• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sistem Pengadaan Bahan Pustaka Pada Perpustakaan Umum Kota Tebing Tinggi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Sistem Pengadaan Bahan Pustaka Pada Perpustakaan Umum Kota Tebing Tinggi"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perpustakaan Perguruan Tinggi

2.1.1 Pengertian Perpustakaan Perguruan Tinggi

Perpustakaan Perguruan Tinggi Merupakan sebuah sarana penunjang yang

didirikan untuk mendukung kegiatan Civitas Akademik, dimana Perguruan Tinggi

itu berada. Dalam buku pedoman Perpustakaan Perguruan Tinggi disebutkan

bahwa, Perpustakaan Perguruan Tinggi merupakan unsur penunjang Perguruan

Tinggi dalam kegiatan pendidikan , penelitian dan pengabdian kepada

masyarakat.

Menurut Syahrial-Pamuntjak (2000, 5) dalam bukunya Pedoman

Penyelenggaraan Perpustakaan, menyatakan bahwa :

Perpustakaan Perguruan Tinggi adalah perpustakaan yang tergabung dalam lingkungan pendidikan tinggi, baik yang berupa perpustakaan universitas, perpustakaan fakultas, perpustakaan akademi, dan perpustakaan sekolah tinggi.

Dalam buku Pedoman Perpustakaan Perguruan Tinggi (2004, 3) bahwa,

“perpustakaan perguruan tinggi merupakan unsur penunjang perguruan tinggi,

yang bersama-sama dengan unsur yang lainnya, berperan serta dalam

melaksanakan tercapainya visi dan misi perguruan tingginya”. Selanjutnya

dinyatakan bahwa, “yang dimaksud dengan perguruan tinggi adalah universitas,

institut, sekolah tinggi, akademi, politeknik, dan perguruan tinggi lain yang

sederajat”.

Sedangkan menurut Sutarno dalam bukunya Perpustakaan dan Masyarakat

(2003, 35) mendefinisikan, “perpustakan perguruan tinggi merupakan yang berada

dalam suatu perguruan tinggi dan yang sederajat yang berfungsi mencapai tri

dharma perguruan tinggi, sedangkan penggunanya adalah seluruh civitas

akademika”.

Berdasarkan beberapa defenisi di atas dapat disimpulkan bahwa

perpustakaan perguruan tinggi yang telah dikemukakan dapat disimpulkan bahwa

(2)

naungan sebuah universitas atau perguruan tinggi lainnya yang sederajat yang

penggunanya adalah mahasiswa dan civitas akademika. Perpustakaan perguruan

tinggi sering disebut sebagai jantungnya universitas karena tanpa perpustakaan

tersebut maka proses pelaksanaan pembelajaran mungkin kurang optimal.

2.1.2 Tujuan Perpustakaan Perguruan Tinggi

Perpustakaan perguruan tinggi bukan hanya untuk mengumpulkan dan

menyimpan bahan-bahan pustaka, tetapi dengan adanya penyelenggaraan

perpustakaan diharapkan dapat membantu civitas akademika dalam proses

belajar-mengajar. Segala bahan pustaka yang dimiliki perpustakaan perguruan

tinggi harus dapat menunjang proses belajar mengajar maka dalam pengadaan

bahan pustaka hendaknya mempertimbangkan kurikulum perkuliahan dan

kebutuhan penggunanya.

Menurut Syahrial-Pamuntjak (2000, 5) dalam bukunya Pedoman

Penyelenggaraan Perpustakaan, menyatakan bahwa, ”perpustakaan Perguruan

Tinggi tujuannya membantu perguruan tinggi dalam menjalankan program

pengajaran”.

Sebagai bagian dari institusi perguruan tinggi, perpustakaan

diselenggarakan dengan tujuan untuk menunjang pelaksanaan program perguruan

tinggi sesuai dengan Tri Dharma Perguruan Tinggi, yaitu pendidikan dan

pengajaran, penelitian serta pengabdian kepada masyarakat. Menurut Yuven

(2010, 1) tujuan perpustakaan perguruan tinggi dapat dijabarkan sebagai berikut ;

1. Dalam menunjang pendidikan dan pengajaran maka Perpustakaan Perguruan Tinggi bertujuan untuk mengumpulkan, mengolah, menyimpan, menyajikan dan menyebarluaskan informasi untuk mahasiswa dan dosen sesuai dengan kurikulum yang berlaku

2. Dalam menunjang penelitian maka kegiatan Perpustakaan Perguruan Tinngi adalah mengumpulkan, mengolah, menyimpan, menyajikan dan menyebarluaskan informasi bagi peneliti baik intern institusi atau ekstern di luar institusi.

3. Dalam menunjang pengabdian kepada masyarakat maka Perpustakaan Perguruan Tinggi melakukan kegiatan dengan mengumpulkan, mengolah, menyimpan, menyajikan dan menyebarluaskan informasi bagi masyarakat. 4. Pada dasarnya tugas Perpustakaan Perguruan Tinggi secara umum adalah

(3)

mengolah dan merawat pustaka serta mendayagunakan untuk kepentingan civitas academica pada khususnya dan masyarakat pada umumnya.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan penyelenggaraan

perpustakaan perguruan tinggi adalah menjalankan pelaksanaan program

perguruan tinggi sesuai dengan Tri Dharma Perguruan Tinggi untuk memberikan

pelayanan informasi dan bahan lainnya untuk pemenuhan kebutuhan informasi

masyarakat penggunanya, guna mendukung pelaksanaan program perguruan

tingginya.

2.1.3 Fungsi Perpustakaan Perguruan Tinggi

Perpustakaan perguruan tinggi berfungsi untuk hal-hal yang bersifat

informatif, edukatif akademik (ilmiah), dan penelitian yang dapat menunjang

berjalanya Tri Dharma perguruan tinggi yaitu pendidikan, penelitian dan

pengabdian masyarakat. Dalam usaha melaksanakan Tri Dharma perguruan

tinggi, maka perpustakaan berfungsi menyediakan informasi guna memenuhi

kebutuhan penggunanya.

Di dalam buku Pedoman Perpustakaan Perguruan Tinggi (Depdiknas,

2004, 3) perpustakaan memiliki berbagai fungsi sebagai berikut :

1. Fungsi Edukasi

Perpustakaan merupakan sumber belajar para sivitas akademika, oleh karena itu koleksi yang disediakan adalah koleksi yang medukung pencapaian tujuan pembelajaran, pengorganisasian bahan pembelajaran setiap program studi, koleksi tentang strategi belajar mengajar dan materi pendukung pelaksanaan evaluasi pembelajaran.

2. Fungsi Informasi

Perpustakaan merupakan sumber informasi yang mudah diakses oleh pencari dan pengguna informasi.

3. Fungsi Riset

Perpustakaan mempersiapkan bahan – bahan primer dan sekunder yang paling mutakhir sebagai bahan untuk melakukan penelitian dan pengkajian ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. Koleksi pendukung penelitian di perpustakaan perguruan tinggi mutlak dimiliki, karena tugas perguruan tinggi adalah menghasilkan karya – karya penelitian yang dapat diaplikasikan untuk kepentingan pembangunan masyarakat dalam berbagai bidang.

4. Fungsi Rekreasi

(4)

5. Fungsi Publikasi

Perpustakaan selayaknya juga membantu melakukan publikasi karya yang dihasilkan oleh warga perguruan tingginya yakni sivitas akademik dan staf non-akademik.

6. Fungsi Deposit

Perpustakaan menjadi pusat deposit untuk seluruh karya dan pengetahuan yang dihasilkan oleh warga perguruan tingginya.

7. Fungsi Interpretasi

Perpustakaan sudah seharusnya melakukan kajian dan memberikan nilai tambah terhadap sumber – sumber informasi yang dimilikinya untuk membantu pengguna dalam melakukan dharmanya. Berdasarkan pendapat yang dikemukakan di atas fungsi perpustakaan

Sedangkan Yuven (2010, 2) menyatakan bahwa fungsi perpustakaan

perguruan tinggi dapat dijabarkan lebih rinci sebagai berikut :

a) Studying Center, artinya bahwa perpustakaan merupakan pusat belajar maksudnya dapat dipakai untuk menunjang belajar (mendapatkan informasi sesuai dengan kebutuhan dalam jenjang pendidikan)

b) Learning Center, artinya berfungsi sebagai pusat pembelajaran (tidak hanya belajar) maksudnya bahwa keberadaan perpustakaan difungsikan sebagai tempat untuk mendukung proses belajar dan mengajar. (Undang-undang No 2 Tahun 1989 Pasal 35: Perpustakaan harus ada di setiap satuan pendidikan yang merupakan sumber belajar).

c) Research Center, hal ini dimaksudkan bahwa perpustakaan dapat dipergunakan sebagai pusat informasi untuk mendapatkan bahan atau data atau nformasi untuk menunjang dalam melakukan penelitian.

d) Information Resources Center, maksudnya bahwa melalui perpustakaan segala macam dan jenis informasi dapat diperoleh karena fungsinya sebagai pusat sumber informasi.

e) Preservation of Knowledge center, bahwa fungsi perpustakaan juga sebagai pusat pelestari ilmu pengetahuan sebagai hasil karya dan tulisan bangsa yang disimpan baik sebagai koleksi deposit, local content atau grey literatur

f) Dissemination of Information Center, bahwa fungsi perpustakaan tidak hanya mengumpulkan, pengolah, melayankan atau melestarikan namun juga berfungsi dalam menyebarluaskan atau mempromosikan informasi.

g) Dissemination of Knowledge Center, bahwa disamping menyebarluaskan informasi perpustakaan juga berfungsi untuk menyebarluaskan pengetahuan (terutama untuk pengetahuan baru)

Berdasarkan pendapat di atas dapat dinyatakan bahwa perpustakaan

perguruan tinggi sangat penting bagi masyarakat penggunanya dalam

mengembangkan ilmu pengetahuan dan untuk memperoleh informasi yang

berguna dalam pengembangan pendidikan sebagai fungsi edukasi, informasi, riset,

(5)

2.2 Pengertian Pengadaan Bahan Pustaka

Pengadaan bahan pustaka adalah salah satu dari kegiatan pelayanan teknis

pada suatu perpustakaan dalam usaha untuk memberikan informasi yang

dibutuhkan oleh para pengguna sesuai dengan perkembangan zaman. Melalui

kegiatan pengadaan bahan pustaka tersebut, perpustakaan berusaha menghimpun

bahan pustaka yang akan dijadikan koleksi perpustakaan baik itu koleksi seperti

buku, majalah, jurnal, surat kabar, brosur dan koleksi non cetak seperti kaset,

audio visual, mikrofilm, mikrofis, piringan hitam, video kaset, CD-ROM dan

lain-lain.

Menurut Sutarno (2006, 174) “Pengadaan atau akuisisi koleksi bahan

pustaka merupakan proses awal dalam mengisi perpustakaan dengan

sumber-sumber informasi”.

Menurut pendapat Sumantri, (2002, 29) Pengadaan bahan pustaka atau

koleksi adalah proses menghimpun dan menyeleksi bahan pustaka yang akan

dijadikan koleksi, hendaknya koleksi harus relevan dengan minat dan kebutuhan

peminjam serta lengkap dan aktual.

Menurut Darmono, (2001, 57) Pengadaan bahan pustaka merupakan

rangkain dari kebijakan pengembangan koleksi akhirnya akan bermuara pada

kegiatan pengadaan bahan pustaka.

Dari uraian beberapa pengertian pengadaan bahan pustaka yang

dikemukakan oleh para ahli di atas dapat dinyatakan bahwa pengadaan bahan

pustaka adalah rangkain kegiatan untuk menghimpun dan menyeleksi bahan

pustaka yang sekaligus berdasarkan peraturan kebijakan pengadaan bahan pustaka

sehingga dapat memenuhi bahan pustaka yang diminati penggunanya.

2.3 Tujuan Pengadaan Bahan Pustaka

Pengadaan bahan pustaka dimaksudkan agar koleksi perpustakaan sesuai

dengan kebutuhan pengguna. Kesesuain diharapkan dapat meningkatkan

pemanfaatan koleksi perpustakaan. Koleksi perpustakaan harus terbina dari suatu

seleksi yang sistematis dan terarah disesuaikan dengan tujuan, rencana, anggaran,

(6)

perpustakaan dapat dibina sebaik mungkin sehingga tujuan perpustakaan dapat

tercapai.Perpustakaan Nasional RI (2002, 6) menyatakan bahwa program

pengembangan koleksi bertujuan:

1. Menetapkan kebijakan pada rencana pengadaan bahan pustaka.

2. Menetapkan metode yang sesuai dan terbaik untuk pengadaan.

3. Mengadakan pemeriksaan langsung pada bahan pustaka yang

dikembangkan.

4. Mengadakan kerjasama antara perpustakaan pada pengadaan bahan

pustaka dan pelayanan setiap unit perpustakaan

5. Melakukan evaluasi pada koleksi yang dimiliki perpustakaan.

2.4 Fungsi Pengadaan Bahan Pustaka

Fungsi pengadaan bahan pustaka adalah menghimpun dan menyediakan

bahan pustaka yang akan dijadikan koleksi perpustakaan. Bagian pengadaan

bahan pustaka juga mengusahakan agar buku-buku yang dibutuhkan ada dalam

koleksi.

Bagian pengadaan bahan pustaka juga sangat memerlukan pembinaan

bahan pustaka atau koleksi. Pembinaan koleksi perpustakaan merupakan salah

satu dari kerja pelayanan teknis yang harus dilakukan perpustakaan dalam

usahanya untuk memberikan pelayanan informasi kepada pengguna. Untuk itu,

perlu disadari oleh petugas, anggota staff, dan pengguna bahwa secara umum

menjaga koleksi perpustakaan menjadi tanggung jawab bersama.

Kebijakan pengadaan bahan pustaka berfungsi sebagai:

1. Pedoman bagi para selektor untuk bekerja lebih terarah.

2. Sarana komunikasi untuk memberitahu pada para pemakai, administrator,

dewan pembina dan pihak lain, apa cakupan dan ciri-ciri koleksi yang

telah ada dan rencana untuk pengembangaan selanjutnya.

(7)

Sedangkan menurut Darmono (2001, 55) kebijakan pengadaan koleksi

Berfungsi sebagai pedoman, sarana komunikasi, dan perencanaan sebab kebijakan

tersebut:

1. Menjelaskan cakupan koleksi yang telah ada dan rencana pengembangan

selanjutnya, agar diketahui oleh staf perpustakaan, pemakai, administrator,

dan dewan pembina perpustakaan.

2. Memberi deskripsi yang sistis tentang strategi pengolahan dan

pengembangan koleksi yang diterapkan di perpustakaan.

3. Menjadi pedoman bagi para pustakawan sehingga ketaatan dalam proses

seleksi dan seleksi terjamin, koleksi yang responsive dan seimbang

terbentuk dan dana dimanfaatkan dengan sebijaksana mungkin.

4. Menjadi standar tolok ukur untuk menilai sejauh mana sasaran

pengembangan koleksi tercapai.

5. Berfungsi sebagai sumber informasi dan paduan bagi staf yang baru mulai

berpartisipasi dalam pengembangan koleksi.

6. Memperlancar koordinasi antar anggota staf pengadaan koleksi.

7. Memperlancar kerjasama antar perpustakaan dalam pengembangan koleksi

8. Membantu menjaga kontinuitas, khususnya apabila koleksi besar, serta

menjadi kerangka kerja yang memperlancar transisi dari pustakawan lama

ke penggantinya.

9. Membantu pustakawan menghadapi pengadaan berkenaan dengan bahan

yang telah diseleksi atau ditolak.

10.Mengurangi pengaruh kolektor tertentu dan selera pribadi.

11.Membantu mempertanggung jawabkan alokasi anggaran.

12.Menjadi sarana komunikasi, baik dengan masyarakat yang dilayani

maupun pihak luar lain yang memerlukan informasi mengenai tujuan dan

rencana pengadaan dan pengembangan koleksi.

Salah satu unsur pokok perpustakaan adalah koleksi, karena pelayanan

tidak dapat dilaksanakan secara maksimal apabila tidak didukung oleh adanya

(8)

setiap program studi dari perguruan tinggi tersebut. Untuk memberikan pelayanan

informasi dalam rangka mencapai tujuan perpustakaan perguruan tinggi,

Perpustakaan harus berusaha untuk menyediakan berbagai informasi dan bahan

pustaka yang sesuai dengan kebutuhan lingkungan perguruan tinggi dimana

perpustakaan berada.

Menurut Sumardji (1998, 22) “Koleksi perpustakaan adalah sekumpulan

atau sekelompok bahan pustaka yang berisi karya-karya mengenai informasi

tertentu yang disusun secara sistematis.” Sedangkan menurut Darmono (2001, 60)

“Koleksi adalah sekumpulan rekaman informasi dalam berbagai bentuk tercetak

(buku, majalah, surat kabar) dan bentuk tidak tercetak (bentuk mikro, bahan audio

visual, peta)”.

Suatu perguruan tinggi menyediakan informasi dan koleksi-koleksinya

dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan pengguna akan informasi dan

pengetahuan ilmiah lainya, untuk mendukung seluruh kegiatan sivitas akademi

masyarakat perguruan tinggi tersebut.

Koleksi yang dimiliki perpustakaan memiliki fungsi sebagaimana yang

dinyatakan dalam Buku Pedoman Perpustakaan Perguruan Tinggi (2004: 30)

bahwa fungsi koleksi adalah:

1. Fungsi pendidikan

Untuk Menunjang program pendidikan dan pengajaran, perpustakaan

mengadakan bahan pustaka yang sesuai atau relevan dengan jenis dan tingkat

program yang ada.

2. Fungsi penelitian

Untuk menunjang program penelitian perguruan tinggi, perpustakaan

menyediakan sumber informasi tentang berbagai hasil penelitian dan kemajuan

ilmu pengetahuan mutakhir.

3. Fungsi referensi

Fungsi ini melengkapi fungsi yang di atas dengan menyediakan bahan

bahan referensi diberbagai bidang dan alat-alat bibliografis yang diperlukan untuk

(9)

4. Fungsi umum

Perpustakaan perguruan tinggi juga merupakan pusat informasi bagi

masyarakat di sekitarnya, fungsi ini berhubungan dengan program pengabdian

masyarakat dan pelestarian bahan pustaka serta hasil budaya manusia yang lain.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa koleksi perpustakaan

mempunyai fungsi pendidikan, penelitian, referensi dan umum. Maka jelaslah

bahwa koleksi perpustakaan adalah unsur pokok perpustakaan yang harus dibina

secara teratur dan terencana.

2.5 Jenis Bahan Pustaka

Untuk dapat memberikan informasi semaksimal mungkin kepada

pengguna, maka perpustakaan harus berusaha menyediakan koleksi yang beraneka

ragam, jenis dan bentuk, serta kandungan informasinya sesuai dengan kebutuhan

pengguna. Koleksi perpustakaan tidak terbatas hanya pada buku saja, tetapi

meliputi segala macam bentuk cetak dan rekaman.

Menurut Yulia (1995, 3) jenis bahan pustaka yang tercakup dalam koleksi

perpustakaan adalah:

1. Karya cetak

Karya cetak adalah hasil pikiran manusia yang dituangkan dalam bentuk cetak yaitu seperti :

a. Buku

Bahan pustaka yang merupakan satu kesatuan yang utuh dan yang paling umum terdapat dalam koleksi perpustakaan. Berdasarkan standar dari unesco tebal buku paling sedikit 49 halaman tidak termasuk kulit maupun jaket buku. Diantaranya buku fiksi, buku teks dan buku rujukan.

b. Terbitan berseri

Bahan pustaka yang direncanakan untuk diterbitkan terus dalam jangka waktu terbit tertentu. Yang termasuk dalam bahan pustaka ini adalah harian (surat kabar), majalah (mingguan, bulanan, dan lainya) laporan yang terbit dengan jangka waktu tertentu, seperti laporan tahunan, triwulan dan sebagainya.

2. Karya noncetak

(10)

atau pun bahan pandang dengar, yang termasuk dalam jenis bahan pustaka ini adalah:

• Rekaman suara, yaitu bahan pustaka dalam bentuk pita kaset dan piringan hitam. Sebagai contoh untuk koleksi perpustakaan adalah buku pelajaran bahasa Inggris yang dikombinasikan dengan pita kaset.

• Gambar hidup dan rekaman video, yang termasuk dalam bentuk ini adalah film dan kaset video. Kegunaannya selain yang bersifat rekreasi juga dipakai untuk pendidikan. Misalnya untuk pendidikan pemakai, dalam hal ini bagaimana mencari menggunakan perpustakaan.

• Bahan grafika. Ada dua tipe bahan grafika yaitu bahan pustaka yang dapat dilihat langsung (misalnya lukisan, bagan, foto, gambar teknik dan sebagainya) dan yang harus dilihat dengan bantuan alat (misalnya selid, transparasi, dan filmstrip).

• Bahan kartografi, yang termasuk ke dalam jenis ini adalah peta, atlas, bola dunia, foto udara dan sebagainya.

3. Bentuk mikro

Bentuk mikro adalah suatu istilah yang digunakan untuk menunjukan semua bahan pustaka yang menggunakan media film dan tidak dapat dibaca dengan mata biasa melainkan harus memakai alat yang dinamakan micro-reader. bahan pustaka ini digolongkan tersendiri. Tidak dimasukan ke dalam bahan non cetak hal ini disebabkan informasi yang tercakup di dalamnya meliputi bahan tercetak seperti majalah, surat kabar dan sebagainya. Ada tiga macam bentuk mikro yang sering menjadi koleksi perpustakaan yaitu:

1. Mikrofilm, bentuk mikro dalam gulungan film, ada beberapa ukuran film yaitu16 mm, dan 35 mm.

2. Mikrofis, bentuk mikro dalam lembaran film dengan ukuran 105 mm dan 148 mm (standar) dan 75 mm x 125 mm.

3. Micropaque, bentuk mikro dimana informasinya dicetak ke dalam kertas yang mengkilat tidak tembus cahaya. Ukurannya sebesar mikrofis.

4. Karya dalam bentuk elektronik dengan adanya teknologi informasi, maka informasi dapat dituangkan kedalam media elektronik seperti pita magnetis dan cakram atau disc. Untuk membacanya diperlukan perangkat keras seperti komputer, CD-ROM, player dan sebaginya.

Sedangkan menurut Buku Pedoman Perpustakaan Perguruan Tinggi (2004,

38) menyatakan bahwa yang termasuk ke dalam koleksi perpustakaan perguruan

(11)

1. Buku teks, baik untuk mahasiswa maupun dosen, baik yang diwajibkan maupun yang dianjurkan untuk mata kuliah tertentu.

2. Buku referensi, termasuk buku referensi umum, referensi bidang studi kasus, alat-alat bibliografi seperti indeks, abstrak, laporan tahunan, kamus, ensiklopedia, katalog, dan lain-lain..

3. Pengembangan ilmu, yang melengkapi dan memperkaya pengetahuan pemakai selain dari bidang studi dasar.

4. Penerbitan berkala seperti majalah, surat kabar dan lain-lain.

5. Penerbitan perguruan tinggi, baik perguruan tinggi dimana perpustakaan bernaung, maupun penerbitan perguruan tinggi lainya.

6. Penerbitan pemerintah, terutama penerbitan resmi, baik yang bersifat umum maupun yang menyangkut kebutuhan khusus perguruan tinggi yang bersangkutan.

7. Koleksi khusus, yang berhubungan dengan minat khusus perpustakaan, seperti koleksi tentang kebudayaan tertentu, subjek tertentu, dan sebagainya.

8. Koleksi bukan buku yang berupa koleksi audio visual (film, tape, kaset, video tape, piringan hitam, dan sebagainya).

2.6 Pemilihan Bahan Pustaka

Kegunaan pemilihan bahan pustaka adalah untuk menyesuaikan koleksi

dengan kebutuhan pengguna baik kuantitas maupun kualitasnya. Selain itu

pemilihan bahan pustaka dilakukan berdasarkan kemampuan dana yang tersedia.

Adapun tujuan pemilihan bahan pustaka menurut Sulistyo-Basuki (2001,

427) adalah: “ Mengembangkan koleksi perpustakaan yang baik dan seimbang,

sehingga mampu melayani kebutuhan pengguna yang berubah dan tuntunan

pengguna masa kini serta masa mendatang”.

Dengan adanya tujuan tersebut, diharapkan perpustakaan dapat

mengembangkan koleksinya secara baik dan seimbang. Agar tujuan dari

pemilihan bahan pustaka tersebut dapat tercapai diperlukan langkah-langkah

dalam pemilihan bahan pustaka.

Langkah-langkah yang diambil dalam pemilihan bahan pustaka menurut

Buku Pedoman Pembinaan Koleksi Perpustakaan Perguruan Tinggi (1999, 12)

adalah:

1. Inisiatif pemilihan dimulai oleh pemakai, baik atas kemampuan sendiri atau atas permintaan pustakawan.

(12)

3. Data untuk buku terdiri dari pengarang, judul, edisi, tahun, penerbit, ISBN, jumlah yang dipesan, harga, dalam formulir di cantumkan pula keterangan untuk apa buku diusulkan.

4. Data untuk majalah terdiri dari judul, alamat penerbit, ISSN, harga bilaman mulai berlangganan dan disertai pula persetujuan atasan si pengusul.

5. Daftar usulan dapat diserahkan langsung kepada pimpinan perpustakaan atau atasan pengusul.

6. Petugas pengadaan mengadakan verifikasi dengan cara :

• Memeriksa dan melengkapi data bibliografi dari setiap bahan yang diusulkan dengan memakai alat bantu pemilihan.

• Mencocokkan daftar usulan dengan koleksi yang ada melalui katalog perpustakaan, katalog majalah dan sebagainya.

• Diteliti pula apakah ada yang sedang dalam pemesanan.

• Apabila oleh karena anggaran, sehingga tidak semua usul dapat diterima maka dibuatkan kartu desiderata yang akan dipertimbangkan, kemudian apabila tersedia dana, atau diusahakan dari sumber lain.

• Apabila ada bahan yang diusulkan yang sudah ada atau yang sedang dalam pemesanan, perlu diputuskan apakah perlu ditambah atau tidak. Usul diterima bila yang dipesan merupakan edisi yang lebih baru dari yanbg dimiliki perpustakaan.

• Keputusan yang diambil harus dikomunikasikan kepada yang mengusulkan, melalui pimpinan perpustakaan.

Selain menentukan langkah-langkah dalam pemilihan bahan pustaka,

perpustakaan juga harus mempertimbangkan beberapa hal dalam pemilihan bahan

pustaka, agar bahan pustaka yang diperoleh memiliki mutu yang baik sesuai

dengan kebutuhan pengguna.

Menurut Buku Pedoman Perpustakaan Perguruan Tinggi (2004, 25) ada

beberapa azas yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan bahan pustaka, yaitu

sebagai berikut :

1. Wibawa penulis buku dan pentingnya buku tersebut untuk bidang studi

tertentu.

2. Isi bahan perpustakaan cukup bermakna bagi pengembangan bidang studi.

3. Bahasan bahan perpustakaan memuat pandangan yang seimbang,

khususnya buku yang memuat masalah controversial.

4. Kualitas isi bahan perpustakaan.

5. Kepantasan harga.

(13)

7. Terbitan terbaru memperoleh prioritas diatas terbitan lama. Bahan

perpustakaan lama dapat diadakan sejauh tersedianya dana. Dan dapat

mengisi kekurangan koleksi bidang studi tertentu.

8. Bahan perpustakaan renik, misalnya mikrofis, jangan dirangkapi dengan

bentuk buku kecuali ada alasan tertentu yang dapat diterima.

9. Setiap bahan perpustakaan rujukan, misalnya ensiklopedi, cukup diadakan

satu perangkat kecuali jika ada alasan tertentu.

10.Buku ajar diadakan dalam jumlah eksemplar terbatas. Mahasiswa

hendaknya melengkapi diri dengan buku ajar yang diperlukan.

2.6.1 Prinsip Pemilihan Bahan Pustaka

Koleksi yang sesuai dengan kebutuhan pengguna dapat meningkatkan

mutu perpustakaan. Suatu perpustakaan harus dapat mengembangkan koleksinya.

Dalam meningkatkan mutu koleksi perpustakaan perguruan tinggi perlu diingat

prinsip-prinsip pemilihan bahan pustaka perguruan tinggi. Dengan adanya prinsip

ini, perpustakaan akan terhindar dari kekeliruan dalam menentukan koleksinya.

Secara umum prinsip pemilihan bahan pustaka perguruan tinggi menurut

Buku Pedoman Pembinaan Koleksi Perpustakaan Perguruan Tinggi (1999, 11)

adalah:

1. Hendaknya semua bahan pustaka yang dipilih secara cermat dan disesuaikan dengan standar kebutuhan pengguna perpustakaan dalam suatu prioritas yang telah ditetapkan.

2. Hendaknya pengadaan koleksi diatur dan dituangkan dalam suatu peraturan kebijakan tertulis dan disahkan oleh rektor

3. Hendaknya kebijakan itu memperhatikan kelima prinsip utama pembinaan koleksi perpustakaan yaitu:

a. Relevansi

Koleksiperpustakaan hendaknya relevan dengan program pendidikan, pengajaran, penelitian dan pengabdian masyarakat yang diselenggarakan oleh lembaga induknya. untuk itu perlu diperhatikan jenis, variasi dan jenjang program yang ada yaitu jumlah dan besar fakultas, jurusan, lembaga dan seterusnya, tingkat pra sarjana, sarjana, pasca sarjana dan doctor maupun program tanpa gelar (non degree program).

b. Berorientasi kepada keperluan pengguna

(14)

program doctor) dosen, peneliti, administrartor dan seterusnya yang kebutuhan informasinya berbeda-beda.

c. Kelengkapan

Hendaknya diusahakan agar koleksi perpustakaan tidak hanya terdiri dari buku teks yang langsung dipakai untuk mata kuliah yang berkaitan, tetapi juga menyangkut ilmu-ilmu yang berkaitan erat dengan program-program yang ada secara lengkap. Perlu diusahakan supaya semua komponen koleksi mendapat perhatian yang wajar, sesuai dengan tingkat prioritas yang ditentukan.

d. Kemutakhiran

Disamping harus lengkap, maka perpustakaan harus berusaha untuk mengadakan sumber-sumber informasi paling mutakhir, sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dewasa ini.

e. Kerjasama antar pustakawan, dosen, mahasiswa dan lain-lain

Hendaknya semua yang berkepentingan dalam pembinaan koleksi (pustakawan, pengajar, administrator, mahasiswa) menjalin kerjasama yang erat agar pelaksanaannya berjalan secara efektif dan efesien.

Sedangkan menurut Buku Pedoman Perpustakaan Perguruan Tinggi (2004,

13) prinsip-prinsip pemilihan bahan pustaka adalah sebagai berikut:

1. Pemilihan dilakukan dengan cermat oleh pihak yang berwenang memilih berdasarkan skala prioritas.

2. Pengadaan koleksi disesuaikan dengan program pendidikan yang dimiliki perguruan tinggi yang bersangkutan.

3. Bahan yang dipilih disesuaikan dengan kebutuhan pengguna yang terdiri dari mahasiswa, dosen, peneliti, dan pegawai administrasi. 4. Koleksi hendaknya lengkap, tidak saja buku ajar wajib, tetapi juga

meliputi bahan-bahan yang berkaitan dengan program pendidikan dan peneliti.

5. Bahan yang diadakan diusahakan bersifat mutakhir sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan.

2.6.2 Pihak-Pihak yang Berwenang Melakukan Pemilihan Bahan Pustaka

Dalam suatu perpustakaan, pihak yang berwenang untuk melakukan

pemilihan bahan pustaka bukan hanya pustakawan tetapi semua unsur yang

berkepentingan, termasuk pengguna jasa perpustakaan. Menurut Yulia ( 1995, 75)

pihak-pihak yang berwenang untuk melakukan pemilihan bahan pustaka adalah :

1. Pada perpustakan sekolah, pihak yang berwenang melakukan pemilihan bahan pustaka adalah kepala sekolah, dan wakil kepala sekolah, serta guru, pelajar boleh saja memberikan saran.

(15)

3. Pada perpustakaan perguruan tinggi, pihak yang berwenang melakukan pemilihan adalah pimpinan universitas, pimpinan fakultas, dosen, staf dan mahasiswa menyarankan dan harus dipertimbangkan kesesuainya dengan kebutuhan.

4. Pada perpustakaan khusus, pihak yang berwenang melakukan pemihan adalah pimpinan Institusi dimana perpustakan tesebut bernaung.

5. Pada akhirnya, pustakawanlah yang berwenang apabila bahan pustaka tersebut dipilih atau tidak, karena pustakawanlah yang mengetahui apakah bahan pustaka tersebut cocok atau tidak serta dana yang tersedia.

Menurut Buku Pedoman Pembinaan Koleksi Perpustakaan Perguruan

Tinggi (1999, 11) Menyatakan pihak yang berwenang dalam pemilihan bahan

pustaka di perguruan tinggi adalah:

• Para pengajar.

• Para peneliti dan administrator.

• Anggota panitia perpustakaan atau badan semacam itu yang terdiri dari pengajar, pustakawan dan fungsionaris bidang akademik.

• Mahasiswa pengguna perpustakaan.

Selain yang disebutkan di atas menurut Sulistyo-Basuki (2001, 429)

menyatakanuntuk dapat melakukan pemilihan bahan pustaka, pihak-pihak yang

berhubungan harus memiliki pengetahuan seperti :

1. Menguasai sarana bibliografi yang tersedia, paham akan dunia penerbitan, khususnya mengenai penerbit spesialisasi para penerbit, kelemahan mereka, standar hasil terbitan yang ada selama ini dan keunggulan suatu penerbit.

2. Mengetahui latar belakang para pemakai perpustakaan misalnya siapa saja yang menjadi anggota, minat dan penelitian yang sedang dan telah dilakukan berapa banyak mereka menggunakan perpustakaan dan mengapa ada kelompok pengguna bahan pustaka yang satu berbeda dengan pengguna perpustakan lain.

3. Mengetahui kebutuhan para anggota.

4. Personil pemilihan buku harus bersifat netral serta harus menguasai informasi dan akal sehat dalam pemilihan.

5. Pengetahuan mendalam mengenai koleksi perpustakan.

(16)

2.6.3 Alat Bantu Pemilihan Bahan Pustaka

Untuk mengetahui apakah bahan pustaka tersebut sesuai dengan

kebutuhan pengguna perpustakan, maka diperlukan alat bantu pemilihan bahan

pustaka.

Menurut Milburga (2000, 74) alat bantu seleksi bahan pustaka tersebut

adalah :

1. Judul, anak judul, judul paralel 2. Edisi, negara, bahasa, bentuk 3. Kota terbit, penerbit

4. Tahun terbit 5. Harga langanan 6. ISSN/ISBN7.

7. Bibliografi Nasional dan Internasional 8. Bibliografi khusus bidang ilmu

9. Daftar tambahan koleksi perpustakan lain 10.Tim, bagan buku, iklan dan lain-lain.

Selain pendapat di atas, Menurut Buku Pedoman Perpustakaan Perguruan

Tinggi (2004, 38) yang termasuk alat bantu pemilihan bahan pustaka adalah

terdiri dari:

1. Silabus

2. Katalog penerbit 3. Bibliografi

4. Daftar perolehan buku dari perpustakaan 5. Tinjauan dari resensi buku

6. Iklan dan selebaran terbitan berseri 7. Book in print

8. Pangkalan data

2.7 Sistem Pengadaan bahan pustaka

Ada beberapa sistem yang dapat digunakan dalam mengadakan bahan

pustaka. Pengadaan bahan pustaka adalah proses menghimpun bahan pustaka

yang akan dijadikan koleksi bahan perpustakaan. Koleksi yang diadakan suatu

perpustakaan hendaknya relavan dengan minat kebutuhan, lengkap dan terbitan

mutakhir agar tidak mengecewakan pengguna yang dilayani.

Dalam Buku Perpustakaan Perguruan Tinggi (2004, 54), sistem pengadaan

(17)

1. Pembelian

2. Hadiah atau Sumbangan 3. Penerbitan sendiri 4. Titipan

Sedangkan menurut Akbar (2010, 4) menyatakan bahwa sistem pengadaan

bahan pustaka dapat dilakukan dengan:

1. Pembelian 2. Pemesanan

3. Hadiah atau Sumbangan 4. Tukar menukar

5. Penerbitan sendiri 6. Titipan

2.7.1 Pengadaan Bahan Pustaka Melaui Pembelian

Pengadaan bahan pustaka dengan cara pembelian adalah cara yang sangat

efektif dan dapat memenuhi kebutuhan pemakai, oleh sebab itu dibutuhkan

anggaran keuangan yang memadai sesuai dengan harga buku, dengan pembelian

pustakawan bisa memilih bahan pustaka yang diinginkan dan cocok untuk para

pengguna perpustakaan.

2.7.2 Pengadaan Bahan Pustaka Melalui Pemesanan

Pemesanan dapat dilakukan pada penerbit atau pada toko buku yang relatif

murah. Penerbit Indonesia umumnya melayani permintaan perpustakaan, namun

tidak dengan penerbit asing. Pemesanan juga bisa pada penjaja atau vendors

selaku perantara. Biasanya, untuk buku-buku asing karena penerbit asing, hanya

melayani toko-toko buku dan vendors. Untuk di Indonesia yang menjadi vendors

yaitu ada toko buku atau importir buku. Dalam hal ini, Soeatminah menegaskan

bahwa: perpustakaan hendaklah memilih penjaja sesuai dengan subjek dan jenis

perpustakaan karena banyak penjaja mengkhususkan dalam bidang tertentu

2.7.3 Pengadaan Bahan Pustaka Melalui Hadiah

Pengertian koleksi melalui hadiah yaitu, ada hadiah yang memang diminta

(18)

Hadiah atas permintaan dapat diajukan kepada lembaga ilmiah di dalam

dan luar negeri ataupun dari perorangan. Sedangkan hadiah tidak atas permintaan,

biasanya dari pribadi dan lembaga yang tidak ingin menyumbangkan koleksinya

kepada perpustakaan. Sedangkan sumbangan wajib biasanya terjadi pada

perpustakaan perguruan tinggi dengan menggunakan wajib sumbangan buku bagi

mahasiswa yang telah menyelesaikan skripsinya, karena kondisi sosial dan

ekonomi yang masih belum sepenuhnya berkembang, tradisi pengembangan

perpustakaan dengan melalui sumbangan atau hadiah masih belum memasyarakat.

2.7.4 Pengadaan Bahan Pustaka Melalui Tukar Menukar

Buku dari suatu pustaka tertetu tidak dapat diberi di toko buku, hanya

dapat diperoleh, melalui pertukaran ataupun hadiah. Tukar menukar bahan

pustaka dapat dilakukan apabila perpustakaan memiliki sejumlah bahan pustaka

yang tidak diperlukan lagi atau jumlah pustaka yang terlalu banyak, atau hadiah

yang tidak diinginkan, dan tentunya ada keinginan untuk ditukarkan dengan bahan

yang lain. Pada proses tukar menukar dibutuhkan kesepakatan yang lazimnya

memiliki perbandingan 1 : 1 tidak memandang berat, tebal atau tipis publikasi,

harga, bahasa walaupun aksara publikasi. (Supriyanto, 1997, 92)

Jadi ada dua jenis aktivasi penukaran, penukaran bahan-bahan yang tidak

diperlukan dan penukaran bahan-bahan yang baru antara dua perpustakaan.

2.7.5 Bahan Pustaka Melalui Titipan

Perpustakaan dapat menambah koleksi dengan cara menerima titipan dari

lembaga ataupu perorangan. Penerimaan titipan haruslah bahan pustaka yang

benar-benar dibutuhkan oleh pengguna dan harus ada kesepakatan diantara pihak

yang menitip dengan perpustakaan. Perpustakaan bertanggung jawab penuh atas

(19)

2.7.6 Pengadaan Bahan Pustaka Melalui Penerbitan Sendiri

Dalam buku Pedoman Pembinaan Koleksi Perpustakaan Perguruan Tinggi

(1992, 19), penerbit sendiri mencakup :

1. penerbitan dari lembaga induk tempat perpustakaan berada:

• Perpustakaan hendaknya dijadikan pusat penyimpanan (depository) semua penerbitan lembaga itu

• Perpustakaan dapat ditunjuk sebagai penyalur dari semua penerbitan lembaga itu

2. Penerbitan oleh perpustakaan sendiri seperti daftar tambahan koleksi

bulletin, manual, bibliografi dan lain-lain

2.8 Inventaris Bahan Pustaka

Inventarisasi merupakan tahap paling awal dalam pengolahan bahan

pustaka. Manfaat dari kegiatan inventarisasi ini antara lain:

1. Memudahkan pustakawan dalam merencanakan pengadaan koleksi

pada tahun-tahun berikutnya.

2. Memudahkan pustakawan melakukan pengawasan terhadap koleksi

yang dimiliki.

3. Memudahkan pustakawan dalam menyusun laporan tahunan tentang

perkembangan koleksi yang dimiliki.

Selain itu, menurut Qalyubi (2007), dengan membuat buku inventaris yang

baik serta pengisian data yang tepat maka perpustakaan akan mudah dalam

membuat statistik dan laporan tentang beberapa hal yaitu :

1. jumlah bahan pustaka yg dimiliki perpustakaan, 2. jumlah judul dan eksemplarnya,

3. jumlah judul dan eksemplarnya berdasarkan bahasa, 4. jumlah buku fiksi, buku teks, buku referensi, dan lain-lain, 5. jumlah penambahan bahan pustaka setiap tahun, dan 6. jumlah anggaran yang dikeluarkan”.

Untuk inventarisasi pustaka dapat dipilih bentuk buku, kartu, maupun

(20)

1. Nomor urut

2. Tanggal: diisikan tanggal kapan buku bahan pustaka tersebut diterima

dan menjadi milik perpustakaan.

3. Nomor inventaris: kegiatan memberikan penomoran buku berdasarkn

urutan penerimaannya. Nomor inventaris disebut juga dengan nomor

induk buku yang merepresentasikan bahwa buku tersebut merupakan

koleksi ke… (sekian) yang dimiliki perpustakaan. Sebuah Setiap

eksemplar bahan pustaka memiliki nomor induk yang berbeda

meskipun judul, pengerang, penerbit, dan tahun terbitnya sama.

Apabila bahan pustaka hilang kemudian diganti buku yang sama

dengan cetakan yang sama maka nomor induk yang digunakan sesuai

dengan nomor induk dari buku yang hilang. Nomor inventaris buku

dapat merepresentasikan jumlah keseluruhan bahan pustaka yang

dimiliki perpustakaan.Ada 2 macam cara pemberian nomor induk :

001, 002, 003… dan seterusnya atau 0001/09, 0002/09,0003/09 … dan

seterusnya.

4. Asal: keterangan biasanya diisi dengan simbol sesuai dengan cara

pengadaannya. Misalnya : Pembelian (B), pemberian/hadiah/hibah

(H), Penggandaan (C).keterangan biasanya diisi dengan simbol sesuai

dengan cara pengadaannya. Misalnya : Pembelian (B),

pemberian/hadiah/hibah (H), Penggandaan (C).

5. Pengarang

6. Judul

7. Impresium

8. Sandi pustaka

Beberapa kegiatan atau pekerjaan dalam inventarisasi adalah sebagai

berikut:

1. Pemeriksaan

(21)

isinya apakah ada halaman yang kosong dan apakah kualitas pencetakannya sudah sesuai.

2. Pengelompokkan

Pengelompokkan dilakukan dengan mengelompokkan bahan pustaka yang telah diperiksa tadi ke dalam bidang-bidang umum, misalnya dikelompokkan berdasarkan judul. Hal ini bertujuan agar memudahkan pekerjaan selanjutnya, seperti penelusuran sementara ataupun pengontrolan.

3. Pengecapan

Pengecapan stempel kepemilikan dan stempel inventaris dilakukan atas bahan pustaka yang dikelompokkan tadi, pada halaman atau bagian tertentu dari bahan pustaka tersebut. Pada umumnya, minimal tiga cap kepemilikan dibubuhkan pada setiap bahan pustaka. Misalnya pada halaman judul, halaman tertentu di tengah-tengah (contohnya dicap di halaman 17 atau 27 pada bahan pustaka), dan halaman terakhir. Sedangkan, satu cap inventaris dibubuhkan pada setiap halaman judul. 4. Pencatatan

Referensi

Dokumen terkait

manfaat dari penelitian ini adalah membantu Columbus Palembang dalam menyusun basis data terdistribusi yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan serta menyelesaikan permasalahan yang

harvesting of woods and plants. Establishing

Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui perbedaan hasil belajar IPA siswa kelas VII SMP Negeri 11 Yogyakarta Tahun Ajaran 2016/2017 antara pembelajaran menggunakan

Hasil penelitian dan setelah dilakukan olahan data, kategori dukungan petugas kesehatan kurang mendukung Berdasarkan wawancara pada responden dengan dukungan petugas

Berdasarkan hasil penelitian, Implementasi Kebijakan Peraturan Daerah Kabupaten Pangandaran Nomor 3 Tahun 2016 Tentang Retribusi Tempat Rekreasi Di Kawasan Objek

3 Apakah keluarga (suami, orangtua, atau saudara) selalu memotivasi ibu dalam menjaga kesehatan selama kehamilan.. 4 Apakah keluarga (suami, orangtua, atau saudara)

Goodinson dan Singleton (O’Connor, 2004) mengemukakan defenisi kualitas hidup sebagai derajat kepuasan atas penerimaan suasana kehidupan saat ini. Tidak adanya

Pemakaian peralatan pelindung yang cocok (termasuk peralatan pelindung diri yang dirujuk dalam Bagian 8 dalam lembar data keselamatan) untuk mencegah kontaminasi terhadap kulit,