• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perilaku Mencari Pengobatan Penderita Kanker Payudara di Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perilaku Mencari Pengobatan Penderita Kanker Payudara di Medan"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Perilaku

Perilaku manusia merupakan hasil daripada segala macam pengalaman

serta interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk

pengetahuan, sikap dan tindakan. Dengan kata lain, perilaku merupakan

respon/reaksi seorang individu terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun

dari dalam dirinya. Respon ini dapat bersifat pasif (tanpa tindakan : berpikir,

berpendapat, bersikap) maupun aktif (melakukan tindakan). Sesuai dengan

batasan ini, perilaku kesehatan dapat di rumuskan sebagai bentuk pengalaman dan

interaksi individu dengan lingkungannya, khususnya yang menyangkut

pengetahuan dan sikap tentang kesehatan.Perilaku aktif dapat dilihat, sedangkan

perilaku pasif tidak tampak, seperti pengetahuan, persepsi, atau motivasi.

Beberapa ahli membedakan bentuk-bentuk perilaku ke dalam tiga domain yaitu

pengetahuan, sikap, dan tindakan atau sering kita dengar dengan istilah

knowledge, attitude, practice (Sarwono, 2004).

Dari sudut biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas

organisme yang bersangkutan, yang dapat diamati secara langsung maupun tidak

langsung.Perilaku manusia adalah suatu aktivitas manusia itu sendiri

(Notoadmodjo, 2010).Sedangkan Skinner (1938) menyatakan perilaku merupakan

(2)

demikian, perilaku itu terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme

dan kemudian organisme tersebut merespon.

2.1.1. Domain perilaku

Menurut Benyamin Bloom (dalam Notoatmodjo, 2007) membagi domain

perilaku dalam 3 bentuk yaitu pengetahuan, sikap dan tindakan.

Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan

penginderaan terhadap suatu obyek tertentu.Penginderaan terjadi melalui

pancaindra manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan

raba (Notoatmodjo, 2010).Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang

sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behaviour).

Berdasarkan pengalaman ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan

lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan

(Notoatmodjo, 2010).

Pengetahuan dalam aspek kognitif menurut Notoatmodjo (2007), dibagi

menjadi 6 (enam) tingkatan yaitu : a). Tahu (know) Tahu diartikan mengingat

suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya, dari seluruh bahan yang dipelajari.

Tahu ini merupakan tingkat pengertian yang paling rendah; b).Memahami

(Comprehension) Memahami ini diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat

menginterprestasikan materi ke kondisi sebenarnya; c).Aplikasi (Aplication)

Kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau

(3)

komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada

kaitannya satu sama lain; e). Sintesis (Synthesis) Sintesis menunjuk kepada suatu

kemampuan untuk meletakan atau menghubungkan bagian - bagian di dalam

suatu bentuk keseluruhan yang baru. f). Evaluasi (Evaluation) Evalusi ini

berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap

suatu materi atau obyek.

Pengukuran perilaku dapat dilakukan dengan wawancara atau dengan

angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek

penelitian atau responden terkait pengetahuan tempat, waktu, jenis, dan fasilitas

pengobatan dalam mencari pengobatan kanker payudara. Pengetahuan yang ingin

diketahui atau diukur dapat disesuaikan dengan tingkatan pengetahuan yang

pertama yaitu tahu yang diartikan mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya, dari seluruh bahan yang dipelajari.(Notoatmodjo, 2010). Cara

mengukur tingkat pengetahuan dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan,

kemudian dilakukan penilaian 1 untuk jawaban yang benar dan nilai 0 untuk

jawaban yang salah. Kemudian digolongkan menjadi 3 kategori baik (> 80%),

cukup (60-80%), dan kurang (<60%)

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang

terhadap stimulus atau objek.Sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya

dapat ditafsirkan dahulu dari perilaku yang tertutup.Sikap secara nyata

menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus

tertentu.Kondisi kehidupan sehari-hari adalah merupakan reaksi yang bersifat

(4)

untuk bertindak dan bukan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan

suatu tindakan atau aktivitas akan tetapi merupakan predisposisi tindakan atau

perilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi

terbuka atau tingkah laku yang terbuka.Lebih dapat dijelaskan lagi bahwa sikap

merupakan reaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu

penghayatan terhadap objek (Notoatmodjo, 2010).

Cara mengukursikap, yaitu pendapat atau penilaian responden terhadap

hal yang terkait dengan tempat, waktu, jenis, dan fasilitas pengobatan dalam

mencari pengobatan kanker payudara. Pengukuran sikap, yaitu : a). Sikap

merupakan tingkatan afeksi yang positif atau negatif yang dihubungkan dengan

obyek (Thurstone).b). Sikap dilihat dari individu yang menghubungkan efek yang

positif dengan obyek (individu menyenangi obyek atau negatif atau tidak

menyenangi obyek.(Edward)c). Sikap merupakan penilaian dan atau pendapat

individu terhadap obyek :1). setuju, tak setuju, 2). baik, tak baik, 3). menerima,

tak menerima, 4). senang, tak senang.d). Pendapat atau penilaian dinyatakan

dalam bentuk pernyataan menggunakan skala Likert.Metode pengukuran sikap

dilakukan dengan wawancara dan angket (Notoatmodjo, 2010).

Tindakan adalah suatu upaya nyata untuk mewujudkan sikap yang

memerlukan faktor pendukung diantaranya adanya fasilitas, kondisi, sarana dan

prasarana.

Tindakan dapat dibedakan menjadi tiga tingkatan, yaitu : Respon

Terpimpin (Guided Respon) seseorang telah melakukan sesuatu tetapi masih

(5)

melakukan sesuatu secara otomatis.Adopsi (Adoption) suatu tindakan yang sudah

berkembang, tidak sekedar rutinitas tetapi sudah melakukan tindakan yang

berkualitas (Notoadmodjo, 2010).

Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara tidak langsung, yakni dengan

wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari,

atau bulan yang lalu (recall).Pengukuran juga dapat dilakukan secara langsung

yakni dengan mengobservasi tindakan atau kegiatan responden (Notoadmodjo,

2010).

2.1.2. Perilaku kesehatan

Menurut Skinner perilaku kesehatan (health behavior) adalah respon

seseorang terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit, penyakit,

dan faktor-faktor yang mempengaruhi sehat-sakit (kesehatan) seperti lingkungan,

makanan, minuman, dan pelayanan kesehatan. Dengan kata lain, perilaku

kesehatan adalah semua aktivitas atau kegiatan seseorang baik yang dapat

diamati (observable) maupun yang tidak dapat diamati (unobservable) yang

berkaitan dengan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan. Pemeliharaan

kesehatan ini mencakup mencegah atau melindungi diri dari penyakit dan

masalah kesehatan lain, meningkatkan kesehatan, dan mencari penyembuhan

apabila sakit atau terkena masalah kesehatan.

2.2. Perilaku Mencari Pengobatan

Perilaku mencari pengobatan (health seeking behavior) merupakan

(6)

kesehatan yang lain, untuk memperoleh pengobatan sehingga sembuh atau teratasi

masalah kesehatannya.

Menurut Notoadmodjo (2010), respon seseorang apabila sakit adalah

sebagai berikut: pertama, tidak bertindak atau tidak melakukan kegiatan apa-apa

(no action). Alasannya karena yang demikian tidak mengganggu kegiatan atau

kerja mereka sehari-hari. Kesehatan belum menjadi prioritas hidupnya, sehingga

masarakat lebih memprioritaskan tugas – tugas lain daripada mengobati sakitnya.

Alasan lain, fasilitas pengobatan yang letaknya jauh atau karena petugas

kesehatan tidak simpatik atau tidak responsif.

Respon kedua adalah tindakan mengobati sendiri (self treatment).Karena

percaya pada diri sendiri dan berdasar pada pengalaman yang lalu usaha

pengobatan sendiri mendatangkan kesembuhan, sehingga pencarian pengobatan

tidak diperlukan.Adapun yang ketiga yaitu mencari pengobatan dengan membeli

obat ke warung obat (chemist shop) dan sejenisnya termasuk ke tukang-tukang

jamu.Obat-obat yang mereka dapatkan pada umumnya adalah obat yang tidak

memakai resep sehingga sukar dikontrol.Namun, sejauh pemakaian obat-obat

bebas oleh masyarakat belum mengakibatkan masalah yang serius.

Respon keempat, mencari pengobatan ke fasilitas-fasilitas tradisional

(traditional remedy).Pada masyarakat masih sederhana, masalah sehat-sakit lebih

bersifat budaya daripada gangguan-gangguan fisik. Dukun yang melakukan

pengobatan tradisional merupakan bagian dari masyarakat, dekat dengan

masyarakat, dan pengobatan yang dihasilkan adalah kebudayaan dari masyarakat

(7)

Respon terakhir menurut Notoadmodjo, mencari pengobatan ke

fasilitas-fasilitas pengobatan modern yang diadakan oleh lembaga pemerintah atau

lembaga swasta, seperti: puskesmas, dan rumah sakit.

2.2.1. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku mencari pengobatan

Green (1980) menyatakan perilaku dipengaruhi oleh tiga faktor utama,

yaitu: factor predisposisi (predisposing factors), mencakup pengetahuan, sikap,

nilai, dan persepsi berkenaan dengan motivasi seseorang atau kelompok untuk

bertindak. Dalam arti umum, kita dapat mengatakan faktor predisposisi sebagai

preferensi pribadi yang dibawa seseorang atau kelompok.Prefensi ini mungkin

mendukung atau menghambat perilaku sehat, dalam setiap kasus faktor ini

mempunyai penngaruh.Meskipun berbagai faktor demografis seperti status sosial

ekonomi, umur, jrnis kelamin, dan ukuran keluarga juga penting sebagai faktpr

predisposisi.Faktor pemungkin (enabling factors), mencakup berbagai

keterampilan dan sumber yang perlu untuk melakukan perilaku kesehatan.Sumber

daya itu meliputi fasilitas pelayanan kesehatan, personalia, sekolah, klinik atau

sumber daya serupa ituu.Faktor pemungkin ini juga menyangkut keterjangkauan

berbagai sumber daya. Seperti, Biaya, jarak, ketersediaan transportasi, jam buka,

dan lain sebagainya. Faktor penguat (reinforcing factors) merupakan faktor yang

menetukan apakah tindakan kesehatan memperoleh dukungan atau tidak.Faktor

ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat, sikap dan perilaku para

petugas kesehatan.Untuk berperilaku sehat, masyarakat kadang-kadang bukan

hanya perlu pengetahuan dan sikap positif dan dukungan fasilitas saja, melainkan

(8)

kesehatan dan diperlukan juga undang-undang kesehatan untuk memperkuat

perilaku tersebut (Notatmodjo, 2010).

2.2.2. Tahap-tahap mencari pengobatan

Suchman membagi 5 tahap untuk mengenalisis bagaimana proses

seseorang dalam membuat keputusan sehubungan dengan pencarian atau

pemecahan masalah perawatan kesehatannya. Tahap pertama adalah pengalaman

atau pengenalan gejala (the symptom experience) pada tahap ini individu membuat

keputusan bahwa di dalam dirinya ada suatu gejala penyakit, yamg didasarkan

pada adanya kelainan pada area tubuh atau badannya.Gejala tersebut dirasakan

sebagai ancaman pada hidupnya.

Tahap asumsi peranan sakit (the assumption of the sick role) merupakan

tahap yang kedua dalam mencari pengobatan.Dalam tahap ini individu membuat

keputusan bahwa dia sakit dan memerlukan pengobatan.Kemudian mulai

berusaha untuk mengobati dengan caranya sendiri. Disamping itu ia mulai

mencari informasi darianggota keluarga, tetangga, atau teman sekerja. Tahap

ketiga yaitu tahap kontak dengan pelayanan kesehatan (the medical care

contact).Pada tahap ini individu mulai berhubungan dengan fasilitas pelayan

kesehatan, sesuai dengan pengetahuan, pengalaman, serta informasi yang ada

pada dirinya tentang jenis-jenis pelayanan kesehatan.Oleh karena itu, fasilitas

kesehatan yang dipilih dapat berupa dukun, sinshe, mantri, dokter, ataupun dokter

(9)

Tahap keempat menurut Suchman dalam mencari pengobatan yaitu tahap

ketergantungan pasien (the dependent patient stage).Pada tahap ini individu

memutuskan bahwa dirinya, karena perbuatannya sebagai pasien, maka untuk

kembali sehat harus tergantung dan pasrah kepada fasilitas pengobatan.Ia harus

mematuhi apa yang diperintahkan kepadanya supaya sehat kembali.

Tahap yang terakhir adalah tahap pemulihan atau rehabilitasi (the recovery

of rehabilitation).Pada tahap ini pasien atau individu memutuskan untuk

melepaskan diri dari peran pasien.Dengan hal ini, dapat terjadi dua hal

kemungkinan. Pertama, ia pulih kembali seperti sebelum sakit. Kemungkinan

kedua, ia menjadi cacat yang berarti ia tidak dapat sempurna melakukan fungsinya

seperti ketika sebelum sakit (Notatmodjo, 2010).

2.3. Kanker Payudara

Kanker payudara merupakan penyakit dimana sel-sel abnormal dalam

jaringan payudara berkembang biak dan membentuk tumor invasif (ganas). Tumor

tersebut dapat menyerang dan merusak jaringan di sekitarnya dan menyebar ke

bagian lain dari tubuh melalui getah bening atau sistem pembuluh darah.Jika

penyebaran tumor ini tidak dikendalikan dan dapat mengakibatkan kematian.

Kanker bisa mulai tumbuh di dalam kelenjar susu, saluran susu, jaringan lemak

maupun jaringan ikat pada payudara yang merupakan kanker nomor dua yang

terjadi pada wanita (NBOCC, 2009).

Brunner dan Suddarth (2002) menyatakan penyebab spesifik kanker

payudara yang diketahui belum ada, sehingga para peneliti telah mengidentifikasi

(10)

dianjurkan untuk pemeriksaan deteksi dini yaitu ibu atau saudara perempuan

terkena kanker payudara. Resikonya dua kali lipat jika ibunya terkena kanker

sebelum berusia 60 tahun. b) Umur, faktor yang paling banyak berpengaruh

seperti mendapat haid pertama (menarche) sebelum umur 10 tahun, menopause

setelah umur 55 tahun, tidak menikah atau tidak pernah melahirkan anak,

melahirkan setelah umur 35 tahun, dan tidak pernah menyusui anak. c) Wanita

yang mengalami infeksi pada payudara. d) Wanita yang pernah menggunakan

obat hormonal seperti terapi suluh hormon. e) Wanita yang pernah mengunakan

kontrasepsi oral. f) Mengonsumsi alkohol terlalu sering lebih rentan mengalami

kanker payudara. g) Hasil penelitian Simanjuntak (1977) dalam Tjindarbumi

(2002) menyatakan wanita yang pernah mendapatkan radiasi sebelumnya pada

payudara atau dinding dada memiliki risiko terkena kanker tiga kali lebih tinggi.

Gejala umum baru diketahui setelah stadium kanker berkembang agak

lanjut, karena pada tahap dini biasanya tidak menimbulkan keluhan.Penderita

merasa sehat, tidak merasa nyeri, dan tidak mengganggu aktivitas.Tanda yang

mungkin muncul pada stadium dini adalah teraba benjolan kecil di payudara yang

tidak terasa nyeri.

Gejala yang timbul saat penyakit memasuki stadium lanjut semakin

banyak, seperti: timbul benjolan pada payudara yang dapat diraba dengan tangan,

makin lama benjolan ini makin mengeras dan bentuknya tidak beraturan. Saat

benjolan mulai membesar, barulah menimbulkan rasa sakit (nyeri) saat payudara

ditekan karena terbentuk penebalan pada kulit payudara.Bentuk, ukuran atau berat

(11)

getah bening di ketiak atau timbul benjolan kecil dibawah ketiak. Bentuk atau

arah puting berubah, misalnya puting susu tertarik ke dalam dan yang tadinya

berwarna merah muda dan akhirnya menjadi kecoklatan. Keluar darah, nanah,

atau cairan encer dari puting susu pada wanita yang sedang tidak hamil. Eksim

pada puting susu dan sekitarnya sudah lama tidak sembuh walau sudah diobati.

Kulit payudara mengerut seperti kulit jeruk (peau d’orange) akibat dari

neoplasma menyekat drainase limfatik sehingga terjadi edema dan pitting kulit

(Brunner dan Suddarth, 2002).

2.4. Stadium Kanker Payudara

Pembagian stadium menurut Portmann yang disesuaikan dengan aplikasi

klinik, yaitu: stadium I, tumor terbatas dalam payudara, bebas dari jaringan

sekitarnya, tidak ada fiksasi/infiltrasi ke kulit dan jaringan yang di bawahnya

(otot) .Besar tumor 1 - 2 cm dan tidak dapat terdeteksi dari luar.Kelenjar getah

bening regional belum teraba.Perawatan yang sangat sistematis diberikan

tujuannya adalah agar sel kanker tidak dapat menyebar dan tidak berlanjut pada

stadium selanjutnya.Pada stadium ini, kemungkinan penyembuhan pada penderita

adalah 70%. Stadium II, tumor terbebas dalam payudara, besar tumor 2,5 - 5 cm,

sudah ada satu atau beberapa kelenjar getah bening aksila yang masih bebas

dengan diameter kurang dari 2 cm. Untuk mengangkat sel-sel kanker biasanya

dilakukan operasi dan setelah operasi dilakukan penyinaran untuk memastikan

tidak ada lagi sel-sel kanker yang tertinggal. Pada stadium ini, kemungkinan

sembuh penderita adalah 30 - 40 %. Stadium III A, tumor sudah meluas dalam

(12)

getah bening aksila masih bebas satu sama lain. Menurut data dari Depkes, 87%

kanker payudara ditemukan pada stadium ini. Stadium III B, tumor melekat pada

kulit atau dinding dada, kulit merah dan ada edema (lebih dari sepertiga

permukaan kulit payudara), ulserasi, kelenjar getah bening aksila melekat satu

sama lain atau ke jaringan sekitarnya dengan diameter 2 - 5 cm. Kanker sudah

menyebar ke seluruh bagian payudara, bahkan mencapai kulit, dinding dada,

tulang rusuk dan otot dada. Stadium IV, Tumor seperti pada yang lain (stadium I,

II, dan III).Tapi sudah disertai dengan kelenjar getah bening aksila supra-

klavikula dan Metastasis jauh.Sel-sel kanker sudah merembet menyerang bagian

tubuh lainnya, biasanya tulang, paru-paru, hati, otak, kulit, kelenjar limfa yang

ada di dalam batang leher.Tindakan yang harus dilakukan adalah pengangkatan

payudara.Tujuan pengobatan pada stadium ini adalah palliatif bukan lagi kuratif

(menyembuhkan).

2.5. Pelayanan Kesehatan

Pelayanan kesehatan merupakan bentuk pelayanan yang diberikan kepada

klien oleh suatu tim multi disiplin (Eli Nurachmah, 2007).

2.5.1. Bentuk pelayanan kesehatan

Bentuk pelayanan kesehatan, yaitu :Pelayanan kesehatan tingkat pertama

(primer). Pelayanan yang lebih mengutamakan pelayanan yang bersifat dasar dan

dilakukan bersama masyarakat dan dimotori oleh dokter umum (tenaga medis)

(13)

Pelayanan kesehatan primer (primary health care), atau pelayanan

kesehatan masyarakat adalah pelayanan kesehatan yang paling depan, yang

pertama kali diperlukan masyarakat pada saat mereka mengalami gangguan

kesehatan atau kecelakaan. Primary health care pada pokoknya ditunjukan kepada

masyarakat yang sebagian besarnya bermukim di pedesaan, serta masyarakat yang

berpenghasilan rendah di perkotaan.Pelayanan kesehatan ini sifatnya berobat jalan

(Ambulatory Services).Diperlukan untuk masyarakat yang sakit ringan dan

masyarakat yang sehat untuk meningkatkan kesehatan mereka atau promosi

kesehatan.Contohnya : Puskesmas, Puskesmas keliling, klinik.

Pelayanan kesehatan tingkat kedua (sekunder)adalah pelayanan yang lebih

bersifat spesialis dan bahkan kadang kala pelayanan subspesialis, tetapi masih

terbatas.Pelayanan kesehatan sekunder dan tersier (secondary and tertiary health

care), adalah rumah sakit, tempat masyarakat memerlukan perawatan lebih lanjut

(rujukan).Di Indonesia terdapat berbagai tingkat rumah sakit, mulai dari rumah

sakit tipe D sampai dengan rumah sakit kelas A.Pelayanan kesehatan dilakukan

oleh dokter spesialis dan dokter subspesialis terbatas.Pelayanan kesehatan ini

sifatnya pelayanan jalan atau pelayanan rawat (inpantient services).Diperlukan

untuk kelompok masyarakat yang memerlukan perawatan inap, yang sudah tidak

dapat ditangani oleh pelayanan kesehatan primer.Contoh : Rumah Sakit tipe C dan

Rumah Sakit tipe D.

Pelayanan kesehatan tingkat ketiga (tersier)adalah pelayanan yang lebih

mengutamakan pelayanan subspesialis serta subspesialis luas.Pelayanan kesehatan

(14)

kesehatan ini sifatnya dapat merupakan pelayanan jalan atau pelayanan rawat inap

(rehabilitasi).Diperlukan untuk kelompok masyarakat atau pasien yang sudah

tidak dapat ditangani oleh pelayanan kesehatan sekunder.Contohnya: Rumah

Sakit tipe A dan Rumah sakit tipe B. (Notoatmodjo, 2010)

2.5.2. Dukun

Pengertian dukun biasanya seorang wanita sudah berumur ± 40 tahun ke

atas, pekerjaan ini turun temurun dalam keluarga atau karena ia merasa mendapat

panggilan tugas ini (Wiknjosastro, 2007).

2.5.3. Sinshe

Salah satu jenis pelayanan kesehatan tradisional yang telah lama

dikenalluas dalam masyarakat Indonesia adalah pelayanan kesehatantradisional

Tionghoa (dalam bahasa Inggris dikenal sebagai traditional Chinese medicine

atau TCM), yang praktisinya dikenal dengan sebutan “sinshe”. Menurut

penelusuran pakar dan peneliti dari Depkes RI, dr.Benyamin Lumenta,

keberadaan ahli pengobatan China sudah ada sejak tahun 1640 di Batavia

(Lumenta B, 1989).

2.6. Pengobatan Farmakologis Kanker Payudara

2.6.1. Kemoterapi

Kemoterapi merupakan proses pemberian obat-obatan anti kanker dalam

bentuk pil cair atau kapsul atau melalui infus yang bertujuan membunuh sel

kanker. Sistem ini diharapkan mencapai target pada pengobatan kanker yang

(15)

adalah pasien mengalami mual dan muntah serta rambut rontok karena pengaruh

obat-obatan yang diberikan pada saat kemoterapi (Brunner dan Suddarth, 2002).

Menurut Naland, Japaries & Dalimartha, 2007 kemoterapi secara umum

disebut sitostatika, berefek menghambat atau membunuh semua sel yanng sedang

aktif membelah diri, seperti sel akar rambut, sel darah, sel selaput lendir mulut,

dan lain-lain. Sel tubuh tersebut adalah yang paling parah terkena efek

kemoterapi, sehingga dapat menimbulkan kebotakan, kurang darah, dan

sariawan.Agar sel tubuh normal mempunyai kesempatan untuk memulihkan

dirinya, maka pemberian kemoterapi biasanya harus diberi selang waktu dua

sampai tiga minggu sebelum dimulai lagi pemberian kemoterapi berikutnya.

2.6.2. Radioterapi

Radioterapi yaitu proses penyinaran pada daerah yang terkena kanker

dengan menggunakan sinar X dan sinar gamma yang bertujuan membunuh sel

kanker yang masih tersisa di payudara setelah operasi. Tindakan ini mempunyai

efek kurang baik seperti tubuh menjadi lemah, nafsu makan berkurang, warna

kulit di sekitar payudara nekrotik (Brunner dan Suddarth, 2002).

Sama halnya dengan pembedahan, efek radioterapi bersifat terbatas, yaitu

hanya membunuh sel kanker di lokasi yang terpapar radiasi tersebut. Radioterapi

diberikan bila diperkirakan sel-sel kanker belum menyebar jauh dan dapat dicakup

dalam jangkauan radiasi (Naland, Japaries & Dalimartha, 2007).

2.6.3. Terapi hormonal

Pertumbuhan kanker payudara bergantung pada suplai hormon estrogen,

(16)

laju perkembangan sel kanker.Terapi hormonal disebut juga dengan therapy

anti-estrogen karena sistem kerjanya menghambat atau menghentikan kemampuan

hormon estrogen yang ada dalam menstimulus perkembangan kanker pada

payudara (Brunner dan Suddarth, 2002).

2.6.4. Terapi imun

Immunotherapy adalah jenis pengobatan kankaer yang membantu sistem

kekebalan tubuh melawan kanker. Sistem kekebalan tubuh membantu tubuh

melawan infeksi dan penyakit lainnya, yanng tersiri dari sel-sel darah putih dan

organ dan jaringan dari sistem getah bening. Immunotherapy adalah jenis terapi

biologi yang menggunakan bahan-bahan yang terbuat dari organisme hidup untuk

mengobati kanker.Terapi imun belum secara luas digunakan seperti operasi,

kemoterapi, dan terapi radiasi.Salah satu alasan bahwa sel-sel kanker berkembang

adalah karena mereka mampu bersembunyi dari sistem kekebalan tubuh, sehingga

terapi imun ini dapat menandai sel-sel kanker dan lebih mudah menemukan dan

menghancurkan sel-sel kanker tersebut (National Cancer Institute, 2009).

2.7. Pengobatan Non Farmakologis Kanker Payudara

2.7.1. Pembedahan atau operasi

Pembedahan atau operasi adalan tindakan terap dengan cara mengangkat

masa tumor (jinak atau ganas) secara keseluruhan, umumnya harus mengangkat

pula jaringan sehat atau normal di sekitarnya sampai beberapa sentimeter dari tepi

tumor tersebut. Hal itu disebabkan karena adanya kaki tumor (penjuluran

(17)

agar tidak ada sel kanker yang tertinggal yang dapat menyebabkan kekambuhan

lokal di kemudian hari.

Keterbatasan pembedahan adalah apabila lokasi kanker sangat dekat ke

organ vital seperti pembuluh darah besar, jantung, dan lainnya.Sehingga operasi

tidak mungkin mengambil 3 sampai 5 cm dari tepi tumor tanpa melukai organ

vital yang ada si dekatnya. Selain itu, untuk kanker yang ukurannya sudah cukup

besar, biasanya pembedahan tidak dapat mengangkat bersih sel-sel tumor, maka

setelah operasi masih dianjurkan kemoterapi untuk membasmi sel-sel kanker yang

mungkin masih tertinggal si area pembedahan (Naland, Japaries & Dalimartha,

2007).

Pembedahan dilakukan untuk mengangkat sebagian atau seluruh payudara

yang terserang kanker payudara.Pembedahan paling utama dilakukan pada kanker

payudara stadium I dan II.Pembedahan dapat bersifat kuratif (menyembuhkan)

maupun paliatif (menghilangkan gejala-gejala penyakit).

Tindakan pembedahan atau operasi kanker payudara dapat dilakukan

dengan 3 cara yaitu: 1) Mastektomi radikal (lumpektomi), yaitu operasi

pengangkatan sebagian dari payudara. Operasi ini selalu diikuti dengan pemberian

radioterapi.Biasanya lumpektomi direkomendasikan pada penderita yang besar

tumornya kurang dari 2 cm dan letaknya di pinggir payudara. 2) Mastektomi total

(mastektomi), yaitu operasi pengangkatan seluruh payudara saja, tetapi bukan

kelenjar di ketiak. 3) Mastektomi radikal, yaitu operasi pengangkatan seluruh

payudara, jaringan payudara di tulang dada, tulang selangka dan tulang iga, serta

(18)

2.8. Pengobatan Alternatif Kanker Payudara

2.8.1. Pengobatan tradisional China

2.8.1.1. Terapi herbal

Terapi menggunakan herbal (jamu, ekstrak tumbuh-tumbuhan) merupakan

model utama pengobatan kanker payudara dalam pengobatan tradisional China.

Ada herbal tertentu untuk berbagai manifestasi penyakit dan setiap efek samping

pengobatan konvensional, ada juga yang dapat digabungkan dengan pengobatan

jenis lain. Herbal diresepkan untuk mengatasi gejala-gejala spesifik yang

dikeluhkan oleh setiap pasien. Secara tradisional, obat herbal diresepkan dalam

kombinasi agar bekerja secara sinergis dan untuk mengurangi efek samping satu

sama lain. Biasanya formulanya mengandung lima sampai sepuluh herbal, dalam

dosis yang berbeda-beda (Tagliaferri, Tripathy & Cohen, 2007).

2.8.1.2. Akupuntur

Akupuntur melibatkan penusukan jarum pada titik tertentu di kulit dengan

tujuan meregulasikan fungsi tubuh. Kedokteran China percaya bahwa chi (energi)

dan darah bersirkulasi di dalam tubuh lewat jaringan saluran (meridian) dengan

cara yang teratur dan spesifik. Chi masuk dan tinggal di dalam meridian seseorang

pada waktu yang tepat. Akupuntur dilakukan dengan menusukkan jarum pada

shin (daerah bawah lutut bagian depan) di titik antara ibu jari dan ibu jari

telunjukpada meridian usus besar, atau untuk mengurangi mual dan muntah

dengan cukup menekan titik pada saluran Perikardium (selaput pembungkus

(19)

membangkitkan banyak respon fisiologi yang spesifik, mulai dari kontrol rasa

sakit sampai stimulasi sumsum tulang untuk memproduksi lebih banyak sel-sel

darah atau perubahan dalam lingkungan hormonal.

Dalam praktik pertama Tagliaferry menyatakan pasien kanker payudara

yang pada awalnya datang untuk mengobati nyeri pada punggung bagian bawah

dan mengalami stuck (tidak dapat bergerak), dia tidak dapat membungkuk atau

berdiri tegak. Kemudian Tagliaferry menusukkan jarum pada titik di bawah

hidung pasien dan memutar jarum tersebut selama satu sampai dua menit,

kemudian rasa sakitnya menghilang dan pasien dapat bergerak kembali.

Akupuntur dapat dilakukan dengan rasa sakit yang minimal, dan banyak

orang yang merasa sangat rileks sehingga mereka dapat tertidur atau tidak sadar

saat menjalani pengobatan. Jarum yang digunakan berupa jarum padat yang

memiliki lubang di tengahnya, biasanya jarum ditusukkan ke dalam otot atau ke

ruangan diantara tendon dan struktur otot sehingga jarang terjadi perdarahan

(Tagliaferri, Tripathy & Cohen, 2007).

2.8.1.3. Chi kung

Chi kung, secara harfiah berarti pengumpulan energi yang meliputi

sejumlah besar latihan dan rutinitas gerakan yang lembut, ritmis, dan pijat diri

yang diarahkan untuk mengendalikan pernapasan, menenangkan pikiran, dan

meningkatkan kesehatan dan kewaspadaan mental, serta mencegah dan mengobati

penyakit. Chi kung dapat mengatr fungsi jantung dan tekanan darah,

meningkatkan sirkulasi dan memperbaiki proses penyembuhan luka pada

(20)

kungjuga meningkatkan level endorfin dan zat-zat kimia lainnya yang

berhubungan dengan pengendalian rasa sakit dan imunitas tubuh.

Penelitian di China membuktikan adanya efek penguatan sistem imun

dalam setiap latihan. Dalam penelitian terhadap para penderita kanker payudara

stadium lanjut dengan tipe yang berbeda-beda di Beijing Hospital, sekitar tiga

perempat subjek menerima kemoterapi dan melakukan terapi Chi kung, dan

sisanya menjalani kemoterapi saja. Obat dan dosisnya sama, meskipun tidak

benar-benar identik dalam semua kasus. Kelompok Chi kung berlatih dua jam

sehari selama sekitar tiga bulan.

Kelompok Chi kung memiliki hasil yang lebih baik secara signifikan

dalam fungsi hati dan profil sel darah merah, yang berarti mereka memiliki suplai

oksigen dan energi yang lebih baik di dalam tubuh, aktivitas fagositosis (proses

penghancuran bakteri dan partikel asing oleh sel-sel darah putih) dan perasaan

menerima kekuatan (82% : 10 %), perbaikan nafsu makan (63% : 10%), dan

pergerakan saluran pencernaan teratur (Tagliaferri, Tripathy & Cohen, 2007).

2.8.2. Meditasi

Meditasi berarti pengaturan perhatian dalam diri yang disengaja. Dengan

kata lain, meditasi membentuk konsentrasi dan kesadaran yang baik sewaktu

terfokus secara sistematis dan bertujuan terhadap aspek tertentu. Meditasi dapat

membantu mengatasi stres dan rasa nyeri, selain itu dapat memperlambat persepsi

tentang berlalunya waktu dan meningkatkan apresiasi pada setiap situasi

Referensi

Dokumen terkait

Bentuk tindakan preventif yang dilakukan orang tua dalam melindungi anak dilakukan dengan cara mengarahkan anak untuk memasuki jenjang pendidikan anak usia dini dan

Tujuan yang harus dicapai BPS Kabupaten Pakpak Bharat Tahun 2016 ada 3 (tiga), yaitu (1) Peningkatan Kualitas Data Statistik, (2) Peningkatan pelayanan prima hasil kegiatan

Pada muffin dengan perlakuan kontrol (100:0:0) terdapat kandungan betakaroten dalam jumlah yang lebih sedikit dibandingkan dengan muffin dengan perlakuan kombinasi

Melihat komunikasi yang terjadi pada kedua unsur penyelenggara pemerintahan di daerah yaitu pihak eksekutif (pemerintah daerah) dan pihak legislative (DPRD) dalam

Menurunnya produksi padi di Kalimantan Barat disebabkan adanya penurunan luas panen dan produktivitas pada tahun 2015 dibandingkan tahun 2014, sementara

Penelitian mengenai siklus belajar 5E dilakukan oleh Sari, dkk., (2013) dinyatakan bahwa penerapan siklus belajar 5E dengan penilaian portofolio (1) dapat meningkatkan

Salah satu hal yang berbeda antarsatu ruangan dengan ruangan lain adalah adanya perbedaan tingkat kepuasan kerja perawat dengan lima dimensi kepuasan kerja perawat yakni

BELAJAR GITAR DENGAN INTERAKTIF MACROMEDIA FLASH MX adalah salah satu aplikasi sarana multimedia yang berisi informasi tentang pelajaran bermain gitar. Aplikasi ini di tampilkan