• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemberian Imunoglobulin Y (IgY) Anti-Membran Toxoplasma gondii Sebelum Infeksi Menurunkan Indeks Apoptosis Sel Hepar Mencit

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pemberian Imunoglobulin Y (IgY) Anti-Membran Toxoplasma gondii Sebelum Infeksi Menurunkan Indeks Apoptosis Sel Hepar Mencit"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Pemberian Imunoglobulin Y (IgY) Anti-Membran Toxoplasma gondii

Sebelum Infeksi Menurunkan Indeks Apoptosis Sel Hepar Mencit The Giving of Anti- Toxoplasma gondii Membran Immunoglobulin Y

Before Infection Reduce Apoptotic Index Liver Mice

1

Heni Puspitasari, 2Lucia Tri Suwanti, 2Suwarno 1

Program Studi Magister Ilmu Penyakit dan Kesehatan Masyarakat Veteriner Universitas Airlangga

2

Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Kampus C Unair, Jl. Mulyorejo Surabaya-60115

Telp. 031-5992785, Fax. 031-5993015 Email :henipuspitasari486@gmail.com

Abstract

The study was aimed to determine the effect of administering anti-T. gondii membran IgY against liver damage (Apoptotic index) and the effectiveness of the antibody delivery time. This research was a laboratory experimental with five treatments and five replicates each treatment using female mice (Mus musculus) as animal models. The treatment groups consisted of a P0 group (not infected), P1 group (infected), P2 group (anti-T. gondii membran IgY giving one day before infection), P3 group (anti-T. gondii mmbran IgY giving together with infection) and P4 group (anti-T. gondii membran IgY giving two days after infection), at a dose of anti-T. gondii membrane IgY as many as 75 ug/head and infectious dose by 10 tacyzoite/head, four days after infection mice were sacrificed, examined and counting apoptosis index in histopathological liver using Apoptotic kit ApopTag®Plus Peroxidase In Situ (Chemicon®International, S7101). Percentage of apoptosis index liver each treatment is P0 was 3,64%, P1 was 12.98%, 6,06% for P2, 7,73% for P3 and 10,49% for P4. Thus, it can be concluded that administration of anti-T. gondii membran IgY can reduce the liver cell apoptotic index and it was greatest when given before and simultaneously with infection.

Keywords : Toxoplasma gondii, immunoglobulin Y, liver damage. Pendahuluan

Resiko dari infeksi Toxoplasma gondii pada manusia terutama wanita hamil adalah pada janin berupa: resorbsi, abortus, lahir mati (stillbirth), kematian bayi (neonatal motality), lahir lemah dan kelainan kogenital berupa retardasi mental, kelainan mata ringan sampai buta dan hidrocefalus (Suwanti, 2005). Pada sakala ekperimental infeksi T. gondii strain RH pada mencit (Mus musculus) dapat menyebabkan kerusakan jaringan dan kerusakan terparah adalah hepar (Mordue et al., 2001). Begum-Haque et al. (2009) juga menyatakan bahwa infeksi T.gondii dapat menyebabkan apoptosis pada hepar.

(2)

Infeksi akut Toxolasma gondii dapat menyerang jaringan dan pada infeksi buatan secara intraperitoneal takizoit dapat menyebabkan nekrosis hepar, lien, dan pankreas (Riganti et al., 2003). Bagian terbesar kerusakan jaringan pada toxoplasmosis adalah hepar. Kerusakan hepar berhubungan dengan kejadian apoptosis dan nekrosis sel hepar (Mordue et al., 2001) Pengendalian meliputi pencegahan dan pengobatan selama ini dipandang belum efektif. Menurut Hokelek (2003) Pengobatan dengan pyrimethamine dan sulfadiazine dapat menghambat sintesa asam folat yang diperlukan untuk replikasi parasit. Mufasirin (2013) menyatakan imunisasi dengan protein ESA antigenik dapat membangkitkan respon imun tetapi masih belum bisa memberikan perlindungan sebab masih terjadi kematian mencit pada hari ke delapan. Hal tersebut membuktikan bahwa pengobatan dan pencegahan masih perlu dievaluasi.

Pemanfaatan Immunoglobulin Y (IgY) sebagai bahan imunisasi pasif pada beberapa penyakit telah banyak diteliti. Praptiwi (2011) telah berhasil memproduksi antibodi anti protein membran T. gondii. Imunoglobulin Y yang dikaitkan mampu berikatan dengan protein membran dengan berat molekul sekitar 30-35 kDa. Penelitian yang dilakukan Suwanti dkk (2012) melaporkan bahwa pemberian IgY dapat menurunkan tingkat kerusakan plasenta pada mencit yang diinfeksi T.gondii. Menguatkan temuan tersebut Fajarwati (2013) membuktikan bahwa Imunoglobulin Y anti-ESA juga dapat menurunkan indeks apoptosis trofoblas pada mencit yang diinfeksi T.gondii stadium takizoit. Melihat penemuan-penemuan tersebut perlu dilakukan penelitian mengenai pemanfaatan imunoglobulin Y anti-membran apakah dapat menekan kejadian apoptosis pada sel hepar akibat infeksi Toxoplasma gondii.

Pemberian immunoglobulin Y anti-membran akan berikatan dengan protein P30 (SAG-1) pada takizoit. Protein P30 (SAG-1) memiliki fungsi untuk penempelan pada saat terjadinya invasi oleh T.gondii pada sel hospes (Praptiwi, 2011). Ikatan antara IgY anti-membran dengan protein P30 (SAG-1) akan menghalangi takizoit untuk melakukan penempelan pada sel hospes, akibatnya sel tidak dapat terinfeksi. Sel yang terinfeksi akan merangsang produksi berlebih sitokin proinflamasi, dengan adanya ikatan antara IgY anti-mambran dengan protein P30 (SAG-1) maka tidak akan terjadi produksi sitokin proinfalamasi.

Infeksi Toxoplasma gondii dapat merangsang reaksi imunologis seperti adanya induksi sitokin yang berlebih yaitu IFN γ, IL-18 dan TNF α (Mordue el al., 2001). Induksi berlebih dari sitokin-sitokin ini dapat menyebabkan kerusakan sel hepar termasuk apoptosis. Jalur intrinsik adalah jalur yang berasal dari mitokondria, sedangkan ekstrinsik melalui reaksi ligan dengan reseptornya.

Menurut Canedes and Davies, (2000) mitokondria akan melepaskan ROS (reactive oxygen spesies). Pada jalur intrinsik infeksi T. gondii menyebabkan mitokondria memproduksi ROS melalui pelepasan sitokrom C (Nomura et al., 2000). Guacciardi et al (2005) menyatakan bahwa bagian dari efek citotoksik secara langsung pada hepatosis adalah TNF-α atau TNFR-1. Interaksi antara TNF dan TNFR-1 dapat memicu terjadinya apoptosis pada hepar (Yoon et al., 2002). Selain ikatan TNF- α dan TNFR-1 apoptosisi juga dipicu adanya ikatan antara FAS-L yang dihasilkan oleh sel T citolitic (CTL)dan sel NK dengan FAS yang dimiliki sel hepar (Mordue et al., 2001). Materi dan Metode Penelitian

Hewan coba dalam penelitian ini adalah 25 ekor mencit betina strain BALB/C yang berumur 2-3 bulan dengan berat badan 20-25 gram yang dikawinkan dengan 25 ekor mencit jantan umur 4-5 bulan dengan berat badan 30-35 gram secara monogami.

(3)

Mencit bunting sebanyak 25 ekor dibagi menjadi 5 kelompok perlakuan yang masing-masing kelompok terdiri dari 5 ekor.

Pembagian kelompok tersebut antara lain P0 (mencit bunting yang tidak diinfeksi T. gondii), P1 (mencit bunting yang diinfeksi T. gondii), P2 (mencit bunting yang diberi IgY anti-membran T. gondii satu hari sebelum diinfeksi T. gondii), P3 (mencit bunting yang diberi IgY anti-membran T. gondii bersamaan dengan infeksi T. gondii) dan P4 (mencit bunting yang diberi IgY anti-membran T. gondii dua hari setelah diinfeksi T. gondii).

Dosis infeksi adalah 10 takizoit (Mufasirin, 2011) setiap ekor mencit yang dilarutkan dalam 200 µl NaCl fisiologis dan diberikan secara intraperitoneal.

Infeksi dilakukan bersamaan untuk semua kelompok kecuali kelompok perlakuan nol (P0) yaitu pada umur kebuntingan 9,5 hari. Pemberian IgY anti-ESA T. gondii adalah 75 µg/ekor mencit yang diberikan secara peroral. Empat hari setelah infeksi mencit dikorbankan dan diperiksa adanya takizoit dalam cairan intraperitoneal. Untuk mengetahui adanya takizoit dalam cairan intraperitoneal tersebut, dapat dilakukan pemeriksaan secara natif menggunakan mikroskop dengan perbesaran 400 - 1000x. Mencit dikatakan positif terinfeksi T. gondii, apabila dalam cairan intraperitoneal didapatkan stadium takizoit T. gondii. Setelah itu, hepar disimpan dalam buffer formalin 10% dan selanjutnya dilakukan proses untuk histopatologi hepar dengan uji apoptosis (uji TUNEL).

Hasil dan Pembahasan Infeksi Toxoplasma gondii

Hasil pemeriksaan natif dari cairan intraperitoneal, semua mencit dari kelompok P1, P2, P3, dan P4 yang diinfeksi takizoit T. gondii pada umur kebuntingan 9,5 hari, positif terinfeksi takizoit T. gondii. Gambar takizoit dari cairan intraperitoneal disajikan pada Gambar 1.

Gambar 1. Pemeriksaan natif stadium takizoit T. gondii dari cairan intraperitoneal dilihat di mikroskop cahaya perbesaran 400X.

Indeks Apoptosis

Hasil perhitungan menunjukkan terjadi penurunan indeks apoptosis sel hepar data disajikan pada Tabel 5.2.1. Pemberian IgY anti-membran T. gondii ternyata mampu menurunkan indeks apoptosis sel hepar hal tersebut terlihat dari persentase

(4)

antara kelompok yang diberi IgY anti-membran T. gondii lebih rendah dibandingkan dengan kelompok P1 (keompok yang diinfeksi dan tidak diberi IgY. Kelompok yang diberikan IgY anti-membran T. gondii yaitu kelompok P2, P3 dan P4 memiliki perbedaan indeks apoptosis yang berbeda nyata (p<0,05), dimana kelompok P2 dan P3 memiliki persentase indeks apoptosis yang lebih rendah dibanding dengan kelompok P4.

Tabel 1. Rerata dan simpangan baku kerusakan hepar mencit akibat infeksi Toxoplasma gondii dan pemberian antibodi IgY anti-membran.

Perlakuan Indeks Apoptosis

Mencit yang tidak diinfeksi dan tidak diberi IgY (P0)

3,64a ± 0,58

Mencit yang diinfeksi dan tidak diberi IgY (P1)

12,98d ± 0,43

Mencit diberi IgY anti membrane T.gondii satu hari sebelum infeksi (P2).

6,06b ± 0,73

Mencit diberi IgY anti membrane T.gondii satu hari bersama infeksi (P3).

7,73b ± 0,79

Mencit diberi IgY anti membrane T.gondii satu hari setelah infeksi (P4).

10,49c ± 1,73

Keterangan: superscript yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan terdapat perbedaan yang nyata (p<0,05).

Pada penelitian ini indeks apoptosis tertinggi didapatkan pada hepar yang diinfeksi takizoit T. gondii dan tidak diterapi IgY anti-membran (kelompok P1) dibandingkan dengan kelompok perlakuan yang lain. Hal ini menyatakan bahwa infeksi T. gondii meningkatkan apoptosis sel hepar. Infeksi T.gondii dapat menyebabkan apoptosis pada sel hepar (Mordue et al., 2001; Begum-Haque et al., 2009). Penelitian Sarjono (2005) mengungkapkan bahwa infeksi T.gondii dapat meningkatkan indeks apoptosis sel desidua. Suwanti (2005) menyatakan infeksi T.gondii menyebabkan peningkatan indeks apoptosis pada trofoblas. Dalam penelitian ini tidak dilakukan penelitian mengenai mekanisme apoptosis dari sel hepar. Apoptosis sel hepar dapat melalui dua jalur yaitu intrinsik dan ekstrinsik.

Apoptosis melalui jalur intrinsik pada sel hepar disebabkan oleh faktor soluble dari parasit yang dapat menginduksi sel hospes sehingga bersifat sangat toksik terhadap sel lain (Mordue et al., 2001). Faktor soluble parasit ini menyebabkan mitokondria melepaskan ROS. Infeksi T. gondii menyebabkan mitokondria memproduksi ROS memicu pelepasan sitokrom C (Nomura et al., 2000). Sitokrom C akan memicu caspase 9 untuk berikatan dengan efektor caspase sehingga terjadi apoptosis (Yoon et al., 2002). Apoptosis sel hepar terjadi karena produksi berlebih dari sitokin-sitokin proinflamasi Mordue et al. (2001). Aktivasi sitokin-sitokin tersebut yaitu IL-18 dan IL-2 akan menghasilkan IFN γ. Mordue et al (2001) juga mengatakan bahwa IL-10 juga mempunyai peranan mestimulasi IFN γ pada kasus endotoxemia. Interferon gamma (IFN γ) akan memicu makrofag memproduksi TNF-α . Denkers and Gazzinalli (1998)

(5)

menyatakan bahwa makrofag yang teraktivasi oleh IFN-γ akan menghasilkan TNF-α. Seperti yang dikemukakan oleh Gaucciardi et al (2005) bahwa bagian dari efek sitotoksik secara langsung pada hepatosit adalah TNF-α atau TNFR-1. Interaksi antara TNF dan TNFR-1 dapat memicu terjadinya apoptosis pada hepar (Yoon et al., 2002).

Selain ikatan TNF dan TNFR-1 apoptosisi juga dipicu adanya ikatan antara FAS-L yang dihasilkan oleh sel T sitolitik (CTL) dan sel NK dengan FAS yang dimiliki sel hepar (Mordue et al., 2001). Tumor nekrosis factor alfa (TNF-α) yang merupakan mediator apoptosis juga dapat memicu sel untuk mengekspresikan FAS sehingga menyebabkan apoptosis (Guicciardi et al., 2005). Pada kelompok yang mendapatkan IgY anti-membran T. gondii (P2, P3 dan P4) terjadi penurunan indeks apoptosis dibandingkan dengan mencit kelompok perlakuan satu (P1) yaitu diinfeksi tetapi tidak diberi IgY anti-membran. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian IgY anti-membran dapat menekan indeks apoptosis sel hepar.

Penurunan ini mungkin disebabkan IgY anti-membran dapat mengikat protein membran SAG-1 (P30) dari takizoit T.gondii yang berperan dalam penempelan pada saat invasi sehingga takizoit tidak dapat menempel dan menginfeksi sel hospes. Praptiwi (2011) mengungkapkan bahwa protein membran SAG-1 (P30) dapat bereaksi dengan IgY anti-membran. Reaksi ikatan antara SAG-1 dengan IgY anti-membran dapat menghambat penempelan takizoit pada sel hospes, sehingga proses apoptosis yang melalui mitokondria pada sel yang terinfeksi tidak terjadi akibatnya infeksi terhadap sel tetangga juga tidak terjadi. Ikatan antara SAG-1 dengan IgY anti-membran juga dapat menghambat penempelan takizoit pada sel hospes, sehingga apoptosis yang melalui APC tidak terjadi.

Diantara kelompok perlakuan mencit yang diberikan IgY anti-membran (P2, P3, dan P4) ternyata P2 dan P3 memiliki indeks apoptosis yang lebih rendah dibandingkan kelompok perlakuan empat (P4). Hal tersebut menunjukkan bahwa pemberian IgY anti-membran sebelum dan bersama infeksi merupakan cara pemberian yang efektif. Fakta tersebut dimungkinkan karena sebelum takizoit mampu menginfeksi sel hospes, takizoit dapat dihambat oleh IgY membran melalui ikatan antara SAG-1 dengan IgY anti-membran T. gondii sehingga takizoit tidak dapat melekat pada sel hospes. Suebekti (2006) Takizoit mampu mencapai sel target 4 (empat) hari pasca infeksi.

Pemberian IgY anti-membran dua hari setelah infeksi (P4) kurang efektif karena kemungkinan takizoit sudah ada yang mampu masuk dan menginfeksi sel hospes sebelum terjadi ikatan antara SAG-1 dengan IgY anti-membran, disamping itu waktu yang diperlukan takizoit untuk melakukan invasi lebih cepat dibandingkan waktu yang dibutuhkan makrofag untuk melakukan fagositosis.

Masuknya takizoit kedalam sel target membutuhkan 15-30 detik sedangkan waktu yang diperlukan untuk fagositosis yang dilakukan sel fagositik memerlukan 2-4 menit Subekti (2006). Hasil ini sesuai dengan Fajarwati (2013) bahwa pemberian IgY anti-membran T. gondii mampu menekan indeks apoptosis trofoblas, dan pemberian IgY anti-membran T. gondii satu hari sebelum infeksi lebih efektif dalam menekan indeks apoptosis sel hepar dibandingkan dengan IgY anti-membran pada saat bersamaan dengan infeksi dan dua hari setelah infeksi.

Kelompok P2, P3 dan P4 masih memiliki indeks apoptosis lebih tinggi dibandingkan dengan P0, hal ini dimungkinkan karena pemberian dosis yang kurang besar dan faktor ulangan dari pemberian IgY anti-membran T. gondii, disamping itu selain SAG-1 terdapat protein lain yang berperan dalam invasi takizoit pada sel hospes. Protein yang berperanan dalam perlekatan takizoit pada sel hospes adalah SAG (surface

(6)

antigen) dan MIC (Subekti dan Arrasyid, 2006). Protein SAG-1 mampu dihambat oleh IgY anti-membran tetapi protein MIC tidak mampu dihambat, sehingga masih ada takizoit yang berhasil menginfeksi sel hospes. Kelompok perlakuan P2 tidak berbeda nyata dengan P3, hal ini kemungkinan disebabkan karena durasi waktu pemberian IgY anti-membran yang tidak terpaut jauh.

Gambar 2. Gambaran histologi hepar mencit dengan pewarnaan apoptag dilihat di mikroskop cahaya perbesaran 400X. Tanda panah hijau menunjukkan sel apoptosis dan tanda panah biru menunjukkan sel normal.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa pemberian IgY anti-membran T. gondii dapat menurunkan indeks apoptosis hepar mencit dan paling efektif diberikan sebelum atau bersama infeksi oleh sebab itu imunoglobilin Y anti-membran ini dapat digunakan sebagai alternatif pencegahan pada Toxoplasmosis.

Daftar Pustaka

Begum-Haque, S., A. Haque and L.H. Kasper. 2009. Apoptosis in Toxoplasma gondii Activated T cells: The Role of IFNγ in Enhanced Alteration of Bcl-2 Expression and Mitochondrial Membrane Potential. Microb Pathog. 47 (5): 281-288.

Denkers, E.Y. and R.T. Gazzinelli. 1988. Regulation and Function of T-Cell-mediated Immunity during Toxoplasma gondii Infection. Clinical Microbiology Review. 11 (4): 569-588.

Fajarwati, D. 2013. Toxoplasmosis: Perubahan Indeks Apoptosis Trofoblas Mencit (Mus musculus) yang Diberi Immunoglobulin Y anti-ESA (Excretory Secretory Antigen) Toxoplasma gondii. Tesis. Program Pascasarjana Universitas Airlangga Surabaya.

Guacciardi, M., E. Gores, G., J. 2005. Apoptosis: A Mechanism of Acute Chronic Liver Injury . Recent Advance in Basic Science 54:1024–1033.

E

D

(7)

Hokelek, M. 2003. Toxoplasmosis. http://www.emedicine.com. [2 Maret 2013].

Mordue, D.G., F. Monroy., M.L. Regina.,C.A. Dinarello and L.D. Sibley. 2001.Acute Toxoplasmosis Leads to Lethal Overproduction of Th1 Cytokines. The American Association of Immunologists. 167: 4574-4584.

Mufasirin. 2013. Vaksininasi Protein Ekskretori-Sekretori Toxoplasma gondii Hasil Biakan in vivo Membangkitkan Respons Imun Non Protektif. Jurnal Veteriner Universitas Airlangga. Surabaya. 14 : 72-77.

Nomura, K., H. Imai, T. Koumura, T.Koebayashi and Y. Nakagawa. 2000. Mithochondrial Phospholipid hydroperoxide glutathione peroxidase inhibists the release of cytocrome c from mithichondrial by suppressing the peroxidation of cardiolipin in hypoglycaemia induced apoptosis. Biochem J. 351: 183-193. Praptiwi, Y. 2012. Karakterisasi dan Produksi Imunoglobulin Y Anti Antigen Membran

Toxoplasma gondii [Tesis]. Fakultas Kedokteran Hewan. Universitas Airlangga. Sardjono T.W. 2005. Pengaruh infeksi Toxoplasma pada hasil kehamilan melalui Interferin gamma (IFN-γ), caspase-3 dan Apoptosis sel-sel plasenta [Disertasi]. Program pasca Sarjana Universitas Airlangga Surabaya.

Subekti, D.K dan N.K Arrasyid. 2006. Imunopatogenesis Toxoplasma gondii Berdasarkan Perbedaan Galur. Wartazoa. Balai Penelitian Veteriner. Universitas Sumatera Utara. Medan.16 (3): 128-145.

Suwanti, L.T. 2005. Mekanisme Peningkatan Apoptosis Trofoblas Mencit Terinfeksi Toxoplasma gondii Melalui Peningkatan Ekspresi IFN-γ,

Suwanti, L.T., Suwarno dan H. Plummeriastuti. 2011. Produksi dan Karakterisasi Imunoglobulin Y Anti-Toxoplasma gondii Sebagai Bahan Imunoplofilaksis dan Imunoterapi Toxoplasmosis Kongenital. Laporan Penelitian Hibah Penelitian Tim Pascasarjana (HPTP) Universitas Airlangga Surabaya.

Yoon, J.H. and G.J. Gores. 2002. Death Receptor-mediated apoptosis and the liver. J. Hepatology. 37: 400-410.

Gambar

Gambar 1.  Pemeriksaan natif stadium takizoit T. gondii dari cairan intraperitoneal  dilihat di mikroskop cahaya perbesaran 400X
Gambar 2.  Gambaran  histologi  hepar mencit  dengan  pewarnaan  apoptag  dilihat di  mikroskop  cahaya  perbesaran  400X

Referensi

Dokumen terkait

Gelombang pemicuan SPWM unipolar untuk pemicuan voltage-source inverter (VSI) tiga fasa diperoleh dengan membandingkan sinyal segitiga (sinyal carrier) dengan tiga

Plot contoh pertama dapat dipilih secara acak dari sejumlah plot-plot contoh dalam populasi atau dapat pula secara acak dipilih dari k unit satuan contoh yang pertama

Sinusitis adalah penyakit yang benyak ditemukan di seluruh dunia, terutama di tempat dengan polusi udara tinggi. Iklim yang lembab, dingin, dengan konsentrasi

Peraturan Walikota Yogyakarta Nomor 64 tahun 2007 tentang Pedoman Penyusunan Upaya Pengelolaan Lingkungan, Upaya Pemantauan Lingkungan dan Dokumen Upaya Pengelolaan

Oleh karena itu, kepentingan nasional dari Indonesia, Malaysia dan Brunei Darussalam dapat di artikan sebagai faktor penting untuk melaksanakan program Heart of Borneo sebagai

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap variabel Strategi Pemasaran (X1) , variabel Marketing Communication (X2), variabel Brand Awareness (Y), dan juga variabel

Empat aspek iklim tropis lembab, yakni Sinar Matahari, Pergerakan Udara, Kelembaban serta Hujan akan menjadi sub bahasan yang dihubungkan dengan pola kelompok rumah,

Kegiatan pembelajaran dalam RPP mengarahkan siswa dan guru menggunakan permasalahan kontekstual untuk membantu siswa membangun dan menemukan kembali konsep.. Lembar Kegiatan Siswa