• Tidak ada hasil yang ditemukan

HIBUA LAMO (Suatu Penelitian Sosial Budaya Di Kecamatan Tobelo) Irnawati Usman, Trisnowaty Tuahunse *, Resmiyati Yunus **

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HIBUA LAMO (Suatu Penelitian Sosial Budaya Di Kecamatan Tobelo) Irnawati Usman, Trisnowaty Tuahunse *, Resmiyati Yunus **"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

HIBUA LAMO

(Suatu Penelitian Sosial Budaya Di Kecamatan Tobelo)

Irnawati Usman, Trisnowaty Tuahunse *, Resmiyati Yunus **

Jurusan Pendidikan Sejarah FIS. Universitas Negeri Gorontalo

ABSTRAK

Irnawati Usman. Nim 231 409 013. “HIBUA LAMO (suatu penelitian sosial budaya di kecamatan Tobelo)” Jurusan Sejarah Program Studi Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo 2013.

Budaya Hibua lamo merupakan perekat dari semua etnis dan agama yang ada dalam masyarakat Tobelo, Keberagaman ini merupakan potensi yang sangat bernilai yang dapat memberikan kontribusi dalam mewujudkan pembangunan nasional. Namun disisi lain, keberagaman jika tidak di kelolah secara maksimal maka akan menjadi potensi konflik yang bersifat horisontal dengan berbagai permasalahan yang sangat kompleks

Berdasarkan uraian diatas maka penuis mengajukan permasalahan pada penelitian ini bagimana peran Hibua Lamo dalam kekerabatan Tobelo. Penelitian ini. Pembahasan skripsi ini tidak didasarkan pada suatu penelitian ini bersifat deskriptif (gambaran). Terkait dalam penelitian ini sampelnya ditentukan oleh penulis, metode yang digunakan adalah metodologi kualitatif dan pendekatan yang digunakan adalah pendekatan ilmu sosial budaya sesuai dengan permasalahan dalam penelitian

Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa budaya Hibua Lamo merupakan kearifan lokal seluruh masyarakat adat Halmahera Utara yang sangat menjunjung tinggi nilai-nilai budaya juga mempunyai peran penting dalam kehidupan masyaraat Tobelo. Peran yang dimainkan oleh lembaga adat Hibua lamo tidak hanya peran adat atau masalah-masalah adat saja, melainkan peran yang menyangkut bidang-bidang lain seperti bidang-bidang pemerintahan/politik ekonomi, sosial, budaya dan keamanan. Adapun budaya Hibua Lamo adalah merekonsiliasi kedua belah pihak yang bertikai serta terlibat dalam setiap pertemuan-pertemuan oleh pemerintah daerah.

(2)

PENDAHULUAN

Masyarakat Indonesia merupakan pluralistik, ini dilihat dari berbagai etnis, suku dan agama. Keberagaman ini merupakan potensi yang sangat bernilai yang dapat memberikan kontribusi dalam mewujudkan pembangunan nasional. Namun disisi lain, keberagaman jika tidak di kelolah secara maksimal maka akan menjadi potensi konflik yang bersifat horisontal dengan berbagai permasalahan yang sangat kompleks. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan pendapat, dan permainan elit politik.

Interaksi sosial antara satu etnis dengan etnis yang lain merupakan wujud interaksi sosial didorong oleh adanya saling ketergantungan yang berorentasi pada usaha pemenuhan kebutuhan baik material maupun spiritual. Kehidupan masyarakat sebagai suatu bentuk sistem tata nilai yang berlaku untuk mengatur hubungan antara sesama .Di dalam kehidupan masyarakat terjadi stagnisasi yang berkaitan dengan nilai-nilai kehidupan.

Budaya yang di hasilkan oleh manusia yang mendorong tumbuh dan berkembangnya sikap kerja keras, disiplin, sikap menghargai prestasi maupun kreatif yang senantiasa tumbuh dan berkembang. Budaya menghormati dan menghargai orang yang lebih tua, budaya ilmu pengetahuan dan teknologi yang senantiasa di kembangkan dalam upaya mendukung proses pementapan budaya bangsa.

Nilai-nilai budaya yang tumbuh dalam kehidupan masyarakat Indonesia pada dasarnya tumbuh dan berkembang agar mampu mengangkat nilai-nilai budaya yang tersebar disetiap daerah dan menerima budaya dari luar yang positif , dan diharapkan agar dapat mendorong pembaharuan dalam pembangunan. Suatu hal yang perlu cermati, bahwa tinggi rendahnya suatu kebudayan akan pula melakukan tinggi rendahnya peradaban suatu bangsa, sehingga dapat dipahami suatu kebudayaan adalah sebagai manifestasi dari tata nilai luhur yang meresap dalam jiwa masyarakat dan besarnya nilai-nilai ini diwariskan secara turun temurun dari generasi ke generasi berikutnya.

(3)

Bangsa Indonesia seperti bangsa-bangsa lain yang ada di dunia pasti selalu mengalami proses perubahan sosial, baik dalam skalanya kecil maupun besar, cepat atau lambat semuanya pasti akan mengalaminya, dari berbagai proses perubahan tersebut kita dapat melihat di berbagai daerah banyak terjadi pergeseran nilai-nilai budaya yang sering berujung pada ketimpangan sosial dan akhirnya dapat menimbulkan konflik, baik konflik vertikal maupun konflik horizontal.

Penelitian ini menggunakan beberapa konsep teori, yakni teori tentang Peran, dan teori kebudayaan. Adapun deskripsi teori yang telah disebutkan di atas adalah sebagai berikut.

Pertama teori tentang Peran, Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap sesuai dengan kedudukannya dalam suatu sistem. Peran dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari dalam maupun dari luar dan bersifat stabil. Peran adalah bentuk dari perilaku yang diharapkan dari seseorang pada situasi sosaial tertentu. (Kozier Barbara, 1995:21)

Selanjutnya peran adalah deskripsi sosial tentang siapa kita dan kita siapa. Peran menjadi bermakna ketika dikaitkan dengan orang lain, komunitas sosialo atau politik. Peran adalah kombinasi, yaitu posisi dan pengaruh. Anda diposisi mana dalam strata sosial dan sejauh mana pengaruh anda. Itulah peran. Peran adalah kekuasaan dan bagaimana kekuasaan itu bekerja, baik secara organisasi dan organis. Peran memang benar-benar kekuasaan yang bekerja secara sadar dan hegemonis, meresap masuk , dalam nilai yang diserap tanpa melihat dengan mata terbuka lagi.

Dari beberapa pengertian peran di atas maka dapat disimpulkan bahwa peran merupakan simbiosis yang berkaitan dengan keuntungan dan kerugian, sebab dengan peran jelas ada yang diuntungkan dan ada yang dirugikan. Dan peran juga dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari dalam maupun dari luar dan bersifatstabil

Kedua tentang kebudayaan, Kata budaya berasal dari kata sanskerta buddhaya, yaitu bentuk jamak dai budhi yang berarti budi atau akal. Budaya adalah daya dari budi yang berupa, cipta, rasa dan karsa: sedangkan kebudayaan

(4)

adalah hasil dari cipta, rasa, dan karsa. Budaya adalah suatu konsep yang membangkitkan minat. Secara formal, budaya didefinisikan sebagai tatanan pengetahuan, pengalaman, kepercayaan, nilai, sikap, makna, hierarki, waktu, peranan, hubungan ruang, konsep alam semesta, objek-objek materi dan milik yang diperoleh sekelompok besar orang dari generasi ke generasi melalui usaha individu dan kelompok . Menurut Dedi Mulyana (dalam warsito 2012:49

Defenisi lain Koenjaraningrat (dalam Warsito 2012:51) menjelaskan kebudayaan itu” keseluruhan dari kelakuan dan hasil kelakuan manusia yang teratur oleh tata kelakuan yang harus didapatnya dengan belajar dan yang semuanya tersusun dalam kehidupan masyarakat”.

Sedangkan Gillin (dalam Rafael Raga Maran 2007:26) mendefenisikan kebudayaan terdiri dari kebiasaan-kebiasaan yang terpola dan secara fungsional saling bertautan dengan individu tertentu yang membentuk grup-grup atau kategori sosial tertentu.

Lebih lanjut Kluchkhohn (dalam Warsito 2012:51) mendefinisikan kebudayaan adalah pola-pola kehidupan yang diciptakan dalam perjalanan sejarah, eksplisit dan implisit, rasional dan irasional yang terwujud dalam tiap waktu sebagai pedoman yang berpotensi bagi perilaku perbuatan manusia.

Dari beberapa teori yang di kemukakan oleh para ahli diatas, maka penulis berpandangan bahwa kebudayaan adalah suatu hal yang sanggat penting, karena menempati posisi sentral dalam seluruh tatanan hidup manusia. Kebudayaan memberi nilai dan makna pada hidup manusia.

Secara garis besar tujuan yang diharapkan dari penulisan ini adalah : Pertama, untuk mengetahui Bagaimana peran Hibua Lamo dalam sistem kekerabatan Tobelo

(5)

METODE PENULISAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan ilmu-ilmu sosial, yakni pendekatan ilmu sejarah, ilmu sosiologi, ilmu antropologi. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif kualitatif, adalah jenis penelitian yang digunakan untuk mencari semua informasi dari objek yang ditujukan.

Metode adalah cara yang dipergunakan dalam penelitian untuk mencapai tujuan. Dalam penelitian ini digunakan metode deskriptif kualitatif dan teknik pengumpulan data sebagai berikut :

a. Observasi b. Wawancara c. Dokumentasi

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Peran Hibua Dalam Lamo Sistem Kekerabatan Tobelo

Berdasarkan Observasi yang dilakukan peneliti bahwa Masyarakat Tobelo adalah masyarakat yang mempunyai latar belakang sosial, ekonomi, tradisi, agama dan budaya yang beraneka ragam serta selalu mempunyai pandangan ataupun pemahaman yang berbeda. Perbedaan yang ada tidak menjadi suatu hambatan bagi masyarakat Tobelo untuk membudidayakan budaya yang ada dalam kehidupan masyarakat tersebut.

Mengenai Hibua Lamo, kita mulai menutur kisahnya dari Danau/Talaga Lina. Pada awalnya sekelompok orang yang jumlahnya sangat banyak tiba di danau Lina kurang lebih dalam Abad VIII mereka mendiami danau tersebut. Pada waktu tiba di danau tersebut mereka tidak mengurus diri masing-masing tetapi mereka mempunyai “ketua” sehingga dalam waktu yang tidak terlalu lama mereka sudah membangun beberapa bangunan diantaranya sebuah bangunan untuk pertemuan khusus apabila membicarakan hal-hal yang sangat penting dan rahasia dan juga sebagai bangunan untuk tempat makan bersama dan tempat upacara perkawinan, juga upacara-upaara lainnya yang kemudian bangunan tersebut di beri nama Halu yang artinya Hibua Lamo, Hibua Lamo ada sejak adanya Tobelo.

(6)

Hibua Lamo merupakan budaya perekat suku, dan agama yang berbeda di Tobelo. Hibua Lamo sebagai jembatan perdamaian Tobelo, masyarakat Tobelo hidup berdasarkan dalam nilai-nilai yang terkandung dalam budaya tersebut.

Telah menjadi pengetahuan umum bahwa manusia merupakan mahluk individu sekaligus mahluk sosial. Sebagai mahluk individu, manusia selalu berusaha memenuhi kepentingan pribadinya. Sebagai mahluk sosial manusia pun berusaha untuk mengadakan hubungan sosial dengan sesamanya demi pemenuhan hasrat hidupnya. Konsep tersebut menunjukan bahwa manusia tak dapat berkembang dengan sempurna tanpa adanya interaksi sosial dengan sesamanya.

Kehidupan masyarakat sering terjadi kesenjangan sosial dalam berhubungan berinteraksi, karena diantara mereka mempunyai kebiasaan dan tabiat yang berbeda-beda serta kerja sama yang akrab akan terjadi apabila diantara mereka saling membutuhkan, tolong menolong, dan mampu menyatukan persepsi, sebaiknya akan terjadi kesalapahaman jika mereka tidak mampu dalam menyatukan persepsi.

Kehidupan masyarakat majemuk terdiri dari kelompok-kelompok kelembagaan yang otonom dan secara terstruktur terpisah satu sama lain, baik dari segi sosial maupun agama. Sehingga harapan kita yakni keberagaman budaya yang seharusnya menjadi bagian kebangsaan kini menjadi batu sandungan yang amat riskan untuk kemajuan bangsa. Konflik yang terus terjadi di daerah dengan skala yang berbeda ini dan tidak kunjung selesai dikarenakan cara penyelesaian konflik yang dilakukan oleh Pemerintah tidak efektif, dimana substansi permasalahnya tidak di sentuh. Selain itu, tragedi di Halmahera Utara 1999 juga seharusnya dijadikan sebagai catatan kritis untuk melihat masa depan negara ini karena jika konflik terus terjadi maka peluang untuk melahirkan disintegrasi bangsa semakin besar. Karena faktor yang mempengaruhi konflik sangat beragam yakni menyangkut seluruh aspek kehidupan manusia seperti ideologi politik, agama, ekonomi, dan sosial budaya.

Setiap konflik yang terjadi akibat dari hubungan antara kedua pihak atau lebih baik individu maupun kelompok yang memiliki sasaran dan tujuan yang

(7)

tidak sejalan. Perbedaan visi inilah kemudian melahirkan kekerasan fisik maupun non fisik diantara kedua pihak.

Menurut (wawancara Jesayah Banari 16 April 2013) Hibua Lamo merupakan budaya perekat antara semua etnis dan agama yang ada dalam masyarakat di Tobelo, Hibua Lamo ini ada sejak lahirnya kaum Tobelo. Hibua Lamo atau “rumah besar”menjadi simbol atau idiologi dalam mitos masyarakat Tobelo pasca era Talaga Lina. Konsep Hibua Lamo secara sosial dan budaya mempunyai nilai-nilai penting yaitu :

1. Hibua Lamo sebagai nilai Spritual bagi masyarakat Tobelo bisa di lihat dari simbolisasi tempat asal muasal para leluhur dari Talaga Lina. Hibua Lamo atau rumah besar disini merupakan tempat pencipta kaum Tobelo yang harus disakralkan atau menjadi spirit yang harus dipegang dan dijaga oleh kaum Tobelo saat ini.

2. Hibua Lamo sebagai nilai Sosial merupakan simbolis dari tempat yang melakukan musyawarah atau higaro, termasuk juga sebagai tempat untuk melakukan syukuran. Dalam nilai sosial ini Hibua Lamo menjadi perangkat sosial yang berfungsi untuk merektkan dan menyatukan keberagaman yang ada dalam struktur sosial masyarakat Tobelo, misalnya dalam pelaksanaan adat babari (gotong royong).

3. Hibua Lmao sebagai nilai Material merupakan bangunan fisik yang menjadi identitas sosial dan budaya dari masyarakat Tobelo.

Nilai-nilai tersebut sebagai patokan bagi setiap masyarakat yang bernaung dibawah payung adat Hibua Lamo. Menurut informan partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan budaya Hibua Lamo yaitu dengan cara bergotong royong atau disebut juga dengan ”adat babari. Pelaksanaan budaya Hibua Lamo berupa acara perkawinan, upacara besar Hibua lamo yaitu memperingati perjanjian deklarasi damai antara komunitas Islam dan Kristen pada tanggal 19 april 2001, seluruh lapisan masyarakat Tobelo terlibat dalam acara tersebut dengan mengenakan pakaian adat dari setiap suku yang ada di Tobelo, tata cara pelaksanaannya yaitu

(8)

masing-masing suku menyiapkan tarian khas suku tersebut. (wawancara Yowan Pilendatu 16 April 2013)

Erik Y. Leba (wawancara 17 April 2013 ) berbicara mengenai Kontribusi budaya Hibua Lamo dalam masyarakat maka kita berbicara mengena peran budaya Hibua Lamo. Lembaga adat Hibua Lamo merupakan kearifan lokal seluruh masyarakat adat Halmahera Utara yang sangat menjunjung tinggi juga mempunyai peran penting dalam pelaksanaan otonomi daerah. Peran yang dimainkan oleh lembaga adat Hibua Lamo tidak hanya peran adat atau masalah-masalah adat saja, melainkan peran yang menyangkut bidang-bidang lain seperti bidang-bidang pemerintahan/politik ekonomi, sosial, budaya dan keamanan .Budaya Hibua Lamo berperan penting dalam masyarakat, karena budaya Hibua Lamo merupakan kunci perdamaian masyarakat Tobelo.

Sedangkan menurut Muhamad Boba (wawancara 17 April 2013 ) Masyarakat Halmahera utara umumnya dan komunitas Islam-Kristen di Kecamatan Tobelo khususnya diikat oleh berlakunya kekerabatan Hibua Lamo. Bagaimana pentingnya tradisi budaya tersebut dalam mempersatukan semua elemen masyarakat yang ada, serta mampu berperan dalam mengikat kesatuan etnis masyarakat Tobelo melintasi batas-batas agama mereka dalam kurun waktu yang panjang, sampai menjelang pecahnya konflik horisontal pada akir tahun 1999 dan awal tahun 2000.

Tobelo merupakan tempat dimana peradaban suku-suku setempat bermula dan berada di bawah payung adat/lembaga adat “HIBUA LAMO” sebagai komunitas masyarakat adat yang sangat menjunjung nilai-nilai kekeluargaan dengan slogan “ngone o ria dodoto” yang berarti “kita semua bersaudara”. Hibualamo adalah tempat pertemuan dari berbagai suku-suku yang ada di Halmahera Utara, sehingga Hibua Lamo disebut sebagai payung adat/lembaga adat, kemudian inilah yang menjadi kearifan lokal masyarakat Tobelo. (wawancara Jarot 16 april 2013 )

Rumah adat Budaya Hibualamo ada 4 dengan makna filosofis yang berbeda. Warna hitam melambangkan solidaritas, merah melambangkan semangat juang komunitas Canga, sedangakan kuning melambangkan kecerdasan,

(9)

kemegahan dan kekayaan, dan warna putih melambangkan kesucian masyarakat 10 Hoana yang saat ini mendiami wilayah Tobelo.

Menurut Jaina Arahman (wawancara 17 April 2013 ) Semangat Hibualamo pada saat ini mempunyai semangat kebersamaan, keanekaragaman dalam balutan kebinekaan. Karena semangat kenusantaraan yang ada di Tobelo sudah lama dilakukan di rumah adat Hibualamo. Konsep pemberdayaan budaya dengan pemerintah juga diwujudkan dalam bentuk lambang daerah Halmahera Utara yang selama ini dipakai, Lambang Hibualamo yang ada pada logo daerah merupakan bentuk perekat.

Fungsi Hibualamo sebagai simbol rekonsiliasi damai di bumi Halmahera saat dilanda konflik horisontal 12 tahun silam. Dengan simbol itu, warga Tobelo mendeklarasi untuk tidak lagi melakukan kerusuhan dan hidup berdampingan. Rumah adat Hibulamo tidak asing untuk kegiatan adat tapi telah menjadi wadah rekonsiliasi di bumi Halmahera sehingga budaya ini perlu dipertahankan dan dilestarikan.

Akar konflik horisontal di Kecamtan Tobelo adalah faktor ekonomi, dimana terjadi suatu kecemburuan sosial karena persaingan antara pelaku ekonomi dari komunitas Islam dan Kristen, permaianan elit politik menjelang suksesi pemilihan Umum Kepala Daerah. Konflik terjadi karena masalah Suku, Ras dan Agama (SARA).

Menurut Dani Titian (wawancara 18 April 2013) dampak dari terjadinya konflik yaitu terjadi kesenjangan sosial antara komunitas Islam dan Kristen yang ada di Tobelo. Hal ini sangat nampak pada setiap hajatan-hajatan komunitas tertentu, ketika sebelum terjadinya konflik horisontal hubungan antara kedua komunitas saling mengunjungi dalam acara tersebut, terjadi pergeseran pola interaksi baik antar individu, kelompok ataupun masyarakat, ini nampak tidak terjadi lagi saling mengunjungi ketika pada hari-hari besar antar kedua komunitas (Islam-Kristen) kalupun ada hanya sebatas pada keluarga dekat saja. Pola Interaksi sosial yang terjadi hanya sebatas kerabat atau keluarga ini nampak pada hajatan-hajatan keluarga (perkawinan dan kematian), adanya konflik tersebut

(10)

maka terjadilah pergeseran nilai-nilai budaya Hibua Lamo, masyarakat Tobelo tidak lagi mengedepanan adat melainkan Agama mereka masing-masing.

Menurut Rizky djafar (wawancara 18 April 2013) pada saat itu upaya-upaya yang ditempuh dalam mengatasi pergeseran budaya Hibua Lamo, para pemuka agama dan para tokoh adat dua komunitas tersebut yang ada di Tobelo berusaha untuk melerai dengan mengampanyekan perdamaian, namun gagal dan kedua kelompok itu harus berpisah untuk sementara waktu dengan mengungsi, seakan-seakan saling bermusuhan dengan saling mencurigai. Tepatnya 19 April 2001 warga masyarakat Tobelo dan sekitarnya bersumpah untuk meninggalkan masa kelabu dan berjanji untuk menghentikan kerusuhan. Dan dengan keyakinan adat adalah perekat dari semua keyakinan mereka pun menggelar upacara deklarasi damai .Pertemuan dalam deklarasi itu pun didengungkan dan mengangkat adat untuk dijadikan sarana perdamaian kemudian berjalan damai hingga sekarang.

Lebih Lanjut menurut ajun (wawancara 18 April 2013)Peran pemerintah terhadap budaya Hibua Lamo adalah dari pihak lembaga adat sendiri dan pemerintah daerah tidak pernah terjadi lagi ketimpangan ataupun permasalahan yang berhubungan dengan pelaksanaan otonomi daerah karena posisi jabatan-jabatan strategis di duduki oleh elit-elit politik di daerah, misalnya kepala adat Halmahera Utara di pegang oleh Bupati Halmahera Utara sebagai Jiko Makolano serta sekretaris lembaga adat Hibua Lamo di pegang oleh seorang anggota DPRD Kab. Halut. Terkait adat dan konflik, masyarakat Tobelo juga menganalogikan sederhana “Kalau setiap rapat-rapat yang digelar kalau terjadi konflik maka solusinya selalu dikatakan biar nanti diselesaikan secara adat. Budaya Hibua Lamo merupakan jembatan perdamaian masyarakat Tobelo yang harus dipertahankan dan dilestarikan.

Dari berbagai informasi diatas maka bisa di tarik benang merah bahwa sumber utama konflik di Halmahera Utara 1999 adalah akibat perebutan wilayah agama. Namun isu agama seakan dibungkus secara rapi dengan berbagai macam isu, seperti kebijakan pembentukan Kecematan Malifut, isu perebutan kursi gubernur, isu perebutan sumber daya alam, isu penempatan ibu kota propinsi dan

(11)

masih banyak lagi isu yang berkembang sehingga menjadi diagnosa analisis untuk memahami akar penyebab konflik tersebut. Namun perebutan wilayah agama adalah isu sentral dan ini menjadi target akhir dari gerakan tersebut. Semangat untuk menjadikan Halmahera Utara sebagai basis gerakan sudah terbangun ribuan tahun silam dimana kedua agama (Islam-Kristen) ini saling berlomba membangun hegemoni di tanah daratan tersebut. Fenomena inilah yang menjadi warisan sejarah dimana tercipta masyarakat yang memiliki sikap tetap negatif, emosi tetap tinggi, membedakan antara satu dengan yang lain dengan latar belakan agama yang dikedepankan. Terkait dengain faktor ini, tidak tercipta keharmonisan diantara kedua agama tersebut. Ketidak harmonisan ini kemudian menjadi lahan subur munculnya konflik agama.

Dari hasil penelitian dan pembahasan diatas maka penulis berasumsi bahwa kebudayaan Hibua Lamo yang ada di Tobelo sangat berpengaruh pada masyarakat yang ada di Tobelo. Realitas soasial dalam masyarakat Tobelo adalah hidup berdampingan antara suku dan agama yang berbeda-beda khususnya agama Kristen dan agama Islam . Kedua agama tersebut membawa perubahan besar bagi kehidupan sosial masyarakat, terutama dalam meletakan basis kepercayaan agama yang diyakininya. Hal ini membawa perbedaan sikap dalam melihat realitas kehidupan di dunia ini, atas dasar ajaran teologis mereka. Meskipun demikian, kedua agama tersebut sama-sama mengajarkan menghargai sesama umat, dengan harapan dapat mensejahterahkan manusia. Upaya Mencapai tujuan tersebut mereka melakukan politik penyebaran wilayah pengaruh agama yang memunculkan konflik.

Kenyataan dalam kehidupan sehari-hari , tingkah laku sosial tidak selalu sejalan dengan ajaran teologis, bahkan dapat menolaknya karena agama hanya diletakkan secara simbolis belaka. Hal ini dapat terjadi karena nilai-nilai ajaran tersebut tidak dilihat secara holistik tetapi dilihat secara parsial. Pelanggaran berat hak asasi manusia di Tobelo tentunya bukan karena ajaran agama yang salah tetapi ulah sebagian kecil manusia yang mempunyai kekuatan untuk memanfaatkan agama demi legitimasi kekuasaan. Konflik tersebut menimbulkan kerenggangan antara kedua agama yang ada di Tobelo, adanya konflik tersebut

(12)

menimbulkan pergeseran nilai-nilai kebudayaan Hibua Lamo yang ada di Tobelo. Upaya-upaya yang tempuh dalam mengatasi pergeseran tersebut tokoh agama, tokoh masyarakat antara kedua komunitas tersebut melalukan perdamaian.

Akhirnya pada Ramadhan 2001 berdamai. Deklarasi damai lakukan dengan adat. Semua senjata tombak, parang, bom diletakan di tengah lapangan. Lalu ada peristiwa sakral. Mereka saling bertukar pedang, lalu makan pinang sirih. Cara memberikan pinang sirih di ujung pedang. Setelah saling makan lalu minta maaf. Di atas senjata itu semua disiram dengan minyak kelapa (simbol ketenangan kejernihan dan gula sebagai simbol damai. Di atas siraman gula dan minyak itu mereka bersumpah. Jika setelah ini ada yang merencanakan peperangan akan jadi korban terlebih dahulu. Itulah pada tanggal 19 April 2001 hari perdamaian.

Patut di akui bahwa adat mempunyai dimensi sakral yang mampu menyatukan masyarakat. Dari situlah dilakukan monumen yaitu rumah besar budaya Hibua Lamo. Hibua Lamo adalah tempat bermusyawarah, menyelesaikan semua pertikaian dalam satu meja bersama, makan bersama minum bersama.

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

Uraian hasil penelitian diatas menyangkut Hibua Lamao maka penulis mengambil kesimpulan sebagi berikut:

Halmahera Utara terdapat suatu lembaga adat yang disebut dengan nama Hibua Lamo (rumah besar) yang sifatnya membawahi seluruh masyarakat adat yang ada di kecamatan dan desa di kabupaten Halmahera Utara, dimana lembaga adat tersebut menjalankan tugas, fungsi, hak dan wewenangnya dalam pelaksanaan otonomi daerah di kabupaten Halmahera Utara pada umumnya dan kecamatan Tobelo pada khususnya. Budaya ini merupakan perekat dari semua etnis, dan agama yang ada di Tobelo.

Lembaga adat Hibua Lamo merupakan kearifan lokal seluruh masyarakat adat Halmahera Utara yang sangat menjunjung tinggi nilai-nilai budaya juga

(13)

mempunyai peran penting dalam pelaksanaan otonomi daerah. Peran yang dimainkan oleh lembaga adat Hibua lamo tidak hanya peran adat atau masalah-masalah adat saja, melainkan peran yang menyangkut bidang-bidang lain seperti bidang-bidang pemerintahan/politik ekonomi, sosial, budaya dan keamanan. Adapun peran lembaga adat Hibua Lamo adalah merekonsiliasi kedua belah pihak yang bertikai serta terlibat dalam setiap pertemuan-pertemuan oleh pemerintah daerah

Saran

Dari uraian-uraian kesimpulan diatas,penulis dapat memberikan saran-saran sebagai berikut :

1. Diharapkan kepada seluruh masyarakat indonesia, khususnya masyarakat Tobelo, jangan menjadikan kemajemukan merupakan kunci pemicu konflik yang berakibat terganggunya hubungan sosial masyarakat, namun jadikanlah keragaman merupakan potensi dalam usaha pembangunan bangsa indonesia, dalam segala bidang khususnya bidang sosial budaya 2. Generasi muda sebagai penerus estafet pembangunan bangsa perlu

kiranya lebih mengetahui makna dari budaya Hibua Lamo serta nilai-nilai yang terkandung didalamnya yang perlu terus dijaga dan dilestarikan. 3. Diharapkan kepada para tokoh adat, tokoh agama,dan tokoh masyarakat

agar supaya turut memberikan pembinaan kepada generasi muda agar tetap bisa menjaga dan melestarikan nilai-nilai budaya agar dijadikan sebagai cermin untuk kehidupan mendatang khususnya nilai yang terkandung dalam budaya Hibua Lamo.

4. Kepada pihak pemerintah agar senantiasa memikirkan program yang mengarah pada pelestarian nilai-nilai luhur budaya bangsa secara umum dan budaya lokal Tobelo pada khususnya.

(14)

Koentjaraningrat. 2009 Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: PT. Rineka cipta Rafael Raga Maran. 2007Manusia dan Kebudayaan, Dalam Prespektif Ilmu

Budaya Dasar. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Warsito. 2012. Antropologi Budaya. Yogyakarta: Ombak

Syani Abdul. 1995. Sosiologi dan Perubahan Masyarakat . PT Dunia Pustaka Jaya.

Paskalina Kinugum 2008. Nilai-nillai Perkawinan Secara Suku Adat Asmat Desa SafanDstrik Agast Kabupataen Marauke Papua. Skrips Universitas Negeri Gorontalo.

Amrul Djana, Maria E Pandu dan H. M. Darwis 2011. jurnal Interaksi Sosial Pasca Konflik Horisontal (Studi Kasus Pada Komunitas Islam-Kristen di Kecamtan Tobelo Utara Kabupaten Halmahera Utara)

Pemda Halmahera Utara dan Dinas PariwisataHalmahera Utara

html.DTDLeadership. powered by vBuletin. Copyright ©2000, Jelsoft Enterprise Ltd.co.id)

Referensi

Dokumen terkait

Kandungan total mikroba ( total plate count = TPC) susu kambing segar selanjutnya diuji menggunakan t-test dan menunjukkan populasi total mikroba lebih tinggi secara

Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan Nilai Perusahaan diproksikan dengan Price Earning Ratio, Profitabilitas diproksikan dengan Return On Equity, Likuiditas

Anggapan seperti itu harus dijawab oleh penyelenggara pendidikan di Perguruan Tinggi Hindu dengan melahirkan mahasiswa-mahasiswa yang intelek dan bertanggungjawab terhadap

Lantas, pada pengertian diatas jelas membutuhkan subyek dan obyeknya. Maka disandingkan dengan kata kewajiban dan hak tersebut, dengan kata suami dan istri, memperjelas bahwa

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Ibu hamil trimester III di Puskesmas Galur II mayoritas memiliki pengetahuan tentang IMD dalam kategori kurang (51,4%), oleh

Isu adalah suatu hal atau trending topic yang sedang di bicarakan saat ini yang bersifat kekinian, atau sementara tetapi jika di respon dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan

Untuk mendeskripsikan apakah ada pengaruh yang signifikan model pembelajaran problem posing dan pemberian motivasi terhadap kreatifitas berfikir matematika siswa

Ada beberapa hambatan dalam upaya penanggulangan kejahatan kasus pemalsuan Buku Pemilik Kendaraan Bermotor(BPKB). Diantaranya kurangnya pemahaman Lembaga Penjaminan