BAB III
KEDUDUKAN INDONESIA DALAM G-20
A. LATAR BELAKANG MASUKNYA INDONESIA KE DALAM G-20 Posisi Indonesia dalam G-20 sangat jelas yaitu mendukung secara penuh wadah formal yang merangkul negara maju dan berkembang.Indonesia menyadari bahwa keterlibatannya dalam G-20 memberi peluang bagi Indonesia untuk semakin mendunia.Inilah saatnya prestasi, produk, budaya dan ide-ide Indonesia semakin menjadi bagian dari dinamika di tingkat global.145
Pemerintah Indonesia mengakui bahwa G-20 adalah forum yang penting dan Indonesia seharusnya berpartisipasi penuh di dalamnya.Ini menjadi dorongan kuat bagi Indonesia untuk memainkan peran serius dalam pertemuan-pertemuan G-20.Bagi Indonesia, G-20 pertama-tama adalah sebuah forum ekonomi yang penting di mana Indonesia dapat mempromosikan kepentingan ekonomi nasionalnya dan berkontribusi pada pembentukan tata kelola ekonomi global.146
Indonesia sendiri sebenarnya sudah menjadi anggota sejak G-20 masih berupa forum menteri keuangan dan gubernur bank sentral. Ketika kapasitas G-20 ditingkatkan menjadi forum kepala negara, yang artinya forum tersebut akan lebih
powerful dan lebih di dengar, Indonesia tetap diundang sebagai anggota. Lain halnya dengan Mesir yang telah menjadi anggota ketika G-20 masih berupa forum menteri keuangan dan gubernur bank sentral, namun tidak menjadi anggota ketika G-20 menjadi forum kepala negara.147
145
Yulius. P. Hermawan, op. cit., hlm. 39. 146
Ibid, hlm. 40. 147
Pemimpin-pemimpin Indonesia mengakui bahwa G-20 bukan saja forum ekonomi, tetapi juga forum yang menjadi tempat pertemuan bagi beragam budaya dan peradaban. Presiden Yudhoyono menyatakan G-20 tidak hanya sebagai
economic powerhouse, tetapi juga sebagai civilation powerhouse dengan alasan sebagai berikut:
“G-20 pertama kali mengakomodasi semua peradaban besar tidak hanya negara-negara Barat, tetapi juga China, Korea Selatan, India, Afrika Selatan, dan lain-lain termasuk tiga negara dengan penduduk Muslim yang besar : Arab Saudi, Turki dan Indonesia. G-7, G-8, atau bahkan Dewan Keamanan PBB tidak membesar-besarkan pemisahan ini.G-20 merupakan perwakilan dari komunitas global multi-peradaban.Mungkin ini yang membuat mengapa G-20 berhasil menahan hancurnya global.Pergeseran dan tindakan terkoordinasi negara-negara G-20 telah memulai stabilisasi sistem finansial kita dan memulihkan kepercayaan menjadi tanda-tanda awal pemulihan ekonomi.”148
Dengan demikian, karena G-20 merupakan suatu forum tempat bergabungnya berbagai peradaban, G-20 menjadi lebih penting lagi bagi Indonesia yang ingin mengambil peran sebagai jembatan perbedaan. Menteri Luar Negeri Indonesia, Marty Natalegawa menekankan bahwa posisi Indonesia dalam G-20 menjadi jalan bagi Indonesia untuk memperluas jaringan diplomasi dan pada saat yang sama membantu memecahkan masalah yang dunia sedang hadapi. G-20 yang secara definisi adalah suatu kelompok terbatas, di mana Indonesia menjadi anggota tetap, menjadi alat untuk menampilkan sosok Indonesia sebagai pemain yang berpengaruh di level dunia.149
148
Pidato Presiden Dr. Susilo Bambang Yudhoyono “Towards Harmony Among
Civilizations” sebagaimana dimuat dalam
pada tanggal 3 Februari 2017. 149
Yulius dalam bukunya “Peran Indonesia dalam G-20: Latar Belakang, Peran dan Tujuan Keanggotaan Indonesia” mengemukakan latar belakang Indonesia bergabung dalam G-20 yaitu:
1. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang karena pertumbuhan ekonominya tercatat cukup penting di antara negara-negara berkembang lainnya dimasukkan dalam kategori emerging economy; sebagai
emerging economy Indonesia mendapat hak istimewa untuk duduk dalam klub tersebut.
2. Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terbesar keempat setelah China, Amerika Serikat dan India.
3. Mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam dan karenanya dapat memainkan peran potensial untuk menjembatani perbedaan-perbedaan di antara peradaban dunia. Kehadiran Indonesia sebagai negara dengan mayoritas Muslim memberikan citra positif bagi G-20 terutama untuk menangkis persepsi negatif dari clash of civilization (benturan peradaban) antara peradaban Barat dan Islam. G-20 menunjukkan bahwa Barat siap bekerjasama dengan negara-negara Islam.
4. Indonesia merupakan negara demokrasi baru yang dalam proses konsolidasi. Keanggotaan Indonesia dapat memberikan inspirasi ke negara-negara lain untuk mempromosikan demokrasi dan mempertahankan pertumbuhan ekonomi tinggi.
berkembang yang di masa lalu pernah terpuruk oleh krisis ekonomi yang dahsyat dan kini telah berhasil mengatasinya dengan relatif baik.150
Keunikan ini diyakini menjadi alasan kuat dipilihnya Indonesia dalam G-20. Selain potensinya sebagai global buyer yang besar di dunia karena jumlah penduduknya yang besar, pertumbuhan ekonomi Indonesia yang stabil akan berdampak sistemik ke stabilitas pertumbuhan ekonomi negara-negara di kawasan Asia Tenggara, dan lebih lanjut memberikan kontribusi stabilitas perekonomian di Asia dan dunia. Keberhasilan Indonesia akan menjadi model yang menarik pula bagi penguatan sistem demokrasi liberal di dunia. Memiliki sejumlah keunikan ini tugas Indonesia menjadi ganda.Selain memperjuangkan kepentingan nasionalnya, Indonesia diharapkan dapat memadukan kepentingan negara-negara berkembang secara umum dan kepentingan-kepentingan negara-negara di Asia Tenggara.151
Selain itu, keanggotaan Indonesia dalam G-20 sekiranya disebabkan karena ada empat hal, yaitu: 1. Gross Domestic Product (GDP) atau Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia yang cukup tinggi; 2. konstelasi kekuatan ekonomi yang telah berubah; 3. dibutuhkannya koordinasi antara major power
dan emerging market seperti Indonesia; dan 4. pengaruh Indonesia yang semakin besar dan luas.152
1. Gross Domestic Product (GDP) atau Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia.
PDB adalah salah satu indikator utama yang digunakan untuk mengukur kesehatan ekonomi suatu negara.Di tengah badai krisis finansial global,
150
Ibid, hlm.v-vi. 151
Ibid. 152
ketika sebagian besar negara-negara maju dan berkembang mengalami dampak yang signifikan dengan melambannya laju pertumbuhan PDB, Indonesia tetap stabil menjaga laju pertumbuhan PDB-nya. Indonesia mampu bertahan di angka rata-rata pertumbuhan PDB 6% sejak tahun 2007, walaupun sempat turun sedikit ke angka 4,5% tetapi Indonesia jauh lebih baik dari negara-negara maju sebagian besar negara berkembang lainnya, termasuk negara-negara ASEAN. Padahal pada krisis finansial 1998-1999 PDB Indonesia jatuh hingga angka -13%.Pertumbuhan PDB Indonesia adalah yang tercepat di Asia, setelah China dan India, bahkan di dunia.Hal tersebut karena kuatnya fundamental ekonomi Indonesia pasca reformasi birokrasi Kementerian Keuangan.Pertumbuhan Indonesia juga didukung oleh kondisi politik dan keamanan yang relatif stabil.Kondisi demikian yang membuat iklim investasi Indonesia semakin membaik.Hingga kini Indonesia ada di urutan ke-20 negara tujuan investasi asing langsung. Banyak pengamat ekonomi nasional dan internasional memprediksi bahwa angka pertumbuhan PDB Indonesia akan terus naik dari tahun ke tahun.153
2. Berubahnya konstelasi kekuatan ekonomi dunia.
Di abad 21 ini kekuatan ekonomi dunia tidak lagi di dominasi oleh negara-negara maju seperti AS, Uni Eropa, dan Jepang. Telah muncul kekuatan-kekuatan baru dari negara berkembang sebagai new emerging market, seperti China, India, Brazil, Turki, Afrika Selatan dan sebagainya termasuk Indonesia. Para pakar ekonomi internasional percaya bahwa negara-negara industri baru tersebut berpotensi menggeser kekuatan negara-negara mapan
153
dalam ekonomi dunia. Untuk negara Brazil, Rusia, India, dan China (BRIC), secara global omset mereka mencapai 15% dari seluruh ekonomi dunia, 13% melalui perdagangan global. Mereka hamper 3 triliun dolar AS atau 40% dari total seluruh cadangan devisa dunia. Itu hanya BRIC, belum jika ditambah negara-negara berkembang lainnya, seperti Indonesia, Turki, Korea Selatan, Meksiko, Afrika Selatan, Argentina, dan Arab Saudi. Sementara, perekonomian negara-negara industri maju semakin terpuruk ketika krisis 2008 dan mencapai puncaknya pada 2009.154
3. Dibutuhkannya koordinasi antara major power dan emerging power.
Dengan semakin teredukasinya kekuatan dan peran negara-negara maju, serta semakin meningkatnya kekuatan dan peran negara-negara berkembang, maka dibutuhkan koordinasi dan kolaborasi antar keduanya untuk mengatasi krisis finansial global.Biasanya dalam mengatasi berbagai masalah perekonomian dunia, baik perdagangan maupun keuangan, negara-negara maju yang tergabung dalam G-8 selalu berinisiatif dan saling berkoordinasi untuk mengatasi masalah tersebut.Dengan koordinasi dan kolaborasi, kemudian terbentuk G-20 yang menghimpun hampir seluruh total PDB dan perdagangan dunia dan lebih dari setengah total populasi dunia. Dengan kapasitas G-20 akan lebih capable dan suaranya akan lebih di dengar dan lebih memiliki posisi tawar dengan lembaga-lembaga perekonomian lain, seperti WTO, IMF, dan Bank Dunia. Diharapkan dengan berkoordinasinya
major power dengan emerging power dapat mengatasi krisis ekonomi yang
154
sedang terjadi, merehabilitasi kondisi pasca krisis, serta mencegah terjadinya krisis yang berkelanjutan dan semakin besar.155
4. Pengaruh Indonesia yang semakin besar dan luas.
Keanggotaan Indonesia di G-20 mencerminkan pengaruh Indonesia yang semakin meningkat di dunia internasional.Dalam beberapa forum internasional, Indonesia tidak hanya membawa kepentingan nasionalnya saja, tetapi membawa kepentingan negara-negara berkembang lainnya, terutama ASEAN.Peran internasional Indonesia juga semakin meningkat terlihat dari politik luar negerinya selalu aktif dalam merespon isu-isu internasional.Indonesia juga merupakan pemain utama dalam upaya memajukan dan menjaga stabilitas di kawasan.Dengan melihat peran dan pengaruh Indonesia yang semakin besar dan luas tersebut, Indonesia juga diharapkan mampu berkontribusi aktif dalam upaya mengatasi, merehabilitasi, dan mencegah krisis ekonomi global.156
Sebagai hasil partisipasi aktif di G-20, Indonesia telah berhasil memetik beberapa manfaat konkret, antara lain: (i) Indonesia masuk sebagai anggota baru
Financial Stability Forum (FSF) yang merupakan standard setting body bagi sistem keuangan; (ii) Indonesia telah mendapatkan Deferred Drawdown Option
(DDO) dari Bank Dunia, Bank Pembangunan Asia (ADB), Jepang, dan Australia bagi program pengentasan masyarakat dari kemiskinan dan infrastruktur yang kemudian menjadi model bagi GESF; (iii) G-20 yang merupakan pemegang saham terbesar di ADB atas inisiatif Indonesia berhasil meningkatkan permodalan ADB guna mendorong pembangunan di kawasan Asia; dan (iv) negara maju
155
Ibid, hlm. 52. 156
berkomitmen untuk memberikan peningkatan kapasitas bagi penegmbangan sektor keuangan di negara berkembang. Terdapat juga manfaat non-keuangan, seperti komitmen G-20 untuk menjamin dan melindungi hak pekerja migran.157
B. PERKEMBANGAN G-20 SAAT INI
Pada tanggal 4 dan 5 September 2016, Presiden Jokowi menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi yang digelar di Hangzhou International Expo Center (HIEC), di Hangzhou, China, dengan didampingi oleh Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, Menteri Keuangan Sri Mulyani dan Menteri Sekertaris Kabinet Pramono Anung.158
Presiden China Xi Jinping telah mengarahkan bahwa tema KTT G20 di Hangzhou adalah inovasi, keterhubungan dan pembangunan ekonomi dunia yang inklusif, berdasarkan kebutuhan masing-masing negara guna mendukung pertumbuhan ekonomi dunia yang lebih stabil dan berkelanjutan, di tengah situasi yang kurang mendukung.159
Para pemimpin dunia yang tergabung dalam kelompok 20 ekonomi utama (G20) berkumpul di Hangzhou, Tiongkok.160
157
Anggito Abimanyu, op.cit.,hlm. 214.
Selain 20 negara anggota, KTT kali ini juga diikuti oleh beberapa negara tamu, yakni Spanyol, Chad, Mesir, Kazakhstan, Laos, Senegal, Singapura dan Thailand. Tak ketinggalan, sejumlah pimpinan organisasi internasional maupun perwakilannya juga hadir, seperti PBB,
158
Pesan Jokowi di KTT 2016 Hangzhou Menginspirasi Pemimpin-Pemimpin Negara,
sebagiamana dimuat dala
159
China Targetkan Tiga Hal Pada KTT G20, sebagaimana dimuat dalam
160
Isi Pidato Jokowi, Peran Indonesia di G20, sebagaimana dimuat dalam
Bank Dunia, Organisasi Buruh Internasional (ILO), Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), Dana Moneter Internasional (IMF), dan lainnya.161
Dalam KTT tersebut Jokowi akan membawa isu tiga pilar, yakni inovasi, revolusi industri baru, dan ekonomi digital.Jokowi juga menyampaikan ide tentang sistem perpajakan nasional, kerjasama di bidang pemberantasan korupsi, juga mengangkat isu penanganan terorisme.Ada pun cara yang disarankan oleh Presiden Jokowi ialah dengan menggalakkan pembangunan infrastruktur serta meningkatkan kerja sama teknologi ramah lingkungan dan mengurangi kesenjangan teknologi, melibatkan sektor swasta, masyarakat sipil, dan organisasi, memberlakukan berbagai kebijakan dalam negeri untuk memastikan ketahanan pangan, serta akses kepada pendidikan dan kesehatan.162
Dalam hal memerangi tindak pidana korupsi, Jokowi menjelaskan bentuk-bentuk yang telah dilaksanakan oleh pemerintahannya mulai dari mendorong transparansi anggaran, penegakan hukum, hingga sosialisasi nilai-nilai antikorupsi di masyarakat.163
Dalam hal penanganan terorisme merupakan salah satu faktor penentu ekonomi dunia, dengan cara terbaik yaitu dengan mengedepankan 'smart approach', yakni menyeimbangkan pendekatan antara ‘soft power’ dan ‘hard power’, karena dengan pendekatan kekuatan militer selama ini terbukti tidak
161
KTT G20 2016 Dimulai, Presiden Jokowi Jadi Pembicara Utama di Sesi 2,
sebagaimana dimuat dalam
162
Pesan Jokowi di KTT 2016 Hangzhou Menginspirasi Pemimpin-Pemimpin Negara, loc. cit.
163
Jokowi Minta Negara G-20 Contoh Indonesia Dalam Memberantas Korupsi,
sebagaimana dimuat dalam
cukup ampuh untuk memberantas terorisme yang masih terjadi menimpa negara-negara G20, seperti Perancis, Turki, bahkan Indonesia.164
1. Dapat berperan lebih dalam menciptakan pertumbuhan ekonomi global yang lebih stabil;
Wakil Menteri Luar Negeri China, Li Baodong mengatakan bahwa dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G-20, China menetapkan target utama yang akan dicapai yaitu:
2. Memperkuat kerjasama dan kemitraan internasional di bidang ekonomi untuk bersama-sama menghadapi tantangan dan resiko ekonomi dunia yang masih mengalami kelesuan serta tekanan;
3. Inovasi membangun kelembagaan dan menciptakan landasan mekanisme bersama, untuk penanganan krisis dalam pemerintahan jangka panjang.165
Wakil Menteri Luar Negeri China Li Baodong, mengatakan, KTT G20 adalah forum ekonomi, membahas tentang situasi ekonomi dunia yang saat ini sedang kita hadapi bersama, bukan membahas isu lain. Ia menekankan situasi ekonomi global masih dalam kondisi lesu dan tidak menentu sebaiknyafokus pada situasi ekonomi global yang masih tidak menentu dan mengalami perlambatan dan jangan memasukkan isu lain yang tidak relevan.166
KTT G-20 ini menghasilkan Rencana Aksi Hangzhou.Para pemimpin negara-negara ekonomi utama di dalam G-20 sepakat menggunakan alat kebijakan ganda termasuk reformasi fiskal, moneter dan struktural untuk menghindari risiko jangka pendek dan meneliti potensi pertumbuhan jangka
164
Pesan Jokowi di KTT 2016 Hangzhou Menginspirasi Pemimpin-Pemimpin Negara, loc. cit.
165
China Targetkan Tiga Hal Pada KTT G20, loc. cit. 166
menengah dan jangka panjang. Negara-negara G-20 harus bekerja sama untuk mengkoordinasikan kebijakan makro mereka dengan jauh lebih erat dan me-ngimplementasikan Rencana Aksi Hangzhou. Kebijakan-kebijakan yang mestinya tidak hanya memperbanyak jumlah permintaan tapi juga memperbaiki kualitas suplai.167
Sebuah komunike ditetapkan, yang mengklarifikasi arah pembangunan, target, langkah-langkah kerja sama G-20, sementara Konsensus Hangzhou dicapai tentang usaha memfasilitasi pertumbuhan ekonomi dunia melalui berbagai langkah jangka panjang, komprehensif, terbuka, inovatif dan inklusif. Para anggota G-20 juga menyetujui pengembangan kampanye anti-korupsi termasuk pembentukan pusat riset tentang repatriasi buronan dan pemulihan aset di Tiongkok.Para pemimpin G20 juga sepakat untuk melanjutkan usaha mendorong reformasi kuota dan hak suara di lembaga-lembaga keuangan internasional.168
Tercapainya hasil-hasil tersebut telah mencerminkan keinginan bersama para anggota G-20 tentang peningkatan kerja sama anti korupsi, khususnya dalam
KTT G-20 Hangzhou yang digelar pada 4-5 September telah meluluskan beberapa dokumen tentang pemberantasan korupsi, antara lain, Prinsip Tingkat Tinggi tentang pemberantasan korupsi, mendirikan pusat anti korupsi di Tiongkok dan program aksi anti korupsi kelompok G-20 pada 2017-2018. Ini menandakan bahwa kerja sama internasional dalam masalah pemberantasan korupsi telah mencapai hasil penting.
167
KTT G20 Hasilkan Rencana Aksi Hangzhou, sebagaimana dimuat dalam
pengejaran buronan dan pengembalian aset negara yang dibawa lari ke luar negeri. Ini menandakan bahwa Tiongkok telah mengayunkan satu langkah yang penting menuju pembentukan pola kerja sama baru dalam bidang anti korupsi internasional.
Prinsip Tingkat Tinggi tentang Pemberantasan Korupsi yang dirancang oleh Tiongkok diterima secara bulat oleh berbagai pihak. Dokumen itu merupakan dokumen anti korupsi yang mempunyai pengaruh luas di bawah mekanisme kerja sama utama dunia.
Selain Prinsip Tingkat Tinggi, Program Aksi Anti Korupsi serta pembentukan Pusat Anti Korupsi G-20 di Tiongkok juga adalah hasil penting yang dicapai dalam KTT kali ini. Di antaranya, Program Aksi merupakan rencana aksi dalam waktu dekat, Prinsip Tingkat Tinggi merupakan dokumen pedoman konkret dan Pusat Anti Korupsi akan bertugas menyusun program pemberantasan pada masa mendatang. Peningkatan upaya anti korupsi merupakan kesepahaman politik masyarakat internasional, sekaligus salah satu topik penting bagi kelompok G-20. Tercapainya hasil-hasil tersebut menandakan kerja sama internasional dalam pemberantasan korupsi telah memasuki tahap perkembangan yang baru.169
Di tahun 2016, pembahasan yang mengemuka pada KTT G20 antara lain:170
1. Strengthening Policy Coordination and Breaking a New Path for Growth
169
KTT G20 Hangzhou Capai Hasil Dalam Pemberantasan Korupsi, sebagaimana dimuat
dalam
2017. 170
Sherpa G20, KTT, sebagaimana dimuat dalam
a. Pentingnya mencapai target pertumbuhan global sebesar 2% pada 2018 melalui peningkatan produktifitas ekonomi dengan memanfaatkan sumber-sumber alternatif baru (inovasi, revolusi industri baru, dan ekonomi digital); dan
b. Pentingnya negara-negara G20 untuk melakukan collective actions dan memperkuat koordinasi kebijakan (fiskal, moneter dan reformasi struktural) guna meningkatkan pertumbuhan global dan menghindari low growth trap.
2. More Effective and Efficient Global Economic and Financial Governance
a. Penguatan arsitektur keuangan internasional guna meningkatkan ketahanan ekonomi global;
b. Kerja sama perpajakan internasional untuk mewujudkan sistem perpajakan yang adil dan modern;
c. Pengaruh korupsi dan aliran keuangan yang tidak wajar terhadap pertumbuhan ekonomi; dan
d. Penerapan tata kelola energi yang lebih efektif dan berkelanjutan, khususnya menyangkut energy access, energy efficiency dan renewable energy.
3. Robust International Trade and Investment
a. Pentingnya keterbukaan ekonomi dan dukungan terhadap multilateral trading system (MTS);
b. Mendorong global value chains (GVCs) yang inklusif; dan
4. Inclusive and Interconnected Development
Pentingnya upaya bersama untuk mewujudkan implementasi Agenda 2030 5. Other Issues Affecting World Economy
Dampak terorisme, anti-microbial resistence (AMR), dan pengungsi terhadap upaya mencapai pertumbuhan yang berkelanjutan serta upaya mengatasinya.
Pada KTT G20 tahun 2016, para Kepala Pemerintahan/Negara menyepakati G-20 Leaders’ Communique Hangzhou Summitdan meng-endorse 28 outcome documents, termasuk berbagai rencana aksi untuk implementasi komitmen yang dihasilkan.171
C. KEPENTINGAN-KEPENTINGAN INDONESIA DALAM G-20 Manfaat G-20 sangat besar bagi Indonesia tidak hanya untuk mengukil posisi kita di antara negara berkembang lainnya, tetapi terlebih karena posisi Indonesia bisa secara langsung berpartisipasi dalam membentuk arsitektur ekonomi dan finansial global sesuai dengan kepentingan Indonesia. Banyak hal yang menjadi kepentingan Indonesia sendiri di G-20 adalah untuk: (i) memitigasi dampak krisis terhadap Indonesia dan negara berkembang yang secara tidak adil terkena dampak dari krisis yang bermula di negara maju melalui penurunan aliran modal ke negara berkembang yang menghambat proses pembangunan dan pencapaian tujuan pembangunan millennium (MDGs); (ii) mengamankan posisi Indonesia dan negara berkembang di dalam sistem ekonomi dan finansial global yang baru dengan mencegah terbentuknya standard regulasi yang berpotensi merugikan perkembangan sektor keuangan dan sebaliknya justru mengupayakan
171
agar sistem yang baru mendukung pengembangannya; (iii) mendorong dilakukannya reformasi lembaga keuangan internasional melalui peningkatan keterwakilan negara berkembang dalam proses governance.
Sebagai implementasi, Indonesia secara konsisten memperjuangkan dibentuknya instrumen pendanaan yang murah, bersifat tanpa persyaratan dan percepatan pencairan yang diperuntukkan bagi negara berkembang dengan kerangka kebijakan dan fundamental yang baik seperti Indonesia.172
1. Pembangunan Nasional
Keanggotaan Indonesia dalam G-20 juga memiliki misi untuk meraih kepentingan nasionalnya. Berikut ini adalah kepentingan Indonesia dalam keanggotaannya di G-20, yang diurutkan berdasar yang paling potensial:
Pembangunan ekonomi nasional ini dapat diraih dari dampak yang diberikan oleh G-20. Keuntungan G-20 dalam bidang pembangunan ekonomi, yaitu mempromosikan pemulihan ekonomi melalui stimulus ekonomi/fiskal yang terkoordinasi dengan baik; mencegah munculnya proteksionisme melalui monitoring laporan WTO; meningkatkan modal Bank Dunia melalui
General Capital Increase (GCI); mempromosikan reformasi kuota IMF sebesar 6% dari negara yang over-represented ke negara yang under-represented, termasuk emerging market dan negara berkembang; dan dengan kapasitas kekuatan ekonominya, G-20 mampu menjadi penggerak utama untuk berbagai isu yang belum terselesaikan.173
a. Mempromosikan Pemulihan Ekonomi Melalui Stimulus Ekonomi/Fiskal yang Terkoordinasi dengan Baik.
172
Anggito Abimanyu, op.cit.,hlm. 212-213. 173
Berdasarkan data yang dimiliki Bank Indonesia, dampak krisis manusia global ke Indonesia lebih banyak ditransmisikan lewat jalur perdagangan atau makroekonomi dibandingkan jalur finansial. Kurang kuatnya intensitas dampak krisis melalui jalur finansial secara langsung antara lain disebabkan oleh rendahnya penempatan dana perbankan atau lembaga keuangan domestik terhadap aset-aset bermasalah dari pasar finansial global. Hal ini tidak terlepas dari berbagai peraturan Bank Indonesia yang menerapkan sejumlah batasan terhadap aktivitas yang dilakukan perbankan.174
Sektor-sektor yang paling terkena imbas krisis global adalah sektor yang mengandalkan permintaan eksternal, seperti manufaktur, pertanian, dan pertambangan. Terpukulnya kinerja sektor-sektor ini pada akhirnya Cukup signifikannya dampak krisis melalui jalur perdagangan ini tidak terlepas dari karakteristik ekspor Indonesia yang didominasi oleh komoditas primer dan negara tujuan ekspor.Struktur ekspor yang terkait dengan ketergantungan terhadap komoditas primer yang secara umum masih didominasi oleh minyak bumi, gas alam, dan tekstil. Dalam konteks negara tujuan ekspor, pasar utama ekspor Indonesia cenderung terkonsentrasi pada sejumlah negara, di mana lebih dari separuh pangsa ekspor tertuju ke empat sampai lima negara saja. Selama tahun 2000-2007, mitra dagang utama Indonesia meliputi Jepang, AS, Singapura, Korea Selatan, dan China.
174
akan berujung pada gelombang pemutusan hubungan kerja175
b. Mencegah Munculnya Proteksionisme melalui Monitoring Laporan WTO. jika tidak adanya koordinasi antara major power dan emerging power untuk mengatasi krisis finansial global ini.
Belajar dari great depression 1930, di saat resesi terjadi di sektor finansial, negara-negara yang mengalami krisis justru saling berlomba-lomba melakukan proteksionisme perdagangan untuk mengakali krisis yang terjadi. Alhasil, everybody lose. Jika semua negara saling melakukan proteksi, kegiatan perdagangan internasional akan lumpuh dan krisis semakin meluas. Oleh karena itu, wajib bagi G-20 melakukan koordinasi guna mencegah munculnya proteksionisme melalui monitoring WTO.G-20 yang menghimpun 85% perdagangan dunia, jika kompak bersuara di WTO, maka secara tidak langsung keputusan WTO ditentukan oleh G-20. c. Meningkatkan Modal Bank Dunia Melalui General Capital Increase
(CGI).
Melalui koordinasi dan kolaborasi antar negara major power dan
emerging market, G-20 telah berhasil meningkatkan modal Bank Dunia sebesar 3,5 milyar dollar AS, dan akan terus meningkat hingga 58,4 milyar dollar AS sesuai dengan yang telah disepakati bersama di G-20. Peningkatan modal ini akan dialokasikan dan akan sangat membantu kinerja International Bank for Reconstruction and Development (IBRD) dan International Development Association (IDA), sebagai lembaga di bawah kelompok Bank Dunia, untuk kembali membantu negara-negara
175
anggotanya ke tingkat pinjaman seperti sebelum krisis. IBRD bertanggung jawab mendukung negara-negara berpenghasilan menengah melalui pinjaman, jaminan dan nasihat atau tinjauan.Sedangkan IDA bertanggungjawab mendukung negara-negara termiskin di dunia melalui pinjaman lunak, hibah, dan jaminan. Hal-hal tersebut tentu saja akan sangat membantu Indonesia dan negara-negara tujuan ekspor Indonesia.176
d. Mempromosikan Reformasi Kuota IMF sebesar 6% dari Negara yang
Over-represented ke Negara yang Under-represented.
Segala keputusan dan kebijakan IMF adalah ditentukan oleh negara-negara anggotanya. Meskipun hampir semua negara-negara di dunia adalah anggota, IMF didikte oleh negara-negara maju, yaitu AS, Jepang, Jerman, Inggris, Perancis, Kanada, dan Italia atau lebih dikenal dengan G-7. G-7 memegang lebih dari 40% saham dan suara di IMF.Hal ini sangat tidak menguntungkan negara-negara lainnya, terutama negara berkembang, karena kuota IMF juga digunakan dalam kepemilikan saham IBRD.Sementara IBRD sangat dibutuhkan oleh negara-negara berkembang.Melalui G-20, negara-negara berkembang berhasil mempromosikan reformasi kuota IMF karena memiliki kapasitas tawar yang lebih kuat dari sebelumnya.
Pada April 2009, telah disepakati reformasi peningkatan kapasitas voting negara-negara berkembang dan transisi atau Developing and Transition Countries (DTC) dalam IBRD dari 42,5% menjadi 44,6%
176
dengan meningkatkan basic votes menjadi 5,55% dari total suara yang ada, dan mengalokasikan saham IBRD yang dimiliki oleh negara-negara maju kepada 16 negara berkembang dan transisi.177
e. G-20 Mampu Menjadi Penggerak Utama Untuk Berbagai Isu yang Belum Terselesaikan.
Dengan begitu walaupun Indonesia akan lebih banyak mengeluarkan uang, namun akan sangat bermanfaat bagi posisi Indonesia di IMF dan Bank Dunia untuk menunjang proses pembangunan di Indonesia. Selain itu, dengan kepemilikan suara yang lebih besar, posisi pemerintahan di IMF dan Bank Dunia akan lebih melibatkan tokoh-tokoh dari negara berkembang, salah satu contohnya adalah posisi Direktur Pelaksana Bank Dunia yang diisi oleh Sri Mulyani Indrawati dari Indonesia.
Sebagai forum yang terdiri dari 90% dari total PDB dunia, 85% dari total perdagangan dunia, dan 2/3 dari jumlah populasi penduduk dunia, G-20 akan menjadi penggerak utama dalam menangani isu-isu dunia yang belum terselesaikan, terutama isu ekonomi dan pembangunan. Selain membahas penanganan krisis ekonomi, forum G-20 juga membahas penanganan perubahan iklim, korupsi, kemiskinan, keamanan pangan, dan sebagainya.Hal ini lebih menguntungkan terjadinya percepatan
177
Enchanging Voice and Participation of Developing and Transition Countries in The World Bank Group: Update and Proposals for Discussion, 29 September 2009. Sebagaimana
dimuat dalam
penyelesaian masalah dan percepatan pembangunan bagi negara-negara berkembang termasuk Indonesia.178
2. Meningkatnya Peran Indonesia dalam Hubungan Internasional
Keterlibatan Indonesia dalam G-20 secara tidak langsung telah dan akan terus meningkatkan peran Indonesia dalam hubungan internasional. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, dengan kapasitas G-20 yang mewakili hampir keseluruhan kapasitas ekonomi dan populasi dunia akan mampu menjadi penggerak utama dalam menangani berbagai masalah di dunia, terutama masalah pembangunan.179
3. Terciptanya Perdamaian Dunia
Perdamaian dalam konteks keanggotaan Indonesia di G-20 bukanlah mengenai isu keamanan tradisional, melainkan isu keamanan kontemporer, yaitu keamanan manusia (human security).United Nations Development Programme (UNDP) mengidentifikasi keamanan manusia ke dalam tujuh dimensi: keamanan ekonomi; keamanan pangan; keamanan kesehatan; keamanan lingkungan; keamanan personal; keamanan komunitas; dan keamanan politik. Sementara ketujuh dimensi dari human security tersebut berkaitan erat dengan kemiskinan.180
178
Robby Aulia Fadila,Implementasi Gagasan Navigating A Turbulent Ocean Dan Thousand Friends-Zero Enemy Dalam Keanggotaan Indonesia Di G-20, op.cit., hlm. 72.
179
Ibid, hlm. 73. 180
Devyani Mani, Human Security: Concept and Definitions, 32nd International Training Course in Regional Development, (Nagoya-Japan: UNCRD), hlm. 1.
Dalam sebuah penelitian mengenai dampak krisis finansial di beberapa negara, banyak orang yang kehilangan pekerjaannya akibat krisis finansial, termasuk di Indonesia bahkan negara-negara maju jumlahnya lebih besar karena di negara maju memang merupakan sumber dari krisis finansial global tersebut.Tidak adanya lapangan pekerjaan merupakan sumber kemiskinan, sedangkan kemiskinan berkaitan erat dengan keamanan manusia.Oleh karena itu, dengan keanggotaan Indonesia dalam G-20 secara tidak langsung Indonesia berperan menciptakan dan menjaga perdamaian dunia.181
4. Pulihnya Citra Indonesia
Secara otomatis, keanggotaan Indonesia dalam G-20 dapat memulihkan dan meningkatkan citra Indonesia di mata dunia internasional, mengingat bahwa keanggotaan di G-20 merupakan posisi yang strategis dan tidak semua negara dapat bergabung dalam klub eksekutif tersebut. Terlebih G-20 merupakan forum utama ekonomi dunia yang menjadi penggerak utama dalam membahas isu-isu ekonomi dan pembangunan di dunia.Walaupun citra merupakan konsep yang abstrak, namun hal tersebut dapat diukur dari apresiasi dan pengakuan dunia terhadap komitmen Indonesia dalam mengatasi masalah-masalah internasional.182
1. Penanganan Krisis Ekonomi
Dalam hal ini sedikitnya ada tiga kepentingan spesifik yang Indonesia perjuangkan dalam proses G-20. Kepentingan tersebut mencakup:
Menjadi anggota G-20 pertama-tama memberikan Indonesia suatu kepercayaan lebih untuk menjaga perekonomian mampu bertahan dalam
181
Robby Aulia Fadila, Implementasi Gagasan Navigating A Turbulent Ocean Dan Thousand Friends-Zero Enemy Dalam Keanggotaan Indonesia Di G-20, op.cit., hlm. 74.
182
krisis besar yang melanda dunia.Indonesia sedikitnya telah mengalami dua krisis ekonomi sejak tahun 1990-an. Krisis pertama terparah terjadi pada 1997-1998 yang ditandai dengan jatuhnya nilai Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat.Pada krisis pertama, angka pengangguran meledak menjadi sekitar 40juta.Semakin tinggi angka pengangguran terbuka maka semakin besar potensi kerawanan sosial yang ditimbulkannya, seperti contohnya kriminalitas. Gizi buruk juga akan memperburuk kondisi kesehatan masyarakat. Krisis kedua terjadi pada tahun 2008 yang merupakan imbas dari krisis finansial yang terjadi di Amerika Serikat.Pada krisis ini para produsen lokal menghadapi masalah untuk menjual produk-produk di pasar global seperti Amerika Serikat karena kemampuan potential global buyers
(masyarakat di negara maju yang terkena krisis) rendah.Untuk dapat bertahan para produsen harus memberhentikan tenaga kerja mereka dan membuat kebijakan-kebijakan mendesak.
lembaga internasional.G-20 telah menjadi forum paling strategis di mana pendekatan Indonesia untuk mengembalikan kepercayaan pasar dan menangani dampak krisis dapat diaktualisasikan.183
2. Peningkatan Daya Saing Bangsa di Tingkat Global
Indonesia mengakui bahwa daya saing nasionalnya masih lemah dan karenanya Indonesia perlu untuk membuat upaya serius meningkatkannya. Daya saing bangsa dapat ditingkatkan melalui dua pendekatan:
a. Pertama, produk domestik Indonesia masih sulit berkompetisi dengan produk-produk asing dalam pasar global karena produk-produk tersebut gagal untuk memenuhi standard kualitas internasional. Ini merupakan suatu ironi karena Indonesia telah dikenal baik sebagai negara yang memiliki sumber-sumber alam yang sangat kaya, tetapi kurang memiliki kemampuan untuk mengeksplorasi dan membuat produk-produk yang memenuhi permintaan internasional bagi kualitas standard. Dengan bergabung dalam klub besar saperti G-20, Indonesia berharap dapat memperoleh keuntungan dengan meningkatkan kemampuan saingnya bagi produk-produk domestik di pasar global. Bergabung dalam klub besar, Indonesia mendapat suatu kesempatan untuk meningkatkan credit rating sebagai tempat aman bagi investasi asing. Investasi asing diyakini penting untuk mempromosikan sektor-sektor produktivitas yang berkualitas tinggi sehingga menstimulus pertumbuhan ekonomi yang seimbang dan berkelanjutan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, yang menjadi kepentingan nasional yang vital.
183
b. Kedua, untuk meningkatkan daya saing bangsa menekankan pentingnya posisi tawar-menawar (bargaining position) yang lebih tinggi dalam arena internasional. Bahwa menjadi G-20 telah membantu Indonesia untuk mendapatkan posisi tawar yang diperhitungkan masyarakat internasional. Suara Indonesia sekarang didengar dan dihormati oleh bangsa-bangsa lain dalam forum-forum internasional. Ini karena kenyataan bahwa Indonesia memperoleh posisi strategis, dengan memiliki akses ke klub ekonomi yang sangat berpengaruh dan memiliki kompetensi untuk mewakili kepentingan-kepentingan bangsa-bangsa lain dalam proses G-20.
Menjadi anggota G-20 menunjukkan bahwa kemampuan Indonesia untuk berkontribusi dalam upaya global menangani krisis ekonomi telah diakui oleh negara maju dan negara berkembang.Pelaku-pelaku pasar global saat ini memiliki kepentingan yang lebih besar di Indonesia dan siap untuk berinvestasi lebih di negara ini.184
Kehadiran Indonesia dalam forum G-20 memberikan dampak positif untuk memberikan rasa “confidence” kepada para investor terkait potensi ekonomi Indonesia.Hal ini penting di saat Indonesia sedang melakukan akselerasi dan percepatan pembangunan infrastruktur di sejumlah bidang.Keterbatasan pembiayaan oleh APBN membuat pemerintah mengundang investor dalam dan luar negeri untuk terlibat.Forum G-20 merupakan media bagi Indonesia untuk mempromosikan potensi investasi infrastruktur.185
3. Peningkatan Citra yang Luwes di Forum Internasional
184
Ibid, hlm. 44-46. 185
Firmanzah, Peran Indonesia dalam G-20, sebagaimana dimuat dalam
G-20 adalah rumah yang menjadi sumber kekuatan ekonomi dan peradaban.Dalam konteks rumah peradaban, Indonesia siap untuk menjembatani perbedaan di antara peradaban termasuk Barat dan Islam.Indonesia siap untuk menunjukkan wajah Islam yang moderat, toleran, dan modern.Pentingnya peran Indonesia dalam forum-forum internasional sebagai upaya untuk membangun citra nasional.Indonesia saat ini telah mendapatkan kesempatan besar untuk semakin aktif dalam forum internasional dengan menemukan solusi terbaik bagi masalah-masalah global dan memperluas jaringannya melalui G-20.
Dengan menjalankan pemulihan citra ini tentunya pemerintah Indonesia menyisipkan keperntingan ini ke dalam perangkat politik luar negerinya, antara lain ke dalam tujuan politik luar negeri, sasaran politik luar negeri, serta program dan kebijakan Kementerian Luar Negeri RI. Disebutkan bahwa salah satu tujuan politik luar negeri Indonesia adalah untuk meningkatkan citra Indonesia melalui diplomasi publik dengan sasaran politik luar negeri untuk menguatkan dukungan dan kepercayaan masyarakat internasional bagi terpeliharanya keutuhan dan integrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia dan pemulihan ekonomi nasional.
negara demokratis dan menjadi sarana promosi citra Indonesia yang mendatangkan investasi bagi perekonomian Indonesia.Tidak hanya itu, di dalam G-20 Indonesia dapat melihat kebijakan-kebijakan yang dilakukan oleh negara maju, kemudian menerapkannya pada negara sendiri.186Tidak hanya membahas tentang upaya pemulihan krisis di zona Eropa tetapi juga sebagai sumber informasi untuk pengambilan kebijakan ekonomi dalam negeri.187
D. TANTANGAN-TANTANGAN BAGI PENINGKATAN PERAN
INDONESIA DALAM G-20
Pembahasan sebelumnya telah menunjukkan bagaimana Indonesia telah berupaya untuk memainkan peran aktifnya dalam proses G-20.188
1. Faktor Domestik
Namun sejumlah kendala-kendala dihadapi Indonesia untuk berkontribusi dan berperan aktif dalam G-20, yang dibagi ke dalam dua faktor.Faktor yang pertama merupakan faktor domestik, sedangkan faktor kedua adalah faktor G-20 itu sendiri.
a. Tidak adanya badan khusus yang dibentuk untuk fokus membidangi G-20 Hal ini menyebabkan sulitnya berkoordinasi antar departemen dan para pemangku kepentingan yang lain. Sebagai forum utama yang membicarakan ekonomi dunia, yang tentu saja terkandung kepentingan Indonesia di dalamnya, sudah seharusnya Indonesia memiliki badan atau sub-departemen khusus untuk fokus mengkoordinir, merencanakan,
186
Yulius. P. Hermawan, op. cit., hlm. 46-49. 187
Firmanzah, Peran Indonesia dalam G-20, loc. cit. 188
mengawasi, dan mengevaluasi kiprah dan pencapaian Indonesia di G-20 serta G-20 itu sendiri.189
b. Kapabilitas Indonesia dalam menjalankan hal-hal yang telah disepakati di G-20
Sebagai negara berkembang yang masih banyak masalah dalam negeri yang harus dihadapi, seperti pertumbuhan, kemiskinan, pengangguran, korupsi, ketidakpastian hukum, terorisme, dan lain sebagainya, kapabilitas Indonesia untuk menjalankan semua deklarasi yang telah disepakati di KTT-KTT G-20 menjadi dipertanyakan. Sumber daya dan konsentrasi pemerintah Indonesia pastinya akan terbagi dengan masalah-masalah domestik dan pelaksanaan kesepakatan G-20.
Khusus masalah korupsi dan hukum Indonesia yang bisa dibilang salah satu sumber masalah utama di Indonesia, dapat menjadi penghambat pelaksanaan deklarasi pemimpin G-20. Dana yang dianggarkan atau dihibahkan untuk stimulus misalnya, jika tidak tepat sasaran karena dikorupsi akan tidak berjalan sesuai fungsinya. Atau, pungutan liar dan kepastian hukum yang tidak jelas dapat menghambat investor masuk ke Indonesia. Walaupun kesepakatan KTT G-20 bersifat tidak mengikat, namun suatu negara tidak bisa berharap negara-negara lain akan menjalankan kesepakatan yang telah dibuat jika negara tersebut sendiri juga tidak menjalankannya. Dan, semuanya akan menjadi sia-sia.190
2. Faktor G-20
a. Kapabilitas G-20
189
Robby Aulia Fadila,Implementasi Gagasan Navigating A Turbulent Ocean Dan Thousand Friends-Zero Enemy Dalam Keanggotaan Indonesia Di G-20, op.cit., hlm. 76.
190
Sebagai forum utama yang membahas perekonomian dunia, G-20 menjadi harapan semua pihak untuk menyepakati kebijakan-kebijakan yang mendukung upaya pemulihan krisis ekonomi global dan masalah-masalah pembangunan lainnya.Namun, pada kenyataannya ekspektasi tersebut tidak berbanding lurus dengan yang ada di lapangan.Salah satu contohnya adalah perseteruan antara AS dengan China mengenai perang mata uang keduanya.Masyarakat internasional mengharapkan perseteruan keduanya dapat diselesaikan di G-20 agar iklim perdagangan dan situasi di WTO dapat kembali normal.Dengan demikian kapabilitas G-20 sebagai forum utama ekonomi dunia menjadi dipertanyakan.Hal tersebut tentu menyulitkan Indonesia untuk lebih berperan aktif upaya pemulihan ekonomi global dalam kapasitasnya sebagai salah satu anggota G-20.191 b. Banyaknya Kepentingan
20 negara berarti 20 kepentingan, bahkan bisa lebih. Maka, tidak heran jika sering terjadi dead lock dalam perundingan. Walaupun visinya sama, yaitu mengatasi krisis ekonomi global, namun semua negara tersebut pastinya membawa kepentingan nasionalnya masing-masing. Benturan-benturan kepentingan itu tidak dapat dihindari dan menyebabkan sulitnya mencapai kata sepakat.Hal ini sangat lazim.Inilah salah satu kendala Indonesia. Di satu sisi ingin berkontribusi aktif mengatasi masalah dunia, di sisi lain banyak terjadi benturan yang menyebabkan mandeknya upaya Indonesia tersebut.192
191
Ibid, hlm. 78. 192
Munculnya sejumlah tantangan yang harus dihadapi Indonesia dalam peningkatan perannya di G-20.Tantangan-tantangan itu bersifat internal, dan sementara tantangan-tantangan lain bersifat eksternal. Tantangan-tantangan internal meliputi kesulitan dalam melakukan koordinasi diantara kementerian terkait khususnya sejak G-20 memasukkan agenda non finansial; perubahan politik akibat persaingan di antara politisi yang mempengaruhi kerja menteri-menteri terkait dalam melaksanakan komitmen-komitmen Indonesia dalam G-20; dan sistem birokrasi yang tidak efisien yang mempengaruhi penerapan aturan yang transparan dalam mendukung perekonomian terbuka. Tantangan eksternal mencakup sistem global yang kompleks, penentangan negara-negara berkembang terhadap legitimasi dan efektivitas G-20 dan keraguan atas keseriusan negara maju untuk memenuhi kepentingan negara-negara berkembang.193
1. Tantangan yang Bersifat Internal, meliputi: a. Koordinasi Antar Kementerian
Terdapat kesan bahwa terjadi persaingan di antara kementerian untuk menjalankan tugas dalam proses G-20 khususnya sejak G-20 memutuskan untuk memperluas isu-isu dan agenda di tahun 2008. Sejak pendiriannya di tahun 1999, Menteri Keuangan dan Bank Indonesia telah menjadi pemain utama dalam menjalankan tugas Indonesia dalam proses G-20. Koordinasi tidak menjadi isu yang sulit karena masing-masing telah memperoleh tugas yang khusus.Kementerian Keuangan menangani isu-isu finansial, sementara Bank Sentral menangani regulasi perbankan. Kementerian Keuangan menjalankan tugas menginformasikan
193
komitmen G-20 ke kantor-kantor kementerian lain dan kemudian memainkan peran kunci dalam mengkoordinasikan implementasi komitmen-komitmen tersebut. Kementerian tersebut membangun koordinasi regular dengan Bank Indonesia, Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional (Bappenas) dan Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam). Koordinasi ini disesuaikan dengan isu yang menjadi topik pembahasan sesuai dengan proses G-20.
Keputusan pemimpin-pemimpin G-20 untuk memasukkan isu-isu non finansial dalam agenda G-20 membuat koordinasi antar kementerian menjadi sesuatu yang tidak mudah.Pemerintah Indonesia telah membentuk dua koordinator yang tugasnya adalah mengembangkan koordinasi antara kementerian-kementerian terkait.Koordinator pertama menangani masalah-masalah finansial.Koordinator kedua menangani isu-isu non finansial.Kementerian Keuangan menjalankan koordinasi isu-isu finansial, sementara Kementerian Luar Negeri memfokuskan pada isu-isu non finansial seperti perubahan iklim, anti korupsi, terorisme, dll, yang relevan dengan agenda yang dibicarakan dalam G-20.194
b. Ketidakpa stian Perubahan Politik
Ketidakpastian politik merupakan hambatan lain yang berpengaruh terhadap peran Indonesia dalam G-20. Sulit mengharapkan bahwa menteri yang diharuskan paling berperan dalam G-20 untuk berkonsentrasi pada peningkatan kontribusinya dalam G-20 jika posisinya dalam politik
194
domestik terus dipertanyakan oleh para politisi di parlemen ataupun para pengamat politik.
Harus diakui kompetensi individual sangat penting dalam forum-forum internasional dalam konteks di mana tidak adanya semacam pedoman tertulis menjadi kerangka kerja menteri dan pejabat senior terkait. Hal ini tentunya mendorong perumusan agenda baru oleh pemerintah perihal rumusan pedoman yang berorientasi jangka panjang tersebut, sehingga siapa pun pejabat yang memimpin tidak akan menimbulkan kekhawatiran. Ketidakpastian tersebut berpengaruh secara langsung pada formasi vocal point sendiri yang kadang menimbulkan kekhawatiran jika Indonesia harus mulai lagi dari awal, karena secara logika hal tersebut akan menyita waktu dan menghambat pergerakan Indonesia.195
c. Birokrasi yang Tidak Efisien dan Masalah-Masalah Domestik
Tantangan lain adalah inefisiensi dalam birokrasi. Ini mungkin tidak mempengaruhi langsung kinerja Indonesia dalam proses negosiasi G-20, namun menciptakan hambatan serius saat Indonesia harus membuktikan komitmennya dengan prinsip ‘memimpin dengan contoh’. Indonesia telah melakukan banyak hal dalam beberapa bidang dan meningkatkan efisiensi dan kapasitas inovatif dalam diplomasi internasional.Namun kelemahan utamanya terletak pada lembaga-lembaga nasional.Meskipun efisiensi pemerintahan dan lembaga-lembaga swasta, bangsa ini masih menderita
195
karena korupsi yang luas, kemandirian peradilan yang terbatas dan rejim hak cipta yang buruk.
Demikian juga menyangkut kualitas infrastruktur.Pemerintah harus lebih banyak menjaga inflasi di bawah dua digit.Dalam sektor sosial, ini harus fokus untuk memperbaiki indikator-indikator kesehatan dasar seperti angka kematian bayi dan harapan hidup, dan untuk meningkatkan pendidikan tingkat menengah.Pemerintah saat ini seharusnya dapat mengambil keuntungan dari popularitas dan konteks ekonomik yang mendukung untuk lebih banyak berinvestasi dalam infrastruktur dan sektor-sektor lain yang menyentuh kepentingan masyarakat luas.196
2. Tantangan yang Bersifat Eksternal, meliputi: a. Struktur Finansial Global yang Kompleks
Di samping tantangan internal, Indonesia menghadapi tantangan bagaimana memahami penuh struktur finansial global yang sangat komplek dan beragam.Struktur finansial global yang sedang berlangsung saat ini menggambarkan suatu kompleksitas yang tinggi.Terdapat keberagaman sistem yang dikembangkan oleh negara-negara maju. Pemahaman ini sangat diperlukan supaya Indonesia dapat memberikan kontribusi yang tepat guna dalam proses G-20. Kompetensi individual representasi Indonesia menjadi sangat penting dalam hal ini.
Di samping penguasaan komprehensif terhadap sistem fiskal yang berlaku internasional, sistem moneter yang berlangsung serta rejim-rejim perbankan yang disepakati di Basel, Swiss, diperlukan pula pemahaman
196
mendalam terhadap pengaruh dari implementasi komitmen-komitmen yang dibuat dalam proses G-20. KTT Toronto pada bulan Juni 2010 melaporkan bahwa pertumbuhan perekonomian global menunjukkan angka positif, termasuk kondisi Indonesia yang masih stabil.Indonesia harus bekerja keras untuk meningkatkan pertumbuhan perekonomian nasionalnya sesuai agenda nasional, khususnya dalam agenda pembangunan infrastruktur domestik.
Masih juga terdapat ketidakpastian terkait dengan imbas pelaksanaan program peningkatan permintaan domestik (untuk meningkatkan daya beli masyarakat) dan fleksibilitas nilai tukar antara negara-negara
emerging markets seperti China, India, Rusia, Brazil, termasuk Indonesia. Aktifitas perdagangan internasional tersebut memberikan peluang bagi produk Indonesia secara besar-besaran, dan disinilah tantangan Indonesia untuk menyediakan produk yang sesuai dengan standarisasi dan meningkatkan nilai ekspor Indonesia.
Berkaitan dengan proses reformasi lembaga keuangan internasional, tanggungjawab Indonesia untuk mengawasi regulasi di sektor keuangan, termasuk di dalamnya pengawasan terhadap mekanisme transparansi, sistem akuntabilitas dan manajemen lembaga keuangan. Indonesia harus konsisten dalam melaksanakan pengawasan untuk mencegah dan antisipasi terjadinya gelombang krisis lanjutan.197
b. Keraguan Terhadap Keanggotaan Indonesia dalam G-20
197
Masuknya Indonesia dalam G-20 menimbulkan pertanyaan bagi beberapa pihak, khususnya negara-negara tetangga di kawasan Asia Tenggara yang merasa lebih mapan secara ekonomi, seperti Singapura dan Malaysia.Tingkat keterbukaan perekonomian Indonesia masih dipertanyakan oleh banyak negara.Birokrasi Indonesia juga dinilai belum sepenuhnya mendukung tingkat perekonomian yang terbuka.Indonesia juga tercatat sebagai negara dengan tingkat korupsi yang besar.Tingkat stabilitas politik Indonesia belum sepenuhnya memberikan jaminan bagi investasi asing yang aman.Reformasi politik yang saat ini dikembangkan Indonesia tidak memperlihatkan suatu prestasi bagi terciptanya stabilitas politik.
Merespon keraguan ini, Indonesia perlu membuktikan bahwa Indonesia memang pantas masuk dalam G-20. Ketua Sherpa G-20 Indonesia yakin bahwa Indonesia memiliki hak untuk menjadi anggota klub tersebut yang pembentukannya berdampak signifikan pada arsitektur finansial global:
emerging economy yang surplus.Surplusnya sedikit, tetapi termasuk satu dari tiga negara yang surplus (China dan Argentina)”.198
Indonesia tentu saja perlu merespon skeptisme tersebut dengan membuat tindakan-tindakan nyata.Pendekatan ‘memimpin dengan contoh’ seharusnya membawa keuntungan dan dapat mengembalikan kepercayaan di antara negara-negara berkembang lainnya.199
198
Pandangan ini dikemukakan oleh Ketua Sherpa G-20 Indonesia dalam pidato kunci yang disampaikan dalam Diskusi Panel tentang Indonesia dan G-20: Pandangan Kritis dan Strategis, 20 September 2010. Ini dikemukakan kembali pada pidato kunci dan konferensi pers pada Focus Group Discussion tentang G-20 dan Agenda Pembangunan tanggal 4 November 2010.
199
BAB IV
PERANAN INDONESIA DALAM G-20
A. PERAN DAN INISIATIF INDONESIA TERHADAP G-20
Indonesia memang tidak pernah menjadi tuan rumah pertemuan tingkat menteri maupun KTT, tapi komitmennya untuk memainkan peran penting sudah terlihat. Karena memiliki pengalaman dalam mengatasi krisis finansial, Indonesia memiliki modalitas untuk berkontribusi dalam merumuskan cara-cara untuk menangani krisis secara efektif.200
Indonesia telah menjadi anggota semenjak awal terbentuknya G-20 pada tahun 1999. Hingga saat ini, Indonesia merupakan satu-satunya perwakilan region Asia Tenggara yang terkenal sebagai pasar dengan prospek pertumbuhan ekonomi yang menjanjikan dengan PDB lebih dari 539 miliar atau PPP lebih dari USD 962 miliar.201 Mengikut pada prinsip dasar politik luar negeri Indonesia, yakni bebas aktif, maka keikutsertaan Indonesia dalam G-20 dianggap sebagai langkah aktif untuk mencapai kepentingan nasional dan turut serta membentuk topik-topik pembahasan ekonomi dunia. Nanang Hendarsah mengatakan, “The Indonesia’s thin market is too fragile to face a huge and uncertain global financial
market”.202
200
Yulius. P. Hermawan, op. cit., hlm. 49. 201
Irfan Mujahid, Arti Penting Keanggotaan Indonesia Dalam G-20 Bagi Diplomasi Ekonomi Indonesia, loc. cit.
202
Nanang Hendarsah, Challenges and Policy Options in Managing Portfolio Investment Flows: Bank Indonesia’s Recent Expereices, (Directorate of Economic Research and Monetary Policy: Bank Indonesia, 2010), hlm. 6.
Peran Indonesia dalam mengatasi krisis ekonomi global melalui G-20 telah menunjukkan konektivitas dan identitas internasional Indonesia.Konektivitas Indonesia dalam konteks ini adalah kemampuan Indonesia dalam menjalin hubungan koordinasi dan kolaborasi secara luas dengan negara-negara maju (major power) dan emerging power, serta organisasi-organisasi internasional, seperti IMF, Bank Dunia, WTO, dan sebagainya. Hubungan koordinasi dan kolaborasi yang luas tersebut merupakan cara yang efektif untuk melaksanakan tanggung jawab Indonesia, yaitu terlibat aktif dalam isu-isu internasional yang dapat mempengaruhi Indonesia.
Sementara, identitas internasional Indonesia dalam konteks ini adalah peran aktif Indonesia dalam mengatasi krisis ekonomi global dengan aset-aset yang dimiliki Indonesia, seperti pertumbuhan ekonomi Indonesia (PDB) yang relatif cepat dan stabil ketimbang negara-negara lainnya yang terkena dampak krisis, serta status Indonesia sebagai salah satu pemain utama dalam ASEAN yang selalu membawa serta merta kepentingan ASEAN dan negara-negara berkembang lainnya. Itu semua dilakukan Indonesia atas kesadaran bahwa masyarakat Indonesia juga merupakan bagian dari masyarakat internasional.203
Indonesia telah menawarkan inisiatifnya dalam proses G-20 dan menjadi co-chair kelompok-kelompok kerja untuk menyusun detil agenda dan rencana aksi untuk merealisasikan inisiatif tersebut. Indonesia juga memahami bahwa sabagai suatu emerging economy, Indonesia harus mengartikulasikan kepentingan negara-negara berkembang dalam proses G-20. Indonesia adalah inisiator “General
203
Expenditure Support Fund” (GESF) yang membantu untuk menyediakan likuiditas dana dari IMF dan Bank Dunia bagi negara-negara berkembang.204
a. Inisiatif Indonesia
Krisis global yang dialami Amerika Serikat menciptakan kesulitan bagi negara-negara berkembang untuk menangani dampak krisis dan melanjutkan program-program pembangunan, meskipun tidak semua negara berkembang mengalami dampak langsung dari krisis finansial.Terdapat kondisi dimana aliran kapital ke negara maju menyebabkan inekualitas bagi kondisi ekonomi pasar di negara-negara emerging economy.Karenanya diperlukan pendekatan untuk menembus kebuntuan untuk mengembalikan pendanaan anggaran negara dalam situasi dimana kapital menjadi terbatas. Indonesia melihat GESF sebagai cara mendukung negara berkembang mengamankan anggaran nasionalnya.
Global Expenditure Support Fund merupakan mekanisme keuangan yang diusulkan Indonesia dalam pertemuan di Washington, 15 November 2008. Usulan Indonesia tersebut merupakan inisiatif untuk membantu proses pemulihan dampak krisis di negara-negara berkembang miskin. Pada dasarnya, GESF merupakan dana cair yang disiapkan untuk negara berkembang dan diharapkan aliran dana tersebut digunakan untuk kebutuhan pembangunan infrastruktur, perluasan dan penciptaan lahan pekerjaan, dan pembiayaan keberlangsungan program-program
Millenium Development Goals (MDGs). Dalam proposalnya Indonesia menyarankan bahwa G-20 seharusnya menyiapkan dana bagi negara-negara berkembang yang bukan anggota G-20. Ada beberapa alasan mengapa dana seperti ini diperlukan:
204
1. Mekanisme diusulkan untuk mengantisipasi dampak jangka berkepanjangan akibat krisis global di negara berkembang dan miskin.
2. Melalui GESF ini diharapkan negara berkembang tidak akan menemui kesulitan dalam proses pembangunan infrastruktur dan pencapaian tujuan-tujuan MDGs.
3. Penjaminan aliran dana segar melalui GESF pada negara berkembang dan miskin akan juga menjamin percepatan pemulihan pasca krisis global. Kondisi stabil yang dirasakan negara berkembang dan miskin akan mendorong proses rehabilitasi kondisi pasca krisis global karena populasi dunia dan angka pertumbuhan ekonomi sebenarnya berpusat pada negara berkembang dan miskin.
4. Melalui mekanisme aliran dana segar ini diharapkan negara diluar non anggota G-20 yang pada umumnya adalah negara berkembang dan miskin akan merasakan dampak positif keberadaan forum ekonomi ini.205
Tanggapan yang didapat Indonesia atas inisiatif ini dirasakan positif. Kedua puluh negara anggota G-20 memberikan respond dan feed back positif dengan menyetujui usulan Indonesia ini. Sedangkan, negara diluar anggota dan lembaga keuangan internasional sendiri seperti IMF dan World Bank tidak memiliki keberatan. Bahkan, tanggapan cukup baik diberikan negara-negara di Asia dan Afrika yang memang memiliki harapan besar terhadap mekanisme dana bantuan ini untuk mendukung proses pembangunan atau melancarkan arus dana selama proses pemulihan pasca krisis keuangan global. Proposal Indonesia ini
205
disetujui dan diadopsi dalam komunike G-20 yang kemudian dikenal dengan Inisiatif General Expenditure Support Fund.
Melalui inisiatif Indonesia, lembaga-lembaga finansial internasional dan negara-negara donor terdorong untuk mempertimbangkan keberlanjutan program pembangunan di negara penghutang karena jika negara-negara ini berhasil dalam proses pembangunan, seluruh dunia juga akan menikmati keuntungannya terutama terkait dengan pemulihan ekonomi dunia.206
b. Peran Indonesia sebagai Co-Chair Working Group 4 (WG4)
Inisiatif Indonesia tidak hanya diwujudkan dalam proposal GESF dan kebijakan kemudahan dana pinjaman yang diberikan kepada negara berkembang dan miskin tapi juga sumbangan langsung melalui ide-ide untuk mereformasi dalam Working Group 4 (WG4) yang dimotori oleh Indonesia dan Prancis. Pertemuan tersebut dilakukan untuk mendapatkan informasi mengenai kinerja Bank Pembangunan Multilateral (Multilateral Development Banks/ MDBs) dalam mengatasi krisis serta pembenahan manajemen MDBs dalam proses reformasi agar lebih tanggap dan efektif dalam menghadapi krisis lain waktu. Pertemuan tidak hanya mengundang kedua puluh negara anggota, terdapat IMF dan World Bank sebagai observer tetap G-20, anggota Bank Regional Pembangunan (Regional Development Banks/RDB) serta negara diluar G-20.
Pada dasarnya, pembahasan mengenai mekanisme reformasi MDBs ini bertujuan:
206
1. Meningkatkan peran Bank Pembangunan Multilateral dalam penyediaan dana cair untuk negara berkembang (emerging markets) khususnya jika terjadi krisis.
2. Pembahasan mengenai peningkatan kecukupan modal bagi seluruh MDBs sebagai instrumen antisipasi dan solusi krisis keuangan akibat terhambatnya arus likuiditas.
3. Reformasi manajemen MDBs dalam pengelolaan dana yang bertolak ukur berdasar transparansi, efektifitas peran country office serta pembenahan dalam mencapai keseimbangan kuota dan representasi antara negara maju dan negara berkembang.
Pertemuan tersebut merumuskan tiga agenda kunci untuk mereformasi manajemen MDBs dalam konteks penyediaan dana bagi negara-negara berkembang dan kurang berkembang. Dengan partisipasi yang luas dalam pertemuan kelompok kerja tersebut, hasilnya telah mendapat dukungan luas dari banyak negara.207
B. INDONESIA MEMBAWA KEPENTINGAN BERSAMA ASEAN DALAM G-20
Pembentukan ASEAN memiliki akar sejarah sejak tahun 1967 ketika pemimpin Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand bertemu untuk mensharingkan posisi bersama dalam menghadapi situasi global pada saat itu.208
207
Ibid, hlm. 53-54. 208
Yulius. P. Hermawan, op. cit., hlm. 78.
Association of Southeast Asia Nations (ASEAN)209
Wakil Perdana Menteri Malaysia : Tun Abdul Razak
tepatnya tanggal 8 Agustus 1967. Lima founding father ASEAN, yaitu:
Menteri Luar Negeri Indonesia : Adam Malik Menteri Luar Negeri Thailand : Thanat Koman Menteri Luar Negeri Singapura : S. Raja Ratnam Menteri Luar Negeri Filipina : Narsisco Ramos
210
“Meningkatkan kerjasama yang aktif dan saling membantu dalam masalah-masalah yang menjadi kepentingan bersama di bidang ekonomi, sosial, teknik,
ilmu pengetahuan, dan administrasi”.
Perwakilan dari negara-negara tersebut berkumpul di Bangkok menorehkan sejarah di regional Asia Tenggara yang kemudian dikenal dengan Deklarasi Bangkok. Salah satu butir tujuan deklarasi tersebut (poin 3) ditegaskan:
211
Indonesia menyadari betul tanggungjawabnya untuk turut memantapkan stabilitas perdamaian dan kemakmuran di kawasan Asia Tenggara ini.212 Tujuan dari beberapa negara yang baru mencapai kemerdekaan ini adalah untuk membentuk sebuah jaringan yang longgar tanpa keterikatan hukum untuk peningkatan kerja sama ekonomi, pencegahan konflik antara para anggota dan pengembangan strategi untuk menangkal ancaman dari luar melalui wadah ASEAN.213
Sejak awal, ASEAN memainkan peranan sentral terhadap politik luar negeri Indonesia yang pada saat itu dipimpin oleh Soeharto muda, yang sangat
berupaya untuk mengambil jarak dari politik dan retorika anti barat terjemahan pendahulunya, Soekarno. Selain perang Vietnam, pengaruh Indonesia juga berperan dalam menentukan haluan ASEAN yang sejak pendiriannya menunjukkan garis anti-komunisme dan berperan sebagai “pelindung” terhadap kekuatan RRC pada saat itu.214
Bisa dikatakan bahwa pada awal pendiriannya, ASEAN tidaklah lebih dari sekedar “cozy club of authoritarian regimes” yang tidak berkepentingan atas penyelesaian konflik, tetapi maksimal hanya berusaha untuk menghindarinya. Hal ini juga sudah terlihat dari kenyataan bahwa KTT perdana ASEAN pada Februari 1976 yang berlangsung di Bali215, dan baru diadakan sembilan tahun setelah pendiriannya, dan dalam kurun waktu dua puluh tujuh tahun setelahnya hanya diadakan delapan KTT lanjutan. Keikutsertaan Brunei pada 1984, Vietnam 1995, Myanmar dan Laos 1997 serta Kamboja 1999 juga tidak berdampak pada perubahan yang bersifat substantif dalam pemahaman sesama anggota ASEAN.216
Adapun bentuk kerja sama yang tidak memaksa dan mengikat ini bukan dampak dari kompromi masing-masing, melainkan memang diinginkan oleh semua perwakilan sedari awal. Pemerintah Indonesia misalnya, mengkhawatirkan adanya berbagai macam keharusan dan keterikatan yang muncul sebagai akibat proses kerja sama dalam ASEAN yang mengharuskan pembentukan berbagai lembaga baru atau penyatuan dalam bentuk lainnya. Indonesia terutama menolak tiap usaha sekecil apapun yang bertujuan untuk menciptakan suatu pasar bersama.
214
Pembukaan Deklarasi Bangkok: Negara-negara Asia Tenggara membagi tanggung jawab untuk menjaga keamanan dan stabilitas terhadap pengaruh dan propaganda dari pihak luar.
215
Pada pertemuan di Bali pada tahun 1976 juga telah ditetapkan kedudukan Sekretariat Jenderal ASEAN di Jakarta.
216
Hingga hari ini masih terdapat kekhawatiran bahwa produk impor murah dari para negara tetangga ASEAN akan membanjiri pasar lokal.217
Indonesia menyadari bahwa sekalipun Indonesia adalah satu-satunya anggota ASEAN dalam forum G-20, Indonesia tidak dapat serta merta mengklaim sebagai perwakilan ASEAN.Penunjukan Indonesia atas kriteria ‘perwakilan regional’ tidak menjadi alasan penguat untuk memainkan perannya sebagai wakil ASEAN dalam G-20.Resistensi beberapa anggota ASEAN terhadap G-20 sebagai tandingan PBB dan lembaga multilateral lain menciptakan batasan tersendiri bagi Indonesia untuk memainkan perannya sebagai wakil ASEAN.
ASEAN telah menunjukkan kematangannya sebagai sebuah kerjasama regional yang patut diperhitungkan di arena global. Forum G-20 tampaknya memperhitungkan potensi ASEAN untuk memberi kontribusi bagi proses G-20. Ini tercermin dalam undangan-undangan yang diberikan bagi Sekjen ASEAN dan atau Ketua ASEAN untuk menghadiri pertemuan KTT ASEAN.
218
Walaupun Indonesia sendiri memandang baik keberadaan ASEAN sebagai instrumen untuk membentuk suatu identitas politik bersama.219
Dalam G-20 ada beberapa organisasi regional seperti Uni Eropa (European Union) menjadi satu-satunya organisasi regional yang menjadi anggota G-20, Indonesia merupakan negara anggota ASEAN (Association of Southeast Asian Nations), Afrika Selatan tergabung dalam Uni Afrika (African Union), sementara Brazil dan Argentina tergabung dalam Mercosur (Common Market of the South).220
217
Ibid. 218
Yulius. P. Hermawan, op. cit., hlm. 75. 219
Winfried Weck, Indonesia dalam Perspektif Regional dan Global, loc. cit. 220
Uni Eropa merupakan organisasi yang relatif maju yang beranggotakan 28 negara yaitu Austria, Belgia, Bulgaria, Kroasia, Syprus, Republik Ceko, Denmark, Estonia, Finlandia, Prancis, Jerman, Yunani, Hungaria, Irlandia, Italia, Latvia, Lithuania, Luksemburg, Malta, Belanda, Polandia, Portugal, Romania, Slovakia, Slovenia, Spanyol, Swedia, Inggris. Dari segi ekonomi, Gross Domestic Product
Uni Eropa berdasarkan Purchasing Power Parity tahun 2016 mencapai 19,18 triliun dollar AS sementara pendapatan per kapita penduduknya mencapai 37.800 dollar AS. Nilai ekspor dan impor Uni Eropa tahun 2014 mencapai 2.259 miliar dollar AS dan 2.244 miliar dollar AS merupakan nilai terbesar di dunia.221
ASEAN merupakan organisasi regional yang relatif patut diperhitungkan setelah Uni Eropa. ASEAN beranggotakan Indonesia, Filipina, Malaysia, Singapura, Thailand, Brunei Darussalam, Vietnam, Laos, Myanmar, dan Kamboja. Pendapatan per kapita ASEAN pada tahun 2009 adalah 2.533 dollar AS dengan nilai ekspor dan impor mencapai 803.947 juta dollar AS dan 720.296 juta dollar AS.222 Bahwa sekitar 575 juta jiwa penduduk ASEAN, sekitar 240 juta saja berasal dari Indonesia, yang merupakan kurang lebih dua per lima dari jumlah penduduk secara keseluruhan. Setelah itu baru diikuti oleh Filipina dan Vietnam (masing-masing sekitar 90-95 juta penduduk) dan Thailand (70 juta).223
Uni Afrika merupakan organisasi regional lain yang merangkul 53 anggota.Dengan total GDP 500 miliar dollar AS. Di Amerika Selatan, Mercosur yang beranggotakan Argentina, Brazil, Paraguay, Uruguay memiliki total GDP
221
The World Factbook, European Union, sebagaimana dimuat dalam
Februari 2017. 222
Yulius. P. Hermawan, op. cit., hlm. 77. 223
1,1 miliar dollar AS. Di Timur Tengah terdapat Liga Arab. Di Benua Amerika, terdapat komunitas Amerika Selatan dan Komunitas Andean.
Dengan profil ini, ASEAN dapat dikatakan sebagai organisasi regional terbesar kedua setelah Uni Eropa. Selain data statistik, daya pikat ASEAN terlihat dari berbagai indikator mulai dari pengakuan dalam aneka isu, organisasi, gerakan, dan forum intergovernmental, meningkatnya Indeks Pembangunan Manusia, meningkatnya investasi asing, dan sebagainya.224
Bagi Indonesia ASEAN adalah forum utama untuk politik luar negerinya.Indonesia berinisiatif untuk mempromosikan kerjasama ekonomi, politik dan keamanan, dan sosial budaya.Indonesia mengembangkan ASEAN untuk memfasilitasi integrasi ekonomi, meminimalisir konflik antar negara-negara anggota ASEAN dan memformulasikan posisi ASEAN dalam menanggapi isu-isu global terkini termasuk ancaman eksternal yang potensial seperti terorisme. Melalui ASEAN, telah berupaya untuk meningkatkan Zona perdamaian, kebebasan dan netralitas di Asia Tenggara (ZOPFAN) dan Zona bebas nuklir Asia Tenggara (NFZ).225
Dalam bidang Hak Asasi Manusia, Indonesia adalah negara pertama yang membentuk Komisi Nasional Hak Asasi Manusia. Sekalipun terdapat tantangan dari beberapa anggota ASEAN lain, Indonesia berhasil memasukkan esensi demokratisasi dan HAM dalam piagam ASEAN.226
224
Yulius. P. Hermawan, op. cit., hlm. 77. 225
Ibid, hlm. 79.
Indonesia telah meyakinkan pemimpin-pemimpin ASEAN dalam mengembangkan tiga pilar ASEAN:
226
Heru Utomo, Peran Indonesia dalam ASEAN, sebagaimana dimuat dalam
komunitas politik keamanan ASEAN, komunitas ekonomi ASEAN, dan komunitas sosial budaya ASEAN.227
Peran Indonesia terhadap Kestabilan Pasar Keuangan di Kawasan ASEAN
Pada dasarnya, ASEAN mendukung G-20 sebagai sebuah forum
intergovernmental yang cukup menyuarakan kepentingan negara berkembang.ASEAN memberikan dukungan bagi peningkatan peran G-20 sekaligus berharap dapat memberikan kontribusi melalui partisipasi wakil resminya (Ketua ASEAN dan Sekretaris Jenderal ASEAN) secara langsung dalam KTT G-20.Dukungan ASEAN terhadap peningkatan peran G-20 beberapa kali diumumkan dalam berbagai kesempatan. Negara-negara anggota ASEAN bahkan berharap G-20 dapat memperkuat hubungan ASEAN dengan negara-negara tetangga sesama Asia seperti RRC, India, Korea Selatan, dan Jepang yang saat ini masuk dalam jajaran negara berkapasitas mapan secara ekonomi.
Banyak pengaruh keterlibatan Indonesia sebagai anggota G-20 di kawasan ASEAN untuk membentuk kestabilan pasar keuangan dapat dibaca pada tabel berikut.
Tabel 1.
228
Perjanjian/Momentum Ide/Konsep Deskripsi
Oktober 2009 – Pertemuan
kelimabelas ASEAN di
Hua Hin, Thailand.
ASEAN G-20 Contract
Group.
Situs resmi ASEAN sebagaimana dimuat dalam 12 Februari 2017.
228
mengordinasikan posisi
ASEAN dan
kepentingannya pada
pertemuan G-20.
Oktober 2009 – Pertemuan
kelimabelas ASEAN di
Hua Hin, Thailand.
Chiang Mai Multilateral
Initiative (CMIM).
Pada akhir tahun 2009,
diluncurkan dana sebanyak
120 miliar dollar Amerika
Serikat untuk merespon
krisis keuangan global di
Asia Tenggara.
ekonomi global dan krisis
finansial, di Bangkok,
Thailand.
Bekerja pada
pengembangan dan kondisi
ekonomi global serta krisis
keuangan.
Pembentukan Asian Bond
Market Initiative (ABMI),
menugaskan menteri
keuangan untuk
mengawasi bahaya krisis
dan menciptakan kebijakan
responsive.
Ketua pada pertemuan
kedelapanbelas ASEAN, di
Jakarta, Indonesia.
dalam komunitas
negara-negara secara global.
aktif dan terhubung dengan
reformasi ekonomi secara
Dukungan ASEAN segera menuai respon positif negara-negara anggota G-20.Dalam beberapa pertemuan, G-20 telah mengundang Ketua ASEAN bersama-sama dengan Sekretaris Jenderal ASEAN untuk hadir dan menjadi observer dalam KTT G-20.229
Dalam KTT ke-15 ASEAN dicetuskannya Kelompok Kontak ASEAN G-20.Kelompok Kontak ini beranggotakan Ketua ASEAN, Indonesia sebagai satu-satunya anggota G-20 dari ASEAN, serta Sekjen ASEAN.230Tujuan utama dari pembentukan kontak grup ini adalah mengkoordinasikan posisi ASEAN dalam KTT G-20.Meski demikian, Indonesia menegaskan bahwa keanggotaannya dalam G-20 tidak serta-merta memposisikan diri sebagai ‘wakil ASEAN’.Karenanya, ASEAN harusnya direpresentasikan oleh Ketua ASEAN.231
ASEAN mendukung kerangka G-20 khususnya tujuan yang berfokus pada upaya maksimal mendorong pertumbuhan ekonomi yang kuat, berkelanjutan, dan
229
Yulius. P. Hermawan, op. cit., hlm. 82-83. 230
Bakal Terbentuk Kontak Grup ASEAN-G-20, sebagaimana dimuat dalam
diakses pada tanggal 12 Februari 2017. 231