dikaji.

Menurut Wicaksono (2006) teknik penginderaan jauh merupakan suatu cara atau metode yang sangat efektif untuk memantau sumber daya alam. Teknik

(13)

3 penginderaan jauh memiliki beberapa keuntungan diantaranya dapat menghasilkan data sinoptik (meliputi wilayah yang luas dalam waktu yang hampir bersamaan) dalam dua dimensi dengan resolusi tinggi dan mampu menghasilkan data deret waktu (time series) dalam frekuensi yang rendah serta dapat mendeteksi dan memberikan informasi tentang objek di permukaan bumi. Selain itu, pengamatan terhadap suatu objek dapat dilakukan dengan menggunakan sensor yang bersifat multi spektral, mulai dari sinar tampak (visible), inframerah (infrared), dan gelombang (microwave) sehingga memungkinkan dilakukannya analisis multi spektral dengan mengimplementasikan berbagai model matematik untuk mendapatkan informasi yang lebih akurat.

Sistem Satelit Landsat

NASA dan Departemen Dalam Negeri Amerika Serikat mengembangkan seri satelit sumber daya bumi. Seri satelit ini yaitu satelit Landsat-1, Landsat-2, dan Landsat 3. Landsat generasi pertama memiliki dua jenis sensor, yaitu Return Beam Vidicom (RBV) dan Multispektral Scanner (MSS). Keseluruhan seri Landsat yang telah disetujui oleh Pemerintah Amerika Serikat yaitu enam seri, masing-masing diberi kode A, B, C, D, E, dan F. Setelah diluncurkan dan berhasil baik didalam orbit dan penginderaannya maka masing-masing satelit tersebut diganti namanya dengan Landsat-1, 2, 3, 4, 5, dan 6. Landsat pada awalnya bernama ERST (Earth Resources Technology Satellite) yang diluncurkan pertama kali pada bulan Juli 1972 hingga bulan Januari 1975. Baru kemudian seluruh satelit ini diganti namanya menjadi Landsat (Sutanto 1987).

Landsat 4 diluncurkan pada tahun 1982 dan Landsat 5 pada tahun 1984 yang membawa sensor tambahan yaitu Thematic Mapper (TM) dengan resolusi spasial 30 meter. Landsat 6 yang diluncurkan pada tahun 1993 dirancang dengan penambahan lain pada sensor TM yang disebut sensor ETM (Enhanced Thematic Mapper). Landsat 7 diluncurkan dengan membawa dua sensor, yaitu Enhanced Thematic Mapper Plus (ETM+) dan High Resolution Multispectral Stereo Image (HRMSI). Desain sensor ETM+ memiliki karakteristik yang sama dengan Landsat 6 ditambah dua sistem model kalibrasi untuk gangguan matahari (Purwadhi 2001). Landsat 7 memuat 8 saluran dengan 6 saluran telah dinaikkan resolusi spasialnya dari 120 meter menjadi 60 meter, dan saluran 8 merupakan saluran pankromatik dengan julat panjang gelombang antara 0.58 – 0.90 µm (Danoedoro 2012).

Satelit sumber daya bumi seri terbaru diluncurkan pada tanggal 11 Februari 2013 dari program Landsat yaitu Landsat Data Continuity Mission (LDCM) atau dikenal dengan nama Landsat 8. Citra Landsat 8 merupakan satelit observasi bumi hasil kerjasama antara National Aeronautics and Space Administration (NASA) dan U.S Geographical Survey (USGS). Landsat 8 memiliki dua jenis sensor yaitu Operational Land Imager (OLI) dan Thermal Infrared Sensor (TIRS). Landsat 8 memiliki 11 saluran (band) yang terdiri dari 9 band berada pada sensor OLI dan 2 band lainnya berada pada sensor TIRS (NASA 2011).

Citra Landsat dirancang untuk meliputi daerah yang luas untuk pandangan secara keseluruhan. Keberadaan atau ciri-ciri geologi yang besar tertentu dapat tampak secara jelas pada citra Landsat tetapi mudah diabaikan pada fotografi konvensional karena dibutuhkan foto udara yang banyak untuk meliputi suatu

(14)

4

kawasan (Paine 1992). Citra Landsat merupakan data penginderaan jauh sistem pasif atau disebut juga data satelit. Pengambilan data satelit memiliki beberapa komponen dasar meliputi sumber tenaga, atmosfer, interaksi tenaga dengan objek di permukaan bumi, sensor, sistem pengolahan data dan berbagai penggunaan data (Purwadhi 2001). Citra Landsat dapat digunakan untuk analisis penggunaan lahan, klasifikasi vegetasi, dan pemetaan hidrotermal.

Klasifikasi Penutupan Lahan dan Analiasis Perubahan Penutupan Lahan Klasifikasi penutupan lahan secara visual merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk medeteksi dan mengidentifikasi objek-objek permukaan bumi yang tampak pada citra. Pengelompokan piksel-piksel ke dalam suatu kelas telah ditetapkan oleh interpreter secara manual berdasarkan nilai kecerahan (brighteness value/BV atau digital number/DN) maupun warna dari piksel yang bersangkutan. Objek-objek permukaan bumi dikenali dari citra berdasarkan karakteristik spasial, spektral, dan temporal. Keberhasilan penafsiran citra yang dilakukan secara visual bergantung kepada analis didalam mengeksploitir secara efektif karakteristik tersebut (Jaya 2010).

Perubahan penutupan lahan merupakan keadaan suatu lahan yang berubah pada suatu periode waktu tertentu yang disebabkan oleh kegiatan manusia. Analisis perubahan dapat dilakukan dengan beberapa metode, diantaranya image overlay, diferensiasi citra (image differencing), analisis komponen utama (principal component analysis), dan perbandingan hasil klasifikasi (classification comparisson) (Sunar 1996 dalam Kosasih 2002).

METODE

Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan melalui tiga tahap. Tahap pertama yaitu prapengolahan citra yang dilaksanakan di laboratorium Remote Sensing dan GIS, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor pada bulan Juli 2014. Tahap kedua yaitu pengambilan data lapangan yang dilaksanakan pada bulan September 2014 di BKPH Sadang, KPH Purwakarta, Perum Perhutani Divisi Regional Jawa Barat dan Banten. Tahap ketiga yaitu pengolahan data yang dilakukan di Laboratorium Remote Sensing dan GIS, Departemen Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor pada bulan Oktober sampai dengan Desember 2014.

Bahan

Bahan yang digunakan yaitu data citra Landsat 5 perekaman bulan Mei 2006 dan citra Landsat 8 (OLI) perekaman bulan September 2013 dengan path/row 122/64 dan122/65, peta batas kawasan BKPH Sadang KPH Purwakarta, serta peta batas administrasi, peta jaringan jalan dan jaringan sungai Kabupaten Purwakarta, Provinsi Jawa Barat.

(15)

5 Alat

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi Global Positioning System (GPS), kamera digital, alat tulis, tally sheet, dan seperangkat laptop yang dilengkapi dengan software ERDAS Imagine 9.1, ArcGis 9.3, Microsoft Excel 2007, dan Microsoft Word 2007.

Prosedur Analisis Data

Pengumpulan data sekunder berupa literatur yang berkaitan dengan topik penelitian, yaitu data Citra Landsat 5 dan Landsat 8 (OLI). Data citra satelit diperoleh melalui alamat situs: http://earthexplorer.usgs.gov/. Selain itu, data yang digunakan untuk memperoleh kondisi umum dan jumlah penutupan lahan di Purwakarta yaitu peta wilayah kerja BKPH Sadang KPH Purwakarta, peta batas administrasi dan peta jaringan jalan Kabupaten Purwakarta, Provinsi Jawa Barat. Prapengolahan Citra

Prapengolahan citra merupakan langkah awal sebelum dilakukan pengolahan citra lebih lanjut. Pada tahapan ini terdiri proses Pembuatan Citra Komposit, Pembuatan Mosaik Citra, Georeferencing, dan Pemotongan Citra atau Cropping. 1. Pembuatan Citra Komposit

Citra yang digunakan pada penelitian ini yaitu citra Landsat 5 tahun perekaman 2006 dan Landsat 8 tahun perekaman 2013 yang masih berbentuk format TIFF. Langkah awal dalam pengolahan citra satelit adalah merubah format data mentah dari format TIFF menjadi format yang dapat diolah oleh perangkat lunak pengolah citra dengan format img. Proses selanjutnya yaitu layer stack. Proses ini merupakan proses penggabungan beberapa band pada citra sehingga terbentuk band citra komposit. Citra gabungan pada citra Landsat 8 merupakan gabungan dari band 1 sampai 7 dan band 9, sedangkan citra gabungan pada citra Landsat 5 merupakan gabungan dari band 1 sampai 7.

Kombinasi band yang digunakan untuk pengolahan data pada citra komposit Landsat 8 adalah kombinasi band 7-5-4. Komposit ini dibuat dengan menggunakan panjang gelombang atau spektrum SWIR-2 (λ 2.11-2.19 μm), spektrum NIR (λ 0.85-0.88 μm) dan spektrum merah (λ 0.64-0.67) secara berturut-turut pada bidang warna gun red, green, blue pada saat menampilkan citra. Kombinasi band yang digunakan untuk pengolahan data pada citra komposit Landsat 5 adalah kombinasi band 5-4-3. Komposit ini dibuat dengan menggunakan panjang gelombang atau spektrum infra merah sedang (λ 1.2~3.2 µm), infra merah dekat (λ 0.7~0.9 µm) dan spektrum merah atau hijau (λ 0.6~0.7 µm atau λ 0.5~0.6 µm) secara berturut-turut pada bidang warna red, green, blue pada saat menampilkan citra (Jaya 2010).

2. Pembuatan Mosaik Citra

Citra Landsat BKPH Sadang KPH Purwakarta terdiri dari 2 (dua) scene sehingga perlu dilakukan penggabungan 2 (dua) scene tersebut. Proses mosaicking merupakan proses penggabungan beberapa citra secara bersama membentuk satu kesatuan (satu lembar) peta atau citra yang kohesif (Jaya 2010). Mosaik citra

(16)

6

dilakukan untuk menghasilkan citra gabungan yang memiliki kualitas kekontrasan yang baik. Citra kohesif adalah citra yang memiliki kekontrasan yang konsisten, terorganisir, solid dan koordinatnya terinterkoneksi.

3. Georeferencing

Georeferencing merupakan proses pemberian koordinat peta pada citra. Sistem proyeksi citra yang digunakan adalah Universal Transverse Mercator (UTM). Kawasan hutan BKPH Sadang KPH Purwakarta termasuk wilayah Jawa Barat yang terletak pada zona 49S dan datum yang digunakan adalah World Geographic System 84 (WGS 84).

4. Pemotongan Citra atau Cropping

Pemotongan citra atau cropping merupakan proses pemotongan citra sesuai dengan batas kawasan lokasi penelitian. Pemotongan citra dilakukan dengan tujuan untuk memperkecil daerah yang dikaji sesuai dengan daerah yang menjadi fokus penelitian, yaitu BKPH Sadang KPH Purwakarta dan mereduksi volume data citra supaya proses kerja di komputer bisa lebih ringan.

Pengambilan Data Lapangan (Ground Check)

Pengambilan data lapangan atau ground check dilakukan untuk mendapatkan informasi mengenai keadaan penutupan lahan yang sebenarnya di lapangan dan titik-titik koordinat dari penutupan lahan. Pengambilan titik-titik dengan menggunakan GPS. Kegiatan yang dilakukan adalah pengambilan titik-titik jenis penutupan lahan yang telah diidentifikasi pada citra untuk dibandingkan dengan keadaan sebenarnya di lapangan. Jumlah titik untuk kegiatan ground check sebanyak 30 titik koordinat.

Klasifikasi Penutupan Lahan

Klasifikasi penutupan lahan dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif yaitu analisis interpretasi citra secara visual. Pembuatan batas setiap kelas penutupan lahan dilakukan dengan deliniasi dilayar komputer (on-screen digitation). Klasifikasi dilakukan dengan bantuan unsur interpretasi seperti rona atau warna (tone), tekstur, bentuk, pola, ukuran, bayangan, asosiasi, dan situs. Identifikasi penutupan lahan mengacu peta penutupan lahan Kabupaten Purwakarta tahun 2009 dan BAPLAN 2008.

Analisis Penilaian Akurasi

Suatu klasifikasi dianalisis dengan menggunakan matriks contingency atau disebut juga matriks kesalahan (confusion matrix). Penilaian akurasi dapat dirumuskan sebagai berikut :

User’s Accuracy = 𝑋𝑘𝑘 𝑋+𝑘 x 100% Producer’s Accuracy = 𝑋𝑘𝑘 𝑋𝑘+ x 100% Overall Accuracy = 𝑋𝑘𝑘 𝑟 𝑘 𝑁 x 100%

(17)

7 Kappa Accuracy = 𝑁 𝑋𝑘𝑘 𝑟 𝑘 − 𝑋𝑟𝑘 𝑘+𝑋+𝑘 𝑁2− 𝑋𝑟𝑘 𝑘+𝑋+𝑘 x 100% Keterangan:

N = Jumlah semua piksel yang digunakan untuk pengamatan R = Jumlah baris atau lajur pada matriks kesalahan (jumlah kelas) Xi+ = Jumlah semua kolom pada baris ke-i (Xij)

X+j = Jumlah semua kolom pada lajur ke-j (Xij) Analisis Perubahan Penutupan Lahan

Analisis perubahan penutupan lahan dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu cara pertama adalah dengan menumpangtindihkan (overlay) data penutupan lahan dan cara kedua adalah dengan memisahkan klasifikasi penutupan lahan pada tiap tahunnya (Setiyono 2006). Penelitian ini menggunakan cara menumpangtindihkan (overlay) data penutupan lahan periode waktu 2006 – 2013. Selanjutnya, analisis yang dilakukan adalah analisis Thematic Change dengan menggunakan formula sebagai berikut [Tuplah_2006]++”_”++ [Tuplah_2013].

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keadaan Umum Lokasi Letak Geografis

KPH Purwakarta Perum Perhutani Divisi Regional Jawa Barat dan Banten secara administratif pemerintahan terletak pada tiga kabupaten yaitu Kabupaten Purwakarta, Kabupaten Subang dan Kabupaten Karawang. Kawasan hutan yang dikelola oleh KPH Purwakarta seluas 60 555.62 Ha, yang secara administratif berada pada wilayah Pemerintahan Kabupaten Purwakarta seluas 17 126.72 Ha, wilayah Pemerintahan Kabupaten Subang seluas 19 712.20 Ha dan wilayah Pemerintahan Kabupaten Karawang seluas 23 716.70 Ha. BKPH Sadang KPH Purwakarta terletak di Kabupaten Purwakarta (KPH Purwakarta 2013). Berdasarkan letak geografis, wilayah BKPH Sadang KPH Purwakarta Perum Perhutani Divisi Regional Jawa Barat dan Banten berada pada titik koordinat 6º 40’ – 6º 24’ LS dan 107º 23’ – 107º 36’ BT.

Iklim dan Topografi

Keadaan topografi pada kawasan hutan wilayah BKPH Sadang KPH Purwakarta mulai dari dataran rendah sampai pegunungan. Berdasarkan keadaan topografi, kawasan hutan wilayah BKPH Sadang KPH Purwakarta terbagi menjadi daerah datar, landai, sampai agak curam. Berdasarkan tipe iklim Schmidt dan Ferguson, wilayah hutan KPH Purwakarta terbagi dalam beberapa tipe iklim yaitu tipe iklim B di bagian utara, tengah dan selatan, tipe iklim C di bagian timur, dan tipe iklim D di bagian barat. BKPH Sadang terletak di bagian selatan sehingga memiliki tipe iklim B (KPH Purwakarta 2013).

(18)

8

Tegakan dan Kelas Hutan

Vegetasi utama yang ada dalam wilayah kawasan hutan Perum Perhutani KPH Purwakarta adalah jenis Jati sebagai jenis tanaman komersial yang diusahakan. KPH Purwakarta termasuk ke dalam Kelas Perusahaan (KP) Jati. Hasil penetapan KP Jati KPH Purwakarta terbagi menjadi tiga bagian hutan yaitu Bagian Hutan Cibungur, Bagian Hutan Cilamaya dan Bagian Hutan Sadawarna. Kawasan hutan KP Jati yang dikelola oleh BKPH Sadang Bagian Hutan Cibungur KPH Purwakarta pada jangka 2014-2023 seluas 5840.71 Ha (KPH Purwakarta 2013).

(19)

9 Klasifikasi Penutupan Lahan

Penafsiran citra Landsat pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode analisis visual. Analisis visual merupakan kegiatan untuk mendeteksi dan mengidentifikasi objek penutupan lahan pada citra yang dilakukan secara visual (Jaya 2010). Kegiatan penafsiran citra secara visual dapat dikenali dan dikelompokkan ke dalam kelas yang telah ditetapkan berdasarkan ciri-ciri melalui warna kompositnya. Selain warna, citra diinterpretasi dengan menggunakan elemen interpretasi citra lainnya yaitu tekstur, bentuk, pola, ukuran, bayangan, asosiasi, dan situs (BAPLAN 2008). Pengklasifikasian ini dilakukan dengan merujuk pada kriteria penutupan hutan dan lahan yang dikeluarkan oleh Departemen Kehutanan. Kelas-kelas penutupan lahan yang dipergunakan oleh Departemen Kehutanan terdiri atas 23 kelas. Hasil interpretasi citra dengan metode analisis visual, terdapat 6 kelas penutupan lahan yang teridentifikasi di kawasan hutan BKPH Sadang KPH Purwakarta yaitu hutan, badan air, sawah, tanah terbuka/kosong, semak/belukar, dan awan. Karakteristik fisik penutupan lahan di lapangan dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Karakteristik fisik penutupan lahan di lapangan

No Kelas penutupan lahan Keterangan

1 Hutan Kenampakan area dengan tegakan pohon yang dominan dan merupakan hasil penanaman pada kawasan hutan. Hutan di kawasan BKPH Sadang KPH Purwakarta ditanami jenis jati. Termasuk didalamnya kegiatan tumpang sari yang merupakan salah satu program dari kegiatan PHBM.

2 Badan air Daerah yang tergenang air tanpa ada vegetasi yang menaunginya. Badan air yang terdapat pada kawasan hutan BKPH Sadang KPH Purwakarta berupa sungai. 3 Sawah Kawasan pertanian lahan basah yang ditutupi oleh

tanaman padi dan digenangi air. Sawah ini terdiri atas sawah irigasi dan sawah tadah hujan.

4 Tanah terbuka/kosong Tanah terbuka/kosong merupakan keseluruhan kenampakan lahan tanpa atau sedikit vegetasi/terbuka. Tanah terbuka memiliki tekstur yang halus.

5 Semak/belukar Semak belukar merupakan kawasan dengan dominasi vegetasi rendah yaitu jenis rumput-rumputan, alang-alang dan tumbuhan bawah lainnya. Semak belukar memiliki kenampakan warna pada citra komposit dengan warna merah muda, hijau, hingga keunguan cukup sulit untuk diidentifikasi.

6 Awan Kenampakan awan yang menutupi lahan suatu kawasan. Bayangan awan termasuk ke dalam kelas penutupan awan.

Sumber : Data lapangan

Hasil pengambilan data lapangan (ground check) kenampakan jenis penutupan lahan akan menghasilkan warna dan nilai DN yang berbeda-beda pada citra. Warna hijau menunjukkan kelas penutupan lahan hutan dengan jenis jati dan kegiatan tumpang sari. Hutan dan tumpang sari sulit dibedakan karena kegiatan

(20)

10

tumpang sari yang ada di BKPH Sadang ditanam di bawah tegakan hutan. Interpretasi citra pada kelas penutupan hutan memiliki warna hijau yang tampak dari hijau gelap ke terang. Kegiatan teresan pada tanaman jati akan menampilkan warna hijau yang berbeda. Tegakan jati yang diteres akan menampilkan warna hijau terang, sedangkan tegakan jati yang tidak diteres menampilkan warna hijau tua pada citra.

Kegiatan tumpang sari merupakan salah satu program yang terdapat pada kegiatan PHBM (Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat). Kawasan hutan BKPH Sadang KPH Purwakarta dibagi kepada para pesanggem sesuai dengan kesepakatan. Pesanggem merupakan anggota LMDH (Lembaga Masyarakat Desa Hutan) yang bekerja sama dengan BKPH Sadang KPH Purwakarta. Pesanggem diberi wewenang oleh pihak BKPH Sadang KPH Purwakarta untuk mengelola dan memanfaatkan tanahnya. Penanaman oleh pihak BKPH Sadang KPH Purwakarta dilakukan dengan sistem tumpang sari. Tanaman tumpang sari yang ditanam oleh pesanggem yaitu jagung, palawija, dan kacang-kacangan. Hasil panen dari tumpang sari seluruhnya dipanen oleh pesanggem dan sistem bagi hasil dengan BKPH Sadang KPH Purwakarta. Pesanggem diberi kewajiban untuk mengolah tanah garapannya untuk kemudian dilakukan kegiatan penanaman rutin pada pohon utama.

Salah satu kegiatan tumpang sari lainnya yaitu pertanian lahan basah. Sawah yang ada di BKPH Sadang berupa sawah tadah hujan dan sawah irigasi. Analisis visual pada penelitian ini sulit untuk membedakan sawah irigasi dan tadah hujan karena warna dan teksturnya yang sama. Sawah memiliki warna biru muda sampai keunguan dengan tekstur yang agak kasar. Badan air berupa sungai memiliki warna biru gelap dengan tekstur halus dan bentuk yang memanjang dan berliku-liku. Tanah terbuka/kosong memiliki warna merah muda, sedangkan awan memiliki warna merah terang sampai putih. Kelas penutupan awan dicirikan dengan bentuk yang tidak teratur dan selalu berdampingan dengan warna putih sehingga masih dapat dibedakan dengan tanah terbuka/kosong. Karakteristik kelas penutupan lahan pada citra dapat dilihat pada Gambar 2.

Penutup an lahan

Citra Landsat 5 tahun 2006 Citra Landsat 8 tahun 2013 Gambar di lapangan Gambar Nilai DN Gambar Nilai DN

Hutan R: G: B: 51.533 67.067 18.867 R: G: B: 8051.077 19 227.256 7430.128 Badan air R: G: B: 59.778 66.333 29.556 R: G: B: 9048.000 17 348.333 8636.667

(21)

11 Gambar 2 Lanjutan

Penutup an lahan

Citra Landsat 5 tahun 2006 Citra Landsat 8 tahun 2013 Gambar di lapangan Gambar Nilai DN Gambar Nilai DN

Sawah R: G: B: 57.389 68.352 34.426 R: G: B: 6989.615 13 038.692 9392.385 Tanah terbuka/ kosong R: G: B: 53.200 62.600 24.200 R: G: B: 12 320.389 18 420.389 10 469.833 Semak/ belukar R: G: B: 74.289 76.588 28.737 R: G: B: 10 465.455 18 514.545 8784.364 Awan R: G: B: 146.500 90.938 71.250 R: G: B: 13 631.500 23 886.000 15 110.563 Tidak ditemukan di lapangan

Klasifikasi Penutupan Lahan pada Citra Landsat Multiwaktu

Hasil analisis dan interpretasi citra Landsat 5 pada tahun 2006 dan citra Landsat 8 (OLI) pada tahun 2013 disajikan dalam bentuk peta. Peta yang dihasilkan berisi informasi mengenai penutupan lahan di kawasan hutan BKPH Sadang KPH Purwakarta. Peta penutupan lahan pada tahun 2006 digambarkan pada Gambar 3 dan pada tahun 2013 digambarkan pada Gambar 4.

(22)

12

(23)

13

Gambar 4 Peta penutupan lahan tahun 2013 BKPH Sadang KPH Purwakarta Hasil interpretasi citra visual menunjukkan bahwa penutupan lahan di kawasan hutan BKPH Sadang KPH Purwakarta tahun 2006 dan 2013 didominasi oleh penutupan lahan hutan. Luas hutan pada tahun 2006 yaitu 3550.37 Ha dan pada tahun 2013 yaitu 3254.88 Ha. Penutupan lahan terluas yang kedua yaitu kelas penutupan lahan semak/belukar, kemudian diikuti oleh kelas penutupan

(24)

14

tanah terbuka/kosong, sawah, awan dan badan air. Luas penutupan lahan pada tahun 2006 dan 2013 disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2 Luas penutupan lahan tahun 2006-2013

Penutupan lahan Areal Luas tahun 2006 (Ha) Luas tahun 2013 (Ha) Luas Perubahan (Ha)* Persen Perubahan (%)* Hutan 3550.37 3254.88 (295.49) (5.50) Semak/belukar 1071.05 979.29 (91.76) (1.70) Tanah terbuka/kosong 232.62 749.27 516.65 9.61 Awan 10.10 104.96 94.86 1.76 Badan air 5.10 5.10 0.00 0.00 Sawah 505.85 281.59 (224.26) (4.17) Total 5375.09 5375.09 0.00 0.00

Keterangan : * ( ) menyatakan penurunan Sumber : Data olahan

Perhitungan Uji Akurasi Hasil Klasifikasi

Uji akurasi dihitung untuk melihat keakuratan hasil klasifikasi penutupan lahan pada citra. Penghitungan uji akurasi membutuhkan data acuan atau referensi untuk membandingkan hasil klasifikasi. Idealnya, data yang menjadi acuan dalam penghitungan uji akurasi yaitu data keadaan sebenarnya di lapangan pada tahun sama dengan tahun perekaman citra yang dinterpretasi. Data acuan yang digunakan yaitu data keadaan sebenarnya di lapangan dalam bentuk titik-titik ground check lapangan. Titik-titik ground check yang dilakukan sebanyak 30 tittik koordinat yaitu 10 titik untuk kelas penutupan hutan, 8 titik untuk kelas penutupan tanah terbuka/kosong, 5 titik untuk kelas penutupan lahan sawah, 4 titik untuk kelas penutupan semak/belukar, dan 3 titik untuk kelas penutupan badan air. Pemilihan dan sebaran titik-titik ground check dengan metode purposive berdasarkan jenis penutupan lahannya, keadaan topografi lapangan dan mudahnya aksesibilitas menuju titik tersebut. Nilai uji akurasi dilakukan dengan menghitung nilai akurasi pembuat (producer’s accuracy), akurasi pengguna (user’s accuracy), akurasi umum (overall accuracy), dan akurasi kappa (kappa accuracy).

Nilai akurasi pengguna (user’s accuracy) terbesar pada citra Landsat tahun 2013 yaitu kelas penutupan sawah dan badan air sebesar 100 %. Nilai terkecil terdapat pada kelas penutupan hutan dan semak/belukar sebesar 75 %. Hal ini disebabkan oleh adanya titik ground check pada kelas penutupan lain yang masuk ke kelas penutupan hutan yaitu 1 titik ground check kelas badan air dan 2 titik ground check kelas penutupan sawah, serta terdapat 1 titik ground check kelas penutupan tanah terbuka/kosong yang masuk ke dalam kelas penutupan semak/belukar. Nilai akurasi pembuat (producer’s accuracy) terbesar terdapat pada kelas penutupan hutan sebesar 90 %. Nilai terkecil terdapat pada kelas penutupan sawah sebesar 60 % karena terdapat 2 titik ground check kelas penutupan hutan yang masuk ke kelas penutupan sawah (Lampiran 1).

(25)

15 Nilai akurasi pengguna (user’s accuracy) terbesar pada citra Landsat tahun 2006 yaitu kelas badan air sebesar 100 %. Nilai terkecil terdapat pada kelas penutupan tanah terbuka dan semak/belukar. Hal ini disebabkan dari total titik ground check pada kelas penutupan tanah terbuka dan semak/belukar tidak ada yang termasuk ke dalam piksel kelas penutupan tanah terbuka dan semak/belukar. Nilai akurasi pembuat (producer’s accuracy) terbesar terdapat pada kelas penutupan sawah sebesar 80 %. Nilai terkecil terdapat pada kelas penutupan tanah terbuka dan semak/belukar. Hal ini disebabkan dari total titik ground check pada kelas penutupan tanah terbuka dan semak/belukar tidak ada yang termasuk ke dalam piksel kelas penutupan tanah terbuka dan semak/belukar (Lampiran 2).

Nilai overall accuracy dan kappa accuracy menunjukkan keakuratan dari hasil klasifikasi citra. Hasil penghitungan nilai keakuratan hasil klasifikasi menunjukkan citra Landsat tahun 2013 diperoleh nilai overall accuracy sebesar 80 % dengan tingkat kesalahan 20 % dan diperoleh nilai kappa accuracy sebesar 73.17 % dengan tingkat kesalahan 26.83 %. Citra Landsat tahun 2006 diperoleh nilai overall accuracy sebesar 43.33 %. Nilai ini menunjukkan bahwa tingginya nilai keakuratan hasil klasifikasi dengan tingkat kesalahan dari klasifikasi yang dilakukan sebesar 56.67 %. Nilai kappa accuracy diperoleh sebesar 23.08 % dengan tingkat kesalahan 76.92 %. Nilai uji akurasi yang kecil pada tahun 2006 diperoleh karena data acuan yang digunakan dalam penghitungan uji akurasi menggunakan data acuan pada tahun 2014 sehingga kemungkinan terjadi perubahan penutupan lahan pada periode waktu tersebut.

Analisis Perubahan Penutupan Lahan

Pemantauan perubahan lahan adalah proses mengidentifikasi perubahan suatu objek atau fenomena dengan mengamatinya pada waktu yang berbeda. Registrasi yang akurat dari sedikitnya dua citra dengan waktu perekaman yang berbeda sangat diperlukan dalam mendeteksi perubahan lahan. Berdasarkan hasil dari klasifikasi citra multiwaktu, dilakukan analisis perubahan penutupan lahan (Wicaksono 2006).

Perubahan penutupan lahan merupakan keadaan suatu lahan yang berubah pada suatu periode waktu tertentu yang disebabkan oleh kegiatan manusia. Analisis perubahan penutupan lahan adalah proses mengidentifikasi perubahan suatu objek di permukaan dengan membandingkan secara langsung antara citra-citra digital yang direkam pada saat yang berbeda. Perubahan yang terdapat pada citra-citra beda waktu tidak sekedar mengimplikasikan perbedaan di dalam karakteristik unsur-unsur di permukan bumi, tetapi juga dapat merefleksikan variasi normal yang belum terkarakteristikkan dan dapat ditemukan pada suatu periode waktu ke waktu berikutnya (Prahasta 2008).

(26)

16

Tabel 3 Luas penebangan, penanaman dan kegiatan pertanian lahan basah di BKPH Sadang

Tahun

Luas (Ha)

Penebangan Penanaman Kegiatan pertanian lahan basah (sawah)

2006 375.90 Data tidak ada 110.07

2007 474.74 Data tidak ada 7.69

2008 715.86 457.52 155.89 2009 529.52 167.54 118.85 2010 466.30 176.96 165.72 2011 358.36 89.21 158.45 2012 447.30 167.05 161.63 2013 181.14 49.65 274.00 Sumber : KPH Purwakarta

Berdasarkan Tabel 3, kegiatan penebangan pada tahun 2008 terjadi seluas 715.86 Ha dengan kegiatan penanaman seluas 457.52 Ha dan kegiatan pertanian lahan basah seluas 155.89 Ha sehingga tanah terbuka/kosong pada tahun 2008 seluas 102.45 Ha. Kegiatan penebangan pada tahun 2009 terjadi seluas 529.52 Ha dengan kegiatan penanaman seluas 167.54 Ha dan kegiatan pertanian lahan basah seluas 118.85 Ha sehingga tanah terbuka/kosong pada tahun 2009 seluas 243.13 Ha. Adanya kegiatan penebangan, penanaman, dan pertanian lahan basah pada tahun 2010, 2011, dan 2012, tanah yang terbuka masing-masing seluas 123.62 Ha, 110.70 Ha, dan 118.62 Ha. Namun, kegiatan penebangan pada tahun 2013 seluas 181.14 Ha dengan kegiatan penanaman dan pertanian lahan basah seluas 323.65 Ha. Sehingga tanah terbuka yang terjadi selama periode tahun 2008 sampai dengan tahun 2013 adalah seluas 556.01 Ha. Hasil klasifikasi menunjukkan bahwa tanah terbuka/kosong mengalami penambahan luas sebesar 516.65 Ha (Tabel 2). Hal ini dapat diperkirakan bahwa perubahan luas pada kelas penutupan tanah terbuka/kosong terjadi karena adanya kegiatan penebangan rutin yang dilaksanakan setiap tahunnya oleh KPH Purwakarta.

Sebaliknya, penurunan luas ditemukan pada hutan dan sawah. Penurunan luas hutan sebesar 295.49 Ha (Tabel 2). Perubahan ini juga terjadi karena kegiatan penebangan rutin. Selain itu, kegiatan penanaman rutin dari tahun 2008 sampai dengan 2013 terus mengalami penurunan, sehingga diperkirakan terjadi kegagalan penanaman (Tabel 3). Penanaman pada tahun 2008 seluas 457.52 Ha dan pada tahun 2013 seluas 49.65 Ha, sehingga perubahan luas kegiatan penanaman pada periode tahun 2008 sampai tahun 2013 sebesar 323.65 Ha. Penurunan luas hutan diindikasikan berubah menjadi semak/belukar dan tanah terbuka/kosong.

Lahan sawah menurun pada tahun 2006 seluas 505.85 Ha dan pada tahun 2013 seluas 281.59 Ha, atau terjadi penurunan seluas 224.26 Ha (Tabel 2). Sawah tadah hujan berada di bawah tegakan, sedangkan sawah irigasi di BKPH Sadang telah terjadi karena pengklaiman dari masyarakat sehingga beberapa lahan sawah berada di kawasan enclave. Penurunan luas penutupan lahan sawah diindikasikan berubah menjadi tanah terbuka/kosong yang nantinya akan dipersiapkan untuk kegiatan penanaman. Penutupan semak belukar mengalami penurunan luas sebesar 91.76 Ha (Tabel 2). Perubahan luas semak belukar diindikasikan bahwa pada penutupan lahan tersebut mengalami suksesi kemudian berubah menjadi hutan.

(27)

17 Perubahan penutupan lahan pada tahun 2006-2013 dianalisis dengan menumpangtindihkan (overlay) data penutupan lahan. Analisis yang dilakukan adalah analisis Thematic Change yang kemudian diperoleh luas perubahan setiap kelas penutupan lahan dari tahun 2006 sampai tahun 2013. Hasil analisis perubahan penutupan lahan disajikan dalam bentuk matrik perubahan (Tabel 4).

Tabel 4 Matrik perubahan penutupan lahan di BKPH Sadang tahun 2006-2013 Tahun 2013 (Ha)

Awan Badan air Hutan Sawah Semak/

belukar Tanah terbuka Total Tahun 2006 (Ha) Awan 6.98 0.00 3.13 0.00 0.00 0.00 10.11 Badan Air 0.00 5.10 0.00 0.00 0.00 0.00 5.10 Hutan 52.29 0.000052 2492.99 39.00 590.75 375.34 3550.37 Sawah 18.17 0.00 57.08 220.66 72.82 137.11 505.85 Semak/ Belukar 27.22 0.0000089 615.40 19.96 265.49 142.97 1071.05 Tanah terbuka 0.30 0.00 86.28 1.97 50.23 93.84 232.62 Total 104.96 5.1 3254.88 281.59 979.29 749.26 5375.09

Sumber : Data olahan

Hasil analisis perubahan penutupan lahan menunjukkan bahwa perubahan terluas sebagai berikut, semak/belukar pada tahun 2006 berubah menjadi hutan pada tahun 2013 seluas 615.40 Ha. Hutan yang telah dimanfaatkan pada tahun 2006 berubah menjadi semak/belukar pada tahun 2013 seluas 590.75 Ha. Perubahan hutan pada tahun 2006 menjadi tanah terbuka/kosong pada tahun 2013 seluas 375.34 Ha. Perubahan penutupan semak/belukar menjadi hutan terjadi karena adanya kegiatan penanaman rutin yang dilakukan tiap tahunnya oleh KPH Purwakarta. Perubahan penutupan hutan menjadi semak/belukar dan tanah terbuka/kosong terjadi karena adanya kegiatan penebangan yang rutin dilakukan oleh KPH Purwakarta.

Hutan yang berubah menjadi tanah yang terbuka dan semak/belukar seluas 966.09 Ha terjadi karena adanya kegiatan penebangan rutin pada periode tahun 2008 sampai 2013 seluas 534.72 Ha dan ada kegiatan penanaman yang tidak terlaksana atau menjadi tanah yang terbuka seluas 556.01 Ha. Sementara itu, penurunan luas hutan yang terjadi selama 7 tahun sebesar 295.49 Ha. Dapat dikatakan bahwa penurunan luas hutan rata-rata antara tahun 2006 sampai 2013 sebesar 42.21 Ha/tahun. Hal tersebut perlu mendapatkan perhatian dari pihak Perhutani dalam kegiatan penanaman. Kegiatan penanaman yang rutin dilakukan oleh KPH Purwakarta seharusnya dapat menutup kembali luas hutan yang hilang agar pada tahun selanjutnya luas hutan yang ada tidak semakin berkurang.

(28)

18

5 (a) Perubahan penutupan lahan pada hutan dan sawah

5 (b) Perubahan penutupan lahan pada semak/belukar, tanah terbuka/kosong, awan dan badan air

Keterangan : Perubahan menjadi

: Hutan : Sawah : Semak/belukar : Tanah terbuka/kosong : Awan : Badan air

Gambar 5 Perubahan penutupan lahan tahun 2006-2013

Perubahan penutupan lahan menjadi hutan terjadi pada kelas penutupan sawah seluas 57.08 Ha. Semak/belukar menjadi hutan seluas 615.40 dan tanah terbuka/kosong berubah menjadi hutan seluas 86.28 Ha. Tanah terbuka/kosong berubah menjadi semak belukar seluas 50.23 Ha. Total luas hutan yang tetap

2548.42 39 590.75 375.34 57.08 238.83 72.82 137.11 0 500 1000 1500 2000 2500 3000 Luas (Ha) Hutan Sawah 615.4 19.96 292.71 142.97 86.28 1.97 50.23 94.14 6.98 5.1 0 100 200 300 400 500 600 700 Luas (Ha)

(29)

19 menjadi hutan seluas 2548.42 Ha. Kegiatan penebangan rutin setiap tahunnya di BKPH Sadang KPH Purwakarta menyebabkan perubahan hutan menjadi semak/belukar dan tanah terbuka/kosong masing-masing seluas 590.75 Ha dan 375.34 Ha. Kegiatan konversi menyebabkan perubahan hutan menjadi sawah seluas 39.00 Ha. Semak/belukar dan tanah terbuka/kosong menjadi sawah berturut-turut seluas 19.96 Ha dan 1.97 Ha. Kegiatan masyarakat yaitu pertanian lahan basah (sawah) yang tetap menjadi sawah seluas 238.83 Ha. Lahan sawah berubah menjadi semak/belukar dan tanah terbuka/kosong berturut-turut seluas 72.82 Ha dan 137.11 Ha (Gambar 5).

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Penutupan lahan hasil klasifikasi menggunakan citra Landsat 5 dan Landsat 8 (OLI) tahun 2006 dan 2013 secara visual terdiri atas hutan, semak/belukar, tanah terbuka/kosong, sawah, badan air dan awan. Perubahan penutupan lahan tertinggi yang terjadi pada tahun 2006 sampai tahun 2013 di kawasan hutan BKPH Sadang KPH Purwakarta yaitu semak/belukar berubah menjadi hutan seluas 615.40 Ha, hutan berubah menjadi semak/belukar seluas 590.75 Ha dan hutan menjadi tanah terbuka/kosong seluas 375.34 Ha. Penurunan luas hutan yang terjadi selama 7 tahun sebesar 295.49 Ha. Dapat dikatakan bahwa penurunan luas hutan rata-rata antara tahun 2006 sampai 2013 sebesar 42.21 Ha/tahun.

Saran

1. Perlu mendapatkan perhatian lebih lanjut dari pihak Perhutani dalam kegiatan penanaman agar luas hutan yang ada tidak semakin berkurang.

2. Perlu adanya penelitian serupa berbasis sistem informasi geografis di kawasan hutan BKPH Sadang KPH Purwakarta dengan menggunakan citra resolusi yang lebih tinggi agar informasi kelas penutupan lahan lebih detail dan rinci.

DAFTAR PUSTAKA

[BAPLAN] Badan Planologi Kehutanan, Pusat Inventarisasi dan Perpetaan Hutan, Badan Planologi Kehutanan, Kementerian Kehutanan. 2008. Pemantauan Sumber Daya Hutan. Jakarta (ID): PIPH BAPLAN DEPHUT.

Danoedoro P. 2012. Pengantar Penginderaan Jauh Digital. Yogyakarta (ID): Penerbit ANDI.

Departemen Kehutanan RI. 1999. Undang-Undang No. 41 tahun 1999 Tentang Kehutanan. Jakarta (ID): Departemen Kehutanan, Jakarta.

(30)

20

Jaya INS. 2010. Analisis Citra Digital Perspektif Penginderaan Jauh untuk Pengelolaan Sumber Daya Alam. Bogor (ID): Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.

Kosasih D. 2002. Monitoring perubahan lahan menggunakan citra satelit multiwaktu di DAS Citarum Hulu, Jawa Barat [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Kehutanan IPB.

KPH Purwakarta. 2013. Ringkasan Eksekutif Rencana Pengaturan Kelestarian Hutan (RPKH). Purwakarta (ID): KPH Purwakarta.

Lillesand TM, Kiefer RW. 1990. Penginderaan Jauh dan Interpretasi Citra. Dulbahri et al, penerjemah. Yogyakarta (ID): Gajah Mada University Press. [NASA] National Aeronautics and Space Administration (US). 2011. Landsat

Data Continuity Mission [internet]. [diunduh November 2014]. Tersedia pada http://ldcm.gsfc.nasa.gov/.

Paine DP. 1992. Fotografi Udara dan Penafsiran Citra untuk Pengelolaan Sumberdaya. Yogyakarta (ID): Gajah Mada University Press.

Peraturan Menteri Kehutanan RI. 2011. Permenhut RI Nomor : P.60/Menhut-II/2011. Jakarta (ID): Peraturan Menteri Kehutanan RI.

Prahasta. 2008. Praktis Penginderaan Jauh dan Pengolahan Citra Digital dengan Perangkat Lunak ER Mapper. Bandung (ID): Informatika Bandung.

Purwadhi ISH. 2001. Interpretasi Citra Digital. Jakarta (ID): PT Gramedia Widiasarana Indonesia.

Setiyono B. 2006. Deteksi perubahan penutupan lahan menggunakan citra satelit Landsat ETM+ di Daerah Aliran Sungai (DAS) Juwana, Jawa tengah [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.

Susanto. 1987. Penginderaan Jauh. Yogyakarta (ID): Gajah Mada University Press.

[USGS] United States Geological Survey. 2014. Frequently Asked Questions about the Landsat Missions [Internet]. [diacu 2014 Juli 7]. Tersedia pada: http://landsat.usgs.gov/band_designations_landsat_satellites.php.

Wicaksono MDA. 2006. Deteksi perubahan penutupan lahan hutan mangrove menggunakan data Landsat di delta Sungai Mahakam, Kalimantan Timur. [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.

(31)

21 Lampiran 1 Matriks kesalahan hasil klasifikasi citra Landsat tahun 2013

Hutan Sawah Tanah terbuka/ kosong

Semak/

belukar Badan air Total PA (%)

Hutan 9 0 1 0 0 10 90 Sawah 2 3 0 0 0 5 60 Tanah terbuka/ kosong 0 0 7 1 0 8 87.5 Semak/ belukar 0 0 1 3 0 4 75 Badan air 1 0 0 0 2 3 66.67 Total 12 3 9 4 2 30 - UA (%) 75 100 77.78 75 100 - -

Keterangan : PA = Producer’s accuracy UA = User’s accuracy Sumber : Data olahan

Lampiran 2 Matriks kesalahan hasil klasifikasi citra Landsat tahun 2006

Hutan Sawah Tanah terbuka/ kosong

Semak/

belukar Badan air Total

PA (%) Hutan 7 0 0 3 0 10 70 Sawah 1 4 0 0 0 5 80 Tanah terbuka/ kosong 8 0 0 0 0 8 0 Semak/ belukar 3 1 0 0 0 4 0 Badan air 0 0 0 1 2 3 66.67 Total 19 5 0 4 2 30 - UA (%) 36.84 80 0 0 100 - -

Keterangan : PA = Producer’s accuracy UA = User’s accuracy Sumber : Data olahan

(32)

22

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Purwakarta pada tanggal 30 November 1992 dari Ayah Aceng Dasuki dan Ibu Ipah Latipah. Penulis adalah anak petama dari dua bersaudara. Tahun 2010 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Purwakarta dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui Undangan Seleksi Masuk IPB dan diterima di Departemen Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi asisten praktikum Ilmu Ukur Tanah dan Pemetaan Wilayah pada tahun ajaran 2014/2015. Penulis juga aktif menjadi pengurus Himpunan Profesi Departemen Manajemen Hutan yaitu Forest Management Student’s Club (FMSC) sebagai sekretaris pada tahun kepengurusan 2011/2012 dan 2012/2013. Penulis pernah melakukan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH) di Kamojang-Sancang Barat Jawa Barat tahun 2012, Praktek Pengelolaan Hutan (PPH) di Hutan Pendidikan Gunung Walat tahun 2013, serta Praktek Kerja Lapang (PKL) di Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu-Hutan Alam (IUPHHK-HA) PT Indexim Utama, Kalimantan Tengah, pada bulan Maret-April 2014. Untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan di IPB, penulis menyelesaikan skripsi yang berjudul Pemetaan Perubahan Penutupan Lahan dengan Teknik SIG di BKPH Sadang KPH Purwakarta Tahun 2006-2013 di bawah bimbingan Dra Sri Rahaju, MSi.

Gambar

Gambar 1  Peta lokasi penelitian
Tabel 1  Karakteristik fisik penutupan lahan di lapangan
Gambar 2  Karakteristik kelas penutupan lahan
Gambar 3  Peta penutupan lahan tahun 2006 BKPH Sadang KPH Purwakarta
+5

Referensi

Dokumen terkait

Terdapat 8 kelas tutupan lahan hasil dari interpretasi visual citra yaitu hutan tanaman pinus, pemukiman, badan air, pertanian lahan kering, sawah,

penutupan awan yang terdapat pada hasil penafsiran Citra Landsat tahun 2010 dan 2013 dengan cara menghitung selisih dari luas total areal penelitian yaitu KHDTK Hutan

penutupan awan yang terdapat pada hasil penafsiran Citra Landsat tahun 2010 dan 2013 dengan cara menghitung selisih dari luas total areal penelitian yaitu KHDTK Hutan

Identifikasi peta perubahan bentuk penutupan lahan dilakukan dengan menggunakan Extention Change Detection Arc View Gis 3,3 pada citra Landsat ETM tahun 2002, 2006 dan 2009

Koreksi yang dilakukan yaitu koreksi citra (meliputi koreksi radiometrik dan koreksi geometrik) dan dilanjutkan dengan klasifikasi visual untuk parameter bentuk lahan

Perubahan penutupan lahan adalah sebuah proses bertambah dan berubahnya suatu fungsi lahan dari tutupan yang satu ke tutupan lahan lainnya, juga dengan berkurangnya tipe

Dari hasil percobaan diperoleh bahwa perubahan luas penutupan lahan di Kabupaten Dairi yaitu semak belukar, sawah dan air menjadi penggunaan lahan lain seperti