211
Pengaruh Motivasi Berprestasi dan Persepsi Siswa Tentang
Cara Guru Mengajar Terhadap Hasil Belajar Matematika
Latief Sahidin
1dan Dini Jamil
2(1&2 Dosen dan Alumni Pendidikan Matematika Jurusan Pendidikan MIPA FKIP Universitas Halu Oleo, email:[email protected])
Abstrak: Penelitian Expos Facto ini bertujuan untuk mendeskripsikan motivasi berprestasi, persepsi siswa tentang cara guru mengajar dan pengaruhnya terhadap hasil belajar matematika. Hasil analisis berdasarkan uji F dalam menguji hipotesis penelitian secara simultan diperoleh kesimpulan bahwa motivasi berprestasi dan persepsi siswa tentang cara guru mengajar mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap hasi belajar matemtika siswa. Motivasi berperstasi secara parsial mempunyai pengaruh positif yang signifikan terhadap hasil belajar siswa, demikian juga persepsis siswa tentang cara guru mengajar mempunyai pengaruh positif yang signifikan terhadap hasil belajar siswa dengan taraf signifikansi α=005.
Katakunci: motivasi breprestasi, persepsi siswa tentang cara guru mengajar, hasil belajar matematika
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan kebutuhan yang sangat penting dalam kehidupan. Kebutuhan terhadap pendidikan dapat dirasakan dalam segala segi kehidupan manusia. Hampir tidak dapat disangkal bahwa apa yang diperoleh sekarang adalah buah dari proses dan pembangunan pendidikan yang mengarah kepada kemajuan suatu bangsa.
Pembangunan pendidikan diarahkan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di samping pembangunan bidang-bidang lain yang dilaksanakan oleh pemerintah. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi ini tidak lepas dari pengaruh matematika yang merupakan dasar bagi disiplin ilmu yang lain sekaligus merupakan alat bantu yang membentuk pola pikir konstruktif dan mandiri serta merupakan metode berpikir logis dan konsisten. Oleh karena pentingnya matematika, maka mata pelajaran ini merupakan mata pelajaran yang diwajibkan mulai dari tingkat pendidikan dasar sampai pada jenjang pendidikan tinggi. Karena peranannya yang begitu penting, maka konsep matematika harus dikuasai siswa
204
mengajar, mengatrol nilai siswa dan lain-lain sifat terpuji (Maonde; 2011: 9).
Belajar pada hakekatnya adalah kegiatan yang dilakukan secara sadar oleh seseorang yang menghasilkan perubahan tingkah perubahan tingkah laku pada dirinya sendiri, baik dalam bentuk pengetahuan dan keterampilan baru, dalam bentuk sikap dan nilai yang positif. Menurut Soejanto, belajar adalah suatu proses yang berlangsung terus menerus, artinya sepanjang hayatnya manusia akan mengalami proses belajar (Soejanto; 1991: 19). Kemudian menurut Slameto, belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto; 1995: 2). Dalam hal menyampaikan materi pelajaran guru sangat memegang peranan penting dalam menentukan arah dan keberhasilan siswa mempelajari suatu mata pelajaran. Guru yang berbakat dapat mentransfer pengetahuan yang ada pada dirinya lebih muda kepada siswa dari guru yang tidak berbakat. Guru yang berbakat ditandai dengan kemampuannya dalam menggunakan metode mengajar, mengatur waktu, disiplin, ramah, mimik yang selalu menarik dan simpatik.
Metode mengajar adalah cara guru menyampaikan materi pembelajaran dalam setiap tatap muka dengan siswa. Guru yang kreatif, profesional dituntut untuk mengembangkan pendekatan dan memilih metode mengajar yang efektif agar terjadi iklim pembelajaran yang kondusif dan menyenangkan. Agar tidak terjadi kejenuhan dalam penbelajaran, guru dapat memilih metode yang cocok dengan pokok bahasan atau sub pokok bahasan pada waktu dan tempat yang sama sekaligus, karena ada kekuatan dan kelemahan pada setiap metode mangajar. Metode mengajar yang cocok untuk pokok bahasan tertentu ditandai dengan tingginya prestasi belajar siswa dalam setiap pelaksanaan evaluasi pembelajaran (Maonde; 2011: 9-10). Faktor lain yang mempengaruhi hasil belajar adalah motivasi berprestasi.
Dalam proses belajar, motivasi berprestasi sangat penting diberikan kepada siswa. Hal ini dimaksudkan untuk merangsang daya kreativitas dan kemauan siswa dalam mengikuti kegiatan belajar.
Motivasi berprestasi (achiement motivation) adalah keinginan untuk menyelesaikan sesuatu untuk mencapai standar kesuksesan, dan untuk melakukan suatu usaha untuk mencapai kesuksesan (Santrok; 2003: 474). Mc Clelland mendefenisikan motivasi berprestasi sebagai suatu usaha untuk mencapai sukses, yang bertujuan untuk berhasil dalam kompetisi dengan suatu ukuran keunggulan. Ukuran keunggulan ini dapat prestasi orang lain, akan tetapi juga dapat prestasinya sendiri sebelumnya (Mulyani; 1984:20). Motivasi berprestasi adalah motivasi yang mendorong seseorang untuk berbuat lebih baik dari apa yang pernah dibuat atau diraih sebelumnya maupun yang dibuat atau diraih orang lain (Djaali dan Murjono; 2004: 139).
Siswa yang mempunyai motivasi berprestasi yang baik ditandai dengan beberapa hal yaitu: siswa tersebut tanggap terhadap tantangan terutama dalam belajar,rasional dalam berpikir, bertanggung jawab dalam hal ini selalu bersikap jujur dan bersemangat dalam belajar, berusaha unggul dalam kelompok, dan selalu dapat menyesuaikan diri bila ia berinterksi dengan teman-temannya. Selain itu hal yang juga berperan dalam peningkatan motivasi berprestasi siswa adalah guru itu sendiri. Boleh jadi siswa mempunyai semangat yang tinggi dalam belajar tapi kerena gurunya yang kurang baik dalam memberikan perhatian dan penghargaan kepada siswa, maka motivasi belajar siswa menjadi menurun yang berimplikasi pada rendahnya hasil belajar matematika siswa.
Proses belajar mengajar dikatakan baik, bila proses tersebut dapat membangkitkan kegiatan belajar yang efektif. Dalam hal ini perlu disadari, masalah yang menentukan bukan metode atau prosedur yang digunakan dalam pengajaran, bukan kolot atau moderennya pengajaran, bukan pula
205
konvensional atau progresifnya pengajaran. Semua itu memang penting artinya, tetapi tidak merupakan pertimbagan akhir, karena
itu hanya berkaitan dengan “alat” bukan “tujuan” pengajaran. Bagi pengukuran suksesnya pengajaran, memang syarat uama
adalah “hasilnya”. Tetapi harus diingat bahwa dalam menilai atau menerjemahkan “hasil” itu
pun harus secara cermat dan tepat, yaitu
dengan memerhatikan “prosesnya”. Dalam
proses inilah siswa beraktivitas. Dengan proses yang tidak baik/benar mungkin hasil yang dicapainya pun tidak akan baik, atau kalau boleh dikatakan hasil itu adalah hasil semu(Sardiman; 2008: 49).
Adapun hasil belajar mengajar itu dikatakan betul-betul baik, apabila memiliki ciri-ciri sebagai berikut: (a) Hasil itu tahan lama dan dapat digunakan dalam kehidupan oleh siswa. Dalam hal ini guru akan senantiasa menjadi pembimbing dan pelatih yang baik bagi para siswa yang akan menghadapi ujian. Kalau hasil pengajaran itu tidak tahan lama dan lekas menghilang, berarti hasil pengajaran itu tidak efektif. Guru harus mempertimbangkan berapa banyak dari yang diajarkan itu akan masih diingat kelak oleh subjek belajar, setelah lewat satu minggu, satu bulan, satu tahun dan seterusnya. (b) Hasil itu
merupakan pengetahuan “asli” atau “otentik”.
Pengetahuan hasil proses belajar-mengajar itu bagi siswa seolah-olah telah merupakan bagian kepribadian bagi diri setiap siswa, sehingga akan dapat mempengaruhi pandangan dan caranya mendekati suatu permasalahan. Sebab pengetahuan itu dihayati dan penuh makna bagi dirinya (Sardiman; 2008:50)
Hasil belajar merupakan salah satu ukuran tingkat keberhasilan siswa setelah menjalani proses belajar dimana untuk mengungkapkan pihak guru atau pembimbing biasanya menggunakan alat penilaiaan atau tes yang betul-betul diharapkan dapat mendeteksi seberapa besar tingkat penguasaan siswa terhadap pelajaran yang telah diberikan. Disamping tes yang diberikan itu harus memenuhi standar/kriteria yang ingin dicapai oleh pembuat tes, juga harus memenuhi
syarat-syarat tes yang baik (Suryabrata; 2002: 327).
Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran. Proses penilaian terhadap hasil belajar dapat memberikan informasi kepada guru tentang kemajuan siswa dalam upaya mencapai tujuan belajarnya melalui kegiatan belajar. Selanjutnya dari informasi tersebut guru dapat menyusun dan membina kegiatan-kegiatan siswa lebih lanjut, baik untuk keseluruhan kelas maupun individu. Hasil akhir dari proses akhir belajar mengajar sebagai perwujudan segala upaya yang telah dilakukan selama proses berlangsung lebih sering dikaitkan dengan pengelolaan kelas dan nilai siswa setelah evaluasi diberikan yang selanjutnya dikenal sebagai hasil belajar. Hasil belajar dikukuhkan sebagai nilai yang ada pada rapor, karena rapor merupakan perumusan terakhir yang diberikan oleh guru mengenai kemajuan hasil belajar anak didiknya selama dalam masa tertentu (Suryabrata; 2002: 35). Dalam perolehan atau pencapaian hasil belajar matematika dipengaruhi pula oleh banyak faktor seperti keteraturan, kedisiplinan, motivasi, konsentrasi, sikap optimis, sebab hasil belajar merupakan hasil proses belajar mengajar dan hal-hal yang mempengaruhi dalam proses belajar juga akan berpengaruh pada hasil belajar matematika yang pada akhirnya nilai rapor juga terpengaruh.
Motivasi berprestasi dapat berfungsi sebagai pendorong usaha dalam pencapaian prestasi (Sardiman; 2008:85). Selain itu, orang-orang yang termotivasi oleh kebutuhan berprestasi yang tinggi akan menetapkan tujuan dengan standar keberhasilan dan kesempurnaan yang tinggi, namun bersifat realistis (Tavris dan Carole; 2007: 190). Sehingga dapat dipastikan jika seorang siswa mempunyai motivasi berprestasi yang baik maka ia akan memperoleh peluang yang cukup besar dalam memperoleh hasil belajar maksimal dibandingkan dengan siswa yang mempunyai motivasi berprestasi yang kurang baik. Di dalam kegiatan belajar mengajar
206
peranan motivasi baik instrinsik maupun ekstrinsik sangat diperlukan, dengan motivasi pelajar dapat mengembangkan aktifitas dan inisiatif, dapat mengarahkan dan memelihara ketekunan dalam melakukan kegiatan belajar. Selain itu, motivasi sangat penting karena suatu kelompok yang mempunyai motivasi yang lebih akan berhasil ketimbang kelompok yang tidak mempunyai motivasi (Hamalik; 2004: 179).
Persepsi (perception) merupakan tahap paling awal dari serangkaian pemroses informasi dan dapat dikatakan bahwa persepsi merupakan suatu proses menginterprestasi atau menafsirkan informasi yang diperoleh melalui alat indera manusia (Suharnan; 2005: 23). Mengajar adalah suatu kegiatan mengajar
dimana pengajar menyampaikan
pengetahuan/pengalaman yang dimiliki peserta didik (Hudojo; 1988: 5). Mengajar pada dasarnya merupakan suatu usaha untuk menciptakan kondisi atau sistem lingkungan yang mendukung dan memungkinkan untuk berlangsungnya proses belajar. Mengajar dikatakan dikatakan sebagai menyampaikan pengetahuan pada anak didik (Marsidi; 2007: 106).
Pengertian yang umum dipahami orang terutama mereka yang awam dalam bidang-bidang studi pendidikan ialah mengajar itu merupakan penyampaian pengetahuan dan kebudayaan kepada siswa. Dengan demikian tujuannya pun hanya berkisar pencapaian penguasaan atas sejumlah pengetahuan dan kebudayaan. Dari pengertian itu timbul gambaran bahwa peranan pengajaran hanya dipegang oleh guru sedangkan siswa dibiarkan pasif(Syah; 1995: 181). Mengajar adalah tindak atau perbuatan seseorang menyampaikan pelajaran dengan maksud membuat anak didik paham akan tujuan ia belajar (Hastuti; 1997: 16).
Faktor- faktor dalam mengajar ialah bahan pelajaran, guru dan siswa. Agar pelajaran efektif, bahan pelajaran haruslah dipilih berdasarkan tujuan yang diuraikan sampai bersifat spesifik agar dapat diukur keberhasilan proses belajar mengajar (Nasution; 1994: 51). Tugas utama guru
sebagai pendidik sebagaimana ditetapkan oleh Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional kita adalah mengajar. Mengajar adalah kegiatan menyampaikan materi pelajaran, melatih keterampilan, dan menanamkan nilai-nilai moral yang terkandung dalam materi pelajaran tersebut kepada siswa, selain itu guru harus mampu menciptakan suasana di dalam proses belajar mengajar agar terjadi interaksi belajar mengajar yang dapat memotivasi siswa untuk belajar dengan baik dan sungguh-sungguh, untuk itu guru seharusnya memiliki kemampuan untuk melakukan interaksi belajar-mengajar yang baik, salah satu kemampuan yang sangat penting adalah kemampuan mengatur proses belajar mengajar (Wijaya dkk; 1991: 197).
Sedangkan Howard memberikan definisi mengajar yaitu suatu aktivitas untuk mencoba menolong, membimbing seseorang untuk mendapatkan, mengubah atau mengembangkan skill (keahlian), attitudes
(sikap), ideals (cita-cita), appreciations
(penghargaan) dan knowledge (Pengetahuan). Dalam pengertian ini guru harus berusaha membawa perubahan tingkah laku yang baik atau kecenderungan langsung untuk mengubah tingkah laku murid-muridnya (Rostiyah; 1989: 15-16).
Kemudian menurut Kilpatrik menunjukkan definisi yang tegas tentang mengajar yaitu bagaimana usaha guru menempatkan anak untuk menghadapi kesulitan dan berusaha memecahkannya atau mencari jalan keluarnya. Dalam hal ini seni mengajar adalah mencari keadaan atau situasi yang mengandung problem, kemudian siswa harus menghadapi masalah itu untuk dapat memecahkannya atau mengatasinya, jadi jelas disini tugas guru lebih berat dan sulit (Rostiyah; 1989: 14).
Cara/metode mengajar yang diterapkan dalam suatu pengajaran dikatakan efektif bila menhasilkan sesuatu sesuai dengan yang diharapkan atau dengan kata lain tujuan tercapai, bila makin tinggi kekuatannya untuk menghasilkan sesuatu makin efektif metode tersebut (Simanjuntak; 1993: 80).
207
Untuk dapat membangkitkan perhatian yang spontan (perhatian yang bersumber dari peserta didik) seorang pendidik harus: a)
Mengajar dengan cara yang “menarik”
misalnya menyesuaikan bahan pelajaran yang diajarkan dengan dunia anak-anak seperti memanfaatkan lingkungan, b) Mengadakan selingan yang sehat, tentu lebih baik jika selingan selingan dikaitkan dengan pelajaran matematika yang berwawasan dalam kehidupan sehari-hari, c) Menjelaskan dari yang mudah ke yang sukar atau dari yang konkrit ke yang abstrak, d) Sedapat mungkin atau menghilangkan saat atau keadaan yang menyebabkan perhatian jadi tidak perlu, e) Menggunakan alat-alat peraga (Simanjuntak; 1993: 59). Dalam proses belajar mengajar, guru mempunyai tugas untuk mendorong, membimbing, dan memberi fasilitas belajar bagi siswa untuk mencapai tujuan. Guru mempunyai tanggung jawab untuk melihat segala sesuatu yang terjadi dalam kelas untuk membantu proses perkembangan siswa. Secara lebih terperinci tugas guru berpusat pada: (1) mendidik dengan titik berat memberikan arah dan motivasi pencapaian tujuan baik jangka pendek maupun jangka panjang, (2) memberi fasilitas pencapaian tujuan melalui pengalama belajar yang mamadai, (3) membantu perkembangan aspek-aspek pribadi seperti sikap, nilai-nilai dan penyesuaian diri (Slameto; 1995: 33).
Mengajar yang efektif ini dapat dikemukakan suatu pandangan lain yang menjadi pertimbangan juga. Pandangan ini mengatakan bahwa mengajar yang efektif perlu mempertimbangkan hal-hal berikut:(1) penguasaan bahan pelajaran, (2) cinta kepada yang diajarkan, (3) pengalaman pribadi dan pengetahuan yang telah dimiliki siswa, (4) variasi metode, (5) seorang guru harus menyadari bahwa dirinya tidak mungkin menguasai dan mendalami semua bahan pelajaran, (bila guru mengajar harus selalu memberikan pengetahuan yang aktual dan dipersiapkan sebaik-baiknya, (6) guru harus berani memberikan pujian, (7) seorang guru harus mampu menimbulkan semangat belajar individual (Slameto; 1995: 95-96).
Belajar adalah suatu proses yang terus menerus untuk memecahkan masalah bagi anak-anak, orang dewasa maupun orang tua. Oleh sebab itu pada saat melaksanakan pengajaran sebaiknya memperhatikan tanggapan siswa tentang pelajaran yang diberikan. Dengan menerima tanggapan siswa sebagai masukan yang berharga menjadikan semangat kemandiriannya semakin besar. Hal ini akan menambah semangat siswa untuk meningkatkan hasil belajarnya, sehingga apabila tingkat keberhasilan siswa tercapai maka siswa tersebut merasa puas dengan memberi pujian pada dirinya sendiri (Suryadi; 1983: 73).
METODE
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII, VIII dan XI SMPN 3 Kendari. berjumlah 787 orang siswa sementara yang dipakai sebagai sampel dengan teknik proporsional random sampling sampel sebanyak 202 orang. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari satu variabel terikat dan dua variabel bebas. Variabel terikat disimbolkan dengan Y dan variabel bebas masing-masing disimbolkan dengan X1 dan X2. Variabel Y
menyatakan hasil belajar matematika siswa
SMPN 3 Kendari pada semester ganjil dengan melihat nilai mid semester matematika siswa, sedangkan variabel (X1)
menyatakan motivasi berprestasi siswa dan (X2) menyatakan persepsi siswa tentang cara
guru mengajar.
Desain yang diterapkan adalah menghubungkan kedua variabel bebas terhadap variabel terikat baik secara simultan maupun secara parsial, sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 1 berikut:
204
Gambar1. Hubungan Antara Variabel Bebas Dengan Variabel Terikat
Dalam penelitian ini digunakan analisis validitas, analisis reliabilitas, pembobotan, analisis statistik deskriptif dan analisis statistik inferensial. Statistik deskriptif dimaksudkan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan variabel-variabel penelitian (Motivasi berprestasi, persepsi siswa tentang cara mengajar guru, dan hasil belajar) dalam bentuk rata-rata, median, modus, standar
deviasi dan kategori. Analisis inferensial yaitu dilakukan analisis regresi linear sederhana dan regresi berganda. Analisis regresi ini dilakukan untuk menguji hipotesis penelitian.
Analisis regresi berganda dengan variabel bebas X1 dan X2 terhadap hasil
belajar matematika dengan persamaan/model umum sebagai berikut:
Yi = + X1 + X2 + εi, ... (1) di mana
Yi : Hasil belajar matematika
: Konstanta , : Koefisien regresi, X1 : Motivasi berprestasi
X2 : Persepsi siswa tentang cara guru mengajar matematika
εi : Suku kesalahan random
Kaidah pengambilan keputusan untuk statistik Uji F dan Uji-t adalah adalah sebagai berikut:
(1) Jika nilai Fh≥ Ftab pada 0,05 maka H0
ditolak dan (2) Jika nilai Fh < Ftab pada kriteria
05 , 0
maka H0 diterima dan (3) Tolak H0,
jika thitung≥ ttabelpada α = 0,05 dan (4) Terima
H0, jika th < ttab pada α = 0,05 (Sugiyono;
2009: 214)
HASIL
Hasil analisis diawali dengan menentukan validitas dan reliabilitas instrumen skla Likert hasil uji coba dengan menerapkan 5 kali jumlah butir sebanyak 250 orang responden untuk menentukan banyaknya responden yang menjawab dua instrumen motivasi berprestasi dan persepsi siswa tentang cara mengajar guru. Setelah selesai uji coba juga dilakukan analisis
bembobotan untuk menentukan
kontinu/diskontinu dalam mengikuti skala lima (Selalu=5, Sering=4, Jarang=3, Kadang-kadang=2, dan Sangat Tidak Pernah=1)
untuk pernyataan positif dan sebaliknya untuk pernyataan negatif.
Analisis validitas diperlukan untuk menentukan kesahihan masing-masing butir sebelum dterpkan dalam penelitian, dengan valid pada sebagai butir soal. Analisis validitas sebahagian besar butir valid diterapkan formula korelasi produk moment sementara untuk menentukan koefisien reliabilitas menggunakan KR-20 =0.838. Hasil pembobotan sebagimana ditunjukkan dalam Tabel 2 untuk contoh yang favorabel dan Tabel 3. tidak favorabel.
X1
Y
X1
204
Tabel 1. Penentuan Bobot Instrumen Motivasi Berprestasi
No. 2 Kategori Instrumen
Selalu Sering Jarang Kadang-kadang Tidak Pernah
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Frekuensi 13 31 45 75 86
Proporsi 0,052 0,124 0,18 0,3 0,344
Prop.Kumulatif 0,52 0,644 0,824 1,124 1,468
pk-tengah 0,26 0,582 0,734 0,974 1,296
Z -0,64 0,2 0,61 1,95 4
Z+1,64 1 1,84 2,25 3,59 5,64
Nilai skala 1 2 3 4 5
Kesimpulan: Nilai Skala: 1, 2, 3, 4, 5 Favorabel
Tabel 2 di atas merupakan hasil perhitungan pembobotan variabel laten Motivasi berprestasi pada siswa SMP Negeri 3 Kota Kendari. Melalui perhitungan dengan cara: (i) menentukan frekuensi masing-masing butir pernyataan dengan jawaban (1, 2, 3, 4, 5) berdasarkan hasil uji coba, (ii) menghitung proporsi masing-masing butir dengan cara frekuensi masing-masing opsi dibagi jumlah responden secara manual, (iii) menghitung
proporsi kumulatif, (iv) proporsi kumulatif tengah (pk-tengah), (v) nilai pk-tengah 0,26 dicari nilai Z pada Tabel Z dengan nilai -0.64, (vi) baris berikutnya nilai tersebut Z+1.64 agar jumlah menjadi 1. (vii) demikian seterusnya nilai Z+1.64 dijumlah pada baris Z kolom ketiga dan seterus, (vii) hasil penjumlahan berikutnya sampai menunjukkan nilai skala 1, 2, 3, 4, dan 5 yang berarti bahwa hasil tersebut favorabel.
Tabel 2. Penentuan Bobot Instrumen Persepsi Siswa Tentang Cara Guru Mengajar Matematika
No. 1 Kategori Instrumen
Selalu Sering Jarang Kadang-kadang Tidak Pernah
Frekuensi 151 52 17 30 0
Proporsi 0,604 0,208 0,068 0,12 0
Prop.Kumulatif 0,604 0,812 0,88 1 1
pk-tengah 0,302 0,708 0,846 0,94 1
Z -0,74 0,55 1,02 1,56 0,89
Z+1,74 1 2,29 2,76 3,3 2,63
Nilai Skala 1 2 3 3 3
Kesimpulan: Nilai Skala 1, 2, 3, 3, 3 Tidak Favorabel
Tabel 3 di atas caranya sama dengan perhitungan Tabel 2 di atas, yang disimpulkan bahwa hasil nilai skala 1, 2, 3, 3, 3 yang menunjukkan tidak favorabel.
Analisis Deskriptif Motivasi Berprestasi (X1), Persepsi siswa tentang cara mengajar guru matematika dan variabel hasil belajar matematika sebagaimana ditunjukkan
dalam Tabel 4 berikut dapat dijelaskan: (i) rerata variabel motivasi berprestasi (X1)=141.23, persepsi siswa terhadap cara mengajar guru (X2) =145.84, hasil belajar matematika (Y)=72.09. Nilai minimum X1=88, X2=94, Y=25 sementara nilai maksimumnya adalah X1=178, X2=177 dan
204
Y=100. dengan standar deviasi untuk X1=16.22, X2=18.54, Y=17.02. Tabel 3. Statistik Deskriptif Variabel Bebas X1,X2 & Y
X1 X2 Y
N Valid 202 202 202
Missing 0 0 0
Mean 141.2327 145.8416 72.0941 Median 144.0000 149.0000 70.0000
Mode 145.00 149.00 70.00
Std. Deviation 16.21590 18.53824 17.02109 Variance 262.956 343.666 289.717 Minimum 88.00 94.00 25.00 Maximum 178.00 177.00 100.00 Sum 28529.00 29460.00 14563.00
Analisis inferensial diperlukan untuk menguji sejumlah 3 hipotesis yakni:
Hipotesis-1, dengan pernyataan motivasi berprestasi dan persepsi siswa tentang cara guru mengajar matematika secara simultan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar matematika. Hipotesis statistik yang diperlukan adalah: H0:
= vs : bukan H0
Berdasarkan hasil analisis yang ditunjukkan dalam Tabel 5 dengan memperhatikan nilai Fhit = 801,766 > Ftab
=3,89 dengan nilai-p (Sig. F) = 0,000 < α = 0,05, yang menunjukkan bahwa Ho. Dengan ditolaknya Ho dapat disimpulkan bahwa motivasi berprestasi dan persepsi siswa tentang cara guru mengajar matematika secara simultan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar matematika. Tabel 4. Hasil Analisis X1 dan X2 terhadap Y secara Simultan
Model
Sum of
Squares df Mean Square F Sig. 1 Regression 51804,254 2 25902,127 801,766 ,000(a)
Residual 6428,959 199 32,306 Total 58233,213 201
a Predictors: (Constant), X2, X1 b Dependent Variable: Y
Hipotesis-2, dengan pernyataan motivasi berprestasi secara parsial mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap hasil
belajar matematika. Hipotesis statistik yang diperlukan adalah: H0: ≤ vs : ˃ 0.
Tabel 5. Hasil Analisis Regresi X1 dan X2 terhadap Y secara Parsial
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients t Sig.
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1 (Constant) -46,403 11,032 -4,206 ,000 X1 ,570 ,020 ,884 28,583 ,000 X2 ,252 ,089 ,088 2,851 ,005
Berdasarkan hasil analisis pada Tabel 6 di atas dengan memperhatikan baris X1 diperoleh nilai th=28,583 > ttab=1,650 dengan
nilai-p/2 =0.000/2 = 0.000< α =0,05 yang menunjukkan bahwa Ho ditolak. Dengan ditolaknya Ho maka dapat disimpulkan bahwa
204
variabel motivasi berprestasi secara parsial mempunyai pengaruh positif yang signifikan terhadap hasil belajar matematika. Selanjutnya dengan signifikannya variabel motivasi berprestasi tersebut, berdasarkan Tabel 6 baris X1 kolom 3 dapat dijelaskan bahwa kontribusi (sumbangan) variabel bebas terhadap variabel terikat hasil belajar matematika adalah setiap perubahan satu satuan variabel bebas X1 akan meningkatkan hasil belajar sebesar 0.57 satuan.
Hipotesis-3, dengan pernyataan persepsi siswa tentang cara guru mengajar mempunyai pengaruh positif yang signifikan terhadap hasil belajar matematika. Hipotesis statistik yang diperlukan adalah: H0:
vs : 0.
Berdasarkan hasil analisis pada Tabel 6 di atas dengan memperhatikan baris X2 diperoleh
nilai th=2,851 > ttab =1,650) dan
nilai-p/2=0.005/2 =0.003<α =0,05 yang menunjukkan bahwa Ho ditolak. Dengan ditolaknya Ho dapat disimpulkan bahwa persepsi siswa tentang cara guru mengajar mempunyai pengaruh positif yang signifikan terhadap hasil belajar matematika. Selanjutnya dengan signifikannya variabel persepsi siswa tersebut, berdasarkan Tabel 6 baris X2 kolom 3 dapat dijelaskan bahwa kontribusi (sumbangan) variabel bebas terhadap variabel terikat hasil belajar matematika adalah setiap perubahan satu satuan variabel bebas X2 akan meningkatkan hasil belajar sebesar 0.252 satuan.
PEMBAHASAN
Pengaruh Motivasi Berprestasi dan Persepsi Siswa tentang Cara Guru Mengajar secara Simultan terhadap Hasil Belajar Metematika.
Motivasi berprestasi dan persepsi siswa tentang cara guru mengajar matematika secara simultan mempunyai pengaruh signifikan terhadap hasil belajar matematika. Ternyata secara empiris hasil dalam penelitian mendukung hipotesis yang diajukan. Pengujian berdasarkan statistik uji-F menunjukkan bahwa motivasi berprestasi dan persepsi siswa tentang cara guru mengajar secara simultan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar matematika. Dengan signifikannya kedua variabel tersebut secara teoritis siswa yang memiliki motivasi berprestasi dan persepsi yang baik terhadap cara guru mengajar secara simultan akan memperoleh hasil belajar matematika yang tinggi. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Wijaya, yang mengatakan bahwa guru harus mampu menciptakan suasana di dalam proses pembelajaran agar terjadi interaksi belajar mengajar yang dapat memotivasi siswa untuk belajar dengan baik dan sungguh-sungguh.
Mengajar adalah kegiatan
menyampaikan materi pelajaran, melatih keterampilan, dan menanamkan nilai moral yang terkandung dalam materi pelajaran tersebut. Cara mengajar yang baik akan membuat proses belajar mengajar dapat berlangsung dengan efektif sehingga siswa dapat termotivasi untuk belajar. Siswa akan memiliki motivasi berprestasi yang baik terhadap matematika apabila guru memiliki beberapa hal berikut: disiplin dalam mengajar, menguasai materi yang di ajarkan, menguasai metode pembelajaran sehingga pelajaran tidak terkesan monoton, kumunikatif terhadap siswa dan memiliki penampilan(performance) yang menarik. Jadi siswa yang memiliki persepsi yang baik terhadap guru matematika akan mengalami peningkatan motivasi berprestasi sehingga hasil belajar matematika yang diperoleh siswa tersebut meningkat secara signifikan.
Oleh karena itu, jika siswa mempunyai motivasi berprestasi dan persepsi yang baik terhadap cara guru mengajar secara simultan
204
maka siswa yang bersangkutan akan memperoleh hasil belajar matematika yang tinggi. Sebaliknya, jika motivasi berprestasi dan persepsi siswa tentang cara guru mengajar
secara simultan tidak baik, maka siswa akan memperoleh hasil belajar matematika yang rendah.
Pengaruh Motivasi Berprestasi secara Parsial terhadap Hasil Belajar Matematika. Motivasi berprestasi secara parsial
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar matematika. Ternyata secara empiris hasil dalam penelitian mendukung hipotesis yang di ajukan. Pengujian berdasarkan analisis statistik uji t menunjukkan bahwa motivasi berprestasi mempunyai kontribusi positif yang signifikan terhadap hasil belajar matematika. Dengan signifikannya pengaruh motivasi berprestasi tersebut, secara teoritis siswa yang memiliki motivasi berprestasi yang baik akan memperoleh hasil belajar matematika yang tinggi. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan Wade dan Carol yang mengatakan,siswa yang termotivasi oleh kebutuhan berprestasi yang tinggi akan menetapkan tujuan dengan standar keberhasilan dan kesempurnaan yang tinggi, namun bersifat realistis. Dan sesuai dengan yang dikemukakan oleh Sardiman, bahwa motivasi dapat berfungsi sebagai pendorong usaha dalam pencapaian prestasi. Artinya siswa yang memiliki motivasi berprestasi yang tinggi akan memperoleh hasil belajar matematika yang lebih baik.
Suryadi mengatakan, motivasi berprestasi (achiement motivation) adalah keinginan untuk menyelesaikan sesuatu untuk mencapai standar kesuksesan, dan untuk melakukan suatu usaha untuk mencapai kesuksesan. Siswa yang memiliki motivasi berprestasi akan memiliki keinginan yang kuat dalam meraih hasil belajar sampai mencapai kesuksesan yang di inginkan. Motivasi berprestasi dapat mendorong seseorang untuk berbuat lebih baik dari apa yang diperoleh sebelumnya. Motivasi berprestasi akan mendorong kreativitas seseorang untuk melakukan aktifitas-aktifitas tertentu guna mencapai tujuan dalam proses belajar. Motivasi berprestasi merupakan sesuatu yang sangat berperan penting dalam pelajaran matematika dan mempengaruhi tinggi rendahnya hasil belajar siswa. Oleh karena itu, motivasi berprestasi yang baik berpengaruh positif pada hasil belajar siswa. Sebaliknya jika motivasi tersebut kurang baik maka akan berpengaruh negatif pada hasil belajar siswa, akibatnya hasil belajarnya akan relatif rendah.
Pengaruh Persepsi Siswa tentang Cara Guru Mengajar secara Parsial terhadap Hasil Belajar Matematika.
Persepsi siswa tentang cara guru mengajar secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar matematika. Ternyata secara empiris hasil dalam penelitian mendukung hipotesis yang di ajukan. Pengujian berdasarkan uji-t menunjukkan bahwa persepsi siswa tentang cara guru mengajar mempunyai kontribusi positif yang signifikan terhadap hasil belajar matematika. Dengan demikian secara teoritis
siswa yang memiliki persepsi yang baik terhadap guru matematika akan memperoleh hasil belajar matematika yang tinggi. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan Simanjuntak, yang mengatakan bahwa cara/metode yang diterapkan dalam suatu pengajaran dikatakan efektif bila menghasilkan sesuatu sesuai dengan yang diharapkan atau dengan kata lain tujuan tercapai.
204
Sardiman juga mengatakan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh guru dalam kaitannya dengan cara mengajar demi keberhasilan proses belajar mengajar yaitu: (1) Menguasai bahan, (2) mengelola program belajar mengajar, (3) mengelola kelas, (4) menggunakan media/sumber, (5) menguasai landasan-landasan pendidikan, (6) mengelola interaksi belajar mengajar, (7) menilai prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran, (8) mengenal fungsi dan program bimbingan dan penyuluhan di sekolah, (9) mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah, (10) memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil penelitian pendidikan guna keperluan pengajaran.
Dalam proses proses belajar mengajar disekolah cara guru mengajar memegang peranan penting dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa. Apabila seorang guru dalam pengajaran berpedoman pada dimensi-dimensi mengajar yang baik maka akan menimbulkan persepsi yang baik dari siswa, sehingga pada akhirnya guru dikatakan berhasil mengajar siswanya karena menimbulkan kesan yang baik dari siswa. Dengan adanya kesan yang baik dari siswa terhadap cara mengajar guru, maka semakin baik pula kesan dan ingatan siswa terhadap peristiwa-peristiwa dalam pembelajarannya.
Cara mengajar yang baik akan membuat proses belajar mengajar dapat berlangsung dengan efektif sehingga siswa dapat termotivasi untuk belajar. Namun terkadang siswa kurang termotivasi dan malas untuk belajar karena cara guru mengajar yang kurang baik. Jadi dalam proses belajar mengajar guru harus banyak menguasai keterampilan mengajar, yakni keterampilan memberi penguatan, keterampilan dalam pengelolaan kelas dan keterampilan memberi variasi dalam pembelajaran . Oleh karena itu, jika cara mengajar baik maka hasil belajar matematika siswa tinggi. Sebaliknya jika cara mengajar kurang baik, maka hasil belajar matematika akan relatif rendah.
Guru juga harus mampu menjadi pembimbing bagi pada siswa. Slameto mengatakan sebagai pembimbing dalam belajar, guru diharapkan mampu untuk: (1) mengenal dan memahami setiap siswa baik secara individu maupun kelompok, (2) memberikan penerangan kepada siswa mengenai hal-hal yang diperlukan dalam proses belajar, (3) memberikan kesempatan yang mamadai agar setiap siswa dapat belajar sesuai dengan kemampuan pribadinya, (4) membantu para siswa dalam mengatasi masalah-masalah pribadi yang dihadapinya, (5) menilai keberhasilan setiap langkah kegiatan yang telah dilakukannya.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Secara umum motivasi berprestasi matematika siswa SMP Negeri 3 Kendari termasuk dalam kategori tinggi. Persepsi siswa tentang cara guru mengajar, secara umum termasuk dalam kategori sedang. Sedangkan pada hasil belajar matematika siswanya secara
umum termasuk dalam kategori baik sekali.
2. Motivasi berprestasi dan persepsi siswa tentang cara guru mengajar matematika secara simultan dan secara parsial terhadap hasil belajar matematika mempunyai pengaruh positif yang signifikan, dengan kontribusi sebesar 0.52 satuan 0.252 satuan.
204
Saran
Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan hasil penelitian, maka penulis menyarankan diharapkan:
1. Guru dapat meningkatkan terus motivasi berprestasi siswa agar berprestasi terus menerus,
2. Guru agar memperbaiki cara mengajar karena hasil penelitian ini mempunyai pengaruh positif yang signifikan.
DAFTAR RUJUKAN
Djaali dan Pudji Marjono, 2004. Pengukuran dalam Bidang Pendidikan. (Jakarta: Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Jakarta).
Hamalik, Oemar. 2004. Psikologi Belajar Mengajar. (Bandung: Sinar Baru Algensindo)
Hastuti, Sri. 1997. Strategi Belajar Mengajar.
(Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan).
Hudojo, Herman. 1988. Mengajar Belajar Matamatika. (Jakarta: Departeman Pendidikan dan Kebudayaan. Dirjen Diktii).
Maonde, Faad. 2011. Aplikasi Penelitian Eksperimen dalam Bidang Pendidikan dan Sosial. (Kendari: Unhalu Press) Mulyani, Sri M. 1984. Motif Sosial. (Gajah
Mada University Press).
Nasution M.A. 1994. Teknologi Pendidikan.
(Jakarta: Bumi Aksara)
Rostiyah N.K. 1989. Masalah-masalah Ilmu Keguruan. (Jakarta: Bina Aksara)
Santrok, John W. 2003. Adolescence- PerkembanganRemaja. (Jakarta:Erlangga) Sardiman. 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar. (Jakarta:Raja Grafindo Persada).
Simanjuntak, Lisnawaty. 1993.Metode Mengajar Matematika.( Jakarta: Rineka Cipta)
Slameto, 1995. “Belajar dan Faktor-faktor
yang Mempengaruhinya”. (Jakarta:
Rineka Cipta)
Soejanto M. 1991. Bimbingan ke Arah Belajar yang Sukses. (Jakarta: Rineka Cipta). Suharnan. 2005. Psikologi Kognitif. (Surabaya:
Srikandi)
Sudjana, 2002. Metode Statistik. (Bandung: Tarsito)
Sugiyono, 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D.(Bandung: Alfabeta)
Suryadi. 1983. Membentuk Siswa aktif Belajar.( Jakarta: Bina Cipta)
Suryabrata, Sumadi. 2002. Psikologi Pendidikan.
(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada) Syah, Muhibbin. 1995. Psikologi Pendidkan
dengan Pendekatan Baru. (Bandung: Remaja Rosdakarya)
Wade, Carole dan Carol Tavris, 2007.
Psikologi, Edisi ke-9,jilid 2 . (Jakarta : Erlangga)
Wijaya, Cece.dkk. 1991.Upaya Pembaharuan dalam Pendidikan dan Pengajaran. (Bandung: Remaja Rosdakarya).