• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH DISIPLIN DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA PT. TUNAS MITRA JAYA TUGAS AKHIR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH DISIPLIN DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA PT. TUNAS MITRA JAYA TUGAS AKHIR"

Copied!
53
0
0

Teks penuh

(1)

9

TUGAS AKHIR

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Guna Memperoleh Gelar Ahli Madya

Oleh FI FIE NIM. 11002791

AKADEMI AKUTANSI PERMATA HARAPAN BATAM

(2)

9

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kota Batam merupakan salah satu kawasan industri yang berkembang di wilayah

Indonesia, letaknya yang strategis yaitu berada dijalur pelayaran internasional antara

India dan Samudera Pasifik serta berbatasan dengan Negara Singapura yang memiliki

salah satu pelabuhan tersibuk di Dunia (BIFZA: 2014), menjadikan Kota Batam

memiliki nilai jual lebih dan menjanjikan dalam menarik investor dari berbagai

negara untuk melakukan investasi di Kota Batam. Sehingga ratusan bahkan ribuan

perusahaan didirikan di Kota Batam, agar perusahaan dapat mewujudkan tujuan

dalam menjalankan bisnisnya sehingga, diperlukan peranan sumber daya manusia

didalamnya karena berbagai bidang khususnya kehidupan berorganisasi, Karena

Organisasi merupakan kesatuan sosial yang dikoordinasikan secara sadar sebuah

batasan yang reaktif dapat diidenfikasikan, bekerja secara terus menerus untuk

mecapai tujuan (Robbins, 2006).

Keberhasilan suatu perusahaan sangat di pengaruhi oleh kinerja individu

karyawannya. Setiap perusahaan akan selalu berusaha untuk meningkatkan kinerja

karyawan, dengan harapan apa yang menjadi tujuan perusahaan akan tercapai. Salah

(3)

9

PT. Tunas Mitra Jaya merupakan sebuah perusahaan yang bergerak di bidang

distributor packaging dengan letaknya yang strategis di kota Batam dan target

pelanggan perusahaan multinasional sehingga perusahaan ini siap sedia untuk

mendukung secara keseluruhan setiap siklus produk. PT. Tunas Mitra Jaya telah

berkembang dari tahun ke tahun sehingga membutuhkan kedisiplinan dan motivasi

kerja yang dapat memenuhi kinerja karyawannya. Berawal dari karyawan yang sangat

berpotensial dalam hal pekerjaan, tetapi tingkat profesionalitasnya seperti

kedisiplinan terhadap perusahaan sangat buruk dalam arti sering terlambat , sehingga

muncul pemikiran dari pemimpin untuk memberikan motivasi, melakukan training

kepada karyawan agar dapat memperbaiki sikap terhadap perusahaan. Sehingga

adanya keadilan dan tidak membeda-bedakan terhadap semua karyawan.

Berikut data absensi karyawan PT. Tunas Mitra Jaya dari tahun 2011-2015 :

Tabel 1.1 Data Keterlambatan Karyawan TMJ

No Tahun Keterlambatan (Orang) 1 2011 12 orang 2 2012 20 orang 3 2013 14 orang 4 2014 8 orang 5 2015 10 orang

(4)

9

Sukses tidaknya seorang karyawan dalam bekerja akan dapat diketahui

apabila perusahaan yang bersangkutan menerapkan sistem penilaian kinerja. Kinerja

dapat diartikan sebagai kinerja, hasil kerja atau prestasi kerja. Kinerja mempunyai

makna yang luas, bukan hanya menyatakan sebagai hasil kerja, tetapi juga bagaimana

proses kerja berlangsung. Kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas

yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan

tanggung jawab yang diberikan kepadanya (Mangkunegara, 2011:67). Kinerja

karyawan dipengaruhi oleh beberapa faktor baik yang berhubungan dengan tenaga

kerja itu sendiri maupun berhubungan dengan lingkungan perusahaan.

Salah satu hal yang mempengaruhi kinerja karyawan adalah disiplin. Disiplin

adalah sikap kesediaan dan kerelaan seseorang untuk mematuhi dan menaati

norma-norma peraturan yang berlaku disekitarnya (Singodimedjo, 2002 dalam buku Edy

sutrisno, 2009:86). Disiplin karyawan yang baik akan mempercepat tujuan

perusahaan, sedangkan disiplin yang merosot akan menjadi penghalang dan

memperlambat percapaian tujuan.

Kedisiplinan adalah kesadaran dan kesediaan seseorang menaati semua

(5)

9

Jaya kurangnya disiplin yang dimiliki oleh karyawan sehingga pencapaian kinerja

yang diharapkan perusahaan belum maksimal. Oleh sebab itu seorang pemimpin yang

baik harus berusaha agar para bawahannya mempunyai disiplin yang baik dan harus

memberikan motivasi dalam menjalankan disiplin yang baik dalam suatu perusahaan.

Selain hal di atas faktor motivasi juga tidak kalah penting dalam meningkatkan

kinerja karyawan. Motivasi dapat menjadi pendorong seseorang melaksanakan suatu

kegiatan guna mendapatkan hasil yang terbaik. Oleh karena itu, tidak heran jika

karyawan mempunyai motivasi kerja yang tinggi. Motivasi adalah suatu keahlian,

dalam mengarahkan pegawai dan organisasi agar mau bekerja secara berhasil,

sehingga keinginan para pegawai dan tujuan organisasi sekaligus tercapai (Edwin B

Flippo dalam buku Malayu S.P. Hasibuan, 2013:143). Motivasi secara umum

didefinisikan sebagai inisiasi dan pengarahan tingkah laku dan pelajaran motivasi

sebenarnya merupakan pelajaran tingkah laku (Merle J. Moskowits dalam buku

Malayu S.P. Hasibuan, 2013:143-144). Motivasi untuk bekerja ini sangat penting

bagi tinggi rendahnya produktivitas perusahaan. Tanpa adanya motivasi dari para

karyawan untuk bekerja sama bagi kepentingan perusahaan, maka tujuan yang telah

(6)

9

Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini berjudul “ Pengaruh Disiplin

dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Karyawan pada PT. Tunas Mitra Jaya”.

1.2 Batasan Masalah

Agar pembahasan tidak keluar dari konteks penelitian, maka di batasi hanya pada

disiplin dan motivasi kerja sebagai variable independen (X) terhadap kinerja

karyawan sebagai variable terikat (Y) pada PT. Tunas Mitra Jaya dan penelitian ini

hanya dilakukan pada karyawan permanent.

1.3 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah di kemukakan dalam latar belakang maka dapatlah

penulisan merumuskan suatu permasalahan, yaitu:

1. Apakah disiplin mempunyai pengaruh terhadap kinerja karyawan pada PT.

Tunas Mitra Jaya ?

2. Apakah motivasi kerja mempunyai pengaruh terhadap kinerja karyawan pada

(7)

9 1.4 Tujuan penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang sudah dirumuskan, maka tujuan penelitian

adalah:

1. Untuk mengetahui apakah disiplin berpengaruh terhadap kinerja karyawan

pada PT. Tunas Mitra Jaya.

2. Untuk mengetahui apakah motivasi kerja berpengaruh terhadap kinerja

karyawan pada PT. Tunas Mitra Jaya.

3. Untuk mengetahui apakah disiplin dan motivasi kerja bersama-sama

berpengaruh terhadap kinerja karyawan pada PT. Tunas Mitra Jaya.

1.5 Manfaat penelitian

Sesuai dengan permasalahan dan tujuan yang di tetapkan, manfaat yang di

harapkan adalah:

1. Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis yang dapat di ambil dari penelitian ini adalah dapat

(8)

9

Manfaat praktis yang dapat di ambil adalah sebagai bahan masukan bagi

perusahaan dalam rangka meningkatkan kinerja karyawan, sehingga tujuan

(9)

9 2.1 Kinerja Karyawan

2.1.1 Pengertian Kinerja

Istilah kinerja berasal dari kata job performance atau actual performance

(prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai oleh seseorang). Pengertian

kinerja (prestasi kerja) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai

oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab

yang diberikan kepadanya (Mangkunegara, 2011:67).

Menurut Bernandin & Russell memberi batasan mengenai performansi sebagai “the record of outcomes produced on a specified job function or activity during a specified time periode”, (catatan outcome yang dihasilkan dari fungsi suatu pekerjaan tertentu atau kegiatan selama untuk periode waktu tertentu). Sedangkan penilaian

reformansi adalah “a way of measuring the contributions of individuals to their organization”, (suatu cara mengukur kontribusi-kontribusi dari individu-individu anggota organisasi kepada organisasinya). Jadi, penilaian reformasi ini diperlukan

(10)

17

Dengan demikian menurut beberapa pendapat bahwa kinerja dapat disimpulkan yaitu

kombinasi dari kemampuan, usaha, dan kesempatan yang dapat dinilai dari hasil kerja karyawan tersendiri.

2.1.2 Indikator Kinerja

Ukuran secara kualitatif dan kuantitatif yang menunjukkan tingkatan pencapaian

suatu sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan adalah merupakan sesuatu yang dapat

dihitung serta digunakan sebagai dasar untuk menilai atau melihat bahwa kinerja

setiap hari dalam perusahaan dan perseorangan terus mengalami peningkatan sesuai

dengan rencana yang telah ditetapkan.

Menurut Sugiyono (2013:105) Indikator kinerja adalah sebagai berikut :

1. Kuantitas

Kuantitas merupakan jumlah yang dihasilkan dinyatakan dalam istilah

seperti jumlah unit, jumlah siklus aktivitas yang di selesaikan, kuantitas

yang di ukur dari presepsi pegawai terhadap jumlah aktivitas yang di

tugaskan berserta hasilnya.

2. Kualitas

Kualitas adalah ketaatan dalam prosedur, displin, dedikasi. tingkat dimana

hasil aktivitas yang dikehendaki mendekati sempurna dalam arti Diketahui

menyesuaikan beberapa cara ideal dari penampilan aktivitas, maupun

(11)

9

kerja di ukur dari persepsi pegawai terhadap kualitas pekerjaan yang

dihasilkan serta kesempurnaan tugas terhadap ketrampilan dan

kemampuan pegawai.

3. Keandalan

Keandalan adalah kemampuan untuk melakukan pekerjaan yang

disyaratkan dengan supervise minimum. kehandalan yakni mencakup

konsistensi kinerja dan kehandalan dalam pelayanan, akurat, benar dan

tepat.

4. Kehadiran

Kehadiran adalah keyakinan akan masuk kerja setiap hari dan sesuai

dengan jam kerja.

5. Kemampuan kerja sama

Kemampuan bekerja sama adalah kemampuan seorang tenaga kerja untuk

bekerja sama dengan orang lain dalam menyelesaikan suatu tugas dan

pekerjaan yang telah di tetapkan sehingga mencapai daya guna dan hasil

guna yang sebesar-besarnya.

2.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja

Menurut Mangkunegara (2011;68) menyatakan ada dua macam faktor yang

(12)

9 1. Faktor kemampuan

Yaitu faktor kemampuan secara psikologis kemampuan (ability) pegawai

terdiri dari kemampuan potensi (IQ) dan kemampuan realita (pendidikan).

Oleh karena itu pegawai perlu ditempatkan pada pekerjaan yang sesuai

dengan keahliannya.

2. Faktor motivasi

Faktor motivasi terbentuk dari sikap (attitude) seorang pegawai dalam

menghadapi situasi (situation) kerja. Motivasi merupakan kondisi yang

menggerakkan diri pegawai yang terarah untuk mencapai tujuan organisasi

(tujuan kerja). Sikap mental merupakan kondisi mental yang mendorong diri

pegawai untuk berusaha mencapai prestasi kerja secara maksimal.

2.2 Disiplin

2.2.1 Pengertian Disiplin

Menurut Singodimejo, Disiplin adalah sikap kesediaan dan kerelaan seseorang untuk mematuhi dan menaati norma-norma peraturan yang berlaku disekitarnya

(dalam Edy sutrisno, 2009:86). Disiplin karyawan yang baik akan mempercepat

tujuan perusahaan, sedangkan disiplin merosot akan menjadi penghalang dan

memperlambat pencapaian tujuan perusahaan.

Disiplin menunjukkan suatu kondisi atau sikap hormat yang ada pada diri

(13)

9

dan banyak dipakai, disiplin berarti tindakan yang diambil dengan penyediaan untuk

mengoreksi perilaku dan sikap yang salah pada sementara karyawan (Siagian, 2002

dalam buku Edy sutrisno, 2009:86). Bentuk disiplin yang baik akan tercemin pada

suasana, yaitu:

1. Tingginya rasa kepedulian karyawan terhadap pencapaian tujuan perusahaan.

2. Tingginya rasa semangat dan gairah kerja dan inisiatif pada karyawan dalam

melakukan pekerjaan.

3. Besarnya rasa tanggung jawab para karyawan untuk melaksanakan tugas

dengan sebaik-baiknya.

4. Berkembangnya rasa memiliki dan rasa solidaritas yang tinggi dikalangan

karyawan.

5. Meningkatnya efisiensi dan produktivitas kerja para karyawan.

Menurut Terry (Tohardi, 2002 dalam buku Edy sutrisno, 2009:87), disiplin merupakan alat penggerak karyawan agar tiap pekerja dapat berjalan dengan lancar,

maka harus diusahakan agar ada displin yang baik. Terry kurang setuju jika disiplin

hanya dihubungkan dengan hal-hal yang kurang menyenangkan (hukuman), karena

sebenarnya hukuman merupakan alat paling akhir untuk menengakkan disiplin.

Menurut Latainer (Soediono, 1995 dalam buku Edy sutrisno, 2009:87),

mengartikan disiplin sebagai suatu kekuatan yang berkembang di dalam tubuh

(14)

9

keputusan, peraturan, dan nilai-nilai tinggi dari pekerjaan dan perilaku. Dalam arti

sempit, biasanya di hubungkan dengan hukuman. Padahal sebenarnya menghukum

seorang karyawan hanya merupakan sebagian dari persoalan disiplin. Hal demikian

jarang terjadi dan hanya dilakukan bilamana usaha-usaha pendekatan secara

konstruktif mengalami kegagalan.

Menurut Beach (Siagian, 2002 dalam buku Edy sutrisno, 2009:87), disiplin

mempunyai dua pengertian. Arti yang pertama, melibatkan belajar atau mencetak

perilaku dengan menerapkan imbalan dan hukuman. Arti kedua lebih sempit lagi,

yaitu disiplin ini hanya bertalian dengan tindakan hukuman terhadap pelaku

kesalahan. Dari beberapa pendapat tersebut dapat dirumuskan bahwa yang dimaksud

dengan disiplin adalah sikap hormat terhadap peraturan dan ketetapan perusahaan,

yang ada dalam diri karyawan, yang menyebabkan ia dapat menyesuaikan diri

dengan sukarela pada peraturan dan ketetapan perusahaan.

2.2.2 Tujuan Disiplin

Keteraturan adalah ciri utama organisasi dan disiplin adalah satu metode untuk

memelihara keteraturan tersebut. Tujuan utama disiplin adalah untuk meningkatkan

efisiensi semaksimal mungkin dengan cara mencegah pemborosan waktu dan energy.

Selain itu, disiplin mencoba untuk mencegah kerusakan atau kehilangan harta benda,

mesin, peralatan dan perlengkapan kerja yang disebabkan oleh ketidakhati-hatian,

(15)

9

yang disebabkan karena kurang perhatian, ketidakmampuan, dan keterlambatan.

Disiplin berusaha mencegah permulaan kerja yang lambat atau terlalu awalnya

mengakhiri kerja yang disebabkan karena keterlambatan atau kemalasan. Disiplin

juga berusaha untuk mengatasi perbedaan pendapat antar karyawan dan mencegah

ketidaktaatan yang disebabkan oleh salah pengertian dan salah penafsiran.

Disiplin kerja dapat dilihat sebagai sesuatu yang besar manfaatnya, baik bagi

kepentingan organisasi maupun bagi para karyawan. Bagi organisasi adanya disiplin

kerja akan menjamin terpeliharanya tata tertib dan kelancaran pelaksanaan tugas,

sehingga diperoleh hasil yang optimal. Adapun bagi karyawan akan diperoleh

suasana kerja yang menyenangkan sehingga akan menambah semangat kerja dalam

melaksanakan pekerjaannya. Dengan demikian, karyawan dapat melaksanakan

tugasnya dengan penuh kesadaran serta dapat mengembangkan tenaga dan pikirannya

semaksimal mungkin demi terwujudnya tujuan organisasi.

2.2.3 Indikator Disiplin

Kedisiplinan harus ditegakkan dalam suatu organisasi perusahaan. Tanpa

dukungan disiplin karyawan yang baik, sulit perusahaan untuk mewujudkan

tujuannya. Jadi, kedisiplinan adalah kunci keberhasilan suatu perusahaan dalam

mencapai tujuannya.

Pada dasarnya banyak indikator yang mempengaruhi tingkat kedisiplinan

(16)

9 1. Tujuan dan Kemampuan

Tujuan dan kemampuan ikut mempengaruhi tingkat kedisiplinan karyawan.

Tujuan yang akan dicapai harus jelas dan di tetapkan secara ideal serta cukup

menantang bagi kemampuan karyawan. Hal ini berarti bahwa tujuan

(pekerjaan) yang dibebankan kepada karyawan harus sesuai dengan

kemampuan karyawan bersangkutan, agar dia bekerja sungguh-sungguh dan

disiplin dalam mengerjakannya.

2. Teladan Pimpinan

Teladan pimpinan sangat berperan dalam menentukan kedisiplinan karyawan

karena pimpinan dijadikan teladan dan panutan oleh para bawahannya.

Pimpinan harus memberi contoh yang baik, berdisiplin baik, jujur, adil, serta

sesuai kata dengan perbuatan. Dengan teladan pimpinan yang baik,

kedisplinan bawahan pun akan ikut baik. Jika teladan pimpinan yang baik,

kedisplinan bawahan pun akan ikut baik. Jika teladan pimpinan kurang baik

(kurang berdisplin), para bawahan pun akan kurang disiplin.

3. Balas Jasa

Balas jasa (gaji dan kesejahteraan) ikut mempengaruhi kedisiplinan karyawan

karena balas jasa akan memberikan kepuasan dan kecintaan karyawan

terhadap perusahaan/pekerjaannya. Jika kecintaan karyawan semakin baik

terhadap pekerjaan, kedisiplinan merekan akan semakin baik pula.

Untuk menwujudkan kedisiplinan karyawan yang baik, perusahaan harus

(17)

9

mungkin baik apabila jasa yang mereka terima kurang memuaskan untuk

memenuhi kebutuhan hidupnya serta keluarga.

4. Keadilan

Keadilan ikut mendorong terwujudnya kedisiplinan karyawan, karena ego dan

sifat manusia yang selalu merasa dirinya penting dan minta diperlakukan

sama dengan manusia lainnya.

Keadilan yang dijadikan dasar kebijaksanaan dalam pemberian balas jasa

(pengakuan) atau hukuman akan merangsang terciptanya kedisiplinan

karyawan yang baik. Manajer yang cakap dalam memimpin selalu berusaha

bersikap adil terhadap semua bawahannya. Dengan keadilan yang baik akan

menciptakan kedisiplinan yang baik pula. Jadi, keadilan harus diterapkan

dengan baik pada setiap perusahaan supaya kedisiplinan karyawan perusahaan

baik pula.

5. Waskat

Waskat (pengawasan melekat) adalah tindakan nyata da paling efektif dalam

menwujudkan kedisiplinan karyawan perusahaan. Dengan waskat berarti

atasan harus aktif dan langsung mengawasi perilaku, moral, sikap, gairah

kerja, dan prestasi kerja bawahannya. Hal ini berarti atasan harus selalu

ada/hadir di tempat kerja agar dapat mengawasi dan memberikan petunjuk,

jika ada bawahannya yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan

(18)

9 6. Sanksi Hukuman

Sanksi hukuman berperan penting dalam memelihara kedisiplinan karyawan.

Dengan sanksi hukuman yang semakin berat, karyawan akan semakin takut

melanggar peraturan-peraturan perusahaan, sikap, dan perilaku indispliner

karyawan akan berkurang. Berat/ringannya sanksi hukuman yang akan di

terapkan ikut mempengaruhi baik/buruknya kedisplinan karyawan. Sanksi

hukuman harus ditetapkan berdasarkan pertimbangan logis, masuk akal, dan

diinformasikan secara jelas kepada semua karyawan.

7. Ketegasan

Ketegasan pimpinan dalam melakukan tindakan akan mempengaruhi

kedisplinan karyawan perusahaan. Pimpinan harus berani dan tegas, bertindak

untuk menghukum setiap karyawan yang indispliner sesuai dengan sanksi

hukuman yang telah ditetapkan. Pimpinan yang berani bertindak tegas

menerapkan hukuman yang telah ditetapkan. Pimpinan yang berani bertindak

tegas menerapkan hukuman bagi karyawan yang indispliner akan disegani dan

diakui kepemimpinannya oleh bawahan.

8. Hubungan Kemanusiaan

Hubungan kemanusiaan yang harmonis di antara sesama karyawan ikut

menciptakan kedisiplinan yang baik pada suatu perusahaan.

Hubungan-hubungan yang baik bersifat vertikal maupun horizontal yang terdiri dari

direct single relationship, direct group relationship, dan cross relationship hendaknya harmonis.

(19)

9 2.2.4 Faktor-faktor Disiplin

Menurut Singodimedjo, 2000 (dalam buku Edy sutrisno, 2009:89), faktor yang

mempengaruhi disiplin karyawan adalah :

1. Besar kecilnya pemberian kompensasi

Besar kecilnya kompensasi dapat mempengaruhi tegaknya disiplin. Para

karyawan akan mematuhi segala peraturan yang berlaku, bila ia merasa

mendapat jaminan balas jasa yang setimpal dengan jerih payahnya yang

telah di kontribusikan bagi perusahaan. Bila ia menerima kompensasi

yang memadai, mereka akan dapat bekerja tenang dan tekun, serta selalu

berusaha bekerja dengan sebaik-baiknya. Akan tetapi, bila ia merasa

kompensasi yang diterimanya jauh dari memadai, maka ia akan berpikir

mendua, dan berusaha untuk mencari tambahan penghasilan lain di luar,

sehingga menyebabkan ia sering mangkir, sering minta izin keluar.

2. Ada tidaknya keteladanan pimpinan dalam perusahaan

Keteladanan pimpinan sangat penting sekali, karena dalam lingkungan

perusahaan, semua karyawan akan selalu memerhatikan bagaimana

pimpinan dapat menegakkan disiplin dirinya dan bagaimana ia dapat

mengendalikan dirinya dari ucapan, perbuatan, dan sikap yang dapat

merugikan aturan displin yang sudah di tetapkan.

(20)

9

Pembinaan disiplin tidak akan dapat terlaksana dalam perusahaan, bila

tidak ada aturan tertulis yang pasti untuk dapat dijadikan pegangan

bersama. Disiplin tidak mungkin ditegakkan bila peraturan yang dibuat

hanya berdasarkan instruksi lisan yang dapat berubah-ubah sesuai dengan

kondisi dan situasi.

Para karyawan akan mau melakukan disiplin bila ada aturan yang jelas

dan diinformasikan kepada mereka. Bila aturan disiplin hanya menurut

selera pimpinan saja, atau berlaku untuk orang tertentu saja, jangan

diharap bahwa para karyawan akan mematuhi aturan tersebut. Oleh sebab

itu, disiplin akan dapat di tegakkan dalam suatu perusahaan, jika ada

aturan tertulis yang telah disepakati bersama. Dengan demikian para

karyawan akan mendapatkan suatu kepastian bahwa siapa saja dan perlu

dikenakan sanksi tanpa pandang bulu.

4. Keberanian pimpinan dalam mengambil tindakan

Bila ada seorang karyawan yang melanggar disiplin, maka perlu ada

keberanian pimpinan untuk mengambil tindakan yang sesuai dengan

tingkat pelanggaran yang dibuatnya. Dengan adanya tindakan terhadap

pelanggar disiplin, sesuai dengan sanksi yang ada, maka semua karyawan

akan merasa terlindungi, dan dalam hatinya berjanji tidak akan berbuat hal

(21)

9 5. Ada tidaknya pengawasan pimpinan

Dalam setiap kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan perlu ada

pengawasan, yang akan mengarahkan para karyawan agar dapat

melaksanakan pekerjaan dengan tepat dan sesuai dengan yang telah

ditetapkan. Namun sudah menjadi tabiat manusia pula bahwa mereka

selalu ingin bebas, tanpa terikat atau diikat oleh peraturan apa pun juga.

Dengan adanya pengawasan seperti demikian, makan sedikit banyak para

karyawan akan terbiasa melaksanakan disiplin kerja. Mungkin untuk

sebagian karyawan yang sudah menyadari arti disiplin, pengawasan

seperti ini tidak perlu, tetapi bagi karyawan lainnya, tegaknya disiplin

masih perlu agak dipaksakan, agar mereka tidak berbuat semaunya dalam

perusahaan.

6. Ada tidaknya perhatian kepada para karyawan

Karyawan adalah manusia yang mempunyai perbedaan karakter antara

yang satu dengan yang lain. Seorang karyawan tidak hanya puas dengan

penerimaan kompensasi yang tinggi, pekerjaan yang menantang, tetapi

juga mereka masih membutuhkan perhatian yang besar dari pimpinannya

sendiri. Keluhan dan kesulitan mereka ingin didengar, dan di carikan jalan

keluarnya, dan sebagainya. Pimpinan yang berhasil memberi perhatian

yang besar kepada para karyawan akan dapat menciptakan disiplin kerja

(22)

9

mempunyai jarak dekat dalam artian jarak batin. Pimpinan demikian akan

selalu dihormati dan dihargai oleh para karyawan, sehingga akan

berpengaruh besar kepada prestasi, semangat kerja, dan moral kerja

karyawan.

7. Diciptakan kebiasaan-kebiasaan yang mendukung tegaknya disiplin

Pemimpin yang kurang baik, yang memakai kekuasaannya dengan

sewenang-wenang dan menggunakan ancaman terus-menerus, kadang

dapat memperoleh apa yang tampak sebagai disiplin yang baik, namun

rasa gelisah dan tidak tenteram yang timbul dari peraturan yang keras dan

paksaan saja, dapat meledak di muka pemimpin setiap waktu.

Dengan kepemimpinan yang baik, seorang pemimpin dapat berbuat

banyak untuk menciptakan iklim kerja yang memungkinkan penegakan

disiplin sebagai proses yang wajar, karena para karyawan akan menerima

serta mematuhi peraturan-peraturan dan kebijakan-kebijakan sebagai

pelindung bagi keberhasilan pekerjaan dan kesejahteraan pribadi mereka

2.3 Motivasi Kerja

2.3.1 Pengertian Motivasi

Menurut Edwin B Flippo (Malayu S.P. Hasibuan, 2013:143) Motivasi adalah suatu keahlian, dalam mengarahkan pegawai dan organisasi agar mau bekerja secara

(23)

9

Menurut American Encyclopedia (Malayu S.P. Hasibuan, 2013:143) Motivasi

adalah kecenderungan (suatu sifat yang merupakan pokok pertentangan) dalam diri

seseorang yang membangkitkan topangan dan mengarahkan tindak-tanduknya.

Motivasi meliputi faktor kebutuhan biologis dan emosional yang hanya dapat diduga

dari pengamatan tingkah laku manusia.

Menurut Merle J. Moskowits (Malayu S.P. Hasibuan, 2013:143-144) Motivasi

secara umum di definisikan sebagi inisiasi dan pengarahan tingkah laku dan pelajaran

motivasi sebenarnya merupakan pelajaran tingkah laku.

Dengan demikian dari beberapa pendapat tersebut, dapat dirumuskan bahwa

motivasi merupakan suatu kehendak atau keinginan yang muncul dalam diri

karyawan yang menimbulkan semangat atau dorongan untuk bekerja secara optimal

guna mencapai tujuan.

2.3.2 Tujuan Motivasi Kerja

Tujuan motivasi (Malayu S.P. Hasibuan, 2013:146) adalah sebagai berikut :

1. Meningkatkan moral dan kepuasan kerja karyawan

2. Meningkatkan produktivitas kerja karyawan

3. Meningkatkan kedisiplinan karyawan

(24)

9 5. Mengefektifkan pengadaan karyawan

6. Menciptakan suasana dan hubungan kerja yang baik

7. Meningkatkan loyalitas, kreativitas dan partisipasi karyawan

8. Meningkatkan tingkat kesejahteraan karyawan

9. Mempertinggi rasa tanggung jawab karyawan terhadap tugas-tugasnya

10. Meningkatkan efisiensi penggunaan alat-alat dan bahan baku

2.3.3 Jenis-jenis Motivasi Kerja

Jenis-jenis motivasi (Malayu S.P. Hasibuan, 2013,150) adalah sebagai berikut :

1. Motivasi Positif (Insentif Positif)

Motivasi positif maksudnya manajer memotivasi (merangsang) bawahan

dengan memberikan hadiah kepada merekan yang berprestasi di atas

prestasi standar. Dengan motivasi positif, semangat kerja bawahan akan

meningkat karena umumnya manusia senang menerima yang baik-baik

saja.

2. Motivasi Negatif (Insentif Negatif)

Motivasi negatif maksudnya manajer memotivasi bawahan dengan standar

mereka akan mendapat hukuman. Dengan motivasi negative ini semangat

(25)

9

mereka takut dihukum , tetapi untuk jangka waktu panjang dapat berakibat

kurang baik.

2.3.4 Metode Motivasi Kerja

Menurut Malayu S.P. Hasibuan (2013:149), metode motivasi dapat dijelaskan

sebagai berikut :

1. Metode langsung (Direct motivation)

Motivasi Langsung adalah motivasi (materiil & nonmaterial) yang

diberikan secara langsung kepada setiap individu karyawan untuk

memenuhi kebutuhan serta kepuasannya. Jadi sifatnya khusus, seperti

pujian, penghargaan, tunjangan hari raya, bonus, dan bintang jasa.

2. Metode tidak langsung (Indirect motivation)

Motivasi tidak langsung adalah motivasi yang diberikan hanya merupakan

fasilitas-fasilitas yang mendukung serta menunjang gairah

kerja/kelancaran tugas sehingga para karyawan betah dan bersemangat

melakukan pekerjaannya. Misalnya, kursi yang empuk, mesin-mesin yang

baik, ruangan kerja yang terang dan nyaman, suasana pekerjaan yang

serasi, serta penempatan yang tepat. Motivasi tidak langsung besar

pengaruhnya untuk merangsang semangat bekerja karyawan sehingga

(26)

9 2.3.5 Teori Motivasi Kerja

1. Abraham H. Maslow

Teori motivasi yang dikembangkan oleh Maslow (Malayu S.P Hasibuan,

2013:154), mengemukakan bahwa kebutuhan manusia itu dapat

diklasifikasikan ke dalam lima hierarki kebutuhan, sebagai berikut :

A. Physiological needs (kebutuhan fisik dan biologis)

Kebutuhan untuk mempertahankan hidup, yang termasuk dalam kebutuhan

ini adalah kebutuhan akan makan, minum, dan sebagainya. Keinginan

untuk memenuhi kebutuhan fisik ini merangsang seseorang berperilaku

dan bekerja dengan giat.

B. Safety and security needs (kebutuhan keselamatan dan keamanan)

Safety and security needs adalah kebutuhan akan kebebasan dari ancaman

yakni merasa aman dari ancaman kecelakaan dan keselamtan dalam

melaksanakan pekerjaan. Kebutuhan ini mengarah kepada dua bentuk.

C. Affiliation or acceptance needs (kebutuhan sosial)

Affiliation or acceptance needs adalah kebutuhan sosial, teman, afiliasi,

interaksi, dicintai dan mencintai, serta diterima dalam pergaulan kelompok

(27)

9

tidak akan mau hidup menyendiri seorang diri di tempat terpencil. Ia

selalu membutuhkan kehidupan berkelompok.

D. Status needs (kebutuhan akan penghargaan)

Status needs adalah Kebutuhan akan penghargaan diri dan pengakuan

serta penghargaan prestise dari karyawan dan masyarakat lingkungannya.

idealnya prestise timbul karena adanya prestasi, tetapi tidak selamanya

demikian. Akan tetapi perlu juga diperhatikan oleh pimpinan bahwa

semakin tinggi kedudukan seseorang dalam masyarakat atau posisi

seseorang dalam suatu organisasi, semakin tinggi pula prestisenya.

Prestise dan status dimanifestasikan oleh banyak hal yang digunakan

sebagai simbol status itu.

E. Self actualization (kebutuhan aktualisasi diri)

Self actualization adalah Kebutuhan akan aktualisasi diri dengan

menggunakan kemampuan, keterampilan, dan potensi optimal untuk

mencapai kinerja yang sangat memuaskan.

2. Frederick Hezberg

Frederick Herzberg (Malayu S.P. Hasibuan, 2013:157-158) mengemukakan

(28)

9

A. Kebutuhan akan kesehatan atau kebutuhan akan pemeliharaan atau

maintenance factors. Maintenance factors berhubungan dengan hakikat

manusia yang ini memperoleh ketentraman dan kesehatan badaniah.

Faktor –faktor pemeliharaan meliputi balas jasa, kondisi kerja fisik,

kepastian pekerjaan, supervise yang menyenangkan, mobil dinas, rumah

dinas, dan macam-macam tunjangan lain.

B. Faktor pemeliharaan menyangkut kebutuhan psikologis seseorang.

Kebutuhan ini meliputi serangkaian kondisi intrinsik, kepuasan pekerjaan

(job content) yang apabila terdapat dalam pekerjaan akan menggerakkan tingkat motivasi yang kuat, yang dapat menghasilkan prestasi pekerjaan

yang baik.

Jika kondisi ini tidak ada, tidak akan menimbulkan rasa ketidakpuasan

yang berlebihan. Serangkaian faktor ini dinamakan satisfiers atau

motivators yang meliputi : 1. Prestasi atau achievement 2. Pengakuan atau recognition

3. Pekerjaan itu sendiri atau the work it self 4. Tanggung jawab atau responsibility 5. Kemajuan atau advancement

(29)

9 2.4 Penelitian Terdahulu

Dari beberapa penelitian terdahulu dapat di gunakan sebagai referensi yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti sekarang.

Menurut Nicky Zettira (2013) dalam penelitian yang berjudul “Pengaruh disiplin dan motivasi kerja terhadap kinerja karyawan PT. Bank Pundi Indonesia,Tbk”

Penelitian ini menguji dan menganalisis pengaruh disiplin dan motivasi kerja

terhadap kinerja karyawan. Beberapa kesimpulan yang didapatkan dari peneliti

terdahulu adalah:

1. Disiplin berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan dilihat

dari nilai signifikan yang lebih dari 0,05 yaitu 0,000 dan disiplin kerja

berpengaruh sebesar 39,2% terhadap kinerja karyawan, maka H1 diterima.

2. Motivasi kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan

dilihat dari nilai signifikan yang lebih kecil dari 0,05 yaitu 0,000 dan motivasi

pengaruh sebesar 36,2% terhadap kinerja karyawan, maka H2 diterima.

3. Kinerja karyawan dapat dijelaskan oleh variabel disiplin kerja dan motivasi

sebesar 54,7%, sedangkan sisanya sebesar 45,3% dijelaskan oleh variabel

yang tidak diteliti.

Menurut Nelly friska handayani (2012) dengan judul “Pengaruh disiplin kerja,

karakteristik individu dan gaya kepemimpinan terhadap kinerja sumber daya manusia”

(30)

9

Penelitian ini menguji pengaruh disiplin kerja, karakteristik individu dan gaya

kepemimpinan terhadap kinerja sumber daya manusia. Beberapa kesimpulan yang

didapatkan dari peneliti terdahulu adalah:

1. Diketahui bahwa variable independen yang di teliti yaitu disiplin kerja,

karakteristik individu dan gaya kepemimpinan secara bersama-sama

berpengaruh signifikan terhadap kinerja sumber daya manusia

2. Diketahui bahwa variable gaya kepemimpinan memiliki pengaruh yang paling

dominan terhadap kinerja sumberdaya. Sedangkan variable karakteristik

individu memiliki pengaruh tidak bermakna terhadap kinerja sumber daya

manusia.

3. Disiplin kerja, karakteristik individu dan gaya kepemimpinan cukup

berpengaruh terhadap kinerja sumber daya manusia yaitu sebesar 41,6%

sedangkan sisanya yaitu sebesar 58,4% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain di

luar variable yang diteliti.

Menurut Tony listianto bambang setiaji (2010) dengan judul “Pengaruh motivasi, kepuasan dan disiplin kerja terhadap kinerja karyawan”

Penelitian ini menguji pengaruh motivasi, kepuasan dan disiplin kerja terhadap kinerja karyawan”. Beberapa kesimpulan yang didapatkan dari penelitian terdahulu adalah:

(31)

9

1. Pada hasil uji ketetapan model, diperoleh kesimpulan bahwa ketiga variable

independen yakni motivasi, kepuasan kerja dan variable disiplin kerja ke

dalam model sudah tepat. Hal ini ditunjukkan dengan tingkat signifikasi uji F

sebesar 0,000.

2. Hasil pengujian koefisien determinasi diperoleh nilai R2 sebesar 0,94, hal ini

menunjukkan pemilih hal variable motivasi, kepuasan kerja dan disiplin kerja

dalam menjelaskan variasi kinerja karyawan sebesar 94,2 persen. Sisanya 5,8

persen ditentukan oleh variable-variable lain di luar model.

3. Berdasarkan hasil analisi regresi linier berganda variable motivasi, kepuasan

kerja dan disiplin kerja terbukti mempunyai pengaruh positif dan signifikan

masing-masing 1%.

2.5 Kerangka Pemikiran Teoritis

Berdasarkan uraian sebagaimana telah dijelaskan pada Bab II Landasan Teori,

banyak faktor yang mempengaruhi kinerja karyawan. Akan tetapi sesuai dengan

ruang lingkup dan batasan masalah sebagaimana telah diuraikan pada sub Bab 1.2,

dan agar penelitian lebih fokus maka penelitian ini hanya dua variable independen

yang ada dikaji yaitu : disiplin dan motivasi kerja sebagai konstruksi variable bebas

terhadap variable terikat sebagi kerangka konseptual penelitian yang dapat dilihat

(32)

9

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

2.6 Perumusan Hipotesis

Hipotesis dapat didefinisikan sebagai suatu pernyataan tentang hubungan logis

antara dua variable atau yang dinyatakan dalam bentuk kuantitatif sehingga dapat

diuji kebenarannya.

Berdasarkan gambar 2.1, hipotesis yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah :

Ho1 : Disiplin tidak berpengaruh terhadap kinerja karyawan PT. Tunas Mitra Jaya

H1: Disiplin berpengaruh terhadap kinerja karyawan PT. Tunas Mitra Jaya

Ho2 : Motivasi kerja tidak berpengaruh terhadap kinerja karyawan PT. Tunas Mitra

Jaya

H2: Motivasi Kerja berpengaruh terhadap kinerja karyawan PT. Tunas Mitra Jaya Displin (X1) Motivasi (X2) Kinerja Karyawan (Y) H2 H3

(33)

9

Ho3 : Disiplin dan Motivasi Kerja secara bersama tidak berpengaruh terhadap kinerja

karyawan PT. Tunas Mitra Jaya

H3: Disiplin dan Motivasi Kerja secara bersama berpengaruh terhadap kinerja

(34)

9

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan tipe penelitian deskriptif dengan pendekatan

kuantitatif. Metode Penelitian Kuantitatif, sebagaimana dikemukakan oleh Sugiyono (2012:8) yaitu : “Metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel terrtentu, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan”. Menurut Sugiyono (2012:13) penelitian deskriptif yaitu, penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih (independen) tanpa membuat perbandingan, atau menghubungkan dengan variabel yang lain. Dari pengertian diatas dapat diketahui bahwa metode kuantitatif deskriptif

adalah metode yang dilakukan untuk menjawab persoalan- persoalan tentang

keadaan atau kondisi yang terjadi sekarang. Kondisi atau keadaan yang dimaksud

mencakup studi tentang fenomena sebagaimana adanya di lapangan ataupun untuk

mengetahui kontribusi antar variabel dalam fenomena yang akan diteliti. Dalam

penelitian deskriptif ada beberapa pola yang sering dilakukan diantaranya

(35)

9

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian

3.2.1. Tempat Penelitian

Dalam penyusunan tugas akhir ini penulis melakukan penelitian dengan mengambil objek penelitian pada PT. Tunas Mitra Jaya . Adapun penelitian ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh disiplin dan motivasi dan kinerja karyawan pada PT. Tunas Mitra Jaya.

3.2.2. Waktu Penelitian

Waktu Penelitian ini berlangsung dari bulan Mei sampai dengan bulan Agustus 2016.

3.3. Populasi dan Sampel

3.3.1. Populasi

Menurut Sugiyono (2013:148), populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudia ditarik kesimpulannya. Jadi populasi bukan hanya orang, tetapi juga obyek dan benda-benda alam yang lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada obyek/subyek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki oleh subyek atau obyek itu.

(36)

9

Menurut Sumarni dan Wahyuni (2006:69), populasi merupkan objek yang diteliti dan terdiri atas sejumlah individu, baik yang terbatas (finite) maupun yang tidak terbatas (infinite).Populasi dalam penelitian ini adalah karyawan PT. Tunas Mitra Jaya sebanyak 70 orang.

3.3.2. Sampel

Menurut Sugiyono (2013:149), sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimilki oleh populasi tersebut. Menurut Sumarni dan Wahyuni (2006:70), sampel adalah bagian populasi yang digunakan untuk memperkirakan karakteristik populasi.Apa yang dipelajari dari sampel, maka kesimpulannya akan diberlakukan untuk populasi. Oleh karena itu, sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul respresentatif atau mewakili. Jika sampel kurang resperentatif, akan mengakibatkan nilai yang dihitung dari sampel tidak cukup tepat untuk menduga nilai populasi sesungguhnya. Sample merupakan sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti. Penelitian ini adalah penelitian sample, sebab dalam penelitian ini hanya meneliti sebagian dari populasi dan hasil penelitian akan digeneralisasi pada seluruh populasi.

Perumusan sampel melalui metode slovin dengan rumus :

2 . 1 Ne N   

(37)

9 2 ) 05 . 0 ( 70 1 70    175 . 1 70   57 , 59   ) ( 60 dibulatkan  

Didapatkan ukuran sample adalah 60 orang Dimana :

n = ukuran sample N = ukuran populasi

e = Galat pendugaan

Penulis mengambil sampel 60 responden dari karyawan PT. Tunas Mitra Jaya.

3.3.3. Teknik Pengambilan Sampling

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu (Sugiyono, 2013:149).

(38)

9

Dalam penelitian ini, teknik pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik sample random sampling (sampling acak sederhana).

Teknik sampling sangatlah diperlukan dalam sebuah penelitian karena hal ini digunakan untuk menentukan siapa saja anggota dari populasi yang hendak dijadikan sampel. Untuk itu teknik sampling harus secara jelas tergambarkan dalam rencana penelitian sehingga jelas dan tidak membingungkan ketika terjun di lapangan.Dalam penelitian ini populasi yang digunakan adalah karyawan di PT. Tunas Mitra Jaya dengan 60 sampel responden.

3.4. Variabel Penelitian

Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya. Ubahan disini ialah konsep abstrak yang telah diubah dengan menyebutkan dimensi tertentu yang dapat diukur. Dalam penelitian ini menggunakan dua variabel yaitu:

1. Variabel terikat (Dependent Variable).

Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas yang sifatnya tidak dapat berdiri sendiri serta menjadi perhatian utama peneliti.

Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikat adalah Kinerja Karyawan (Y). Dan indikator-indikator yang digunakan dalam mengukur kinerja antara lain : 1. Kuantitas.

(39)

9 3. Keandalan

4. Kehadiran

5. Kemampuan Bekerjasama

2. Variabel bebas (Independent Variable).

Variabel bebas yaitu variabel yang mempengaruhi variabel terikat, baik itu secara positif atau negatif, serta sifatnya dapat berdiri sendiri. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah :

1. Disiplin (X1)

Disiplin dalam penelitian ini merupakan suatu keadaan yang mempengaruhi setiap karyawan PT. Tunas Mitra Jaya agar dapat berkerja sama dengan ketertiban yang ditentukan oleh perusahaan. Indikator-indikator disiplin antara lain :

1. Tujuan dan kemampuan 2. Teladan pimpinan 3. Balas jasa 4. Keadilan 5. Waskat 6. Sanksi Hukuman 7. Ketegasan 8. Hubungan Kemanusiaan

(40)

9 2. Motivasi Kerja (X2).

Motivasi dalam penelitian ini merupakan suatu keadaan dalam diri pribadi setiap karyawan PT. Tunas Mitra Jaya yang mendorong mereka untuk melakukan pekerjaannya. Indikator-indikator motivasi kerja antara lain :

1. Kebutuhan fisik dan biologis

2. Kebutuhan keselamatan dan keamanan 3. Kebutuhan sosial

4. Kebutuhan akan penghargaan 5. Kebutuhan aktualisasi diri

3.5. Data Penelitian

3.5.1. Jenis Dan Sumber Data

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh melalui survei lapangan dengan menggunakan metode pengumpulan data yang original, yang diperoleh langsung dari responden melalui wawancara dan alat bantu kuesioner.

Kuesioner adalah suatu cara pengumpulan data dengan memberikan daftar pertanyaan kepada responden dengan harapan akan memberi respon atas pertanyaan tersebut.Unit Sampel dari penelitian diperoleh langsung dari hasil penyebaran kuesioner kepada tiap karyawan PT. Tunas Mitra Jaya.

(41)

9

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung, baik berupa keterangan maupun literature yang ada hubungannya dalam penelitian yang sifatnya melengkapi atau mendukung data primer.

3.5.2. Teknik dan Alat Pengumpulan Data

3.5.2.1. Teknik Pengumpulan Data

Terdapat dua hal utama yang mempengaruhi kualitas data hasil penelitian, yaitu kualitas instrumen penelitian, dan kualitas pengumpulan data. Kualitas instrumen penelitian berkenaan dengan validitas dan reliabilitas instrumen dan kualitas pengumpulan data berkenaan ketepatan cara-cara yang digunakan untuk mengumpulkan data. Oleh karena itu, instrumen yang telah teruji validitas dan reliabilitasnya, belum tentu dapat menghasilkan data yang valid dan reliabel, apabila instrumen tersebut tidak digunakan secara tepat dalam pengumpulan datanya.

3.5.2.2. Alat Pengumpulan Data

Data adalah kumpulan informasi yang dapat digunakan untuk analisa lebih lanjut. Dalam penelitian ini, metode pengumpulan data yang dipakai dalam penelitian ini adalah :

1. Penelitian Lapangan (Field Research) a) Metode Angket (kuesioner)

(42)

9

Menurut Sugiyono (2013:230) menyatakan bahwa “Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab”. Pernyataan dalam angket berpedoman pada indikator-indikator variabel, pengerjaannya dengan memilih salah satu alternatif jawaban yang telah disediakan.

b) Metode Observasi

Menurut Sutrisno Hadi yang dikutip Sugiyono (2013:234-235) observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Penulis melakukan pengamatan dengan terjun langsung ke lapangan dan mencatat apa saja yang penting dalam menangani objek yang diteliti.

2. Studi kepustakaan (Library Research) yaitu hasil pengutipan literatur buku-buku serta data tertulis yang berhubungan dengan penulisan meliputi teori yang berkaitan dengan Disiplin, Motivasi Kerja dan Kinerja Karyawan.

3.6. Metode Analisis Data

Metode analisis data adalah pengolahan data hasil penelitian untuk memperoleh suatu kesimpulan setelah data penelitian terkumpul.

Metode analisis menggunakan perhitungan berdasarkan hasil perolehan data dari responden atas kuesioner yang diberikan. Proses analisis pengolahan data yang dilakukan penulis adalah sebagai berikut :

(43)

9

2. Mengelompokan data berdasarkan responden.

3. Data yang berasal dari kuesioner yang telah diisi responden, kemudian ditabulasikan dalam bentuk data kuantitatif.

4. Jawaban dalam tiap responden disajikan dalam tabel distribusi.

Penilaian jawaban responden terhadap pernyataan yang diberikan, digunakan Skala

Likert, yaitu tipe skala yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi

seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial menurut Sugiyono (2013:168).

Skala Likert variabel dan dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-iteminstrument

dimana alternatifnya berupa pernyataan. Jawaban setiap item instrument yang menggunakan

Skala Likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai dengan sangat negatif, antara lain Tabel 3.1

Kriteria dan Skor Untuk Mengukur Jawaban Responden Skala Likert

No. Alternatif Jawaban Bobot Nilai

1. SS (Sangat Setuju) 5

2. S (Setuju) 4

3. N (Netral) 3

4. TS (Tidak Setuju) 2

5. STS (Sangat Tidak Setuju) 1

(44)

9

3.6.1 Uji Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid mempunyai validitas yang tinggi. Sebaliknya, instrument yang kurang valid berarti memiliki validitas yang rendah. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila dapat mengungkap data dari variabel yang di teliti secara tepat (Danang Sunyoto, 2011:70)

Untuk mengukur tingkat validitas dapat dilakukan dengan cara mengkorelasikanantara skor butir pertanyaan dengan total skor konstruk atau variabel. Hipotesis yang diajukan adalah: H0: Skor butir pertanyaan berkorelasi positif dengan total skor konstruk.

H1: Skor butir pertanyaan tidak berkorelasi positif dengan total skor konstruk

Uji validitas dilakuan dengan membandingkan nilai r hitung dengan rtabel untuk

tingkat signifikansi 5 persen, dalam hal ini n adalah jumlah sampel.Jika rhitung> rtabel maka

pertanyaan atau indikator tersebutdinyatakan valid, demikian sebaliknya bila rhitung< rtabel

maka pertanyaan atau indikator tersebut dinyatakan tidak valid (Agung Edy Wibowo, 2012:37). Berikut adalah hasil uji coba validatas pada Tunas Mitra Jaya

Tabel 3.2 : Uji Coba Validitas Disipli

Variabel rhitung rtabel

Validitas Status

D1 0.805 0.361 Valid

D2 0.848 0.361 Valid

(45)

9 D4 0.809 0.361 Valid D5 0.788 0.361 Valid D6 0.794 0.361 Valid D7 0.776 0.361 Valid D8 0.798 0.361 Valid D9 0.774 0.361 Valid D10 0.784 0.361 Valid D11 0.835 0.361 Valid D12 0.837 0.361 Valid D13 0.853 0.361 Valid D14 0.826 0.361 Valid D15 0.802 0.361 Valid D16 0.786 0.361 Valid

Tabel uji coba validitas disiplin memperlihatkan nilai Corrected Item Total Correlation untuk variabel Disiplin berkisar antara 0.774 sampai dengan 0.865 hal ini menunjukkan bahwa semua pertanyaan variabel disiplin adalah valid, karena memiliki nilai lebih besar dari r tabel = 0.361.

(46)

9

Tabel 3.3 : Uji Coba Validitas Motivasi Kerja

Variabel rhitung rtabel

Validitas Status Mk1 0.802 0.361 Valid Mk2 0.771 0.361 Valid Mk3 0.828 0.361 Valid Mk4 0.775 0.361 Valid Mk5 0.738 0.361 Valid Mk6 0.749 0.361 Valid Mk7 0.817 0.361 Valid Mk8 0.784 0.361 Valid Mk9 0.802 0.361 Valid Mk10 0.759 0.361 Valid

Tabel uji coba validitas motivasi kerja memperlihatkan nilai Corrected Item Total

Correlation untuk variabel Motivasi Kerja berkisar antara 0.738 sampai dengan 0.828 hal ini

menunjukkan bahwa semua pertanyaan variabel motivasi kerja adalah valid, karena memiliki nilai lebih besar dari r tabel = 0.361

Tabel 3.4 : Uji Coba Validitas Kinerja Karyawan

Variabel rhitung rtabel

Validitas Status

(47)

9 KK2 0.805 0.361 Valid KK3 0.761 0.361 Valid KK4 0.8 0.361 Valid KK5 0,767 0.361 Valid KK6 0.69 0.361 Valid KK7 0.824 0.361 Valid KK8 0.8 0.361 Valid KK9 0.815 0.361 Valid KK10 0.797 0.361 Valid

Tabel Uji coba validitas kinerja karyawan memperlihatkan nilai Corrected Item Total

Correlation untuk variabel Kinerja Karyawan berkisar antara 0.690 sampai dengan 0.824 hal

ini menunjukkan bahwa semua pertanyaan variabel kinerja karyawan adalah valid, karena memiliki nilai lebih besar dari r tabel = 0.361.

3.6.2 Uji Reliabilitas

Menurut Danang Sunyoto (2011:70) Reliabilitas menunjukkan pada suatu pengertian bahwa sesuatu instrument cukup dapat di percaya untuk digunakan sebagai alat pengumpulan data karena instrument tersebut sudah baik. Instrument yang baik tidak akan bersifat tendensius mengarahkan responden untuk memilih jawaban-jawaban tertentu. Instrument yang sudah dapat dipercaya, yang reliable akan menghasilkan data yang dapat dipercaya juga.

(48)

9

Apabila datanya memang benar sesuai dengan kenyataannya, maka berapa kalipun diambil, tetap akan sama.

Pengukuran realibilitas dapat dilakukan dengan cara one shot study atau pengukuran sekali sajadengan alat bantu SPSS uji statistik Cronbach Alpha (α).Suatu konstruk atau variabel dikatakan reliable jika memberikan nilai CronbachAlpha > 0.60 (Agung Edy Wibowo, 2012:53).

Tabel 3.5 : Uji Reliabilitas

Variabel Cronbach’s Alpha

Cronbach’s Alpha Yang disyaratkan

Keterangan

Disiplin .971 0,6 Reliabel Motivasi Kerja .947 0,6 Reliabel Kinerja Karyawan .949 0,6 Reliabel

memperlihatkan bahwa nilai Cronbach’s Alpha untuk variabel Disiplin sebesar 0.971 dan untuk motivasi kerja sebesar 0.947 dan kinerja karyawan sebesar 0.949 Semua butir pertanyaan untuk variable disiplin, motivasi kerja dan kinerja karyawan adalah reliable, karena memiliki nilai di atas 0,6.

(49)

9

3.6.3 Analisis Asumsi Klasik

3.6.3.1 Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah suatu variabel normal atau tidak. Normal disini dalam arti mempunyai distribusi data yang normal. Normal atau tidaknya berdasarkan patokan distribusi normal dari data dengan mean dan standart deviasi yang sama. Pengujian normalitas dalam penelitian ini digunakan dengan melihat normal

probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari data sesungguhnya dengan

distribusi kumulatif dari data normal. Sedangkan dasar pengambilan keputusan untuk uji normalitas data adalah:

a. Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.

b. Jika data menyebar jauh dari diagonal dan/atau tidak mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan distribusi normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.

3.6.3.2 Uji Multikolonieritas

Uji ini bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variable bebas (independen). Di dalam persamaan regresi tidak boleh terjadi multikolinearitas, maksudnya tidak boleh ada korelasi atau hubungan yang sempurna atau mendekati sempurna antara variabel bebas yang membentuk persamaan tersebut.Jika pada

(50)

9

model persamaan tersebut terjadi gejala multikolinearitas itu berarti sesama variabel bebasnya terjadi korelasi.

Salah satu cara untuk mendeteksi gejala multikolinearitas adalah dengan menggunakan atau melihat tool uji yang disebut Variance Inflation Factor (VIF). Menurut Algifari dalam Agung Edy Wibowo (2012:87) jika nilai VIF < 10, itu menunjukan model tidak terdapat gejala multikolinearitas, artinya tidak terdapat hubungan antara variabel bebas.

3.6.3.3 Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari suatu residual pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi hesteroskedastisitas. Jika ada titik-titik membentuk pola tertentu yang teratur seperti (bergelombang, melebar, kemudian menyempit) maka telah terjadi heteroskedastisitas. Jika titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y tanpa membentuk pola tertentu maka tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2001).

Cara untuk mengetahui ada tidaknya heteroskedastisitas adalah dengan melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID. Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihatada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED dimanasumbu Y adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu X adalah residual (Y prediksi –Y sesungguhnya) yang telah di

(51)

9 Dasar analsisnya adalah:

 Apabila terdapat pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.

 Apabila tidak terdapat pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan dibawah angka nol pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

3.6.4 Analisis Regeresi Berganda

Analisis regresi linier berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh antara variabel bebas dengan variabel terikat, yaitu pengaruh Disiplin (X1) dan Motivasi Kerja (X2) terhadap

Kinerja Karyawan (Y) pada PT. Tunas Mitra Jaya Adapun rumus regresi linier berganda adalah sebagai berikut :

Y = a + b1X1 + b2X2

Keterangan: Y : Kinerja

a : Koefisien regresi (bilangan konstanta) b1 : Koefisien regresi untuk X1

b2 : Koefisien regresi untuk X2

(52)

9 X2 : Motivasi Kerja (Agung Edy Wibowo, 2012:127)

3.7. Pengujian Hipotesis

Pembuktian hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji statistik sebagai berikut:

1. Uji Parsial (Uji t)

Uji t digunakan untuk menguji apakah setiap variabel independent yaitu disiplin (X1)

dan motivasi kerja (X2) mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap variabel

dependent yaitu kinerja karyawan (Y) secara parsial. Kaidah pengambilan keputusan dalam uji t dengan menggunakan SPSS dengan tingkat signifikasi yang ditetapkan 5% adalah (Agung Edy Wibowo 2012:135) :

1. Jika nilai signifikan > 0,05, maka Ho diterima dan Ha ditolak, atau variabel bebas tidak dapat menjelaskan variabel terikat atau tidak ada pengaruh antara variabel yang diuji.

2. Jika nilai signifikasi < 0,05, maka Ho ditolak dan Ha diterima, atau variabel bebas dapat menjelaskan variabel terikat atau ada pengaruh antara variabel yang diuji.

2. Uji Serentak (Uji F)

Uji F digunakan untuk menguji apakah variabel independent yaitu disiplin (X1) dan

motivasi kerja (X2) secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan

(53)

9

dalam uji F dengan menggunakan SPSS dengan tingkat signifikasi yang ditetapkan 5% adalah (Agung Edy Wibowo 2012:135) :

1. Jika nilai signifikan > 0,05, maka Ho diterima dan Ha ditolak, atau variabel bebas tidak dari model regresi linier tidak mampu menjelaskan variebel terikat.

2. Jika nilai signifikasi < 0,05, maka Ho ditolak dan Ha diterima, atau variabel bebas dari model regresi linier mampu menjelaskan variabel terikat.

3. Uji Koefisien Determinasi (Uji R2)

Pada pengujian koefisien determinasi (R2) ini dilihat seberapa besar variabel independen dalam memberikan informasi terhadap variabel dependen. Untuk menentukan R2 dengan melihat hasil output SPSS pada tabel model summary. Nilai R2 berada antara nol sampai dengan satu. Jika nilai R2 kecil berarti kemampuan variabel independen untuk menjelaskan variabel dependen sangat terbatas. Jika nilai R2 mendekati satu, maka dapat diartikan bahwa variabel independen dapat memberikan hampir seluruh informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen (Ghozali, 2001).

Gambar

Tabel 1.1 Data Keterlambatan Karyawan TMJ
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
Tabel 3.2 : Uji Coba Validitas Disipli
Tabel uji coba validitas disiplin memperlihatkan nilai Corrected Item Total Correlation untuk  variabel  Disiplin  berkisar  antara  0.774  sampai  dengan  0.865  hal  ini  menunjukkan  bahwa  semua pertanyaan variabel disiplin adalah valid, karena memilik
+4

Referensi

Dokumen terkait

Dari beberapa syarat barang yang diperjual belikan di atas, yang terjadi pada penjual bensin eceran di Jalan Medoho Raya Kelurahan Sambirejo Semarang, yang

Metode penelitian kuantitatif, sebagaimana dikemukakan oleh Sugiyono (2015) yaitu : “Metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk

Sugiyono, (2011), Metode penelitian kuantitatif yaitu metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel

Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk menetapkan dosis briket cangkang kelapa sawit yang efisien pada lahan pasir pantai samas serta dapat memberikan pertumbuhan dan

Menurut Sugiyono (2011:8)metode penelitian kuantitatif merupakan suatu metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, yang akan digunakan untuk penelitian pada

Menurut Sugiyono (2014: 8) Metode penelitian kuantitatif adalah penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau

Hal tersebut dilakukan untuk mengungkapkan rasa kesal, marah yang tidak konstruktif, untuk mengontrol marah ada empat cara yaitu : dengan cara Tarik nafas dalam

Indikasi stabilitas Pondok Pesantren adalah kemapanannya dalam hal pengelolaan santri, karyawan, dan SDM lain, penyusunan kurikulum, serta kemapanannya dalam mengelola dana