• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tingkat Kesukaan Konsumen Terhadap Berbagai Bentuk Kemasan Simplisia Teh Daun Gaharu (A. Malaccensis Lamk.) Dan Kandungan Antioksidannya Chapter III V

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tingkat Kesukaan Konsumen Terhadap Berbagai Bentuk Kemasan Simplisia Teh Daun Gaharu (A. Malaccensis Lamk.) Dan Kandungan Antioksidannya Chapter III V"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

METODOLOGI PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2016 hingga bulan Maret 2017. Pengambilan sampel dilakukan di pertanaman pohon gaharu di Desa Bahorok, Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara. Pengujian kadar air, pembuatan ekstrak etanol dan ekstrak air simplisia daun gaharu dilakukan di Laboratorium Farmakognosi di Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara. Pengujian antioksidan dilakukan di Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi, Universitas Sumatera Utara. Survei tingkat kesukaan masyarakat terhadap bentuk dan kemasan simplisia teh daun gaharu serta kandungan antioksidannya dilakukan di sekitar kampus dan tempat umum.

Bahan dan Alat Penelitian

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah daun gaharu (A. malaccensis Lamk.), tisu lensa, kertas perkamen, kertas saring dan gula. Bahan kimia yang digunakan adalah bahan-bahan kimia lainnya yang berkualitas pro analisis adalah DPPH (Sigma), metanol, etanol 96% dan air suling, serta aluminium foil, plastik polietilen dan kemasan teh celup sebagai kemasan teh daun gaharu.

(2)

Prosedur Penelitian

Pengambilan Sample Tanaman

Pengambilan sampel dilakukan secara purposive tanpa membandingkan dangan tanaman yang sama dari daerah yang lain. Sample yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun gaharu yang diambil dari pertanaman pohon gaharu di Desa Bahorok, Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara.

Pembuatan Simplisia, Pengemasan dan Teh Daun Gaharu

1. Dibersihkan sampel daun gaharu dari kotoran yang menempel dengan air mengalir.

2. Dilayukan dengan disebarkan di atas kertas perkamen hingga air terserap. 3. Dilakukan pengeringan di lemari pengering pada temperatur ± 40ºC sampai

kering (ditandai bila diremas daun akan rapuh). 4. Diblender daun yang sudah kering.

5. Dimasukkan ke dalam plastik polietilen, di kemas dalam bentuk teh celup dan dimasukkan ke dalam aluminium foil.

6. Diseduh teh daun gaharu menjadi minuman teh untuk selanjutnya diuji rasa, aroma, dan warna (uji hedonik) dan dalam bentuk kemasan simplisia apa yang paling disukai kepada panelis berupa masyarakat baik di lingkungan kampus maupun masyarakat umum.

Pembuatan Ekstrak Air

(3)

dengan suhu 80ºC, sesekali diaduk hingga mendidih. Setelah mendidih, hot plate dimatikan dan di diamkan selama 15 menit. Setelah itu, disaring menggunakan kain flanel putih dan kemudian di peras. Kemudian ekstrak cair yang didapatkan, dimasukkan kedalam cawan penguap dan di uapkan menggunakan water bath dan kemudian akan didapatkan ekstrak pekat (kental).

Pembuatan Ekstrak Etanol

Pembuatan ekstrak dilakukan secara maserasi dengan pelarut etanol 96%, sebanyak 200 g serbuk simplisia dimasukkan ke dalam wadah kaca, dituangi dengan 1500 ml etanol 96%, ditutup, dibiarkan selama 5 hari terlindung dari cahaya dan sesekali diaduk. Setelah 5 hari campuran tersebut diserkai (saring). Ampas dicuci dengan etanol 96% secukupnya hingga diperoleh 2000 ml, lalu dipindahkan dalam bejana tertutup dan dibiarkan di tempat sejuk terlindung dari cahaya selama 2 hari, kemudian diendapkan lalu disaring. Maserat dipekatkan menggunakan alat rotary evaporator pada suhu 40°C sampai diperoleh maserat pekat kemudian dikeringkan menggunakan freeze dryer sehingga diperoleh ekstrak kering (Ditjen POM, 1979).

Penetapan Kadar Air

Penetapan kadar air dilakukan dengan metode Azeotropi (Destilasi Toluen). 1. Dimasukkan 100 ml toluen dalam 1 ml air suling ke dalam labu alas bulat,

didestilasi selama 2 jam, toluen didinginkan selama 30 menit dan volume air didalam tabung penerima dibaca, kemudian ke dalam labu dimasukkan 2,5 g sampel lalu dipanaskan selama 15 menit.

(4)

sampai 4 tetes tiap detik. Setelah semua air terdestilasi, bagian dalam pendingin dibilas dengan toluen, destilasi dilanjutkan selama 5 menit, kemudian tabung penerima dibiarkan mendingin pada suhu kamar.

3. Setelah air dan toluen memisah sempurna, dibaca volume air dengan ketelitian 0,05 ml. Kadar air dihitung dalam persen (WHO, 1998).

Pengujian Kemampuan Antioksidan dengan Spektrofotometer UV-Visibel

1. Prinsip Metode Pemerangkapan Radikal Bebas DPPH

Kemampuan sampel uji dalam meredam proses oksidasi radikal bebas DPPH dalam larutan metanol (sehingga terjadi perubahan warna DPPH dari ungu menjadi kuning) dengan nilai IC50

2. Pembuatan Latutan DPPH 0,5 mM

(konsentrasi sampel uji yang memerangkap radikal bebas 50%) sebagai parameter menentukan aktivitas antioksidan sampel uji tersebut.

Timbang 20 mg DPPH kemudian dilarutkan dengan metanol dalam labu tentukur 100 ml. Volumenya dicukupkan dengan metanol sampai garis tanda (Larutan DPPH 0,5 mM, konsentrasi 200 ppm) (Molyneux, 2004).

3. Pembuatan Larutan Blanko

Larutan DPPH 0,5 mM (konsentrasi 200 ppm) dipipet sebanyak 5 ml, kemudian dimasukkan ke dalam labu tentukur 25 ml, dicukupkan volumenya dengan metanol sampai garis tanda (konsentrasi 40 ppm).

4. Penentuan Panjang Gelombang Serapan Maksimum

(5)

5. Pembuatan Larutan Sample

Sebanyak 25 mg ekstrak daun gaharu (A. Malaccensis Lamk.) ditimbang kemudian dilarutkan dalam labu tentukur 25 ml dengan metanol lalu volumenya dicukupkan dengan metanol sampai garis tanda (konsentrasi 1000 ppm).

6. Penentuan Operating Time

Larutan sample dipipet 5 ml, kemudian dimasukkan kedalam labu tentukur 25 ml, kemudian ditambahkan 5 ml larutan DPPH 0,5 mM (40 ppm). Dicukupkan dengan metanol sampai garis tanda dan dibaca tiap menit. Diamati absorbansinya pada panjang gelombang maksimum.

7. Pengukuran absorbansi DPPH setelah penambahan sample

Larutan induk dipipet sebanyak 1 ml; 1,5 ml; 2 ml; 2,5 ml kemudian masing-masing dimasukkan ke dalam labu tentukur 25 ml (untuk mendapatkan konsentrasi 40 ppm, 60 ppm, 80 ppm, 100 ppm), kemudian dalam masing-masing labu tentukur ditambahkan 5 ml larutan DPPH 0,5 mM (konsentrasi 40 ppm) lalu volume dicukupkan dengan metanol sampai garis tanda, didiamkan di tempat gelap.

8. Penentuan Persen Peredaman

Kemampuan aktivitas antioksidan sample dan vitamin C dapa diukur sebagai penurunan serapan larutan DPPH (peredaman warna ungu DPPH) akibat adanya penambahan larutan sample. Nilai serapan absorbansi hasil pengukuran DPPH sebelum dan sesudah penambahan larutan sample dibagi serapan pengukuran larutan DPPH sebelum penambahan sample dihitung sebagai persen inhibisi (% peredaman) dengan rumus sebagai berikut :

%Peredaman = Absorbansi DPPH– Absorbansi sample ditambah DPPH Absorbansi DPPH

(6)

Hasil perhitungan persen inhibisi yang diperoleh dilakukan perhitungan persamaan garis regresi linier dengan konsentrasi sample sebagai basis (sumbu x) dan nilai inhibisi sebagai ordinatnya (sumbu y).

9. Penentuan IC

Nilai IC 50

50

Uji Hedonik

merupakan bilangan yang menunjukkan konsentrasi sampel uji (μg/ml) yang memberikan peredaman DPPH sebesar 50% (mampu meredam

proses oksidasi DPPH sebesar 50%). Nilai 0% berarti tidak mempunyai aktivitas antioksidan, sedangkan nilai 100% berarti peredaman total dan pengujian perlu dilanjutkan dengan pengenceran larutan uji untuk melihat batas konsentrasi aktivitasnya. Hasil perhitungan dimasukkan ke dalam persamaan regresi (Y=AX+B) dengan konsentrasi ekstrak (ppm) sebagai absis (sumbu X) dan nilai % peredaman (antioksidan) sebagai ordinatnya (sumbu Y).

Dalam uji hedonik, panelis dimintakan tanggapan pribadinya tentang kesukaan atau ketidaksukaan dan mengemukakan tingkat kesukaan atau disebut juga dengan skala hedonik. Pengujian dilakukan dengan cara inderawi (organoleptik) yang ditentukan berdasarkan skala numerik. Pengujian ini diberikan kepada 30 panelis dengan berbagai variasi umur (17-50 tahun), jenis kelamin dan suku untuk pengujian terhadap rasa dan bentuk kemasan simplisia. Skala yang digunakan pada Tabel 1.

Tabel 1. Skala Hedonik dan Skala Numerik

Skala Hedonik Skala Numerik

Sangat suka 5

Suka 4

Cukup suka 3

Tidak suka 2

(7)

Batas penolakan yaitu batas dimana teh yang diujikan dianggap tidak disukai oleh konsumen/panelis berada pada saat skala numerik ≤ 3.

Analisis Data

(8)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penetapan Kadar Air

Penetapan kadar air perlu diketahui karena sangat berhubungan dengan mutu simplisia yang dihasilkan. Penetapan kadar air dilakukan untuk memberikan batasan minimal kandungan air yang masih dapat ditolerir di dalam simplisia maupun ekstrak.Penentuan kadar air berguna untuk menduga keawetan atau ketahanan sampel dalam penyimpanan serta untuk mengoreksi rendemen yang dihasilkan.

Kandungan air pada simplisia yang lebih dari 10% berdampak buruk pada kandungan yang terdapat pada simplisia tersebut. Tingginya kadar air pada simplisia menyebabkan bakteri dan jamur cepat tumbuh dan berkembang biak sehingga mempengaruhi kualitas dari daun itu sendiri.

Tabel 2. Kadar Air Simplisia Daun Gaharu Setelah Penyimpanan 3 Bulan

Bentuk kemasan Ulangan Kadar air (%)

Teh celup 1 8,0

(9)

pada setiap kemasan tersebut telah memenuhi syarat standarisasi kadar air simplisia yaitu tidak melebihi 10%, sehingga kadar air yang rendah akan membuat penyimpanan bahan simplisia menjadi semakin lama (Ditjen POM, 1995).

Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa kemasan aluminium foil memiliki persen kadar air lebih rendah dibandingkan dengan kemasan plastik polietilen dan kemasan teh celup. Hal ini dikarenakan semakin lama waktu penyimpanan semakin tinggi nilai kelembaban di luar kemasan. Kemasan teh celup lebih mudah terpengaruh oleh nilai kelembaban di luar kemasan di bandingkan kemasan aluminium foil dan plastik polietilen, hal ini dikarenakan kemasan teh celup yang bahan pembungkusnya berupa kertas yang mudah menyerap air/kelembaban.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Manurung, dkk (2015) kadar air awal daun gaharu yaitu sekitar 4,93%, dan setelah dilakukan penyimpanan selama satu bulan, dua bulan dan tiga bulan dalam kemasan plastik polietilen didapatkan persen kadar air simplisia daun gaharu sebesar 6,13%; 6,86% dan 7,39% secara berturut-turut. Peningkatan kadar air dapat dipengaruhi oleh suhu ruangan di tempat penyimpanan dan kurang memadainya wadah plastik penyimpanan simplisia. Udara masih dapat masuk ke dalam plastik kemasan sehingga mempengaruhi kadar air simplisia karena saat pengemasan plastik tidak dalam kondisi kedap udara.

(10)

berpengaruh terhadap mutu dan kualitas simplisia, dimana salah satu parameter yang digunakan untuk mengetahui mutu simplisia yaitu berdasarkan persentasi kadar air yang terkandung pada simplisia tersebut.

Hal tersebut didukung oleh pendapat Damayanti (2012) yang mengatakan bahwa salah satu faktor penting yang mempengaruhi mutu simplisia adalah penyimpanan. Selama penyimpanan ada kemungkinan terjadi kerusakan pada simplisia, sehingga simplisia yang bersangkutan tidak lagi memenuhi persyaratan yang diperlukan. Penyebab utama kerusakan pada simplisia adalah air dan kelembaban. Kelembaban udara sangat berpengaruh pada penyerapan air oleh simplisia. Semakin tinggi kelembaban, semakin tinggi penyerapan air yang terjadi. Selain itu hasilpenelitian yang dilakukan oleh Damayanti (2012) menunjukan bahwa AngkaJamur (AJ) pada kemasan kertas dan plastik yaitu cukup tinggi, dibandingkan dengan kemasan aluminium foil yang nilai angka jamurnya cukup rendah.

Hasil Penentuan Panjang Gelombang Serapan Maksimum (λmaks)

(11)

Gambar 1. Hasil Pengukuran Panjang Gelombang Serapan Maksimum (λmaks)

Hasil pengukuran yang dilakukan menunjukkan bahwa larutan DPPH dalam metanol menghasilkan serapan maksimum pada panjang gelombang 516 nm dengan nilai absorbansi 1,07367 dan termasuk dalam kisaran panjang gelombang sinar tampak (400-800 nm) (Rohman, 2007).

Hasil Analisis Dan Redaman Uji Aktivitas Antioksidan Oleh Sampel Uji

Aktivitas antioksidan ekstrak etanol dan ekstrak air simplisia daun gaharu diperoleh dari hasil pengukuran absorbansi dengan metode DPPH pada menit ke-10 dengan panjang gelombang maksimum yaitu 516 nm, dengan adanya penambahan larutan uji dengan konsentrasi 40 ppm, 60 ppm, 80 ppm dan 100 ppm yang dibandingkan dengan kontrol DPPH (tanpa penambahan larutan uji).

(12)

inhibisi digunakan untuk menentukan persentase hambatan dari suatu bahan yang dilakukan terhadap senyawa radikal bebas.

Setelah dilakukan operating time dan didapatkan pada menit ke-10 DPPH dianggap telah stabil untuk dilakukan uji aktivitas antioksidan setelah dicampurkan dengan metanol, didapatkan hasil perhitungan persentasi peredaman terhadap ekstrak air dan etanol seperti pada Gambar 2 dan Gambar 3.

Gambar 2. Hasil Pengukuran Analisis Aktivitas Antioksidan Berdasarkan Bentuk Kemasan Menggunakan Ekstrak Air

Gambar 3. Hasil Pengukuran Analisis Aktivitas Antioksidan Berdasarkan Bentuk Kemasan Menggunakan Ekstrak Etanol

(13)

Pada Gambar 2 dapat dilihat bahwa hasil rendemen ekstrak air yang didapatkan dari kemasan teh celup yaitu 84,43%; 85,29; 89,09%; 89,34%. Plastik polietilen menunjukkan hasil 85,29%; 86,89%; 89,03%; 89,39%, sedangkan aluminium foil sebesar 89,65%; 93,04%; 94,46%; 96,71% untuk masing-masing besaran ppm . Pada Gambar 3 juga dapat dilihat bahwa hasil rendemen ekstrak etanol yang didapatkan oleh kemasan teh celup yaitu sebesar 87,38%; 87,79%; 88,37%; 90,74%. Plastik polietilen dapat meredam dpph sebesar 91,13%; 92,53%; 92,62%; 92,74% sedangkan untuk kemasan aluminium foil yaitu sebesar 95,24%; 95,89%; 96,32%; 97,16% untuk masing-masing besaran konsentrasi (ppm) secara berurut.

Hasil yang didapatkan untuk masing-masing jenis kemasan dan pada kedua ekstrak menunjukkan bahwa larutan DPPH hampir 100% diserap oleh larutan sampel (ekstrak daun gaharu). Hasil ini menunjukkan bahwa ekstrak daun gaharu (A. malaccencis Lamk ) positif atau aktif sebagai senyawa antiradikal bebas karena persen peredamannya lebih besar dari 50% (Swastini dan Mega, 2010).

Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Manurung, dkk (2015) tentang aktivitas antioksidan daun gaharu berdasarkan

(14)

kedua dan ketiga lebih rendah karena pada saat penyimpanan simplisia sebelum sampel diekstrak telah terjadi penurunan senyawa kimia yang terkandung di dalamnya.

Nilai IC50

IC

(Inhibitory Concentration) Sampel Uji

50 (Inhibitory Concentration) didefinisikan sebagai jumlah antioksidan

yang diperlukan untuk menurunkan konsentrasi awal DPPH sebesar 50% (Prakash, 2001). Nilai IC50 diperoleh berdasarkan perhitungan persamaan regresi

linier yang didapatkan dengan cara memplot konsentrasi larutan uji dan persen peredaman DPPH sebagai parameter aktivitas antioksidan dan konsentrasi larutan uji (ppm) sebagai absis (sumbu X) dan nilai persen peredaman sebagai ordinat (sumbu Y). Zat yang mempunyai kadar antioksidan tinggi akan memiliki nilai IC50

Penentuan potensi aktivitas peredaman radikal bebas DPPH ekstrak etanol dan ekstrak air daun gaharu pada 3 jenis kemasan (aluminium foil, plastik polietilen dan teh celup) yang disimpan selama 3 bulan dinyatakan dengan parameter IC

yang rendah (Molyneux, 2004).

50

Tabel 3. Kategori Kekuatan Aktivitas Antioksidan

yaitu konsentrasi senyawa uji yang menyebabkan peredaman radikal bebas sebesar 50%. Kategori penentuan kekuatasn aktivitas antioksidan dapat dilihat pada Tabel 3.

Dikutip dari Mardawati, et al., (2008).

No. Kategori Konsentrasi (µg/ml)

1 Sangat kuat <50

2 Kuat 50-100

3 Sedang 101-150

(15)

Hasil persamaan regresi linier (Y=AX + B) dan IC50

Tabel 4. Hasil Persamaan Regresi Linier Ekstrak Air Daun Gaharu dan IC

diperoleh setelah menghitung nilai persen peredaman untuk ekstrak etanol dan ekstrak air simplisia daun gaharu untuk masing-masing kemasan dan ekstrak dapat dilihat pada Tabel 4 dan 5.

50 Berdasarkan

Jenis kemasan

Tabel 5. Hasil Persamaan Regresi Linier Ekstrak Etanol Daun Gaharu dan IC50

Jenis kemasan

Berdasarkan Jenis kemasan

Persamaan linier IC 50

Teh Celup 0,851X+23,203 31,49

Plastik Polietilen 0,876X+24,748 28,82

Aluminium Foil 0,915X+25,682 26,57

Nilai IC50 didapatkan dari nilai X setelah mengganti Y = 50 pada

persamaan regresinya. Nilai IC50 dihitung berdasarkan persentase inhibisi

terhadap radikal bebas DPPH dari masing-masing konsentrasi larutan sampel. Pada Tabel 4 dan 5 menunjukkan bahwa baik ekstrak etanol dan ekstrak air daun gaharu nilai IC50

Pada Tabel 4 menunjukkan bahwa ekstrak air daun gaharu dalam kemasan teh celup memiliki nilai konsentrasi IC

didapatkan dari nilai X setelah mengganti Y = 50 pada persamaan regresinya. Nilai IC50 dihitung berdasarkan persentase inhibisi terhadap radikal bebas DPPH dari masing-masing konsentrasi larutan sampel.

50

Jenis kemasan

sebesar 32,79 µg/ml, untuk kemasan plastik polietilen sebesar 32,32 µg/ml dan diikuti kemasan aluminium foil sebesar 28,78 µg/ml. Pada Tabel 5 juga menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun gaharu

Persamaan linier IC 50

Teh Celup Y = 0,8542X + 22,124 32,79

Plastik Polietilen Y = 0,8535X + 22,520 32,32

(16)

dalam masing-masing kemasan (teh celup, plastik polietilen dan aluminium foil) yaitu sebesar 31,49 µg/ml , 28,82 µg/ml dan 26,57 µg/ml secara berurutan.

Hal ini dapat terjadi karena pada ekstrak tersebut diperkirakan mengandung senyawa aktif sebagai antioksidan. Aktivitas yang paling tinggi diperoleh pada kemasan aluminium foil baik dari ekstrak etanol maupun ekstrak air daun gaharu. Hal ini dikarenakan pengaruh jenis kemasan dan lama penyimpanan yang dapat mempengaruhi mutu simplisia(Damayanti, 2012).

Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Manurung, dkk (2015) menunjukkan bahwa hasil IC50

Dibandingkan dengan data penelitian yang dilakukan oleh Manurung,dkk (2015), hasil IC

yang didapatkan oleh simplisia daun gaharu yang disimpan selama satu bulan yaitu sebesar 28,00 µg/ml, dua bulan yaitu sebesar 29,60 µg/ml dan lama penyimpanan 3 bulan yaitu 30,02µg/ml. Hasil tersebut menunjukkan bahwa walaupun diberlakuan lama penyimpanan selama 3 bulan, aktivitas antioksidan simplisia daun gaharu tetap menunjukkan kriteria yang sangat kuat.

50 yang didapatkan untuk masing-masing kemasan lebih rendah,

walaupun dalam lama penyimpanan yang sama, yaitu 3 bulan. Hal ini diduga kemasan dapat mempertahankan kandungan kimia dan kualitas simplisia jika dibandingkan dengan simplisia tanpa pengemasan. Hal ini didukung oleh Rakhmat, dkk (2009) mengatakan bahwa adanya penurunan kandungan asam folat

(17)

bahan pangan yaitu: harus dapat mempertahankan produk agar bersih dan memberikan perlindungan terhadap kotoran dan pencemaran lainnya; harus memberikan perlindungan pada bahan pangan terhadap kerusakan fisik, air, oksigen dan cahaya matahari; harus berfungsi secara benar, efisien dan ekonomis; harus mempunyai suatu tingkat kemudahan untuk dibentuk menurut rancangan dimana bukan saja memberikan kemudahan membuka atau menutup kembali wadah tersebut, tetapi juga harus dapat mempermudah pengelolaan digudang dan selama pengangkutan untuk distribusi dan harus memberi pengenalan, keterangan dan daya tarik konsumen(Herudiyanto, 2008).

Dari sejumlah penelitian pada tanaman obat dilaporkan bahwa banyak tanaman obat yang mengandung antioksidan dalam jumlah besar. Efek antioksidan terutama disebabkan karena adanya senyawa fenol seperti flavonoid dan asam fenolat. Biasanya senyawa-senyawa yang memiliki aktivitas antioksidan adalah senyawa fenol yang mempunyai gugus hidroksi yang tersubtitusi pada posisi ortho dan pada gugus –OH dan –OR (Andayani, dkk, 2008).

(18)

transparan, mudah disesuaikan dengan bentuk bahan pangan dan kekurangan dari kemasan aluminium foil yaitu mudah robek dan harganya lebih mahal bila dibandingkan kemasan plastik. Sifat kemasan plastik yaitu tahan air, tidak mudah sobek, elastis, transparan, harga terjangkau, tahan dingin dan kekurangannya yaitu tidak tahan panas, sulit disesuaikan dengan bentuk bahan pangan. Sifat kemasan kantung teh celup yaitu mudah diaplikasikan dan harga terjangkau, sedangkan kekurangan dari kemasan ini yaitu: tidak tahan panas dan dingin, tidak tahan minyak, mudah sobek, tidak transparan dan tidak elastis.

Ditinjau dari kategori kekuatan aktivitas antioksidan, ekstrak etanol daun gaharu segar maupun simplisia termasuk dalam kategori sangat kuat dengan nilai lebih kecil dari 50 µg/ml. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa nilai IC50

berbanding terbalik dengan dengan potensi peredaman radikal bebas. Semakin besar nilai IC50 yang diperoleh maka potensi aktivitas antioksidannya semakin

kecil, artinya konsentrasi yang dibutuhkan untuk menghasilkan aktivitas peredaman radikal bebas sebesar 50% semakin besar.

Uji Hedonik

(19)

Gambar 4. Hasil Survei Uji Hedonik Tingkat Kesukaan Masyarakat terhadap Teh Daun Gaharu (A. malacensis).

Gambar 5. Hasil Survei Tingkat Kesukaan Masyarakat terhadap Warna, Rasa dan Aroma Teh Daun Gaharu (A. malacensis).

Gambar 6. Hasil Seduhan Teh Gaharu

0 3,3

tidak suka cukup suka suka sangat suka

(20)

Berdasarkan uji organoleptik yang dilakukan oleh 30 responden, dapat diketahui bahwa untuk warna, rasa dan aroma teh gaharu telah disukai oleh responden. Untuk parameter warna, dari 30 responden yang diwawancara sebanyak 6 responden (20%) menyatakan sangat suka, 19 responden (63,3%) menyatakan suka, 4 responden (13,3%) mengatakan cukup suka dan 1 responden (3,3%) mengatakan tidak suka. Hal ini dikarenakan penilaian untuk setiap responden berbeda, karena parameter warna diuji menggunakan indra pengelihatan yang sifatnya subjektif.

Pada Gambar 5, dapat dilihat bawha pada parameter aroma dan rasa, dari 30 responden yang diwawancara, sebanyak 6 (20%) dan 5 (30%) responden yang sangat suka aroma dan rasa teh, 23(76,66%) dan 21 (70%) responden yang suka, 1 (3,33%) dan 4 (13,33%) responden yang cukup suka dengan aroma dan rasa teh gaharu secara berurutan. Aroma yang dihasilkan oleh tah gaharu dikarenakan kandungan atsiri yang terdapat pada daun gaharu tersebut, seperti yang disampaikan oleh Winarno (1993), aroma teh tersusun dari senyawa-senyawa minyak atsiri (essential oil) dimana aroma teh berasal sejak di perkebunan dan sebagian dikembangkan selama proses pembuatan teh. Paling sedikit 14 senyawa mudah menguap terdapat terdapat dalam minuman teh yang mungkin berpengaruh pada cita rasa teh diantaranya metil dan etil alkohol. Semakin banyak ekstrak teh dalam air dan semakin berat teh yang digunakan maka semakin banyak aroma teh yang tercium oleh konsumen.

(21)

karena adanya presipitasi protein yang melapisi rongga mulut dan lidah atau karena terjadinya penyamakan pada lapisan rongga mulut oleh tanin.

Berdasarkan penelitian Sihombing (2014), hasil penetapan kadar rata-rata tanin daun gaharu dari umur berbeda dan daun yang berbeda, kadar rata-rata tanin tertinggi diperoleh dari daun gaharu tua umur 7 tahun yaitu sebesar 1,80% dan terendah pada daun muda umur 4 tahun sebesar 1,00%. Bagian tanaman yang sering digunakan sebagai obat adalah daunnya, karena daunnya diketahui memiliki senyawa tanin 9-12%, minyak atsiri, minyak lemak dan asam malat (Depkes ,1989). Hal ini juga didukung oleh pernyataan Andriana, dkk (2015) yang mengatakan bahwa kandungan rata-rata tanin yang terdapat pada bagian pucuk, tengah dan bawah daun gaharu semuanya berada dibawah ketentuan nilai jumlah senyawa tanin yang diperuntukkan untuk obat yaitu 9-12% dan layak digunakan sebagai minuman seduh.

Gambar 7. Hasil Survei Uji Hedonik Tingkat Kesukaan Masyarakat terhadap Jenis Kemasan Teh Gaharu (A.malacensis).

22

Teh Celup Plastik Polietilen Aluminium Foil

R

es

po

nde

(22)

Gambar 8. Bentuk Kemasan Teh Daun Gaharu

Pada Gambar 6 dapat diketahui bahwa dari 30 responden, sebanyak 22 (73,33%) responden memilih kemasan teh celup, 8 (26,67%) responden memilih kemasan aluminium foil dan untuk kemasan aluminium foil tidak ada yang menyukainya. Hal ini dikarenakan kemasan teh celup dianggap lebih praktis untuk digunakan dan diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Kemasan yang dapat digunakan sebagai wadah penyimpanan harus memenuhi beberapa persyaratan, yakni dapat mempertahankan mutu produk supaya tetap bersih serta mampu memberi perlindungan terhadap produk dari kotoran,pencemaran, kerusakan fisik serta dapat menahan perpindahan gas dan uap air ( Herawati, 2008).

(23)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Jenis kemasan yang paling banyak disukai oleh responden yaitu teh celup dengan nilai 73,33% lalu kemasan aluminium foil dengan nilai 26,66% dan yang paling tidak disukai responden yaitu kemasan plastik polietilen. 2. Hasil pengujian aktivitas antioksidan dengan menggunakan

spektrofotometer sinar tampak pada panjang gelombang 516 nm dan pada menit ke-10 untuk ekstrak etanol dan ekstrak air memiliki kategori sangat kuat untuk masing-masing kemasan. Nilai IC50

Saran

untuk masing-masing simplisia yang telah dikemas dan disimpan selama 3 bulan yaitu untuk kemasan teh celup 31,49 µg/ml, untuk plastik polietilen 28,82µg/ml dan untuk kemasan aluminium foil sebesar 26,57µg/ml. Sedangkan untuk ekstrak air yaitu sebesar 32,79 µg/ml, 32,32 µg/ml, dan 28,78 µg/ml untuk masing-masing kemasan secara berurutan.

Gambar

Tabel 2. Kadar Air Simplisia Daun Gaharu Setelah Penyimpanan 3 Bulan
Gambar 1. Hasil Pengukuran Panjang Gelombang Serapan Maksimum (λmaks)
Gambar 2. Hasil Pengukuran Analisis Aktivitas Antioksidan Berdasarkan Bentuk Kemasan Menggunakan Ekstrak Air
Tabel 3. Kategori Kekuatan Aktivitas Antioksidan
+5

Referensi

Dokumen terkait

Tingkat pendidikankurang berpengaruh terhadap tingkat kemiskinan melalui tingkat penganggurandi Kota Samarindakarena tingkat pendidikan masyarakat yang selalu meningkat

Pelindung mata dan muka diperlukan jika bahaya-bahaya yang terjadi dapat mengakibatkan cedera pada mata atau muka. Peralatan ini harus sesuai dengan

1) Kemiskinan adalah ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang dinyatakan dalam persentase jumlah penduduk miskin di Kota

5.1.1 Proses Menuju Mobil Pemadam dan Menggunakan Alat Pelindung Diri Pekerjaan petugas pemadam yang dituntut harus cepat sampai di lokasi kebakaran untuk memadamkan api

Data- data dalam penelitian ini diperoleh dengan study pustaka (literature study), studi lapangan (wawancara dan observasi). Teknik pengelolaan data kualitatif. Teknik pengolahan

Hasil uji F dan koefisien determinasi menunjukan variabel desain dan kualitas produk secara bersama-sama berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan

The Rainforest Alliance works to conserve biodiversity and ensure sustainable livelihoods by transforming land-use practices, business practices and consumer behavior. The

Maka diperoleh hasil sebagai berikut: 1) Pelaksanaan kepemimpinan oleh Kepala SMP Negeri 7 Ciamis diperoleh rata -rata skor sebesar 164,86. Angka tersebut termasuk