• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN AKHIR PROGRAM KONSERVASI DAS AYUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN AKHIR PROGRAM KONSERVASI DAS AYUNG"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN AKHIR

PROGRAM KONSERVASI

DAS AYUNG

Desa Pelaga, Kecamatan Petang

Kabupaten Badung

2013

Oleh : I Gde Suarja (Koord. Program JANMA) Ali Dzulfikar (Field Officer Konservasi)

(2)

1

I.

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Desa Pelaga, salah satu desa yang terletak di hulu DAS Ayung, merupakan daerah resapan sumber air bagi penduduk di Kabupaten Badung dan kabupaten lain yang ada di bagian selatan (hilir). Sebagai wilayah yang berada di dataran tinggi, Desa Pelaga memiliki luas wilayah sekitar 3545,20 ha, dengan topografi berbukit-bukit, umumnya dikembangkan sebagai areal pertanian, perkebunan dan kehutanan.

Sebagai wilayah penyangga sumber air Sungai Ayung, masyarakat Desa Pelaga diharapkan melakukan upaya untuk memelihara kelestarian sumberdaya hutan di daerah hulu. Di sisi lain air dari sungai Ayung sebagian besar dinikmati/dimanfaatkan oleh masyarakat dan banyak stakeholder lain di wilayah tengah dan hilir, baik untuk irigasi (sawah), industri pariwisata (rafting, restaurant, dll), maupun sumber air baku bagi PDAM dan pihak swasta lainnya. Karenanya tidaklah adil jika tanggung jawab pelestarian SDA tersebut hanya dibebankan kepada masyarakat Pelaga. Harus ada tanggung jawab dan dukungan dari berbagai pihak yang berada di bagian tengah dan hilir DAS AYUNG, untuk ikut serta memberi kontribusi terhadap program pelestarian sumberdaya air dan hutan di daerah hulu, baik pemerintah maupun pihak swasta, yang juga memanfaatkan sumber air dari Sungai Ayung. Diperlukan upaya yang serius, dan berkelanjutan dari masyarakat dan semua stakeholder, dalam upaya mendukung pelestarian sumberdaya air dan hutan di daerah hulu agar tetap mampu memberikan kehidupan secara berkelanjutan bagi masyarakat, mulai dari hulu, tengah sampai hilir.

Menyadari pentingnya peranan DAS Ayung dalam mendukung kehidupan bagi masyarakat dan tantangan-tantangan yang dihadapinya, maka Perkumpulan JANMA bersama dengan PT.Tirta Investama (Aqua-Mambal), mengembangkan program konservasi Ayung Lestari di Desa Palaga, Kecamatan Petang, Kabupaten Badung, guna mendukung pelestarian konservasi hutan dan sumber daya air di daerah hulu. Program ini dikembangkan sebagai salah satu upaya mendorong para pemangku kepentingan untuk bekerja bersama-sama melakukan perlindungan DAS Ayung sehingga kebutuhan air bagi masyarakat tetap dapat terjamin secara berkelanjutan (kuantitas maupun kualitas)

(3)

2

1.2. Tujuan Program

Secara umum, tujuan program adalah untuk melindungi Daerah Aliran Sungai (DAS) Ayung di Desa Pelaga, Kecamatan Petang sesuai dengan tata guna lahan sebagai daerah resapan/konservasi. Sedangkan secara khusus, tujuan yang ingin dicapai program, yaitu :

1. Masyarakat mampu mengidientifikasi kondisi lahan, hutan, air dan sosial ekonomi masyarakat yang ada di desa Pelaga

2. Adanya kontribusi positif dari para pihak untuk mengelola hutan dan DAS Ayung 3. Adanya aksi rehabilitasi lahan dan penanaman pohon bersama lahan di Desa Palaga 4. Adanya kelembagaan masyarakat lokal yang kuat dan mandiri dalam mengelola DAS

5. Terjadinya perubahan perilaku masyarakat Pelaga dalam mengelola lahan hutan dan air secara mandiri dan lestari.

1.3. Hasil-hasil (Output) Program

Untuk mencapai tujuan-tujuan program tersebut diatas, ada beberapa output yang dicapai, yaitu : 1. Teridentifikasi stakeholder yang terkait dengan pemanfaatan DAS AYUNG

2. Ada kontribusi realisasi para pihak terhadap program perlindungan hutan dan DAS AYUNG Desa Palaga

3. Ada upaya penanaman dan pemeliharaan pohon yang terkoordinir dengan baik oleh para pihak 4. Adanya sistem data base pohon yang ditanam dan tumbuh dengan baik

5. Manajemen internal kelembagaan masyarakat lebih kuat dan mandiri

1.4. Lokasi Program

Kegiatan program konservasi DAS Ayung dilaksanakan di Banjar Bukian dan Kiadan Desa Pelaga-Kecamatan Petang, Kabupaten Badung serta wilayah lain yang merupakan lokasi pengembangan program di sekitarnya (Banjar Tinggan, Desa Pelaga).

(4)

3

II. KEGIATAN DAN HASIL PROGRAM

Dalam upaya mencapai tujuan dan output program yang telah ditetapkan di atas, berbagai kegiatan dilaksanakan oleh JANMA bersama AQUA tahun 2013, antara lain (i) sosialisasi program (ii) Pra Workshop (iii) Workshop DAS Ayung, (iv) Sekolah Lapang (SL) konservasi, (v) pemetaan stakeholder, (vi) Training Sustainable Livelihood Assessment(SLA), (vii) Pengembangan Biopori dan Sumur Resapan, (viii) Monitoring Pohon yang ditanaman tahun lalu, (ix) Aksi Penanaman Pohon, (x) Pengembangan data base pohon dan (xi) Pertemuan POKJA DAS Ayung Lestari. Berikut adalah gambaran proses dan hasil kegiatan yang telah dilakukan.

2.1. Sosialisasi Program

Untuk mengawali pelaksanaan program, kegiatan pertama yang dilakukan oleh JANMA adalah sosialisasi program di kedua banjar (Kiadan dan Bukian). Kegiatan ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengenalkan rencana kegiatan program yang akan dilaksanakan di kedua banjar, dan mengetahui tanggapan dari para “prajuru” banjar maupun masyarakat terkait dengan kegiatan tersebut. Selain itu, kegiatan sosialisasi ini juga dimaskudkan untuk mengetahui gambaran umum Desa Palaga, khususnya Banjar Bukian dan Kiadan sehingga diketahui kondisi riil kebutuhan masyarakat sehingga dapat dilakukan penyesuaian program sesuai dengan kebutuhan masyarakat tersebut. Kegiatan sosialisasi dilakukan dengan pendekatan informal dengan para “prajuru”/tokoh-tokoh masyarakat dan pendekatan formal melalui pertemuan rutin (“sangkepan”) banjar. Kegiatan pertemuan rutin (“sangkepan”) banjar biasanya dilaksanakan pada saat hari bulan mati (“tilem”), dimana saat ini dilasanakan kegiatan gotong royong atau kegiatan adat lainnya. Dari proses sosialisasi ini, diperoleh gambaran, dimana pada prinsipnya para kelihan (“prajuru”) di kedua banjar menyambut positif rencana program yang akan dikembangkan JANMA dan Aqua terutama dalam upaya untuk membantu

(5)

4

pelestarian SDA dan hutan di daerah Pelaga. Walaupun demikian untuk di wilayah Banjar Kiadan, proses sosialisasi mengalami sedikit kendala, dimana kegiatan ini sempat tertunda karena adanya perbedaan kepentingan di antara para “prajuru” banjar dinas/adat dan subak.

Kegiatan sosialisasi program berlangsung 4-5 kali selama bulan Mei, tidak hanya dilakukan di kedua banjar tersebut, akan tetapi juga dilaksanakan dengan stakeholder yang lain untuk mendukung pengembangan program, yaitu Distanbunhut Badung, BPP Pelaga-Petang dan SMK Pertanian Petang, yang berada di Desa Pelaga. Para stakeholder ini menyambut baik rencana program yang akan dikembangkan JANMA dan Aqua di Pelaga dan bersedia bekerjasama dalam mendukung pelaksanaan program karena sejalan dengan visi serta tujuan dan kebijakan program Pemerintah Badung.

2.2. Mengidentifikasi potensial partner dan melakukan lobi-lobi /komunikasi

Sebagai tindak lanjut kegiatan sosialisasi, dalam upaya persiapan pengembangan program konservasi secara optimal, tahap awal JANMA melakukan identifikasi lembaga-lembaga/institusi yang mempunyai program-program atau fokus perhatian dalam pengembangan konservasi hutan dan SDA di daerah hulu DAS Ayung, baik pemerintah, swasta dan LSM. Strategi pendekatan yang dilakukan dengan mencari informasi di Kantor Desa Pelaga, BPP Pelaga maupun Distanbunhut Badung, terkait dengan lembaga-lembaga yang selama ini terdapat di wilayah Pelaga dan mengembangkan kegiatan program konservasi dan perlindungan hutan maupun sumber daya air. Ada beberapa beberapa lembaga/institusi telah diidentifikasi yang memungkinkan/berpotensi untuk diajak bekerjasama dan koordinasi intensif oleh tim JANMA dalam mendukung pelaksanaan program konservasi DAS Ayung ke depan, khususnya di wilayah hulu, antara lain: BPP Pelaga, SMK N 1. Pertanian Petang, Yayasan Wisnu, PT. Bagus Agro Pelaga, UBB Wine, Distanbunhut Badung, BLH Badung, Dinas Cipta Karya Badung, PDAM Badung, Pemdes Pelaga, Forum DAS Badung, BP DAS Propinsi Bali. Selanjutnya, dilakukan penjajakan dan komunikasi ke masing-masing lembaga tersebut sekaligus untuk memperkenalkan JANMA dan program yang akan dikembangkan di Pelaga bekerjasama dengan PT Tirta Investama. Kegiatan kominikasi dan lobi-lobi dilakukan secara intensif sesuai dengan dukungan kerjasama yang bisa dilakukan bersama., seperti untuk rencana sekolah lapang (SL) dilakukan komunikasi intensif dengan BPP Pelaga dan Distanbunhut Badung, terkait dengan pengembangan biopori dan sumur resapan dilakukan dengan BLH dan Dinas Cipta Karya Badung, dll.

(6)

5

2.3. Pra Workshop DAS Ayung

Selama ini penggunaan air permukaan yang mengalir dari DAS Ayung sebagian besar dimanfaatkan untuk air irigasi persawahan, perkebunan, dan juga sebagai sumber air bersih bagi penduduk yang bermukim di wilayah Bali Selatan (hilir), baik perorangan maupun sektor industri, termasuk juga dimanfaatan sebagai objek wisata arung jeram (rafting). Disisi lain, masyarakat di hulu DAS Ayung tidak banyak yang dapat memanfaatkan air tersebut untuk air bersih karena keterbatasan teknologi, sehingga untuk sumber air minum, mereka masih harus menempuh jarak lebih dari 1 (satu) kilometer untuk mendapatkan 1 (satu) ember air.

Memperhatikan arti penting keberadaan DAS Ayung bagi kehidupan lingkungan, sosial ekonomi dan budaya masyarakat, serta kecenderungan makin berkembangnya berbagai permasalahan yang mungkin akan terjadi seiring perkembangan pembangunan dan kehidupan masyarakat ke depan, diperlukan adanya upaya pengembangan dan pengelolaan sumber daya air di daerah aliran Sungai Ayung secara terpadu dan terintegrasi. Karena itu, sebagai langkah awal untuk mengkaji konsep pengelolaan DAS Ayung, dilakukan kegiatan Pra Workshop Pengelolaan DAS Ayung, yang bertujuan untuk membangun pemahaman bersama para pihak terkait dengan pengelolaan DAS Ayung ke depan. Hasil kegiatan pra workshop selanjutnya akan dibahas lebih lanjut dalam kegatan lokakarya lanjutan untuk merumuskan Pengelolaan DAS Ayung secara terpadu dari hulu sampai hilir.

Kegiatan Pra Workshop dilaksanakan selama sehari pada 8 Juli 2013, dihadiri oleh 60 peserta dari berbagai stakeholder yang selama ini memanfaatkan air dari Sungai Ayung. Kegiatan ini dilaksanakan di Ruang Pertemuan Distanbunhut Badung, bekerjasama dengan Distanbunhut Badung, untuk penyediaan tempat dan fasilitasi surat undangan. Kegiatan dibuka secara resmi oleh Kadis Distanbunhut Badung, menampilkan 3 pembicara/narasumber, yaitu PT Tirta Investama (Aqua), BPDAS Bali dan PPLH-Unud. Ada beberapa catatan/kesimpulan akhir yang dihasilkan dari Pra Workshop, antara lain:

(i) Pengelolaan DAS Ayung perlu dilakukan secara terpadu dengan melibatkan berbagai pihak. Dalam upaya pengelolaan DAS Ayung secara terpadu, perlu dibuat tindakan aksi nyata yang

(7)

6

mencakup 3 dimensi penting, yaitu dimensi peningkatan ekonomi masyarakat, dimensi lingkungan (water suplai dan higienitas), serta dimensi perlindungan dan pelestarian hutan melalui penanaman berbagai jenis pohon yang berfungsi untuk konservasi.

(ii) Untuk workshop lebih lanjut , perlu didata kembali para pihak (stakeholder) di DAS Ayung baik yang memanfaatkan sumber daya air DAS Ayung secara langsung maupun tidak langsung seperti pengusaha di daerah hilir. Hal ini penting supaya lebih banyak stakeholder yang bisa dilibatkan dalam workshop sehingga diharapkan dapat memberikan masukan dan dukungan aksi dalam pengelolaan DAS Ayung ke depan.

(iii) Fokus rencana BP DAS, dimana telah memiliki rencana pengelolaan DAS Ayung Terpadu agar dipaparkan secara lebih jelas dan detail rencana-rencana tersebut pada saat workshop nanti sehingga bisa disinergikan dengan rencana aksi pengelolaan DAS yang akan dikembangkan para stakeholder.

(iv) Model cost sharing yang bisa dikembangan dalam pengelolaan DAS Ayung perlu diuraikan sistem dan mekanismenya secara lebih jelas dan detail supaya bisa bermanfaat bagi semua pihak

(v) Perlu dikembangkan model kelembagaan yang bisa mengatur pengelolaan DAS Ayung terkait dengan jasa lingkungan yang bisa memberikan manfaat bagi masyarakat , baik pengguna jasa maupun penerima manfaat atas jasa lingkungan tersebut. Apakah forum DAS yang sudah ada saat ini bisa diperkuat atau perlu dibentuk kelembagaan baru? Hal ini yang perlu diangkat lagi dalam workshop.

(vi) Perlu ada komitmen dan tindakan bersama untuk konservasi DAS Ayung, penyadaran para pihak yang mengakses DAS Ayung, dan memperkuat penghidupan masyarakat di daerah hulu. Masyarakat dan para stakeholder di daerah tengah dan hilir wajib berkontribusi untuk agenda pelestarian DAS Ayung dan peningkatkan kesejahteraan dan partisipasi masyarakat di daerah hulu.

(8)

7

2.4. Workshop DAS Ayung

Sebagai tindak lanjut dari kegiatan Pra Workshop, dilakukan kegiatan lanjutan berupa Workshop Para Pihak dalam Pengelolaan DAS Ayung Secara Terpadu dan Berkelanjutan. Kegiatan ini bertujuan untuk membangun pemahaman bersama para pihak terkait dengan pengelolaan DAS Ayung secara terpadu dan berkelanjutan dari hulu sampai hilir. Sedangkan keluaran yang ingin dicapai, antara lain:

(i) Terbangunnya pemahaman yang sama oleh para pihak tentang pengelolaan DAS Ayung secara terpadu dan manfaatnya bagi kehidupan masyarakat, baik di hulu, tengah dan hilir.

(ii) Adanya rencana tindakan aksi bersama pengelolaan DAS Ayung secara terpadu yang disepakati oleh para pihak dan dijadikan sebagai salah satu model dalam melakukan aksi pengelolaan DAS Ayung ke depannya.

Kegiatan lokakarya menampilkan satu narasumber utama (Dr. Ir. Made Sudarma, MS - PPLH Unud), dibuka secara resmi oleh Kadis Distanbunhut Badung dan dihadiri oleh 42 peserta, terdiri dari berbagai unsur, seperti tokoh masyarakat, pemerintah

desa, pelaku pariwisata, Dinas terkait, dll. Peserta yang terlibat, sebagian besar merupakan peserta Pra Workshop sebelumnya, guna memberikan masukan tentang berbagai permasalahan dan gagasan terkait dengan model pengelolaan DAS Ayung secara terpadu ke depan. Selain itu ada beberapa tambahan peserta lain yang juga terkait dalam memanfaatkan sumber daya air dari DAS Ayung. Daftar peserta workshop terlihat dalam Lampiran 1.

Beberapa permasalahan terungkap dalam workshop pengelolan DAS Ayung, antara lain:

• Berkurangnya penutupan vegetasi permanen di bagian tengah dan hulu DAS akibat perubahan tata guna lahan.

• Terjadinya kerusakan hutan di daerah hulu DAS Ayung.

• Budidaya tanaman yang tidak sesuai dengan kelas dan kemiringan lahan • Tingginya tingkat erosi dan sedimentasi di bagian hulu DAS.

Acara pembukaan workshop DAS Ayung di SMK N 1 Pelaga, oleh Kadis Distanbunhut Badung

(9)

8 • Terjadinya pelanggaran sempadan sungai/jurang.

• Kurangnya kesadaran dan partisipasi masyarakat terhadap kelestarian DAS.

• Rendahnya kemampuan masyarakat untuk melakukan usaha konservasi di hulu dan tengah DAS. • Belum adanya internalitas pembiayaan untuk pengelolaan bersama.

• Belum adanya KETERPADUAN pengelolaan DAS Ayung antar wilayah dan antar sektor

Dari kegiatan workshop, mengasilkan rencana tindak lanjut berupa gagasan untuk mengembangkan sebuah pilot program di Desa Pelaga, sebagai titik awal dalam mengembangkan model Pengelolaan DAS Ayung secara Terpadu dan Berkelanjutan. Untuk mengawal pilot program tersebut, peserta workshop juga menyepakati dibentuk tim ad-hoc/POKJA DAS Ayung yang berperan untuk memfasilitasi dan mengkoordinasikan pelaksanaan pilot program pengelolaan DAS Ayung ke depan. Nama-nama tim POKJA DAS Ayung yang disepakati dan ditetapkan dari hasil workshop terdiri dari berbagai unsur, sebagaimana terlihat dalam Lampiran 2.

2.5. Sekolah Lapang Konservasi

Kegiatan Sekolah Lapang (SL) Konservasi bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dan pengetahuan petani dalam pengembangan konservasi lahan dan hutan, melalui penanaman berbagai jenis pohon kayu seperti Langgung, Jimas dan

Albesia (Sengon) serta tanaman buah sesuai dengan kondisi setempat. Sedangkan keluaran dari kegiatan ini antara lain:

(i) Petani paham tentang cara membuat pembibitan tanaman konservasi untuk mendukung pengembangan konservasi di daerah hulu DAS Ayung

(ii) Minimal 30 orang petani terlatih dalam

kegiatan sekolah lapang konservasi dan mampu mengembangkan pembibitan berbagai jenis tanaman konservasi.

(iii) Tersedia bibit tanaman konservasi yang siap tanam minimal sebanyak 3,000 pohon

Sekolah Lapang, dilakukan di dua lokasi, masing-masing di Banjar Bukian dan Kiadan selama periode Juni-Desember, dengan 9 kali pertemuan. Jumlah peserta Sekolah Lapang, masing-masing sebanyak 16

(10)

9 orang petani dari Banjar Bukian dan 18 orang petani dari Banjar Kiadan, Desa Pelaga. Daftar nama-nama peserta Sekolah Lapang Konservasi, terlihat dalam Lampiran 3.

Proses pendekatan yang dikembangkan selama kegiatan SL adalah model Pendidikan Orang Dewasa (POD) melalui penggalian pengalaman dari peserta dan pendalaman materi dari narasumber. Selain itu, selama proses pembibitan, pemeliharaan bibit (penyiraman dan

pembersihan gulma) dilakukan pendampingan secara intensif oleh fasilitator. Topik yang dibahas selama kegiatan Sekolah Lapang Konservasi melipuiti beberapa materi, antara lain:

Tahap Topik/Materi dan Kegiatan

I Pembukaan, perkenalan, dan harapan peserta II -Teknik Pembuatan Pesemaian dan Pembibitan.

-Teknik Persemaian Sengon

III. -Pemahaman tentang Arti penting Konservasi

-Teknik Pembuatan bedeng tabur dan penyemaian Sengon IV Teknik Persemaian Langgung dan Jimas

V Agroforestry dan Nilai Ekonomi Kebun

VI Teknik pengisian media polibag, pembuatan penaung dan pemindahan bibit VII Siklus Hidrologi

VIII Analisa Keuntungan Usaha Pembibitan IX Analisa Potensi Harga Pasar Tanaman Kayu

Untuk memfasilitasi proses kegiatan SL, ada beberapa narasumber yang terlibat, antara lain :  Bapak Probo Raharjo, S.Hut (PPL Dinas Kehutanan) BPP Petang

 Bapak I Nyoman Sutrisna (penangkar benih dari desa Tinggan)  Bapak I Nyoman Suana (Pembeli dan Pengolah kayu)

 Bapak I Gde Suarja (Koordinator Program)

 Dzulfikar Ali Sauwibi, S.Si (PL Konservasi sebagai fasilitator).

(11)

10

Hasil dari kegiatan Sekolah Lapang konservasi, selain mampu meningkatkan pemahaman peserta tentang pentingnya melakukan konservasi SDA di daerah hulu melalui penanaman pohon kayu secara teratur, juga dihasilkan beberapa jenis bibit pohon yang akan ditanam di wilayah Bukian dan Kiadan. Jenis bibit pohon yang dihasilkan, antara lain :

1. Langgung, sebanyak 2.300 pohon 2. Sengon, sebanyak 2.000 pohon 3. Jimas, sebanyak 1,600 pohon

Semua bibit pohon tersebut dibagikan secara merata kepada setiap anggota kelompok SL untuk di tanam di kebun masing-masing.

2.6. Pemetaan Stakeholder (transek DAS Ayung)

Untuk mengindentifikasi dan memetakan para stakeholder yang selama ini memanfaatkan air dari Sungai Ayung baik untuk kepentingan irigasi, sumber air minum maupun untuk industri pariwisata dilakukan kegiatan pemetaan stakeholder melalui penelusuran/transek DAS Ayung. Selain itu, kegiatan ini juga dimaksudkan untuk mengetahui potensi yang bisa dikembangkan oleh masyarakat dan stakeholder dalam mendukung pengelolaan DAS Ayung, khususnys di stakeholder yang berada di bagian tengah maupun hilir DAS Ayung. Pelaksanaan kegiatan ini dilakukan oleh tim yang terdiri dari Ketua POKJA (Made Sudarma), JANMA (Gde Suarja, Ali dan IB Manu), Kelihan Subak Buangga dan Kepala Desa Bongkasa Pertiwi.

Kegiatan penelusuran/transek DAS Ayung dilakukan selama 2 hari (29-30 Sept 2013), melalui dua jalur yaitu jalur darat dan sungai ayung, bekerjasama dengan forum Rafting Ayung. Kegiatan transek melalui jalur darat dilakukan di wilayah Subak Buangga (khususnya di Munduk Beng, Buangga dan Kasianan), yang berada di sepanjang pinggiran Sungai Ayung serta di Desa Bongkasa Pertiwi. Melalui jalur darat digali beberapa informasi terkait dengan pemanfaatan sungai ayung dan stakeholder yang memanfaatkan terutama untuk kegiatan rafting, serta informasi lain seperti potensi lahan untuk pengembangan tanaman buah seperti Manggis dan Kelapa. Selain pemetaan, juga dilakukan wawancara kepada beberapa warga atau Kelihan setempat tentang pengolahan limbah rumah tangga dan ternak. Limbah ternak yang ada sebagian sudah dimanfaatkan sebagai pupuk/kompos di kebun masing-masing sedangkan. Dalam wawancara tersebut juga diperoleh gambaran bahwa dalam kurun waktu lima tahun terakhir debit air sungai mengalami penurunan, walaupun tidak ada pengukuran yang pasti. Selain itu, dari

(12)

11

hasil pengamatan secara langsung di lapangan, juga ditemukan adanya beberapa bangunan yang didirikan di sempadan sungai, seperti vila, hotel & restaurant.

Penelusuran melalui jalur sungai dilakukan kurang lebih sepanjang 12 KM mulai dari hulu hingga ke bagian tengah. Dari pengamatan secara langsung di sepanjang Sungai Ayung, ditemukan beberapa penyalahgunaan sempadan sungai untuk usaha hotel, vila, restaurant, dll serta kegiatan explorasi oleh beberapa penambang pasir. Beberapa vila dan hotel dibangun tepat di sempadan sungai dan limbah pengolahan makanan dibuang langsung ke sungai tanpa diolah terlebih dahulu sehingga menimbulkan bau yang tidak sedap. Selain kegiatan penambangan pasir, juga ditemukan puluhan usaha rafting yang menggunakan sungai ayung, dari berbagai pihak, baik yang berada di wilayah Kabupaten Badung maupun Kabupaten Gianyar

Dari kegiatan penelusuran/transek tersebut, diperoleh beberapa gambaran hasil, antara lain :

 Terpetakan stakeholder yang memanfaatkan DAS Ayung, seperti Rafting, Hotel, Vila, Restaurant, Subak dan Swasta (PDAM dan PT Tirta Investama), sebagaimana terlihat dalam lampiran 4.  Teridentifikasi permasalahan dalam pemeliharaan sumber daya air dan pertanian, seperti erosi,

vegetasi yang masih tumbuh, pemanfaatan sempadan sungai, dan lain sebagainya.

 Harapan-harapan masyarakat desa terkait dengan tindakan aksi yang bisa dikembangkan terkait dengan permasalahan dan potensi yang ada dalam mendukung pelestarian DAS Ayung.

(13)

12

2.7. Sustainable Livelihood Assessment-SLA

Kegiatan pengkajian penghidupan berkelanjutan (sustainable livelihood assessment-SLA) ini dilaksanakan dalam bentuk pelatihan, yang diikuti oleh 35 orang peserta dari Banjar Bukian, Kiadan dan Tinggan. Adapun tujuan dari pelatihan pengakajian adalah untuk mengindentifikasi berbagai persoalan-persoalan dan potensi yang ada berkaitan dengan pengelolaan sumberdaya air, stakeholder yang memanfaatkan sumber daya air dan pola penghidupan masyarakat di DAS Ayung serta faktor-faktor yang mempergaruhinya. Sedangkan keluaran yang ingin dicapai, yaitu :

(i) Peserta paham tentang eksosistem sumberdaya air, memetakan permasalahan dan potensi dalam melestarikan sumberdaya air di DAS Ayung serta faktor-faktor yang mempengaruhi penghidupan masyarakat di sepanjang DAS Ayung.

(ii) Peserta mampu membuat peta pemanfatan lahan dan kondisis sosial ekonomi masyarakat di desa Plaga (khususnya di Banjar Bukian, Kiadan maupun Tinggan). Pelaksanaan training dilakukan secara bertahap selama 4 hari mulai 10-13 Oktober 2013, bertempat di Kantor BPP Pelaga, Kecamatan Petang Kabupaten Badung, difasilitasi oleh beberapa narasumber dari Yayasan Sekala (Pram

dan Made Sudana) dan tim JANMA (Putra Suardika dan IB Manu). Metode pendekatan yang dikembangkan dalam kegiatan training SLA ini, adalah pendekatan partisipatif yang dipadukan antara pemahaman teori (in class) terkait dengan pengelolaan ekosistem SDA Air, pemetaan, analisis penghidupan berkelanjutan serta praktek lapangan untuk membuat peta pemanfaatan lahan dan potensi penghidupan berkelanjutan masyarakat secara partisipatif. Peserta sangat antusias karena banyak mendapatkan pengetahuan baru yang belum pernah didapatkan. Dari kegiatan ini peserta mendapatkan pengetahuan tentang pentingnya sumber-sumber yang ada di lingkungan masing-masing dan penggunaan GPS (Global Positioning System) untuk menentukan titik koordinat peta dan ketinggian lokasi. Selain itu, dari kegiatan training SLA telah dihasilkan tiga buah Peta Tata Guna Lahan Banjar Bukian, Kiadan, dan Tinggan yang dibuat oleh peserta dari masing-masing banjar, sesuai dengan pengambilan titik

(14)

13

koordinatnya, dan dibantu oleh Sekala untuk proses finalisasi peta. Ketiga peta tersebut, sudah dipasang dan dimanfaatkan oleh ketiga Banjar (Bukian, Kiadan dan Tinggan).

2.8. Pengembangan Biopori dan Sumur Resapan

Biopori dan Sumur Resapan merupakan metode alternatif untuk meningkatkan daya resap air hujan ke dalam tanah. Tujuan dari pengembangan Biopori ini adalah sebagai upaya untuk meningkatkan pengetahuan dan sekaligus proses pembelajaran bagi masyarakat Desa Pelaga khususnya masyarakat Banjar Bukian dan Kiadan agar mampu membuat lubang resapan Biopori dan Sumur Resapan sehingga dapat meningkatkan daya resap air hujan dan cadangan air dalam tanah. Sedangkan keluaran dari kegiatan ini adalah:

(i) Masyarakat paham tentang mafaat dan fungsi biopori sebagai bagian dari konservasi tanah dan air (ii) Terbuat minimal 300 lubang biopori masing-masing 150 biopori di Banjar Bukian dan Kiadan. (iii) Terbangun 6 (enam) sumur resapan di Banjar Bukian dan Kiadan sebagai percontohan untuk

pengembangan lebih lanjut oleh masyarakat Desa Plaga.

Sosialisasi pembuatan biopori, dilakukan bekerjasama dengan Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kab. Badung Bag. Pengawasan Anaisa Mengenai Dampak Lingkungan (A.A. Raka Sukadana) sebagai narasumber teknik pembuatan biopori. Sedangkan sosialisasi pembuatan Sumur Resapan dilakukan bekerjasama dengan Dinas Cipta Karya u/p Bagian Pertambangan dan Energi Kabupaten Badung, yang di wakili oleh I Made Sukearsana dan I Dewa Made Mahendra. Kedua dinas/instansi tersebut dilibatkan dalam kegiatan sosialisasi di Banjar Bukian dan Kiadan. Selain itu, dalam upaya untuk menyebarluaskan pengembangan biopori, selain di kedua banjar tersebut, JANMA juga melakukan pengembangan

(15)

14

sosialisasi dan praktek pembuatan biopori di SMK N 1 Pertanian Petang, dengan melibatkan guru-guru dan siswa, di Banjar Tingga, dan di Desa Bongkasa Pertiwi.

Adapun fungsi dan manfaat dari Biopori, yaitu :  Memaksimalkan air yang meresap ke

dalam tanah sehingga menambah air tanah.

 Membuat kompos alami dari sampah organik

 Mengurangi genangan air sehinga menjauhkan dari penyakit kulit

 Mengurangi air hujan yang dibuang percuma ke laut

 Mengurangi resiko banjir di musim hujan  Mencegah terjadinya erosi tanah dan

tanah longsor

Dari kegiatan sosialisasi pengembangan Biopori dan Sumur Resapan, hasil yang dicapai sebanyak 435 lubang Biopori dan 10 Sumur Resapan telah dibuat oleh masyarakat maupun siswa/siswi SMK N 1 Pertanian Petang, sebagai tindak lanjut dari kegiatan praktik pembuatan biopori di lapangan. Secara detail sebaran jumlah bipori dan sumur resapan yang telah dibuat dalam tahun 2013, seperti tertera dalam tabel 1 dan 2, berikut:

Tabel 1. Pembuatan Biopori

No Nama Banjar/Instansi Jumlah Peserta Jumlah Biopori

1 Bukian 17 175

2 Kiadan 18 180

3 SMK N 1 Petang 40 45

4 Tinggan 1 10

5 Br. Kr Dalem I, Bongkasa Pertiwi 2 15

6 Br. Kr Dalem II, Bongkasa Pertiwi 1 10

Total 79 435

(16)

15 Tabel 2. Pembangunan Sumur Resapan (SR)

No Nama Banjar / Desa Jumlah SR

1 I Wayan Supariasa Bukian, Pelaga 1

2 I Made Jana Bukian, Pelaga 1

3 I Made Olog Bukian, Pelaga 1

4 Balai Banjar Bukian, Pelaga 1

5 Balai Subak Kiadan, Pelaga 1

6 Balai Banjar Kelod Kiadan, Pelaga 1

7 I Ketut Saba Kiadan, Pelaga 1

8 I Nyoman Saba Kiadan, Pelaga 1

9 I Ketut Gatra Tinggan, Pelaga 1

10 I Nyoman Klenteng Tinggan, Pelaga 1

2.9. Monitoring Pohon Yang Ditanam Tahun Lalu

Guna mengetahui kondisi bibit pohon yang telah diberikan oleh PT. Tirta Investama kepada masyarakat di Desa Pelaga tahun 2012, JANMA melakukan kegiatan monitoring penanaman pohon oleh masyarakat di 9 banjar di wilayah Desa Pelaga. Kegiatan ini dilaksanakan selama periode Juni-Juli 2013, dengan melakukan wawancara dan kunjungan ke masing-masing kelihan subak/banjar di 9 Banjar di wilayah Desa Pelaga, sebagaimana tertera dalam tabel 3.

Tabel 3. Daftar nama narasumber yang diwawancara dalam monitoring penanaman pohon tahun lalu (2012)

No Nama Jabatan No. Telp

1 I Wayan Dawan Kelihan Desa Adat Bukian

2 I Wayan Suma Kelihan Subak Kiadan 085792398727

3 I Wayan Gara Kelihan Dinas BMT 085935380007

4 I Ketut Yuta/I Wayan Siyung Kelihan Dinas Auman 081338677664 5 I Wayan Suena/I Made Sunda Kelihan Subak Nung-nung 085238485529 6 I Nyoman Budal Kelihan Subak Pelaga (mantan) 081236067806

7 I Ketut Sudi Kelihan Subak Semanik 085237874543

8 I Nyoman Darsa Kelihan Dinas Tinggan 081338313026

(17)

16

Dari hasil monitoring yang dilakukan di masing-masing banjar, diperoleh data/informasi terkait jenis dan jumlah bibit pohon yang diterima dan ditanam oleh masyarakat tahun lalu, di masing-masing lokasi, sebagaimana diuraikan dalam tabel 4.

Tabel 4 Jenis dan jumlah pohon yang ditanam petani, di masing-masing banjar, di Desa Pelaga 2012

No Banjar Jenis Bibit D T H M P Ket

1 Bukian Jimas 1.500 250 3 1.497 1 Demplot

2 Kiadan Manggis 600 580 505 95 170 3 Bukit Munduk Jimas 2.550 2.550 1.966 584 50 Sengon 530 530 405 125 2 Demplot 4 Auman Manggis 300 300 206 94 28 Sengon 1.500 1.039 889 611 20 5 Pelaga Manggis 200 180 137 63 87 Sengon 2.000 1.345 603 1.397 87 6 Nung-nung Jabon 2.000 1.400 630 1.370 7 Jimas 300 200 90 210 5 7 Semanik Sengon 1.000 100 36 964 100 8 Tinggan Manggis 100 100 65 35 5 Sengon 500 500 165 335 5

9 Tiyingan Jabon 600 0 0 600 0 Rusak

Jumlah 13.680 9.074 5.700 7.980 567

Keterangan:

D : Jumlah bibit yang diterima T : Jumlah bibit yang ditanam H : Jumlah bibit yang hidup M : Jumlah bibit yang mati P : Penerima

Berdasarkan wawancara dengan Kelihan Subak atau Kelihan Dinas, terkait banyaknya bibit yang mati atau tidak ditanam tahun lalu, disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:

 Bibit yang diberikan kurang sesuai dengan apa yang diinginkan masyarakat,

 Banyak bibit yang rusak saat proses penurunan di masing-masing banjar sehingga antusiasme warga untuk mengambil dan menanam kurang. Seperti contoh di Banjar Tiyingan, tidak ada warga yang mengambil dan menanam bibit karena banyak yang rusak dan kondisinya kurang sehat.  Penanaman dilakukan tidak di lahan milik warga sendiri. Seperti di Banjar Bukian, melakukan

(18)

17

antusias untuk menanam karena bukan di tanah sendiri. Selain itu lokasi penanaman yang jauh dan bibit yang diberikan ukurannya masih kecil-kecil.

 Kesibukan warga yang padat sehingga perawatan pada bibit yang ditanam kurang.

2.10. Aksi Penanaman Pohon

Dalam upaya untuk menjaga ketersediaan air secara berkelanjutan (baik secara kuantitas maupun kualitas), maka pengelolaan sumber daya air dan hutan merupakan upaya penting yang harus dilakukan oleh semua pihak. Kerusakan hutan di bagian hulu akan mempengaruhi kondisi air yang mengalir di sungai, karena air hujan yang ada tidak

akan bisa tertahan/tertampung secara optimal dalam tanah. Oleh karena itu, perlu ada tanggungjawab bersama stakeholder yang memanfaatkan sumberdaya air dari DAS Ayung, untuk ikut menjaga ekosistem (hutan) dan kelestarian SDA secara berkelanjutan, khususnya di daerah hulu. Karena itu, kegiatan Aksi Penanaman Pohon ini dilakukan dengan melibatkan

masyarakat dan para pihak yang berkepentingan dengan pengelolaan DAS Ayung, khususnya di Desa Pelaga sebagai daerah resapan air. Kegiatan menanam berbagai jenis pohon kayu maupun buah-buahan dilakukan sesuai dengan potensi wilayah dan kebutuhan masyarakat setempat, agar tanaman tersebut dapat dikembangkan dan dipelihara secara berkelanjutan.

Tujuan dari kegiatan aksi penanaman pohon, antara lain:

(i) Sebagai upaya untuk mengkonservasi daerah hulu maupun tengah serta melakukan penyulaman tanaman yang sudah ditanam sebelmunya (tahun lalu).

(ii) Meningkatkan keanekaragaman hayati di daerah hulu dan tengah sebagai upaya untuk mewujudkan DAS Ayung Lestari.

Sedangkan keluaran dari kegitan ini adalah tertanamnya lebih dari 10.000 bibit kayu dan buah di beberapa wilayah Banjar di Desa Pelaga dan desa lainnya sebagai upaya pengembangan, guna mendukung pelestarian SDA air dan hutan.

(19)

18 Kegiatan aksi penanaman pohon dimulai pada Nopember 2013 hingga Januari 2014, bersamaan dengan turunnya musim hujan di wilayah Pelaga. Berbagai jenis pohon yang ditanam disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat sehingga pohon tersebut nantinya dapat dirawat/dipelihara dengan baik oleh masyarakat. Jenis pohon kayu seperti langgung, sengon, jimas serta gamelina (jati putih),

merupakan jenis pohon yang paling disukai oleh masyarakat karena sangat sesuai dengan iklim/kondisi wilayah Pelaga. Sebagian besar bibit-bibit kayu ditanam merupakan hasil dari kegiatan Sekolah Lapang pembibitan yang dilakukan di Bukian dan Kiadan. Sedangkan jenis lainnya seperti gamelina dibeli dari luar Pelaga karena tidak tersedia di wilayah ini. Selain penanaman pohon kayu, juga dilakukan penanaman pohon buah, seperti manggis, durian, sawo dan kelapa gading. Kegiatan penanaman pohon dilaksanakan di 8 banjar, dengan jumlah pohon yang ditanam sebanyak 13,775 pohon (Tabel 5).

Tabel 5. Aksi penanaman pohon di DesaPelaga, Getasan, Carangsari dan Bongkasa Pertiwi, 2013

No Banjar Jenis pohon Jumlah Jumlah Penerima

1. Tinggan, Desa Pelaga Langgung 5,000 pohon 125 KK Sawo 300 pohon 125 KK 2. Bukian, Desa Pelaga Langgung 2,000 pohon 16 KK

Sengon 2,000 pohon 16 KK Manggis 100 pohon 16 KK 3. Auman, Desa Pelaga Manggis 30 pohon 26 KK

Sawo 60 pohon 28 KK

4. Kiadan. Desa Pelaga Durian 450 pohon 190 KK Jati putih 710 pohon 190 KK Langgung 900 pohon 18 KK Jimas 1600 pohon 18 KK 5. Buangga, Desa Getasan Manggis 227 pohon 74 KK 6. Beng, Desa Carangsari Manggis 158 pohon 51 KK 7. Kasianan, Desa Carangsari Manggis 140 pohon 45 KK 8 Desa Bongkasa Pertiwi Kelapa 100 pohon 3 KK

Total 13,775 pohon

(20)

19

2. 11. Pengembangan database Pohon

Guna mendukung pendataan hasil-hasil kegiatan program, khususnya kegiatan penanaman pohon yang telah dilakukan oleh masyarakat, baik pohon yang ditanam tahun lalu (2012) maupun yang ditanam tahun ini, JANMA mengembangkan kegiatan pengelolaan database secara sederhana agar semua data-data penanaman pohon dan perkembangannya dapat dikelola dan dimanfaatkan dengan baik oleh semua pihak yang membutuhkan. Kegiatan pengembangan data base dilakukan bekerjasama dengan tenaga lokal dari Banjar Kiadan (Ketut Sudiasa), yang punya pengalaman dalam pengembangan database. Dan hasil yang telah dicapai, semua data-data penanaman pohon dari keseluruhan banjar, baik yang ditanam tahun 2012 maupun yang ditanam tahun 2013, telah diinput dan dikelola dalam database JANMA, untuk bahan monitoring lebih lanjut terkait perkembangan pohon yang telah ditanam, tumbuh, mati dan yang masih dipelihara dengan baik oleh masyarakat.

2.12. Pertemuan POKJA DAS AYUNG Lestari

Salah satu hasil dari workshop Pengelolaan DAS Ayung secara Terpadu pada 26 Juli 2013, disepakati terbentukan tim POKJA DAS Ayung yang akan berperan untuk memfasilitasi koordinasi para pihak dalam pengelolaan DAS Ayung ke depan.

Sebagai tindak lanjut dari pembentukan pokja tersebut, JANMA membantu memfasilitasi kegiatan pertemuan reguler tim POKJA untuk membahas rencana pengembangan pilot program yang bisa dilakukan di wilayah hulu sebagai titik awal kegiatan pengelolaan DAS Ayung secara terpadu. Menyadari keberadaan anggota tim POKJA DAS Ayung terdiri dari berbagai unsur, antara lain: akademisi, LSM, tokoh masyarakat

Kiadan, Kelihan Subak Buangga, Kepala Desa Bongkasa Pertiwi, PT. Tirta Investama dan JANMA, maka kegiatan pertemuan ini menjadi sangat penting dalam upaya menyamakan persepsi tentang arah dan tujuan POKJA dalam upaya mendukung pengelolaan DAS Ayung ke depan.

(21)

20

Sejak terbentuk pada akhir Juli 2013, telah dilakukan 3 kali kegiatan pertemuan POKJA DAS Ayung dilakukan, antara lain :

Tanggal Lokasi Jumlah peserta Agenda yang dibahas dan tindak lanjut 19 Sep

2013

Bagus Agro

Pelaga 9 orang  Diskusi tentang Rencana Tindak Lanjut Hasil Workshop Pengelolaan DAS Ayung secara terpadu di Pelaga

 Disepakati Rencana Pengembangan Pilot Program Pengelolaan DAS Ayung di Banjar Tinggan, Desa Pelaga

23 Nop 2013 Bagus Agro

Pelaga 15 orang (termasuk 1 orang perwakilan dari Forum DAS Badung dan 2 PPL dari Distanbunhut

 Presentasi hasil perkembangan kegiatan pilot program di Banjar Tinggan, Desa Pelaga yang terdiri dari rehabilitasi bak/bendung di sumber mata air dan aksi penanaman 5000 pohon langgung.  Status POKJA DAS Ayung disepakati

untuk sementara masih menjadi bagian dari program JANMA, dan belum menjadi institusi tersendiri.

22 Jan 2014 Kantor Desa Bongkasa Pertiwi

15 orang (termasuk 1 orang perwakilan dari Forum DAS Badung

Menyusun rencana kegiatan program yang akan dikembangkan tim POKJA dalam pengelolaan DAS Ayung tahun 2014 dan keterlibatan dari stakeholder.

Sebagai hasil dari pertemuan POKJA ketiga, telah dirumuskan rencana kegiatan program yang secara khusus untuk mendukung pengelolaan DAS Ayung ke depan. Bahkan dari pertemuan ini pula diusulkan agar nama POKJA DAS Ayung diganti menjadi POKJA Ayung Lestari, karena keberadaan pokja ini terlahir dari pengembangan program Ayung Lestari, yang difasilitasi oleh PT. Tirta Investama dan JANMA. Selanjunya, rencana program tim POKJA, akan ditindaklanjuti oleh JANMA dan tim dalam bentuk road

show ke masing-masing stakeholder yang telah diindentifikasi untuk meminta komitmen mereka terkait

dengan kontribusi yang bisa didukung dalam pengembangan program tersebut.

2. 13. Lokakarya Evaluasi dan Perencanaan (EVAPERCA) Program

Sebagai bentuk pertanggungjawaban atas pelaksanaan kegiatan program yang telah dilakukan oleh JANMA di Desa Pelaga, baik program Konservasi maupun WASH, maka dilakukan kegiatan evaluasi program secara partisipatif dengan melibatkan masyarakat dan stakeholder terkait. Kegiatan yang dikemas dalam bentuk Lokakarya Evaluasi dan Perencanaan (Evaperca), dilakukan dengan maksud agar para

(22)

21

pihak dapat mengetahui hasil perkembangan program Konservasi dan WASH yang telah dilaksanakan di Desa Pelaga, sejak Mei 2013, yang didukung oleh program CSR PT Tirta Investama (Aqua-Mambal) Sedangkan keluaran yang ingin dicapai, antara lain:

(i) Diketahui hasil capaian program secara keseluruhan dibandingkan dengan target yang ditetapkan sebelumnya, serta kendala-kendala atau tantangan yang dihadapi dalam pelaksanaan program di lapangan.

(ii) Adanya masukan ide-de/gagasan dari stakeholder terkait Rencana dan Strategi pengembangan program lebih lanjut (tahun 2014) di Desa Pelaga maupun pengembangan ke wilayah lain di daerah hulu, dalam upaya mendukung kelestarian sumberdaya hutan dan air DAS Ayung. Kegiatan lokakarya Evaperca dilaksanakan di Kantor BPP Pelaga, pada 20 Desember 2013, diikuti oleh 48 orang peserta dari berbagai unsur,

antara lain perwakilan masyarakat Bukian. Kiadan, Tinggan dan juga Jempanang, para stakeholder dari dinas/instansi terkait di Pemkab Badung, tim POKJA DAS Ayung, Forum DAS Badung, tim Aqua dan tim JANMA. Dalam kegiatan ini, selain dipresentasikan tentang perkembangan hasil-hasil kegiatan program JANMA, termasuk berbagai tantangan yang dihadapi, juga

dipresentasikan tentang gambaran program CSR Aqua Mambal, baik yang dilakukan di daerah hulu (Desa Pelaga), di bagian tengah (Desa Mambal) maupun di bagian hilir (di wilayah Tanah Lot, Kabuoaten Tabanan). Dengan demikian diharapkan masyarakat dan stakeholder dapat memahami program-program CSR yang dikembangkan oleh Aqua, tidak hanya di Desa Pelaga akan tetapi juga di daerah lain.

Dari hasil lokakarya ini, diperoleh gambaran bahwa seluruh kegiatan program (Konservasi dan WASH) yang telah direncanakan, semuanya terlaksana, walaupun ada berbagai tantangan/kendala di lapangan. Bahkan hasil yang dicapai melebihi target yang direncanakan. Hal ini terjadi karena antusias dan partisipasi masyarakat cukup tinggi dalam mendukung pelaksanaan kegiatan di lapangan. Dari testimoni yang disampaikan salah satu peserta program, pada prinsipnya masyarakat Pelaga

(23)

22

(khususnya Bukian dan Tinggan) menyampaikan terima kasih dan apresiasi yang tinggi kepada JANMA dan AQUA yang sudah membantu masyarakat dalam program air bersih dan penanaman pohon untuk pelestarian SDA di daerah hulu. Selain perkembangan program, ada beberapa masukan/saran yang disampaikan peserta lokakarya untuk mendapat pengembangan program kedepan, antara lain:

 Pengelolaan limbah RT, bisa kerjasama dengan BLH Badung

 Penanganan sampah plastik bisa kerjasama dengan Dinas Pertamanan dan Kebersihan (Program Gelatik Pemkab Badung)

 Pembentukan kampung buah, kampung sengon, dll, sejalan dengan rencana /kebijakan Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan Badung.

 Perlu dikembangkan model konvensasi terhadap pengembangan kampung sengon, buah.  Sekolah Lapang perlu dilanjutkan.

 Perlu dikembangkan tanaman2 yang menyimpan dan penyumbang air (spt. tanaman sukun)  Perlu melibatkan tokoh agama dalam mengembangkan berbagai jenis pohon yang akan ditanam,

khususnya untuk mengembangkan tanaman-tanaman kebutuhan upacara

(24)

23

III. TANTANGAN DAN KENDALA YANG DIHADAPI

Dalam pelaksanaan kegiatan program Konservasi, ada beberapa tantangan/kendala yang ditemui di lapangan, baik teknis maupun sosial budaya. Namun demikian kendala-kendala yang dihadapi pada dasarnya dapat diatasi dengan baik, karena adanya dukungan dari koordinator program di lapangan serta anggota JANMA lainnya, untuk membantu tim pelaksana program dalam mencari solusi untuk mengatasi kendala tersebut. Beberapa kendala/tantangan yang dihadapi serta strategi pendekatan yang dilakukan untuk mengatasinya, antara lain :

 Adanya perhelatan politik (PILGUB Bali) yang bersamaan dengan pelaksanaan program, berpengaruh pada hubungan situasi sosial politik di masyarakat. Hal ini memberikan dampak terhadap pelaksanaan sosialisasi program di masyarakat, yang juga mengalami sedikit hambatan. Adanya perbedaan kepentingan, menimbulkan ketidakharmonisan para “prajuru” banjar dinas dan adat maupun subak, sehingga berpengaruh pula pada masyarakat.

Solusi yang dilakukan melalui pendekatan informal secara intensif kepada para tokoh masyarakat khususnya kepada para “prajuru” banjar dan subak untuk mencari jalan keluar terbaik, sehingga rencana kegiatan akhirnya dapat berjalan, disesuaikan dengan dengan situasi dan kondisi di lapangan.

 Banyaknya kegiatan adat dan sosial masyarakat sehingga seringkali menunda beberapa kegiatan yang telah direncanakan sebelumnya.

Strategi yang dilakukan oleh tim, adalah dengan membuat kalender kegiatan sosial keagamaan yang akan dilakukan masyarakat setiap bulan di masing-masing banjar, kemudian tim pelaksana menyesuaikan rencana kegiatan diantara waktu-waktu yang tidak ada kegiatan sosial. Atau dilakukan bersamaan dengan acara kegiatan sosial budaya masyarakat, sepanjang telah disepakati bersama sebelumya.

 Kondisi musim hujan yang mundur dari biasanya, menyebabkan rencana penanaman pohon juga mengalami kendala di lapangan karena harus menunggu musim hujan.

Keterlambatan musim hujan turun, berengaruh pada bibit yang dikembangkan dalam kegiatan SL ada beberapa yang mati karena kekeringan, walaupun pengaruhnya tidak terlalu signifikan.

(25)

24

IV. KESIMPULAN DAN PEMBELAJARAN

4.1. Kesimpulan

Dari uraian kegiatan program Konservasi DAS Ayung yang telah dipaparkan di atas, dapat disimpulkan beberapa hal, antara lain:

1) Secara keseluruhan, rencana kegiatan yang telah dilaksanakan sejak Mei 2013 sampai dengan Januari 2014, semuanya dapat terlaksana dengan baik dan berjalan dengan lancar dengan hasil-hasil pencapaian sebagai berikut:

i. Terindentifikasi dan terpetakannya beberapa stakeholder yang selama ini memanfaatkan Sungai Ayung untuk berbagai kegiatan/usaha maupun lembaga-lembaga yang berpotensi untuk ikut memberikan dukungan/kontribusi dalam pengelolaan DAS Ayung secara terpadu, khususnya dalam pelestaria hutan dan SDA di daerah hulu DAS Ayung.

ii. Meningkatnya pengetahuan dan pemahaman sebanyak 34 orang kader masyarakat (petani) dari Banjar Bukian dan Kiadan dalam Sekolah Lapang Konservasi dan telah mampu mengahasilkan 2,300 bibit Langgung, 2,000 bibit Sengon dan 1,600 bibit Jimas.

iii. Sebanyak 35 orang kader masyarakat dari 3 banjar di Desa Pelaga, telah memperoleh pengetahuan tentang penghidupan berkelanjutan dan sumber-sumber ekonomi yang sangat penting serta dihasilkan 3 buah peta tata guna lahan dari Banjar Bukian, Kiadan dan Tinggan, yang dikembangkan secara partisipatif.

iv. Dalam pengembangan Biopori dan Sumur Resapan sebagai salah satu teknik pengelolaan konservasi lahan dan air, telah terbuat sebanyak 405 lubang Biopori dan 10 Sumur Resapan guna mendukung daya resap air ke dalam tanah.

v. Adanya kesadaran masyarakat untuk melakukan aksi penanaman pohon kayu dan buah yang dilakukan bersama dan terkoordinir dengan baik di 8 banjar di Desa Pelaga, Carangsari, Getasan dan Bongkasa Pertiwi, dengan total 13,775 pohon.

vi. Terbentuknya tim POKJA DAS Ayung Lestari, sebagai instrumen dalam memfasilitasi dan mengkoordinasikan para pihak, termasuk dengan Forum DAS Badung, terkait dengan program pengelolaan DAS Ayung secara terpadu dan berkelanjutan.

(26)

25

2) Adanya sistem database pohon yang sudah dikembangkan dan dikelola, untuk mengetahui perkembangan pohon yang ditanam, tumbuh, mati dan yang masih dirawat dengan oleh masyarakat di masing-masing banjar, dimana lokasi penanaman pohon dilaksanakan. Database ini diharapkan terus dapat diupdate sesuai dengan perkembangan data di lapangan.

4.2. Pembelajaran

Dari perjalanan program konservasi DAS Ayung yang dilakukan selama kurang lebih 9 bulan, ada beberapa pembelajaran penting yang bisa dipetik dan bisa acuan dalam pengembangan kegiatan berikutnya, antara lain:

1) Keberhasilan pengembangan kegiatan pelestarian SDA dan hutan oleh masyarakat di daerah hulu dapat dilakukan jika kegiatan/tindakan aksi yang dilakukan juga memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat, dan tidak hanya untuk kepentingan lingkungan alam saja. Karena itu, tindakan aksi yang dilakukan, haruslah mencakup dimensi untuk peningkatan ekonomi masyarakat, dimensi sosial budaya, dimensi lingkungan (water supplay dan higienitas) serta dimensi perlindungan dan pelestarian hutan melalui penanaman berbagai jenis pohon yang berfungsi untuk konservasi. 2) Masyarakat nampaknya cukup antusias untuk melakukan penanaman pohon dan melakukan

pemeliharaan/perawatan pohon dengan baik, apabila jenis pohon yang dikembangkan/didukung sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan bernilai ekonomis.

3) Kegiatan Sekolah Lapang Konservasi dan Pembibitan pohon kayu, ternyata cukup membantu dalam upaya mendorong motivasi masyarakat melakukan gerakan penanaman pohon dan keinginan mereka untuk mengembangkan bibit sendiri tanpa harus tergantung dari pihak luar. 4) Keberadaan tim POKJA Ayung Lestari dalam upaya untuk memfasilitasi kerjasama dan koordinasi

pengelolaan DAS Ayung nampaknya mulai diperhitungkan oleh banyak pihak, seperti Pemkab Badung, Forum DAS Badung, Forum Rafting, dll. Untuk itu, perlu dikembangkan dan diintensfikan program tm POKJA ini ke depan dalam melakukan aksi-aksi nyata di wilayah hulu.

(27)

26

LAMPIRAN 1:

Daftar Peserta Workshop Para Pihak Dalam Pengelolaan Das Ayung Secara Terpadu Dan Berkelanjutan “Pelaga 26 Juli 2013”

No Nama Instansi Telp

1 Dr. Ir. Made Sudarma , M.S PPLH Unud/ BPKS Bali 08123985990 2 Budi Hartono PT. Tirta Investama (Aqua) 0816533528 3 Fory Tjandra PT. Tirta Investama (Aqua) 081238300139 4 Ida Ayu Eka Pratiwi PT. Tirta Investama (Aqua) 081337749048

5 I G Bagus P PT. Bagus Agro Pelaga 0361- 7876489

6 A.A. Ambara Dewi Distanbunhut Kab. Badung 0361-8557697 7 I. B Gde Wirawan Distanbunhut Kab. Badung 08123646944

8 A.A Rat Manacika BLH Kab. Badung 081337786139

9 Made Budiasa BKSDA Sangeh 08124657331

10 Catur PPLH Bali 08179717120

11 I Md Suarjana Kades Bongkasa Pertiwi 0361 7811146

12 Wayan Supardi Klian Subak Buangga 085237042147

13 Wyn. Gede Subawa Kelihan Banjar Dinas Kiadan

087861345097

14 Ishak Y Walaka Distanbunhut Badung 081353173888

15 I B Arjawa Distanbunhut Badung 08174758861

(28)

27

17 Ariastrini Distanbunhut Badung

18 Ida Bagus Putra Puri Rafting 0361 7405601

19 I Md. Artawa Yayasan Korpri 08123977803

20 Wayan Subawa SMK Pertanian Petang 085333603334

21 Wayan Sagi Adnyana SMA N 1 Abian Semal 085237397159

22 Probo Raharjo PPL Kehutanan Badung 08155735549

23 I Made Kutra PPL Kehutanan Badung 081338660949

24 I Made Sudarsana PPL Kehutanan Badung 08999401007

25 I Wayan Winda PPL Kehutanan Badung 081236484678

26 I Gede Anggita PPL Kehutanan Badung 081338970959

27 I Wayan Sandi PPL Kehutanan Badung 081916680498

28 I Gde Suarja Janma 08123679644

29 Ni Luh Putu Aryani Janma 0361 942561

30 I B Manu Drestha Janma 0811397302

31. I Gede Yasa Utama Janma 081805549455

32. Dzulfikar Ali S Janma 08175083035

33. Nyoman Arsana Aqua 08123952938

34. Nyoman Astawa Aqua 081805381520

35. I Wayan Sutanaya BPP Abiansemal 082145251544

No Nama Instansi Telp

(29)

28

37 I Made Kantor Tokoh Masy. Br. Bukian

38 I Nyoman Diarsa Tokoh Masy. Br. Tinggan 39 I Dw Made Mastra Staf Desa Pelaga

40 I Made Sugina Kelihan Subak Mambal

41 I Gusti Lanang Umbara Kelihan Banjar Dinas Semanik

42 I Wayan Sudana Tokoh Masy. Banjar

Auman

43 I Made Anjal Tokoh Masy. Buangga

(30)

29

LAMPIRAN 2:

Daftar Nama –nama Angota Tim POKJA DAS Ayung

No Nama Instansi Telp

1 Dr. Ir. Made Sudarma , M.S PPLH Unud/ BPKS Bali 08123985990 2 Budi Hartono PT. Tirta Investama (Aqua) 0816533528 3 Ida Ayu Eka Pratiwi PT. Tirta Investama (Aqua) 081337749048

4 I G Bagus P PT. Bagus Agro Pelaga 0361- 7876489

5 A.A. Ambara Dewi Distanbunhut Kab. Badung 0361-8557697 6 I. B Gde Wirawan Distanbunhut Kab. Badung 08123646944

7 Made Budiasa BKSDA Sangeh 08124657331

8 Catur PPLH Bali 08179717120

9 I Md Suarjana Kades Bongkasa Pertiwi 0361 7811146

10 Wayan Supardi Kelihan Subak Buangga 085237042147

11 Wyn. Gede Subawa Tokoh Masyarakat Banjar Kiadan

087861345097

12 I Gde Suarja Janma 08123679644

(31)

30

LAMPIRAN 3:

Daftar Nama-Nama Peserta SL Konservasi

No Nama Asal/ Banjar

1 I Wayan Supariasa Bukian

2 I Made Jana Bukian

3 I Ketut Kanot Bukian

4 I Ketut Mupu Bukian

5 I Made Kantor Bukian

6 I Wayan Debot Bukian

7 I Wayan Suba Bukian

8 I Made Rebo Bukian

9 I Nyoman Mustika Bukian

10 I Nyoman Pujana Bukian

11 I Gusti Ketut Rai Bukian

12 I Wayan Suarja Bukian

13 I Made Sukayasa Bukian

14 I Nyoman Warga Bukian

15 I Made Olog Bukian

16 I Ketut Konol Bukian

17 I Nyoman Juta Kiadan

18 I Made Keneng Kiadan

19 I Ketut Bandung Kiadan

20 I Wayan Gede Subawa Kiadan

21 I Made Artana Yasa Kiadan

22 I Ketut Nausa Kiadan

23 I Ketut Saba Kiadan

24 I Ketut Sidan Kiadan

(32)

31

26 I Nyoman Sridana Kiadan

27 I Nyoman Terima Kiadan

28 I Nyoman Taga Kiadan

29 I Made Landes Kiadan

30 I Ketut Gawa Kiadan

31 I Wayan Sukada Kiadan

32 I Wayan Warsa Kiadan

33 I Wayan Darsi Kiadan

(33)

32

LAMPIRAN 4 :

Pemetaan Stakeholder untuk Pengelolaan DAS Ayung

a. Stakeholder di daerah Hulu No Nama Instansi/

Yayasan/Perusahaan

Bidang usaha/kegiatan yang dijalankan

Lokasi Contact Person 1. Yayasan Wisnu Bergerak di

pemberdayaan masyarakat pedesaan dengan konsep pengembangan eko wisata.

Desa Belok Sidan Bu Denik

735321/ 081 557 61731

2. PT. Bagus Agro Pelaga (BTDC)

Bergerak di bidang jasa akomodasi hotel dan restaurant

Desa Pelaga Putu Suardana

08123808059 3. United Beverage Bali

(UBB Wine)

Pabrik produksi wine strawberry

Br. Auman, Pelaga Prayoga

081513054660 4. Surya Dewata Rafting Jasa rafting, restaurant

dan jasa akomodasi.

Br. Pangsan , Petang Nym. Kitha 082144909419 5. BPP Petang Penyuluh kehutanan

kecamatan petang

Pelaga Nym. Suardana

081338069523 6. SMK Pertanian Petang Pendidikan di bidang

Pertanian

Pelaga

b. Stakeholder di daerah tengah

(34)

33 Yayasan/Perusahaan yang dijalankan 1. Ayung River Rafting

and Elephant Camp

Bergerak di bidang jasa rafting, restaurant dan wisata dengan fauna gajah.

Carangsari Nym. Patra

081253111567

2. Bahama Rafting Bergerak di bidang jasa rafting dan restaurant

Bongkasa Pertiwi Putu Yoga 0361 7421602 3. Puri Rafting Bergerak di bidang jasa

rafting dan restaurant

Carangsari Kt. Artana Yasa 0361 7462632 4. Wail Rafting Bergerak di bidang jasa

rafting dan restaurant

Buangga, Getasan 5 Adventure Rafting Bergerak di bidang jasa

rafting dan restaurant

Kedewatan, Gianyar 6 Payung Rafting Bergerak di bidang jasa

rafting dan restaurant

Buangga, Getasan 7. Angkasa Rafting Bergerak di bidang jasa

rafting dan restaurant

Bongkasa Pertiwi 8. Mega Rafting Bergerak di bidang jasa

rafting dan restaurant

Bongkasa Pertiwi 9 Sobek Rafting Bergerak di bidang jasa

rafting dan restaurant

Kedewatan Gianyar 10. Yayasan Kembali Ke

Desa

Yayasan yang

mempelopori Gerakan Kembali Ke Desa untuk menjaga kelestarian lingkungan dan alam

Carangsari Nym. Patra

081253111567

11. Subak Buangga Irigasi Pertanian (sawah)

Buangga, Getasan 12 PDAM Badung Perusahaan Daerah

Air Minum bagi

(35)

34 Masyarakat Badung 13 PT. Tirta Investama

(Aqua)

Perusahaan air Minum dalam Kemasan

Mambal Badung Ida Ayu Eka Pratiwi (Ayung

Lestari)

c. Stakeholder (hotel) yang berada di pinggir Sungai Ayung yang memanfaatkan view Sungai Ayung di daerah tengah

1. Hotel Commo Sambela 2. Hotel Alila

3. Hotel Puri Wulandari 4. Hotel Pita Maha

5. Hotel Kupu-Kupu Barong 6. Hotel Amandari

7. Hotel Bali Gita

Hotel dari No 1-6, berada di sisi bagian timur Sungai Ayung dan termasuk dalam wilayah Kabupaten Gianyar (Kedewatan, Sayan, Payangan). Sedangkan no. 7, berada di wilayah Desa Bongkasa Pertiwi, Badung.

d. Stakeholder di daerah Hilir No Nama Instansi/

Yayasan/Perusahaan

Bidang usaha/kegiatan yang dijalankan

Lokasi Contact Person 1. Dinas Pertanian, perkebunan dan kehutanan Kabupaten Badung Pengembangan program Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan

Puspem Badung IB Wirawan 08123646944

2. Forum DAS Badung Lembaga yang bergerak dalam pengelolaan kawasan Das Ayung

Badung Md. Garus Adiputra 087862337745

(36)

35 3. Yayasan Korpri Pemberdayaan

masyarakat dalam pelestarian lingkungan.

Denpasar Pak Wisnu murti 0818363994 4. Yayasan Tri Hita

Karana & Paguyuban Hotel Se Bali Bergerak memobilisasi pihak-pihak yang menekuni dunia pariwisata untuk melakukan program-program pelestarian lingkungan

Denpasar Pak Wisnu

0818348483 5. PPLH Bali Pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan sampah dan lingkungan Denpasar Bu Catur 081797717120

6. BP DAS Provinsi Bali Badan pemerintah yang menjalankan fungsinya dalam pengelolaan DAS di Bali

Tuban, Badung Ade Supriatna 085337274871

Gambar

Tabel 4  Jenis dan jumlah pohon yang ditanam petani, di masing-masing banjar, di Desa Pelaga 2012

Referensi

Dokumen terkait

Hasil pengujian tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Purwanti (2010) yang menyatakan bahwa semakin tinggi konsentrasi sorbitol yang ditambahkan pada

Melalui proses pertumbuhan organik, penggabungan usaha, dan akuisisi, KLBF telah tumbuh dan bertransformasi menjadi penyedia solusi kesehatan tepadu melalui 4

Berdasarkan hasil simulasi dan pengujian, maka dapat diambil kesimpulan bahwa pemodelan sistem berbasis pada neuro fuzzy dengan 3 masukan, 1 keluaran serta model dinamika

PERBANDINGAN TAHAP TINGKAH LAKU AGRESIF ANTARA ATLET DAN BUKAN ATLET DALAM KALANGAN PELAJAR SEKOLAH MENENGAH DAERAH HILIR PERAK, MALAYSIA.. ABDUL RAZAK

Untuk itu diperlukan pemaparan tentang norma yuridis terhadap hubungan dan kedudukan lembaga penjamin simpanan dengan bank, tanggung jawab lembaga penjaminan simpanan

Konsultasi Bisnis dan Penempatan Kerja (KBPK) yang dikembangkan dari Pusat Konsultasi bagi pengusaha kecil dan menengah merupakan salah satu kegiatan yang dapat memberikan

Strategi utama yang dilakukan adalah; (a) internalisasi nilai-nilai keselamatan melalui briefing pagi, coffee morning, poster/spanduk, workshop dan pelatihan; (b)

Tujuan menggunakan regresi berganda dummy adalah memprediksi besarnya Tujuan menggunakan regresi berganda dummy adalah memprediksi besarnya nilai variabel tergantung/dependent atas