• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS. pdf

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS. pdf"

Copied!
100
0
0

Teks penuh

(1)

PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS

A. JUDUL PENELITIAN

“Penerapan Permainan Mengarang Gotong Royong Untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Sederhana Siswa Kelas III SDN. Sukaraja I Kecamatan Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang”

B. BIDANG KAJIAN

Bidang kajian yang menjadi fokus penelitian tindakan kelas adalah masalah dalam pembelajaran menulis karangan berdasarkan pengalaman sendiri di kelas III SDN Sukaraja I Kecamatan Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang dengan menggunakan permainan mengarang gotong royong. Dengan alat bantu dan media yang digunakan adalah gambar seri yang sekaligus sebagai sumber belajar. Prosedur penilaian yang digunakan adalah hasil belajar dengan bentuk penilaian tulisan dan sebagai alat penilaianya menggunakan format penilaian.

C. PENDAHULUAN

(2)

yang sangat penting bagi kehidupan, maka bahasa perlu diajarkan kepada anak agar mereka memiliki kemampuan berbahasa yang baik dan benar serta dapat berinteraksi dengan dunia luar yang lebih luas mengingat zaman yang semakin maju. Tentunya dunia pendidikan harus lebih memantapkan siswa didiknya dalam menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.

Mata Pelajaran Bahasa Indonesia diajarkan di semua jenjang pendidikan formal. Adapun tujuan utamanya adalah siswa mampu berkomunikasi dengan Bahasa Indonesia secara lisan maupun tertulis. Selain itu, siswa dapat mengembangkan potensi dirinya sesuai dengan kemampuan, bakat, minat, motif serta menumbuh kembangkan setiap penghargaan terhadap budaya, nilai-nilai dan hasil karya bangsa sendiri (Depdiknas, 2006).

Pembelajaran Bahasa Indonesia di sekolah dasar tidak hanya diarahkan untuk meningkatkan pengetahuan saja, namun sebagai suatu upaya untuk meningkatkan keterampilan berbahasa. Keterampilan berbahasa yang dimaksud, yaitu keterampilan menyimak, bebicara, membaca, dan menulis. Dalam hal ini siswa dituntut untuk menggunakan Bahasa Indonesia baik secara lisan maupun tulisan dengan baik dan benar.

(3)

Pengajaran Bahasa Indonesia dalam aspek membaca dan menulis sebagaimana tercantum dalam kurikulum sekolah dasar Tahun 2006, salah satunya adalah “Siswa mampu menyampaikan informasi secara lisan dan tertulis sesuai dengan konteks dan keadaan”. (Depdiknas, 2006: 19). Sedangkan Haryadi (1997: 75) mengatakan bahwa, “Menulis memiliki peranan penting dalam rangka meningkatkan aktivitas komunikasi dan mengembangkan ilmu pengetahuan”. Hal ini berarti cukup menjelaskan kemampuan berbahasa, khususnya keterampilan membaca dan menulis merupakan keterampilan dasar yang harus dimiliki oleh siswa sekolah dasar, baik dalam rangka meningkatkan aktivitas komunikasi maupun untuk mengembangkan ilmu pengetahuan pada jenjang pendidikan berikutnya.

Meskipun menulis merupakan suatu keterampilan yang sulit dan kompleks, tetapi keterampilan menulis sangatlah penting untuk dikuasai oleh siswa. Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang sangat penting selain dari tiga keterampilan berbahasa lainnya seperti menyimak, berbicara dan membaca. Kegiatan menulis berperan penting dalam pengembangan kemampuan berbahasa seseorang terutama para siswa. Pembelajaran menulis bukan semata-mata penyajian materi dengan menuliskan segala sesuatu informasi, melainkan ada proses pemahaman yang harus dikembangkan.

(4)

mengungkapkan pikiran, perasaan dan kehendak kepada orang lain secara tertulis”.

Salah satu pembelajaran menulis di Sekolah Dasar adalah menulis fiksi, yang di dalamnya terkandung mengarang. Pada dasarnya mengarang sudah diajarkan semenjak kelas rendah (mengarang permulaan). Syarat-syarat mengarang dapat diajarkan berangsur-angsur, yang penting siswa secara spontan dan timbul keberaniannya untuk menyatakan isi hatinya dalam bentuk tulisan.

Di dalam menulis karangan diharapkan siswa tidak hanya dapat mengembangkan kemampuan membuat karangan, tetapi memiliki kemampuan untuk menuangkan ide atau gagasan dengan cara membuat karangan yang menarik untuk dibaca. Selain itu siswa pun dalam menulis sebuah karangan memiliki kemampuan dalam penggunaan kata-kata yang baik dan benar tentunya sesuai dengan ejaan yang telah dibakukan (EYD). Sehingga siswa secara tidak langsung dapat melatih kemampuan berbahasanya dalam bentuk tulisan dan kesalahan dalam berbahasa yang sering dijumpai di sekolah dasar dapat diminimalisir.

(5)

mampu memiliki dan menggunakan media yang sesuai dengan materi sehingga dapat membantu siswa dalam membuat karangan.

Keterampilan menulis memang harus diterapkan kepada siswa sekolah dasar dikelas rendah, sehingga siswa terlatih kemampuan menulisnya dan lebih siap untuk menulis karangan di kelas tinggi. Namun dalam pembelajaran keterampilan menulis karangan yang ada di Sekolah Dasar, sering ditemukan berbagai hambatan, terutama tentang kurang tepatnya penggunaan teknik maupun model dalam pembelajaran mengarang. Demikian juga, pada pembelajaran mengarang di kelas III SDN Sukaraja 1. Penulis menemukan ada beberapa kendala atau masalah yang ditimbulkan baik oleh guru maupun siswanya, serta dalam penggunaan strategi, teknik, media dan evaluasi yang digunakan dalam pembelajaran mengarang.

Penulisan ejaan yang digunakan pada masa sekarang adalah ejaan yang berdasarkan pada keputusan menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor : 0543a/u/1987, tanggal 9 September 1987 yaitu Ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan.

Ejaan menurut Suriamiharja (1997: 80) adalah penggambaran bunyi bahasa dengan kaidah tulis-menulis yang distandarisasikan yang lazimnya mempunyai tiga aspek yaitu aspek fonologis yang menyangkut penggambaran fonem dengan huruf dan penyusunan abjad; aspek morfologis yang menyangkut penggambaran satuan-satuan morfem, aspek sintaksis yang menyangkut penanda ujaran berupa tanda baca.

(6)

perlu peningkatan dalam pembelajaran bahasa Indonesia khususnya dalam pembelajaran menulis karangan.

Berdasarkan hasil penelitian awal yang diperoleh dari lapangan, penulis menemukan adanya permasalahan yang dihadapi oleh siswa kelas III SDN Sukaraja I dalam menulis karangan sederhana dengan memperhatikan pemilihan kata dan penggunaan ejaan.

Siswa yang dinyatakan tuntas dalam pembelajaran menulis karangan sederhana jika dipersentasekan sebanyak 11% sedangkan yang belum tuntas sebanyak 89%. Dimana siswa yang mendapatkan skor 3 untuk pemilihan kata sebannyak 8%, yang mendapatkan skor 2 sebanyak 89%, dan yang mendapatkan skor 1 sebanyak 3%. Dan untuk siswa yang mendapatkan skor 3 untuk penggunaan huruf capital diawal kalimat sebanyak 11%, skor 2 sebanyak 36%, dan skor 1 sebanyak 53%. Serta siswa yang mendapatkan skor 3 untuk ketepatan dalam menempatkan tanda titik di akhir kalimat sebanyak 5%, skor 2 sebanyak 31%, dan skor 1 sebanyak 64%. Hal tersebut membuktikan bahwa kemampuan siswa dalam menulis karangan sederhana perlu ditingkatkan kembali terutama dalam hal pembelajarannya.

(7)

pembelajaran akan berhasil bila ditunjang dengan Penerapan metode dan teknik yang tepat.

Pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru tersebut dirasakan kurang tepat, karena dalam pembelajaran menulis karangan diperlukan metode dan teknik yang sangat mendukung serta penggunaan media untuk mencapai hasil yang diharapkan sesuai dengan indikator. Berkaitan dengan masalah di atas maka penulis mencoba mengatasi masalah tersebut yang terjadi pada siswa kelas III SDN Sukaraja I Kecamatan Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang Tahun 2010/2011.

Dalam menulis karangan, guru memegang peranan penting bagi keberhasilan proses dan hasil pembelajaran, karena keberhasilan proses belajar banyak dipengaruhi oleh faktor kemampuan guru itu sendiri dalam merencanakan dan melaksanakan kegiatan pembelajaran. Dalam upaya meningkatkan pembelajaran menulis karangan pengalaman sendiri, guru sebaiknya menggunakan teknik dan media yang tepat untuk melatih keterampilan menulis karangan. Dalam proses pelaksanaan pembelajaran menulis karangan pada siswa kelas III SDN Sukaraja I Kecamatan Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang masih ditemukan berbagai kendala, terutama yang berkaitan dengan teknik dan media yang tepat dalam pembelajaran menulis karangan sederhana sesuai dengan gambar seri.

(8)

kurang baik dan benar tentunya dikarenakan siswa kurang memiliki kosakata atau pembendaharaan kata yang cukup. Untuk itu dengan mengarang gotong royong siswa akan dilatih dalam membuat kalimat yang akan menjadi sebuah paragraf dalam karangan. Permainan gotong royong tentunya akan dikemas dalam kegiatan menulis proses. Dimana siswa dalam kegiatan menulis proses akan mengalami kegiatan pembelajaran editing, dimana siswa akan saling

mengoreksi hasil karangan dengan teman-temannya. Tahapan ini tentunya dapat membantu siswa dalam meminimalisir terjadinya kesalahan penggunaan ejaan dalam menulis sebuah karangan sederhana. Serta bantuan media gambar seri dan LKS sebagai sumber ajar dapat membantu siswa untuk melatih pemilihan kata yang sesuai dengan EYD yang telah dibakukan.

D. PERUMUSAN DAN PEMECAHAN MASALAH

1. Perumusan Masalah

(9)

bahwa pembelajaran menulis karangan sederhana di kelas III belum berhasil. Tindakan yang dilakukan oleh peneliti adalah menggunakan permainan bahasa mengarang gotong royong, maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut:

a. Bagaimana perencanaan permainan mengarang gotong royong dalam meningkatkan kemampuan pemilihan kata yang sesuai dengan bahasa indonesia yanng baik dan benar dalam menulis karangan sederhana. Pada siswa kelas III SDN Sukaraja I Kecamatan Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang?

b. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran menulis karangan sederhana dalam permainan mengarang gotong royong untuk meningkatkan kemampuan penggunaan ejaan (penggunaan huruf kapital di awal kalimat dan penempatan tanda titik di akhir kalimat) dengan tepat dalam menulis karangan sederhana. Pada siswa kelas III SDN Sukaraja I Kecamatan Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang?

(10)

Berdasarkan hasil penelitian awal yang diperoleh dari lapangan, penulis menemukan adanya permasalahan yang dihadapi oleh siswa kelas III SDN Sukaraja I dalam menulis karangan sederhana dengan memperhatikan pemilihan kata dan penggunaan ejaan.

Siswa yang dinyatakan tuntas dalam pembelajaran menulis karangan sederhana jika dipersentasekan sebanyak 11% sedangkan yang belum tuntas sebanyak 89%. Dimana siswa yang mendapatkan skor 3 untuk pemilihan kata sebannyak 8%, yang mendapatkan skor 2 sebanyak 89%, dan yang mendapatkan skor 1 sebanyak 3%. Dan untuk siswa yang mendapatkan skor 3 untuk penggunaan huruf capital diawal kalimat sebanyak 11%, skor 2 sebanyak 36%, dan skor 1 sebanyak 53%. Serta siswa yang mendapatkan skor 3 untuk ketepatan dalam menempatkan tanda titik di akhir kalimat sebanyak 5%, skor 2 sebanyak 31%, dan skor 1 sebanyak 64%. Hal tersebut membuktikan bahwa kemampuan siswa dalam menulis karangan sederhana perlu ditingkatkan kembali terutama dalam hal pembelajarannya.

2. Pemecahan Masalah

(11)

royong yang akan mampu meningkatkan kemampuan menulis cerita atau karangan sederhana kelas III SDN Sukaraja I. Karena permainan bahasa mengarang gotong royong dapat melatih siswa dalam menulis sebuah karangan yang menggunakan bahasa indonesia yang dan benar. Dimana siswa dalam setiap kelompok akan membuat sebuah kalimat yang sesuai dengan benda yang telah disiapkan oleh guru. Metode permainan bahasa mengarang gotong akan dikemas dalam writing process saat pembelajaran

menulis karangan sederhana.

Tahapan dalam menulis proses menurut Tomkins (Djuanda, 2008: 184) ada beberapa tahapan, yaitu.

1) Pra Menulis (Pre Writing)

Pada tahap pra menulis siswa berusaha mengemukakan apa yang akan mereka tulis. Dalam hal ini guru dapat menggunakan berbagai strategi untuk membantu siswa memperoleh gagasan untuk dituliskan dan memilih tema tulisan. Pra menulis sebagai satu tahapan dari rangkaian proses akan tampak ketika penulis mengenali, menggali, memahami dan menyeleksi pengetahuan awalnya (Prior Knowledge) sesuai dengan topik

tulisannya. Dengan memulai aktivitas-aktivitas tersebut siswa dapat mengeksplorasi gagasan dan dapat memilih atau menentukan.

2) Penyusunan dan Pemaparan Konsep (Drafting)

(12)

3) Merevisi (Revising)

Pada tahap perbaikan siswa membaca kembali tulisannya untuk selanjutnya menambah, mengganti, atau menghilangkan sebagian ide berkaitan dengan penggarapan tulisannya. Siswa diberi kesempatan untuk merevisi kekeliruan yang dibuatnya. Perbaikan tersebut bisa hasil pemikirannya atau hasil diskusi dalam kelompok, balikan dari teman-teman kelompoknya. Siswa bertukar hasil pikirannya berupa draf kasar dengan temannya.

4) Mengedit (Editing)

Mengedit merupakan tahap penyempurnaan tulisan sebelum dipublikasikan. Pada tahap ini siswa mengedit kesalahan mekanikal yang dibuatnya pada menulis draf kasar. Pengeditan lebih diarahkan pada ejaan, tanda baca, dan kesalahan mekanikal lainnya. Dapat dilakukan melalui kelompok. Tulisan siswa bisa diedit oleh siswa lain baik dalam kelompok maupun dalam kelas. Pelaksanaan pengeditan ini siswa bisa dibekali buku-buku teori yang terikat dengan ejaan, misalnya. Ejaan Yang Disempurnakan. Yang terpenting dari ini, siswa harus menyadari kesalahannya sendiri hasil mengoreksinya.

5) Publikasi (Publishing)

Sebagai tahap akhir adalah publikasi, dapat dilakukan melalui kegiatan penugasan untuk membacakan hasil karangan atau ditempel pada majalah dinding sekolah atau di depan kelas. Jadi, publikasi yang dimaksud ialah menyampaikan hasil tulisannya kepada audien, teman, dan orang tua sehingga memperoleh kesadaran bahwa ia adalah pengarang, bahwa apa yang ditulisnya bisa dibaca dan dinikmati orang lain.

Melalui penerapan metode permainan mengarang gotong royong diharapkan dapat mengatasi permasalahan siswa dalam menulis karangan sederhana sehingga kemampuan menulis karangan pada siswa kelas III SDN Sukaraja I meningkat. Dimana kemampuan siswa mengenai pilihan kata, penggunaan huruf kapital, tanda titik, dan tanda koma dalam menulis karangan sederhana di kelas III SDN Sukaraja I dianggap sudah tuntas.

(13)

Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kegiatan pembelajaran menulis karangan sederhana dengan penerapan metode permainan mengarang gotong royong dalam meningkatkan kemampuan penggunaan ejaan yaitu huruf capital diawal kalimat dan tanda titik diakhir kalimat serta penggunaan media gambar seri dalam meningkatkan kemampuan pemilihan kata bahasa indonesia yang baik dan benar dalam menulis karangan sederhana pada siswa kelas III SDN Sukaraja I Kecamatan sumedang Selatan Kabupaten Sumedang. Sedangkan secara khusus bertujuan untuk.

1. Mengetahui perencanaan permainan mengarang gotong royong dalam meningkatkan kemampuan pemilihan kata yang sesuai dengan bahasa indonesia yanng baik dan benar dalam menulis karangan sederhana. Pada siswa kelas III SDN Sukaraja I Kecamatan Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang?

2. Mengetahui pelaksanaan pembelajaran menulis karangan sederhana dalam permainan mengarang gotong royong untuk meningkatkan kemampuan penggunaan ejaan (penggunaan huruf kapital di awal kalimat dan penempatan tanda titik di akhir kalimat) dengan tepat dalam menulis karangan sederhana. Pada siswa kelas III SDN Sukaraja I Kecamatan Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang?

(14)

meningkatkan kemampuan penggunaan ejaan (penggunaan huruf kapital di awal kalimat dan penempatan tanda titik di akhir kalimat) dengan tepat dalam menulis karangan sederhana. Pada siswa kelas III SDN Sukaraja I Kecamatan Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang?

F. MANFAAT HASIL PENELITIAN

Dengan diadakannya penelitian tindakan kelas (PTK) ini, diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut.

1. Bagi Siswa

Dapat mengeluarkan ide/gagasan, pikiran, perasaan, kepada orang lain atau dirinya dengan minat dan kebebasannya, membiasakan untuk menulis karangan pengalaman yang pernah dialamai, belajar mengoreksi kesalahan orang lain pada menulis karangan, dapat mengetahui kesalahan tulisan sendiri, dan dapat meningkatkan kemampuan penggunaan pilihan kata dan ejaan pada kalimat dalam menulis karangan dengan baik dan benar. Dapat bekerja sama dalam membuat sebuah karangan sederhana.

2. Bagi Guru

Dapat menjadi alternatif metode pembelajaran untuk meningkatkan keterampilan menulis karangan sederhana. Sehingga dalam pembelajaran mengarang tidak monoton.

(15)

Dapat memberikan kontribusi dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di tingkat pendidikan.

4. Bagi Peneliti

Sebagai bahan data atau informasi tentang penerapan metode kolaborasi dalam memecahkan masalah pembelajaran menulis karangan sederhana.

G. Batasan Istilah

Batasan istilah perlu dicantumkan agar tidak ada salah persepsi antara penulis dan pembaca serta sebagai penjelas makna kalimat yang dipakai dalam judul proposal penelitian ini. Berikut istilah-istilah yang dipakai dalam penelitian ini.

a. Penerapan adalah proses, cara perbuatan menerapkan, perihal mempraktekkan. (Depdiknas, 2005: 1180)

b. Menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik tersebut. (Suriamiharja, dkk., 1997: 1)

(16)

d. Mengarang gotong royong menurut Djuanda (Kopendas.2009). Tempatkan beberapa benda ke dalam tas atau kotak. Buatlah kelompok belajar. Suruhlah salah seorang siswa pertama wakil dari kelompok mengambil satu benda, dan dia harus membuat kalimat yang berkaitan dengan benda tersebut. Bantulah bila siswa membutuhkan bantuan guru. Kemudian siswa yang lain dalam kelompok yang sama membuat sebuah kalimat dari benda tersebut dan terus sampai siswa yang terakhir dalam kelompok terebut. Permainan ini tentunya melatih keterampilan menulis (menyusun gagasan) dan membuat kalimat.

e. Meningkatkan adalah usaha untuk menaikkan kemampuan, yakni menaikkan kemampuan siswa dalam menulis karangan sederhana.

H. KAJIAN PUSTAKA

a. Kajian Pustaka

Dalam kehidupan sehari-hari kita mengenal dua macam cara berkomunikasi, yaitu komunikasi langsung dan komunikasi tidak langsung. Komunikasi langsung yaitu kegiatan berbicara dan mendengar. Sedangkan komunikasi tidak langsung yaitu kegiatan menulis dan membaca.

(17)

keberhasilan dalam mampelajari semua bidang studi. Pembelajaran bahasa diharapkan membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya, dan budaya orang lain, mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat yang menggunakan bahasa tersebut.

Ruang lingkup mata pelajaran Bahasa Indonesia mencakup komponen kemampuan berbahasa dan bersastra yang meliputi aspek mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. (Depdiknas, 2006: 13). Menulis merupakan salah satu kemampuan yang harus dimiliki oleh siswa Sekolah Dasar. Dengan memiliki kemampuan menulis seseorang dapat mengungkapkan pikiran dan gagasan untuk mencapai maksud dan tujuan. Di bawah ini akan dijelaskan beberapa pengertian menulis menurut para ahli.

a.Pengertian Menulis

Pengertian menulis menurut Djuanda(2008: 180) “menulis adalah suatu proses dan aktivitas melahirkan gagasan, pikiran, perasaan, kepada orang lain atau dirinya melalui media bahasa berupa tulisan”.

(18)

grafis yang menggambarkan suatu bahasa yang dimengerti oleh seseorang”.

Selanjutnya Sabarti Akhaidah, dkk(1996 : 8). mengemukakan bahwa menulis adalah.

1.1) Merupakan suatu bentuk komunikasi

1.2) Merupakan suatu proses pemikiran yang dimulai dengan pemikiran tentang gagasan yang akan disampaikan

1.3) Adalah bentuk komunikasi yang berbeda dengan bercakap-cakap, dalam tulisan tidak terdapat intonasi ekspresi wajah, gerakan fisik, serta situasi yang menyertai percakapan

1.4) Merupakan suatu ragam komunikasi yang perlu dilengkapi dengan ”alat-alat penjelas serta aturan ejaan dan tanda baca 1.5) Merupakan bentuk komunikasi untuk menyampaikan gagasan penulis kepada khalayak pembaca yang dibatasi oleh jarak, tempat, dan waktu.

Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa menulis adalah suatu bentuk komunikasi untuk menyampaikan gagasan, pikiran, dan perasaan seseorang agar dapat dipahami oleh pembaca.

b. Fungsi Menulis

Menurut Tarigan (Djuanda, 2008: 181) menulis memiliki bermacam-macam fungsi yaitu sebagai berikut.

a. Fungsi Penataan

Pada saat seseorang mengarang terjadi penataan terhadap gagasan, pikiran pendapat, imajinasi, dan yang lainnya, serta terhadap penggunaan bahasa untuk mewujudkannya secara tersusun dengan runtut.

b. Fungsi Pengawetan

(19)

misalnya untuk mengungkapkan kehidupan yang terjadi pada zaman dahulu.

c. Fungsi Penciptaan

Dengan mengarang dapat menciptakan sesuatu yang mewujudkan fungsi penciptaan. Begitu pula karangan filsafat dan keilmuan.

d. Fungsi Penyampaian

Penyampaian terjadi bukan saja kepada orang yang berdekatan saja, akan tetapi dengan orang yang berjauhan juga. Dengan demikian fungsi menulis selain sebagai alat untuk berkomunikasi juga berfungsi sebagai penataan, pengawetan, penciptaan, dan penyampaian.

c. Manfaat Menulis

Menurut Akhadiah, dkk. (Djuanda, 2008: 182) ada delapan kegunaan atau manfaat dari menulis, yaitu.

a. Menulis dapat mengenali kemampuan dan potensi dirinya, dengan menulis penulis dapat mengetahui sampai di mana pengetahuannya tentang suatu topik.

b. Penulis dapat terlatih dalam menggunakan berbagai gagasan. Dengan menulis, penulis terpaksa bernalar, menghubungkan, serta membanding-bandingkan fakta untuk mengembangkan berbagai gagasannya.

c. Penulis dapat lebih banyak menyerap, mencari serta menguasai informasi sehubungan dengan topik yang ditulis. Kegiatan menulis dapat memperluas wawasan penulisan secara teoritis mengenai fakta-fakta yang berhubungan.

d. Penulis dapat terlatih dalam mengorganisasikan gagasan secara tesurat.

e. Penulis dapat meninjau serta menilai gagasannya sendiri secara objektif.

f. Dengan menulis sesuatu di atas kertas, penulis akan lebih mudah memecahkan permasalahannya, yaitu dengan menganalisanya secara tersurat dalam konteks yang lebih konkret.

(20)

h. Dengan kegiatan menulis yang terencanakan membiasakan penulis berfikir serta berbahasa secara tertib dan benar.

d.Proses Menulis (Writing Process) Dalam Pembelajaran Menulis

Menurut Tomkins (Djuanda, 2008: 184) ada beberapa tahapan dalam proses menulis yaitu.

a.Pra Menulis (Pre Writing)

Pada tahap pra menulis siswa berusaha mengemukakan apa yang akan mereka tulis. Dalam hal ini guru dapat menggunakan berbagai strategi untuk membantu siswa memperoleh gagasan untuk dituliskan dan memilih tema tulisan. Pra menulis sebagai satu tahapan dari rangkaian proses akan tampak ketika penulis mengenali, menggali, memahami dan menyeleksi pengetahuan awalnya (Prior Knowledge) sesuai

dengan topik tulisannya. Dengan memulai aktivitas-aktivitas tersebut siswa dapat mengeksplorasi gagasan dan dapat memilih atau menentukan.

b.Penyusunan dan Pemaparan Konsep (Drafting)

Tahap ini siswa membuat karangannya dalam bentuk kasar. Dalam tulisan kasar inilah penulis berupaya untuk menarik pembaca dengan tulisannya. Dengan demikian konsep tulisan yang masih kasar ini lebih mengutamakan isi bukan hal-hal yang bersifat mekanis. Siswa dibiarkan menuangkan gagasannya sebebas mungkin, tidak harus terikat dengan ejaan, tanda baca, kesalahan berbahasa, atau kerapihan tulisan. Biarkan siswa menumpahkan gagasan yang ada di kepalanya. Hal ini bertujuan agar siswa tidak ragu-ragu, karena pada tahap merevisi akan diperbaiki, diubah, dan disusun ulang. Untuk membantu siswa mengembangkan ide dan menyusun konsep tulisannya, dapat dilakukan dengan pemetaan pikiran yang sudah dibuatnya pada langkah pra menulis.

c.Merevisi (Revising)

(21)

d.Mengedit (Editing)

Mengedit merupakan tahap penyempurnaan tulisan sebelum dipublikasikan. Pada tahap ini siswa mengedit kesalahan mekanikal yang dibuatnya pada menulis draf kasar. Pengeditan lebih diarahkan pada ejaan, tanda baca, dan kesalahan mekanikal lainnya. Dapat dilakukan melalui kelompok. Tulisan siswa bisa diedit oleh siswa lain baik dalam kelompok maupun dalam kelas. Pelaksanaan pengeditan ini siswa bisa dibekali buku-buku teori yang terikat dengan ejaan, misalnya. Ejaan Yang Disempurnakan. Yang terpenting dari ini, siswa harus menyadari kesalahannya sendiri hasil mengoreksinya.

e.Publikasi (Publishing)

Sebagai tahap akhir adalah publikasi, dapat dilakukan melalui kegiatan penugasan untuk membacakan hasil karangan atau ditempel pada majalah dinding sekolah atau di depan kelas. Jadi, publikasi yang dimaksud ialah menyampaikan hasil tulisannya kepada audien, teman, dan orang tua sehingga memperoleh kesadaran bahwa ia adalah pengarang, bahwa apa yang ditulisnya bisa dibaca dan dinikmati orang lain.

e.Macam-macam Menulis

Menurut Djuanda (2008:183) macam-macam menulis yang dapat diajarkan di sekolah dasar berdasarkan tingkatannya, isi/bentuknya, dan susunannya adalah sebagai berikut:

a. Menurut Tingkatannya

a) Menulis permulaan (kelas 1 dan 2) b) Menulis lanjut (kelas 3 dan 6) b. Menurut Isi/Bentuknya

b.i.1. Karangan Verslag (laporan), umumnya diberikan di kelas rendah; misalnya menceritakan kembali (secara tertulis) apa yang dialami dalam pengajaran lingkungan.

b.i.2. Karangan fantasi; mengeluarkan isi jiwa sendiri (ekspresi jiwa), misalnya : ”Cita-citaku setelah tamat SD”, ”Seandainya Aku Jadi Presiden”.

b.i.3. Karangan reproduksi, umumnya bersifat menceritakan/ menguraikan suatu perkara yang telah dipelajari atau dipahami. b.i.4. Karangan argumentasi; karangan berdasarkan alasan tertentu. Siswa dibiasakan menyatakan pendapat ataupun pikirannya berdasarkan alasan yang tepat.

(22)

c.i.3. Karangan setengah bebas setengah terikat f. Mengarang

a.i.a.1) Pengertian Mengarang

Untuk memulai mengembangkan diri agar dapat mengarang sesuatu melalui tulisan, setiap peminat perlu terlebih dahulu mengerti dan memahami pengertian tentang mengarang.

The Liang Gie(2002:3)menjelaskan bahwa “Mengarang adalah segenap rangkaian kegiatan seseorang mengungkapkan gagasan dan menyampaikannya melalui bahasa tulis kepada masyarakat pembaca untuk dipahami”.

Berdasarkan kutipan di atas, dapat penulis simpulkan bahwa setiap gagasan yang disampaikan melalui tulisan dapat disebut sebagai kegiatan mengarang. Hasil perwujudan gagasan yang tertulis tersebut disebut karangan, dan penulis karangannya disebut sebagai pengarang.

a.i.a.2) Unsur-unsur Mengarang

Mengarang sebagai kegiatan mengungkapkan gagasan-gagasan melalui bahasa tulis meliputi 4 unsur sebagai berikut :

a) Gagasan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:326), “Gagasan adalah hasil pemikiran atau ide”.

(23)

b) Tuturan

Tuturan adalah bentuk pengungkapan gagasan agar karangan dapat dipahami pembaca. Adapun bentuk-bentuk pengungkapan tersebut, dimana keempat unsur tersebut harus saling terkait untuk mewujudkan karangan yang runtut. (The Lian Gie, 2002:4-5), yakni sebagai berikut :

(1.a.a) Penceritaan

Bentuk pengungkapan yang menyampaikan sesuatu peristiwa/pengalaman dalam kerangka urutan waktu kepada pembaca dengan maksud untuk meninggalkan kesan tentang perubahan atau gerak sesuatu dari awal sampai akhir.

(1.a.b) Pelukisan

Bentuk pengungkapan yang menggambarkan berbagai cerapan pengarang dengan segenap inderanya yang bermaksud menimbulkan citra yang sama dalam diri pembaca. Melalui pelukisan itu, pembaca diharapkan dapat mencerap atau mengalami macam-macam hal yang berada dalam susunan ruang (misalnya pemandangan indah, lagu merdu, bunga harum, mangga manis, atau sutra halus).

(1.a.c)Pemaparan

Bentuk pengungkapan yang menyajikan fakta-fakta secara teratur, logis, dan terpadu dengan maksud untuk memberi penjelasan kepada pembaca mengenai suatu ide, persoalan, proses, atau peralatan.

(1.a.d) Perbincangan

Bentuk pengungkapan dengan maksud meyakinkan pembaca agar mengubah pikiran, pendapat, atau sikapnya sesuai dengan yang diharapkan oleh pengarang.

(24)

Tatanan ialah tertib pengaturan dan penyusunan gagasan dengan mengindahkan berbagai asas, aturan, dan teknik sampai merencanakan rangka dan langkah.

d).Wahana

Wahana ialah sarana penghantar gagasan berupa bahasa tulis yang terutama menyangkut kosa kata, gramatika, dan retorika (seni memakai bahasa secara efektif). Untuk dapat menyampaikan gagasan secara lincah dan kuat, seorang penulis perlu memiliki perbendaharaan kata yang memadai, terampil menyusun kata-kata itu menjadi aneka kalimat yang jelas, dan mahir memakai bahasa secara efektif.

a.i.a.3) Tahap-tahap Pembelajaran Mengarang

Menurut Haryadi, dkk. (1996/1997) proses pembelajaran mengarang melalui berbagai tahapan, yaitu.

a). Mencontoh

Mencontoh merupakan aktivitas mekanis, tetapi bukan berarti murid-murid tidak belajar apa-apa. Keuntungan yang dapat diperoleh lewat kegiatan mencontoh, misalnya berlatih menulis dengan tepat sesuai dengan contoh, belajar mengeja dengan tepat, dan membiasakan dan menggunakan bahasa yang baik.

b). Mereproduksi

Kegiatan reproduksi yaitu menulis apa yang telah dipelajari secara lisan dan tulisan. Kegiatan ini diawali dengan kegiatan menyimak atau membaca, dan hasilnya dituangkan dalam bentuk karangan yang disusun dengan kata-katanya sendiri.

(25)

Rekombinasi merupakan latihan menggabungkan beberapa karangan menjadi satu karangan. Sedangkan transformasi ialah mengubah salah satu bentuk karangan ke dalam bentuk karangan yang lain. d) Mengarang Terpimpin

Mengarang terpimpin atau menulis terpimpin dapat dilakukan dengan bantuan gambar dan kerangka karangan.

e). Mengarang Bebas

Mengarang bebas merupakan karangan yang ditulis secara bebas. Sebagai tahap akhir dari pengajaran mengarang dengan cara memberi tugas kepada siswa untuk membuat karangan secara bebas. Namun ada baiknya apabila judul karangan atau tema dan jumlah kata ditentukan oleh guru.

a.i.a.4) Macam-macam Karangan a)Karangan Deskripsi

Karangan deskripsi adalah suatu bentuk karangan yang melukiskan sesuatu sesuai dengan keadaan sebenarnya, sehingga pembaca dapat mencitrai (melihat, mendengar, mencium, dan merasakan) apa yang dilukiskan itu sesuai dengan citra penulisnya. Karangan ini bertujuan untuk menyampaikan kesan-kesan tentang sesuatu, dengan sifat dan gerak-geriknya atau sesuatu yang lain kepada pembaca. Karangan deskripsi merupakan karangan yang disusun untuk melukiskan sesuatu dengan maksud untuk menghidupkan kesan dan daya khayal mendalam pada si pembaca.

b). Karangan Narasi

(26)

maksud memberi arti kepada seluruh atau serentetan kejadian, sehingga pembaca dapat memetik hikmah dari cerita tersebut.

Tujuan menulis narasi adalah untuk:

(1) Memberikan informasi/wawasan dan memperluas pengetahuan

pembaca.

(2) Memberikan pengalaman estetis kepada pembaca.

c) Karangan Eksposisi

Karangan eksposisi adalah suatu bentuk karangan yang bertujuan untuk memberitahu, mengupas, menguraikan atau menerangkaan sesuatu. Dalam karangan eksposisi sesuatu yang dikomunikasikan itu adalah informasi berupa.

(1) Data faktual, tentang sesuatu kondisi yang benar terjadi.

(2) Suatu analisis atau penafsiran yang objektif terhadap

seperangkat fakta.

(3) Fakta tentang pendirian yang khusus dari seseorang.

Gagasan disusun secara teratur sehingga mudah dipahami. Agar karangan eksposisi lebih jelas, disertakan pula gambar, denah, peta dan angka-angka.

d) Karangan Argumentasi

(27)

suatu kesimpulan. Ditulis dengan maksud untuk memberikan alasan, untuk memperkuat atau menolak suatu pendapat, pendirian, atau gagasan. Pada setiap karangan argumentasi selalu kita dapati alasan maupun bantahan yang memperkuat ataupun menolak sesuatu secara sedemikian rupa guna mempengaruhi keyakinan pembaca sehingga berpihak kepada atau sependapat dengan penulis.

e) Karangan Persuasi

Karangan persuasi adalah karangan yang berisi paparan berdaya bujuk, berdaya ajuk, ataupun berdaya himbau yang membangkitkan ketergiuran pembaca untuk meyakini dan menuruti himbauan penulis. Karangan persuasi dimaksudkan bertujuan untuk mempengaruhi pembaca atau mengarahkan pembaca melakukan sesuatu atau sikap tertentu. (Resmini, dkk., 2006)

a.i.a.5) Susunan Karangan

Suriamiharja (1997) mengemukakan bahwa untuk menyusun tulisan diperlukan pengetahuan tentang;

a)Kata

(1) Kata dan Pilihan Kata

Kata adalah unsur bahasa yang diucapkan atau dituliskan yang merupakan perwujudan kesatuan perasaan dan pikiran yang dapat digunakan dalam berbahasa. Kata merupakan salah satu unsur dasar bahasa yang sangat penting. Dengan kata-kata kita berpikir, menyatakan perasaan, serta gagasan.

(28)

Untuk menyampaikan gagasan, pikiran dan perasaan dalam tulisan diperlukan pemilihan kata.

Ada dua hal yang harus diperhatikan sebagai persyaratan pokok dalam memilih kata, yaitu ketepatan dan kesesuaian.

(3) Penggolongan Kata

Kaitannya dengan pilihan kata, kosakata bahasa indonesia dapat digolongkan.

(4) Makna Kata

Secara garis besar makna kata dapat dibedakan atas makna denotasi dan makna konotasi. Makna denotasi ialah konsep dasar yang didukung oleh suatu kata, sedangkan makna konotasi adalah nilai rasa atau gambaran tambahan yang ada di samping denotasi.

b) Kalimat

Kalimat ialah satuan bahasa yang secara relatif berdiri sendiri, mempunyai pola intonasi final dan secara aktual maupun potensial terdiri dari klausa. Kalimat juga turut membangun karangan.

Kalimat efektif dalam bahasa tulis harus.

(1) Secara tepat dapat mewakili gagasan penulis.

(2) Sanggup menimbulkan gagasan yang sama tepatnya dalam

pikiran pembaca seperti yang dipikirkan penulis.

(29)

(1) Pengertian Paragraf

’’Paragraf adalah satuan bahasa yang mengandung satu tema perkembangannya” (Kridalaksana, 1984: 140). ”Paragraf merupakan bagian dari satu karangan (biasanya mengandung satu ide pokok dan dimulai penulisannya dengan garis baru), alinea, tanda” (Muliono (ed.), 1990: 648). ”Paragraf merupakan satu model karangan yang terkecil” (Parera, 1984: 13). ”Paragraf merupakan inti penuangan buah pikiran dalam bentuk karangan” (Akhadiah, dkk., 1991: 144).

g. Metode Pembelajaran 1)Pengertian Metode

Menurut T. Raka Joni (1993) dalam Abimanyu, dkk. (2008: 2-5) mengartikan metode sebagai cara kerja yang bersifat relatif umum yang sesuai untuk mencapai tujuan tertentu. Metode dapat juga diartikan sebagai cara atau jalan menyajikan atau melaksanakan kegiatan untuk mencapai tujuan.

2)Macam-macam Metode Pembelajaran (a.i.a.5.i.a) Metode Ceramah

(30)

(a.i.b) Metode Tanya Jawab

Metode tanya jawab adalah cara penyampaian suatu pelajaran melalui interaksi dua arah dari guru kepada siswa atau dari siswa kepada guru agar diperoleh jawaban kepastian materi melalui jawaban lisan guru atau siswa.

(a.i.c) Metode Diskusi

Sanjaya (2006), dan Sumantri dan Permana (1998/1999) dalam Abimanyu, dkk. (2008) menyatakan bahwa metode diskusi dapat diartikan sebagai siasat untuk menyampaikan bahan pelajaran yang melibatkan siswa secara aktif untuk membicarakan dan menemukan alternatif pemecahan suatu topik bahasan yang bersifat problematis.

(d)Permainan Bahasa

(31)

sebuah pembelajaran dalam bentuk permainan akan membuat siswa didik belajar lebih bermakna.

a. Macam-macam permainan.

1) Bisik berantai, Dimana setiap pemain secara berurutan harus membisikan suatu kalimat kepada pemain berikutnya. Kalimat yang dibisikan itu adalah kalimat yang dibisikkan pemain laiinnya. Tujuan permainan ini adalah untuk melatih anak didik menyimak.

2) Perintah bersyarat, dalam permainan ini pemain harus mengikuti suatu perintah yang diberikan oleh guru dengan syarat-syarat tertentu. Permainan ini bertujuan untuk melatih keterampilan menyimak.

3) Sambung Suku, yang dapat dilaksanakan secara lisan dan tertulis. Dalam permainan ini pemain disuruh menyambung suatu akhir suatu kata yanng menjadi kata baru. Tujuan dari permainan ini adalah untuk memupuk penguasaan kosakata.

(32)

dalam kelompok yang sama membuat sebuah kalimat dari benda tersebut dan terus sampai siswa yang terakhir dalam kelompok terebut. Permainan ini tentunya melatih keterampilan menulis (menyusun gagasan) dan membuat kalimat.

h. Media

a.i.1.a.i.1.1) Pengertian Media

Istilah media berasal dari bahasa latin yang merupakan bentuk jamak dari “medium” yang secara harfiah berarti perantara

atau pengantar. Makna umumnya adalah segala sesuatu yang dapat meyakinkan informasi dari sumber informasi kepada penerima informasi. Terdapat beberapa pengertian media, diantaranya :

a)Mc.Luhan dalam Basuki Wibawa (1992/1993: 7), menjelaskan

bahwa “Media adalah semua saluran pesan yang dapat digunakan sebagai sarana komunikasi dari seseorang ke orang lain yang tidak ada di hadapannya”.

b)Menurut Rimoszowski dalam Basuki Wibawa (1992/1993: 8),

“Media ialah pembawa pesan yang berasal dari suatu sumber pesan (yang dapat berupa orang atau benda) kepada penerima pesan”.

c) AECT (dalam Rahardi, 2003: 9) mengatakan bahwa “media

(33)

d)Angkowo, Robertus, dkk. (2007: 10) menjelaskan bahwa :

Media dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk menyalurkan pesan, merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan siswa sehingga dapat terdorong terlibat dalam proses pembelajaran.

Dari berbagai batasan di atas, dapat penulis simpulkan bahwa media adalah merupakan segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk menyampaikan pesan hingga dapat merangsang pikiran, dapat membangkitkan semangat, perhatian, dan kemauan siswa dalam proses pembelajaran.

a.i.1.a.i.1.2) Manfaat Media

Secara umum, manfaat media dalam proses pembelajaran adalah memperlancar interaksi antara guru dengan siswa sehingga kegiatan pembelajaran lebih efektif dan efisien. Tetapi secara lebih khusus ada beberapa manfaat media yang lebih rinci. Kemp dan Dayton (1985: 15), misalnya mengidentifikasi beberapa manfaat media dalam pembelajaran, yaitu.

a.i.1.a.i.a) Penyampaian materi pembelajaran dapat diseragamkan.

a.i.1.a.i.b) Proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan menarik.

(34)

a.i.1.a.i.d) Efisiensi dalam waktu dan tenaga.

a.i.1.a.i.e) Meningkatkan kualitas hasil belajar siswa.

a.i.1.a.i.f) Media memungkinkan proses belajar dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja.

a.i.1.a.i.g) Media dapat menumbuhkan sikap positif siswa terhadap materi dan proses belajar.

a.i.1.a.i.h) Merubah peran guru ke arah yang lebih positif dan produktif.

a.i.1.a.i.1.3) Jenis-jenis Media

Ada beberapa jenis media pembelajaran yang dapat dipergunakan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, yaitu

a.i.1.a.i.1) Media Audio

Media ini terdiri dari perangkat keras yang berupa alat perekam (tape recorder) dan perangkat lunak yang berupa program dalam pita rekaman. Media ini sangat sesuai untuk melatih keterampilan ekspresi lisan dan menyimak, contohnya radio, tape recorder dan pita audio.

a.i.1.a.i.2) Media Visual

(35)

a.i.1.a.i.3) Media Audio Visual

Media audio visual merupakan perpaduan antara media visual dan media audio. Keduanya dimunculkan bersama-sama untuk mengkomunikasikan program pembelajaran. Contohnya: televisi (TV), film, video.

a.i.1.a.i.4) Media Serba Aneka

Media serba aneka merupakan media pengajaran yang berasal dari potensi di suatu daerah di sekitar sekolah atau di masyarakat yang dapat dimanfaatkan sebagai media pengajaran, contohnya: papan tulis, papan buletin, papan flannel, papan magnetik.

a.i.1.a.i.5) Media Tiga Dimensi

Media tiga dimensi merupakan media yang dapat memberikan suatu perasaan akan realita karena lebih banyak pengertian yang mendalam dan pemahaman yang lebih lengkap akan benda-benda nyata. Contohnya: model dan miniatur, diorama.

a.i.1.a.i.6) Media Gambar

(36)

manusia, peristiwa, benda-benda, tempat, dan sebagainya. Menurut Sudjana, dkk. (2001: 68) dalam Angkoro, Robertus (2007: 26), ”media gambar adalah media yang mengkombinasikan fakta dan gagasan secara jelas dan kuat melalui kombinasi pengungkapan kata-kata dengan gambar-gambar”

Media gambar adalah media yang paling umum dipakai. Media ini berfungsi menyalurkan pesan dari sumber informasi ke penerima pesan. Secara khusus, media gambar berfungsi untuk menarik perhatian, memperjelas sajian ide, mengilustrasikan atau memberi variasi pada fakta yang kemungkinan dilupakan atau diabaikan. Media gambar merupakan media sederhana, mudah dalam pembuatannya, dan ditinjau dari pembiayaan termasuk media yang murah harganya. media gambar atau media grafis terdiri atas gambar, bagan, diagram, grafik, poster, kartu dan komik.

(37)

Penggunaan media gambar yang efektif harus mempunyai tujuan yang jelas, pasti, dan terperinci. Dengan demikian media gambar yang dapat digunakan adalah media gambar yang ada hubungannya dengan pelajaran yang sedang dibahas atau masalah yang dihadapi. (Angkoro, Robertus 2002: 25-28).

Beberapa kelebihan media gambar antara lain.

a.Sifatnya konkrit.

b.Dapat mengatasi batasan ruang, waktu dan indera.

c.Harganya relatif murah serta mudah dibuat dan digunakan dalam pembelajaran di kelas.

Selain kelebihan, media gambar juga memiliki kelemahannya, antara lain.

a. Hanya menekankan persepsi indera mata, ukurannya terbatas, hanya terlihat oleh sekelompok siswa.

b.Jika gambar terlalu komplek, kurang efektif untuk tujuan pembelajaran

i. Ejaan

a.i.1.1) Sejarah Singkat Ejaan

Sejak Bahasa Indonesia dijadikan bahasa nasional, bahasa pengantar, dan bahasa resmi, Bahasa Indonesia sudah mengalami beberapa kali perubahaan ejaan, yaitu.

(38)

b)Pada tahun 1938 Kongres Bahasa Indonesia Pertama. Kongres menyarankan agar ejaan lebih diinternasionalkan.

c) Pada tahun 1945 Kongres Bahasa Indonesia Kedua dibicarakan asal-usul Bahasa Indonesia juga penyusunan peraturan ejaan yang praktis bagi bahasa indonesia.

d)Pada tanggal 19 Maret 1947 Mendikbud menetapkan ejaan Republik sebagai ejaan resmi.

e)Pada tahun 1945 lahir ejaan Melindo (Melayu – Indonesia).

f) Pada tahun 1967 dirumuskan rancangan peraturan ejaan sebagai bahan pengembangan bahasa nasional, Indonesia dan Malaysia. g)Pada tanggal 17 Agustus 1972 diresmikannya EYD (Ejaan Yang

Disempurnakan).(Hoerudin, dkk., 2006)

a.i.1.2) Pemakaian dan Penulisan Huruf

Pemakaian-pemakaian dan penulisan huruf serta penulisan kata menjadi penting dalam bahasa tulis karena penyampaian gagasan dalam bahasa tulis lebih sulit daripada bahasa lisan. Penyampaian gagasan dengan bahasa lisan lebih cepat dipahami karena disertai gerak-gerik, mimik, intonasi, irama, jeda, serta unsur-unsur non bahasa lainnya. Hal semacam itu tidak terdapat di dalam bahasa tulis dan dapat menimbulkan kesalahpahaman (miscommunication). Oleh sebab itu, ejaan dan pungtuasi (tanda

baca) berperan penting menggantikan unsur-unsur non bahasa untuk memperjelas gagasan atau pesan.

(39)

a) Pemakaian Huruf Pemakaian huruf terdiri atas.

(1)Huruf Abjad

Abjad yang digunakan dalam ejaan Bahasa Indonesia ada 26 huruf, yaitu a, b, c, d, e, f, g, h, i, j, k, l, m, n, o, p, q, r, s, t, u, v, w, x, y, dan z.

(2)Huruf Vokal

Huruf yang melambangkan vokal dalam Bahasa Indonesia terdiri atas huruf a, i, u, e, o.

(3)Huruf Konsonan

Huruf yang melambangkan konsonan dalam Bahasa Indonesia terdiri atas b, c, d, f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, y, dan z.

(4)Huruf Diftong

Di dalam bahasa Indonesia terdapat diftong yang dilambangkan dengan ai, au, dan oi.

(5)Gabungan Huruf Konsonan

(40)

b) Pemakaian Huruf Kapital

Huruf kapital atau huruf besar, dipakai sebagai huruf pertama pada.

(1) Awal kalimat. Misalnya: Dia mengamuk

(2) Petikan langsung.Misalnya: Adik bertanya, ”Kapan kita

pulang?”

(3) Dalam ungkapan yang berhubungan dengan nama Tuhan

dan kitab suci, termasuk kata ganti untuk Tuhan. Misalnya: Allah, Yang Mahakuasa.

Nama gelar kehormatan, katurunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang. Misalnya: Sultan Hasanudin. Huruf

kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang tidak diikuti nama orang. Misalnya : Dia baru saja diangkat menjadi sultan.

c) Pemakaian Tanda Baca

(1) Tanda Titik (.)

Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan. Misalnya : Ayahku tinggal di Solo.

2. Hipotesis Tindakan

(41)

metode kolaborasi dan permainan bahasa mengarang gotong royong, maka kemampuan menulis karangan pengalaman siswa kelas III SDN Sukaraja I akan meningkat”.

I. RENCANA DAN PROSEDUR PENELITIAN

1. Rencana Penelitian

a. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilaksanakan di wilayah Sumedang kota yang berdekatan dengan alun-alun kota Sumedang, beralamatkan di jalan empang no.04 tepat bersebrangan dengan pemda kabupaten Sumedang. Tentunya SDN Sukaraja I ini memiliki letak yang sangat strategis karena berada di kawasan Pusat kota sumedang. Lokasi ini dipilih atas pertimbangan bahwa peneliti pernah melakukan observasi di SDN Sukaraja 1, sehingga peneliti tidak merasa ragu untuk memilih lokasi ini.

b. Subjek Penelitian

(42)

penggunaan pilihan kata yang sesuai dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar serta penggunaan ejaan dengan tepat sehingga memerlukan perbaikan sesegera mungkin.

c. Waktu Penelitian

Waktu yang digunakan untuk penelitian ini yaitu sekitar lima bulan yang terhitung dari bulan Februari samapai dengan bulan Juni. Dimana siklus yang akan digunakan dalam penelitian ini sebannyak tiga siklus. Masing-masing siklus akan dilakukan dalam satu kali pertemuan dimana penerapan metode kolaborasi dan penggunaan media gambar akan tercapainya tujuan pembelajaran.

2. Metode dan Desain Penelitian

a. Metode Penelitian

Penelitian yang penulis lakukan bercorak Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Metode yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif sejalan dengan pendapat Bogdan dan Taylor (moleong, 1994: 3) mendefinisikan bahwa, ”Metodologi kualitatif prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati”.

(43)

Pertama, menyesuaikan metode lebih mudah apabila berhadapan dengan kenyataan ganda; kedua, metode ini menyajikan secara langsung hakikat berhubungan antara peneliti dan responden; ketiga, metode ini lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak penajaman pengaruh bersama dan terhadap pola- pola nilai yang dihadapi.

Sedangkan menurut Wiriaatmadja (2005: 10-11), karakteristik penelitian kualitatif adalah sebagai berikut:

1) Penelitian kualitatif berlangsung dalam latar alamiah, tempat kejadian dan perilaku manusia berlangsung;

2) Peneliti adalah instrumen utama penelitian dalam pengumpulan data;

3) Data yang dihasilkan bersifat deskriptif

4) Fokus diarahkan persepsi dan pengalaman partisipan; 5) Proses sama pentingnya dengan produk;

6) Penafsiran dalam pemahaman ideografis, perhatian kepada particular, bukan kepada membuat generalisasi;

7) Memunculkan desain, peneliti mencoba mengkonstruksikan penafsiran dan pemahaman dengan sumber data manusia;

8) Objektifitas dan kebenaran dijungjung tinggi.

Dengan demikian proses dan hasil penelitian yang akan dilakukan penulis akan dideskripsikan dengan jelas dan rinci melalui penggunaan kata-kata dengan bantuan persentase.

b. Desain Penelitian

(44)

Dalam penelitian tindakan kelas ini, peneliti menggunakan spiral Kemmis dan Mc Taggart (Wiriaatmadja, 2005: 66), yaitu model siklus yang dilakukan secara berulang, berkelanjutan artinya semakin lama diharapkan semakin meningkat perubahan atau pencapaian hasilnya. Seperti nampak pada gambar berikut

Gambar 1

Model Spiral Kemmis dan Mc. Taggart

(Wiriaatmadja, 2005: 66)

Secara mendetail Kemmis dan Taggart (Wiriaatmadja: 2006 ) menjelaskan tahap-tahap penelitian tindakan yang dilakukannya adalah sebagai berikut.

1. Tahap perencanaan (plan), Pada tahap ini disusun rancangan strategi

(45)

2. Tahap tindakan (act),pada tahap ini guru mulai mengajukan beberapa

pertanyaan kepada siswa untuk mendorong siswa mengatakan apa yang mereka pahami, dan minati.

3. Tahap pengamatan (observe), pada tahap ini pertanyaan dan jawaban

siswa dicatat atau direkam untuk melihat apa yang sedang terjadi.

4. Tahap refleksi (reflect), pada tahap ini dilakukan pertimbangan baik

buruknya atau berhasil belum berhasilnya tindakan, kemudian dianalisis untuk memberikan arahan bagi perbaikan tindakan selanjutnya.

Pada siklus berikutnya tahapan-tahapan tindakan dilakukan semakin baik sehingga proses pembelajaran dapat dilakukan dengan lebih baik dan tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan optimal.

3. Prosedur Penelitian Tindakan

a. Tahapan Perencanaan

Bagian awal dari rancangan Penelitian Tindakan Kelas berisi rencana tindakan yang akan dilakukan untuk memecahkan masalah yang telah ditetapkan. Menurut Hasan dalam (Kasbolah, 1999: 81) hal-hal yang dilakukan dalam rencana tindakan adalah sebagai berikut.

(46)

dilakukannya tindakan merupakan hal yang sangat penting untuk mengetahui apakah tindakan yang dilakukan sudah berhasil atau belum. Adapun permasalahan dalam penelitian ini adalah rendahnya kemampuan siswa kelas III dalam menulis karangan mengenai penempatan pilihan kata, penggunaan huruf kapital, dan tanda titik. Pada tahapan ini ditetapkan indikator dan deskriptor yang akan dijadikan sebagai acuan dalam mengukur keberhasilan pembelajaran menulis karangan.

b.Tahapan pelaksanaan

Pada tahap pelaksanaan tindakan penelitian ini akan dilaksanakan secara kolaborasi antara praktisi dengan peneliti. Dalam hal ini peneliti mengarahkan praktisi agar tindakannya sesuai dengan perencanaan pembelajaran yang telah disusun. Bersamaan dengan dilakukannya tindakan, peneliti melakukan pengamatan terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan alat pengumpul data, yaitu lembar observasi kinerja guru dan aktivitas siswa serta hasil tindakan dengan menggunakan lembar tes.

(47)

1)Memberikan informasi kepada guru mengenai cara melakukan tindakan atau melatih guru melakukan tindakan sesuai dengan rencana yang telah sisusun dalam RPP.

2)Mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung yang diperlukan di kelas, seperti berbagai jenis media pembelajaran dan peralatan yang diperlukan sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai.

3)Menyiapkan contoh-contoh atau suruhan melakukan tindakan secara jelas misalnya petunjuk yang dirumuskan dalam LKS.

4)Mempersiapkan cara-cara melakukan observasi terhadap hasil yang dicapai dan mempersiapkan segala alat yang diperlukan.

5)Menyusun skenario mengenai segala hal yang akan dilakukan oleh guru, peneliti, dan apa yang akan dikerjakan oleh siswa dalam pelaksanaan tindakan yang sudah direncanakan.

(48)

pengendalian untuk mengontrol pelaksanaan tindakan agar tetap menuju ke arah sasaran yang hendak dicapai.

c. Tahapan Observasi

Tahapan ini terdiri dari proses pengumpulan data dan mencatat segala kegiatan yang bertujuan untuk perbaikan selama tindakan itu berlangsung. Hal ini untuk mengetahui sejauh mana kinerja guru dan aktifitass siswa dalam pembelajaran. Pada tahap ini dilakukan dengan mengisi lembar observasi untuk mengamati segala aktifitas selama kegiatan berlangsung.

d. Tahapan Analisis dan Refleksi

Kegiatan refleksi adalah melakukan evaluasi terhadap keberhasilan dan pencapaian tujuan tindakan. Refleksi tentunya dilakukan untuk mengetahui segala hal yang terjadi dan diperoleh dalam proses dan hasil dalam pembelajaran.

(49)

Hasil data yang sudah dianalisis-sintesis tersebut kemudian melalui proses refleksi ditarik kesimpulan yang mantap dan tajam.

Tahap refleksi sangat penting untuk memberikan gambaran yang jelas tentang hasil tindakan yang telah dilaksanakan. Refleksi juga bermanfaat untuk meningkatkan kemampuan peneliti dalam melakukan penelitian tindakan kelas.

Melalui kegiatan refleksi ini semua unsur yang terlibat/para pelaku (peneliti, praktisi, rekan guru, dan kepala sekolah) mempunyai banyak kesempatan yang sama untuk meningkatkan profesionalismenya dalam memperbaiki proses pembelajaran yang dilakukan dan pelayanan yang diberikan secara berkelanjutan.

Hasil tahap refleksi ini dijadikan sumber untuk melakukan tindakan selanjutnya, yaitu perbaikan dan penyempurnaan dari tindakan sebelumnya. Pada akhirnya refleksi akan menghasilkan dan mendorong dalam merancang rencana-rencana baru untuk perbaikan pembelajaran selanjutnya.

J. INSTRUMEN PENELITIAN

(50)

Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

a.1.a.a.i.1. Format Observasi

Observasi adalah suatu pengumpulan datayang dilakukan dengan cara melakukanpengamatan secara langsung maupun tidak langsung, pada kegiatan-kegiatan yang sedang berlangsung baik di lingkungan sekolah maupun di lingkungan luar sekolah.

Penulis melakukan observasi pada tanggal 3 Desember 2010 dengan melakukan pengamatanterhadap proses pembelajaran bahasa indonesia di kelas IIIB SD Negeri Sukaraja I.

Observasi ini dilakukan untuk mencatat dan mengetahui kinerja guru dan aktivitas siswa kelas III SD Sukaraja 1 dalam Proses pemebelajaran menulis karangan sederhana

Format observasi adalah alat untuk mengetahui aktivitas dan tingkah laku siswa atau guru dalam proses belajar pembelajaran menulis karangan sederhana dengan metode permainan bahasa mengarang gotong-royong

a.1.a.a.i.2. Pedoman Wawancara

(51)

menyiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif jawabannya pun telah disiapkan.

a.1.a.a.i.3. Tes Hasil Belajar

Tes dapat dipandang sebagai teknik dan alat yang paling utama digunakan untuk mengetahui kemampuan atau perilaku siswa sesuai dengan tujuan instruksional yang ingin diukur. Tes dapat memberikan gambaran tingkat intensitas perilaku seseorang baik dibandingkan dengan siswa lainnya maupun dengan tolok ukur tertentu.

K. TEKNIK PENGOLAHAN DATA

1. Pengolahan Data Proses

Pengolahan data dimulai pada saat melakukan refleksi dari setiap siklus yang dilaksanakan dalam penelitian. Proses yang dilakukan yaitu dengan memasukkan data-data yang telah diperoleh dalam proses pembelajaran ke dalam lembar observasi yang memuat kriteria aspek-aspek yang dinilai berdasarkan deskriptor yang telah ditentukan dalam penilaian proses pembelajaran. Adapun penilain proses terdiri dari lembar observasi aktivitas siswa dan lembar observasi kinerja guru. Berikut adalah pengolahan data proses.

(52)

(3) : Jika siswa dapat memberikan pendapat dan pertanyaan saat pembelajaran berlangsung

(2) : Jika siswa dapat memberikan pendapat saja atau pertanyaan saja saat pembelajaran berlangsung

(1) :Jika siswa tidak dapat memberikan pendapat dan pertanyaan saat pembelajaran berlangsung

4.1.a.a.b. Kerjasama

(3) : Jika siswa saling membantu mengoreksi karangan dalam kelompoknya.

(2) :Jika siswa mengoreksi sendiri karangan temannya

(1) :Jika siswa tidak dapat mengoreksi karangan temannya.

4.1.a.a.c. Ketepatan

(3) : Jika siswa dapat menyelesaikan tugasnya dengan tuntas dan

tepat waktu

(2) : Jika siswa dapat menyelesaikan tugasnya dengan tuntas tetapi

tidak tepat waktu

(1) : Jika siswa tidak dapat menyelesaikan tugasnya

(53)

- Pada kolom format aktivitas siswa diisi dengan menggunakan tanda (√) sesuai dengan indikator yang dilaksanakan

- Skor ideal = 9

- Dibuang rentang 3, maka : - Jika skor 7 – 9 = Baik

skor 4 – 6 = Cukup

skor 1 – 3 = Kurang

- Rumus Persentase : % = x 100

X = Jumlah Perolehan Skor

N = Jumlah Siswa Keseluruhan

100 = Angka Baku

2.Pengolahan Data Hasil

(54)

A. Pilihan Kata Pilihan Kata 1

3 jika dalam menulis karangana sederhana terdapat penggunaan bahasa daerah minimal 0-2 kata dari 6 kalimat di awal.

2 jika dalam menulis karangana sederhana terdapat penggunaan bahasa daerah minimal 3-4 kata dari 6 kalimat di awal.

1 jika dalam menulis karangana sederhana terdapat penggunaan bahasa daerah minimal 5-6 kata dari 6 kalimat di awal.

Pilihan Kata 2

3 jika dalam menulis karangan sederhana terdapat pengulangan konjungsi 0-2 kata dari 6 kalimat di awal

2 jika dalam menulis karangan sederhana terdapat pengulangan konjungsi 3-4 kata dari 6 kalimat di awal

1 jika dalam menulis karangan sederhana terdapat pengulangan konjungsi 5-6 kata dari 6 kalimat di awal

Pilihan Kata 3

3 jika dalam menulis karangan sederhana terdapat kesalahan imbuhan 0-2 kata dari 6 kalimat di awal

2 jika dalam menulis karangan sederhana terdapat kesalahan imbuhan 3-4 kata dari 6 kalimat di awal

(55)

B. Penggunaan Huruf Kapital

(3) : jika siswa dalam menulis karangan dapat menggunakan huruf kapital di awal kalimat (minimal enam kalimat di awal).

(2) : jika siswa dalam menulis karangan dapat menggunakan huruf kapital di awal kalimat (minimal empat kalimat di awal).

(1) : jika siswa dalam menulis karangan dapat menggunakan huruf kapital di awal kalimat (minimal dua kalimat di awal).

3. Penempatan tanda titik di akhir kalimat.

(3) : jika siswa dalam menulis karangan dapat menempatkan tanda titik di akhir kalimat dengan tepat(minimal enam kalimat di awal).

(2) : jika siswa dalam menulis karangan dapat menempatkan tanda titik di akhir kalimat dengan tepat(minimal empat kalimat di awal).

(56)

.

Nilai Akhir = X 100

Teknik pengolahan data hasil dilakukan dengan cara sebagai berikut.

a. Menentukan skor dari setiap nomor soal.

b. Menghitung jumlah skor yang diperoleh tiap siswa. c. Memberi nilai angka dengan cara seperti berikut ini.

Nilai akhir=Jumlah Skor yang Benar52 x 100

d. Menghitung persentase ketuntasan dengan cara berikut. Jumlah siswa yang tuntasJumlah siswa seluruhnya x 100%

e. Nilai batas ketuntasan tiap siswa ditetapkan dengan menggunakan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) dengan ketentuan sebagai berikut.

1) Rambu-rambu

1.a.1.a.a) KKM ditetapkan

pada awal tahun pelajaran

1.a.1.a.b) KKM ditetapkan

(57)

1.a.1.a.c) Nilai KKM dinyatakan dalam bentuk bilangan bulat dengan rentang 0-100

1.a.1.a.d) Nilai ketuntasan

belajar maksimal adalah 100

1.a.1.a.e) Kriteria ditetapkan

untuk masing-masing indikator, idealnya berkisar 75%

1.a.1.a.f) Sekolah dapat

menetapakan KKM dibawah kriteria ideal

1.a.1.a.g) Nilai KKM dapat

dicantumkan dalam LHBS sesuai model yang dipilih sekolah

2) Kriteria Penetapan KKM

2.a) Kompleksitas indikator (kesulitan dan kerumitan)

2.b) Daya dukung (sarana/prasarana, kemapuan guru, lingkungan, dan biaya)

2.c)Intake siswa (kemampuan rata-rata siswa)

3) Penafsiran kriteria KKM menjadi nilai KKM

Cara menafsirkan kriteria KKM menjadi nilai KKM dengan tiga cara, yaitu:

3.a) dengan memberikan point pada setiap kriteria

(58)

3.c) dengan memberikan proffesional judgment pada setiap

kriteria

Adapun aturan penentuan KKM yang ditetapkan di SD Negeri Sukaraja 1 dengan tafsiran memberikan point pada setiap

kriteria.

Tabel Point pada setiap Kriteria :

Kriteria Kategori Point

Kompleksitas Tinggi 1

Sedang 2

Rendah 3

Daya Dukung Tinggi 3

Sedang 2

Rendah 1

Intake siswa Tinggi 3

Sedang 2

Rendah 1

Tabel Kriteria KKM menjadi Nilai KKM

(59)

Kompetensi dasar dan Indikator

Komplek sitas

Daya dukung Intake Siswa

Jumlah Bobot Guru Sarpras

Menghitung luas bangun datar sederhana dan menggunakannya dalam pemecahan masalah

2 3 2 2 9 75

Menghitung luas trapesium dan layang-layang

•Menentukan luas layang-layang

(2 + 3 + 2 + 2 ) × 100 = 75 12

Persentase ketuntasan klasikal diperoleh dari :

Jumlah siswa yang mencapai ketuntasan ≥ 75 × 100% Jumlah siswa

L. VALIDASI DATA

(60)

1. Member Check

Member Check adalah meninjau kembali keterangan-keterangan atau

informasi data yang diperoleh selama observasi atau wawancara, dengan cara mengkonfirmasikannya dengan guru, siswa, nara sumber, atau siapapun yang berhubungan dengan penelitian ini melalui kegiatan relatif-kolaboratif pada

setiap akhir kegiatan pembelajaran. Kegiatan ini dilakukan untuk mendapatkan keterangan, informasi, atau penjelasan apakah tetap sifatnya atau tidak berubah sehingga dapat dipastikan keajegan dan kebenarannya. Hal ini berguna untuk memperoleh tanggapan, sanggahan atau informasi tambahan baik dari guru maupun siswa, sehingga terjaring data yang benar dan memiliki derajat validasi

yang tinggi. (Wiriaatmadja, 2006). Contoh pelaksanaannya adalah pada saat peneliti mengecek kembali keterangan atau informasi mengenai penerapan metode kolaborasi baik kelebihan maupun kekurangannya melalui diskusi dengan siswa dan mitra pengamat di sekolah untuk memperoleh kebenaran data yang jelas dan benar adanya.

2.Triangulasi

Trianglasi adalah pemeriksa kebenaran data yang diperoleh peneliti, dengan

membandingkan terhadap hasil yang diperoleh sumber lain yakni guru dan siswa. Tujuannya untuk memperoleh derajat kepercayaan data yang maksimal. Kegiatan triangulasi dalam kegiatan ini dilakukan melalui kegiatan reflektif

kolaboratif antara guru dan peneliti. Selain itu juga dilakukan kegiatan

(61)

kolaborasi. Hasil triangulasi ini kemudian dijabarkan dalam bentuk catatan

lapangan. (Moleong: 2004). Contoh triangulasi dilakukan pada saat peneliti

membandingkan aktifitas guru dan siswa selama proses pembelajaran serta hasil yang dicapai dalam menulis karangan dengan menggunakan metode kolaborasi. Hasilnya dicatat dalam catatan lapangan agar dapat diketahui peningkatannya.

3. Audit Trail

Audit Trail mengecek kebenaran prosedur dan metode pengumpulan data

dengan cara mendiskusikannya dengan guru, pembimbing, peneliti senior, dan teman-teman peneliti untuk mengetahui kesalahan-kesalahan prosedur atau metode yang digunakan peneliti dengan cara memeriksa catatan-catatan yang ditulis oleh peneliti maupun pengamat mitra penelitian lainnya untuk mengambil kesimpulan mengenai tindakan yang telah dilaksanakan. Kegiatan ini dilakukan untuk memperoleh data dengan validasi yang tinggi. (Wiriaatmadja, 2006).

Contohnya, pada saat peneliti melakukan diskusi dengan guru atau pengamat penelitian membahas kesalahan-kesalahan atau kekurangan metode kolaborasi dalam pembelajaran menulis karangan.

4.Expert Opinion

Expert Opinion dilakukan dengan cara mengkonsultasikan hasil temuan

(62)

dipertanggungjawabkan. (Wiriaatmadja, 2006). Sebagai contoh pelaksanaan kegiatan ini adalah peneliti selalu melakukan konsultasi dan bimbingan dengan dosen pembimbing dan guru-guru di sekolah sebagai mitra pengamat penelitan dari mulai tahap perencanaan, pelaksanaan sampai penelitian selesai dilaksanakan.

Berdasarkan penjelasan validasi data di atas, peneliti menggunakan

validasi data yaitu member check dan triangulasi. Validasi data dengan member check digunakan setelah mengobservasi kinerja guru dan aktivitas siswa dalam

pelajaran menulis karangan serta setelah melakukan wawancara guru dan siswa. Peneliti akan memeriksa kembali hasil observasi dan wawancara. Apakah hasil temuan tersebut benar-benar sesuai dengan yang dilakukan atau ada yang belum tercatat dalam observasi dan wawancara.

Validasi data dengan triangulasi dilakukan setelah observasi kinerja guru

dan aktivitas siswa dengan cara peneliti membandingkan dan mendiskusikan hasil observasi tersebut dengan guru yang melakukan observasi di kelas V saat pembelajaran menulis karangan. Validasi data dengan audit trail dilakukan

(63)

M.JADWAL PENELITIAN

Penelitian ini direncanakan memerlukan waktu pelaksanaan selama lima bulan, yaitu mulai bulan februari sampai dengan bulan juni 2011.

NO

Uraian Kegiatan

Januari

2011

Februari

2011

Maret

2011

April

2011

Mei

2011

1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5

1 Pembuatan Proposal

√ √

2 Seminar Proposal

√ √

3 Perencanaan √ √ √

4 Pelaksanaan √ √ √ √

5 Pembuatan Laporan

(64)

N. DAFTAR PUSTAKA

Abimanyu, Solih, dkk. 2008. Strategi Pembelajaran. Jakarta : Depdiknas

Akhadiah, Sabarti, dkk. 1997. Menulis. Jakarta : Depdikbud.

Depdiknas. 2006. KTSP. Jakarta : Depdiknas.

Djuanda, D. (2006). Pembinaan dan Pengembangan Pembelajaran Bahasa danSastra Indonesia. Bandung : UPI Press.

Djuanda, Dadan, dkk. 2008. Pembelajaran Keterampilan Berbahasa Indonesia Di SD. Bandung : Pustaka Latfiah.

(65)

Haryadi-Zamzam. 1997. Peningkatan Keterampilan Berbahasa Indonesia.

Jakarta : Depdikbud.

Hidayat, K., dkk. (1994). Evaluasi Pendidikan dan Penerapan Dalam Pengajaran Bahasa Indonesia. Bandung : Alpabeta

<

Gambar

Gambar 1Model Spiral Kemmis dan Mc. Taggart
Tabel Point pada setiap Kriteria :

Referensi

Dokumen terkait

a) Menjaga gawang dari serangan pemain yang menguasai bola dapat dilakukan dengan memperhatikan sikap awal (steady position) , yaitu dengn memperhatikan sikap kaki dan

Pengaruh pengupasan umbi terhadap sifat fisik, kimia, dan fungsional tepung ubi jalar oranye ( Ipomoea batatas L.. Jurnal Teknosains

Polusi atau pencemaran lingkungan adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat energi, dan atau komponen lain ke dalam lingkungan atau berubahnya tatanan lingkungan

1 Sinus Maksilaris Tumor Jinak Sinonasal Tumor Ganas Sinonasal 2 Sinus Etmoidalis 1 Papiloma Inverted 8.

Realisasi anggaran PSTNT pada tahun 2017 melalui kegiatan Pengembangan Sains dan Teknologi Nuklir Terapan dan Revitalisasi Reaktor Riset sebesar 95,17% dari target dan

Dari hasil analisis data dapat diketahui bahwa : 1) Hasil penelitian telah memenuhi kriteria uji validitas, uji reliabilitas dan uji asumsi klasik dimana tidak terdapat masalah

Sekar yang waktu ini telah berganti nama menjadi Jero Kananga ( jero adalah nama yang harus dipakai perempuan kebanyakan yang menikah dengan lelaki bangsawan), memaksakan

Penulisan skripsi ini dilakukan melalui pendekatan yuridis yaitu pendekatan yang menjadikan peratutan perundang-undangan sebagai rujukan dan pendekatan empiris yaitu