• Tidak ada hasil yang ditemukan

Multivariate Statistical Process Control dalam Produksi Pulp pada PT. Toba Pulp Lestari Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Multivariate Statistical Process Control dalam Produksi Pulp pada PT. Toba Pulp Lestari Sumatera Utara"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Statistical Process Control (SPC)

Statistical Process Control (SPC) merupakan teknik penyelesaian masalah yang

digunakan sebagai pemonitor, pengendali, penganalisis, pengelola, dan

memperbaiki proses menggunakan metode – metode statistik. Filosopi pada konsep pengendalian kualitas proses statistik atau yang lebih dikenal dengan

pengendalian proses statistik (Statistical Process Control) adalah output pada

proses atau pelayanan dapat dikemukakan ke dalam pengendalian statistik melalui

alat-alat manajemen dan tindakan perancangan. Pengendalian proses statistik

merupakan penerapan metode-metode statistik untuk pengukuran dan analisis

variasi proses. Teknik ini merupakan parameter-parameter pada proses dan

analisis proses. Dengan menggunakan pengendalian proses statistik ini maka

dapat dilakukan anlisis dan minimasi penyimpangan atau kesalahan,

mengkuantifikasikan kemampuan proses, menggunakan pendekatan statistik

dengan dasar six – sigma, dan membuat hubungan antara konsep dan teknik yang ada untuk mengadakan perbaikan proses. Sasaran pengendalian proses statistik adalah terutama adalah mengadakan pengurangan terhadap variasi atau kesalahan – kesalahan proses. Selain itu, tujuan utama dalam pengendalian proses statistik adalah mendeteksi adanya khusus (a ssignable cause atau special cause) dalam

variasi atau kesalahan proses melalui analisis data dari masalalu maupun masa

mendatang. Variasi proses terdiri dari dua macam penyebab, yaitu penyebab

umum (random cause atau chance cause atau common cause) yang sudah melekat

pada proses, dan penyebab khusus (assignable cause atau special cause) yang

merupakan kesalahan yang berlebihan. Idealnya, hanya penyebab umum yang

ditunjukkan atau yang tampak dalam proses, karena hal tersebut menunjukkan

bahwa proses berada dalam kondisi stabil dan dapat diprediksi. Kondisi ini

(2)

Dalam setiap proses produksi, hal yang perlu dipahami adalah setiap

produk ataupun jasa yang dihasilkan tidak akan 100% sama. Hal ini karena

adanya variasi selama proses produksi berlangsung. Adanya variasi merupakan

hal yang normal dan wajar, namun akan berpengaruh pada kualitas produk

sehingga perlu dikendalikan.

Umumnya, metode statistik banyak digunakan dalam upaya pengendalian

proses produksi. Pendekatan yang paling umum digunakan dalam dunia industri

adalah melalui metode Statistical Process Control (SPC).

Statistical Process Control merupakan metode pengambilan keputusan secara analitis yang memperlihatkan suatu proses berjalan dengan baik atau tidak.

SPC digunakan untuk memantau konsistensi proses yang digunakan untuk

pembuatan produk yang dirancang dengan tujuan mendapatkan proses yang terkontrol (Yuri, T, 2013).

2.1.1 Jenis-Jenis Variasi

Variasi didefinisikan sebagai ketidakseragaman produk atau jasa yang dihasilkan.

Variasi dapat pula didefinisikan sebagai produk atau jasa yang dihasilkan tidak

memenuhi spesifikasi standard yang telah ditetapkan. Variasi dikelompokkan

menjadi 2 jenis:

1. Variasi Terkendali (Controllable Variation)

Variasi terkendali adalah variasi yang dapat dikendalikan atau variasi yang

dapat dihilangkan atau diminimalisir jika dilakukan aktifitas perbaikan. Variasi jenis ini biasanya bersifat stabil, konsisten, kemungkinannya

random, terprediksi, terjadi secara alamiah, inheren, sebab-sebab acak.

Contoh jenis variasi ini adalah kurang homogennya bahan baku, kurang

cermatnya operator dan lain-lain.

2. Variasi Tidak Terkendali (Uncontrollable Variation)

Variasi tidak terkendali adalah variasi yang tidak dapat dikendalikan.

Variasi jenis ini biasanya bersifat tidak stabil, tidak konsisten, tidak

(3)

sehingga menyebabkan abnormalitas terhadap sistem dan dapat diperbaiki

secara lokal. Contoh variasi jenis ini adalah kelembaban udara, suhu

ruangan yang berubah-ubah, perubahan tegangan listrik, dan lain-lain.

2.1.2 Tujuan dari Statistical Process Control

Ada beberapa manfaat dari pengendalian proses statistik bagi organisasi yang menerapkannya. Ada beberapa manfaat dari pengendalian proses statistik, antara

lain :

1. Tersedianya informasi bagi karyawan apabila akan memperbaiki proses.

2. Membantu karyawan memisahkan sebab umum dan sebab khusus

terjadinya kesalahan.

3. Tersedianya bahasa yang umum dalam kinerja proses untuk berbagai

pihak.

4. Menghilangkan penyimpangan karena sebab khusus untuk mencapai

konsistensi dan kinerja yang lebih baik.

5. Pengertian yang lebih baik mengenai proses.

6. Pengurangan waktu yang berarti dalam masalah penyelesaian masalah

kualitas.

7. Pengurangan biaya pembuangan produk cacat, pengerjaan ulang terhadap

produk cacat, inspeksi ulang dan sebagainya.

8. Komunikasi yang lebih baik dengan pelanggan tentang kemampuan

produk dalam memenuhi spesifikasi pelanggan.

9. Membuat organisasi lebih berorientasi pada data statistik daripada hanya

berupa asumsi saja.

10.Perbaikan proses, sehingga kualitras produk menjadi lebih baik, biaya

lebih rendah dan produktivitas meningkat.

2.1.3 Multivariate Statistical Process Control (MSPC)

Ada banyak situasi yang memonitor secara bersama atau mengontrol dua atau

(4)

Statistical Process Control (SPC) berdasarkan jumlah variabelnya dibedakan

menjadi dua macam, yaitu univariate statistical process control (statistik

pengendali proses univariat), di mana hanya ada satu variabel yang berpengaruh

terhadap proses, dan multivariate statistical process control (statistik pengendali

proses multivariat) yang melibatkan lebih dari satu variabel yang memiliki

pengaruh terhadap proses.

Perbedaan jumlah variabel tentu memilimki pengaruh terhadap

perhitungan statistik yang harus dijalankan, univariate statistical process control

lebih mudah dilakukan karena hanya melibatkan satu variabel, tetapi pada

kenyataannya, dalam dunia industri jumlah variabel yang berpengaruh terhadap

suatu proses produksi terdapat lebih dari satu variabel, sebab itulah multivariate

statistical process control lebih banyak digunakan.

2.2 Deskripsi Data Multivariat

2.2.1 Distribusi Normal Multivariat

Dalam Statistical Process Control Univariat, umumnya menggunakan distribusi

normal untuk menjelaskan perilaku dari karakteristik kualitas kontinu. Fungsi densitas probabilitas normal univariat adalah :

(2.1)

Rata – rata dari distribusi normal adalah dan varian adalah . Catat bahwa (bagian dari tanda minus) bentuk eksponential dari distribusi normal bisa ditulis sebagai berikut :

(5)

Pendekatan ini dapat digunakan dalam kasus distribusi normal

multivariat. Andaikan terdapat variabel, dinyatakan dengan Variabel – variabel ini disusun dalam komponen vektor [ ].

Variabel xi,x2,...,xp dikatakan berditribusi normal multivariate jika

mempunyai probability density function :

2( )' ( )

berditribusi 2p. Berdasarkan sifat ini maka pemeriksaan distribusi multinormal dapat dilakukan dengan cara membuat q-q plot dari nilai

x x i1,...,n (2.3)

Untuk melakukan pemeriksaan data normal multivariat, dapat dilakukan

dengan cara mengkonstruksikan plot chi-kuadrat dengan langkah-langkah sebagai

berikut :

a. Menghitung jarak tergeneralisasi :

x x

Keterangan :

adalah dengan mencari nilai jarak kuadrat untuk setiap pengamatan ke –i

adalah pengamatan yang ke –i, dengan i = 1, 2, ..., n

adalah kebalikan (inverse) matriks varians- kovarian S

x adalah rata-rata variabel x

(6)

...

c. Membuat plot ( di mana ( adalah

persentil untuk distribusi Chi-Kuadrat dengan derajat kebebasan

p.

d. Plot ini merupakan garis lurus bila data berdistribusi normal multivariat.

Kelengkungann menunjukkan penyimpangan dari normalitas.

Kriteria Pengujian :

 Angka signifikansi , maka data berdistribusi normal  Angka signifikansi , maka data tidak berdistribusi normal

2.3 Diagram Control Variabel

2.3.1 Asas Dasar Diagram Control

Diagram kontrol adalah teknik pengendali proses pada jalur yang digunakan

secara luas untuk menaksir parameter suatu proses produksi menentukan

kemampuan dan memberi informasi yang berguna dalam meningkatkan proses

tersebut (Montgomery, 1990).

Grafik pengendali atau disebut diagram kontrol adalah alat untuk

menggambarkan dengan cara yang tepat apa yang dimaksudkan dengan

pengendalian statistik, dengan itu dapat digunakan dalam berbagai cara. Grafik

pengendali pertamakali ditemukan oleh Dr. Walter Andrew Shewhart, dari Bell

Telephone Laboratories Amerika Serikat pada tahun 1924. Dalam banyak

penerapan, ini digunakan untuk mengawasi proses pada jalur. Yakni, data sampel

dikumpulkan dan digunakan untuk membentuk grafik pengendali. Grafik

pengendali dapat diklasifikasikan ke dalam dua tipe umum. Apabila karakteristik

kualitas dapat diukur dan dinyatakan dalam bilangan, dinamakan variabel. Dalam

hal seperti itu, tepat sekali untuk melukiskan karakteristik kualitas dengan ukuran

tengah dan ukuran variabilitas. Grafik pengendali untuk nilai tengah dan

(7)

Banyak karakteristik kualitas yang tidak diukur dengan skala kuantitatif.

Dalam keadaan ini, dapat dinilai tiap unit produk sebagai sesuai atau tidak sesuai

atas dasar apakah produk itu memiliki atau tidak memiliki sifat tertentu, atau

dapat mencacah banyak yang tidak sesuai (cacat) yang tampak pada suatu unit

produk. Grafik pengendali untuk karakteristik kualitas semacam itu dinamakan

grafik pengendali sifat (atribut).

UCL

Karakteristik

kualitas CL

sampel

LCL

Nomor sampel atau waktu

Gambar 2.1 Contoh Grafik Pengendali

Bentuk dasar grafik pengendali ditunjukkakan dalam Gambar 2.1 yang merupakan

peragaan grafik suatu karakteristik kualitas yang telah diukur atau dihitung dari

sampel terhadap nomor sampel atau waktu. Grafik itu memuat:

1. Central Line (CL) atau disebut garis tengah yang merupakan nilai rata – rata karakteristik kualitas yang berkaitan dengan keadaan terkontrol.

2. Uper Control Limit (UCL) yaitu batas pengendali atas.

3. Lower Control Limit (LCL) yaitu batas pengendali bawah.

Selama titik – titik sampel terletak di dalam batas – batas pengendali, proses dianggap dalam keadaan terkendali, dan tidak perlu tindakan apapun. Jika titik

(8)

dan diperlukan tindakan penyelidikan dan perbaikan untuk mendapatkan dan

menyingkirkan sebab atau sebab – sebab tersangka yang menyebabkan tingkah laku itu.

2.3.2 Diagram Control T2 Hotelling

Karya asli dalam pengendalian kualitas multivariat dikerjakan oleh Hotelling pada tahun 1947, yang menerapkan prosedurnya pada data pembidik bom selama

Perang Dunia II.

Misalkan terdapat variabel sampel. Rata- rata sampel dan varian

dihitung dari masing – masing sampel biasa sehinnga,

x (2.4)

Di mana :

x (2.5)

Di mana :

Di mana adalah observasi ke –i pada karakteristik kualitas ke j dalam sampel ke k. Kovarian antara karakteristik kualitas j dan karakteristik kualitas h dalam

sampel ke k adalah

∑ x x (2.6)

(9)

Statistik x , dan adalah rata – rata seluruh sampel m, diperoleh

x ∑ x (2.7)

Di mana :

s ∑ (2.8)

Di mana :

Dan

s (2.9)

Di mana :

x adalah elemen – elemen dari vektor x, dan rata – rata dari sampel

matriks kovarian adalah sebagai

[

]

(2.10)

Rata- rata sampel matriks kovarian S adalah estimasi dari ketika proses berada dalam keadaan terkendali atau terkontrol.

Control Chart T2. Misalkan S bentuk persamaan digunakan untuk mengestimasi dari dan vektor

Bentuk ini, biasanya disebut Control Chart T2 Hotelling.

(10)

Keterangan :

: Nilai Hotelling

x : nilai observasi

x : estimasi mean atau rata-rata observasi

: invers matriks varians kovarians S

Dengan x

฀ = [ x , x ..., x ] adalah vektor nilai nominal bagi tiap karakteristikkualitas dan adalah matriks kovariansi karakteristik kualitas

.

Grafik pengendali mempunyai batas atas dan dapat memperoleh titik

persentase dari titik persentase distribusi melalui hubungan

=

(2.12)

2.4 Matriks

2.4.1 Konsep Dasar dan Definisi Matriks

Definisi. Matriks ialah suatu susunan berbentuk empat persegi panjang dari

elemen-elemen (bilangan-bilangan) yang terdiri dari beberapa baris dan kolom

dibatasi dengan tanda kurung, seperti bentuk :

(2.13)

Atau disingkat dengan:

(11)

.

Matriks (2.12) disebut matriks tingkat , atau disingkat matriks ,

karena terdiri dari m baris dan n kolom. Setiap disebut elemen (unsur) dari

matriks itu, sedang indeks dan berturut-turut menyatakan baris dan kolom. Jadi

elemen terdapat pada baris ke- , kolom ke- . Pasangan bilangan disebut

dimensi (ukuran atau bentuk) dari matriks itu. Suatu matriks tidak mempunyai

harga numerik. Biasanya tanda kurung dapat dipakai seperti

atau ‖

‖.

Pada umumnya matiks disingkat dan dinyatakan dengan huruf besar, sedang

elemen-elemen matriks dengan huruf kecil (Sianipar, P, 2007).

2.4.2 Matriks Transpos

Definisi. Transpos dari suatu matriks A berorde adalah matriks B berorde yang didefinisikan oleh:

=

Untuk dan .

Jika baris-baris dan kolom-kolom dari suatu matriks dipertukarkan (baris

pertama dengan kolom pertama dan seterusnya), maka diperoleh suatu matriks yang disebut transpos yang disingkat atau .

Jadi bilamana:

(

atau

Akibat = .

(12)

Definisi. Determinan suatu matriks berorde , dinyatakan sebagai det(A),

adalah suatu skalar yang diasosiasikan dengan matriks A dan didefinisikan secara induktif sebagai:

Det(A) : jika n = 1.

+ jika

Di mana =

2.4.4 Invers Matriks

Definisi. Suatu matriks berorde dikatakan taksingular (nonsingular)

atau dapat dibalik (invertible) jika terdapat matriks sehingga .

Matriks disebut sebagai invers perkalian (multiplicative inverse) dari .

Jadi satu matriks memiliki paling banyak satu invers perkalian, dan disebut invers

perkalian dari satu matriks taksingular sebagai invers dari dan ditulis sebagai

(Leon, Steven J., 2001).

Dalam penelitian sebelumnya yang dilakukan pada Produk Monosodium

Glutamat (MSG) di PT. AJINOMOTO INDO-NESIA, pengendalian kualitasnya

baru dilakukan secara kimia dan biologi, sedangkan secara statistik masih

dianalisis secara sederhana. Karakteristik kualitas MSG ada empat yaitu pH, Moist, Alpha D dan Cl- , sehingga di dalam penelitian ini akan dilakukan analisis

untuk meningkatkan kualitas secara statistik yaitu analisis kapabilitas proses.

Analisis kapabilitas proses dilakukan setelah membuat peta kendali Multivariat yaitu T2 Hotelling dan Generalized Variance (GV) . Hasil dari analisis kapabilitas

proses secara multivariat adalah proses produksi MSG jenis RC periode Bulan

Januari sampai Maret 2012 dikatakan belum terkendali dan belum kapabel karena

memiliki nilai Cp yang kurang dari satu, yaitu sebesar 0,608867 (Kurnia et al.

(13)

Dalam penelitian sebelumnya mengenai proses produksi kaca, penelitian

menggunakan grafik T2Hotelling. Data yang digunakan merupakan data sekunder

dari proses produksi kaca di Pabrik Kaca di Kabupaten Kendal pada bulan

September 2014 sampai Oktober 2014. Dari sampel data produksi yang diambil,

dengan asumsi bahwa hasil proses produksi yang berlangsung tidak berubah dan

dapat mewakili populasi hasil produksi hari-hari lainnya. Penelitian ini dilakukan

dalam dua tahap dengan menggunakan tiga karakteristik utama dari kualitas yaitu

ketebalan, panjang dan lebar. Hasil dari penelitian ini menyebutkan bahwa Pada

tahap pertama yang dilakukan adalah memonitor terhadap mean pada proses

produksi kaca menggunakan diagram kontrol T2 Hotelling menunjukkan bahwa

proses produksi pada tahap I tidak terkontrol. Hal ini ditunjukkan adanya titik

yang keluar dari batas kontrol pada pengamatan ke-3 dan ke-21. Batas kontrol yang didapat dengan menggunakan rumus BKA adalah 7,9428 pada batas kontrol

atas dan 0 pada batas kontrol bawah. Pada proses produksi kaca tahap II, yaitu

proses produksi bulan Oktober 2014 dengan Batas Kontrol Atas sebesar 7,9925

masih tidak stabil atau tidak terkontrol. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata

proses produksi kaca tahap II belum mendapatkan perbaikan dari perusahaan,

sehingga perusahaan harus melakukan perbaikan agar produk dihasilkan bisa

Gambar

Grafik pengendali atau disebut diagram kontrol adalah alat untuk
grafik pengendali sifat (atribut).

Referensi

Dokumen terkait

1) Statistical process control (SPC) dapat dijadikan sebagai alat evaluasi efektivitas dan konsistensi dalam penerapan program standar mutu perusahaan. 2) Proses produksi untuk

Kerangka konseptual dalam penelitian ini nantinya untuk menggambarkan bagaimana pengendalian kualitas yang dilakukan dengan menggunakan Statistical Process Control

Kualitas hasil pemotongan, tebal material, kecepatan potong, statistical process control (SPC), design of experiment (DOE), response surface & contour plot... Universitas

Metode yang dipakai adalah metode SPC (statistical process control) atau metode pengendalian kualitas suatu proses, untuk menunjukan apakah jumlah yang menunggu untuk

Pengendalian proses statistikal atau statistical process control (SPC) dengan menggunakan 7 tools dapat meningkatkan kualitas dengan mengurangi variabelitas produk

Dalam penelitian ini, analisis data dilakukan dengan menggunakan beberapa alat dari Seven Tools di dalam metode SPC (Statistical Process Control). Langkah-langkahnya

1) Statistical process control (SPC) dapat dijadikan sebagai alat evaluasi efektivitas dan konsistensi dalam penerapan program standar mutu perusahaan. 2) Proses produksi untuk

ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS CACAT PRODUK EQ SPACING MENGGUNAKAN METODE STATISTICAL PROCESS CONTROL SPC DAN FAULT TREE ANALYSIS FTA STUDI KASUS: PT SINAR SEMESTA Arief