• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makna Simbolik Penggunaan Uis Adat Karo di Desa Lau Tepu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Makna Simbolik Penggunaan Uis Adat Karo di Desa Lau Tepu"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Makna merupakan hubungan antara bahasa dengan dunia luar yang telah disepakati bersama oleh pemakai bahasa sehingga dapat dimengerti (Bolinger dalam Aminuddin, 1981:108).Dengan mempelajari suatu makna pada hakikatnya mempelajari bagaimana setiap pemakai bahasa dalam suatu masyarakat bahasa dapat saling mengerti.

Komunikasi adalah menerjemahkan gagasan ke dalam lambang baik verbal maupun nonverbal.Lambang sering juga disebut simbol. Sobur (2004:157) mengatakan bahwa simbol adalah sesuatu yang digunakan untuk menunjukan sesuatu yang lain berdasarkan kesepakatan kelompok masyarakat.

Simbol merupakan tanda yang hadir karena mempunyai hubungan yang sudahdisepakati bersama atau sudah memilikiperjanjian (arbitrary relation) antara penanda dan petanda, sedangkan dalam Sign, Symbol and Architecture, Charles Sanders Peirce menjelaskan simbol adalah suatu tanda atau gambar yang mengingatkan kita kepada penyerupaan benda yang kompleks yang diartikan sebagai sesuatu yang dipelajari dalam konteks budaya yang lebih spesifik atau lebih khusus.

(2)

semata-mata konstruksikognitif, tetapi juga konstruksi emotif. Simbol merupakan sebuah obyek yang berfungsisebagai sarana untuk mempresentasikan sesuatu hal yang bersifat abstrak misalnya burung merpati yang digunakan sebagai simbol kedamaian.

Simbol sangat penting bagi kehidupan manusia. Cassier (1987:10) mengatakan bahwa manusia adalah animal symbolicum yang artinya manusia merupakan mahluk yang penuh dengan simbol. Hanya dengan menggunakan simbol-simbol, manusia dapat mencapai potensi dan tujuan hidupnya yang tertinggi. Dalam setiap bidang hidup manusia, ungkapan simbolis merupakan jalan menuju kebebasan yang berdaya cipta. Salah satu kebutuhan pokok manusia, seperti dikatakan Sussane K. Langer ( dalam Sobur, 2004: 164) adalah kebutuhan simbolis atau penggunaan lambang. Salah satu sifat dasar manusia menurut Wieman dan Walter adalah kemampuan menggunakan simbol. Hidup agaknya memang digerakan oleh simbol-simbol, karena simbol muncul dalam konteks yang sangat beragam dan digunakan untuk berbagai tujuan.

(3)

Poerwadarminta dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mengatakan bahwa simbol atau lambang adalah semacam tanda, lukisan, perkataan, lencana, dan sebagainya, yang menyatakan sesuatu hal, atau mengandung maksud tertentu. Misalnya warna putih sebagai simbol kesucian.

Berger (2000:23) berpendapat bahwa salah satu karakteristik dari simbol adalah bahwa simbol tidak pernah benar-benar arbitrer. Hal ini bukanya tidak beralasan karena ada ketidaksempurnaan ikatan alamiah antara penanda dan petanda seperti simbol keadilan yang berupa sebuah timbangan tidak dapat digantikan oleh identitas lainnya seperti kenderaan atau kereta.

Dari banyaknya suku di Indonesia. Suku Batak adalah salah satu yang banyak mendiami daerah Sumatera khususnya Sumatera Utara. Batak merupakan salah satu suku bangsa di Indonesia. Nama ini merupakan sebuah tema kolektif untuk mengidentifikasikan beberapa suku bangsa yang bermukim dan berasal dari Tapanuli dan Sumatera Timur, di Sumatera Utara. Suku bangsa yang dikategorikan sebagai Batak adalah: Batak Toba, Batak Karo, Batak Pakpak, Batak Simalungun, Batak Angkola, dan Batak Mandailin. Dengan banyaknya ragam suku Batak mari kita perdalam tentang salah satu suku batak yang cukup besar dan berpengaruh di sumatra Utara yaitu suku Batak Karo.

(4)

Masyarakat adat Karo pada umumnya memiliki banyak simbol dalam adat istiadat.Salah satu simbol yang dimaksud yaitu pada saat penggunaan Uis.Kain adat tradisional Karo (Uis) merupakan pakaian adat yang digunakan dalam kegiatan budaya suku Karo maupun dalam kehidupan sehari-hari. Uis Karo memiliki warna dan motif yang berhubungan dengan penggunaannya atau dengan pelaksanan kegiatan budaya.

Uis dalam kesehari-harinya pada suku karo digunakan pada saat upacara

adat perkawinan,kelahiran, kematian, dan acara resmi pemerintahan setempat, sehingga uis dapat dikatakansebagai kain adat budaya karo. Kain adat tradisional mempunyai arti dan makna tertentu bagimasyarakat setempat, maka dengan ini peneliti ingin mengkaji bentuk uis khas tradisional karo.

(5)

Uis sebagai suatu simbol yang mempunyai pola, ukuran, dan warna yang berbeda. Ketiga unsur tersebut menentukan fungsi dan nilai uis dalam masayrakat. Menurut Firth (dalam Dillistone, 2001:103) sebuah simbol dapat menjadi sarana untuk menegakan tatanan sosial atau untuk mengguggah kepatuhan-kepatuhan sosial. Selain itu, sebuah simbol kadang-kadang dapat memenuhi fungsi yang lebih bersifat privat dan individual, meskipun tidak mudah mengakui adanya nilai dalam sebuah simbol yang tidak mempunyai suatu acuan kepada pengalaman sosial yang lebih luas

Menurut sejarah Uis merupakan simbol yang memiliki makna memberi kehangatan bagi pemakainya, dan juga sarana pelindung yang mampu memberikan perlindungan dan kasih sayang pemberi kepada penerima Uis.Penggunaan Uis pada upacara-upacara tertentu merupakan kajian antropolinguistik.

Antropolinguistik adalah cabang linguistik yang mempelajari variasi dan penggunaan bahasa dalam hubunganya dengan perkembangan waktu, perbedaan tempat komunikasi, sistem kekerabatan, pola-pola kebudayaan lain dari suatu suku bangsa.Antropolinguistik menitikberatkan pada hubungan antara bahasa dan kebudayaan dalam suatu masyarakat. (Sibarani, 2004)

(6)

secaram umum.Ketiga, hubungann antara linguistik sebagai ilmu bahasa dengan antropologi sebagai ilmu budaya (Sibarani, 2004: 52).

Safir-whorf (dalam Chaer, 2007 : 70) mengemukakan bahwa bahasa mempengaruhi kebudayaan. Atau dengan kata lain, bahasa itu mempengaruhi cara berpikir dan bertindak anggota masyarakatnya. Jadi, bahasa itu menguasai cara berpikir dan bertindak manusia, apa yang dilakukan manusia selalu dipengaruhi oleh sifat-sifat bahasanya.

Budaya suatu bangsa adalah gambaran cara hidup masyarakat dari bangsayang bersangkutan. Indonesia terdiri dari beraneka ragam suku (etnis). Masing-masing suku memiliki nilai budaya tersendiri, yang dapat membedakan ciri sukuyang satu dengan yang lainya. Nilai budaya yang dimaksud adalah nilai budayadaerah yang dipandang sebagai satu cara hidup dan dianut pada setiap kelompok.Bangsa Indonesia terdiri dari aneka ragam suku (etnis) yang mempunyai latarbelakang budaya yang beraneka ragam, sehingga bangsa Indonesia terkenaldengan kaya akan budaya, dan dari keanekaragaman tersebut mempunyai latarbelakang yang berbeda pula, setiap suku memiliki ciri khas budaya sendiri.

(7)

dan imajinasi kolektif; dan kebudayaan tradisi mencakup nilai-nilai religi, adatistiadat, dan kebiasaan-kebiasaan; dan kebudayaan fisik mencakup hasil-hasil karya asli yang dimanfaatkan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Dari uraian diatas penulis akan meneliti nilai budayaadat istiadat dan nilai religi. Dengan demikian, peneliti ini akan mengkaji „Makna Simbolik Dalam Penggunaan Uis Adat Karo Di Desa Lau Tepu Kecamatan Salapaian, Kabupaten Langkat‟ .

Menurut pengamatan penulis di desa Lau Tepu masih ada salah satu dusun yang masyarakatnya khusus masyarakat adat Karo. Adat istiadat di sana juga masih sangat kental dengan kebudayaan Karo, seperti penggunaan bahasa Karo dalam kegiatan sehari-hari, juga hal lainya termasuk menggunakan Uis di saat upacara-upacara tertentu adat Karo. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk mengkaji bagaimana makna simbolik dalam penggunaan Uis masyarakat Karo. Hal ini di karenakan keprihatinan penulis terhadap masih banyaknya generasi muda suku Karo yang belum mengetahui apa itu Uis serta makna-makna yang terkandung di dalamnya. Semoga penelitian ini menambah pengetahuan mengenai sebuah tradisi yang ada pada masyarakat suku Karo.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

(8)

1.3 Batasan masalah

Sebuah penelitian harus dibatasi dengan tujuan agar penelitian terarah dan tidak terlalu luas sehingga dapat mencapai tujuan yang diharapkan.ruang lingkup penelitian ini hanya membahas tentang „Makna Simbolik Penggunaan Uis Adat Karo di Desa Lau Tepu‟.

1.4 Tujuan

1. Menjelaskan makna simbolik yang terkandung di dalam Uis Karo di desa Lau Tepu.

2. Menjelaskan nilai-nilai yang terkandung di dalam Uis Karo di desa Lau Tepu.

1.5 Manfaat

Penelitian ini memiliki manfaat baik untuk diri peneliti sendiri maupun orang lain, adapun manfaat yang akan diperoleh dapat dilihat secara teoritis dan juga manfaat praktis sebagai berikut:

1.5.1 Manfaat Teoritis

1. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan teori linguistik, khusunya kajian antropolinguistik.

(9)

1.5.2 Manfaat Praktis

1. Memberikan pengetahuan umum kepada masyarakat tentang fenomena penggunaan Uis yang digunakan masyarakat Karo.

Referensi

Dokumen terkait

untuk melakukan keputusan pembelian di FABRIK Eatery & Bar Bandung. Beberapa strategi yang digunakan dan yang sedang digalakan untuk. meningkatkan keputusan pembelian

Promosi merupakan salah satu variabel di dalam marketing mix yang sangat penting dilaksanakan oleh perusahaan dalam pemasaran produk atau jasanya. Kadang-kadang

bahwa Rancangan Peraturan Daerah tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang diajukan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, merupakan perwujudan

pengetahuan ibu tentang ketepatan imunisasi DPT Combo dan Campak antara responden yang mempunyai tingkat pengetahuan baik, cukup, kurang di Desa Balung

Dengan mengimplementasikan ajaran Ki Hajar Dewantoro dalam pembelajaran matematika, guru bisa menanamkan budaya asli Indonesia, membentuk menjadi manusia yang tangguh

Stabilitas politik nasional memang tidak bisa lepas dari ancaman luar negri termasuk terorisme.dengan adanya kebijakan luar negeri berupa penanggulangan

Kegiatan perbankan terus berkembang seiring dengan perkembangan masyarakat, dimana bank tidak lagi sekedar sebagai tempat seiring dengan perkembangan masyarakat, dimana bank tidak

Keterbatasan penggunaan keterampilan dalam kerangka referensi seseorang, dan kemudian mendorong klien untuk menghadapi (atau berfantasi) kadang kala hal itu sangat