• Tidak ada hasil yang ditemukan

OKI (ORGANISASI KERJASAMA ISLAM) STUDI KASUS : PERAN ORGANISASI KERJASAMA ISLAM (OKI) DALAM KONFLIK THAILAND SELATAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "OKI (ORGANISASI KERJASAMA ISLAM) STUDI KASUS : PERAN ORGANISASI KERJASAMA ISLAM (OKI) DALAM KONFLIK THAILAND SELATAN"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

OKI (ORGANISASI KERJASAMA ISLAM)

STUDI KASUS : PERAN ORGANISASI KERJASAMA ISLAM (OKI) DALAM KONFLIK THAILAND SELATAN

Diajukan Sebagai Tugas Kelompok Mata Kuliah Regionalisme dan Globalisme A Dosen Pengampu : Indra Pahlawan S.Ip M.A

Oleh Kelompok 6 :

1. Anatasia Mutiara Putri 1501111957

2. Nur Auliani Safitri 1501121335

3. Rianti 1501111833

4. Sinta Asmara 1501111670

5. Sri Wulandari 1501111884

HUBUNGAN INTERNASIONAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS RIAU

PEKANBARU 2017

(2)

ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Organisasi Kerjasama Islam” dengan studi kasus Peran Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) dalam menangani konflik di Thailand Selatan. Seterusnya kami kirimkan shalawat beriringan salam kepada nabi Muhammad SAW sebagai suri teladan yang patut kita teladani, semoga Allah memberikan shalawat dan salam tersebut kepada Beliau.

Beragam upaya telah dilakukan dalam penyusunan makalah, yaitu dengan mendapatkan semua materi yang terdapat didalamnya dari berbagai sumber, seperti media elektronik dan beberapa jurnal yang mendukung dalam penyelesaian makalah ini. Kami bermaksud agar penulisan ini bermanfaat bagi semua pihak. Kami juga meminta maaf yang sebesar-besarnya apabila ada pihak yang merasa kurang nyaman dengan kata-kata dalam makalah ini, kami menyadari akan banyaknya kekurangan yang terdapat dalam karya ini, baik dari segi penulisan maupun yang lainnya.

Harapan kami yaitu makalah ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan pembaca mengenai pembahasan yang kami tulis. Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini.

Pekanbaru , 15 September 2017

(3)

iii DAFTAR ISI HALAMAN DEPAN... KATA PENGANTAR...ii DAFTAR ISI...iii BAB I PENDAHULUAN... 1.1Latar Belakang...1 1.2Rumusan Masalah...2 1.3Tujuan Penulisan...2 BAB II PEMBAHASAN... 2.1 Profil Organisasi Kerjasama Islam (OKI)...3

2.2 Tujuan dan Prinsip OKI...5

2.3 Struktur OKI...8

2.5 Peran OKI terhadap konflik Thailand Selatan...14

BAB III PENUTUP... 3.1 Kesimpulan...19

(4)

1

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang

OKI atau Organisasi Kerjasama Islam adalah suatu organisasi terbesar kedua setelah Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB). OKI berprinsip pada keyakinan terhadap agama Islam, penghormatan terhadap Piagam PBB, dan penghormatan terhadap hak asasi manusia universal. Dasar utama pembentukan OKI adalah untuk kepentingan umat Islam di seluruh dunia.

Dalam penyusunan tulisan ini, pembahasan mengenai studi kasus yaitu tentang masalah konflik di Thailand Selatan dimana negara ini merupakan negara yang tidak tergabung dalam Organisasi Kerjasama Islam, namun upaya penyelesaian konflik Thailand Selatan justru justru muncul dari organisasi internasional yang berbasis Islam, yaitu Organisasi Kerjasama Islam (OKI). Hal ini menjadi menarik, karena Thailand bukan merupakan negara anggota OKI dan juga bukan merupakan negara Islam.

Thailand Selatan merupakan salah satu negara yang memiliki lebih sari satu etnis agama, dan budaya. Mayoritas 70% penduduk Thailand adalah etnis Thai yang beragama Budha Therevada (sekitar 54 juta jiwa). Sedangkan sekitar 6 juta jiwa penduduk minoritas Thailand berasal dari etnis Melayu yang beragama Islam. Hal ini menjadikan Islam sebagai agama terbesar kedua di Thailand. Pada umumnya, penduduk Muslim ini menghuni wilayah Thailand bagian selatan. Masyarakat Muslim-Melayu inilah yang menjadi subjek utama dalam konflik Thailand Selatan. Konflik tersebut berkaitan dengan persengketaan wilayah dengan perbedaan latar belakang ras dan agama yang berkepanjangan.

Organisasi kerjasama Islam yang dahulu bernama Organisasi Konferensi Islam memiliki salah satu mandat sebagaimana yang tercantum dalam Piagam OKI yaitu untuk melindungi hak-hak muslim minoritas dan masyarakat

(5)

non-2

anggota.1 Piagam ini menyatakan bahwa OKI mengamanatkan Sekretariat Jenderal untuk menjamin hak-hak muslim minoritas dan masyarakat negara non-anggota. Dalam misinya OKI menjaga kelompok minoritas dan komunitas muslim di negara nonanggota dan melakukan intervensi atas nama perlindungan hak asasi manusia yang berkonsentrasi pada agama sebagai elemen penting yang mengikat muslim secara bersama.2 Maka dari mandat OKI yang disebutkan sebelumnya, OKI mempunyai tanggung jawab untuk menjaga kelompok minoritas Islam diseluruh dunia.

1.2Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam makalah ini yaitu ;

1. Bagaimana profil Organisasi Kerjasama Islam (OKI) ? 2. Apa tujuan dan prinsip OKI ?

3. Bagaimana Struktur OKI ?

4. Bagaimana peran OKI dalam menangani konflik di Thailand Selatan?

1.3Tujuan Penulisan

Tujuan dari penyusunan makalah ini yaitu: 1. Untuk mengetahui profil OKI

2. Untuk mengetahui tujuan, prinsip dan struktur Organisasi Kerjasama Islam (OKI)

3. Untuk mengetahui peran OKI dalam menangani konflik di Thailand Selatan

1 Charter of the Organisation of the Islamic Conference.

2 Lihat dilaman ,Kementerian Luar Negeri, “Organisasi Kerjasama Islam (OKI),

”http://www.kemlu.go.id/Pages/IFPDisplay.aspx?Name=MultilateralCooperation&IDP=4& P=Multilateral&l=id, diakses pad a 15 oktober 2017 pukul 20:59 WIB

(6)

3

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Profil Organisasi Kerjasama Islam

Organisasi Kerjasama Islam (OKI) merupakan organisasi antar pemerintah

(Intergovernmental Organization) yang beranggotakan 57 negara-negara Muslim.

Organisasi ini dimaksudkan untuk menjadi suara kolektif Dunia Muslim (al-

Ummah). Sebelumnya, Organisasi Kerjasama Islam dikenal dengan nama

Organisasi Konferensi Islam yang memiliki dimensi religius yang kuat sebagai ciri khas dan pembeda dengan organisasi internasional antar pemerintah lainnya. Secara umum latar belakang terbentuknya OKI adalah sebagai berikut:3

 Tahun 1964 : Pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Arab di Mogadishu timbul suatu ide untuk menghimpun kekuatan Islam dalam suatu wadah Internasional.

 Tahun 1965 : Diselenggarakan Sidang Liga Arab sedunia di Jeddah Saudi Arabia yang mencetuskan ide untuk menjadikan solidaritas Islamiyah dalam usaha melindungi umat Islam dari zionisme khususnya.

 Tahun 1967 : Pecah Perang Timur Tengah melawan Israel. Oleh karenanya solidaritas Islam di negara-negara Timur Tengah meningkat.

 Tahun 1968 : Raja Faisal dari Saudi Arabia mengadakan kunjungan ke beberapa negara Islam dalam rangka penjajagan lebih lanjut untuk membentuk suatu Organisasi Islam Internasional.

 Tahun 1969 : tanggal 21 Agustus 1969 Israel merusak Mesjid AL-Aqsha. Peristiwa tersebut menyebabkan memuncaknya kemarahan umat Islam terhadap Zionis Israel.

 Tanggal 22-25 September 1969 diselenggarakan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) negara-negara Islam di Rabat, Maroko untuk membicarakan

3Lihat dilaman https://id.scribd.com/doc/28694673/OIC-OKI-Organisasi-Konfrensi-Islam (ebook)

(7)

4

pembebasan kota Jerussalem dan Mesjid Al-Aqsha dari cengkraman Israel. Pada awalnya, tujuan dari pertemuan ini hanya untuk membahas insiden pembakaran terhadap Al-Aqsa. Namun pada akhirnya, setelah perdebatan panjang para peserta rapat kemudian membahas isu yang lebih luas. Pertemuan tersebut kemudian dianggap sebagai awal dari pembentukan Organisasi Kerja Sama Islam yang pada saat didirikan masih bernama Organisasi Konferensi Islam (OKI).

Kesekretariatan permanen OKI berada di Jeddah, Arab Saudi.4 OKI dianggap sebagai organisasi antar pemerintah terbesar kedua setelah PBB dan juga merupakan organisasi terbesar yang berhubungan dengan agama.5 Semenjak 1 Januari 2014, Sekretaris Jenderal OKI di jabat oleh H.E. Mr. Iyad Ameen Madani dari Arab Saudi menggantikan Ekmeleddin Ihsanoglu dari Turki.6

Anggota OKI merupakan negara-negara dengan latar perekonomian yang beragam. Namun, yang menjadi kekuatan ekonomi terbesar OKI adalah bergabungnya negara-negara penghasil minyak terbesar di dunia, serta beberapa negara dengan sumber daya alam yang melimpah. Sebagian besar negara Timur Tengah memegang peranan besar dalam jalannya OKI. Namun, OKI juga terdiri atas negara inti yang memiliki pengaruh yang signifikan dalam organisasi dan negara anggota lainnya yang memiliki peran pengikut. Oleh sebab itu, OKI juga terdiri dari beberapa kelompok elite kekuasaan dan beberapa negara yang kurang memiliki pengaruh dalam organisasi dalam mengambil keputusan penting. Namun terlepas dari ini, OKI dianggap relatif penting untuk anggotanya. Sebab, OKI

4 Informasi lihat di laman The Organization of Islamic Cooperation, “History,” OIC-OCI.org,

http://www.oicoci.org/oicv2/page/?p_id=52&p_ref=26&lan=en diakses pada 14 Oktober 2017 pukul 22:02 WIB

5 Ciljar Harders dan Metteo Legrenzi, 2008 ”Regionalism? Regional Cooperation, Regionalism and Regionalization inthe Middle East“, Surrey: Ashgate. hlm. 26

6The Organization of Islamic Cooperation, “Biography: Secretary General of OIC, H.E. Mr. Iyad

Ameen Madani," OIC-OCI.org,http://www.oic-oci.org/oicv2/page/?p_id=58 diakses pada 14 Oktober 2017 pukul 22:02 WIB

(8)

5

merupakan satu-satunya organisasi yang mampu menyatukan semua negara-negara-negara Islam dibawah satu atap.7

Di samping diperkuat oleh anggotanya, OKI juga didukung oleh beberapa entitas pengamat yang berasal dari berbagai latar belakang. Saat ini terdapat lima negara yang menjadi pengamat di OKI yaitu: 1). Bosnia dan Herzegovina (1994), 2). Republik Afrika Tengah (1996), 3). Kerajaan Thailand (1998), 4). Federasi Rusia (2005), 5).Negara Siprus Turki (1979). Ada juga satu organisasi komunitas Muslim yang menjadi pengamat yaitu Moro National Liberation Front (MNLF) dari Filipina (1977). Dua institusi Islam juga tercatat sebagai pengamat yaitu:

Parliamentary Union of The OIC Member State (PUOICM) dan Islamic

Conference Youth Forum for Dialogueand Cooperation (ICYPDC). Di luar itu,

organisasi internasional lainnya yang menjadi pengamat adalah: Perserikatan Bangsa-Bangsa (1976), Gerakan Non-Blok (1977), Liga Arab (1975), Uni Afrika (1977), dan Organisasi Kerjasama Ekonomi (1995).8

Selain membangun hubungan antar anggota dan dengan kelompok pengamat, OKI juga menjalin berbagai kerja sama dengan lembaga lainnya, di antaranya: Komite Kerja Sama Ekonomi dan Perdagangan (COMEC), Kantor Berita Islam Internasional (IINA), Bank Pembangunan Islam (IDB) dan Dana Solidaritas Islam (ISF).9

2.2 Tujuan dan Prinsip Organisasi Kerjasama Islam

Segala hal yang berkaitan dengan OKI diatur dalam Piagam OKI. Piagam OKI merupakan dokumen legal tertinggi. Piagam tersebut dirumuskan dalam dua pertemuan besar di masa-masa awal yaitu pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) yang dihadiri para raja, kepala negara, dan kepala pemerintahan negara-negara

7Lihat dilaman The Organization of Islamic Cooperation, “Home,"

OIC-OCI.org,http://www.oicoci. org/page_detail.asp?p_id=52 (diakses pada 14 Oktober 2017 pukul 22:02 WIB)

8 The Organization of Islamic Cooperation, “About OIC,” OICUN.org,http://www.oicun.org/2/23/

(diakses pada 14 Oktober 2017 pukul 22:02 WIB)

9 Shahram Akbarzadeh dan Samina Yasmeen, 2005. “Islam and the West: Reflection from Australia” .New South Wales: University of New South Wales Press.

(9)

6

Arab di Rabat, Maroko tahun 1969 serta Konferensi Tingkat Menteri (KTM) ke-III pada bulan Februari 1972 di Jeddah, Arab Saudi. Pada Konferensi Tingkat Menteri (KTM) III OKI bulan Februay 1972 telah diapdosi piagam organisasi yang berisi tujuan OKI secara lebih lengkap, yaitu : 10

1. Memperkuat/memperkokoh solidaritas diantara negara anggota yaitu Kerja sama bidang politik, sosial, budaya dan iptek, Perjuangan umat muslim untuk melindungi kehormatan kemerdekaan dan hak-haknya.

2. Aksi bersama untuk melindungi tempat-tempat suci umat Islam; Memberi semangat dan dukungan kepada rakyat Palestina dalam memperjuangkan haknya dan kebebasan mendiami daerahnya.

3. Bekerjasama untuk menentang diskriminasi rasial dan segala bentuk penjajahan; Menciptakan suasana yang menguntungkan dan saling pengertian diantara negara anggota dan negara-negara lain.

Pada KTT Islam ke-XI di Dakar, Senegal, yang diselenggarakan pada tanggal 13–14 Maret 2008, OKI mengamandemen piagam mereka seiring dengan perkembangan zaman dan isu yang berkembang di abad kedua puluh satu. Dalam pembukaan piagam yang baru ini dinyatakan nilai-nilai yang mendasari OKI seperti persatuan dan persaudaraan umat Islam, perdamaian dan keamanan internasional, penghormatan terhadap hak asasi manusia, serta perlindungan terhadap muslim minoritas.11 Piagam tersebut juga menyatakan bahwa OKI mengamanatkan Sekretariat Jenderal untuk menjamin hak-hak muslim minoritas dan masyarakat negara nonanggota. Dalam misinya OKI menjaga kelompok minoritas dan komunitas muslim di negara non-anggota dan melakukan intervensi

10 Informasi lihat dilaman http://thesis.umy.ac.id/datapublik/t51836.pdf diakses pada 13 Oktober

2017 pukul 22:28 WIB

11 The Organisation of the Islamic Cooperation,Charter of the Organisation of the Islamic Conference 1972,Preambule

(10)

7

atas nama perlindungan hak asasi manusia yang berkonsentrasi pada agama sebagai elemen penting yang mengikat muslim secara bersama.12

Sementara itu dari segi tujuan organisasi, amandemen Piagam OKI juga memperbaharui tujuan organisasi. Di sana tampak jelas bahwa meskipun nama dan fungsinya berorientasi pada agama, tujuan-tujuan OKI yang tertera di dalam piagamnya justru didasarkan pada konsep negara modern yang berdaulat. Hal tersebut tertuang jelas dalam pasal 1 Piagam OKI tahun 2008, Yakni:13

a. Mempromosikan hubungan antar negara berdasarkan keadilan, saling menghormati dan bertetangga yang baik untuk memastikan perdamaian global, keamanan, dan harmoni.

b. Menegaskan kembali dukungan bagi hak-hak masyarakat sebagaimana diatur dalam Piagam PBB dan Hukum Internasional.

c. Mendukung dan memberdayakan rakyat Palestina untuk menggunakan hak mereka untuk menentukan nasib sendiri dan membangun negara yang berdaulat dengan al-Qudsal-Sharif (Yerusalem) sebagai ibukotanya. d. Melindungi dan membela citra Islam yang sebenarnya, untuk memerangi

pencemaran nama baik Islam dan mendorong dialog antar peradaban dan agama.

e. Memajukan dan melindungi hak asasi manusia dan kebebasan dasar termasuk hak-hak perempuan, anak-anak, remaja, orang tua dan orangorang dengan kebutuhan khusus serta pelestarian nilai-nilai keluarga Islam.

f. Menekankan, melindungi dan mempromosikan peran keluarga sebagai unit alami dan mendasar dalam masyarakat.

12 Kementerian Luar Negeri, “Organisasi Kerjasama Islam (OKI),” Kemlu.go.id,

http://www.kemlu.go.id/Pages/IFPDisplay.aspx?Name=MultilateralCooperation&IDP=4&P=Mult ilateral&l=id, diakses pada 15 Oktober 2017 pukul 17:43 WIB

13 The Organization of Islamic Cooperation, “Home." Dikutip dari Skripsi Yurisa Irawan. 2016. “Strategi Resolusi Konflik Organisasi Kerjasama Islam dalam Konflik Thailand Selatan”. Universitas Andalas : Padang hlm 77 informasi lihat di laman (http://scholar.unand.ac.id/8501/5/Skripsi%20Yurisa%20Irawan.pdf) diakses pada 20 September 2017 pukul 13:15 WIB

(11)

8

g. Perlindungan hak-hak, martabat dan identitas agama dan budaya masyarakat Muslim dan minoritas di negara non-anggota; mempromosikan dan membela posisi bersatu pada isu-isu yang menjadi kepentingan bersama di forum internasional.

h. Bekerjasama dalam memerangi terorisme dalam segala bentuk dan manifestasinya, kejahatan terorganisir, perdagangan narkoba, korupsi, pencucian uang dan perdagangan manusia.

Untuk mewujudkan tujuan tersebut, negara anggota harus bertindak sesuai dengan prinsip-prinsip OKI berikut:14

1. Negara anggota berdaulat, mandiri dan setara dalam hak dan kewajiban. 2. Semua negara anggota wajib menyelesaikan perselisihan mereka melalui

cara damai dan menahan diri dari penggunaan ancaman kekuatan dalam hubungan mereka.

3. Semua negara anggota harus berusaha untuk menghormati kedaulatan nasional, kemandirian dan keutuhan wilayah negara anggota lainnya dan harus menahan diri dari campuran tangan dalam urusan internal orang lain. 4. Negara anggota wajib menegakkan dan mempromosikan pada tingkat nasional dan internasional, pemerintahan yang baik, demokrasi, hak asasi manusia dan kebebasan dasar, dan aturan hukum. Berdasarkan uraian di atas, OKI mengonsolidasikan ikatan persaudaraan dan solidaritas diantara negara anggota, dan OKI juga menekankan pentingnya untuk menjadi organisasi yang baik dari masyarakat dunia dan menghormati kedaulatan, integritas dan martabat negara.

2.3 Struktur OKI

OKI memiliki beberapa struktur organisasi yang memiliki fungsinya masing-masing. Di dalam OKI struktur organisasi dibagi menjadi 4 bagian, yaitu

(12)

9

Badan-Badan Utama, Komite Khusus, Badan Subsider, Lembaga yang bersifat Otonom.15

a. Badan-Badan Utama dalam OKI

1. Konferensi Para Raja atau Kepala Negara/Pemerintah (The Conference of King of State and Government)

Konferensi ini merupakan badan tertinggi dalam OKI karena pembahasan yang dilakukan langsung oleh Para Raja dan Kepala Negara. Awalnya badan ini hanya melakukan sidang jika membahas sesuatu yang berkaitan dengan dunia Islam, sehingga perlu dilakukan koordinasi dan pengkajian terhadap kebijakan-kebijakan yang dilakukan. Lalu pada KTT III di Mekah (Januari 1981), diputuskan bahwa KTT diadakan 3 tahun sekali untuk menetapkan kebijakan- kebijakan yang diambil OKI dalam menghadapi permasalahan-permasalahan yang ada.

2. Konferensi Para Menteri Luar Negeri (The Islamic Conference of Ministers of Foreign Affairs)

Konferensi Para Menteri Luar Negeri (KTM) , tertera dalam artikel V Piagam OKI diadakan setahun sekali. Pertemuan ini bertujuan untuk memeriksa dan menguji hasil-hasil yang telah dicapai dari implementasi atas kebijakan-kebijakan yang di ambil dari KTT sebelumnya.

KTM sebenarnya tidak hanya dilakukan sekali dalam setahun, jika ada hal yang mendesak yang diangggap penting, maka KTM Luar Biasa dapat diadakan atas permintaan satu atau beberapa negara anggota ataupula diminta oleh Sekretaris Jendral dengan persetujuan mayoritas dua per tiga negara anggota. KTM juga memiliki hak untuk dilakukannya sidang KTT. Selain itu, yang menjadi agenda rutin dari Para Menteri Luar Negeri OKI adalah mengadakan Sidang Konsultasi Tingkat Menteri di PBB yang bertempat di New York, dalam rangka Sidang Umum PBB.

3. Sekretariat Jendral (The General Secretariat)

15 Organization Of Islamic Cooperation, Organization Structure Of the OIC, 2012. Tersedia dari

(13)

10

Sekretariat Jendral adalah badan eksekutif OKI yang dipimpin oleh Sekretari Jendral (Sekjen) dengan empat orang Asisten Sekjen. Pertama kali didirikan pada KTM di Jeddah, Saudi Arabia (Februari 1970). Sekjen dipilih oleh Dewan Menteri Luar Negeri selama 5 tahun sekali, dan dapat dipilih kembali sebanyak satu kali setelah masa jabatannya habis. Sekjen memiliki tugas utama sebagai orang yang dipercaya untuk menjalankan implementasi atas keputusan yang dikeluarkan pada KTT dan KTM. Markas besar Sekretariat Jendral OKI bertempat di Jeddah, Saudi Arabia. Adapun tugas dan tanggungjawabnya sebagai berikut:16

1) Membawa perhatian besar pada kecakapan (profesionalisme) berbagai hal yang berkaitan dengan OKI, dalam opini, melayani atau mengurangi tujuan-tujuan organisasi.

2) Menindaklanjuti keputusan implementasi, resolusi, dan rekomendasi KTT Islam dan dewan menteri luar negeri dan pertemuan kementrian lainnya.

3) Menyediakan negara-negara anggota dengan kertas kerja dan memoranda, dalam implementasi keputusan, resolusi, dan rekomendasi dari KTT dan dewan Menteri Luar Negeri.

4) Mengkoordinasikan dan mengharmonisasi pekerjaan pada bagian-bagian yang relevan yang ada pada organisasi.

5) Mempersiapkan program dan anggaran Sekretariat Jendral.

6) Menyalurkan komunikasi antara negara-negara dan memfasilitasi konsultasi dan pertukaran pandangan penyebaran informasi.

7) Melakukan sebagaimana fungsi lainnya yang dipercaya kepada Sekretariat Jendral oleh KTT atau dewan Menteri Luar Negeri.

8) Mengumpulkan laporan tahunan pada dewan Menteri Luar Negeri pada fungsi/kerja organisasi.

16 Organization Of Islamic Cooperation, Organization of Structure Of OIC , 2011. Lihat dilaman

(14)

11

4. Mahkamah Islam Internasional (The International Islamic Court of Justice)

Mahkamah Islam Internasional ini memiliki fungsi untuk menyelesaikan sengketa antar negara anggotanya secara damai. Mahkamah ini lahir setelah diadakannya KTT III di Mekah, dan bertempat di Kuwait sesuai dengan putusan KTT XIII di Niamey.

b. Komite Tetap

Al Quds Comittee

Didirikan berdasarkan pada Resolusi 1/6P yang diadopsi dari KTM Jeddah pada tanggal 12-15 Juli 1975. Yang memiliki tujuan:

a) Untuk menindaklanjuti implementasi resolusi-resolusi dari Konferensi Islam dan organisasi internasional lainnya yang mendukung atau sejalan dengan OKI.

b) Mengimplementasikan seluruh resolusi konflik Arab-Israel pada relasi penting akan Al Quds dan Konflik.

Para komite melakukan pertemuan berdasarkan pada undangan dari ketua komite ini. Untuk segala sesuatu yang diperlukan dalam agenda pertemuan ini, Sekretariat Jendral lah yang memfasilitasinya.

Agen Bayt Mal Al Quds

Agen ini didirikan berdasarkan inisiatif dari Raja Hasan II, Raja Maroko pada Komite Al Quds saat sesi ke 15 di Ifrane, Maroko tahun 1995. Agen ini memiliki afiliasi dengan Komite Al Quds. Agen ini secara legal berdiri pada 30 Juli 1998.

Agen ini melaksanakan pertemuan pertamanya pada 14 Februari 2000 dibawah wewenang tinggi Raja Muhammad VI, Raja Maroko, ketua komote Al Quds dan Sekretariat Jendral OKI. Adapun tujuan-tujuan berdirinya agen ini sebagai berikut:

(15)

12 (Jerussalem).

2) Memperpanjang bantuan untuk penduduk Palestina dan institusinya di Kota Suci tersebut.

3) Memulihkan dan melindungi mesjid Al Aqsa dan situs-situs suci lainnya di Palestina, baik berupa situs budaya, agama, dan warisan arsitektur kuno.

Komite Tetap Masalah-Masalah Informasi dan Kebudayaan (Standing

Committee for Information and Cultural Affairs, COMIAC)

Komite ini bertugas dalam menyebarkan informasi-informasi mengenai kemuliaan Islam ke publik internasional, khususnya mengenai Palestina dan Al Quds Al Sharif. Komite ini juga berfokus dalam mengahadapi kampanye negatif mengenai agama Islam dan kaum muslimin. Komite ini bermarkas di Dakar, Senegal dan beranggotakan seluruh negara-negara anggota OKI.

Komite Tetap untuk Ekonomi dan Kerjasama Perdagangan (The Standing

Committee for Economic and Commercial Cooperation, COMCEC)

Komite ini lahir berdasarkan KTT III di Mekah Al-Mukarramah dan Kerajaan Taif Saudi Arabia pada Januari 1981. Komite memiliki fungsi untuk menindaklanjuti resolusi dibidanh ekonomi dan perdagangan, melihat peluang dengan penguat kerjasama diantara negara-negara anggota, dan mempersiapkan program-program dan proposal-proposal yang mampu meningkatkan kapasitas pada bidang ekonomi dan kerjasama perdagangan ini. Keanggotaan komite ini melingkupi seluruh negara-negara anggota OKI.

Komite Tetap mengenai Pengetahuan dan Teknologi (The Standing

Committee for Scientific and Technological Cooperation, COMSTECH)

Komite ini lahir berdasarkan KTT III di Mekah Al-Mukarramah dan Kerajaan Taif Saudi Arabia pada Januari 1981. Komite ini berfungsi untuk menindaklanjuti permasalahan dalam bidang pengetahuan dan teknologi (Saintek). Mempelajari peluang dibidang Saintek ini dan melakukan penguatan kerjasama dengan negara-negara anggota dan mempersiapkan program-program agar meningkatkan kapasitas bidang Saintek ini.

(16)

13

c. Badan-Badan Subsider

Badan-badan Subsider itu adalah sebagai berikut:17

1. Statistical, Economic, Social Reseach and Training Center for

Countries (SESRIC), sebagai pusat latihan dan riset statistik, ekonomi,

sosial, dan bidang lainnya. Bertempat di Ankara, Turki.

2. Research Center for Islamic History, Art and Culture. Salah satu

tujuannya adalah melaksanakan pertemuan para ilmuwan, peneliti, seniman, isntitusi, organisasi, dan kelompok lainnya baik di dalam dan di luar dari negara anggota yang mana sepakat dengan penelitian dan objek kajian terhadap aspek peradaban Islam. Bertempat di Istambul, Turki.

3. Islamic University of Technology (IUT), badan ini memiliki tujuan

membantu perkembangan SDM pada negara-negara anggota OKI di bidang teknik, teknologi, dan pendidikan kejuruan. Bertempat di Bangladesh.

4. Islamic Center for Development of Trade (ICDT), tujuannya yaitu

mempromosikan pertukaran perdagangan diantara negara-negara anggota. Bertempat di Maroko.

5. International Islamic Fiqh Academy (IIFA), bertujuan secara teoritis

maupun praktik dalam mencapai kesatuan umat Islam dengan kerja keras untuk mengimplementasikan nilai-nilai syariah dalam lingkup individu, sosial, dan juga internasional. Juga untuk menguatkan jaringan komunitas muslim dengan kepercayaannya terhadap Islam. Bermarkas di Jeddah, Arab Saudi.

6. Islamic Solidarity Fund and its Waqf (ISF), bertujuan untuk

langkah-langkah yang memungkinkan dalam meningkatkan intelektualitas dan moral umat muslim di dunia. Selain itu juga menyediakan alat-alat ataupun bahan kebutuhan dalam kasus bencana alam atau kasus yang disebabkan oleh manusia yang menimpa negara-negara Islam.

17 Organization Of Islamic Cooperation, Subsidiary Organ, 2011 dilaman

(17)

14 Bermarkas di Jeddah, Arab Saudi.

d. Lembaga yang Bersifat Otonom

Lembaga-lembaga tersebut diantaranya adalah Bank Pembangunan Islam di Jeddah, Kantor Berita Islam Internasional di Jeddah, dan Organisasi Penyiaran Islam di Jeddah.

2.5 Studi Kasus Peran OKI dalam konflik Thailand Selatan

Masyarakat Thailand tergolong heterogen dari segi etnis dan agama. Mayoritas 70% penduduk Thailand adalah etnis Thai yang beragama Budha Therevada (sekitar 54 juta jiwa). Sedangkan sekitar 6 juta jiwa penduduk minoritas Thailand berasal dari etnis Melayu yang beragama Islam. Hal ini menjadikan Islam sebagai agama terbesar kedua di Thailand. Pada umumnya, penduduk Muslim ini menghuni wilayah Thailand bagian selatan. Masyarakat Muslim-Melayu inilah yang menjadi subjek utama dalam konflik Thailand Selatan. Konflik tersebut berkaitan dengan persengketaan wilayah dengan perbedaan latar belakang ras dan agama yang berkepanjangan.

Muslim di Thailand sebetulnya terdiri atas dua golongan besar, yaitu kaum Muslim Melayu yang bermukim di wilayah Thailand Selatan dan Muslim Thai yang bermukim di Thailand Tengah dan Thailand Utara. Antara Muslim Thai dan Muslim Melayu ini terdapat perbedaan yang signifikan. Masyarakat Muslim Thai lebih majemuk dibandingkan dengan Muslim Melayu. Mereka telah mengalami proses sosialisasi yang seragam melalui pendidikan, pasar, media, serta institusiinstitusi politik dan sosial yang ada di Thailand. Muslim Thai juga telah banyak yang menerapkan kebudayaan Buddha di dalam kehidupan sehari-hari. Mereka bahkan biasa menikah dengan orang-orang Thailand yang beragama Buddha.18

Secara administratif Muslim Melayu di Thailand terkonsentrasi di Thailand Selatan yang terdiri dari empat provinsi: Pattani, Narathiwat, Yala, dan

18 Malik Ibrahim, “Seputar Gerakan Islam di Thailand: Suatu Upaya Melihat faktor Internal dan Eksternal,” Sosio-Religia, Vol. 10, No. 1 (Februari: 2012): 134.

(18)

15

Songkhala. Sedangkan secara sosiologis-kultural masyarakat Muslim Melayu di Thailand selatan merupakan kelompok minoritas yang berbeda dengan kelompok Thai pada umumnya. Adanya keterikatan sejarah yang kuat dengan Kelantan dan Kedah (Malaysia) menjadikan masyarakat Muslim Melayu di Thailand tetap menggunakan bahasa Melayu. Pada awal perkembangannya, Thailand dan Thailand Selatan memiliki hubungan yang baik yang ditunjukkan dengan adanya sikap saling menghargai dan menghormati antara satu kelompok dengan kelompok yang lain. Namun, dalam proses asimilasi etnis Melayu Muslim ke dalam masyarakat Thailand yang dibentuk oleh pemerintah telah menciptakan kesenjangan ekonomi, politik, sosial, dan budaya. Kondisi yang seperti ini semakin diperburuk dengan keputusan pemerintah Thailand untuk menciptakan negara modern dengan ideologi Buddhisme dan Militerisme.

Elit politik dan sektor publik didominasi oleh etnis Thai baik itu di tingkat nasional maupun lokal. Kemudian, pemerintah Thailand meluncurkan kebijakan, bahwa dalam setiap sekolah sekuler diharuskan menggunakan bahasa Thailand. Akibatnya, masyarakat Muslim-Melayu semakin terpinggirkan19. Kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah ini tentu saja ditentang oleh masyarakat Muslim Melayu yang berada di Thailand Selatan. Satu per satu kelompok pemberontakan mulai bermunculan.

Kelompok pemberontakan yang muncul, diantaranya adalah: Kelompok Haji Sulong, Barisan Revolusi Nasional (BRN), Barisan Nasional Pembebasan Pattani (BNPP), dan The Pattani United Liberation Organization (PULO).20Mereka memiliki berbagai tuntutan seperti: pemberian otonomi terhadap Thailand Selatan; menjadikan Pattani sebagai bagian dari Federasi Tanah Melayu; atau menggabungkan Thailand Selatan dengan Indonesia. Namun, keinginan dari kelompok ini ditolak oleh pemerintah Thailand sehingga

19 John Fuston, Thailand’s Southern Fires : The Malaysian Factor, Research School of Pacific and Asian Studies (RSPAS), (Canberra: Australian National University, 2006).

20 Uthai Dulyakasem, “Muslim-Malay Separatism in Southern Thailand Factors Underlying the Political Revolt,” in Armed Separatism in Southeast Asia, ed. Joo-Lock, Lim and Vani S.(Singapore: ISEAS,1984)

(19)

16

masyarakat Thailand mulai melakukan tindakan bersenjata, sehingga kerusuhan di Pattani pun tidak terelakkan.

Pemberontakan yang mereka lakukan berbentuk kekerasan seperti upaya sabotase terhadap fasilitas infrastruktur milik pemerintah, seperti pengeboman jembatan, gedung-gedung pemerintahan, dan infrastruktur milik negara lainnya.

Pada tahun 2004 beberapa insiden kerusuhan kembali melanda Thailand Selatan, terutama di wilayah Pattani, Yala, dan Narathiwat. Insiden dimulai dengan penyerbuan terhadap markas militer Distrik Arion di Thak Bhai, Provinsi Narathiwat yang menewaskan empat tentara Thailand serta hilangnya 300 senapan lengkap beserta amunisinya. Sejak peristiwa itu hingga pertengahan 2007, aksi kekerasan dan teror, pembunuhan, penculikan, dan peledakan bom terus-menerus mewarnai suasana di empat provinsi di Thailand Selatan yang mengakibatkan lebih dari dua ribu korban jiwa yang tewas.21

Konflik kekerasan di wilayah Thailand Selatan antara pemerintah Thailand dengan masyarakat Muslim Melayu. Secara historis, akar konflik dimulai ketika Kesultanan Pattani dijadikan wilayah Kerajaan Siam melalui Traktat Anglo-Siam tahun 1902. Perbedaan budaya, etnis, bahasa, dan agama masyarakat yang berbeda ini menjadi alasan konflik hingga saat ini. Melihat kejadian tahun 2004 di Thailand Selatan yang banyak menelan korban jiwa dengan daya rusak yang masif, OKI sebagai organisasi internasional yang mewadahi negara-negara Islam yang juga berfokus kepada permasalahan minoritas Muslim di wilayah non-anggota menaruh perhatian lebih kepada konflik tersebut. Keterlibatan awal OKI di Thailand Selatan dimulai pada tahun 2005, dimana OKI pertama kali mengecam tindak kekerasan yang diderita oleh masyarakat Muslim Melayu di Thailand Selatan. Disini, OKI hadir sebagai pihak yang melaksanakan resolusi konflik.

21 Futaqi, Afif . 2009. “Identitas Promordial: Konflik Thailand-Pattani” informasi lihat dilaman

(https://www.scribd.com/doc/24286426/Identitas-Primordial-Konflik-Thailand-Patani) diakses pada 14 oktober 2017 pukul 24:10 WIB

(20)

17

Dilihat dengan menggunakan Model Hourglass, strategi resolusi konflik yang dilakukan OKI di Thailand Selatan adalah: 1) conflict transformation, 2)

conflict settlement, dan 3) conflict containment. Tujuannya adalah mencegah agar

konflik kekerasan tidak terulang kembali (preventing violent conflict) baik itu mencegah secara mendalam (deep prevention) maupun secara ringan (light

prevention).

1) Dalam menjalankan conflict transformation, OKI merespons secara strategis konflik dengan cultural peacebuilding dan structural

peacebuilding.

Respons strategis cultural peacebuilding dilakukan dengan misi pencarian fakta untuk mencari akar konflik dari tahun 2005. Dari hasil pencarian akar konflik, ternyata ditemukan permasalahan utama konflik Thailand Selatan disini adalah persoalan etnis yang kemudian meluas menjadi pelanggaran hak asasi manusia. Atas temuan ini OKI menyarankan kepada Pemerintah Thailand agar melakukan power-sharing secara kultural dengan mengakui keberadaan etnis Muslim Melayu dengan segenap budaya dan nilai-nilai mereka. Dengan begitu OKI bermaksud melakukan deep prevention.

Respons strategis structural peacebuilding OKI dilakukan dengan turut membantu pembangunan msyarakat di Thailand Selatan dengan memperbaiki struktur internal Thailand yang kiranya dapat memperbaiki stratifikasi etnis di tengah masyarakat. Namun, sebagai pihak ketiga dan organisasi yang menghormati kedalautan sebuah negara, OKI melakukannya sesuai dengan kapasitasnya yaitu melalui saran-saran konstruktif OKI kepada pemerintah Thailand. OKI menyarankan kepada pihak Thailand untuk memberikan otonomi khusus kepada Thailand Selatan yang diduduki oleh etnis Muslim Melayu dan memberikan perlindungan pengawasan hak asasi manusia di Thailand Selatan. Dengan demikian dikatakan OKI berusaha mencegah konflik secara mendalam

(21)

18

2) Dalam menjalankan conflict settlement, OKI melakukan respons strategis

peacemaking dengan mengirimkan duta khusus ke Thailand Selatan,

membuka saluran diplomasi, menjadi mediator Pemerintah Thailand dengan Kelompok Pemberontak, serta melakukan negosiasi dengan kedua belah pihak. Tujuan OKI melakukan hal tersebut, jika dilihat dari resolusi konflik adalah untuk mencegah konflik kekerasan secara ringan (light

prevention).

3) Dalam menjalankan conflict containment, OKI melakukan respons strategis peacekeeping dengan terus-menerus memonitor konflik yang terjadi dan berusaha untuk menahan gejolak yang terjadi antara masyarakat Muslim Thailand Selatan dengan pemerintah Thailand lewat resolusi yang dikeluarkan tahun 2010, 2013, dan 2015. Tujunnya adalah untuk mencegah konflik kekerasan secara ringan (light prevention).

(22)

19

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan

Organisasi Kerjasama Islam (OKI) merupakan organisasi antar pemerintah

(Intergovernmental Organization) yang beranggotakan 57 negara-negara Muslim.

Organisasi ini dimaksudkan untuk menjadi suara kolektif Dunia Muslim (al-

Ummah).

Berdirinya OKI tidak lepas dari kondisi politik Dunia Islam. Pada tanggal 25 September 1969, para pemimpin negara-negara Arab berkumpul di Rabat, Maroko untuk membahas insiden pembakaran Masjid Al-Aqsa di Yerusalem oleh kelompok Zionis Israel. Pertemuan tersebut merupakan konferensi tingkat tinggi pertama yang dihadiri oleh para pemimpin negara-negara Arab. Pada awalnya, tujuan dari pertemuan ini hanya untuk membahas insiden pembakaran terhadap Al-Aqsa. Namun pada akhirnya, setelah perdebatan panjang para peserta rapat kemudian membahas isu yang lebih luas. Pertemuan tersebut kemudian dianggap sebagai awal dari pembentukan Organisasi Kerja Sama Islam yang pada saat didirikan masih bernama Organisasi Konferensi Islam (OKI).

Pada Konferensi Tingkat Menteri (KTM) III OKI bulan Februay 1972 telah diapdosi piagam organisasi yang berisi tujuan OKI secara lebih lengkap, yaitu : 1. Memperkuat/memperkokoh solidaritas diantara negara anggota yaitu Kerja

sama bidang politik, sosial, budaya dan iptek, Perjuangan umat muslim untuk melindungi kehormatan kemerdekaan dan hak-haknya.

2. Aksi bersama untuk melindungi tempat-tempat suci umat Islam; Memberi semangat dan dukungan kepada rakyat Palestina dalam memperjuangkan haknya dan kebebasan mendiami daerahnya.

3. Bekerjasama untuk menentang diskriminasi rasial dan segala bentuk penjajahan; Menciptakan suasana yang menguntungkan dan saling pengertian diantara negara anggota dan negara-negara lain.

(23)

20

Adapun struktur oki adalah sebagai berikut :

a. Badan-Badan Utama dalam OKI

1. Konferensi Para Raja atau Kepala Negara/Pemerintah (The Conference of

King of State and Government)

2. Konferensi Para Menteri Luar Negeri (The Islamic Conference of Ministers of Foreign Affairs)

3. Sekretariat Jendral (The General Secretariat)

4. Mahkamah Islam Internasional (The International Islamic Court of Justice)

b. Komite Tetap

 Al Quds Committee

 Agen Bayt Mal Al Quds

 Komite Tetap Masalah-Masalah Informasi dan Kebudayaan (Standing

Committee for Information and Cultural Affairs, COMIAC)

 Komite Tetap untuk Ekonomi dan Kerjasama Perdagangan (The Standing

Committee for Economic and Commercial Cooperation, COMCEC)

 Komite Tetap mengenai Pengetahuan dan Teknologi (The Standing

Committee for Scientific and Technological Cooperation, COMSTECH)

c. Badan-Badan Subsider

1. Statistical, Economic, Social Reseach and Training Center for Countries

(SESRIC),

2. Research Center for Islamic History, Art and Culture

3. Islamic University of Technology (IUT),

4. Islamic Center for Development of Trade (ICDT),

5. International Islamic Fiqh Academy (IIFA),

6. Islamic Solidarity Fund and its Waqf (ISF),

d. Lembaga yang bersifat otonom

Lembaga-lembaga tersebut diantaranya adalah Bank Pembangunan Islam di Jeddah, Kantor Berita Islam Internasional di Jeddah, dan Organisasi Penyiaran Islam di Jeddah.

(24)

21

Studi kasus OKI yaitu mengenai konflik di Thailand Selatan. Konflik Muslim-Melayu inilah yang akan menjadi subjek utama dalam konflik Thailand Selatan. Konflik tersebut berkaitan dengan persengketaan wilayah dengan perbedaan latar belakang ras dan agama yang berkepanjangan. Secara sosiologis-kultural masyarakat Muslim Melayu di Thailand selatan merupakan kelompok minoritas yang berbeda dengan kelompok Thai pada umumnya

Secara historis, akar konflik dimulai ketika Kesultanan Pattani dijadikan wilayah Kerajaan Siam melalui Traktat Anglo-Siam tahun 1902. Perbedaan budaya, etnis, bahasa, dan agama masyarakat yang berbeda ini menjadi alasan konflik hingga saat ini. Melihat kejadian tahun 2004 di Thailand Selatan yang banyak menelan korban jiwa dengan daya rusak yang masif, OKI sebagai organisasi internasional yang mewadahi negara-negara Islam yang juga berfokus kepada permasalahan minoritas Muslim di wilayah non-anggota menaruh perhatian lebih kepada konflik tersebut. Keterlibatan awal OKI di Thailand Selatan dimulai pada tahun 2005, dimana OKI pertama kali mengecam tindak kekerasan yang diderita oleh masyarakat Muslim Melayu di Thailand Selatan. Disini, OKI hadir sebagai pihak yang melaksanakan resolusi konflik.

Dilihat dengan menggunakan Model Hourglass, strategi resolusi konflik yang dilakukan OKI di Thailand Selatan adalah: 1) conflict transformation, 2)

conflict settlement, dan 3) conflict containment. Tujuannya adalah mencegah agar

konflik kekerasan tidak terulang kembali (preventing violent conflict) baik itu mencegah secara mendalam (deep prevention) maupun secara ringan (light

(25)

22

DAFTAR PUSTAKA

Buku dan Jurnal :

Ciljar Harders dan Metteo Legrenzi, 2008 ”Regionalism? Regional Cooperation,

Regionalism and Regionalization inthe Middle East“, Surrey: Ashgat.

Futaqi, Afif . 2009. “Identitas Promordial: Konflik Thailand-Pattani” informasi lihat dilaman (https://www.scribd.com/doc/24286426/Identitas-Primordial-Konflik-Thailand-Patani).

Irawan. 2016. “Strategi Resolusi Konflik Organisasi Kerjasama Islam dalam

Konflik Thailand Selatan”. Universitas Andalas : Padang hlm 77 informasi lihat

di laman (http://scholar.unand.ac.id/8501/5/Skripsi%20Yurisa%20Irawan.pdf). John Fuston, Thailand’s Southern Fires : The Malaysian Factor, Research School

of Pacific and Asian Studies (RSPAS), (Canberra: Australian National University,

2006).

Lock, Lim and Vani S.(Singapore: ISEAS,1984).

Malik Ibrahim, “Seputar Gerakan Islam di Thailand: Suatu Upaya Melihat faktor

Internal dan Eksternal,” Sosio-Religia, Vol. 10, No. 1 (Februari: 2012)

Shahram Akbarzadeh dan Samina Yasmeen, 2005. “Islam and the West: Reflection from Australia” .New South Wales: University of New South Wales Press. Informasi lihat dilaman http://thesis.umy.ac.id/datapublik/t51836.pdf. The Organisation of the Islamic Cooperation,Charter of the Organisation of the

Islamic Conference 1972, Preambule

The Organisation of the Islamic Cooperation,Charter of the Organisation of the

Islamic Conference 1972, Preambule

The Organization of Islamic Cooperation, “Home." Dikutip dari Skripsi Yurisa Uthai Dulyakasem, “Muslim-Malay Separatism in Southern Thailand Factors

Underlying the Political Revolt,” in Armed Separatism in Southeast Asia, ed. Joo

Website :

Charter of the Organisation of the Islamic Conference.

http://www.kemlu.go.id/Pages/IFPDisplay.aspx?Name=MultilateralCooperation& IDP=4& P=Multilateral&l=id

https://id.scribd.com/doc/28694673/OIC-OKI-Organisasi-Konfrensi-Islam (ebook)

Kementerian Luar Negeri, “Organisasi Kerjasama Islam (OKI),” Kemlu.go.id, http://www.kemlu.go.id/Pages/IFPDisplay.aspx?Name=MultilateralCooperation& IDP=4&P=Mult ilateral&l=id,

Organization Of Islamic Cooperation, Organization of Structure Of OIC , 2011. Laman http://www.oic.oci.org.page/detail_asp?id=38

Organization Of Islamic Cooperation, Organization Structure Of the OIC, 2012. http ://www.oic.un.org/oic_organ_links.asp

Organization Of Islamic Cooperation, Subsidiary Organ, 2011, http://www.oic.oci.org.page/detail_asp?id=64

(26)

23

The Organization of Islamic Cooperation, “About OIC,” OICUN.org,http://www.oicun.org/2/23/

The Organization of Islamic Cooperation, “Biography: Secretary General of OIC, H.E. Mr. Iyad Ameen Madani," OIC-OCI.org,http://www.oic-oci.org/oicv2/page/?p_id=58

The Organization of Islamic Cooperation, “History” OIC-OCI.org, http://www.oicoci.org/oicv2/page/?p_id=52&p_ref=26&lan=en

The Organization of Islamic Cooperation, “Home," OIC-OCI.org, http://www.oicoci. org/page_detail.asp?p_id=52

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perlakuan perbandingan kulit-air serta pemberian interval agitasi yang berbeda pada proses pembuatan gelatin tipe B dari kulit

Selain itu juga disebabkan karena jumlah electron valensi yang lebih sedikit, energy ionisasi dan keelektronegatifan yang lebih kecil, sehingga kereaktifan logam

Adapun saran yang didapat dari penelitian ini adalah, masih perlu banyak dilakukan penelitian-penelitian lain mengenai keanekaragaman hayati di Taman Nasional Danau Sentarum

(1) Perkawinan bagi Non Islam yang sudah dilakukan menurut agama dan kepercayaannya, wajib diberitahukan oleh yang bersangkutan atau keluarga atau kuasanya kepada Instansi

Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh pembelajaran melalui pendekatan Edutainment terhadap hasil belajar matematika materi simetri

Temuan penelitian tersebut bahwa untuk membangun kepuasan klien maka kualitas layanan yang diberikan harus bisa diandalkan (reliability), daya tanggap penyaji jasa

Compulsive Buying Behavior: The Effects of Pocket Money, Peer Acceptance, Money Retention and Its Impact on Borrowing... Universitas Kristen Satya Wacana,

Pada tahap uji coba lapangan ini akan diberikan kepada subjek penelitian yaitu siswa kelas VII.9 di SMP Negeri 18 Palembang yang berjumlah 36 siswa dengan