BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang.
Dari awal proses produksi hinga dewasa ini film telah menjadi suatu seni dan fenomena yang banyak menyorot perhatian.Memang di dalam perfilman banyak aspek didalamnya yang ikut terus berkembang dan memiliki kesinambungan serta maksud tertentu.
“Tumbuh dan berkembangnya film sangat bergantung pada teknologi dan paduan unsur seni sehingga menghasilkan film yang berkualitas.”1
Aspek teknologi didalam perfilman dapat dihubungkan dengan beberapa bidang seperti : seni untuk media berkreasi, berekspresi dan hiburan, propaganda atau komukasi sebagai penyampaian suatu pesan tertentu, dan bidang sejarah untuk tujuan merekam suatu peristiwa sejarah yang berguna untuk melihat perkembangan peradaban suatu bangsa atau bahkan dunia.
Film sebagai alat atau sarana komunikasi massa juga berperan dalam proses penyebaran informasi mengenai realita dalam kehidupan sehari-sehari. Kehadiran film khususnya dalam kehidupan manusia adalah suatu hal yang penting, bahkan kehadirannya pun dianggap setara dengan kebutuhan akan pangan, sandang dan papan. Film yang sejatinya dipakai untuk menggambarkan realitas dalam kehidupan masyarakat dapat di jadikan tolak ukur untuk memngetahui dan memahami psikologis sosial masyarakat.
Dengan kata lain gambaran yang disajikan dalam film pada umumnya adalah sebuah prototipe mengenai realitas masyarakat baik itu fenomena sosial, estetika maupun psikologi yang kompleks yang dikemas dalam bentuk tayangan di layar kaca.
tayangan film. Tidak semua tempat memiliki kuantitas dan kualitas film yang diinginkan oleh masyarakatnya karena film-film mengalami perkembangan setiap saat.
Untuk itulah para pengusaha yang bergerak dibidang industri perfilman berusaha memanfaatkan peluang itu dengan cara mendirikan bioskop-bioskop yang menampilkan film-film impor.
Perfilman di dunia kini telah menunjukan bagaimana perkembangan teknologi semakin cepat. Genre film kini juga semakin kaya dari film yang bertema drama, perang, dokumenter, komedi dan banyak lainnya. Industri film di dunia juga telah familiar di mata pecinta film, seperti industri film Bollywood (India), Hollywood (Amerika), dan film Hong Kong.
Perkembangan industri perfilman yang besar itu tidak terlepas dari adanya pengaruh perkembangan industri perfilman di Hong Kong. Film-film yang berasal dari Hong Kong memiliki karakteristik yang berbeda dengan film yang berkembang di India, maupun Amerika. Dalam masa-masa awal pembuatan film Hong Kong banyak menyinggung mengenai budaya-budaya tradisional. Dan ketika mencapai masa kejayaannya industri perfilman Hong Kong lebih banyak menyisipkan unsur-unsur kebudayaannya yang berkembang di Hong Kong yaitu meliputu gaya hidup masyarakat Hong Kong pada masa itu, budaya bela diri misalnya Khung Fu, sistem kepercayaan kuno, dan lain sebagainya. Dikarenakan keunikannya inilah perfilman Hong Kong memiliki daya tarik tersendiri di pasar pefilman Asia. Banyak film-film Hong Kong yang menjadi sangat terkenal di daerah asia seperti Indonesia, Malaysia, Jepang bahkan Korea.
Film Hong Kong yang kini telah menjadi industri film populer dan dapat bersaing dengan industri film Bollywood dan Hollywood .Lahirnya film Hong Kong juga beriringan dengan populernya film-film di Cina. Kebanyakan orang membayangkan bahwa film Hong Kong adalah film yang bergenre kungfu dan bernuansa dinasti-dinasti Cina. Didalam film Hong Kong juga banyak berisi tentang filsafat kuno, gaya kontemporer, teknologi, dan mengenalkan seni khas Hong Kong terutama seni bela diri kepada dunia.
Kong yang digarap pada abad 21 telah banyak dilihat oleh masyarakat dunia, seperti Drunken Master, Once Upon a Time in China, Police Story, Shaolin Soccer, Kung Fu Hustle dan lain sebagainya.
Dimulai sejak awal abad XX, film Hong Kong mulai diproduksi dan berkembang hingga sekarang, akan dijelaskan lebih dalam pembahasan di bab II. Berkembangnya film Hong Kong hingga menjadi populer kini tentu memiliki dampak tidak hanya pada masyarakat, budaya, dan seni Hong Kong sendiri. Kawasan disekitar Hong Kong seperti Asia Timur dan Asia Tenggara juga terdampak oleh populernya film Hong Kong di dalam berbagai aspek kehidupan.
Pembahasan mengenai pengaruh perfilam Hongkong di kawasan Asia tenggara dan Asia timur akan menjadi suatu pembahasan yang menarik untuk di diteliti. Karena pengaruh yang ditimbulkan oleh perfilman Hong Kong bukan hanya sekedar dalam dunia perfilman saja, melainkan dalam segala aspek kehidupan. Masyarakat yang menjadikan film sebagai kiblat untuk menjalani kehidupannya.
Dengan tingginya animo masyarakat dikawasan Asia tenggara maupun Asia timur akan kehadiran film-film yang berasal dari Hong Kong ini, menimbulkan hegemoni kebudayaan Hong Kong dapat menyebar dengan Luas. Hal ini kemudian menyebabkan masyarakat Asia tenggara maupun Asia timur memiliki kecenderungan untuk meniru dan mengamalkan pola-perilaku aktor-atris Hong Kong. Sebagaimana yang telah di jelaskan sebelumnya kebanyakan industri perfilman di Hong kong banyak memasukkan unsur kebudayaan mereka dalam pembuatan film. Untuk itulah sejarah pekembangan film Hongkong yang mempengaruhi kehidupan masyarakat di Asia pada khususnya Asia tenggara dan Asia timur layak untuk di teliti lebih lanjut.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan beberapa pertanyaan sebagai berikut :
2.1 Bagaimana proses lahirnya dan perkembangan film Hong Kong?
2.2 Apa pengaruh perfilman Hong Kong pada kawasan sekitar Asia Timur dan Asia Tenggara ?
Tujuan dari makalah ini yang berdasarkan pada rumusan masalah diatas yaitu sebagai berikut dibawah ini:
1. Memberikan gambaran dan penjelasan mengenai sejarah perkembangan film di Hong Kong
2. sebagai sarana pembelajaran bagaimana proses produksi film di Hong Kong hingga dapat dikenal masyarakat global
3. Sebagai salah satu pemenuhan tugas sejarah Asia Timur, prodi Ilmu Sejarah, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Airlangga.
BAB II PEMBAHASAN 2.1 Lahirnya Produksi Perfilman Hong Kong.
Film merupakan suatu karya seni kontemporer yang tumbuh beriringan dengan temuan teknologi, sains, dan fotografi. Di penghujung abad XIX, teknologi untuk memproduksi film mulai muncul di Prancis, Inggris, dan Amerika2. Pada saat itu negara lain juga telah ada pementasan opera-opera , seperti Hong Kong juga telah memulai produksi film dengan teknologi yang sangat sederhana. Lebih tepatnya pada 28 Desember 1859, Lumiere bersaudara dari Perancis berhasil menayangkan film pertama di depan publik.
Salah satu industri film yang mendunia adalah industri film di Hong Kong. Memang dalam perkembangannya perfilman Hong Kong dan Cina yang berpusat di Shanghai berjalan beriringan. Terlihat pada awal pembuatan filmnya yaitu pada awal adab ke-20. Di Shanghai baru membuat film pada tahun 1921, dengan film pertamanya Hai Shi 3.
Dalam perkembangan perfilman Hong Kong, pada awalnya untuk menuliskan sejarah perkembangannya para penulis memiliki kesulitan karena beberapa faktor diantaranya hanya sedikit bukti atau “bekas” yang masih ada, tidak adanya tempat penyimpanan yang luas untuk skrip atau naskah film dan majalah film, serta faktor lain adalah rendahnya penghargaan terhadap film oleh beberapa wilayah di Cina4. Para sejarawan yang menulis tentang perfilman Hong Kong juga kesulitan untuk melihat produksi film pertama di Hong Kong, karena hanya mengandalkan pada arsip majalah, laporan ilmiah yang pernah terpublikasi, dan wawancara dengan beberapa pemeran dari film-film pertama di Hong Kong yang memang sangat sulit.
Industri film di Hong Kong dalam perkembangannya menyukai film panjang yang bertemakan sejarah. Hampir selama proses penyutingan awalnya menggunakan jasa dari studio Lumiere tepatnya di tahun 18965.Judul film pertama yang di produksi adalah "Tou Shaoya" 偷烧鸭 (Stealing a Roast Duck) pada tahun 1909 yang bergenre komedi. Film tersebut menceritakan orang miskin yang mencuri bebek panggang dari pemiliknya dan akhirnya berhasil ditangkap oleh polisi. Tokoh utamanya diperankan langsung oleh sutradara film tersebut yaitu Liang Shaopo 梁少坡.
2 Misbach Yusa Biran. Sejarah Film 1900-1950. 2009. Hlm : 1. 3Ibid. Hlm : 37
Gambar 1.1 Potret Sutradara pertama Cina Liang Shaopo 梁少坡. (Sumber : http://www.chinesemirror.com/index/2008/12/liang-shaopo-1909.html ).
Pada masa awal perkembangannya industri film Hong Kong berjalan seiring dengan
industri film Cina yang berpusat di Shanghai. Opera Cina sendiri telah berkembang sejak
ribuan tahun yang lalu. Opera-opera itu kemudian mengalami perkembangan dari waktu
ke waktu, sampai akhirnya opera tersebut menjadi cikal-bakal lahirnya industri perfilman
di Hong Kong.
Film yang pada umumnya dianggap sebagai film Hong Kong pertama adalah dua film
bergenre komedi dengan durasi pendek berjudul Stealing a Roasted Duck dan Righta
Wrong with Earthenware Dish. kemunculan kedua film itu diperkirankan pada sekitar
tahun 1909. Selain menyutradarai film ini Liang Shaopo juga berperan sebagai aktor
utama dalam film tersebut. di balik kesuksesan perkembangan film di Hong Kong juga
tidak terlepas dari dukungan dan bantuan, Benjamin Brodsky yang merupakan seorang
berkewarganegaraan Amerika. Benjamin Brodsky turut ambil bagian dalam pembuatan
film berjudul Zhuangzi Tests His Wife pada tahun 1913. Film tersebut diadaptasi dari
pertunjukan opera. Film ini diarahkan sendiri oleh
Lai Man-wai yang pada saat ini dianggap sebagai Bapak Sinema Hong Kong.
Film-film yang berkembang pada masa sebelum perang dunia pertama sulit untuk di
jumpai. Hal ini dikarenakan keberadaan perang yang menjadi penghambat dalam proses
pada masa itu masih bergantung pada pasokan negatif (komponen dalam pembuatan
film) yang berasal dari Jerman.
Di penghujung tahun 1923, Lai Man-wa bekerjasama dengan Liang Shaobo untuk
mendirikan studio lokal pertama di Hong Kong yaitu, Minxin Studio atau lebih di kenal
sebagai China Sun Motion Picture Company.
Pada tahun 1925 film panjang pertama yang di produksi oleh Lai berjudul Rogue.
Film ini juga memperoleh banyak keuntungan dalam bidang komersiil. Namun
dikarenakan adanya demonstrasi buruh yang menduduki Hong Kong pada saat itu
membuat Lai terpaksa merelokasi operasinya ke Shanghai.
Perkembangan dan kemajuan teknologi suara pada masa sesudahnya membuat
perfilman di Hong Kong mengalami kemajuan yan drastis, hali ini didukung dengan
meredanya aksi demonstran di Hong Kong.
Dikarenakan peggunaan bahasa kanton yang lebih lazim pakai masyarakat Hong
Kong sedangkan masyarakat Cina menggunakan bahasa mandarin namun. Para produser
film di Cina melihat peluang emas ini dan mulai melakukan proses produksi film-film
berbahasa Kanton serta mendirikan studio di Hong Kong.
Perang yang terjadi antara Cina dan Jepang pada sekitar tahun 1937 memaksa para
pelaku (produsen) industri film di Shanghai pindah ke Hong Kong. Sehingga dapat di
katakan bahwa Hong Kong menjadi surga bagi para pelaku industri asal Shanghai selama
beberapa waktu. Pada waktu itu juga dilakukan pendirian Studio-studio besar seperti,
Grandview, Tian Yi, Universal, dan Nanyue. Film-film yang memiliki genre adaptasi
opera terbukti menjadi yang paling sukses pada dekade itu.
Namun perkembangan perfilman Hongkong tidak selamanya mengalami masa –masa
yang manis, hal ini dibuktikan dengan matinya industri perfilman Hong Kong bertepatan
dengan adanya invasi orang-orang Jepang di Hong Kong.
Selama era 30-an disamping berkembangnya genre film yang berasal dari adaptasi
opera, banyak bermunculan film-film bergenre baru ya. Film-film genre baru misalnya
perang, dan kung fu banyak menampilkan semangat anti Jepang atau dengan kata lain
propaganda digunakan sebagai tempat untuk menuangkan emosi dan merupakan sebuah
bentuk perlawanan.
Pada pertengahan 30-an film-film yang memiliki tema tentang patriotisme dan
nasionalisme menjadi populer di kalangan masyarakat Hong Kong, seperti Lifeline pada
tahun1935, Hand to Hand Combat tahun 1937, serta March of the Partisans tahun
1938.
h
Gambar1.2. Contoh film yang berisi propaganda anti Jepang
(Sumber : http://www.chinesemirror.com/index/2008/12/liang-shaopo-1909.html
Gambar 1.3. Contoh film yang berisi propaganda anti Jepang
Gambar 1.4. Contoh film yang berisi propaganda anti Jepang
(Sumber : http://www.chinesemirror.com/index/2008/12/liang-shaopo-1909.html) Sementara film yang bergenre silat belumnya telah menjadi populer pada akhir
dekade yang lalu terutama di wilayah Cina. Film bergenre silat ini terkenal karena
berasal dari pengapsian novel-novel wuxia. Novel itu termasuk novel yang sangat
populer pada saat itu karena sebelumnya disajikan secara berseri di dalam surat kabar. Mengingat adanya kebijakan pemerintah Cina dalam produksi film-film bergenre
silat membuat film bergenre silat sangat sulit di jumpai pada waktu itu. kebijakan ini
dibuat karena pemerintah Cina menganggap film bergenre silat mengandung unsur-unsur
yang tidak pantas untuk di nikmati khalyak umum, seperti kekerasan dan takayul. Karena
kebijakan inilah Hong Kong menjadi sasaran alternatif karena notabene Hong Kong
adalah koloni Inggris. The Adamed Pavilion merupakan film pertama yang diproduksi
Hong Kong dengan menggunakan bahasa Kanton pada sekitar tahun 1938.
Setelah perang berakhir kelak silat maupun kung fu menjadi salah satu genre film
yang sangat berpengaruh dalam sejarah perfilman di Hong Kong.
Selang beberapa waktu setelah perang dunia selesai, munculnya perang sipil yang
terjadi di kawasan Cina pada akhirnya kembali memaksa para pelaku (produsen)
industri film di Shanghai kembali pindah ke Hong Kong. Pada perkembangannya Hong
Kong menjadi pusat bagi industri film yang terbesar tentunya untuk memproduksi
Film-film yang menggunakan bahasa mandarin cenderung mengeluarkan banyak
biaya hal ini di karenakan sasaran yang ingin dicapai adalah penonton yang lebih luas,
baik itu Cina daratan, Asia Tenggara, hingga wilayah pecinan yang tersebar di seluruh
Eropa dan Amerika. Sementara itu bagi film-film yang menggunakan bahasa kanton
pada umumnya memakan biaya yang lebih rendah karena sasaran yang dituju hanyalah
untuk pasar Hong Kong saja.
Film-film lokal tersebut banyak disesaki oleh genre film adaptasi opera Cina dan
tentunya kung-fu.
Gambar 1.5. contoh film bergenre adaptasi opera
(Sumber :
http://angkatigabelas.blogspot.co.id/2012/03/perkembangan-film-sinema-hongkong-dari.html)
Yam Kim Fai dan Pak Suet Yin menjadi aktris yang banyak menyumbang peranan
dalam perkembangan Film-film yang bergenre adaptasi opera Cina. The Purple
Hairpin yand diproduksi pada tahun 1959 menjadi salah satu Film yang populer yang
Film-film beregenre pedang tidak lagi di gemari karena banyak mengandung unsur
mistis dan tahayul. Pada perkembangnya film kung lebih banyak diminati, karena film
kung fu pada dasarnya lebih menunjukan adanya kerasionalitasan dalam cerita dan cara
bertarung dengan menggunakan tangan kosong juga menjadi faktor yang menarik
masyarakat untuk lebih memilih film bergenre kung fu.
sejak akhir 40-an hingga 70-an pahlawan lokan yang sangat terkenal di masyarakat
Cina pada waktu itu, yaitu Wong Fei Hung mulai diangakt kisahnya ke layar film. Film
mengenai Wong Fei Hung ini di filmkan dengan seri yang sangat banyak yaitu sekitar
100 seri judul film.
Aktor Kwan Tak Hing yang berperan berperan sebagai sang seorang master kung-fu
diawali dengan The True Story of Wong Fei Hung yang terbit tahun 1949 sampai pada
Wong Fei Hung Bravely Crushing the Fire Formation yang ada sejak tahun 1970.
Ketika efek visual dan animasi semakin mengalami kemajuan untuk mendukung
adegan aksi, Perubahan mulai nampak dalam proses produksi film genre silat pedang
seperti yang dapat di jumpai pada Buddha’s Palm yang populer pada 1964 maupun The
Six-Fingered Lord of the Lute yang tidak kalah populer pada sekit ar t ahun 1965. Pada tahun 1963 ada kebijakan baru yang dikeluarkan oleh pemerintah kolonial
Inggris Di Hong Kong, yaitu kebijakan yang mengharuskan setiap prosdusen film yang
ada untuk menambahkan teks terjemahan dalam film. Teks yang dimasukkan harus
berbahasa Inggris. Ada beberapa pihak yang menganggap hal ini sebagai bemtuk
kekhawatiran kolonial Inggris akan adanya peredaran film-film yang mengandung unusr
propaganda. Sehingga diharapkan dengan penambahkan teks terjemahan ini film-film
berbau propaganda dapat diminimalisir.
Menganggapi kebijakan tersebut para produser juga menambahkan teks terjemahan
yang bahasa Cina sehingga baik penonton berbahasa mandarin maupun kanton dapat
sama-sama pula menikmati filmnya.
Kebijakan pemerintah kolonial Inggris inilah yang menjadi salah satu faktor yang
Khususnya pada era 60-an film-film berbahasa Cina ini mulai digemari oleh para
penonton Barat. . Hingga akhir dekade 60-an, film berbahasa mandarin semakin
mendominasi pasar dan pada awal 70-an, sedangkan film yang menggunakan bahasa
kanton tidak mendapat perhatian sama sekali dan mulai tidak diproduksi karena kalah
bersaing.
Gambar 1.6. Contoh film yang berkembang pada tahun 50-an sampai tahun 60-an (Sumber : http://www.chinesemirror.com/index/2008/12/liang-shaopo-1909.html)
Gambar 1.8. Contoh film yang berkembang pada tahun 50-an sampai tahun 60-an (Sumber : http://www.chinesemirror.com/index/2008/12/liang-shaopo-1909.html)
2.2 Pengaruh perfilman Hong Kong pada kawasan sekitar Asia Timur dan Asia Tenggara
Shaw Brothers (SB) dan Motion Pictures and General Invesment Limited (MP&GI)
merupakan dua studio raksasa yang yang menguasai pasar semenjak era 60-an.
Kedudukan SB semakin menguat di tahun 1964, setelah kepala studio MP&GI tewas
dalam kecelakaan pesawat terbang. Hal ini menimbulkan adanya dominasi dan
penguasaan pasar oleh SB . Dalam perkembangannya MP&GI berganti nama menjadi
Cathay. Cathay namun tetap saja kalah bersaing dan bangkrut di tahun 1970.
Studio SB didirikan oleh Shaw Bersaudara tahun 1957 akan tetapi,karir dalam
industri perfilman Run Run dan Runme Shaw sebenarnya telah di mulai sejak tiga
dekade silam. Karena pengalaman inilah mereka mampu bertahan dan menunjukkan
daerah Central Bay pada tahun 1961. Tempat pendirian studio cukup luas yaitu luas
areal 850.000 hektar bukan hanya itu SB juga memperkerjakan ribuan karyawan disana. Perkembangan dunia perfilman di Hong Kong banyak membawa pengaruh dalam
perkembangan iklim perfilman di Kawasan Asia tenggara dan juga di kawasan Asia
timur tentunya.
Pengaruh yang paling menonjol pada masa kejayaan Film Hongkong di Asia dapat
dilihat dari munculnya genre-genre film yang serupa atau memiliki unsur kemiripan di
kawasan asia, contohnya adalah perkembangan film korea yang memakai unsur cerita
berupa siluman rubah yang hampir sama dengan film yang berkembang di Cina maupun
Hong Kong . di kawasan asia tenggara sendiri pengadopsian film Hong Kong atau
Mandarin di mulai ketika film-film Hong Kong mulai masuk de dalam pasar-pasar film
asia tenggara.
Karena kepopuleran film tersebut para produsen banyak mengimpor film- film yang
berasal dari Hongkong. Lambat laun krena pengimporan film Hong Kong yang semakin
intens menyebabkan Indusvri perfilman di kawsan Asia tenggara mengalami
kemunduran. Film-film yang di putar dalam bioskop maupun Layar kaca semuanya
berasal dari Hong Kong. Sebagai contoh adalah Industri perfilman yang berkembang di
(Sumber:
http://1.bp.blogspot.com/_Mreasi57-perfilman Hong Kong ada film-film yang bertema tentang dinasti maka di Indonesiapu
diciptakan film serupa yang memiliki latar/setting di kerajaan-kerajaan Indonesia. Film siluman ular putih yang berasal dari Cina-pun banyak memengaruhi pembuatan
film di Indonesia. Contohnya adalah pembuatan film-film bergenre mistis atau horor
yang banyak mengambil tokoh seorang siluman ular. Misalnya pembuatan film Nyi
Blorong dan lain sebagainya.
Masuknya film Hong Kong di Indonesia juga menyebabkan lahirnya idola-idola baru
dalam dunia perfilman. Banyak artis maupun aktor film Hong Kong yang cukup di kenal
dalam masyarakat Indonesia contohnya adalah Bruce lee, Andiy Law, Jackie can dan lain
sebagainya.
Bruce Lee bisa dibilang adalah satu-satunya aktor superstar legendaris yang menjadi
ikon beladiri di muka bumi ini. Sepanjang meniti karirnya Lee hanya memproduksi lima
judul film dikarenakan dia tewas pada tahun 1973, film-film yang telah dibintanginya
adalah The Big Boss (1971), Fist of Fury (1972), The Way of the Dragon (1972), Enter of
the Dragon (1973), dan The Game of Death (1979). Sedangkan The Game of
Death adalah film yang belum ia rampungkan proses produksinya pada tahun 1972. Lee
melalui film-filmnya memperlihatkan aksi pertarungan gaya baru yang gesit dengan
semangat yang cukup segar untuk dinikmati sebagai suatu gaya pertarungan baru.
yang sukses besar diraih oleh Enter of the Dragon. Film ini merupakan film yang di
produksi bersama ant Amerika – Hong Kong yang tercatat meraih $90 juta di seluruh
dunia.
Selain Bruce lee aktor yang juga berasal dari Hong Kong atau Cina di tunjuk sebagai
penggantinya aktor tersebut bernama Jachie Chan. Popularitan pemeran lakon Jakhie
Chan ini sendiri bahkan melebihi ke populeraan Bruce Lee. Berbeda dengan Bruce Lee
Jackie Chan lebih banyak membintangi film-film Hongkong atau mandadirin. Film yang
berhasil di Bintanginya mencakapi puluhan film, selain itu akting Jachie Chan yang
mumpuni dibidang sini pertunjukan juga menyebabkan pada masa-masa itu ia banyak
membentangi film Holllywood disamping menjadi aktor dalam perfilman Hongkong.
Gambar 2.0. gambar aktor film bergenre kung fu (Sumber:
http://4.bp.blogspot.com/_Mreasi57-8A/Sxw86MgJrVI/AAAAAAAAA64/7rMfeS9dSg8/s1600-h/drunken_master1.jpg )
.pengaruh yang ditimbulkan oleh masuknya perfilman Hong Kong pada akhirnya mulai
menuai kemunduran. Film yang berkembang di asia tenggara dan asia timur bukan berasal
lagi dari Hong Kong Maupun Cina. Para produsen film di kawasan tersebut sudah mampu
BAB III PENUTUP 1. Kesimpulan
Perkembangan pefilman di Hongkong memiliki pengaruh terhadap kehidupan, kebudayaan maupun perfilman yang muncul di kawasan Asia tenggara dan Asia timur. Masuknya pengaruh perfilman Hong Kong membawa angin segar sekaligus badai dalam dunia perfilman di kawasan Asia tenggara maupun asia timur. Banyak aspek dalam kehidupan yang terdampak dari adanya perkembangan film Hong Kong.
DAFTAR PUSTAKA
Biran , Misbach Yusa. 2009. Sejarah film 1900-1950. Jakarta : Komunitas Bambu,
Fonoroff , Paul. 1988. A Brief History Of Hong Kong Cinema. ;
McQuail, Dennis. 1997. Teori Kominikasi Massa Suatu Pengantar. Jakarta: Erlangga ;
M. Kaplan, Fredic, dkk. 1987. The China Guide Book. New Jersey : Eurasia Press ;
Nugroho, Garin. 2005. Seni Merayu Massa. Jakarta: PT Kompas Media Nusantara ;
http://www.kompasiana.com/andhikaheru/demam-indonesia-melanda-perfilman-internasional_5512bdfba33311be62ba7d28, diakses pada Minggu, 16 Oktober 2016, pukul 19.34 ;
https://www.merdeka.com/artis/7-serial-kung-fu-yang-sempat-rajai-televisi-indonesia-di-tahun-90-an.html Minggu, 16 Oktober 2016, pukul 19.34 ;
http://www.chinesemirror.com/index/2008/12/liang-shaopo-1909. html , diakses Minggu, 16 Oktober
2016, pukul 19.34 ;
http://www.republika.co.id/berita/...i/nali8e6-hong-kong-movie-action., Diakses pada Senin, 17 oktober 2016, pukul 22.10 ;
http://journal.uny.ac.id/index.php/mozaik/article/download/4341/3773 Minggu, 16 Oktober 2016, pukul 19.34 ;
http://www.seabs.ac.id/journal/april2010/Tinjauan%20Kritis%20Terhadap%20film- pada Minggu, 16 Oktober 2016, pukul 19.39 ;
film%20horor%20Indonesia%20dari%20Perpektif%20Demonologi%20Kristen.pdf diakses pada Minggu, 16 Oktober 2016, pukul 19.38 ;
http://jurnalilkom.uinsby.ac.id/index.php/jurnalilkom/article/view/10/6 diakses pada Minggu, 16 Oktober 2016, pukul 19.36 ;