• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI OLEH : NI WAYAN DESY ARYANTHI NPM :

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SKRIPSI OLEH : NI WAYAN DESY ARYANTHI NPM :"

Copied!
215
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN

PRESTASI BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN BANGUN RUANG KUBUS DAN BALOK PADA SISWA KELAS VIIIB

SMP DHARMASASTRA SEMPIDI TAHUN PELAJARAN 2012/2013

OLEH :

NI WAYAN DESY ARYANTHI NPM : 09.8.03.51.30.1.5.1389

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR 2013

(2)

DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI PERSYARATAN MEMPEROLEH GELAR SARJANA PENDIDIKAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR

Telah melalui proses bimbingan dan disetujui Pada tanggal: 22 Juli 2013

MENYETUJUI:

PEMBIMBING I, PEMBIMBING II,

Drs. Tri Djoko Setyono, M. Pd Drs. I Gusti Ngurah Nila Putra, M. Pd NIP: 19511022 1983303 1 002 NIP: 19550212 198603 1 002

MENGETAHUI,

KETUA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR

Drs. I Gusti Ngurah Nila Putra, M. Pd NIP: 19550212 198603 1 002

(3)

TIM PENGUJI

UJIAN SKRIPSI SARJANA PENDIDIKAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR

PENGUJI UTAMA,

Drs. I Ketut Suwija, M. Si NIP: 19660819 199203 1 003

PENGUJI PEMBANTU I, PENGUJI PEMBANTU II,

Drs. Tri Djoko Setyono, M. Pd Drs. I Gusti Ngurah Nila Putra, M. Pd NIP: 19511022 1983303 1 002 NIP: 19550212 198603 1 002

(4)

DITERIMA OLEH PANITIA UJIAN SKRIPSI SARJANA PENDIDIKAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS

KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR

Hari : Sabtu

Tanggal : 24 Agustus 2013

MENGESAHKAN:

KETUA, SEKRETARIS,

Prof. Dr. Wayan Maba Drs. I Gusti Ngurah Nila Putra, M. Pd NIP: 19581231 198303 1 032 NIP: 19550212 198603 1 002

(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur dipanjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Implementasi Pembelajaran dengan Pendekatan Kontekstual sebagai Upaya Meningkatkan Aktivitas dan Prestasi Belajar Siswa dalam Pembelajaran Bangun Ruang Kubus dan Balok pada Siswa Kelas VIIIB SMP Dharmasastra Sempidi Tahun Pelajaran 2012/2013” ini selesai tepat pada waktunya. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan di Program Pendidikan Strata Satu (S1) Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Mahasaraswati Denpasar.

Terselesainya penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan, masukan, dan bimbingan dari berbagai pihak sehingga sebagai rasa syukur, melalui kesempatan yang baik ini disampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Rektor Universitas Mahasaraswati Denpasar beserta staf atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan.

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Mahasaraswati Denpasar beserta staf atas petunjuk dan saran-saran yang diberikan.

3. Kepala Perpustakaan Universitas Mahasaraswati Denpasar yang selama ini memberikan petunjuk dan saran-saran selama mengikuti pendidikan. 4. Ketua Program Studi Pendidikan Matematika yang telah memberikan

tuntunan dan petunjuk.

5. Drs. Tri Djoko Setyono, M. Pd selaku Pembimbing I dan Drs. I Gusti Ngurah Nila Putra, M. Pd Pembimbing II yang telah meluangkan waktu untuk membimbing dan memberikan petunjuk yang sangat bermanfaat. 6. Segenap dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Mahasaraswati Denpasar yang turut memberikan dukungan dan motivasi selama mengikuti perkuliahan hingga penyusunan skripsi ini.

7. Kepala SMP Dharmasastra Sempidi yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian di sekolah yang bersangkutan.

(6)

8. Guru mata pelajaran matematika kelas VIIIB SMP Dharmasastra Sempidi atas segala bantuan dan kerja samanya selama melakukan penelitian. 9. Dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah

dengan tulus hati memberikan bantuan berupa saran-saran serta kemudahan-kemudahan lainnya.

Dengan keterbatasan kemampuan, skripsi ini masih ada kekurangan dan kelemahan. Untuk itu, diharapkan kritik dan saran yang bersifat konstruktif demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini memberikan banyak manfaat khususnya dalam bidang penelitian pendidikan matematika.

Denpasar, 22 Juli 2013 Peneliti

(7)

MOTTO

“Sesuatu mungkin mendatangi mereka yang mau

menunggu, namun hanya didapatkan oleh mereka

yang bersemangat mengejarnya.”

(8)

KATA PERSEMBAHAN

Skripsi ini dipersembahkan kepada kedua orang tua dan adik tercinta yang telah memberikan semangat, motivasi, nasehat serta saran yang membangun

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

LEMBAR PERSETUJUAN... ii

LEMBAR PENGUJI... iii

LEMBAR PENGESAHAN... iv

KATA PENGANTAR ... v

MOTTO... vii

KATA PERSEMBAHAN... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

ABSTRAK ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Fokus Penelitian... 5

C. Rumusan Masalah ... 5

D. Tujuan Penelitian... 6

E. Manfaat Penelitian ... 6

F. Penjelasan Istilah... 7

BAB II LANDASAN TEORI ... 10

A. Proses Belajar Mengajar... 10

B. Teori Konstruktivisme ... 11

C. Hakikat Pembelajaran Matematika ... 17

D. Aktivitas Belajar ... 18

E. Prestasi belajar ... 20

F. Pendekatan Kontekstual ... 21

G. Bangun Ruang Kubus dan Balok ... 28

H. Implementasi Pembelajaran dengan Pendekatan Kontekstual pada PembelajaranBangun Ruang Kubus dan Balok ... 38

BAB III METODE PENELITIAN ... 43

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 43

B. Kehadiran Peneliti... 44

C. Lokasi dan Subjek Penelitian... 44

D. Data dan Sumber Data... 45

E. Teknik Pengumpulan Data... 46

F. Teknik Analisis Data ... 47

G. Pengecekan Keabsahan Data ... 50

H. Prosedur Penelitian... 51

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 55

(10)

B. Pembahasan ... 57 BAB V PENUTUP ... 61 A. Simpulan... 61 B. Saran... 61 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

01. Penerapan Pembelajaran dengan Pendekatan Kontekstual pada

Pembelajaran Bangun Ruang Kubus dan Balok... 38

02. Jadwal Pelaksanaan Penelitian ... 55

03. Rekapitulasi Hasil Analisis Data Aktivitas Belajar Siswa ... 56

04. Rekapitulasi Hasil Analisis Data Prestasi Belajar Siswa ... 56

(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

01. Unsur-unsur Kubus ABCD.EFGH... 28

02. Unsur-unsur Balok PQRS.TUVW ... 29

03. Kubus ABCD.EFGH... 29

04. Balok PQRS.TUVW ... 30

05. Diagonal Bidang, Diagonal Ruang, dan Bidang Diagonal Kubus... 30

06. Diagonal Bidang, Diagonal Ruang, dan Bidang Diagonal Balok ... 30

07. Menggambar Kubus dan Balok ... 31

08. Jaring-jaring Kubus... 32

09. Jaring-jaring Balok... 32

10. Kubus dan Jaring-jaringnya... 33

11. Balok dan Jaring-jaringnya... 33

12. Menentukan Volume Kubus ... 34

13. Menentukan Volume Balok ... 35

14. Kubus dengan 2 Rusuk Berbeda... 36

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

01. Daftar Nama Subjek Penelitian... 65

02. Daftar Nilai Ulangan Umum Semester I Mata Pelajaran Matematika Kelas VIIIB SMP Dharmasastra Sempidi Tahun Pelajaran 2012/2013... 66

03. Deskriptor dari Masing-Masing Indikator yang Digunakan sebagai Pedoman Observasi Aktivitas Belajar Siswa ... 68

04. Lembar Observasi Aktivitas Belajar Siswa ... 69

05. Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran... 71

06. Penentuan Waktu Efektif ... 73

07. Program Satuan Pembelajaran (PSP) ... 74

08. Silabus ... 77

09. Tabel Program ... 81

10. Daftar Nama Kelompok Siswa ... 83

11. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran – 01 (RPP – 01) ... 85

12. Lembar Kerja Siswa – 01 (LKS – 01)... 98

13. Kunci Jawaban Lembar Kerja Siswa (LKS) – 01 ... 104

14. Lembar Observasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus I Pertemuan I... 105

15. Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran Siklus I Pertemuan I ... 107

16. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran – 02 (RPP – 02) ... 109

17. Lembar Kerja Siswa – 02 (LKS – 02)... 119

18. Kunci Jawaban Lembar Kerja Siswa (LKS) – 02 ... 123

19. Lembar Observasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus I Pertemuan II... 124

20. Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran Siklus I Pertemuan II ... 126

21. Catatan Lapangan Siklus I ... 128

22. Pengembangan Tes Prestasi Belajar Siklus I ... 129

23. Tes Prestasi Belajar Siklus I... 131

24. Data Prestasi Belajar Siswa Siklus I ... 136

25. Hasil Analisis Data Aktivitas Belajar Siswa Siklus I ... 138

26. Analisis Data Prestasi Belajar Siswa Siklus I... 139

27. Analisis Data Keterlaksanaan Pembelajaran Siklus I... 140

28. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran – 03 (RPP – 03) ... 141

29. Lembar Kerja Siswa – 03 (LKS – 03)... 150

30. Kunci Jawaban Lembar Kerja Siswa (LKS) – 03 ... 154

31. Lembar Observasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus II Pertemuan I... 155

32. Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran Siklus II Pertemuan I ... 157

33. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran – 04 (RPP – 04) ... 159

34. Lembar Kerja Siswa – 04 (LKS – 04)... 170

35. Kunci Jawaban Lembar Kerja Siswa (LKS) – 04 ... 175

36. Lembar Observasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus II Pertemuan II ... 177

37. Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran Siklus II Pertemuan II.... 179

(14)

39. Pengembangan Tes Prestasi Belajar Siklus II... 182

40. Tes Prestasi Belajar Siklus II ... 184

41. Data Prestasi Belajar Siswa Siklus II ... 188

42. Hasil Analisis Data Aktivitas Belajar Siswa Siklus II... 190

43. Analisis Data Prestasi Belajar Siswa Siklus II... 191

44. Analisis Data Keterlaksanaan Pembelajaran Siklus II ... 192

45. Persentase Peningkatan Rata-rata Skor Prestasi Belajar Siswa (X), Daya Serap (DS), dan Ketuntasan Belajar (KB)... 193

46. Pernyataan Keaslian Tulisan... 194

47. Surat Pengantar Penelitian dari FKIP Unmas Denpasar ... 195

48. Surat Keterangan Penelitian dari Kepala SMP Dharmasastra Sempidi ... 196

(15)

ABSTRAK

Aryanthi, Ni Wayan Desy. 2013. Implementasi Pembelajaran dengan Pendekatan Kontekstual sebagai Upaya Meningkatkan Aktivitas dan Prestasi Belajar Siswa dalam Pembelajaran Bangun Ruang Kubus dan Balok pada Siswa Kelas VIIIB SMP Dharmasastra Sempidi Tahun Pelajaran 2012/2013. Skripsi, Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Mahasaraswati Denpasar, Pembimbing (1) Drs. Tri Djoko Setyono, M. Pd, (2) Drs. I Gusti Ngurah Nila Putra, M. Pd.

Kata Kunci: Aktivitas Belajar, Prestasi Belajar, Pendekatan Kontekstual Berdasarkan hasil observasi di kelas VIIIB SMP Dharmasastra Sempidi tahun pelajaran 2012/2013, rendahnya aktivitas dan prestasi belajar siswa diduga disebabkan oleh: 1) guru masih menggunakan metode konvensional, 2) guru tidak pernah membawa materi pelajaran ke dunia nyata, 3) guru tidak pernah mengajak siswa belajar kelompok, 4) siswa hanya sedikit mengerti terhadap materi pelajaran dan merasa tertekan ketika proses belajar mengajar di kelas berlangsung. Dari permasalahan tersebut, maka perlu adanya perbaikan dalam pembelajaran matematika di kelas VIIIB SMP Dharmasastra Sempidi tahun pelajaran 2012/2013 yaitu dengan menerapkan model pendekatan kontekstual yang digunakan untuk meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1) bagaimanakah peningkatan aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran bangun ruang kubus dan balok pada siswa kelas VIIIB SMP Dharmasastra Sempidi tahun pelajaran 2012/2013 melalui

implementasi pembelajaran dengan pendekatan kontekstual, 2) seberapa besar peningkatan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran bangun ruang kubus dan balok pada siswa kelas VIIIB SMP Dharmasatra Sempidi tahun pelajaran 2012/2013 melalui implementasi pembelajaran dengan pendekatan kontekstual. Tujuan penelitian ini adalah meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran bangun ruang kubus dan balok pada siswa kelas VIIIB SMP Dharmasastra Sempidi melalui pembelajaran dengan pendekatan kontekstual.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Tempat penelitian ini adalah di SMP Dharmasastra Sempidi dengan subjek penelitian adalah kelas VIIIB tahun

pelajaran 2012/2013 sebanyak 38 siswa. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah: 1) data aktivitas belajar siswa selama mengikuti kegiatan belajar mengajar yang dikumpulkan dengan teknik observasi, 2) data prestasi belajar siswa yang dikumpulkan dengan teknik tes, 3) catatan lapangan yang

dikumpulkan dengan cara membuat catatan tentang apa yang didengar, dilihat, dan dialami saat penelitian berlangsung, dan 4) data keterlaksanaan pembelajaran yang dikumpulkan dengan teknik observasi.

Berdasarkan hasil analisis data diperoleh sebagai berikut: 1) rata-rata skor aktivitas belajar siswa pada siklus I dan siklus II berturut-turut: 11,69 yang tergolong “cukup aktif”, dan 14,99 yang tergolong “aktif” dengan persentase

(16)

peningkatan sebesar “28,23%”, 2) rata-rata skor prestasi belajar siswa (X) pada siklus I dan siklus II berturut-turut sebesar: “60,92” dan “74,47”, daya serap (DS) pada siklus I dan siklus II berturut-turut sebesar: “60,92%” dan “74,47%”, dan ketuntasan belajar (KB) pada siklus I dan siklus II berturut-turut sebesar: “52,63%” dan “86,84%”. Persentase peningkatan rata-rata skor prestasi belajar siswa, daya serap, dan ketuntasan belajar dari siklus I ke siklus II berturut-turut sebesar: “22,24%”, “22,24%”, dan “65,00%”.

Dari hasil analisis dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan aktivitas dan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran bangun ruang kubus dan balok pada siswa kelas VIIIB SMP Dharmasastra Sempidi tahun pelajaran 2012/2013 melalui pembelajaran dengan pendekatan kontekstual. Adapun saran yang dapat dikemukakan, yaitu: 1) kepada guru mata pelajaran matematika kelas VIIIB SMP Dharmasastra Sempidi disarankan untuk menggunakan pendekatan kontekstual sebagai salah satu alternatif pilihan pembelajaran, 2) kepada peneliti lain yang berminat mengadakan penelitian, disarankan untuk mengadakan penelitian dengan subjek atau pokok bahasan yang berbeda.

(17)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dengan perkembangan jaman yang dari hari ke hari semakin pesat, teknologi pun berkembang sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan. Banyak negara di dunia berlomba-lomba untuk mengembangkan kemampuan negaranya agar bisa bersaing dengan negara lain dan mengejar ketertinggalan dengan negara maju.

Negara Indonesia sendiri tidak terlepas dari perkembangan jaman. Dengan adanya globalisasi, banyak pengaruh-pengaruh dari dunia luar masuk ke Indonesia dengan mudah. Untuk mampu bersaing dengan negara berkembang khususnya di Asia sendiri, Indonesia perlu mengikuti perkembangan yang ada. Banyak sektor-sektor yang ada di negara ini yang perlu dibenahi dan diperbaharui untuk bisa disejajarkan dengan negara lain yang lebih maju. (Rusman, 2011:21)

mengemukakan bahwa:

Luapan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di satu pihak, serta kemajuan dan perkembangan yang dialami masyarakat serta aspirasi nasional dalam kemajuan bangsa dan umat manusia di lain pihak,

membawa konsekuensi serta persyaratan yang semakin berat dan kompleks bagi pelaksana dalam sektor pendidikan pada umumnya dan guru pada khususnya.

Oleh karena itu, peran pendidikan di Indonesia sangat penting. Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang bersifat umum dan mendasar bagi setiap manusia di muka bumi ini. Pada hakikatnya, pendidikan adalah usaha manusia untuk

(18)

memanusiakan manusia itu sendiri. Pendidikan tidak bisa dilepaskan dari segala kegiatan manusia dalam kondisi apapun. Setiap manusia memerlukan pendidikan untuk dapat menjamin kelangsungan hidupnya dan bersaing dengan manusia-manusia yang lain. Pendidikan menjadi faktor utama keberhasilan suatu negara karena dari sektor ini dapat tercipta Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas dan bermutu tinggi. Selain itu, pendidikan juga mempunyai peran yang sangat penting untuk keberhasilan suatu Kegiatan Belajar Mengajar (KBM).

Namun sayangnya, banyak hambatan yang dihadapi dalam sistem

pendidikan yang ada saat ini. Bukan hanya karena kurang tersedianya fasilitas dan daya serap peserta didik yang kurang, namun karena pembelajaran yang kurang efektif dan efisien.

Dalam rangka pembaruan sistem pendidikan nasional telah ditetapkan visi, misi, dan strategi pembangunan pendidikan nasional. Visi pendidikan nasional adalah terwujudnya sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga negara Indonesia berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan jaman yang selalu berubah. Terkait dengan visi tersebut, telah ditetapkan serangkaian prinsip penyelenggaraan pendidikan untuk dijadikan landasan dalam pelaksanaan reformasi pendidikan. Salah satu prinsip tersebut adalah pendidikan yang diselenggarakan sebagai proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat.

Menurut Sudjana (dalam Rusman, 2011:1) belajar pada hakikatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar dapat

(19)

dipandang sebagai proses yang diarahkan kepada tujuan dan proses berbuat melalui berbagai pengalaman. Belajar juga merupakan proses melihat, mengamati, dan memahami sesuatu.

Rusman (2011:3) mengemukakan bahwa “pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar”. Untuk dapat menciptakan interaksi ini, proses pembelajaran haruslah interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang dan memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang lingkup yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik, serta psikologis peserta didik.

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran matematika kelas VIIIB SMP Dharmasastra Sempidi pada tanggal 22 Januari 2013, diperoleh informasi bahwa guru menghadapi kesulitan selama mengajar dikarenakan siswa yang malas belajar di rumah dan lebih tergantung pada apa yang diberikan guru di sekolah. Prestasi belajar siswa belum mencapai kriteria yang ditetapkan sekolah yaitu 65 dan aktivitas belajar siswa kurang. Dari daftar nilai ulangan umum semester ganjil khususnya pada mata pelajaran matematika siswa kelas VIIIB SMP Dharmasastra Sempidi diperoleh bahwa rata-rata prestasi belajar siswa (X), Daya Serap (DS), dan Ketuntasan Belajar (KB) berturut-turut adalah 30,92; 30,92%; dan 0%. Mengacu pada kriteria ketuntasan yang ditetapkan sekolah yaitu bahwa suatu proses pembelajaran dikatakan optimal jika rata-rata prestasi belajar siswa (X) minimal mencapai 65, Daya Serap (DS) minimal mencapai 65%, dan Ketuntasan Belajar (KB) minimal mencapai 85%, maka hal ini menunjukkan

(20)

bahwa prestasi belajar kelas VIIIB SMP Dharmasastra Sempidi belum optimal. Melalui hasil pengamatan yang dilakukan di kelas VIIIB SMP

Dharmasastra Sempidi tahun pelajaran 2012/2013 pada saat proses pembelajaran matematika berlangsung diperoleh fakta bahwa pelaksanaan pembelajaran di kelas VIIIB adalah: 1) terlihat guru masih menggunakan metode konvensional yaitu menjelaskan, memberikan contoh, memberi latihan soal dan kemudian

memberikan PR yang mengakibatkan siswa menjadi pasif sebab guru hanya menyampaikan materi dan contoh-contoh yang cenderung berbentuk pelajaran hafalan. Aktivitas siswa dapat dikatakan hanya mendengarkan penjelasan guru dan mencatat hal-hal yang dianggap penting saja; 2) dalam memberikan

penjelasan kepada siswa, guru tidak pernah membawa materi pelajaran ke dalam dunia nyata atau ke dalam kehidupan sehari-hari siswa, 3) guru tidak pernah mengajak siswa untuk belajar dalam kelompok, 4) berdasarkan jawaban siswa pada lembar kuisioner yang telah diberikan sebelumnya, 63% siswa menganggap bahwa pelajaran matematika sulit sehingga hanya sedikit materi yang dapat dimengerti dan siswa merasa tertekan ketika mendapatkan pelajaran matematika di kelas.

Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas, maka perlu adanya perbaikan dalam pembelajaran matematika di kelas VIIIB SMP Dharmasastra Sempidi yang bertujuan untuk lebih meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa. Penerapan model pendekatan kontekstual dipanjang dapat meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa dimana dengan model pendekatan ini, dapat memberikan fasilitas bagi kegiatan belajar siswa untuk mencari, mengolah, dan

(21)

menemukan pengalaman belajar yang lebih bersifat konkret melalui keterlibatan aktivitas siswa dalam mencoba, melakukan, dan mengalami sendiri bukan sekadar sebagai pendengar pasif sebagaimana penerima terhadap semua informasi yang disampaikan guru. Sehingga dari uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan suatu penelitian berjudul “Implementasi Pembelajaran dengan Pendekatan Kontekstual sebagai Upaya Meningkatkan Aktivitas dan Prestasi Belajar Siswa dalam Pembelajaran Bangun Ruang Kubus dan Balok pada Siswa Kelas VIIIB SMP Dharmasastra Sempidi Tahun Pelajaran 2012/2013”.

B. Fokus Penelitian

Berdasarkan uraian dari latar belakang masalah di atas, maka yang menjadi fokus penelitian ini adalah implementasi pembelajaran dengan pendekatan kontekstual sebagai upaya meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran bangun ruang kubus dan balok pada siswa kelas VIIIB SMP Dharmasastra Sempidi tahun pelajaran 2012/2013.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang masalah yang telah disampaikan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimanakah peningkatan aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran bangun ruang kubus dan balok pada siswa kelas VIIIB SMP Dharmasastra Sempidi tahun pelajaran 2012/2013 melalui implementasi pembelajaran dengan pendekatan kontekstual.

2. Seberapa besar peningkatan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran bangun ruang kubus dan balok pada siswa kelas VIIIB SMP Dharmasastra Sempidi tahun

(22)

pelajaran 2012/2013 melalui implementasi pembelajaran dengan pendekatan kontekstual.

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian yang hendak dicapai adalah sebagai berikut:

1. Meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran bangun ruang kubus dan balok pada siswa kelas VIIIB SMP Dharmasastra Sempidi tahun pelajaran 2012/2013 melalui implementasi pembelajaran dengan pendekatan kontekstual. 2. Meningkatkan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran bangun ruang kubus dan balok pada siswa kelas VIIIB SMP Dharmasastra Sempidi tahun pelajaran 2012/2013 melalui implementasi pembelajaran dengan pendekatan kontekstual.

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi: 1. Bagi Siswa

Siswa yang dijadikan sebagai subjek penelitian akan terbantu dalam memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan cara mengaitkan materi pelajaran tersebut ke dalam kehidupan nyata sehingga siswa memiliki pengetahuan yang lebih mudah dipakai untuk diterapkan dari satu permasalahan ke permasalahan lainnya.

2. Bagi Guru

Guru yang dilibatkan langsung dalam penelitian ini dapat menjadikan model pendekatan kontekstual sebagai salah satu alternatif pilihan dalam penggunaan model pembelajaran matematika untuk meningkatkan aktivitas

(23)

belajar siswa. 3. Bagi Sekolah

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sumbangan informasi dalam perbaikan dan pengembangan model pembelajaran di sekolah yang dijadikan tempat penelitian agar mutu pendidikan di sekolah tersebut semakin meningkat, serta dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan perbaikan kualitas pembelajaran dalam mata pelajaran lain.

F. Penjelasan Istilah

Untuk menghindari adanya salah penafsiran atau beda persepsi terhadap istilah-istilah yang digunakan di dalam penelitian ini, maka dijelaskan beberapa istilah sebagai berikut ini.

1. Meningkatkan

Poerwadarminta (dalam Sudarmi, 2009:7) menyatakan bahwa

meningkatkan adalah menaikkan atau mempertinggi. Depdiknas (dalam Hanto, 2012:6) mengemukakan bahwa meningkatkan berarti: 1) menaikkan (derajat, taraf, dan sebagainya); mempertinggi, memperhebat (produksi, dan sebagainya), 2) mengangkat diri; memegahkan diri.

Jadi berdasarkan uraian di atas, meningkatkan dalam penelitian ini dapat diartikan sebagai upaya untuk menaikkan atau mempertinggi aktivitas dan prestasi belajar siswa melalui implementasi pendekatan kontekstual.

2. Aktivitas Belajar

Sriyono (dalam Bimartha, 2011:7) menyatakan bahwa aktivitas adalah segala kegiatan yang dilaksanakan baik secara jasmani maupun rohani. Belajar

(24)

menurut Hudoyo (dalam Atmaja, 2009:5) adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya interaksi dengan lingkungan.

Jadi dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar adalah segala kegiatan yang dilaksanakan secara jasmani dan rohani melalui proses perubahan tingkah laku terhadap lingkungannya.

3. Prestasi Belajar

Depdikbud (dalam Atmaja, 2009:5) menyatakan bahwa prestasi belajar berarti penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka yang diberikan oleh guru. Poerwadarminta (dalam Sudarmi, 2009:7) mengemukakan bahwa prestasi belajar berarti hasil yang dicapai (dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya). Sementara itu, Setyawan (2012) mengemukakan bahwa “prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai baik itu pengetahuan, keterampilan dan sikap yang diperoleh dari stimulan pada lingkungan dan proses kognitif yang dilakukan melalui pembelajaran”.

Berdasarkan uraian di atas yang dimaksudkan prestasi belajar dalam penelitian ini adalah hasil yang dicapai baik itu pengetahuan, keterampilan dan sikap atau dalam bentuk nilai tes atau angka dari penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dilakukan melalui pembelajaran.

4. Implementasi Pendekatan Kontekstual

Tim Penyusun Kamus Bahasa Indonesia Online (t.t), menyatakan bahwa implementasi berarti “pelaksanaan; penerapan”. Johnson (dalam Nurul, 2010) mengatakan bahwa pendekatan kontekstual sebagai suatu proses pembelajaran

(25)

yang bertujuan membantu siswa melihat makna dalam bahan pelajaran yang mereka pelajari dengan cara menghubungkannya dengan konteks kehidupan sehari-hari siswa, yaitu dengan konteks lingkungan pribadi, sosial, dan budaya.

Berdasarkan uraian di atas, implementasi pendekatan kontekstual dalam penelitian ini dimaksudkan sebagai penerapan atau pelaksanaan pembelajaran dimana guru mengaitkan materi yang tengah diajarkan dengan konteks kehidupan dan situasi nyata siswa sehingga mendorong siswa untuk membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.

5. Bangun Ruang Kubus dan Balok

Nuharini & Wahyuni (2008:200), mengemukakan bahwa “kubus merupakan bentuk khusus dari balok”. Hal itu dikarenakan permukaan kubus berbentuk persegi-persegi yang sama dan sebangun. Sedangkan persegi sendiri merupakan bentuk khusus dari persegi panjang. Kubus mempunyai enam sisi berbentuk persegi yang kongruen sementara balok mempunyai tiga pasang sisi berbentuk daerah persegi panjang yang setiap pasangnya kongruen. Baik kubus dan balok sama-sama mempunyai enam sisi yang setiap sisinya mempunyai dua diagonal bidang.

(26)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Proses Belajar Mengajar

Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses belajar mengajar. Interaksi dalam proses ini mempunyai arti yang luas dan tidak sekedar hubungan antara guru dengan siswa tetapi berupa interaksi edukatif. Dalam hal ini bukan hanya penyampaian pesan berupa materi pelajaran melainkan penanaman sikap dan nilai pada siswa yang sedang belajar.

Proses dalam belajar mengajar juga mempunyai pengertian merupakan interaksi semua komponen atau unsur yang terdapat dalam belajar mengajar yang satu sama lain saling berhubungan dalam ikatan untuk mencapai tujuan.

Komponen yang dimaksudkan antara lain: 1) tujuan instruksional yang hendak dicapai, 2) materi pelajaran, 3) metode mengajar, 4) alat peraga pengajaran, dan 5) evaluasi sebagai alat ukur tercapai-tidaknya tujuan pembelajaran.

Belajar menurut Hudoyo (dalam Atmaja, 2009:5) adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya interaksi dengan lingkungan. Seseorang setelah mengalami proses belajar akan mengalami perubahan tingkah laku baik dalam aspek pengetahuannya, keterampilannya, maupun aspek sikapnya.

(27)

Sedangkan mengajar dapat dikatakan suatu perbuatan yang memerlukan tanggung jawab moral yang cukup berat. Berhasilnya pendidikan pada siswa sangat tergantung pada pertanggungjawaban guru dalam melaksanakan tugasnya. Mengajar pada prinsipnya membimbing siswa dalam kegiatan belajar atau suatu usaha untuk mengorganisasi lingkungan dalam hubungannya dengan anak didik dan bahan pengajaran yang menimbulkan proses belajar. Pengertian ini

mengandung makna bahwa guru dituntut untuk dapat berperan sebagai organisator kegiatan belajar siswa dan juga mampu memanfaatkan lingkungan yang

menunjang kegiatan belajar mengajar.

B. Teori Konstruktivisme 1. Pengertian

Konstruktivisme merupakan landasan berpikir dalam pendekatan

kontekstual, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas. Teori Konstruktivisme sendiri didefinisikan sebagai pembelajaran yang bersifat generatif, yaitu tindakan menciptakan sesuatu makna dari apa yang dipelajari. Secara umum yang disebut konstruktivisme menekankan kontribusi seseorang dalam memberikan arti serta belajar sesuatu melalui aktivitas individu dan sosial. Berbeda dengan aliran behavioristik yang memahami hakekat belajar sebagai kegiatan yang bersifat mekanistik antara stimulus respon, konstruktivisme lebih memahami belajar sebagai kegiatan manusia, membangun atau menciptakan pengetahuan dengan memberi makna pada pengetahuannya sesuai dengan pengalaman.

(28)

bentukan (konstruksi) kognitif seseorang. Hal ini sesuai dengan yang disampaikan Bruning (dalam Setyono, 2011:3) bahwa: Knowlegde is created, not simply acquired, and the engine that drive is the search for meaning, yang artinya bahwa pengetahuan diciptakan, tidak hanya diperoleh begitu saja, dan merupakan penggerak yang dapat memandu untuk menemukan maksud atau arti dari pengetahuan itu sendiri sehingga menjadi bermakna, ini menegaskan bahwa konstruktivisme beredar dalam psikologi kognitif.

Tokoh yang selanjutnya mengembangkan konstruktivisme dalam proses pembelajaran adalah Jean Piaget dan Vigotsky. Piaget yang dikenal sebagai seorang biolog menjelaskan bahwa anak dapat membangun secara aktif dunia kognitif mereka sendiri. Piaget yakin bahwa anak-anak menyesuaikan pemikiran mereka untuk menguasai gagasan-gagasan baru karena informasi tambahan akan menambah pemahaman mereka terhadap dunia. Piaget (dalam Zakaria, 2010) juga mengemukakan bahwa perkembangan kognitif anak-anak dari bayi hingga dewasa melalui empat tingkatan, yaitu: 1) tingkatan sensorimotorik dari umur 0-2 tahun, 2) tingkatan pra-operasional dari umur 2-7 tahun, 3) tingkatan operasional kongkret dari umur 7-11 tahun, dan 4) tingkatan operasi formal dari umur 11-15 tahun.

Selanjutnya, Vigotsky mengemukakan bahwa perkembangan kognitif adalah hasil interaksi sosial dalam konteks budaya dan pembelajaran yang terjadi saat siswa berada dalam Zone of Proximal Development atau dalam ambang batas kesiapan intelektualnya terhadap pengetahuan yang akan dipelajari.

(29)

interaksi anak dengan orang dewasa (ahli atau guru) melalui konsep instructional scaffolding yaitu secara bertahap mengurangi bantuan dan bimbingan kepada siswa dalam proses pembelajaran dan disesuaikan dengan Zone of Proximal Development siswa. Dengan konsep ini, guru memberikan bantuan kepada siswa yang selanjutnya secara bertahap bantuan tersebut dikurangi dan memberikan kesempatan siswa untuk mengambil alih tanggungjawab yang semakin besar sehingga pada akhirnya siswa dapat menyelesaikan masalah secara mandiri.

Untuk dapat melakukan proses konstruksi menurut Glasersfeld (dalam Damanik, 2013), seseorang memerlukan beberapa kemampuan yaitu: 1)

kemampuan mengingat dan mengungkapkan kembali pengalaman, 2) kemampuan membandingkan dan mengambil keputusan (justitifikasi) mengenai persamaan dan perbedaan, dan 3) kemampuan untuk lebih menyukai pengalaman yang satu daripada yang lain.

Surianto (2009) mengemukakan bahwa prinsip-prinsip konstruktivisme dalam pembelajaran adalah sebagai berikut:

1) pengetahuan dibangun siswa sendiri, 2) pengetahuan tidak dapat dipisahkan dari guru ke murid, kecuali hanya dengan keaktifan murid itu sendiri untuk menalar, 3) murid aktif mengkonstruksikan terus menerus sehingga selalu terjadi perubahan konsep yang lebih rinci, lengkap, serta sesuai dengan konsep ilmiah, 4) guru sekadar membantu menyediakan sarana dan situasi agar proses konstruksi berjalan lancar, 5) menghadapi masalah yang relevan dengan siswa, 6) struktur pembelajaran seputar konsep utama pentingnya sebuah pertanyaan, 7) mencari dan menilai pendapat siswa, dan 8) menyesuaikan kurikulum untuk menanggapi anggapan siswa.

Berdasarkan penjelasan di atas, sangat nampak bahwa pengetahuan adalah hasil konstruksi kognitif siswa melalui proses aktifnya dalam berinteraksi dengan lingkungan dan dalam belajar setiap siswa dipandang mempunyai cara sendiri

(30)

yang cocok untuk melakukan pengkonstruksian. Sedangkan, mengajar bukan memindahkan gagasan-gagasan guru kepada siswa melainkan dipandang sebagai suatu bentuk partisipasi guru sehingga memungkinkan siswa membangun sendiri pengetahuannya.

2. Teori Konstruktivisme Menurut Piaget

Teori konstruktivisme yang terkait dengan pembentukan pengetahuan, Piaget juga menyatakan bahwa ilmu pengetahuan dibangun dalam pikiran seorang anak dengan kegiatan asimilasi dan akomodasi sesuai dengan skemata yang dimilikinya. Proses tersebut meliputi:

a. Skema dan Skemata

Skema adalah struktur mental atau kognitif seseorang. Skema digunakan untuk memproses dan mengidentifikasikan rangsangan yang datang dari luar. Seorang anak yang baru lahir mempunyai skema yang dalam perkembangannya kemudian menjadi lebih umum, lebih terperinci dan lebih lengkap. Skemata sendiri adalah hasil kesimpulan atau bentukan mental, konstruksi, hipotesis seperti: intelek, kreativitas, kemampuan dan naluri. Skemata seseorang dibentuk sepanjang waktu merupakan taraf pengertian dan pengetahuan seseorang saat itu tentang dunia sekitarnya. Skemata merupakan konstruksi jadi bukan merupakan suatu tiruan tentang dunia sekitar.

b. Asimilasi

Asimilasi adalah proses kognitif. Dengan asimilasi seseorang

mengintegrasikan persepsi, konsep ataupun pengalaman baru ke dalam skema atau pola yang sudah ada dalam pikirannya. Asimilasi dipandang sebagai suatu

(31)

proses kognitif yang menempatkan dan mengklasifikasikan kejadian atau rangsangan baru dalam skema yang telah ada sehingga pengertian seseorang berkembang. Proses ini akan terus berjalan namun tidak menyebabkan pergantian skemata melainkan perkembangan skemata.

c. Akomodasi

Jika dalam menghadapi rangsangan atau pengalaman baru seseorang tidak dapat mengasimilasikan dengan skema yang telah dimiliki, maka seseorang akan mengakomodasi, yaitu membentuk skema baru yang cocok dengan rangsangan baru atau memodifikasi skema yang ada sehingga cocok dengan rangsangan tersebut.

d.Ekuilibrasi

Proses asimilasi dan akomodasi diperlukan dalam perkembangan kognitif seseorang. Dalam perkembangan intelek seseorang terdapat proses ekuilibrium (equilibrium), yaitu pengaturan diri secara mekanis untuk menyeimbangkan proses asimilasi dan proses akomodasi. Disekuilibrium (disequilibrium) adalah keadaan tidak seimbang antara asimilasi dan akomodasi.

e. Teori Adaptasi Intelek

Piaget (dalam Setyono, 2011:4) berpendapat bahwa mengerti adalah suatu proses adaptasi intelektual. Melalui proses tersebut pengalaman-pengalaman dan ide-ide baru diinteraksikan dengan apa yang sudah diketahui seseorang sedang belajar untuk membentuk struktur pengertian baru.

Secara konseptual perkembangan kognitif berjalan dalam semua level perkembangan pemikiran seseorang dari lahir sampai dewasa. Pengetahuan

(32)

dibentuk oleh individu secara terus menerus dan skemata dewasa dibangun dari skemata anak. Dengan asimilasi seseorang mencocokkan rangsangan dengan skemata yang ada, dan dengan akomodasi dia mengubah skema yang ada agar menjadi cocok dengan rangsangan yang dihadapi. Ekuilibrasi adalah mekanisme internal yang mengatur kedua proses tersebut.

3. Teori Konstruktivisme Menurut Vigotsky

Vigotsky (dalam Setyono, 2011:4) mengemukakan bahwa, belajar merupakan suatu perkembangan pengertian. Vigotsky menekankan pentingnya memanfaatkan lingkungan dalam pembelajaran. Lingkungan sekitar siswa itu sendiri meliputi antara lain: orang-orang, kebudayaan, termasuk pengalaman dalam lingkungan tersebut. Vigotsky juga menekankan pada pentingnya hubungan antara individu dan lingkungan sosial dalam pembentukan pengetahuan dimana proses belajar akan terjadi secara efisien dan efektif apabila anak belajar secara kooperatif dengan anak-anak lain dalam suasana dan lingkungan yang

mendukung.

Dialog dan komunikasi verbal dengan orang-orang dewasa atau orang yang lebih mengetahui akan mengembangkan pengertian tersebut. Ini berarti di dalam belajar selain diperlukan keaktifan siswa, sangat diperlukan lingkungan sosial. Dengan demikian, inti konstruktivisme Vigotsky adalah integrasi antara aspek internal dengan eksternal serta penekanannya pada lingkungan sosial pelajar.

Konsep yang berpengaruh pada teori konstruktivisme Vigotsky adalah konsep tentang Zone of Proximal Development (daerah perkembangan proksimal) yang diartikan sebagai ambang batas kesiapan intelektual siswa yang belajar.

(33)

Perubahan kognitif siswa atau belajar akan terjadi apabila siswa berada dalam ambang batas tersebut. Dengan demikian, jarak antara tingkat perkembangan sesungguhnya (ditandai dengan kemampuan pemecahan masalah secara mandiri) dengan tingkat perkembangan potensial (ditandai dengan kemampuan pemecahan masalah di bawah bimbingan orang dewasa, kerjasama atau teman sejawat) harus diperpendek agar siswa belajar dan ini adalah tugas guru dalam mengajar.

Sedangkan konsep lain adalah konsep instruksional scaffolding yaitu, pada awal pembelajaran guru memberikan sejumlah bantuan kepada siswa, selanjutnya secara bertahap bantuan tersebut dikurangi dan memberikan kesempatan siswa untuk mengambil alih tanggungjawab yang semakin besar sehingga pada akhirnya siswa dapat menyelesaikan masalah secara mandiri. Bantuan tersebut dapat berupa petunjuk, dorongan, peringatan, langkah-langkah pemecahan masalah, memberikan contoh, dan tindakan lain yang memungkinkan siswa mandiri.

C. Hakikat Pembelajaran Matematika

Gagne (dalam Apino, 2012) mendefinisikan pembelajaran sebagai

seperangkat acara peristiwa eksternal yang dirancang untuk mendukung terjadinya beberapa proses belajar yang sifatnya internal. Dalam belajar matematika perlu untuk menciptakan situasi-situasi di mana siswa dapat aktif, kreatif dan responsif secara fisik terhadap sekitar. Golding (dalam Andriani, 2011) mengatakan bahwa matematika dibangun oleh manusia sehingga dalam pembelajaran matematika, pengetahuan matematika harus dibangun oleh siswa. Pembelajaran matematika menjadi lebih efektif jika guru memfasilitasi siswa menemukan masalah dengan menerapkan pembelajaran bermakna. Dalam pembelajaran matematika, konsep

(34)

yang akan dikonstruksi siswa sebaiknya dikaitkan dengan konteks nyata yang dikenal siswa dan konsep yang dikonstruksi siswa ditemukan sendiri oleh siswa.

Jadi pada hakikatnya, pembelajaran matematika adalah proses yang sengaja dirancang dengan tujuan untuk menciptakan suasana memungkinkan untuk seseorang melaksanakan kegiatan belajar matematika dan proses tersebut berpusat pada siswa untuk belajar dan berpusat pada guru untuk mengajar. Dalam batasan pengertian yang dilakukan di sekolah, pembelajaran matematika

dimaksudkan sebagai proses yang sengaja dirancang dengan tujuan untuk menciptakan suasana lingkungan (kelas atau sekolah) yang memungkinkan kegiatan siswa belajar matematika di sekolah.

Dari pengertian tersebut jelas kiranya bahwa unsur pokok dalam

pembelajaran matematika adalah guru sebagai salah satu perancang proses-proses yang selanjutnya disebut proses pembelajaran, siswa sebagai pelaksana kegiatan belajar, dan matematika sebagai objek yang dipelajari yang dalam hal ini sebagai salah satu bidang studi atau pelajaran.

D. Aktivitas Belajar

1. Pengertian Aktivitas Belajar

Hardaniwati, dkk. (2003:11) menyatakan bahwa aktivitas berarti “kegiatan; keaktifan”. Purwanto (dalam Widianto, 2010) mengemukakan belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman.

Jadi dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar adalah kegiatan yang menyebabkan perubahan relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai

(35)

suatu hasil dari pengalaman.

2. Jenis-jenis Aktivitas Belajar

Dierich (dalam Nurnawawi, 2012) membagi aktivitas belajar ke dalam 8 kelompok yaitu: 1) kegiatan-kegiatan visual yang termasuk di antaranya seperti membaca, melihat gambar-gambar, mengamati eksperimen, demonstrasi, pameran, dan mengamati orang lain bekerja atau bermain; 2) kegiatan-kegiatan lisan (oral) yang termasuk di antaranya mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi saran,

mengemukakan pendapat, wawancara, diskusi, dan interupsi; 3) kegiatan-kegiatan mendengarkan di antaranya seperti mendengarkan penyajian bahan,

mendengarkan percakapan atau diskusi, mendengarkan suatu permainan, dan mendengarkan radio; 4) kegiatan-kegiatan menulis yang di antaranya seperti menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, membuat rangkuman, mengerjakan tes, dan mengisi angket; 5) kegiatan-kegiatan menggambar yang di antaranya termasuk menggambar, membuat grafik, chart, diagram peta dan pola; 6) kegiatan-kegiatan metrik yang di antaranya seperti melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pameran, membuat model, menyelenggarakan permainan, menari, dan berkebun; 7) kegiatan-kegiatan mental seperti

merenungkan, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis, melihat

hubungan-hubungan, dan membuat laporan; 8) kegiatan-kegiatan emosional yang di antaranya termasuk minat, membedakan, berani, tenang, dan sebagainya.

Adapun indikator yang nantinya digunakan untuk mengamati aktivitas siswa selama penelitian berlangsung adalah: 1) antusiasme siswa dalam proses

(36)

pembelajaran, 2) interaksi siswa dengan guru, 3) interaksi siswa dengan siswa lain, 4) kerjasama antar siswa, 5) aktivitas siswa dalam diskusi, dan 6) partisipasi siswa dalam menyimpulkan hasil pembahasan (Tim Instruktur PKG dalam Handayani, 2012:49).

E. Prestasi Belajar

1. Pengertian Prestasi Belajar

Menurut Ahmad (2012), “prestasi belajar adalah penguasaan dan

perubahan tingkah laku dalam diri individu sebagai hasil dari aktivitas belajar dan penilaiannya diwujudkan dalam bentuk nilai atau angka.” Sementara itu, Gunarso (dalam Riawan, 2012) mengemukakan bahwa prestasi belajar adalah usaha maksimal yang dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha belajar.

Berdasarkan uraian di atas, prestasi belajar adalah usaha maksimal yang dicapai seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha belajar sebagai hasil dari aktivitas dan penilaiannya diwujudkan dalam bentuk nilai atau angka.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Menurut Mahmud (dalam Latif, 2012) faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa mencakup: 1) Faktor Internal, yaitu faktor yang berasal dari diri siswa itu sendiri yang terdiri dari need for achievement (kebutuhan atau dorongan atau motif untuk berprestasi, dan 2) Faktor Eksternal, yaitu faktor yang berasal dari luar diri siswa. Hal ini dapat berupa sarana prasarana, situasi

lingkungan baik itu lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat. Purwanto (dalam Latif, 2012) mengemukakan bahwa faktor yang

(37)

luar yang meliputi lingkungan alam dan lingkungan sosial; instrumentasi yang berupa kurikulum, guru atau pengajar, sarana dan fasilitas serta administrasi, 2) Faktor dari dalam yang mencakup fisiologi berupa kondisi fisik dan kondisi panca indera; psikologi yang berupa bakat, minat, kecerdasan, motivasi dan kemampuan kognitif.

F. Pendekatan Kontekstual

1. Konsep Dasar Pendekatan Kontekstual Rusman (2011:332) mengemukakan bahwa,

Pendekatan kontekstual atau yang lebih dikenal dengan sebutan CTL (Contextual Teaching and Learning) merupakan konsep belajar yang beranggapan bahwa anak akan belajar lebih baik jika lingkungan yang diciptakan secara alamiah, artinya belajar akan lebih bermakna jika anak belajar dan mengalami sendiri apa yang dipelajarinya, bukan sebatas mengetahui.

Sedangkan Center on Education and Work at the University of Wisconsin Madison (dalam Rusman, 2011:332) mengartikan pendekatan kontekstual yaitu suatu konsepsi belajar mengajar yang menghendaki agar guru menghubungkan isi pelajaran dengan situasi dunia nyata dan memotivasi siswa membuat hubungan-hubungan antara pengetahuan dan aplikasinya dalam kehidupan siswa sebagai anggota keluarga, masyarakat, dan pekerja serta meminta ketekunan belajar.

Berdasarkan atas uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pendekatan konteksual adalah sistem pembelajaran yang menghendaki agar guru mengaitkan materi yang tengah diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa untuk mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.

(38)

bagi siswa, tentu saja diperlukan pembelajaran yang lebih banyak memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan, mencoba, dan mengalami sendiri, dan bukan sekadar pendengar yang pasif sebagaimana penerima terhadap semua informasi yang disampaikan. Oleh karena itu, melalui pendekatan kontekstual, mengajar bukan hanya transformasi pengetahuan dari guru kepada siswa dengan menghafal sejumlah konsep-konsep yang sepertinya terlepas dari kehidupan nyata, akan tetapi lebih ditekankan padaupaya memfasilitasi siswa untuk mencari kemampuan untuk bisa hidup (life skill) dari apa yang dipelajarinya.

Seperti yang dikemukakan Johnson (dalam Rusman, 2011:289), contextual teaching and learning enables students to connect the content of academic subject with the immediate context of their daily lives to discover meaning. It enlarges their personal context furthermore, by providing students with fresh experience that stimulate the brain to make new connection and consecuently, to discover new meaning.Artinya bahwa pendekatan kontekstual memungkinkan siswa menghubungkan isi mata pelajaran akademik dengan konteks kehidupan sehari-hari untuk menemukan makna. Pendekatan kontekstual memperluas konteks pribadi siswa lebih lanjut melalui pemberian pengalaman segar yang akan merangsang otak guna menjalin hubungan baru untuk menemukan makna yang baru.

Depdiknas (dalam Rusman, 2011:198) menyatakan proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontekstual harus mempertimbangkan

karakteristik-karakteristik sebagai berikut: 1) kerja sama; 2) saling menunjang; 3) menyenangkan dan tidak membosankan; 4) belajar dengan bergairah; 5)

(39)

pembelajaran terintegrasi; 6) menggunakan berbagai sumber; 7) siswa aktif; 8) sharing dengan teman; 9) siswa kritis guru kreatif; 10) dinding kelas dan lorong-lorong penuh denga hasil karya siswa (peta-peta, gambar, artikel); 11) laporan kepada orang tua bukan hanya rapor, tetapi hasil karya siswa, laporan hasil praktikum, karangan siswa, dan lain-lain.

2. Komponen Pendekatan Kontekstual

Johnson (dalam Rusman, 2011:192) menyebutkan komponen pendekatan kontekstual meliputi: 1) menjalin hubungan-hubungan yang bermakna (making meaningful connections), 2) mengerjakan pekerjaan-pekerjaan yang berarti (doing significant work), 3) melakukan proses belajar yang diatur sendiri (self-regulated learning), 4) mengadakan kolaborasi (collaborating), 5) berpikir kritis dan kreatif (critical and creative thingking), 6) memberikan layanan secara individual (nurturing the individual), 7) mengupayakan pencapaian standar yang tinggi (reaching high standards), dan 8) menggunakan asesmen autentik

(using authentic assessment).

3. Prinsip Pendekatan Kontekstual

Menurut Depdiknas (dalam Atmaja, 2009:10), pendekatan kontekstual memiliki tujuh prinsip utama, yaitu konstruktivisme (constructivism), inkuiri (inquiry), bertanya (questioning), masyarakat belajar (learningcommunity), pemodelan (modelling), refleksi (reflection), dan penilaian sebenarnya (authentic assessment).

Adapun tujuh prinsip pendekatan kontekstual itu dapat diuraikan sebagai berikut:

(40)

a. Konstruktivisme (Constructivism)

Konstruktivisme merupakan landasan berpikir (filosofi) pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning) yaitu bahwa pengetahuan oleh manusia sedikit demi sedikit yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas. Teori konstruktivisme beranggapan bahwa pengetahuan merupakan hasil bentukan (konstruksi) kognitif seseorang.

Selain itu, teori ini juga menyatakan bahwa siswa harus menemukan dan membangun sendiri pengetahuan mereka lewat keterlibatan aktif dalam proses belajar mengajar. Sebagian proses belajar mengajar berlangsung dengan berbasis pada aktivitas siswa.

Konstruktivisme juga mengungkapkan bahwa pengetahuan yang dimiliki pada dasarnya bukanlah seperangkat fakta, konsep atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Batasan konstruktivisme itu memberikan penekanan bahwa konsep bukanlah tidak penting sebagai bagian integral dalam pengalaman belajar yang harus dimiliki oleh siswa, akan tetapi bagaimana dari setiap konsep atau pengetahuan yang dimiliki siswa itu dapat memberikan pedoman nyata terhadap siswa untuk diaktualisasikan dalam kondisi nyata.

b. Menemukan (Inquiry)

Menemukan merupakan kegiatan inti dari pendekatan kontekstual. Melalui upaya menemukan akan memberi penegasan bahwa pengetahuan dan keterampilan serta kemampuan-kemampuan lain yang diperlukan bukan

merupakan hasil dari mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi merupakan hasil menemukan sendiri.

(41)

Dilihat dari kepuasan secara emosional, sesuatu hasil menemukan sendiri mempunyai nilai kepuasan lebih tinggi dibandingkan dengan hasil pemberian. Beranjak dari logika yang cukup sederhana itu, akan nampak memiliki hubungan yang erat bila dikaitkan dengan pendekatan pembelajaran di mana hasil

pembelajaran merupakan hasil dan kreativitas siswa sendiri akan bersifat lebih tahan lama diingat oleh siswa bila dibandingkan dengan sepenuhnya merupakan memberian dari guru. Untuk menumbuhkan kebiasaan siswa secara kreatif agar bisa menemukan pengalaman belajarnya sendiri, berimplikasi pada strategi yang dikembangkan oleh guru.

c. Bertanya (Questioning)

Unsur lain yang menjadi karakteristik pendekatan kontekstual adalah kemampuan dan kebiasaan untuk bertanya. Pengetahuan yang dimiliki seseorang selalu bermula dari bertanya. Oleh karena itu, bertanya merupakan strategi utama dalam pendekatan kontekstual. Penerapan bertanya dalam pendekatan kontekstual harus difasilitasi oleh guru, kebiasaan siswa untuk bertanya atau kemampuan guru dalam menggunakan pertanyaan yang baik akan mendorong pada peningkatan kualitas dan produktivitas pembelajaran.

Melalui penerapan bertanya, pembelajaran akan lebih hidup, akan mendorong proses dan hasil pembelajaran yang lebih luas dan mendalam, dan akan banyak menemukan unsur-unsur terkait yang sebelumnya tidak terpikirkan baik oleh guru maupun murid. Selain itu, bertanya dapat memberikan manfaat antara lain: 1) dapat menggali informasi, baik administrasi maupun akademik; 2) mengecek pemahaman siswa; 3) membangkitkan respons siswa; 4) mengetahui

(42)

sejauh mana keingintahuan siswa; 5) mengetahui hal-hal yang diketahui siswa; 6) memfokuskan perhatian siswa; 7) membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa; 8) menyegarkan kembali mengetahuan yang telah dimiliki siswa.

d. Masyarakat Belajar (Learning Community)

Masyarakat belajar di sini dimaksudkan membiasakan siswa untuk melakukan kerja sama dan memanfaatkan sumber belajar dari teman-teman belajarnya. Seperti yang disarankan dalam learning community, hasil pembelajaran diperoleh dari kerja sama dengan orang lain melalui berbagai pengalaman (sharing). Melalui sharing ini anak akan dibiasakan untuk saling memberi dan menerima.

Kebiasaan penerapan dan mengembangkan masyarakat belajar dalam pendekatan kontekstual sangat dimungkinkan dan dibuka dengan luas memanfaatkan masyarakat belajar lain di luar kelas. Setiap siswa semestinya dibimbing dan diarahkan untuk mengembangkan rasa ingin tahunya melalui pemanfaatan sumber belajar secara luas yang tidak hanya disekat oleh masyarakat belajar di dalam kelas,akan tetapi sumber manusia lain di luar kelas (keluarga dan masyarakat).

e. Pemodelan (Modelling)

Dalam suatu pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu, ada model yang bisa ditiru oleh siswa dan dalam pendekatan kontekstual, guru bukan satu-satunya model. Pemodelan dapat dirancang dengan melibatkan siswa. Siswa dapat diminta untuk memodelkan sesuatu berdasarkan pengalaman yang

(43)

f. Refleksi (Reflection)

Rusman (2011:197) mengemukakan bahwa “refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru terjadi atau baru saja dipelajari”. Dengan kata lain, refleksi adalah berpikir ke belakang tentang apa-apa yang dilakukan di masa lalu, siswa mengendapkan apa yang baru dipelajarinya sebagai struktur pengetahuan yang baru yang merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan sebelumnya.

Pengetahuan yang bermakna diperoleh dari suatu proses yang bermakna pula, yaitu melalui penerimaan, pengolahan dan pengendapan, untuk kemudian dapat dijadikan sandaran dalam menanggapi terhadap gejala yang muncul di kemudian. Refleksi merupakan respons terhadap kejadian, aktivitas atau pengetahuan yang baru diterima. Guru membantu siswa membuat hubungan-hubungan antara pengetahuan yang dimiliki sebelumnya dengan pengetahuan yang baru sehingga siswa merasa memperoleh sesuatu yang berguna bagi dirinya.

Pada akhir pembelajaran, guru menyisakan waktu sejenak agar siswa melakukan refleksi. Penerapannya sendiri dapat berupa: 1) pertanyaan langsung tentang apa yang telah diperoleh hari itu; 2) catatan atau jurnal buku siswa; 3) kesan dan saran siswa mengenai pembelajaran hari itu; 4) diskusi; 5) hasil karya.

f. Penilaian Autentik (Authentic Assessment)

Tahap terakhir dari pendekatan kontekstual adalah melakukan penilaian. Penilaian sebagai bagian integral dari pembelajaran memiliki fungsi yang menentukan untuk mendapatkan informasi yang bisa memberikan gambaran atau petunjuk terhadap pengalaman belajar siswa.

(44)

kesulitan siswa dalam belajar dan dengan itu pula guru akan memiliki kemudahan untuk melakukan upaya-upaya perbaikan dan penyempurnaan proses bimbingan belajar dalam langkah selanjutnya.

Adapun karakteristik penilaian autentik antara lain: 1) dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung; 2) bisa dipergunakan untuk

formatif maupun sumatif; 3) yang diukur bukan keterampilan dan performansi; 4) berkesinambungan; 5) terintegrasi.

G. Bangun Ruang Kubus dan Balok

1. Sisi, rusuk, dan titik sudut kubus maupun balok. Perhatikan kubus ABCD.EFGH di bawah ini.

Gambar 01. Unsur-unsur Kubus ABCD.EFGH Kubus ABCD.EFGH memiliki:

Titik sudut sebanyak 8, yaitu: A, B, C, D, E, F, F, dan H.

Rusuk sebanyak 12, yaitu: AB, BC, CD, AD, EF, FG, GH, EH, AE, BF, CG, dan DH. Dengan AB, BC, CD, dan AD disebut rusuk alas sedangkan AE, BF, CG, dan DH disebut rusuk tegak.

Sisi/bidang sebanyak 6, yaitu: ⊔ABCD, ⊔ABFE, ⊔BCGF, ⊔CDHG, ⊔ADHE,

dan ⊔EFGH

(45)

Gambar 02. Unsur-unsur Balok PQRS.TUVW Balok PQRS.TUVW memiliki:

Titik sudut sebanyak 8, yaitu: P, Q, R, S, T, U, V, dan W.

Rusuk sebanyak 12, yaitu: PQ, QR, RS, SP, TU, UV, VW, WT, PT, SW, RV, dan QU.

Sisi/bidang sebanyak 6, yaitu: ⊔PQRS, ⊔TUVW, ⊔PQUT, ⊔SRVW, ⊔PSWT, dan ⊔QRVU

2. Rusuk-rusuk sejajar pada kubus dan balok.

Pada kubus dan balok, rusuk-rusuk dikatakan sejajar apabila kedua rusuk tersebut tidak berpotongan dan terletak pada satu bidang.

Perhatikan Gambar 03 berikut.

Gambar 03. Kubus ABCD.EFGH

Pada kubus ABCD.EFGH, rusuk-rusuk yang dapat dikatakan sejajar adalah: AB//CD//EF//GH

AD//BC//EH//FG AE//BF//DH//CG.

(46)

Gambar 04. Balok PQRS.TUVW Sedangkan pada balok PQRS.TUVW (Gambar 04), rusuk-rusuk yang dapat dikatakan sejajar antara lain: // // // ; // // // ; dan

// // // .

3. Mengenal Diagonal Bidang, Diagonal Ruang, dan Bidang Diagonal

Gambar 05. Diagonal Bidang, Diagonal Ruang, dan Bidang Diagonal Kubus Pada kubus ABCD.EFGH (Gambar 05), memiliki 12 diagonal bidang, 4 diagonal

ruang dan 6 bidang diagonal.Diagonal bidang: , , , , , , , , ,

, , dan ; Diagonal ruang: , , , dan ; Bidang diagonal: ABGH,

CDEF, BCEH, ADFG, AECG, dan BFDH. Perhatikan balok PQRS.TUVW di bawah ini!

(47)

Balok PQRS.TUVW (Gambar 06) memiliki:memiliki 12 diagonal bidang, 4 diagonal ruang dan 6 bidang diagonal.Diagonal bidang, yaitu: , , , ,

, , , , , , , dan ;Diagonal ruang, yaitu: , , , dan ; Bidang diagonal, yaitu: PQVW, UTSR, QRWT, PUVS, PTVR, dan

QUWS.

4. Menggambar Kerangka Kubus dan Balok Perhatikan gambar di bawah ini.

Gambar 07. Menggambar Kubus dan Balok

Dari gambar 07, menggambar kubus dapat dilakukan dengan langkah sebagai berikut:

a. Gambar sisi kubus bagian depan dan bagian belakang yang berbentuk persegi panjang. Rusuk yang tidak terlihat dari depan digambar dengan garis putus-putus. b. Hubungkan rusuk-rusuk yang mengarah dari depan ke belakang.

Langkah yang sama berlaku untuk menggambar kerangka balok. Hanya saja,untuk balok, sisinya berbentuk persegi panjang.

5. Jaring-jaring Kubus dan Balok

(48)

Gambar 08. Jaring

Jika kubus ABCD.EFGH (Gambar 08(a)) digunting menurut rusuk rusuknya, yaitu: , ,

dibentangkan, maka akan diperoleh bangun pada Gambar 08 (b). Bangun itulah yang disebut dengan jaring

bidang alas dan EFGH sebagai bidang penutupnya.

Hal yang sama berlaku pada balok JKLM.NOPQ (Gambar 09 (a)). Jika balok JKLM.NOPQ digunting menurut rusuk

, dan kemudian hasil guntingan tersebut dibentangkan, maka akan diperoleh bangun pada Gambar 09 (b).

(a)

Pada jaring-jaring balok JKLM.NOPQ, bidang alas dan bidang

(a) (b)

Gambar 08. Jaring-Jaring Kubus

Jika kubus ABCD.EFGH (Gambar 08(a)) digunting menurut rusuk , , , , , dan kemudian hasil guntingan itu dibentangkan, maka akan diperoleh bangun pada Gambar 08 (b). Bangun itulah yang disebut dengan jaring-jaring kubus ABCD.EFGH dengan ABCD sebagai

EFGH sebagai bidang penutupnya.

Hal yang sama berlaku pada balok JKLM.NOPQ (Gambar 09 (a)). Jika balok JKLM.NOPQ digunting menurut rusuk-rusuk, yaitu: , , ,

kemudian hasil guntingan tersebut dibentangkan, maka akan diperoleh bangun pada Gambar 09 (b).

(a) (b)

Gambar 09. Jaring-jaring Balok

jaring balok JKLM.NOPQ, JKLM disebut sebagai OPQR disebut sebagai bidang penutup.

Jika kubus ABCD.EFGH (Gambar 08(a)) digunting menurut rusuk-kemudian hasil guntingan itu dibentangkan, maka akan diperoleh bangun pada Gambar 08 (b). Bangun itulah

ABCD sebagai

Hal yang sama berlaku pada balok JKLM.NOPQ (Gambar 09 (a)). Jika , , kemudian hasil guntingan tersebut dibentangkan, maka akan

(49)

6. Luas Permukaan Kubus dan Balok a. Luas Permukaan Kubus

Luas permukaan kubus dan balok adalah jumlah seluruh sisi kubus dan balok. Perhatikan kubus ABCD.EFGH dan jaring

Gambar

Kubus memiliki enam sisi berbentuk persegi yang setiap rusuknya sama panjang. Jika dimisalkan panjang rusuk kubus adalah

Dengan demikian, luas permukaan kubus = L = 6s2, dengan L = luas permukaan kubus

s = panjang rusuk kubus b. Luas Permukaan Balok

Perhatikan balok JKLM.NOPQ dan jaring

Gambar 11. Balok dan Jaring

Luas permukaan balok adalah jumlah seluruh sisi balok. Balok memiliki tiga pasang sisi berbentuk persegi panjang

6. Luas Permukaan Kubus dan Balok a. Luas Permukaan Kubus

Luas permukaan kubus dan balok adalah jumlah seluruh sisi kubus dan balok. Perhatikan kubus ABCD.EFGH dan jaring-jaringnya di bawah di bawah ini.

10. Kubus dan Jaring-jaringnya

Kubus memiliki enam sisi berbentuk persegi yang setiap rusuknya sama panjang. Jika dimisalkan panjang rusuk kubus adalah s, maka luas setiap sisi kubus = Dengan demikian, luas permukaan kubus = 6s2.

, dengan L = luas permukaan kubus ang rusuk kubus

b. Luas Permukaan Balok

Perhatikan balok JKLM.NOPQ dan jaring-jaringnya di bawah ini.

Gambar 11. Balok dan Jaring-jaringnya

Luas permukaan balok adalah jumlah seluruh sisi balok. Balok memiliki tiga pasang sisi berbentuk persegi panjang yang setiap pasangnya sama dan sebangun Luas permukaan kubus dan balok adalah jumlah seluruh sisi kubus dan balok.

jaringnya di bawah di bawah ini.

10. Kubus

Kubus memiliki enam sisi berbentuk persegi yang setiap rusuknya sama panjang. maka luas setiap sisi kubus = s2.

Luas permukaan balok adalah jumlah seluruh sisi balok. Balok memiliki tiga yang setiap pasangnya sama dan sebangun

(50)

dengan panjang p, lebar l dan tinggi t. Sehingga diperoleh:  Luas sisi JKLM = luas sisi NOPQ = p x l;

 Luas sisi JNQM = luas sisi KLPO = l x t.  Luas sisi JKON = luas sisi MLPQ = p x t;

Dengan demikian, luas permukaan balok sama dengan jumlah luas ketiga pasang sisi yang sama dan sebangun pada balok JKLM.NOPQ. Dapat dirumuskan sebagai berikut:

L = 2(p x l) + 2(l x t) + 2 (p x t) L = 2{(p x l) + (l x t) + (p x t)} Dengan:

L = luas permukaan balok p = panjang balok

l = lebar balok t = tinggi balok.

7. Volume Kubus dan Balok a. Volume Kubus

Perhatikan gambar di bawah ini.

Gambar 12. Menentukan Volume Kubus Kubus Satuan (5 cm)

(51)

Mula-mula isikan satu per satu kubus-kubus satuan yang mempunyai panjang rusuk 5 cm ke dalam kubus besar dengan panjang rusuk 15 cm hingga penuh. Selanjutnya hitunglah banyak kubus satuan pada bagian panjang, bagian lebar, dan bagian tinggi, kemudian kalikan. Didapatkan banyaknya kubus satuan untuk ketiga bagian itu adalah sama, yaitu masing-masing tiga kubus satuan, dan jika dikalikan 3 x 3 x 3 = 27, sehingga didapat hubungan bahwa volume kubus adalah hasil kali dari banyaknya kubus pada bagian panjang, bagian lebar, dan bagian tinggi.

Karena kubus mempunyai panjang rusuk yang sama dan jika panjang rusuk kubus dimisalkan s, maka diperoleh:

Volume kubus = s x s x s Volume kubus = s3

Dengan: s = panjang rusuk kubus b. Volume Balok

Perhatikan gambar berikut ini.

Gambar 13. Menentukan Volume Balok

Sama halnya dengan mencari volume kubus, mula-mula isikan satu per satu kubus-kubus satuan yang mempunyai panjang rusuk 5 cm ke dalam balok

(52)

berukuran 20 cm x 15 cm x 10 cm hingga penuh. Selanjutnya hitunglah banyak kubus satuan pada bagian panjang, bagian lebar, dan bagian tinggi, kemudian kalikan. Didapatkan banyaknya kubus satuan untuk ketiga bagian tersebut

berturut-turut adalah 4 kubus satuan, 3 kubus satuan, dan 2 kubus satuan sehingga didapat hubungan bahwa volume balok adalah hasil kali dari banyaknya kubus pada bagian panjang, bagian lebar, dan bagian tinggi yaitu: 4 x 3 x 2 = 24.

Jika panjang balok dimisalkan dengan p; lebar balok lalu dimisalkan dengan l dan tinggi balok dimisalkan dengan t, maka diperoleh rumus volume balok adalah: V = p x l x t Dengan: V = volume balok p = panjang balok l = lebar balok t = tinggi balok.

8. Perbandingan Luas Permukaan dan Volume 2 Kubus atau Balok yang Mempunyai Rusuk Berbeda

Perhatikan gambar kubus di bawah ini.

(a) (b)

Gambar 14. Kubus dengan 2 Rusuk Berbeda

Kubus pada Gambar 14 (a) mempunyai panjang rusuk 4 cm sementara kubus pada Gambar 14 (b) memiliki panjang rusuk 6 cm. Untuk menentukan perbandingan

(53)

luas permukaan dan volume kubus di atas, perhatikan uraian di bawah ini. a. Perbandingan Luas Permukaan.

Luas permukaan kubus (a) adalah: La= 6s2

La= 6 (4 cm)2= 6(16 cm2) = 96 cm2 Luas permukaan kubus (b) adalah: Lb= 6s2

Lb= 6(6 cm)2= 6 (36 cm2) = 216 cm2

Perbandingan luas permukaan kubus (a) dan kubus (b) adalah: La: Lb

96 cm2: 216 cm2 sama-sama dibagi 24 4 : 9

Jadi, perbandingan luas permukaan kubus (a) dan kubus (b) yang mempunyai perbandingan rusuk 4 : 6 atau 2 : 3 adalah 4 : 9 atau 22: 32.

b. Perbandingan Volume Volume kubus (a) adalah: Va= s3

Va= (4 cm)3= 64 cm3 Volume kubus (b) adalah: Vb= s3

Vb= (6 cm)3= 216 cm3

Perbandingan volume kubus (a) dan kubus (b) adalah: Va : Vb

(54)

64 cm3 : 216 cm3 sama-sama dibagi 8

8 : 27

Jadi, perbandingan volume kubus (a) dan kubus (b) yang mempunyai perbandingan rusuk 4 : 6 atau 2 : 3 adalah 8 : 27 atau 23: 33.

H. Implementasi Pembelajaran dengan Pendekatan Kontekstual pada Pembelajaran Bangun Ruang Kubus dan Balok

Adapun contoh penerapan pendekatan ini untuk siswa kelas VIIIB SMP Dharmasastra Sempidi dengan berpedoman pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan adalah sebagai berikut:

Tabel 01. Penerapan Pendekatan Kontekstual pada Pembelajaran Bangun Ruang Kubus dan Balok

Kegiat an Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Wa ktu Unsur Kontekst ual Pendah uluan 1. Pengelolaan Kelas  Memberikan salam.  Guru melakukan absensi.  Guru memberikan arahan mengenai pendekatan kontekstual dan menekankan mengenai konstruktivisme sebelum pembelajaran dimulai.  Siswa memberikan salam.  Siswa mendengarkan dan memahami penjelasan mengenai pendekatan kontekstual dengan saksama. 1’ 2’ 2’ 2. Apersepsi  Guru mengingatkan kembali materi pelajaran yang berkaitan dengan bangun datar, garis, dan sudut.  Siswa mengingat kembali materi pelajaran yang berkaitan dengan bangun datar, garis, dan sudut.

2’ Konstrukti visme

(55)

Kegiata n Inti 3. Eksplorasi  Guru menyampaikan standar kompetensi/ kompetensi dasar/ indikator/ tujuan pembelajaran.  Guru memotivasi siswa dalam memahami materi yang diajarkan. 4. Elaborasi  Dengan menggunakan benda-benda nyata seperti gambar di bawah ini:

(kardus bekas berbentuk kubus);

(kotak tisu berbentuk balok);

(cone es krim berbentuk kerucut); (tempat CD berbentuk tabung);  Siswa memfokuskan perhatian pada standar kompetensi/ kompetensi dasar/ indokator/ tujuan pembelajaran  Siswa menyebutkan macam-macam bangun ruang dengan benda-benda nyata yang telah disiapkan. 2’ 2’ 5’ Pemodela n Pemodela n

(56)

(globe berbentuk bola) guru meminta siswa menyebutkan berbagai macam bangun ruang dari benda-benda tersebut.

 Dari benda-benda nyata (dus yang berbentuk kubus dan kotak tisu berbentuk balok) guru

mengajak siswa menentukan banyak sisi, rusuk, dan titik sudut pada bangun ruang kubus dan balok.  Guru mengelompokkan siswa menjadi beberapa kelompok dimana satu

kelompok terdiri dari 4-5 siswa.

 Guru membagikan LKS – 01 yang berisikan masalah yang berhubungan dengan kubus dan balok yang akan dikerjakan secara berkelompok.  Guru berkeliling untuk membantu siswa dalam menyelesaikan masalah sembari mengajukan pertanyaan untuk menggali apa yang

 Siswa menentukan banyak sisi, rusuk, dan titik sudut pada bangun ruang kubus dan balok.

 Siswa mengelompokkan dirinya masing-masing.  Siswa bersama kelompok masing-masing mengerjakan soal-soal pada LKS yang telah diberikan.  Siswa mengajukan pertanyaan kepada guru jika mengalami kesulitan dalam mengerjakan permasalahan 5’ 3’ 20’ Pemodela n Masyaraka t belajar Pemodela n Inkuiri Bertanya

Gambar

Gambar 01. Unsur-unsur Kubus ABCD.EFGH Kubus ABCD.EFGH memiliki:
Gambar 02. Unsur-unsur Balok PQRS.TUVW Balok PQRS.TUVW memiliki:
Gambar 04. Balok  PQRS.TUVW Sedangkan pada balok PQRS.TUVW (Gambar 04), rusuk-rusuk yang dapat  dikatakan sejajar antara lain: //  //  //  ; //  //  //  ; dan
Gambar 07. Menggambar Kubus dan Balok
+7

Referensi

Dokumen terkait

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah Untuk mengetahui perbedaan pendekatan kontekstual dan konvensional terhadap prestasi belajar mata pelajaran akuntansi pada

Dengan demikian pemanfaatan sumber belajar lingkungan sekolah dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas lima SLB YPLAB Cibaduyut pada mata pelajaran IPA.. Kata Kunci

Rahmayani.2007.Efektivitas Pendekatan Kontekstual (Contekstual Teaching and Learning) dalam meningkatkan Prestasi Belajar Mata Pelajaran Pengetahuan Sosial Ekonomi Pokok Bahasan

Rahmayani.2007.Efektivitas Pendekatan Kontekstual (Contekstual Teaching and Learning) dalam meningkatkan Prestasi Belajar Mata Pelajaran Pengetahuan Sosial Ekonomi Pokok Bahasan

Penelitian ini bertujuan untuk (1) Mengetahui langkah-langkah pendekatan kontekstual dalam upaya meningkatkan kedisiplinan dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran

Hal ini juga menandakan bahwa hipotesis awal penelitian yaitu terdapat hubungan positif antara dukungan sosial dan prestasi belajar pada remaja SMP dapat diterima.. Kata kunci:

Kata kunci: metode inkuiri, metode inkuiri terbimbing, prestasi belajar, kemampuan berpikir kritis, kemampuan berpikir kritis kategori kognitif, mata pelajaran

Berdasarkan kegiatan refleksi dan observasi, peneliti bersama supervisor 2 berpendapat bahwa rendahnya prestasi belajar siswa pada mata pelajaran matematika masih