• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ide dan Gagasan Tokoh Indonesia tentang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Ide dan Gagasan Tokoh Indonesia tentang"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

Pemikiran Politik Indonesia

Ide Gagasan Tokoh Indonesia Mengenai Ekonomi

Kerakyatan dan Koperasi

Kelompok 13

Latifah Utiya Ni’amar Rahmani (12/328901/SP/25196)

Oktiviani Primardianti

(12/335686/SP/25349)

Rani Prastiwi

(12/338676/SP/25484)

Reyhan Indra

(12/335611/SP/25292)

(2)

Pemikiran Politik Indonesia

Ide dan Gagasan Tokoh Indonesia Mengenai Koperasi

I.

Latar Belakang

Ekonomi kerakyatan sebetulnya bukanlah gagasan baru di Indonesia. Gagasan ekonomi kerakyatan sejatinya lebih tua dibandingkan dengan umur bangsa Indonesia sendiri. Namun belakangan ini, gagasan ekonomi kerakyatan menjadi sangat populer dan terus menjadi perbincangan di berbagai kalangan masyarakat. Bagaimana tidak, gagasan ekonomi kerakyatan seolah baru bangkit dari kubur ketika reformasi dilakukan. Sebab, pada saat Orde Baru, Soeharto lebih suka menggunakan sistem yang lebih menjanjikan pertumbuhan dan pembangunan ekonomi, yaitu ekonomi kapitalis. Kondisi itu juga menyebabkan koperasi sebagai manifestasi ekonomi kerakyatanpun sangat lamban perkembangannya. Sayangnya lagi, era Reformasi tidaklah menjamin ekonomi kerakyatan dapat dijalankan dengan mulus. Karena demokrasi politik pada era Reformasi justru lebih banyak melibatkan perusahaan kapitalis dalam kegiatan perekonomian.

Berbagai fenomena dan gambaran diatas, tentunya tidaklah dapat dibiarkan begitu saja. Sebab itu, kiranya kita perlu kembali melihat sistem ekonomi kerakyatan dan koperasi secara lebih mendalam, mulai dari substansi, sejarah, ide dan gagasan serta manifestasinya.

II.

Esensi Ekonomi Kerakyatan

Menurut Adi Sasono, ekonomi kerakyatan merupakan ekonomi partisipatif yang memberikan akses yang fair dan adil bagi seluruh lapisan masyarakat di dalam proses produksi, distribusi, dan konsumsi nasional tanpa harus mengorbankan fungsi sumber daya manusia dan lingkungan sebagai pendukung kehidupan masyarakat. Sebab falsafah ekonomi rakyat itu sendiri menurutnya adalah kegiatan yang dilaksanakan dari rakyat, oleh rakyat, dan sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat.1

(3)

Drs. Revrisond Baswir mengatakan bahwa substansi ekonomi kerakyatan mencakup tiga hal. Pertama, adanya partisipasi penuh dari semua anggota masyarakat dalam proses pembentukan produksi nasional. Kedua, adanya partisipasi penuh anggota masyarakat dalam turut menikmati hasil produksi nasional. Ketiga, pembentukan produksi dan pembagian hasil produksi nasional harus berada di bawah pimpinan atau penilikan anggota masyarakat.2

Sri Edi Swasono membedakan dengan tegas antara ekonomi rakyat dan perekonomian rakyat. Ekonomi rakyat adalah sektor ekonomi yang berisi kegiatan-kegiatan usaha ekonomi rakyat. Sedangkan perekonomian rakyat adalah sistem ekonomi dimana rakyat dan usaha-usaha ekonomi rakyat berperan integral dalam perekonomian nasional.3

Mubyarto mendefinisikan ekonomi kerakyatan sebagai sistem ekonomi (demokrasi) yang dioperasionalkan melalui pemihakan dan perlindungan penuh pada sektor ekonomi rakyat (kecil). Sejalan dengan ini pula Mubyarto mendefinisikan ekonomi kerakyatan sebagai sistem ekonomi yang didasarkan pada sila ke-4 Pancasila.

III.

Substansi Koperasi

Terdapat berbagai macam definisi dari koperasi. Mulai pengertian secara bahasa, pendapat para tokoh, sampai definisi secara hukum. Berikut ini merupakan beberapa definisi koperasi yang diambil dari buku karangan Ima Suwandi yang berjudul Koperasi Organisasi Ekonomi yang Berwatak Sosial4:

Kata koperasi berasal dari bahasa Latin cooperere yang dalam bahasa Inggris menjadi cooperation berarti ‘bekerja sama’. Co berarti ‘bersama’ dan operation berarti ‘bekerja’ atau ‘berusaha’ (to operate).

Internasional Cooperative Alliance (ICA) dalam buku The Cooperative Principles karangan P.E. weraman memberikan definisi “Koperasi adalah kumpulan orang-orang

2 Baswir, Revrisond. Ekonomi Kerakyatan. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada. 2006, makalah dapat diakses dengan link

http://www.ekonomikerakyatan.ugm.ac.id/My%20Web/sembul39_2.htm

3 Swasono, Sri Edi dalam Op.cit. Rozy, Fahrur. Hal 7

(4)

atau badan hukum, yang bertujuan untuk perbaikan sosial sosial ekonomi anggotanya dengan memenuhi kebutuhan anggotanya dengan jalan berusaha bersama saling membantu antara yang satu dengan yang lainnya dengan cara membatasi keuntungan, usaha tersebut harus didasarkan atas prinsip-prinsip koperasi.”

Menurut Undang- Undang No. 12 tahun 1967 tentang Pokok- pokok Perkoperasian: “Koperasi Indonesia adalah organisasi ekonomi rakyat yang berwatak sosial beranggotakan orang-orang atau badan-badan hukum koperasi yang merupakan tata susunan ekonomi sebagai usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan”. Di Indonesia koperasi berwajah ganda bila dilihat dari tujuannya sebab selain untuk memenuhi kebutuhan anggotanya ia juga merupakan alat yang sesuai untuk mempercepat proses pelaksanaan pembangunan.

IV.

Sejarah dan Perkembangan Ekonomi Kerakyatan

Pada tahun 1896 R. Aria Wiriatmaja, Patih Purwokerto, memelopori pertama kali berdirinya koperasi di Indonesia, dengan mendirikan perkumpulan yang kegiatan usahanya bersifat koperasi yakni Bank Penolong dan Tabungan (Hukp en Spaarkbank)5.

Keinginan ini muncul ketika ada penindasan terhadap masyarakat yang hendak menginginkan pinjaman. Kemudian, usaha ini berkembang menjadi bentuk koperasi yang juga melakukan usaha pemberian kredit di sektor pertanian. Pendirian koperasi untuk pertama kali inilah, yang dianggap menjadi awal lahirnya ekonomi rakyat di Indonesia.

Gagasan yang kongkret tentang ekonomi kerakyatan, barulah muncul ketika Hatta berdiskusi tentang welfare state dengan Tan Malaka di Berlin pada tahun 1922. Gagasan ekonomi kerakyatan dimunculkan kembali oleh Hatta melalui pamflet monumentalnya yang berjudul Menuju Indonesia Merdeka pada tahun 1932. Dalam tulisannya itu, Hatta menjelaskan berbagai hal tentang kerakyatan, demokrasi politik dan ekonomi. Satu tahun kemudian, Hatta menulis artikel yang berjudul Ekonomi Rakyat. Dalam artikel tersebut, Hatta secara jelas mengungkapkan kegusarannya dalam menyaksikan kemerosotan ekonomi rakyat Indonesia di bawah penindasan pemerintah Hindia Belanda. Arti ekonomi rakyat yang dituliskan Hatta saat itu tidak lain adalah ekonomi pribumi Indonesia. Saat itu, dibanding dengan ekonomi kaum penjajah, ekonomi warga

(5)

timur asing, ekonomi pribumi Indonesia jauh tertinggal. Kegusaran yang berlarut ini, membuat Hatta kembali menulis artikel pada tahun 1934 dengan judul Ekonomi Rakyat Dalam Bahaya.

”Jika merdeka nanti, secepatnya melakukan tranformasi dari daulat tuanku menuju daulat rakyat, utamanya dalam bidang ekonomi, sosial dan politik”. Moh Hatta (1931) dalam Daulat Ra’jat.6

”…Azas Kerakyatan mengandung arti bahwa kedaulatan ada pada rakyat. Segala Hukum (recht, peraturan-peraturan negeri) haruslah bersandar pada perasaan keadilan dan kebenaran yang hidup dalam hati rakyat yang banyak ….”. Moh Hatta (1932) dalam Menuju Indonesia Merdeka.7

Sebagai ekonom yang berada diluar pemerintahan, tentunya tidak banyak upaya yang dapat dilakukan Hatta. Namun hal itu bukan berarti Hatta tidak melakukan langkah kongret dalam memperbaiki perekonomian rakyat. Hatta terus menggalangkan kekuatan ekonomi rakyat melalu pengembangan koperasi.

Komitmen Hatta ini semakin terbukti ketika Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya. Hatta menjadi komando dalam mengubah struktur ekonomi di Indonesia dari perekonomian berwatak kolonial ke perekonomian nasional. Pelbagai kesadaran itulah yang melatarbelakangi lahirnya ekonomi kerakyatan yang tercantum dalam pasal UUD 33 UUD 1945.

Tidak berhenti sampai disitu, Hatta juga mempelopori diadakannya Kongres Nasional Koperasi I yang diadakan di Tasikmalaya pada 12 Juli 1947 (hari koperasi pertama). Sebagai bentuk apresiasi yang tinggi, pada saat itu juga Hatta dinobatkan sebagai Bapak Koperasi Indonesia oleh Sentral Organisasi Koperasi Rakyat Indonesia(SOKRI).

Memasuki era demokrasi Parlementer, perekonomian Indonesia masih kembang kempis dikarenakan krisis politik yang ditandai dengan pergantian kabinet yang berulang-ulang. Tetapi Moh.Hatta sebagai wakil presiden terus berjuang memperbaiki perekonomian Indonesia. Namun, berangsur-angsur kondisi politik Indoneisa jsutru semakin kacau ditambah dengan keangkuhan Presiden Soekarno, Hatta akhirnya memutuskan mengundurkan diri sebagai wakil presiden Indonesia.

6 Dalam Bahan Kuliah/Presentasi Ratnawati dalam mata kuliah Pemikiran Politik Indonesia. 2012

(6)

Semenjak Hatta mengundurkan diri, perekonomian Indonesia tidak juga membaik. Pada saat Orde Lama Soekarno, harga-harga bahan pokok melambung tinggi. Saat itu, koperasi menjadi salah satu organsasi yang terus berupaya untuk memperbaiki perekonomian rakyat. Koperasi juga terus survive disaat Soekarno menutup keran demokrasi ekonomi, sosial dan politik.

Pada saat Orde baru, asas ekonomi kerakyatan nampaknya dicoba dimasukkan dalam Pembangunan Lima Tahun Pertama (PELITA I) pada 1969-1970 dengan melakukan usaha penyelamatan koperasi. Sebab itu, diadakanlah BIMAS (Bimbingan Masal) dan INMAS (Intensifikasi Masal). Kedua program ini digunakan untuk meningkatkan produksi pangan dan kesejahteraan petani. Namun sangat disayangkan, dalam keberlangsungannya “gerakan” ekonomi kerakyatan yang dimotori Widjojo Nitisastro, justru terpinggirkan dengan ide gagasan kubu neoliberal. Sehingga pembangunan ekonomi saat Orde Baru sangatlah kapitalis.

V. Ekonomi Kerakyatan Menurut Moh Hatta

Sebelumnya, pada bagian sub-Bab sejarah ekonomi kerakyatan, kita tela melihat bagaimana perjuangan Moh Hatta menggagas ekonomi kerakyatan di Indonesia. Pada bagian ini, kita akan melihat lebih jauh ide dan gagasan Moh Hatta tentang ekonomi kerakyatan.

Menurut Moh Hatta dalam bukunya Membangun Ekonomi Indonesia, ia menjelaskan bahwa konsep ekonomi yang sesuai dengan Indonesia adalah sosialisme Indonesia yang mengacu pada pasal 33 UUD 1945. Dari pemikiran ini, kita dapat pahami bahwa Moh Hatta menghendaki idealisme pembagian sumber daya ekonomi yang lebih luas dan merata serta tepat sasaran, agar kemakmuran dan keadilan menjadi milik rakyat, bukan milik segelintir orang saja.

Mengacu pada hal itu, secara lebih lanjut Moh Hatta lebih banyak menggagas ide dan gagasan tentang koperasi. Sebab koperasi dianggap bentuk yang paling kongret dalam memaknai ekonomi kerakyatan sesuai dengan pasal 33 UUD 1945. Korelasi penting antara ekonomi kerakyatan dan koperasi juga diperkuat dengan pendapat

Revrisond Baswir. Ia memberi kata lain dari koperasi dengan ekonomi kerakyatan, sesungguhnya adalah ekonomi yang demokratis atau demokrasi ekonomi.8 Pernyataan

ini dapat dipahami bahwa koperasi adalah bentuk kongkret organsasi yang mengandung nilai-nilai demokrasi ekonomi, sehingga konotasi dari ekonomi kerakyatan adalah

(7)

ekonomi koperasi yang sesuai dengan penjelasan pasal 33 UUD 1945. Korelasi ini juga dapat dilihat dari tulisan Moh Hatta yang berjudul Koperasi Jembatan ke Demokrasi Ekonomi yang setelah ini akan kita bahas lebih lanjut.

Moh Hatta juga lebih jauh melihat bahwa koperasi tidak hanya sebagai bangun perusahaan yang ideal pada dataran mikro, tetapi sekaligus memangdangnya sebagai sumber inspirasi dalam mengembangkan sistem perekonomian Indonesia pada tatanan makro. Sebab itu, berbagai prinsip, konsep, tantangan serta tugas koperasi kiranya dapat direpresentasikan dalam berbagai aspek ekonomi kerakyatan.

VI. Konsep Dasar Koperasi Menurut Moh Hatta: Koperasi Jembatan ke Demokrasi Ekonomi

Sejak masa pergerakan Indonesia, Hatta terus menyerukan koperasi sebagai satu-satunya organisasi ekonomi yang bisa berhasil meletakkan sendi yang kuat untuk membangun kembali ekonomi yang roboh. Hatta meyakininya karena koperasi berupaya berjalan dengan semangat self-help dan oto-activitas. Artinya koperasi berusaha menumbuhkan rasa percaya diri dan tolong menolong antar masyarakat sebagai pemandu kemauan yang kuat. Semangat itulah yang sudah lama muncul yang sebetulnya membarengi berkembangnya demokrasi sosial, politik dan ekonomi. Hal ini dapat dengan mudah dikatakan karena bangunan demokrasi yang sangat kuat sebagian besar dipupuk dengan semangat koperasi. Demokrasi dapat hidup dan kuat, kalau ada rasa tanggung jawab pada rakyat. Dasar koperasi adalah menghidupkan rasa tanggung jawab itu, sebab koperasi selain membela keperluan bersama, membangung dalam jiwa tiap-tiap anggotanya manusia merdeka, sadar akan harga dirinya.

Hatta dalam pidatonya Koperasi Jembatan ke Demokrasi Ekonomi memaparkan lima dasar pokok koperasi.9 10Dasar pokok tersebut menekankan pada keterkaitannya

dasar koperasi dengan nilai-nilai demokrasi sosial, politik dan ekonomi. Adapun dasar pokok koperasi menurut Hatta adalah sebagai berikut.

Dasar pokok yang pertama adalah perkumpulan koperasi dikemudikan secara

otonom oleh anggota-anggotanya sendiri. Seluruh anggota ikut serta dalam rapat

9 Hatta membuat sebuah buku yang berisi kumpulan-kumpulan pidatonya tentang koperasi

(8)

berkala untuk membahas segala hal mengenai perkembangan perusahaan. Oleh karena itu tiap-tiap anggota merasabertanggung jawab tentang jalannya perusahaan dan belajar cara bagaimana ia harus mengamat-amati dengan tidak menyulitkan kerja pimpinan. Memang tepat, apabila dasar ini disebut dasar demokrasi kooperatif.

Dasar pokok yang kedua adalah tiap-tiap anggota koperasi mempunyai hak

suara yang sama. Satu orang satu suara, one man one vote, tak peduli apakah iuran pokoknya atau simpanan pokonya besar atau kecil. Tidak ada anggota besar dan anggota kecil, semuanya sama rasa sama rasa.

Dasar pokok yang ketiga adalah tiap-tiap orang dapat diterima menjadi anggota koperasi. Selagi perbedaan paham politik dan agama membawa orang pada persatuan. Sebab itu dalam suatu perkumpulan kooperasi bisa terdapat kerjasama orang-orang yang dalam politik berlainan pandangan. Hal ini menunjukkan koperasi menjunjung tinggi tenggang rasa dan sikap sportif.

Dasar pokok yang keempat adalah keuntungan dibagi antara anggota menurut jasa mereka dalam memajukan organisasi. Misalnya, anggota yang banyak membeli barang-barang keperluannya pada koperasi lebih banyak pula memperoleh bagian keuntungan dari anggota yang sedikit membeli. Dasar pokok yang kelima, adalah jumlah keuntungan tertentu koperasi digunakan untuk pendidikan.

Dasar pokok koperasi yang pertama dan keempat ini sangat merepresantisikan demokrasi ekonomi. Karena dasar pokok pertama dan keempat mengharuskan kegiatan koperasi sebagai organisasi ekonomi yang otonom serta pembagian keuntungan yang proporsional. Dasar pokok kedua dan ketiga ini sangat merepresentasikan koperasi sebagai pilar demokrasi sosial dan politik. Dimana dalam koperasi dijunjung prinsip equility without social class, dan juga prinsip equity keadilan, atau pemberian kesempatan yang berkeadilan untuk berorganisasi.

(9)

VII. Mohammad Hatta : Tantangan dan Tugas Koperasi

Hatta menggembu-gembukan rakyat indonesia untuk bertransformasi dari demostrasi-propaganda kedalam aksi nyata berorganisasi ekonomi. Hal ini diungkapkan mengingat saat itu Indonesia secara politik seduah merdeka, namun secara ekonomi masih dalam ketergantungan kapitalis asing. Hal ini hanya dapat dipecahkan dengan membangun perekonomian rakyat diatas dasar koperasi.

Koperasi menurut Hatta, adalah upaya perekonomian bersama yang didasarkan pada asas kekeluargaan, humanisme, dan gotong royong. Upaya ini harus terus diperjuangkan secara terus menerus, mengingat membangun ekonomi berbasis kekeluargaan tidaklah mudah dan harus melewati berbagai tantangan. Adapun berbagai tantangan koperasi menurut Moh Hatta yang disampaikan dalam pidatonya Membangun Koperasi dan Koperasi Membangun, adalah sebagai berikut.11

Tantangan yang pertama adalah harus bersaing dengan perusahaan swasta kapitalis. Tantangan pertama ini sungguh berat, karena private sector berusaha mencari keuntungan yang maksimal dengan minimalisasi biaya produksi. Sedangkan dalam koperasi yang diuatamakan adalah menyelenggarakan keperluan hidup para anggotanya. Sehingga keuntungan yang dicari adalah keuntungan yang proporsional.

Hatta dalam tantangan yang pertama ini juga menggarisbawahi kata bersaing. Artinya menurut Moh Hatta, ekonomi kerakyatan dalam koperasi tidaklah boleh bersifat isolasionalisme ekonomi. Moh Hatta sangat menyadari bahwa ekonomi global dan swasta kapitalis masih diperlukan Indonesia. Bahkan Moh Hatta memungkinkan koperasi untuk bekerja sama dengan swasta kapitalis. Namun yang perlu digarisbawahi kembali adalah ekonomi rakyat tidak boleh menjadi dependent terhadap swasta kapitalis apalagi pihak asing.

Tantangan kedua adalah tantangan menghadapi kekacauan dan kebangkrutan

ekonomi Indonesia. Sejak indonesia merdeka, sangat banyak kerusakan fisik dan modal yang menjadi rusak hangus bahkan hancur karena peperangan. Kemudian negara juga

(10)

terus dibebani dengan utang luar negeri yang diperparah dengan anggaran negara yang selalu defisit. Kondisi ini membuat rakyat manjadi miskin, kelaparan, menganggur, dan serba kekuarangan.

Ada pula tantangan ketiga adalah koperasi harus terus aktif dengan anggota yang solid. Masyarakat Indonesia masih melekat dengan rasa inferiority complexatau rasa rendah diri. Banyak sekali alasan mengapa rasa tidak percaya diri ini terus menghantui rakyat Indonesia. Salah satunya adalah karena pesismistis terhadap dua tantangan yang telah disebut sebelumnya yaitu persaingan kapitalis dan ekonomi yang chaos. Rasa rendah diri ini tentunya akan menggangu semangat dan solidaritas para anggota koperasi dalam memperbaiki perekonomian. Oleh karena itu, masyarakat Indonesia haruslah optimis dan aktif dalam menjalankan koperasi. Masyrakat harus menyadari bahwa koperasi belumlah hidup dengan banyaknya badan koperasi. Koperasi barulah hidup apabila sudah menjadi bentuk ideal, keperluan dan tanggung jawab bagi tiap anggotanya untuk kemajuannya.

Melihat cukup banyaknya tantangan-tantangan koperasi, Hatta kemudian memberikan tujuh tugas koperasi agar dapat terus berkembang dan melewati berbagai tantangan tersebut. Tugas pertama adalah memperbanyak produksi terutama bahan-bahan pokok, pertukaran dan barang kerajinan yang diperlukan sehari-hari oleh rakyat. Koperasi harus terus berupaya agar Indonesia tidak lagi mengimpor bahan-bahan pokok, terutama beras. Bukti mendatangkan beras dari luar negeri saja adalah suatu penghinaan bagi bangsa kita yang menduduki tanah air yang begitu luas dan suburnya

Tugas kedua adalah memperbaiki kualitas barang yang dihasilkan rakyat. Salah satu kelemahan produksi barang di Indonesia adalah bentuknya yang masih sangat mentah dan kualitasnya buruk. Contohnya saja getah di Jambi dihargai sangat rendah di pasar, namun ketika digiling di Singapura harganya naik tiga kali lipat. Peran inilah yang harus diambil alih oleh koperasi.

(11)

kapitalis berkerja atas keuntungan. Sehingga pengelolaan distribusi oleh swasta kapitalis sangat rentan akan permainan harga, penimbunan, dan lainnya.

Tugas keempat adalah memperbaiki harga yang menguntungkan bagi masyarakat. Masyarakat yang kekurangan kemakmuran akan merasa beruntung apabila harga barang dapat terkendali, tidak melonjak tinggi. Perbaikan harga ini harus dilakukan oleh koperasi, karena di tangan pedagang harga barang dapat dijual semahal-mahalnya.

Tugas kelima adalah menyingkirkan penghisapan dari lintah darat. Mulai dari daerah pedesaan hingga perkotaan, cukup banyak kriditur yang kerap memeras dana masyarakat dari piutangnya. Kondisi ini harus diselesaikan koperasi dengan memaksimalkan peran koperasi simpan pinjam.

Tugas keenam adalah menghimpun modal atau dana masyarakat. Masyarakat

Indonesia secara individu hanya memiliki modal sedikit sekali dan sangat berbanding terbalik dengan modal dari private sector. Oleh karena itu penghimpunan dana oleh koperasi haruslah dimaksimalkan, agar modal-modal yang dihimpun dapat menjadi besar.

Tugas ketujuh dan terakhir adalah memelihara lumbung padi atau mendorong supaya tiap-tiap desa menghidupkan kembali lumbung desa. Sistem lumbung padi haruslah terus diperbaharui sesuai dengan tuntutan masa. Lumbung itu harus menjadi alat untuk menyesuaikan produksi dan konsumsi sepanjang masa dan juga menjadi alat penyeimbang harga padi. Sehingga harga padi dapat terus proporsional, tidak anjlok saat panen dan menlonjak saat panceklik.

IIX. Ekonomi Kerakyatan dan Koperasi Menurut Revrisond Baswir

(12)

kerakyatan.12 Baswir melihat setidaknya ada tiga substansi ekonomi kerakyatan dalam

Pasal 33 UUD 1945, diantara lain:

1. Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan atas azas kekeluargaan.

2. Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara.

3. Bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.13

Ketiga ayat ini memiliki substansinya masing-masing. Menurut Baswir, substansi ketiga ayat ini dapat dijelaskan sebagai berikut.

Pertama, dalam sistem ekonomi kerakyatan, partisipasi seluruh masyarakat dalam proses produksi nasional sangat penting. Partisipasi ini dilakukan agar pendayagunaan sumber daya manusia dapat optimal. Selain itu, keikutsertaan ini juga untuk memastikan agar semua masyarakat menikmati hasil produksi nasional.

Kedua, Harus ada jaminan bahwa semua masyarakat turut menikmati hasil produksi nasional, termasuk fakir miskin dan anak terlantar. Hal ini sesuai dengan pasal 34 UUD 1945, yaitu fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh negara.

Ketiga, Kegiatan pembentukan produksi dan pembagian hasil produksi harus berada di bawah pimpinan atau pemilikan anggota masyarakat. Artinya, masyarakat tidak hanya menjadi objek, tetapi juga menjadi subjek kegiatan ekonomi. Di sisi lain, pemodal asing bisa melakukan produksi nasional. Akan tetapi, penyelenggaraan kegiatan tersebut harus ada di bawah pimpinan dan pengawasan masyarakat.

Dari ketiga substansi ini, Baswir menekankan kepada poin ketiga. Di dalam poin ini, masyarakat harus berpartisipasi di dalam kegiatan produksi nasional. Partisipasi ini diwujudkan melalui modal, baik modal material (material capital), modal intelektual

12 Baswir adalah Kepala Pusat Studi Ekonomi Kerakyatan UGM, adalah salah satu pemikir kontemporer yang mendukung koperasi

(13)

(intellectual capital), dan modal institusional (institusional modal). Negara wajib untuk terus meningkatkan ketiga modal tersebut agar bisa merata di masyarakat.

Faktor partisipasi masyarakat ini yang menyebabkan koperasi menjadi cerminan dari ekonomi kerakyatan. Jika dilihat dari implementasinya, maka kita akan melihat perbedaan antara koperasi dengan perusahaan perseroan lainnya. Perbedaan ini terletak pada diterapkannya prinsip keterbukaan bagi semua pihak yang memiliki kepentingan di koperasi. Hal ini ditegaskan pula oleh Bung Hatta bahwa pada koperasi tidak ada majikan dan tidak ada buruh, semuanya pekerja yang bekerja sama untuk menyelenggarakan keperluan.14

Baswir juga menambahkan bahwa koperasi memiliki prinsip penting, yaitu demokrasi ekonomi. Di dalam demokrasi ekonomi, watak individualistis dan kapitalis akan dihilangkan dari perekonomian Indonesia. Secara mikro, pelanggan dan buruh akan diikutsertakan sebagai anggota koperasi atau pemilik perusahaan. Kemudian secara makro, kemakmuran masyarakat akan menjadi prioritas utama.

Baswir juga membantah bahwa koperasi adalah organisasi yang mengabaikan efisiensi dan bersifat anti pasar. Efisiensi dalam koperasi tidak hanya dipahami dalam dimensi keuangan, tetapi dalam konsep yang lebih komprehensif. Pemahaman ini mencakup dimensi keuangan, non-keuangan, maupun lingkungan. Koperasi tidak dapat didasarkan pada aspek pemerataan, pertumbuhan, dan stabilitas, melainkan asas keadilan, partisipasi, dan keberlanjutan.

IX.

Ekonomi Kerakyatan dan Koperasi Menurut Mubyarto

(14)

Prof. Dr. Mubyarto mengungkapkan bahwa di Indonesia lebih diterapkan untuk menjauhi penerapan ekonomi kapitalis dan lebih cenderung untuk mendekati ekonomi kerakyatan (kelembagaan). Hal ini di dasari karena ilmu ekonomi kerakyatan (kelembagaan) jauh dianggap lebih mampu menganalisis permasalahan yang dihadapi koperasi Indonesia.15 Menurutnya perbedaan mendasar antara ekonomi kapitalis dengan

ekonomi kerakyatan adalah pada penekanan fokus usahanya. Ekonomi kapitalis menekankan pada upaya produksi barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat sekarang. Sedangkan pada ekonomi kerakyatan, lebih ditekankan pada strategi reproduksi masyarakat, yaitu bagaimana seluruh masyarkat dapat saling bekerja sama dengan tujuan agar dapat bertahan hidup secara berkelanjutan. Dalam ekonomi kerakyatan, hal yang menjadi fokus permasalahannya tidak hanya pada aspek materil saja, tetapi juga menyangkut tiga hal sebagai berikut:

1. Masalah-masalah sosial (yang mendesak)

2. Peranan dan tempat kehidupan ekonomi dalam masyarakat (economy and society) 3. Stratifikasi sosial dan kekuasaan.

Dari ketiga hal tersebut dapat diketahui bahwa batas-batas ilmu ekonomi jauh lebih luas, melampaui batas-batas pada ekonomi kapitalis. Pertentangan juga terjadi pada fungsi dan hasrat tujuan dari sistem ekonomi. Sistem ekonomi pada umumnya menonjolkan asas persaingan dan menganggap hal itu adalah sebagai cara untuk memecahkan perbedaan kepentingan. Sedangkan di sisi lain, ekonomi kerakyatan memiliki tujuan tercapainya kesejahteraan masyarakat secara bersama dan merata.

Mubyarto sendiri juga mengungkapkan bahwa ilmu ekonomi yang selama ini diajarkan kepada mahasiswa Indonesia tidak cocok dan tidak realistik jika digunakan untuk menggambarkan perilaku manusia Indonesia. Mubyarto memepertanyakan ajaran ekonomi kapitalis yang diajarkan di Indonesia, apalagi di dunia barat rasionalitas dari ekonomi kapitalis juga dipertanyakan. Ia mengungkapkan bahwa di Indonesia yang cocok dan sesuai adalah ilmu ekonomi koperasi.

15 Mubyarto. Ilmu Koperasi adalah Ilmu Sosial Ekonomii. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada. 2003. Makalah dapat diakses dengan alamat

(15)

X.

Manifestasi Ekonomi Kerakyatan

Baswir menjelaskan setidaknya terdapat enam agenda yang harus diimplementasikan agar terlaksananya ekonomi kerakyatan. Adapun enam agenda tersebut adalah sebagai berikut.16

Pertama, pemerintah harus berjuang untuk menghapus sebagian hutang luar negeri Indonesia. Upaya ini dilakukan untuk mengurangi beban belanja negara dan neraca pembayaran. Sebab hutang negara rentan akan manipulasi oleh para kreditur. Tak jarang pula, utang luar negeri hanyalah sebagai syarat masuknya penguasaan perusahaan kapitalis asing di Indonesia.

Kedua, harus dilakukan disiplin pengelolaan keuangan negara. Tujuan tindakan ini adalah untuk memerangi KKN dalam segala dimensinya. Salah satu tindakan nyatanya adalah penghapusan dana non bujeter yang tersebar merata pada hampir semua instansi pemerintah. Dana-dana non bujeter seharusnya dialihkan untuk memprioritaskan sektor pelayanan publik, penanggulangan kemiskinan, dan penyediaan lapangan kerja.

Ketiga, harus diadakan demokratisasi pengelolaan BUMN. Selama ini BUMN

hanya dikuasai oleh pejabat pemerintah pusat, sehingga BUMN dijadikan obyek sapi perah. Akibatnya, BUMN menjadi badan usaha yang menggerogoti keuangan negara. Tindakan yang seharusnya dilakukan bukanlah privatisasi, melainkan demokratisasi pengelolaannya. Seperti dengan otonomi BUMN dari birokrasi pemerintah dan peningkatan peran serikat pekerja BUMN. Bersamaan dengan upaya demokratisasi, pemerintah juga haruslah terus mengembangkan peran BUMN dalam mengelola kekayaan negara demi hajat hidup dan kemakmurat rakyat. Sehingga kekayaan negara tidak jatuh dala pengelolaan pihak asing.

Keempat, peningkatan alokasi pajak pusat-daerah(revenue tax sharing) dan pemberian subsidi. Pembagian hasil pajak harus dilakukan dengan memberikan hak kepada pemerintah daerah untuk ikut memungut pajak yang dimonopoli pusat. Pemerintah pusat-daerah juga harus memberlakukan pajak progresif dan subsidi tepat

(16)

sasaran. Agar rakyat dapat menikmati terjangkaunya bahan-bahan pokok, serta fasilitas umum dan pelayanan publik yang baik.

Kelima, pemenuhan dan perlindungan hak dasar pekerja serta peningkatan partisipasi pekerja dalam perusahaan harus dioptimalkan. Upaya ini biasa kita kenal dengan demokrasi di tempat kerja. Demokrasi ini juga dapat diwujudkan dalam bentuk program kepemilikan saham bagi para pekerja (employee stock option program). Program ini dapat menunjang pemenuhan dan perlindungan hak dasar pekerja. Hal ini setidaknya dapat meminimalisir dampak kekejaman dari praktek ekonomi kapitalisme.

Keenam, pembatasan penguasaan dan redistribusi pemilikan lahan pertanian. Penguasaan lahan pertanian secara berlebihan yang dilakukan pejabat dan konglomerat haruslah segera diakhiri. Penguasaan lahan ini haruslah sesuai dengan Pasal 2 UUPA 1960 yang menyatakan negara berhak mengatur peruntukkan, penggunaan, persediaan dan pemeliharaan lahan pertanian untuk sebesar-besarnya kemakmurat rakyat.

Ketujuh, agenda yang harus dilakukan oleh pemerintah adalah pembaruan UU

Koperasi dan pembentukan koperasi-koperasi sejati dalam berbagai bidang usaha dan kegiatan. Dengan berdirinya koperasi sejati, pemilikan dan pemanfaatan modal berada di bawah kendali masyarakat. Selain itu, menurut Baswir peningkatan kesejahteraan rakyat dalam rangka sistem ekonomi kerakyatan didasarkan pada paradigma fondasi. Paradigma fondasi maksudnya adalah peningkatan kesejahteraan rakyat yang bertumpu pada kekuatan pemerintah daerah, sumber daya domestik, partisipasi pekerja, usaha pertanian rakyat, serta pengembangan koperasi sejati. Faktor-faktor ini diharapkan bisa menjadi fondasi kuat dari koperasi sebagai implementasi ekonomi kerakyatan.

(17)

A. Ilmu koperasi sebagai kurikulum pendidikan

Koperasi bukanlah hanya sekedar tumpukkan teori utopis, atau sebaliknya hanya organisasi tanpa arti. Koperasi adalah ilmu, nilai dan prinsip yang menjungjung tinggi asas kebangsaan. Hal ini seharusnya digunakan oleh pemerintah, agar memasukkan koperasi dalam kurikulum pendidikan, mulai dari tingkat dasar hingga universitas.

Siswa sekolah dasar haruslah diajarkan pemahaman tentang ilmu koperasi yang mendasar, seperti bagaimana menanamkan asas kekeluargaan, kebersamaan, partisipasi dan kejujuran. Kemudian pada tingkat tingkat menengah awal, siswa harus mulai diajarkan tentang sejarah koperasi, jenis-jenis koperasi serta peran dan tugas koperasi. Pada saat ini siswa harus didorong untuk menggerakkan koperasi siswa di sekolahnya. Setelah itu, pada tingkat menengah keatas dan universitas, siswa maupun mahasiswa harus diberikan alternatif untuk memilih kelas koperasi yang membahas koperasi lebih advance. Sehingga selepas dari masa pendidikannya, tiap siswa ataupun mahasiswa diharapkan dapat mendalami dan meresapi berbagai hal tentang koperasi untuk kemudian diimplementasikannya secara mandiri. Karena kiranya mereka telah belajar koperasi secara teoritis dan praktik.

B. Koperasi sebagai Organisasi yang Universal

Dalam implementasinya, koperasi dapat digerakkan dari berbagai kalangan dan berbagai sektor. Oleh karena itu, jenis-jenis koperasi dapat kita lihat dari berbagai segi. Berdasarkan fungsi, jenis usahanya, keanggotaan, dan wilayah. Berbagai jenis koperasi dibawah ini masing-masing memiliki peran untuk menghadapi tantangan dan tugas koperasi yang telah disampaikan oleh Moh Hatta.

(18)

Koperasi Pengrajin Tahu dan Tempe Indonesia (Kopti) dan Koperasi Industri Kerajinan (Kopinkra).

Dilihat dari jenis usahanya, koperasi terbagi menjadi dua. Pertama Koperasi Simpan Pinjam (KSP). Contohnya adalah KSP Kodanua. Kedua, Koperasi Serba Usaha atau KSU contohnya adalah Koperasi Untit Desa (KUD).

Dilihat dari keanggotaannya, kita mengenal KUD yang beranggotakan para petani atau jenis pekerjaan lainnya. Selain itu, koperasi juga dibedakan menurut lokasi usahanya. Contohnya adalah Koperasi Mahasiswa atau Kopma yang sering kita jumpai di perguruan tinggi.

Terakhir, koperasi dibedakan berdasarkan jenjang kewilayahan dan anggotanya. Jenis ini dibedakan menjadi dua. Pertama Koperasi Primer yang beranggotakan perorangan seperti Primkoppas Pasar Senen. Kedua, koperasi sekunder yang anggotanya terdiri atas kumpulan koperasi sejenis. Contohnya Induk Koperasi Unit Desa atau Inkud.17

17 Klasifikasi Koperasi ini diperoleh merujuk pada halaman website dengan alamat,

(19)

XII. Kesimpulan

Ekonomi Kerakyatan (Adi Sasono) adalah ekonomi partisipatif yang memberikan akses yang fair dan adil bagi seluruh lapisan masyarakat di dalam proses produksi, distribusi, dan konsumsi nasional tanpa harus mengorbankan fungsi sumber daya manusia dan lingkungan sebagai pendukung kehidupan masyarakat. Sedangkan koperasi adalah badan hukum yang berdasarkan atas asas kekeluargaan yang anggotanya terdiri dari orang perorangan atau badan hukum dengan tujuan untuk mensejahterakan anggotanya.

Sebagai sebuah gagasan dan pemikiran, ekonomi kerakyatan sudah lama lahir, sejak tahun 1896. Moh Hatta adalah aktor utama dalam perkembangan gagasan ekonomi kerakyatan di Indonesia. Dalam pemikirannya Moh Hatta menjelaskan koperasi adalah organisasi yang berperan sebagai jembatan demokrasi ekonomi(ekonomi kerakyatan). Sedangkan para pemikir temporer seperti Baswir menjelaskan ekonomi kerakyatan dengan tiga substansi, yaitu partisipasi produksi, konsumsi dan kepemilikan ekonomi oleh masyarakat. Bentuk kongkret dari ketiga esensi tersebut adalah koperasi. Adapula Mubyarto berpendapat bahwa ekonomi kerakyatan tidak hanya berorientasi pada materi saja, namun juga masalah sosial, society, dan equality.

(20)

Daftar Pustaka

Buku

Departemen Koperari. 1985. Pengetahuan Perkoperasian. Jakarta: Dept.Koperasi RI

Hatta, Mohammad. 1971. Membangun Koperasi, Koperasi Membangun. Jakarta: Inti

Idayu Press

Ima, Suwandi. 1982. Koperasi Organisasi Berwatak Sosial. Jakarta: Bhrata Karya

Aksara

Tesis

Rozy, Fahrur. 2005.Konsep Ekonomi Kerakyatan Moh Hatta. Tesis Dipublikasikan.

IAIN Walisongo

Makalah

Baswir, Revrisond. 2006. Ekonomi Kerakyatan. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada

Baswir, Revrisond. Ekonomi Kerakyatan sebagai Sokoguru Perekonomian Nasional.

Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada

Mubyarto. 2003. Ilmu Koperasi adalah Ilmu Sosial Ekonomii. Yogyakarta: Universitas

Gadjah Mada

Website

http://www.neraca.co.id/harian/article/23933/Mengenal.Jenisjenis.Koperasi.di.Indonesia

Referensi

Dokumen terkait

Skripsi dengan judul “Pengaruh Pemahaman Bangun Segiempat Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VII Semester Genap Di MTs N Pulosari Ngunut Tulungagung

Seperti telah disinggung pada Bab 2, tujuan umum suatu audit atas laporan keuangan adalah memberikan suatu pernyataan pendapat mengenai apakah laporan keuangan klien telah

Aspek yang ditekankan hadis tersebut, menurut al-Sayyid Sabiq, adalah bahwa orang mukmin tidak najis, maka tidak ada alasan untuk menjadikan air yang telah disentuh orang mukmin

Kecerdasan didapatkan dari ketekunan. Santri yang senantiasa rajin melalar hafalan, maka tidak akan merasa terbebani dengan hafalan, bahkan merasakan kenikmatan

Penelitian ini menguji kemampuan bahan pelapis Titanium Aluminium Nitrida dan Titanium Nitrida (TiAlN/TiN) pada alat potong jenis karbida berlapis (Coated) selama

4 Karyawan harus berusaha bekerja keras untuk hasil maksimal sesuai kompetensi. 5 Karyawan harus saling bekerja sama untuk menghasilkan sinergi optimal

cinerea pada buah strawberry yang berasal dari pasar Pancur Batu terjadi 18 hari setelah inkubasi pada PDA sedangkan pada buah strawberry impor (Amerika Serikat) yang

Tipe anomali yang teridentifikasi pada dua sektor, yaitu anomali pada sektor Ahu berhubungan dengan presipitasi hidrolisat uranium terlarut pada endapan sungai