• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGKAJIAN INTEGRASI TERNAK KAMBING DAN TANAMAN PERKEBUNAN KAKAO RAKYAT DI KABUPATEN ENDE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGKAJIAN INTEGRASI TERNAK KAMBING DAN TANAMAN PERKEBUNAN KAKAO RAKYAT DI KABUPATEN ENDE"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

PENGKAJIAN INTEGRASI TERNAK KAMBING DAN TANAMAN PERKEBUNAN KAKAO RAKYAT DI KABUPATEN ENDE

D. Kana Hau, Amirudin Pohan, dan Jacob Nulik BPTP NTT Jl. Timor Raya Km. 32 Naibonat –Kupang

ABSTRAK

Komoditas tanaman perkebunan secara nasional mempunyai peranan yang sangat penting sebagi sumber devisa negara, menyediakan lapangan kerja bagi petani maupun sebagai sumber pendapatan. Potensi lahan perkebunan di kabupaten Ende cukup besar dan sudah diusahakan seluas 31.862 ha dari total luasan 42.496 ha dengan komoditas dominan antara lain: kakao, jambu mente, kemiri, kopi, kelapa, pisang. Pemeliharaan tanaman perkebunan masih dilakukan secara tardisional dengan pemilikan lahan 0.5-1 ha/KK dalam bentuk pertanaman campuran (bukan monokultur). Hasil base line survei yang dilakukan desa Hobatuwa Kecamatan Lio Timur luas lahan tanaman kakao 631.6 ha di desa Nualise kecamatan Wolowaru 692.0 ha. Salah satu strategi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pendapatan petani disini adalah dengan menerapkan pola pemeliharaan ternak kambing yang diintegrasikan dengan tanaman kakao yang merupakan salah satu komoditas perkebunan yang cukup dominan di Kabupaten Ende. Pengkajian dilakukan pada 10 KK petani koperator dikelompok di kelompok tani Lia Lako desa Hobatuwa dan 15 KK di Kelompok Daudole Desa Nualise. Ternak kambing yang diintroduksi awal adalah kambing kacang umur produktif dengan tiap KK mendapat 1 ekor jantan dan 2 ekor betina. Hasil pengamatan menunjukan bahwa respon petani terhadap pola pemeliharaan ternak kambing dan tanaman perkebunan cukup tinggi yang dapat dilihat dari perkembangan ternak kambing yang mencapai 89%. Pemeliharaan ternak kambing dilakukan dalam kandang kelompok pada satu hamparan dengan petak-petak pemilikan individu. Dampak positif yang terjadi dengan kandang kelompok adalah proses belajar bersama dalam pengelolaan ternak dan persaingan positif dalam sistem budidaya yang ditunjukan dengan hasil produktifitas yang lebih tinggi. Kotoran ternak kambing dapat terkumpul rata-rata tiap hari 48 kg kering yang dapat dimanfaatkan sebagai pupuk pada tanaman kakao dan tanaman sayur-sayuran dan dijual kedesa tetangga dengan harga Rp 500.000/ton. Hal ini dapat mengurangi penggunaan pupuk an-organik yang selain ketersediaan dan harganya mahal sulit dijangkau oleh petani di pedesaan juga penggunaan yang terus menerus dapat menyebabkan terjadinya degradasi kualitas lahan, serta dapat memberikan tambahan pendapatan bagi kelompok tani. Rata- rata petani di Desa Hobatuwa memiliki 88 pohon tanaman kakao,dengan produksi /pohon 30-40 buah. Kulit kakao telah dimanfaatkan sebagai pakan suplemen (1% dari berat badan) yang diolah menjadi tepung setelah difermentasikan dengan Aspergilus niger. Pemberian pakan hijauan dan tepung kulit kakao sebagai pakan suplemen 1% dari berat badan pada ternak kambing dilokasi pengkajian memberikan rata-rata pertambahan bobot badan untuk ternak jantan 79 g/ekor/hari dan ternak betina 44 g/ekor/hari. Rata-rata berat lahir anak kambing jantan 2.10 kg dan anak kambing betina 2.05 kg. Pemeliharaan ternak kambing dengan tanaman kakao dapat mengoptimalkan pemamanfaatan lahan untuk meningkatkan pendapatan petani.

Kata kunci: Integrasi,Ternak kambing, perkebunan kakao rakyat PENDAHULUAN

Ende merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) dengan lahan bergelombang dan berbukit mulai dataran rendah sampai dataran tinggi. Tipe iklim beragam mulai B, C sampai E dengan curah hujan 1500-2.750 mm/tahun dan suhu 20-300C.

Struktur perlekonomian Kabupaten Ende didominasi oleh sektor pertanian sebesar 33,36 - 37,34 %, diikuti oleh hotel, dan restoran 20,48 -25,01%.

Potensi lahan perkebunan di Kabupaten Ende saat ini cukup tersedia yaitu total luas lahan perkebunan seluas 42.496 ha dan yang sudah diusahakan selauas 31.862 ha dengan

(2)

komoditas dominan kakao, kelapa, kemiri, vanila, dan jambu mente. Pengusahaan lahan perkebunan masih dilakukan secara tradisional dengan pemilikan lahan rata-rata berkisar 0.5-1 ha per KK (Anon, www.Ende, 2003). Salah satu strategi yang dapat dikembangkan untuk meningkatkan pendapatan petani dikomunitas-komunitas petani yang mengusahakan komoditas perkebunan meliputi: mengoptimalkan penggunaan lahan di antara tanaman perkebunan melalui penerapan intercropping, produksi ternak dan pakan dan meningkatkan pendapatan petani melalui penerapan teknologi pascapanen dan pengolahan hasil tanaman serta upaya diversifikasi produk dan pemasaran sesuai dengan komoditas spesifik yang diusahakan petani.

Ternak kambing merupakan salah satu jenis ternak ruminansia yang memiliki keunggulan-keunggulan antara lain: mudah pemeliharaannya, cepat berkembangbiak, dan dapat menghasilkan daging dan susu berkualitas. Usaha ternak kambing selama ini kurang berkembang karena didasarkan pada pendekatan komoditas yang kerap kali tidak efisien serta kurang mampu mendorong peningkatan pendapatan dan kesejehteraan petani. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa integrasi ternak dan tanaman perkebunan memberikan efek yang saling menguntungkan baik dalam bentuk tambahan penghasilan, produksi dan pemanfaatan limbah yang akan mendukung keberlanjutan usahatani skala kecil (Subagyono, 2004).

Salah satu usaha untuk memperbaiki kesuburan tanah untuk meningkatkan produktivitas dan pendapatan petani kakao antara lain dapat dilakukan dengan melakukan kombinasi antara pupuk organik dan anorganik. Sementara ketersediaan pupuk dilingkungan kebun kakao sangat terbatas karena ketersediaan dan harganya tidak terjangkau oleh petani di pedesaan. Sehingga inovasi teknologi yang dikaji adalah pengoptimalan sumber daya lahan dengan mengintegrasikan ternak kambing dengan tanaman perkebunan dalam satu sistem pengelolaan yang didukung oleh muatan teknologi alat dan mesin pertanian sebagai katalisator sistem integrasi.

MATERI DAN METODA

Pengkajian ini dilakukan di lahan perkebunan rakyat di Desa Hobatuwa, Kecamatan Lio Timur dan di Desa Nualise Kecamatan Wolowaru Kabupaten Ende Sejak bulan Agustus 2004 – Agustus 2006. Informasi dikumpulkan dari lokasi yang dipilih untuk pengkajian ini adalah kondisi biofisik dan sumber-sumber pendapatan.

Pengkajian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan perbaikan atau usaha peningkatan pendapatan keluarga tani melalui penerapan inovasi teknologi pertanian, yang antara lain adalah sebagai berikut:

Komoditas Inti

Materi yang digunakan adalah ternak kambing kacang dan kambing benggala berumur 1.5-2 tahun (20 ekor betina dan 10 ekor jantan) dengan komponen teknologi: pemanfaatan limbah kulit kakao sebagai pakan suplemen bagi ternak kambing dan pemanfaatan limbah (kotoran) ternak kambing sebagai pupuk pada tanaman kakao yang telah berproduksi maupun yang belum berproduksi. Selain kakao, komoditas perkebunan lainnya juga dipelajari peranannya dalam menunjang ekonomi keluarga tani dan melakukan kegiatan-kegiatan pengenalan inovasi teknologi melalui berbagai cara dan kesempatan ketika pendampingan dan bimbingan dilakukan terhadap kelompok tani koperator.

Pembuatan dan Pemanfaatan Kulit Kakao Sebagai Pakan Ternak Kambing

Limbah kulit kakao sebelum digunakan terlebih dahulu dicacah kemudian difermentasi dengan fermentor Aspergilus niger selama 4-5 hari yang selanjutnya dikering di bawah sinar matahari selama 3-4 hari, dan digiling menjadi tepung. Tepung kulit kakao fermentasi ini ketika akan diberikan pada ternak kambing dicampurkan air secukupnya sehingga menjadi seperti bubur. Tepung kulit kakao ini hanya diberikan sebagai pakan tambahan atau suplemen, sedangkan pakan dasar adalah berupa dedaunan (lamtoro, gamal atau waru dan lainnya). Parameter yang diamati adalah: bobot badan ternak kambing yang diperoleh dengan penimbangan setiap bulan, berat lahir anak dan mortalitas ternak, serta jumlah kotoran yang

(3)

dihasilkan. Untuk mengetahui kualitas tepung kulit buah kakao yang dihasilkan dilakukan analisis proksimat.

Pembuatan dan Pemanfaatan Kotoran Ternak Kambing Sebagai Pupuk

Kotoran ternak kambing dikumpulkan dari 48 ekor ternak. Proses pengomposan dilakukan dengan menggunakan dekomposer Rummino bacillus. Pemupukan dilakukan 2 kali setahun masing-masing 5 kg kompos/pohon pada awal dan akhir musim hujan sebanyak 200 pohon pada tanaman yang telah berproduksi.

Pada tanaman yang belum menghasilkan pemberian pupuk dilakukan dengan dosis 3 kg kompos/pohon sebanyak 200 pohon. Data yang dikumpulan dalam kegiatan ini adalah jumlah buah kakao yang dihasilkan, dengan membandingkan antara tanaman yang dipupuk dan yang tidak dipupuk. Data dianalisis secara deskriptif.

Pengelolaan Tanaman Kakao

Selain memanfaatkan pupuk yang dihasilkan dari ternak kambing, perlakukan lain yang dilakukan dalam pengelolaan tanaman kakao adalah: pemangkasan produksi, perangsangan bunga dan buah, serta kontrol lalat buah dengan menggunakan perangkap lalat buah (yang dibuat dari botol bekas aqua yang dilengkapi dengan kawat dan kapas yang ditetesi petrogenol dan air untuk menarik dan menjebak lalat buah sehingga gangguan lalat dapat ditekan. Pengamatan dilakukan terhadap jumlah lalat yang dapat dijebak dan kualitas kulit buah kakao yang dihasilkan setelah dilakukan penanganan lalat buah.

Pembinaan Petani Koperator

Pembinaan petani dilakukan dalam berbagai bentuk kegiatan, antara lain: pelatihan penyuluh swakarsa dan pengelolaan klinik teknologi pertanian, pembuatan buku-buku pencatatan data kegiatan pertanian dan keuangan kelompok, penjelasan dan praktek pembuatan pakan dan kompos serta pemanfaatannya, perawatan dan pemanfaatan mesin dan alat pertanian, seperti penggiling multifungsi untuk membuat tepung kulit buah kakao yang juga dapat dimanfaatkan untuk menggiling beras, kopi, ubi kayu dan jagung menjadi tepung sebagai sumber pendapatan tambahan bagi kelompok untuk keperluan pemeliharaan dan operasionalisasi mesin dan alat yang ada.

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Biofisik Lahan dan Sumber Pendapatan

Desa Nualise merupakan wilayah dengan kondisi agro-ekosistem lahan kering dengan topografi wilayah perbukitan terjal serta memiliki kelerengan yang cukup besar (dapat mencapai > 70 %) sehingga sistem usahatani yang umum dilakukan penduduk adalah pada lahan perbukitan dan berlereng. Kelompok yang terlibat dalam kegiatan integrasi ternak dan tanaman perkebunan kakao dengan ternak kambing bertempat tinggal di dusun yang cukup terisolasi dan cukup sulit dijangkau dengan berjalan kaki karena medan jalan jalan yang menurun dan tanjakan sehingga belum banyak tersentuh oleh kegiatan-kegiatan inovasi teknologi untuk pemberdayaan kelompok. Komoditas utama adalah kemiri yang mampu menyumbangkan pada ekonomi rumah tangga petani dengan pendapatan dari hasil panen kemiri yang mencapai sekitatar Rp. 1.500.000/ petani/musim. Panen dan penjualan kemiri dapat dilakukan petani setiap saat, bergantung kepada ketersediaan waktu luang. Sehingga pendapatan dari penjualan kemiri sangat membantu ketersediaan uang tunai bagi petani, walaupun hasil dari komoditas pertanian lain sudah tidak lagi dapat diperoleh. Ini karena biji kemiri yang jatuh dari pohon dibiarkan di bawah pohon sampai ada waktu untuk dipungut dan dikupas untuk dijual jika tidak ada lagi kegiatan lain yang harus didahulukan. Komoditas pendukung lainnya adalah tanaman kakao, tetapi kondisi pola tanam relatif tidak beraturan dan umumnya tanpa ada perawatan produksi (pemupukan dan pemangkasan).

Desa Hobatuwa topografi wilayah cenderung datar dan sedikit lahan usahatani yang memiliki kemiringan yang tinggi. Komoditas unggulan masyarakat adalah kelapa yang langsung diolah menjadi produk kopra yang siap dipasarkan. Dengan harga yang berlaku saat ini yakni Rp.1500/kg maka pendapatan petani kelapa mencapai Rp. 1. 380.000/ha/tahun. Namun proses pengeringan kopra masih dilakukan secara tradisional dengan menjemur dilantai atau aspal atau

(4)

bahkan dihamparkan langsung di atas tanah sehingga kopra yang dihasilkan masih mempunyai kualitas yang rendah dan kotor. Kotoran dari ternak kambing yang terkumpul diproses menjadi kompos dan telah dimanfaatkan untuk memupuk tanaman kakao sehingga mampu meningkatkan produktivitas buah kakao dilahan petani.

Pengelolaan Ternak Kambing

Kegiatan pengeloaan ternak kambing di Desa Hobatuwa Kecamatan Wolowaru melibatkan petani koperator sebanyak 10 KK. Tiap KK petani mendapatkan 1 ekor jantan dan 2 ekor betina. Sistim pemeliharaannya dilakukan secara berkelompok dibangun di lokasi petani dalam satu hamparan. Kandang kambing yang dibangun merupakan hasil kerjasama antara petani dan BPTP Nusa Tenggara Timur dimana BPTP membantu menyediakan bahan seperti papan, balok, paku dan petani menyediakan bahan untuk atap dan tenaga kerja. Kegiatan di Desa Nualise melibatkan 15 KK. Kandang tidak dapat dibuat dalam satu hamparan karena lokasi memiliki kelerengan yang cukup besar sehingga kandang dibuat dekat dengan rumah. Namun demikian kekompakan kelompok tetap terlihat dari aktifitas petani membuat kompos dari kotoran ternak kambing sebanyak 7 kali untuk dimanfaatkan pada tanaman Vanili dan kakao. Hasil pengamatan perkembangan ternak kambing di Desa Hobatuwa dari introduksi awal 20 ekor betina dan 10 ekor jantan selama1 tahun (Agustus 2005 s/d Agustus 2006) telah berkembang menjadi 48 ekor dan di Desa Nulise dari introduksi awal 30 ekor betina dan 14 jantan (Juni 2004 s/d Agustus 2006) telah berkembang menjadi 72 ekor. Berat lahir anak jantan rata-rata 2,10 dan betina rata-rata 2,05 kg. Dilihat dari perkembangan ternak dan lamanya waktu pada 2 lokasi tersebut yang memberikan respon yang lebih baik adalah di Desa Hobatuwa dimana selama introduksi awal ternak kambing tidak ada yang dijual seperti pada kasus di Desa Nualise yang petani banyak yang menjual ternak kambingnya dan diganti dengan ternak yang lebih muda sehingga perkembangan ternak kambing di lokasi ini terkesan lambat.

Pengelolaan Tanaman Kakao dan Tanaman Perkebunan Lainnya

Tanaman perkebunan yang ada di kelompok tani Daudole, Desa Nualise adalah kemiri, kakao, vanili dan cengkeh. Pola pertanaman kakao yang ada tidak beraturan umumnya tanpa ada perawatan (tanpa pemupukan dan pemangkasan). Sehingga dalam pengkajian telah dilakukan pemupukan pada tanaman kakao yang belum menghasilkan dan tanaman yang telah menghasilkan masing-masing 100 pohon. Pada tanaman kakao yang menghasilkan produksi buahnya rata-rata 30-50 buah/pohon dan tanaman kakao yang tidak dipupuk rata-rata 12-20 buah/pohon. Pengendalian hama dan penyakit penggerek buah kakao (PBK) dilakukan. Pada pengkajian intergrasi ternak kambing dan tanaman kakao adalah pengendalian lalat buah yang merusak kulit kakao kegiatan yang dilakukan adalah introduksi bibit vanili tahan busuk batang,

Usahatani integrasi ternak kambing dan tanam kakao yang dilaksanakan oleh petani koperator dalam kegiatan pengkajian ini, telah umum dilakukan oleh petani peternak di daerah lain namun untuk Kabupaten Ende baru pertama kali melakukannya dan memperlihatkan hasil yang sangat prospektif untuk dilakukan replikasi ke tempat-tempat lain dengan potensi yang sama seperti pada lokasi pengkajian ini.

Limbah pertanian merupakan sisa tanaman pertanian setelah diambil hasil utamanya. Dari perkebunan kakao dapat dihasilkan limbah berupa kulit kakao yang dapat dipergunakan sebagai pakan ternak ruminansia. Pemberian kulit kakao sebagai pakan ternak kambing dapat diberikan dalam bentuk segar dan dalam bentuk tepung yang dalam pengkajian diberikan dalam bentuk tepung.

Pemberian tepung kulit kakao yang telah difermentasi menggunakan inokulan Aspergilus niger sebagai pakan tambahan dapat memberikan rata-rata pertambahan bobot badan pada ternak kambing betina 44 g/ekor/hari dan pada ternak jantan 79 g/ekor/hari.

Kualitas kulit buah kakao hasil fermentasi setelah dilakukan analisis proksimat dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini. Walaupunkandungan protein yang ada ini tergolong rendah, namun pemanfaatan kulit buah kakao sebagai pakan telah turut berperan dalam usaha sanitasi lahan perkebunan dari limbah (75% dari berat buah) yang dapat mengakibatkan adanya sumber-sumber naungan bagi hama dan penyakit. Setiap hasil 1 ton biji coklat kering yang dihasilkan berarti ada sebanyak kurang lebih 10 ton kulit buah segar yang dihasilkan, dan ini dapat

(5)

merupakan sumber penyakit serius bahkan jika digunakan sebagai mulsa bagi tanaman dalam lahan perkebunan (Anonim, 1997).

Pemanfaatan kulit coklat sebagai pakan bagi ternak kambing dan domba juga telah dilakukan oleh Adeyanju et al (1976) setelah dikeringkan dan ditepungkan sebanyak 20, 40 dan 50% dari pakan dasar yang diberikan dengan tidak ada efek negatif setelah dilakukan pengamatan selama 63 hari pemberian pakan ini.

Tabel 1. Komposisi nutrisi limbah kakao yang telah difermentasi* Parameter Satuan Jenis Bahan Yang dianalisis

Tepung kulit kakao Kompos

Metoda uji

Air g/100g 20,21 - AOAC (2000)

Protein g/100g 7,27 4,63 Kjeldahl Auto Analyzer II

Lemak g/100g 0,12 - Soxhlet Gravimetri

Serat Kasar g/100g 36,16 - Fraksi Asam-Basa

Abu g/100g 14,74 37,09 AOAC (2000)

Kalsium (Ca) g/100g 0,86 - AAS

Fosfor (P) g/100g 0,14 0,13 Spektrofotometri

Kalium (K) g/100g - 0,20 AAS

Energi Kcal/kg 3198,00 - Bomb Calorimetric Analisis dilakukan oleh Laboratorium Balai Penelitian Ternak Ciawi, Bogor.

Pembuatan dan Pemanfatan Kotoran Ternak Sebagai Pupuk .

Ketersediaan pupuk baik organik maupun an-organik dilokasi pengkajian sangat terbatas karena petani jarang memelihara ternak ruminansia lebih umum memelihara ternak unggas dengan pola pemeliharaan yang masih tradisional. Petani juga belum banyak mengetahui cara pembuatan pupuk kompos dari bahan baku kotoran ternak dan limbah pertanian melalui proses pengomposan. Integrasi ternak kambing dan tanaman kakao di samping memberikan tambahan pendapatan petani kakao juga menghasilkan kotoran kambing sebagai bahan baku untuk pupuk kompos tanaman kakao. Dari 10 orang di kelompok tani Lia lako yang memilihara ternak kambing Benggala sebanyak 1 ekor jantan dan 2 ekor betina pada tahun pertama rata-rata menghasilkan 2 ekor anak dan pupuk kandang sebanyak 17.280 kg bahan kering/ tahun. Dan yang telah diolah menjadi kompos menggunakan Rumino bacillus sebanyak 875 kg yang telah diaplikasikan pada tanaman kakao yang berproduksi dan belum berproduksi masing-masing 100 pohon. Petani juga telah menjual hasil kompos ke desa tetangga sebanyak 2 ton dengan harga / kg Rp 500 dan selain itu petani juga telah menggunakan kompos dari kotoran ternak kambing sebagai pupuk tanaman sayur-sayuran.

Hasil pengamatan menunjukan bahwa dengan pemberian kompos sebanyak 5 kg dan dan SP 36 sebanyak 120 g/pohon mampu memberikan rata–rata buah kakao 20-40 buah per pohon.

Petani merasa untung karena tidak mengeluarkan uang untuk pembuatan kompos dengan memelihara ternak kambing dan memanfaatkan kotoran kambing sebagai bahan baku pembuatan kompos. Pupuk kompos dari hasil proses pengomposan kotoran ternak kambing dan limbah pertanian dapat menghasilkan kualitas kompos yang cukup baik untuk tanaman kakao ataupun tanaman lainnya. Selain kompos digunakan sebagai pupuk tanaman kakao petani juga telah menggunakan untuk pupuk tanaman sayur-sayuran yang di tanaman dihalaman pekarangan seperti sayur sawi, kangkung, tomat, cabe dengan rata–rata petani tambahan pendapatan petani setiap hari sebesar Rp .5000 sampai Rp 10.000. Selain itu petani juga mengkonsumsi sayur-sayuran untuk pemenuhan gizi keluarga di mana sebelumnya belum mengusahakan sayuran di lahan pekarangan dan selain itu petani jarang mengkonsumsi sayur-sayuran karena harus mengeluarkan uang untuk membeli sayur-sayuran.

(6)

Petani dengan usaha perkebunan rakyat di Kabupaten Ende, khususnya Desa Nualise dan Desa HobaTuwa sangat menggantungkan kehidupannya dari hasil perkebunannya yang beragam dan bercampur serta memiliki hasil yang masih rendah oleh karena penerapan teknologi yang juga masih rendah. Andalan penghasilan bagi petani di desa Nualise adalah dari komoditas kemiri, yang juga didukung olehkomoditas kakao. Komoditas kimiri merupakan andalan penghasilan uang tunai setiap saat jika dibutuhkan. Di Desa Hoba Tuwa andalan penghasilan cukup beragam antara lain dapat diperoleh dari hasil tanaman kelapa (kopra), dan juga dari penjualan hasil tanaman kakao.

Integrasi ternak kambing dalam usaha perkebunan rakyat di Nualise dan Hoba Tuwa menunjukkan prospek yang cukup menggembirakan dilihat dari perkembangan atau pertambahan jumlah ternak yang cukup baik. Hasil kompos dari ternak kambing dan limbah kakao (kulit buah) saling berintegrasi dengan baik dan saling memberikan keuntungan. Kotoran kambing digunakan sebagai pupuk tanaman kakao dan kulit buah kakao diolah menjadi pakan yang sekaligus merupakan usaha untuk pembersihan kebun dari limbah yang dapat merupakan sarang penyakit dan hama tanaman kakao. Model integrasi ini dapat direkomendasikan untuk dikembangkan di lokasi-lokasi dengan karakteristik biofisik maupun sistem usahatani sejenis (adanya tanaman perkebunan rakyat dengan dominasi usaha tanaman kakao).

DAFTAR PUSTAKA

Adeyanju, S.A., D.B.A. Ogutuga and J.O. llori (1976). Further studies on the utilization of cocoa husks in ruminant rations. Nigerian Journal of Animal Production, 3: (2).

Anonymous, 2003,www. Ende: (menerangkan tentang kondisi ekonomi dan potensi pengembangan komoditas pertanian).

Anonymous, 2002. Penelitian dan Pengembangan Tanaman Vanili di Indonesia Makalah Seminar intern. Puslitbangbun Bogor.

Gambar

Tabel 1. Komposisi nutrisi limbah kakao yang telah difermentasi*

Referensi

Dokumen terkait

Jenis kesalahan tertinggi yang dialami oleh siswa adalah kesalahan dalam keterampilan berhitung yakni sebanyak 36 orang atau 21,18 persen, sedangkan siswa tidak

 Menulis puisi, doa atau membuat karya-karya kreatif yang menyatakan tekad untuk bertobat  Menyanyikan lagu yang bertemakan pengakuan dosa dan pertobatan,

Preffer (1994:349) dan Upton (1995:78) menyatakan bahwa kesuksesan suatu perusahaan dalam menghadapi persaingan pasar ditentukan oleh human capital, bukan physical capital,

N Thalassemia Sideroblastik  Defisiensi Besi Penyakit Kronik Normositik normokromik Retikulosit  Anemia hemolitik Perdarahan Akut N/  Anemia Aplastik Leukemia, etc

Bayi tabung/inseminasi buatan apabila di lakukan dengan sperma dan ovum suami isri sendiri dan tidak di transfer embrionya kedalam rahim wanita lain termasuk

Hasil penelitian menunjukan terdapat delapan jenis alat tangkap yang beroperasi di Sungai Siak mulai dari Kuala Tapung sampai Muara Mandau yaitu jaring, rawai, tajur, luka,

Hal-hal apakah yang penting yang harus kita ketahui tentang dunia di sekitar kita, gereja dan kehidupan pribadi setiap orang kristen yang telibat dalam pelayanan untuk berdoa

Pendapatan layanan Data Tetap (MIDI) mengalami penurunan sebesar 9,0% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, sebagai akibat penurunan trafik dan tekanan penurunan