• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEDOMAN PENGEMBANGAN KURIKULUM OPERASION (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PEDOMAN PENGEMBANGAN KURIKULUM OPERASION (1)"

Copied!
75
0
0

Teks penuh

(1)

PEDOMAN PENGEMBANGAN

KURIKULUM OPERASIONAL

PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

DIREKTORAT PEMBINAAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN ANAK USIA DINI, NONFORMAL, DAN INFORMAL

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

(2)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Kurikulum menurut Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab I Pasal 1 poin 19 adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Tujuan pendidikan tertentu seperti yang termaktub dalam pasal tersebut adalah tujuan pendidikan nasional seperti yang tercantum dalam Standar Nasional Pendidikan.

Kurikulum disusun dalam satu kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan memperhatikan: a. peningkatan iman dan takwa; b. peningkatan akhlak mulia; c. peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat peserta didik; d. keragaman potensi daerah dan lingkungan; e. tuntutan pembangunan daerah dan nasional; f. tuntutan dunia kerja; g. perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni; h. agama; i. dinamika perkembangan global; j. persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan.

Selaras dengan komitmen penerapan sistem desentralisasi pendidikan, muncul tuntutan terhadap pembaharuan sistem pendidikan, termasuk pembaharuan dalam kurikulum, yaitu ‘penganekaragaman’ kurikulum (diversifikasi) untuk melayani peserta didik dan potensi daerah yang beragam. Untuk mewadahi keberagaman tersebut, kurikulum operasional dikembangkan oleh satuan pendidikan, atau dikenal dengan pengembangan kurikulum berbasis lembaga.

Kurikulum berbasis lembaga adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di satuan pendidikan termasuk satuan pendidikan anak usia dini (PAUD). Dengan merujuk pada kebijakan tersebut, setiap satuan PAUD memiliki kewenangan dan keleluasaan untuk mengembangkan kurikulum di satuannya secara mandiri dengan tetap mengacu/mempertimbangkan rambu-rambu yang dikeluarkan oleh pemerintah.

Ketersediaan kurikulum pada suatu satuan pendidikan merupakan suatu keharusan karena kurikulum merupakan jantung dari terselenggaranya seluruh kegiatan pendidikan atau pembelajaran di suatu satuan pendidikan. Kurikulum merupakan alat untuk membantu pendidik dan seluruh komponen satuan pendidikan dalam memberikan pengalaman belajar kepada anak secara positif, bermakna, fungsional, membekas, serta memperlancar keseluruhan proses pembelajaran yang selaras dengan kebutuhan dan karakteristik peserta didik yang dilayani.

Mengingat begitu penting dan besarnya kegunaan kurikulum, pengembangan kurikulum untuk satuan pendidikan anak usia dini harus dilakukan dengan hati-hati, cermat dan penuh bertanggung jawab. Satuan pendidikan PAUD menangani peserta didik pada kelompok usia potensial yang sekaligus sebagai usia kritis, yaitu usia emas (golden ages). , pihak-pihak yang terlibat dalam pengembangan kurikulum pendidikan anak usia dini harus merupakan orang-orang yang betul-betul peduli, mencintai, dan bersedia sepenuh hati dalam membantu pertumbuhan dan perkembangan anak secara optimal. , cita-cita pembangunan pendidikan anak usia dini Indonesia, yaitu mengantarkan generasi yang cerdas komprehenship secara bertahap dan simultan dapat diwujudkan.

(3)

B. Tujuan

Pedoman Pengembangan Kurikulum Operasioal PAUD ini diharapkan dapat menjadi acuan dalam menyusun kurikulum bagi penyelenggara, pengelola, pendidik (guru) serta para pengembang kurikulum di setiap satuan pendidikan PAUD yang tersebar di seluruh Indonesia.

C. Dasar

Penyusunan pedoman pengembangan Kurikulum Operasional PAUD ini mengacu dan merujuk pada dasar legal formal sebagai berikut:

1.Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. 2. Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Pendidikan Nasional

3. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 58 tahun 2009 tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini

D. Sasaran

Sasaran pengguna pedoman pengembangan Kurikulum Operasioal PAUD ini adalah berbagai pihak yang terlibat, secara langsung maupun tidak langsung dalam bidang pengembangan kurikulum pendidikan anak usia dini. Pihak-pihak yang dapat menjadi anggota tim pengembang kurikulum, antara lain: pendidik, pengelola, penyelenggara, penilik/pengawas, orang tua/masyarakat, dan pemangku kepentingan lain.

E. Sistematika

Pedoman disusun secara sistematis dan logis agar yang menggunakannya dapat mengikutinya secara mudah dan terarah. Penyajian pedoman ini secara berurutan meliputi

Bagian pertama berupa pendahuluan yang menyajikan tentang latar belakang lahirnya pedoman pengembangan kurikulum operasional satuan PAUD, tujuan penulisan pedoman, dasar penulisan pedoman sasaran pengguna pedoman, serta sistematika penyajian pedoman.

Bagian kedua, berisi tentang konsep PAUD Indonesia. Hal ini sengaja disajikan agar arah pedoman ini menjadi lebih jelas, tegas, dan terarah. Bagian ini berisi tiga hal utama, yaitu pengertian PAUD, satuan dan sistem penyelenggaraan PAUD di Indonesia serta pentingnya satuan pendidikan PAUD memiliki kurikulum berkualitas.

Bagian ketiga berisi tentang pengertian, landasan dan rujukan, serta prinsip pengembangan kurikulum operasional PAUD. Terdapat tiga hal yang dipaparkan, yaitu pengertian, landasan dan rujukan kurikulum operasional PAUD serta prinsip-prinsip pengembangan kurikulum operasional PAUD. Paparan ini sengaja disajikan agar para pengembang kurikulum operasional PAUD lebih terkendali, terukur, dan tepat sasaran.

Bagian keempat berisi tentang komponen-komponen kurikulum operasional PAUD yang dapat dikembangkan. Bagian ini memuat dua paparan, yaitu komponen inti kurikulum operasional PAUD serta komponen penyempurna kurikulum operasional PAUD.

Bagian kelima berisi tentang langkah-langkah pengembangan kurikulum operasional PAUD. Bagian ini berisi lima paparan tentang tahapan utama dalam pengembangan kurikulum operasional PAUD, yaitu tahap persiapan dan koordinasi, tahap analisis konteks dan potensi, tahap pengembangan komponen inti kurikulum operasional PAUD, tahap pengembangan komponen penyempurna kurikulum operasional PAUD, serta tahap pengemasan naskah akhir kurikulum operasional PAUD.

(4)

pengesahan kurikulum operasional PAUD, pemberlakuan kurikulum operasional PAUD serta masa revisi dan perbaikan kurikulum operasional PAUD yang telah dikembangkan.

(5)

BAB II

DASAR-DASAR PENGEMBANGAN KURIKULUM OPERASIONAL PAUD

A. Pengertian

Kurikulum Operasional PAUD adalah suatu kurikulum yang dikembangkan dan dilaksanakan oleh setiap satuan PAUD sesuai dengan kondisi, potensi, serta daya dukung yang tersedia dan dapat diupayakan di satuan PAUD masing-masing.

B. Landasan dan Rujukan

Satuan PAUD di mana pun di Indonesia penting memiliki kurikulum yang komprehensif dan berkualitas sebagai acuan penyelenggaraan, pengelolaan standar dan patokan pengukuran keberhasilan pencapaian tujuan, serta keseluruhan kegiatan pelaksanaan pembelajaran.

Landasan dan rujukan utama dalam pengembangan kurikulum operasional PAUD adalah Standar Nasional PAUD sebagaimana yang dituangkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 58 Tahun 2009. Terdapat empat standar yang harus dipedomani, yaitu (1) Standar Tingkat Pencapaian Perkembangan (STPP); (2) Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan (SPTK); (3) Standar Isi, Proses, dan Penilaian (SIPP); serta (4) Standar Sarana dan Prasarana, Pengelolaan, dan Pembiayaan (S2P3).

Standar Nasional PAUD dalam konteks pengembangan kurikulum operasional PAUD berfungsi sebagai SPM (Standar Pencapaian/Pelayanan Minimum). Penyelenggara/Pengelola satuan PAUD diharapkan dapat menyusun kurikulum operasional yang bermutu dengan keunggulan masing-masing sesuai dengan misi dan misi lembaganya. Penyelenggara/Pengelola dapat melengkapi atau menambahkan standar atau rujukan lainnya, dengan memperhatikan rambu-rambu sebagai berikut.

1. Standar atau rujukan lain berfungsi memberi penguatan pencapaian Standar Nasional PAUD sebagaimana yang dituangkan dalam Permendiknas Nomor 58 Tahun 2009.

2. Standar atau rujukan lain dapat berupa nilai, kajian filosofis, kajian teoretis maupun semboyan tertentu yang tidak bertentangan dengan dasar hukum, kebijakan pengembangan PAUD di Indonesia, kaidah sosial-budaya, dan perkembangan IPTEK yang diakui dan diterima di Indonesia. Standar tersebut dapat bersumber dari kitab suci (seperti Al-Qur’an dan Alkitab, ), dari pandangan filsafat, penggalian nilai budaya, kajian riset-empiris (best practices), dan sebagainya.

3. Dalam keadaan khusus, satuan PAUD dapat mengakomodasi dan/atau menggunakan kurikulum yang bersumber dari luar negeri. Kurikulum hendaklah diselaraskan dengan Standar Nasional PAUD sebagaimana yang dituangkan dalam Permendiknas Nomor 58/2009 tersebut. Upaya-upaya penyelarasan dapat dilakukan secara mandiri oleh penyelenggara/pengelola atau melalui bantuan dan advokasi khusus dari dinas pendidikan setempat.

C. Prinsip-Prinsip Pengembangan Kurikulum Operasional PAUD

Beberapa prinsip pengembangan kurikulum yang harus dipegang dan dijunjung tinggi agar lebih terfokus, tepat sasaran, dan terkendali adalah sebagai berikut.

(6)

Prinsip-prinsip umum yang harus diperhatikan dalam pengembangan kurikulum operasional PAUD di antaranya adalah sebagai berikut.

a. Menyeluruh (Holistik Integratif)

Komponen kurikulum yang dikembangkan mencakup keseluruhan ranah perkembangan peserta didik (holistik), minimum sesuai dengan tuntutan perkembangan yang dituangkan dalam Standar Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak (STPP) yang digariskan dalam Permendiknas Nomor 58/2009.

Integratif dimaksudkan adalah segala upaya yang dilakukan dengan menggunakan langkah terpadu, baik pada upaya pemenuhan layanan pedagogis, layanan kesehatan, layanan gizi maupun layanan perlindungan. Layanan pedagogis berfokus pada stimulasi perkembangan anak terutama pada stimulasi perkembangan mental-intelektual dan sosial-emosional; layanan kesehatan dan gizi terutama ditujukan untuk membantu pertumbuhan anak, sedangkan layanan perlindungan ditujukan agar tumbuh-kembang lebih optimal, yaitu dengan cara dukungan kondisi dan lingkungan nyaman (savety) dan aman (security), yaitu yang ramah, bersahabat, bebas dari kecemasan, tekanan, dan rasa takut.

b. Relevan

Pengembangan kurikulum selaras dengan tujuan pendidikan di Indonesia, nilai (values), moral, dan budaya, serta visi-misi lembaga, juga selaras dengan tahap perkembangan anak. Pengembangan kurikulum juga harus relevan dengan kemajuan perkembangan keilmuan dan teknologi yang mendukung optimalnya layanan PAUD.

c. Memadai

Kurikulum menempatkan anak sebagai pusat tujuan. Kurikulum operasional PAUD yang dikembangkan memenuhi kebutuhan pertumbuhan dan perkembangan anak sesuai dengan tingkat usia anak (age appropriateness), memenuhi perkembangan sosial dan budaya anak (social and cultural appropriateness), serta selaras dengan karakteristik dan kekhasan perkembangan individu anak (individual appropriateness).

d. Sistematis

Kurikulum memuat komponen-komponen yang berperan dalam pengembangan program PAUD. Komponen-komponen dalam kurikulum operasional membentuk satu keutuhan yang saling terkait dan memberi pengaruh dalam mendukung terjadinya keutuhan kurikulum operasional PAUD yang dikembangkan.

e. Kontinuitas

Memiliki kesinambungan dalam pengembangan kurikulum/program layanan, baik secara vertikal (antarlevel kurikulum dalam melayani setiap tahapan usia perkembangan, dari usia paling rendah, menuju usia yang lebih tinggi), maupun secara horizontal (di setiap level kurikulum atau dalam melayani setiap tahapan/kelompok perkembangan anak: pada masa bayi, batita, balita, prasekolah, dan seterusnya. Intinya setiap tahapan terlayani secara komprehensif/holistik).

f. Konsisten

(7)

anak usia dini, seperti Penerapan Layanan yang berpusat pada anak, penerapan bermain dalam kegiatan anak, penerapan pembelajaran terpadu (tematik), integrasi pendidikan karakter, pengakuan hak anak dalam kegiatan, mengakomodasi layanan kesehatan dan gizi, serta mengintegrasikan dukungan keluarga/orang tua dalam pengembangan kurikulum operasionalnya.

g. Fleksibel

Yang dimaksud dengan fleksibel adalah bahwa keseluruhan komponen kurikulum dapat mengakomodasi keragaman konteks dan dinamika yang ada/terjadi, baik peserta didik, pendidik, potensi satuan PAUD, lingkungan budaya, harapan masyarakat (orang tua), serta berbagai perubahan/pembaharuan yang terjadi, baik secara internal di satuan pendidikan PAUD, maupun secara eksternal dalam lingkup bidang PAUD pada umumnya.

h. Penerapan Pendekatan Bermain

Bermain dijadikan sarana dan media utama dalam menfasilitasi pertumbuhan, perkembangan, dan membangun pengetahuan pada setiap anak. Bermain yang dikembangkan adalah bermain yang memberi dampak pertumbuhan dan perkembangan pada anak (developmentally impacts) serta yang membantu berkembangnya potensi belajar setiap anak (learning impacts). Oleh karena itu, bermain untuk anak usia dini hendaklah dirancang yang betul-betul dapat menjadi sarana yang bersifat menyenangkan, fungsional, dan efektif membelajarkan anak (joyful learning activities). Dengan demikian, kurikulum operasional PAUD yang dikembangkan dapat menumbuhkan suasana belajar yang menyenangkan melalui kegiatan bermain.

i. Penggunaan Pendekatan Tematik

Tema adalah gagasan utama atau konsep kunci (key concepts) yang dapat memayungi keseluruhan ‘tindakan kurikulum’ yang akan diberikan kepada anak. Tema merupakan gagasan pengikat, baik untuk mengikat kemampuan, materi, maupun kegiatan yang akan dikembangkan sesuai dengan kebutuhan kurikulum yang dikembangkan dalam Kurikulum Operasional PAUD. Tema-tema yang digunakan dalam Kurikulum Operasional PAUD hendaklah sesuai dengan karakteristik pendidikan anak usia dini, yaitu menfasilitasi anak usia 0-6 tahun. Persyaratan secara khusus dapat disimak pada bagian pengembangan tema pada Bab V.

j. Penerapan Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter merupakan kunci dari seluruh wujud Kurikulum Operasional PAUD, dari perencanaan, pelaksanaan, hingga evaluasi. Kurikulum Operasional PAUD yang dikembangkan hendaklah dikemas dan diwarnai oleh pendidikan karakter secara bermakna. Dengan demikian, sasaran pertumbuhan dan perkembangan anak bukan hanya kematangan, tetapi membangun anak Indonesia yang matang secara komprehenship. Dengan kata lain, Kurikulum Operasional PAUD menjadi cikal-bakal mengantarkan anak Indonesia yang cerdas komprehensif. Jika diterjemahkan secara lebih operasional, cerdas komprehensif di sini meliputi 1) terjadinya pertumbuhan anak yang sehat, 2) perkembangan anak yang matang, serta 3) terbentuknya kepribadian anak yang berkarakter.

2. Prinsip Khusus Pengembangan

(8)

Kurikulum dirancang secara selektif dan sistematis dari merencanakan hingga evaluasi, baik saat memilih tujuan, teknik, konten, prosedur maupun metode pembelajarannya, yang diselaraskan dengan cara, gaya, dan minat belajar anak, serta sejalan dengan sistem evaluasi/penilaiannya.

b. Jelas, Terukur, dan Mudah Dipahami

Tujuan, teknik, konten, prosedur, metode pembelajaran, serta teknik evaluasi yang dipilih dalam kurikulum disusun secara jelas dan terukur serta dipahami oleh semua komponen yang terlibat dalam pembelajaran di satuan PAUD, bukan hanya dipahami oleh pengelola dan guru semata tetapi juga oleh pegawai administratif dan orang tua.

c. Membuka Kesempatan Belajar Anak Membangun Pengalamannya

Kurikulum dirancang untuk membuka kesempatan belajar anak membangun pengalamannya dalam proses transmisi, transaksi, dan transformasi keterampilan, nilai-nilai, dan karakter di bawah bimbingan guru. Proses penerapan kurikulum bersifat aktif ketika anak menjadi penggagas dan pelaksana kegiatan bermain, menggunakan ide-ide baru yang diperoleh dari pengalaman untuk belajar pengambilan keputusan dan pemecahan masalah sederhana.

d. Berdampak Jangka Panjang

Kurikulum dirancang untuk membangun pengetahuan yang bermakna bukan hanya sekadar untuk dapat menjawab tes-tes, ujian, kuis, atau pengetahuan jangka pendek, melainkan dirancang untuk memberikan pengalaman pembelajaran yang berdampak jangka panjang dan bersifat proses aplikasi pengetahuan yang sederhana hingga kompleks, serta keterampilan fungsional.

e. Berpusat pada Komunitas Lingkungan

Kurikulum dirancang dengan memasukkan lingkungan fisik dan budaya ke dalam proses pembelajaran untuk membangun kesesuaian antara pengalaman yang sudah dimiliki anak dengan pengalaman baru tentang lingkungan dan norma-norma komunitas di dalamnya. Norma lingkungan harus mendorong anak untuk belajar dari satu sama lain dan mendukung satu sama lain.

f. Penilaian Berpusat pada Anak Dan Lingkungan

(9)

BAB III

KOMPONEN-KOMPONEN KURIKULUM OPERASIONAL PAUD

Komponen Kurikulum Operasional PAUD merupakan hal-hal pokok yang penting tertuang dalam kurikulum yang dimiliki dan dikembangkan pada setiap satuan PAUD. Komponen Kurikulum Operasional PAUD, baik yang penyelenggaraannya dengan model tersendiri maupun dengan model terpadu jumlah komponen minimalnya sama. Terdapat dua pengelompokan komponen Kurikulum Operasional PAUD, yaitu 1) komponen inti dan 2) komponen pelengkap/penunjang. Kedua kelompok komponen tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Kedua kelompok komponen tersebut dijelaskan sebagai berikut.

A.Komponen Inti Kurikulum Operasional

Komponen inti adalah komponen utama yang harus ada dan tersedia dalam Kurikulum Operasional PAUD yang dikembangkan oleh setiap satuan pendidikan atau satuan PAUD. Terdapat tujuh komponen inti Kurikulum Operasional PAUD, seperti berikut ini.

1. Landasan dan Rujukan

Berisi landasan dan rujukan yang dijadikan acuan atau inspirasi dalam pengembangan Kurikulum Operasional PAUD. Landasan dan rujukan utama adalah Permendiknas Nomor 58/2009 tentang Standar Nasional PAUD, sedangkan landasan dan rujukan lainnya dapat digunakan, sesuai dengan rambu-rambu dan ketentuan sebagaimana yang telah dipaparkan di bagian awal.

2. Visi, Misi, dan Tujuan

Berisi paparan dan penyajian tentang visi, misi dan tujuan satuan pendidikan PAUD. a. Visi Lembaga

Visi merupakan cita-cita satuan pendidikan yang bersifat jauh ke depan, ideal, dan bernilai mulia. Muatan visi biasanya merupakan mimpi dari para penyelenggara atau pendiri satuan pendidikan PAUD. Visi yang dirumuskan dapat menjadi motivasi bagi semua pihak yang terlibat dalam penyelenggaraan dan pengelolaan PAUD. Secara teknis, rumusan suatu visi satuan pendidikan PAUD hendaklah padat, bermakna, dan bermuatan nilai tinggi serta mengandung kekhasan/keunggulan yang dibangun dari potensi lokal (local wisdom).

b. Misi Lembaga

Misi adalah upaya umum yang ditempuh oleh satuan pendidikan PAUD dalam rangka mewujudkan visi satuan pendidikan yang telah dirumuskan. Unsur misi biasanya menyangkut tiga hal utama, yaitu wujud konkret outcome, wujud konkretpengelolaan, serta wujud konkret bentuk satuan pendidikan. Secara teknis, rumusannya lebih banyak dari jumlah rumusan visi, setidaknya minimal dua rumusan.

(10)

Tujuan lembaga adalah perumusan secara umum tentang gambaran perilaku dan kemampuan dari anak sebagai peserta didik dan merupakan dampak dari layanan yang disediakan oleh satuan PAUD. Dampak akhirnya adalah dapat mengantarkan setiap peserta didik menjadi anak Indonesia harapan, sebagaimana yang dicita-citakan dalam kerangka pembanguan PAUD di Indonesia.

3. Struktur dan Muatan

Struktur dan muatan kurikulum berisi bidang pengembangan yang dikembangkan dan menjadi target pencapaian, baik bidang pengembangan utama sesuai dengan Permendiknas Nomor 58/2009, maupun bidang pengembangan penunjang (muatan lokal atau tambahan) yang dikembangkan secara terintegrasi oleh satuan pendidikan PAUD ke dalam Kurikulum Operasional PAUD yang dibuatnya.

4. Program dan rencana pembelajaran

Program dan rencana pembelajaran berisi program/perencanaan yang dikembangkan sesuai dengan jeda kurikulum yang ditentukan oleh satuan pendidikan atau satuan PAUD yang mengembangkan Kurikulum Operasional. Sekurang-kurangnya terdapat lima jeda program, yaitu program tahunan, program semester, program bulanan, program mingguan, dan program harian.

5. Strategi dan Pengelolaan Pembelajaran

Strategi dan pengelolaan pembelajaran berisi tentang segenap upaya dan cara-cara yang ditempuh dalam pengelolaan pembelajaran atau kegiatan oleh pendidik dalam memberikan pengalaman, mengenalkan konsep pengetahuan, keterampilan, serta membentuk perilaku yang sesuai dengan karakteristik dan tahap perkembangan anak.

6. Kegiatan Rutin

Kegiatan rutin berisi jadwal harian, rangkaian kegiatan yang akan diterapkan pada satuan PAUD dan diikuti anak selama satu hari serta memuat materi-materi/nilai-nilai yang akan ditanamkan kepada peserta didik secara berulang-ulang sepanjang tahun, dalam rangka pembentukan perilaku dan pembiasaan yang mendukung melekatnya karakter positif peserta didik.

7. Evaluasi /Penilaian

Evaluasi/penilaian berisi tentang cara, bentuk/jenis penilaian yang digunakan, format dan bentuk raport, serta mekanisme penyampaian perkembangan anak kepada orang-tua dan pemangku kepentingan.

B.Komponen Pelengkap/Penunjang Kurikulum Operasional

Komponen pelengkap/penunjang adalah komponen penyempurna yang menggenapi kelengkapan naskah Kurikulum Operasional dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam penyajian maupun pengesahan dokumen Kurikulum Operasional PAUD yang dikembangkan oleh setiap satuan PAUD. Minimal terdapat empat komponen pelengkap/penunjang yang dapat digabungkan dengan komponen inti, yaitu: 1) Profil Satuan Pendidikan (penyelenggara, pengelola dan pendidik), 2) Sejarah Singkat Satuan Pendidikan, 3) Alamat dan Peta Lokasi Satuan Pendidikan, serta 4) Status Satuan Pendidikan (negeri/swasta, izin operasional, akreditasi, dll)

(11)

BAB IV

LANGKAH PENGEMBANGAN KURIKULUM OPERASIONAL PAUD

(12)

Pengembangan Komponen Penyempurna Kurikulum Operasional PAUD, dan 5) Naskah Akhir Kurikulum Operasional PAUD.

Kelima langkah pengembangan Kurikulum Operasional PAUD tersebut hendaklah dilakukan secara simultan dan terus-menerus sehingga membentuk siklus. Tahapan tersebut secara simultan dapat disajikan sebagai berikut.

Secara terperinci setiap langkah pengembangan Kurikulum Operasional PAUD tersebut dijelaskan sebagai berikut:

A.Persiapan dan Koordinasi

Tahap persiapan diawali dengan pembentukan tim pengembang kurikulum. Tim pengembang kurikulum di setiap satuan PAUD adalah para guru, staf dan unsur satuan pendidikan lain (kepala satuan/pengelola, penyelenggara) yang bekerja di satuan PAUD tersebut. Akan tetapi, untuk keperluan pengembangan kurikulum yang lebih jauh, tim pengembang dapat dilengkapi dengan pihak-pihak yang dianggap kompeten dan relevan, di antaranyaadalah sebagai berikut.

1. Penilik/pengawas

Penilik atau pengawas sebagai pembina dan pengendali mutu setiap satuan pendidikan PAUD, perlu menguasai sebaik-baiknya pedoman ini sehingga arah pembinaan menjadi lebih efektif dalam peningkatan mutu setiap satuan pendidikan yang berada di bawah binaannya.

2. Orang Tua/Masyarakat

Orang tua dan masyarakat sebagai pihak yang menitipkan anaknya pada satuan pendidikan PAUD perlu memahami pedoman ini juga sehingga dapat memberikan masukan pada saat kurikulum dikembangkan pada suatu satuan pendidikan atau satuan PAUD.

3. Pemangku Kepentingan Lain

Pemangku kepentingan lain, terutama pihak-pihak yang terkait langsung dengan peningkatan mutu PAUD hendaklah dapat mempelajari pedoman ini sebaik-baiknya. Di antara pihak tersebut adalah pimpinan/pejabat dinas pendidikan, penggiat PAUD, pemerhati PAUD, serta pakar dan peneliti bidang PAUD.

(13)

berkaitan dengan pengaturan jadwal dan mengumpulkan bahan informasi yang dibutuhkan, baik berupa perundangan/peraturan, buku referensi maupun dokumen-dokumen penting lainnya. Di antara dokumen penting yang harus dipersiapkan adalah:

1.Permendiknas Nomor 58 tahun 2009 tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini 2.Kerangka pembangunan PAUD Indonesia atau Renstra Pembangunan PAUD di daerah 3.buku-buku terkait dengan pertumbuhan dan perkembangan anak usia dini

4.buku-buku terkait dengan dasar teori dan pandangan tentang pendidikan anak usia dini 5.buku-buku tentang pemenuhan kesehatan dan gizi anak usia dini

6.buku-buku tentang sumber inspirasi tentang nilai dan karakter, baik berupa kitab suci, seperti Al-Qur’an, Kumpulan Hadits dan Alkitab

7.buku pedoman pengembangan Kurikulum Operasional PAUD 8.buku lain yang dianggap perlu dan dapat dijadikan referensi

Koordinasi dilakukan bertujuan memastikan pihak-pihak yang akan dilibatkan dalam pengembangan Kurikulum Operasional PAUD dapat menyamakan persepsi, berpartisipasi, dan berkontribusi secara optimal.

B. Analisis Konteks dan Potensi

Analisis terkait dengan konteks dan potensi amat penting untuk dilakukan dengan cermat. Terkait dengan analisis konteks biasanya diarahkan pada ruang kebijakan, peraturan, landasan, rujukan, nilai serta hal yang berkaitan dengan rasional pengembangan Kurikulum Operasional PAUD. Analisis konteks sangat penting dilakukan agar kurikulum yang dikembangkan dapat diterima, lebih sesuai dengan kaidah peraturan serta tidak menyimpang dari landasan, payung kebijakan pengembangan dan nilai-nilai yang ada dan dijunjung tinggi. Secara kontekstual hal yang menjadi prioritas untuk dianalisis, di antaranya:

1.Arah Kebijakan Pembangunan dan Pengembangan PAUD di Indonesia, baik arah dan kebijakan jangka pendek maupun yang jauh ke depan;

2.standar pendidikan yang akan dijadikan rujukan pengembangan Kurikulum Operasional PAUD. Untuk saat ini mengacu pada Permendiknas Nomor 58 tahun 2009 tentang Standar Nasional Pendidikan Anak Usia Dini;

3.acuan akademik, terutama terkait dengan dasar keilmuan yang terkait dengan pertumbuhan dan perkembangan anak usia dini. Acuan akademik dapat merujuk kepada pandangan ahli perkembangan dan ahli anak usia dini;

4.analisis filosofis tentang pandangan perilaku, hakikat dan cara belajar anak. Sama halnya, dengan analisis akademik, analisis filosofis boleh merujuk pada satu pandangan saja atau pada beragam pandangan;

5.analisis nilai-nilai dasar yang akan digunakan, baik nantinya akan mendukung rumusan visi-misi maupun dalam mendukung rumusan setiap aspek kurikulum secara keseluruhan. Nilai tersebut dapat diturunkan dari pandangan kitab suci,atau dari sumber lainnya;

6.analisis hasil evaluasi lembaga dan hasil evaluasi perkembangan anak.

(14)

C.Pengembangan Komponen Inti Kurikulum Operasional PAUD

Bagian ini adalah bagian utama dalam keseluruhan penggunaan pedoman ini. Terdapat tujuh komponen Inti Kurikulum Operasional PAUD yang perlu dikembangkan, yaitu: 1) landasan dan rujukan, 2) visi, misi, dan tujuan, 3) struktur, konsep, dan strategi pembelajaran, 4) muatan/materi kurikulum, 5) program rutin, 6) program pembelajaran, serta 7) evaluasi/penilaian yang digunakan. Komponen-komponen tersebut cara pengembangannya akan dipaparkan satu per satu.

1. Pengembangan Landasan dan Rujukan

Pengembangan landasan dan rujukan dimaksudkan adalah menentukan landasan dan rujukan yang dijadikan acuan dan inspirasi dalam pengembangan Kurikulum Operasional PAUD. Landasan dan rujukan yang dimaksudkan adalah yang bersifat yuridis, empiris, atau operasional.

Landasan dan rujukan utama dalam pengembangan KTSP PAUD adalah Standar Nasional PAUD sebagaimana yang dituangkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 58 Tahun 2009. Terdapat empat standar yang harus dipedomani, yaitu (1) standar tingkat pencapaian perkembangan (STPP); (2) standar pendidik dan tenaga kependidikan (SPTK); (3) standar isi, proses, dan penilaian (SIPP); dan (4) standar sarana dan prasarana, pengelolaan, dan pembiayaan (S2P3). Secara lengkap, rumusannya dapat dilihat pada lampiran.

Standar Nasional PAUD dalam konteks pengembangan Kurikulum Operasional PAUD berkedudukan sebagai SPM (Standar Pencapaian/Pelayanan Minimum). Penyelenggara/Pengelola satuan PAUD diharapkan dapat menyusun kurikulum operasional yang bermutu dengan keunggulan masing-masing sesuai dengan visi, misi, dan tujuan lembaganya. Penyelenggara/Pengelola dapat melengkapi atau menambahkan standar atau rujukan lainnya, dengan memperhatikan rambu-rambu sebagai berikut.

a. Standar atau rujukan lain yang berfungsi memberi penguatan pencapaian Standar Nasional PAUD sebagaimana yang dituangkan dalam Permendiknas Nomor 58 Tahun 2009.

b. Standar atau rujukan lain dapat berupa nilai, kajian filosofis, kajian teoretis maupun atau semboyan tertentu yang tidak bertentangan dengan dasar hukum, kebijakan pengembangan PAUD di Indonesia, kaidah sosial-budaya, dan perkembangan IPTEK yang diakui dan diterima di Indonesia. Standar tersebut dapat bersumber dari kitab suci (seperti: Al-Qur’an dan Alkitab, dll), dari pandangan filsafat, penggalian nilai budaya, kajian riset-empiris (best practices), dan sebagainya.

c. Dalam keadaan khusus, satuan PAUD yang mengakomodasi dan/atau menggunakan kurikulum yang bersumber dari luar negeri, hendaklah juga diselaraskan dengan Standar Nasional PAUD sebagaimana yang dituangkan dalam Permendiknas Nomor 58/2009 tersebut. Upaya-upaya penyelarasan dapat dilakukan secara mandiri oleh penyelenggara/pengelola atau melalui bantuan dan advokasi khusus dari dinas pendidikan setempat.

2. Pengembangan Visi, Misi, dan Tujuan

Pengembangan visi, misi, dan tujuan yang dimaksudkan dalam Kurikulum Operasional PAUD adalah pengembangan visi, misi dan tujuan satuan pendidikan atau satuan PAUD.

(15)

PAUD hendaklah padat, bermakna, dan bermuatan nilai yang tinggi. Oleh karena itu, rumusan kalimatnya hendaklah tidak terlalu panjang dan mudah diingat.

Misi adalah upaya umum yang ditempuh oleh satuan pendidikan PAUD dalam rangka mewujudkan visi satuan pendidikan yang telah dirumuskan. Unsur misi biasanya menyangkut tiga hal utama, yaitu wujud konkret outcome berupa hasil keluaran proses pendidikan, wujud konkret pengelolaan berupa tercapainya tujuan secara efektif dan efisien, serta wujud konkret bentuk satuan pendidikan berupa gambaran mutu lembaga yang hendak dicapai. Secara teknis, rumusannya lebih banyak daripada jumlah rumusan visi, setidaknya minimal dua rumusan.

Tujuan satuan pendidikan adalah tujuan yang hendak dicapai oleh satuan pendidikan berkaitan dengan profil akhir output/ keluaran/ hasil peserta didik yang difasilitasi di satuan pendidikan PAUD. Berarti wujud profil output yang dirumuskan amat tergantung dari usia anak yang dilayani. Jika satuan PAUD melayani anak usia 4 – 6 tahun misalnya di TK, profil output yang dirumuskan adalah profil output untuk anak yang telah dilayani di TK. Jika satuan pendidikan PAUD adalah Kelompok Bermain profil output yang dirumuskan adalah profil output untuk anak yang telah dilayani di Kelompok Bermain. Rumusan tujuan satuan pendidikan dapat dirumuskan ke dalam dua tingkatan, yaitu rumusan yang bersifat umum atau yang bersifat khusus.

3. Pengembangan Struktur, Konsep Muatan, dan Strategi Pembelajaran

Pengertian Struktur Kurikulum adalah penjabaran lingkup pengembangan yang akan dicapai pada bidang pengembangan dalam kurikulum setiap satuan PAUD.

Struktur dan muatan kurikulum pada pendidikan anak usia dini berbeda dengan struktur dan muatan kurikulum pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Struktur dan muatan kurikulum pada jenjang pendidikan dasar dan menengah berlandaskan muatan bidang ajar/pelajaran, sedangkan pada pendidikan anak usia dini berlandaskan pada bidang perkembangan. Hal tersebut disebabkan pembelajaran pada jenjang pendidikan anak usia dini berbasis tumbuh-kembang, atau harus diselaraskan dengan karakteristik dan perkembangan peserta didik (developmentally appropriate practices).

Selaras dengan prinsip-prinsip pengembangan Kurikulum Operasional yang mengacu kepada pertimbangan karakteristik, kondisi, kebutuhan, dan kekhasan setiap satuan pendidikan, struktur dan muatan kurikulum setiap satuan pendidikan atau satuan PAUD di kelompokkan menjadi dua bagian utama, yaitu struktur dan muatan kurikulum inti dan struktur dan muatan kurikulum khas satuan pendidikan. Struktur dan muatan kurikulum inti adalah bidang pengembangan yang sesuai dengan Standar Nasional Paud sebagaimana yang tertuang dalam Permendiknas Nomor 58/2009, seperti yang dituangkan dalam STTP (Standar Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak). Sementara itu, struktur dan muatan kurikulum khas satuan pendidikan adalah muatan plus, lokal, unggulan atau khas yang dianggap selaras dengan VISI, MISI, TUJUAN satuan pendidikan yang bersangkutan.

Struktur dan muatan kurikulum inti merupakan standar minimal yang harus dirumuskan dan dicapai oleh setiap satuan pendidikan atau satuan PAUD yang ada di Indonesia. Sementara itu, struktur dan muatan kurikulum khas adalah merupakan pengembangan dengan kriteria sebagai berikut:

a. selaras dengan struktur kurikulum dan muatan kurikulum inti, b. merupakan penguatan untuk mewujudkan kurikulum muatan inti, c. selaras dengan kebutuhan dan karakteristik perkembangan anak;

d. tidak bertentangan dengan landasan dan nilai pengembangan kurikulum yang ada;

(16)

Untuk mendapatkan struktur kurikulum yang lebih jelas dan terukur, hendaklah dijabarkan ke dalam sub lingkup perkembangan yang lebih rinci. Teknis pengembangan struktur dan muatan kurikulum PAUD pada setiap satuan pendidikan PAUD sebagai berikut.

a. Bidang Perkembangan

 Perkembangan Perilaku

 Perkembangan Kemampuan Dasar

 Perkembangan Bakat dan Minat (penambahan oleh Lembaga sesuai dengan kekhasan atau unggulan lembaga).

b. Lingkup Perkembangan

 Lingkup Perkembangan Nilai Agama dan Moral, dan Sosial-Emosional termasuk dalam Bidang Perkembangan Perilaku (Pendidikan Karakter).

 Lingkup Perkembangan Motorik, Kognitif, Bahasa, dan Seni termasuk dalam Bidang Perkembangan Kemampuan Dasar.

c. Sub Lingkup Perkembangan

Sub Lingkup Perkembangan merupakan jabaran dari Lingkup Perkembangan. Sub lingkup perkembangan dalam pedoman ini memperkuat dan melengkapi Sub Lingkup Perkembangan di dalam Standar PAUD. Penjabaran sub lingkup perkembangan adalah sebagai berikut:

 Sub Lingkup Perkembangan Nilai Agama dan Moral:

Hubungan diri dengan Pencipta

Konsep yang dikembangkan dalam Sub Lingkup Perkembangan ini adalah bagaimana anak sejak usia dini mengenal dan memahami bahwa dirinya adalah makhluk yang diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Pencipta. Tuhan dengan sifat-sifat Nya yang penuh kasih sayang selalu menuntun ke arah kebaikan dan keselamatan. Dengan keyakinan ini muncul kerelaan dan kesadaran untuk menjalani ajaran-ajaran yang ditetapkan dalam agama-Nya.

Hubungan diri dengan sesama

Konsep yang dikembangkan dalam Sub Lingkup Perkembangan ini adalah mengenalkan pada anak bahwa ia merupakan bagian dari lingkungannya. Anak dikenalkan dengan kemajemukan tetapi tetap saling menghargai perbedaan, termasuk perbedaan dalam menjalankan ibadah agama. Dengan demikian anak biasa berteman dengan siapapun yang memiliki keyakinan agama yang berbeda dengan dirinya.

 Sub Lingkup Perkembangan Sosial-Emosional:

Mengenal Diri Sendiri

(17)

dan berinisiatif melakukan hal-hal baru, berani ambil resiko, memiliki pengaturan/regulasi diri, dan mencari solusi dari setiap masalah).

Perilaku Prososial

Sub Lingkup Perkembangan ini membangun sikap dan perilaku anak yang dapat diterima (well being), hidup bersama (to be life together) dalam kelompok dan masyarakat yang lebih luas. Perilaku yang dimaksud adalah jujur, tanggung jawab, disiplin, menghargai, menghormati, sopan santun, , adaptif, toleransi dan cinta damai, tolong menolong, kerjasama, , partisipatif, kontributif, dan empati.

 Sub Lingkup Perkembangan Motorik:

Kemampuan Motorik Kasar

Konsep yang dikembangkan dalam Sub Lingkup Perkembangan ini adalah kemampuan gerakan otot-otot besar untuk dapat melakukan banyak kegiatan menyenangkan. Latihan gerakan motorik kasar untuk melatih kekuatan otot besar, kestabilan, keseimbangan, kelincahan, dan kelenturan tubuh melalui kegiatan bermain yang menyenangkan.

Kemampuan Motorik Halus

Konsep yang dikembangkan dalam Sub Lingkup Perkembangan ini adalah kekuatan otot tangan, yang meliputi kelenturan gerakan pergelangan tangan jari-jari, koordinasi gerakan tangan dan mata, koordinasi mata dan kaki. Gerakan-gerakan ini diperlukan untuk koordinasi dalam melakukan banyak kegiatan yang mendukung kemandirian dan kesiapan anak masuk sekolah.

Kesehatan Fisik

Konsep yang dikembangkan dalam Sub Lingkup Perkembangan ini adalah pembiasaan anak tentang kebiasaan hidup bersih dan kebiasaan mengkomsumsi makanan bersih, sehat dan bergizi sebagai usaha menjaga kesehatan diri.

 Sub Lingkup Perkembangan Kognitif:

Pengetahuan Umum dan Sains

Konsep yang dikembangkan dalam Sub Lingkup Perkembangan ini fokus mengenalkan kepada anak tentang pengetahuan umum dan sains, terutama terkait dengan lingkungan yang ada di sekitarnya, baik lingkungan alam maupun sosial-ekonomi-budaya termasuk mengenal orang-orang di sekitarnya, mata pencaharian, tempat-tempat fasilitas umum di sekitarnya dan bagaimana mencapai tempat tersebut, seni dan atribut budaya.

Sub Lingkup Pengetahuan Umum dan Sains ini juga membangun pengetahuan tentang hewan dan tumbuhan (makhluk hidup) yang ada di sekitarnya antara lain tentang cara hidup, siklus kehidupan, rantai makanan, ekosistem, gejala alam (iklim, cuaca, siang malam, perubahan suhu), dan lain-lain). Proses pemerolehan pengetahuan ini dilakukan dengan cara observasi, memprediksi (memperkirakan), mencoba, menguji, menguraikan, memanfaatkan, menyimpulkan, dan mengkomunikasikan.

Pengetahuan Dasar Matematika

(18)

Pengenalan Keterampilan Teknologi Sederhana

Pengenalan teknologi untuk membangun pemahaman dan keterampilan anak tentang kegunaan dan cara kerja berbagai alat yang memudahkan manusia yang dapat dijumpai di sekitarnya secara tepat, aman, dan benar.

 Sub Lingkup Perkembangan Bahasa:

Kemampuan Menerima Bahasa

Konsep yang dikembangkan dalam Sub Lingkup Perkembangan ini fokus pada membangun kemampuan anak dalam memahami percakapan untuk mendapatkan informasi. yang benar. Kemampuan menerima bahasa dibangun sejak usia dini yang dimulai dari kemampuan membedakan bunyi, mendengarkan kosakata memahami arti kata yang berbeda intonasi, hingga mengerti arahan sederhana.

Mengungkapkan Bahasa

Konsep yang dikembangkan dalam Sub Lingkup Perkembangan ini fokus pada membangun kemampuan anak mengungkapkan bahasa, kemampuan mengkomunikasikan gagasan dengan berbicara yang jelas dan benar.

Mengenal Keaksaraan Awal

Keaksaraan merupakan salah satu keterampilan dasar yang diperlukan untuk menunjang keberhasilan anak di sekolah. Sub Lingkup Perkembangan ini tidak diartikan mengajarkan membaca dan menulis sejak dini, tetapi membangkitkan dan memfasilitasi munculnya kemampuan keaksaraan awal pada anak. Kemampuan keaksaraan awal membaca dimulai dari anak mulai tertarik dengan buku bergambar, pura-pura membaca buku, mengidentifikasi huruf-huruf yang ada pada namanya, mengenal simbol-simbol benda atau tempat yang dikenalnya, tertarik dengan tulisan, meminta dibacakan tulisan secara berulang, hingga akhirnya ia bisa membaca sendiri. Kemampuan keaksaraan menulis dimulai dengan corat-coret tak beraturan, corat-coretan yang terarah, tulisan rumput, menjiplak huruf atau simbol, menulis acak, hingga akhirnya dapat menulis dengan tepat.

 Sub Lingkup Perkembangan Seni

...

d. Strategi Pembelajaran

Strategi pembelajaran berisi tentang segenap upaya dan cara-cara pengelolaan pembelajaran atau kegiatan yang digunakan pendidik untuk memberi pengalaman, mengenalkan konsep pengetahuan, keterampilan, serta membentuk perilaku yang sesuai dengan karakteristik dan tahap perkembangan anak. Strategi pembelajaran meliputi model, pendekatan, metode, dan/atau teknik yang diaplikasikan dalam proses pembelajaran yang memungkinkan anak terlibat secara aktif, eksploratif, konkret, kreatif dan menyenangkan yang dikemas dalam kegiatan bermain.

4. Pengembangan Muatan/Materi Kurikulum

(19)

demikian, pengembangan muatan/materi kurikulum sangat terbuka dengan adanya perbedaan keluasan dan kedalaman muatan kurikulum antar satuan PAUD.

Secara khusus, setiap pengetahuan dan keterampilan yang dipilih dan akan diberikan kepada peserta didik sebaiknya memenuhi persyaratan sebagai berikut:

a. Merupakan bagian dari kehidupan anak,

b. Membantu pertumbuhan dan perkembangan anak c. Bermakna bagi anak dan kehidupannya

d. Sesuai tahapan perkembangan

e. Mengembangkan istilah atau kosa kata yang bermanfaat. f. Memungkinkan dieksplorasi oleh anak dengan baik g. Berupa konsep dan prinsip yang mendasar.

(20)

5 Kegiatan Pembelajaran

Pengetahuan dan keterampilan yang dikembangkan oleh satuan PAUD dikelompokkan ke dalam kegiatan pembelajaran pembiasaan, terprogram dan spontan. Kegiatan pembelajaran mencerminkan upaya pencapaian visi, dan misi lembaga Satuan PAUD, yang diimplementasikan dalam Jadwal Kegiatan Harian Satuan PAUD.

a. Kegiatan Pembelajaran Pembiasaan

Kegiatan pembelajaran pembiasaan adalah kegiatan yang dilakukan secara terus menerus selama/sepanjang tahun ajaran berlangsung untuk menanamkan pembiasaan dan pembentukan karakter pada anak. Pengetahuan dan keterampilan yang dimasukkan ke dalam kegiatan pembelajaran pembiasaan merupakan bagian dari muatan/materi kurikulum yang sudah ditetapkan oleh lembaga satuan PAUD. Contoh pengetahuan dan keterampilan yang dimasukkan ke dalam kegiatan pembelajaran pembiasaan misalnya mengucapkan salam saat bertemu, berdoa sebelum dan sesudah melakukan sesuatu, melaksanakan ibadah sesuai dengan agama anak, mencuci tangan sebelum dan setelah melakukan kegiatan, membuang sampah di tempatnya, dan lain sebagainya.

b. Kegiatan Pembelajaran Spontan

Kegiatan pembelajaran spontan adalah kegiatan pembelajaran yang berlangsung tanpa direncanakan disebabkan adanya peristiwa/kejadian khusus. Peristiwa/kejadian khusus yang mungkin terjadi misalnya, saat terjadi pembelajaran tiba-tiba ada pawai di jalan, maka anak dapat diajak untuk melihat dan mendiskusikan sehingga dapat dilanjutkan ke dalam pembelajaran atau ketika sekelompok anak menemukan ikan mati di bak, maka rasa keingintahuan anak dapat dikembangkan lebih jauh ke dalam pembelajaran. Contoh lainnya pada saat anak bermain mengalami suatu kejadian, maka hal tersebut dapat dijadikan bahan pembelajaran.

c. Kegiatan Pembelajaran Terprogram

Kegiatan pembelajaran terprogram adalah kegiatan yang dirancang secara khusus dalam bentuk program pada satuan waktu tertentu. Kegiatan pembelajaran terprogram meliputi kegiatan terprogram rutin dan insidental. Kegiatan pembelajaran terprogram rutin berupa kegiatan pembelajaran yang dilakukan anak secara rutin untuk mengembangkan semua kompetensi dasar anak. Misalnya kegiatan bermain di sentra/area/sudut/kelas. Kegiatan terprogram insidental adalah kegiatan pembelajaran yang dilakukan pada saat tertentu sesuai dengan kebutuhan dan situasi. Meskipun demikian, kegiatan ini tetap perlu direncanakan dengan baik agar dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Kegiatan terprogram insidental misalnya kegiatan kunjungan lapangan, perayaan hari besar nasional, perayaan hari besar keagamaan, outbond,dll.

6 Program Pembelajaran

Program pembelajaran dapat disusun dalam rencana kegiatan tahunan, semesteran, bulanan, mingguan dan harian. Pembuatan rencana kegiatan ini disesuaikan dengan sifat program dan pendekatan yang ditetapkan lembaga dalam mencapai visi, misi, dan tujuan.

(21)

Program tahunan adalah rencana kegiatan lembaga untuk menuju visi, misi, dan tujuan dalam periode satu tahun. Program tahunan ini dibuat menjelang tahun ajaran baru dimulai. Program tahunan dapat berisi tentang konsep dan materi yang akan membangun pengalaman belajar, kegiatan pembelajaran, kalender pendidikan, tema, dll. Program tahunan ini disusun secara bersama antara pendidik dan tenaga kependidikan di satuan PAUD, serta disosialisasikan kepada seluruh orang tua peserta didik.

b. Program Semester dimasuki anak bermain di dalamnya harus

Program semester merupakan rencana kegiatan yang merujuk pada program tahunan yang disusun dalam rentang satu semester atau setara dengan enam bulan waktu kalender. Program semester setidaknya memuat unsur konsep, muatan materi, dan rencana kegiatan. . Rencana Kegiatan dalam program semester berisi berbagai aktivitas yang akan dilaksanakan dari awal semester hingga akhir semester.

c. Program Bulanan

Program bulanan memuat komponen rencana kegiatan yang lebih spesifik yakni tema, materi, pengembangan kosa kata dan pengetahuan, serta kegiatan bermain dan eksplorasi. Program bulanan disusun oleh tim guru yang menangani anak pada kelompok tertentu.

Tema:

Tema merupakan bingkai keseluruhan kegiatan dan topik yang akan dijadikan pembahasan dalam bermain dan bereksplorasi bersama anak. Harus diingat bahwa pembelajaran anak usia dini terintegrasi dengan kehidupan anak. Oleh karena itu, tema sebaiknya sesuai dengan prinsip-prinsip penentuan . Untuk satuan PAUD yang menyelenggarakan layanan untuk anak dengan berbagai kelompok usia, dapat menggunakan satu tema yang sama, hanya kedalaman dan keluasan bahasannya disesuaikan dengan tahapan perkembangan anak. Tema bisa bersifat tunggal atau juga dapat dikembangkan menjadi sub-sub tema. Waktu pembahasan untuk tema tidak ditentukan satu minggu atau satu bulan melainkan tergantung pada minat anak dan keluasan pengetahuan yang ingin dibangun melalui pengalaman bermain anak.

Prinsip-prinsip yang harus diperhatikan dalam penentuan tema, yakni:

1. Memperhatikan minat atau kecenderungan anak.

2. Dimulai dari hal-hal yang dekat dengan kehidupan anak

3. Sesuai dengan perkembangan anak

4. Pengalaman atau pengetahuan yang sudah dimiliki anak

5. Ketersediaan sumber yang dapat dipelajari dan diamati anak (orang, tempat yang dapat dikunjungi, buku-buku tentang tema)

6. Ketersediaan berbagai media atau alat yang dapat dimainkan anak secara mandiri atau dengan sedikit bantuan pendidik.

(22)

Materi untuk program kegiatan bulanan diturunkan dari materi semester, dengan memperhitungkan urutan dan tingkat keluasan materi tersebut.

Kosa Kata dan Pengetahuan:

Jumlah kosa kata yang dikuasai anak sangat membantu kecerdasan anak dalam mencapai prestasi di sekolah nanti. Dalam setiap tema harus disertai dengan penambahan jumlah kosa kata yang dapat dikuasai anak. Kosa kata diambil dari pengetahuan yang terkait dengan tema dan materi/muatan kurikulum. Kosa kata yang dicantumkan adalah yang belum dikenal/dikuasai anak.

Kegiatan Bermain dan Eksplorasi:

Kegiatan bermain dan eksploratif adalah aktivitas anak untuk membangun pengalaman belajar melalui bermain yang dilakukan di dalam dan di luar ruangan secara seimbang dengan menggunakan lingkungan sebagai wahana anak untuk berekplorasi. Guru menyiapkan berbagai kegiatan yang dapat menarik minat anak untuk terlibat secara aktif dan membangun kemampuan fokus, persistensi, kritis, dan problem solving pada anak.

d. Program Mingguan

Program kegiatan mingguan dikembangkan dari kegiatan bulanan, namun penyajiaannya lebih lengkap dan lebih operasional. Dalam program kegiatan mingguan berisi sub tema, muatan materi, kosa kata, alat dan bahan, serta strategi penilaian. Program mingguan juga menjabarkan rencana kegiatan yang akan difasilitasi guru untuk anak bermain selama satu minggu.

Sub Tema:

Sub tema merupakan bagian bahasan dari tema. Penentuan sub tema juga harus memperhatikan persyaratan penentuan tema di atas.

Materi:

Materi diturunkan dari bagian materi yang sudah ditetapkan dalam materi bulanan. Kosa Kata:

Kosa kata merupakan penambahan perbendaharaan kata yang disesuaikan dengan sub tema yang akan di bahas.

Alat dan Bahan:

Alat dan bahan disesuaikan dengan kegiatan bermain yang akan dikuti anak. Penggunaan alat dan bahan bermain dianjurkan juga mengoptimalkan bahan-bahan yang terdapat di lingkungan sekitar anak. Penggunaan worksheet diupayakan seminimal mungkin, sehingga kesempatan anak untuk bereksplorasi dengan alat dan bahan bermain sesuai dengan gagasan/pikiran anak.

Strategi Penilaian:

(23)

e. Program Harian

Rencana Kegiatan Harian (RKH) a. Pengertian RKH

Rencana Kegiatan Harian (RKH) adalah unit perencanaan terkecil dibuat untuk digunakan dan memandu kegiatan dalam satu hari atau satu kegiatan. RKH dikembangkan mengacu kepada rencana kegiatan mingguan yang telah disusun dengan berbasis bermain atau bernuasa bermain, sehingga anak-anak dalam menjalani kegiatannya dalam keadaan nyaman, menyenangkan dan lebih rileks.

Rencana Kegiatan Harian (RKH) dibuat oleh guru dengan dirancang dan dipersiapkan secara sistematis serta memenuhi kebutuhan pembelajaran nyata. Seandainya kegiatan yang dipilih menggunakan kegiatan dengan metode sentra maka perencanaan dikembangkan dengan mengacu pada kegiatan pembelajaran berbasis sentra tersebut secara utuh. Tetapi jika kegiatan yang dipilih dengan menggunakan sistem area, sudut, moving class, moving/rolling activities, proyek, eksperimen, discovery, Contextual Teaching and Learning (CTL), cooperative learning/teaching dan sebagainya; maka langkah-langkah RKH nya mengikuti kekhasan dan ciri-ciri khusus dari metode atau pendekatan yang yang dipilih tersebut.

b. Komponen RKH:

Kegiatan dan metode apapun yang dipilih oleh guru dalam mengembangkan RKH hendaklah memenuhi komponen minimum. Komponen yang sekurang-kurangnya harus terpenuhi adalah sebagai berikut:

a) Identitas Satuan pendidikan dan Program Layanan b) Waktu Penggunaan RKH (Semester/Bulan/Minggu/Hari)

c) Tema / sub tema Kegiatan Yang Digunakan

d) Materi Kegiatan (Konsep, Fakta dan Kosa-Kata Yang Akan Diperkenalkan)

e) Kegiatan Yang Dipilih (Strategi/Metode/Pendekatan) f) Media, Alat, bahan dan lingkungan yang digunakan g) Pengelolaan Kegiatan:

(1) Persiapan Lingkungan Belajar/lingkungan Main (2) Pengelolaan Awal Kegiatan

(3) Pengelolaan Selama Kegiatan (4) Pengelolaan Akhir Kegiatan

(5) Pengelolaan Kegiatan Makan/Minum (6) Pengelolaan Akhir Kegiatan

(24)

Kegiatan ke dalam Prosedur Operasional, maka tidak perlu lagi memasukkannya ke dalam RKH.

h) Penilaian/Assesmen yang akan dilakukan untuk mengamati petumbuhan dan perkembangan anak.

c. Prinsip Penyusunan RKH

RKH yang dikembangkan oleh guru hendaklah mengacu dan berlandaskan pada prinsip-prinsip pengembangan sebagai berikut:

a) Disusun mengacu pada kegiatan

mingguan atau rencana yang telah dikembangkan di atasnya atau sebelumnya.

b) Pilihan kegiatan yang yakin

dapat dilaksanakan oleh guru dan tersedia dukungan untuk melaksanakannya.

c) Dikembangkan dan dirumuskan

secara operasional artinya perencanaan yang langsung dapat diimplementasikan.

d) Materi yang dipilih dan

dikembangkan merupakan konsep, fakta dan kosa kata yang bermakna, fungsional dan membantu perkembangan anak secara optimal.

e) Mengintegrasikan pendidikan

karakter dalam setiap langkah kegiatan yang akan diikuti dan dijalankan oleh anak.

f) Mengintegrasikan layanan

kesehatan dan perlindungan bagi setiap anak yang mengikuti pembelajaran dan kegiatan

g) Memperhatikan kebutuhan,

kemampuan prasyarat, kemampuan awal, keragaman tingkat intelektual, minat, motivasi belajar, bakat, potensi, kemampuan emosi, gaya belajar, kebutuhan khusus, kecepatan belajar, serta keragaman latar belakang sosial dan budaya anak.

h) Mendorong terjadinya

pembelajaran dan kegiatan yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan bagi anak.

i) Proses pembelajaran dirancang

dengan berfokus pada anak untuk mendorong motivasi, minat, kreativitas, inisiatif, inspirasi, kemandirian, dan semangat belajar anak.

j) Sebagai acuan guru dalam

menyiapkan kegiatan yang menyenangkan, menantang dan memotivasi anak untuk belajar.

(25)

Pada bagian ini pengembang menentukan cara evaluasi dan atau penilian yang digunakan dalam mengukur keberhasilan kurikuulum operasional PAUD yang dijalankan.

Hal-hal yang dapat dikembangkan diantaranya adalah: a. Ruang Lingkup Evaluasi/Penilaian

b. Cara Dan Teknik Evaluasi/Penilaian Yang Digunakan c. Kerangka Laporan (RAPORT) Perkembangan Anak

d. Intrumen Dan Format Penilaian yang Digunakan

7 Kalender Pendidikan

Kalender pendidikan adalah jadwal kegiatan tahunan di suatu lembaga pendidikan. Kalender pendidikan yang dibuat lembaga disusun mengacu pada kalender pendidikan yang dibuat oleh Dinas Pendidikan setempat. Untuk memudahkan dan memperlancar kegiatan dan program pembelajaran maka kalender pendidikan perlu disusun secara rinci baik kegiatan yang bersifat tetap atau tentatif. Adanya kalender pendidikan akan membantu kepala sekolah, pendidik, tenaga kependidikan dan orangtua serta pihak-pihak yang berkepentingan melakukan penjadwalan untuk mengatur kegiatan dalam tahun yang bersangkutan.

(kegiatan mendatangkan nara sumber, mengunjungi tempat yang terkait dengan tema, kegiatan bazaar anak, pentas seni anak, atau lainnya) maupun kegiatan yang ke-orang tuaan/parenting (pertemuan orang tua, open house, hari keluarga, dan sebagainya).

...

E. Pengembangan Komponen Pelengkap Kurikulum Operasional PAUD

Kurikulum Operasional PAUD yang dihasilkan hendaklah juga merupakan kurikulum yang sempurna dan dapat diandalkan. Untuk itu agar keseluruhan dokumen kurikulum satuan pendidikan PAUD menjadi lebih bermakna maka perlu didukung oleh komponen penyempurna. Setidaknya terdapat empat komponen pelengkap yang dapat dirumuskan oleh para pengembang Kurikulum Operasional PAUD dan selanjutnya hasilnya disatukan dengan hasil rumusan dari komponen inti. Keempat komponen pelengkap tersebut adalah: 1) Profil Satuan pendidikan (penyelenggara, pengelola dan pendidik), 2) Sejarah Singkat Satuan pendidikan, 3) Alamat Dan Peta Lokasi Satuan pendidikan, serta 4) Status Satuan pendidikan (negeri/swasta, izin operasional, akreditasi, dll).

Keempat komponen pelengkap Kurikulum Operasional PAUD tersebut cara pengembangannya dapat mengikuti sebagaimana yang akan dipaparkan sebagai berikut: 1. Profil Satuan pendidikan (penyelenggara, pengelola dan pendidik)

Pengembang merumuskan profil satuan pendidikan berkaitan dengan siapa penyelenggara, siapa pengelola dan siapa saja yang menjadi pendidik. Kemukakan baik nama maupun kualifikasinya secara eksplisit. Hal ini penting sebagai bagian dari kondisi obyektif para pelaksana kurikulum yang akan berdampak pada mutu perencanaan dan rangkaian pelaksanaan kurikulum yang dijalankan oleh satuan pendidikan PAUD.

(26)

Kemukakan rangkaian sejarah singkat pendirian satuan pendidikan PAUD dan perkembangannya dari waktu ke waktu. Baik secara urutan histori mamupun terkait dengan momen-momen penting selama perjalanan Satuan pendidikan PAUD tersebut. 3. Alamat Dan Peta Lokasi Satuan pendidikan

Kemukakan alamat lengkap dari satuan pendidikan PAUD, baik nama jalan, nomor tempat, serta identitas alamat lainnya, termasuk kotak surat dan nomor telepon aktif yang dapat dihubungi. Sertai dengan peta lokasi menuju satuan pendidikan PAUD tersebut, sehingga pihak-pihak yang berkepentingan dapat menuju satuan pendidikan dengan mudah.

4. Status Satuan pendidikan (negeri/swasta, izin operasional, akreditasi, dll)

Kemukakan status satuan pendidikan baik dari status lembaga penyelenggara satuan (negeri/swata), status legal formal (perizinan, atau izin operasional), maupun status mutu (kualifikasi yang diperoleh dengan akreditasi). Serta stantus lainnya yang dianggap penting, misalkan status relasi dengan satuan pendidikan pendidikan lain di luar daerah atau luar Negara (luar negeri). Status luar daerah, yaitu satuan pendidikan PAUD tersebut merupakan cabang dari satuan pendidikan PAUD yang didirikan di daerah lain. Sedangkan status berkait dengan relasi, misalkan satuan pendidikan PAUD tersebut merupakan franchise (waralaba) atau sister, bencemark (rujukan, merujuk, rekanan, mitra) dari satuan pendidikan PAUD lain yang ada di daerah atau Negara lain.

E. Naskah Akhir KTSP PAUD

Keseluruhan langkah yang telah ditempuh di atas, jika dilakukan dengan baik dan penuh kesungguhan, maka akan menghasilkan rumusan Kurikulum Operasional PAUD yang komprehenship dan utuh. Semakin tinggi kesungguhan para pengembang Kurikulum Operasional PAUD akan semakin menghasilkan kurikulum yang berkualitas.

Naskah akhir KTSP PAUD yang akan dihasilkan jika mengikuti seluruh rangkaian pengembangan adalah sebagai berikut:

Jilid/Cover Kata Pengantar Lembar Pengesahan Daftar Isi

BAB I PENDAHULUAN

A. Profil Satuan pendidikan (penyelenggara, pengelola dan pendidik) B. Sejarah Singkat Satuan pendidikan

C. Alamat Dan Peta Lokasi Satuan pendidikan

(27)

A. Landasan dan Rujukan B. Visi, Misi, Dan Tujuan

C. Struktur, Konsep Dan Strategi Pembelajarann D. Muatan/Materi Kurikulum

E. Program Rutin

F. Program Pembelajaran, serta G. Evaluasi /Penilain yang digunakan BAB IIIPENUTUP

A. Harapan pelaksanaan B. Rambu-rambu penerapan C. Rencana revisi dan perbaikan Kepustakaan

BAB IVLAMPIRAN

1. Pemetaan Struktur, Konsep Dan Strategi Pembelajaran 2. Program Tahunan

3. Program Semesteran

4. Program Kegiatan Bulanan (Contoh) 5. Program Kegiatan Mingguan (Contoh) 6. Rencana Kegiatan Harian (Contoh) 7. Kalender Pendidikan

8. Format dan Instrumen Penilaian 9. Dsb yang relevan untuk dilampirkan

(28)

BAB VI

PENGESAHAN DAN PEMBERLAKUAN KURIKULUM OPERASIONAL PAUD

Kurikulum adalah bagian dari kontrak satuan pendidikan pendidikan dengan segenap pemangku kepentingan, terutama dengan dinas pendidikan, orang tua dan masyarakat yang menitipkan anaknya di satuan pendidikan tersebut. Oleh karena itu dalam hal pengesahan, pemberlakuan dan masa revisi hendaklah mempertimbangkan dan mendapat persetujuan dari pihak-pihak yang terkait tersebut.

Gambaran keterkaitan dari berbagai pihak di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:

A. Pengesahan Kurikulum Operasional PAUD

Produk Kurikulum Operasional hendaklah dapat disepakati oleh pihak-pihak yang terkait agar kurikulum mendapatkan dukungan penuh, sehingga dalam penerapannya dapat optimal. Terkait dengan Kurikulum Operasional PAUD, pihak-pihak yang diharapkan dapat menyetujui hasil pengembangannya dan diminta membubuhkan tandatangannya sebagai tanda bukti pengesahan diantaranya:

1. Perwakilan Penyelenggara, lebih baik jika ketua penyelenggara, setidaknya adalah kepala bidang pendidikan yayasan atau satuan pendidikan penyelenggara.

2. Pengelola, yaitu kepala satuan PAUD; baik pada satuan PAUD terpadu maupun pada Satuan PAUD tersendiri.

3. Perwakilan Orang Tua, yaitu orang tua yang diminta dan dianggap mewakili semua orang tua peserta didik. Secara teknis dapat diwakili oleh perwakilan atau ketua KPO (Kelompok Pertemuan Orang Tua)

4. Dinas Pendidikan setempat (kecamatan), yaitu pegawai dinas pendidikan tingkat kecamatan, dapat dilakukan oleh kepala dinas pendidikan tingkat kecamatan atau oleh penilik/pengawas bidang PAUD.

B. Pemberlakuan Kurikulum Operasional PAUD

Masa pemberlakuan kurikulum operasional PAUD yang telah dikembangkan oleh para tim pengembang akan diberlakukan sesaat setelah di sahkan oleh semua pihak sebagaimana yang telah dipaparkan di atas. Tetapi beberapa alasan yang rasional, pemberlakukan dapat disesuaikan dengan harapan satuan pendidikan atau para pengembang, misal menunggu tahun pelajaran baru, menunggu dukungan sarana-prasarana, menunggu dukungan SDM tambahan, menunggu dukungan anggaran, dan sebagainya.

(29)

C. Masa Revisi dan Perbaikan Kurikulum Operasional PAUD

Prinsip keabadian tidak berlaku bagi kurikulum. Kurikulum yang telah dikembangkan harus siap untuk selalu direvieu, bahkan dengan tiba-tiba. Beberapa pertimbangan dasar untuk merevisi atau memperbaiki kurikulum diantaranya adalah:

1. Perubahan kebijakan dalam pendidikan, terutama dalam bidang PAUD 2. Perubahan jenis program layanan dalam satuan pendidikan PAUD. 3. Perubahan visi, misi dan tujuan satuan pendidikan PAUD

4. Perubahan kondisi dan standar input-output satuan pendidikan PAUD 5. Perubahan sarana dan prasarana penunjang di satuan pendidikan PAUD 6. Perubahan IPTEKs yang signifikan terhadap bidang PAUD

(30)

BAB VII PENUTUP

Pengembangan Kurikulum Operasional PAUD merupakan kegiatan strategis dan berdampak sangat menentukan terhadap keberlangsungan satuan pendidikan PAUD. Semua pihak yang terkait dengan satuan pendidikan PAUD, terutama penyelenggara, pengelola dan pendidik, serta orang tua hendaklah dapat berperan secara optimal dalam proses pengembangan Kurikulum Operasional PAUD.

Jika semua pihak dapat berpartisipasi dengan optimal, maka diyakini bahwa kurikulum operasional di setiap satuan pendidikan PAUD akan memberi dampak yang positif terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak yang dititipkan di satuan pendidikan PAUD bersangkutan. Akumulasi dari dampak tersebut akan mengantarkan anak-anak Indonesia kelak menjadi anak yang cerdas secara komprehenship.

(31)

KEPUSTAKAAN

Bapennas (2008), Strategi Nasional Pengembangan Anak Usia Dini Holistik-Integratif.

Kerangka Besar Pembangunan PAUD Indonesia 2011-2045

Draft Framework PAUD di Indonesia, 2012

Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Taman Kanak-kanak, 2012

Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Kelompok Bermain, 2012

Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Satuan PAUD sejenis, 2012

Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Taman Penitipan Anak, 2012

Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Pengelolaan Dan Standar Sarpras PAUD, 2012

Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Program Keorang tuaan, 2012

Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Pengembangan Kemitraan, 2012

Undang Undang Dasar 1945.

Undang Undang Perkawinan No. 1 Tahun 1974.

Undang Undang No. 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak.

Undang Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Peraturan Pemerintah No. 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah No. 66 Tahun 2010.

Peraturan Presiden No. 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Kementrian Negara RepubIik Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden No. 67 Tahun 2010.

(32)
(33)

Lampiran 1.

STRUKTUR KURIKULUM DAN STRATEGI PEMBELAJARAN PAUD

BIDAN

 Anak mengenal dan memahami bahwa dirinya adalah makhluk yang diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Pencipta.

 Anak rela dan senang untuk menjalani ajaran-ajaran yang ditetapkan dalam agamaNya. kurikulum dan kegiatan kegiatan sehari-hari.  Menggunakan doa-doa harian dan kalimat

thoyibah

 Membiasakan mensyukuri dan memelihara ciptaan Tuhan ajaran dan kemajemukan tetapi tetap saling menghargai perbedaan, termasuk perbedaan dalam menjalankan ibadah agama.

 Menyediakan APE yang terkait dengan keagamaan

 Mengidentifikasi bentuk, ciri, penggunaan tempat ibadah

 Memasukkan hari-hari besar agama menjadi tema dalam kurikulum.

(34)

2. Sosial memahami dirinya sendiri/ konsep diri:

- tidak mudah putus asa, - gigih melakukan sesuatu

dari awal hingga akhir, - memiliki rasa ingin tahu, - berinisiatif melakukan

hal-hal baru,

- berani ambil resiko, - memiliki regulasi diri, dan - mencari solusi dari setiap sekedar memuji secara umum.

 Menyiapkan saat transisi yang menyenangkan agar anak siap memasuki situasi yang baru atau berbeda.

 Membuat aturan bermain bersama anak dan dilakukan berulang setiap kegiatan bermain akan dilakukan.

 Mengenalkan situasi yang akan dihadapi anak, atau mengenalkan alat yang baru dan bagaimana menggunakannya secara benar.  Memberikan perhatian dan cukup sabar saat

meminta anak untuk terlibat memecahkan masalah.

 Perilaku

Prososial  membangun sikap dan perilaku

anak yang well being, to be life together:

- berdisiplin, - jujur,

- tanggung jawab, - mengikuti aturan,

- kemampuan beradaptasi dengan lingkungan,

- toleransi dan cinta damai, - tolong menolong,

Mendiskusikan bersama anak pengertian sikap-sikap yang baik dan bagaimana melakukannya.

Membuat jadwal harian rutin yang dapat diprediksi oleh anak sehingga ia tahu perilaku apa yang diharapkan dari kegiatan-kegiatan tersebut.

Menyiapkan waktu ”membereskan” yang cukup sehingga anak dapat telibat secara aktif di dalamnya.

(35)

- kerjasama, gotong royong, - hormat,

- sopan santun, - partisipatif, - kontributif, dan - empati.

perilaku maupun saat berbicara.

Memberikan bantuan secara bertahap bila anak memerlukannya.

memberikan waktu untuk setiap anak untuk berpendapat dalam kelompok kecil.

Merencanakan kegiatan bermain yang membangun kerjasama anak.

Menerapkan menejemen konflik di saat anak menghadapi konflik dengan temannya. II. Pengem-untuk dapat melakukan banyak kegiatan yang memerlukan kekuatan otot besar, kestabilan, keseimbangan, kelincahan, dan kelenturan tubuh.

 Menyediakan sarana bermain yang mendukung kestabilan, kekuatan, keseimbangan, dan kelenturan tubuh.

 Merancang kegiatan out door setiap hari  Menyediakan waktu untuk anak melakukan

aktivitas main bebas di luar

 Mendorong semua anak untuk aktif dalam kegiatan fisik.

 Menyediakan berbagai sarana yang mudah diakses dan digunakan anak

 Menyediakan alat dan sarana tulis berbagai bentuk dan bahan.

 Merancang kegiatan motorik halus di setiap sentra/area

 Mencatat & mengumpulkan hasil karya anak untuk melihat setiap kemajuan yang dicapainya.

(36)

 Kesehata

n Fisik  Pembiasaan anak tentangkebiasaan hidup bersih dan

kebiasaan mengkomsumsi makanan bersih, sehat dan bergizi sebagai usaha menjaga kesehatan diri.

 Memasukkan kebersihan dan perilaku hidup sehat dalam kegiatan rutin.

 Menyediakan sarana untuk anak mempraktekan kebersihan.

 Membiasakan makanan sehat untuk anak.  Mengembangkan kegiatan parenting untuk

membangun kesepahaman dg orang tua tentang pola hidup sehat.

 Pemeriksaan kesehatan secara rutin dan regular.

 Pengukuran tinggi, dan berat badan secara teratur.

4. Kognitif  Pengeta-huan

- orang-orang di sekitarnya, - mata pencaharian,

- tempat-tempat fasilitas umum

- seni dan atribut budaya.  Membangun pengetahuan

lingkungan alam, gejala serta perubahannya:

- tumbuhan dan pohon serta cara memeliharanya, - binatang

- gejala alam (iklim, perubahan suhu, siang

 Membiasakan menggunakan cara kerja observasi/ mengamati, membuat prediksi (memperkirakan), menguji, menguraikan, menyimpulkan, dan mengkomunikasikan hasil.

 Memberi dukungan selama anak bereskplorasi dengan pertanyaan: apa, apa yang terjadi seandainya.., mengapa, bagaimana, mana yang lebih baik, dst.  Menggunakan ruangan outdoor untuk

berbagai kegiatan pengamatan dan penelitian sederhana.

 mengamati berbagai jenis pohon, binatang dan cirinya

(37)

malam, dll),

- siklus kehidupan (binatang, air, dll)

- rantai makanan,

- ekosistem mahluk hidup

 mengamati siklus kehidupan binatang, pohon, air dst

 membuat berbagai percobaan sederhana  mendorong anak untuk tertarik dengan

kegiatan penelitian sederhana

 menghubungkan kegiatan outdoor ke dalam berbagai kegiatan indoor.

 Pengeta-huan Dasar Matemati ka

 Pengenalan pengetahuan dasar matematika:

- mengenal bentuk, - membilang, mengenalkan pengetahuan dasar matematika  Menyediakan berbagai alat dan sarana bermain yang mendukung anak untuk membangun pengetahuan matematika dasar  Memberikan dukungan selama anak

bermain dengan pertanyaan terbuka yang memuat pengetahuan dasar matematika: - Bentuk apa saja yang digunakan?

- Ada berapa jumlah benda yang digunakan?

- Mari kita letakkan benda yang memiliki ciri sama di sini dan yang lainnya di sana

- manakah yang yang lebih (besar, tinggi, berat, panjang) dari dua benda ini? - Mari kita urutkan yang lebih kecil

diletakkan di sebelah kiri, dan yang lebih besar di sebelah kanannya. dst

 Mengajak anak mengamati berbagai bentuk dan konsep dasar matematika yang ada di lingkungan

Referensi

Dokumen terkait

Di antara kalimat (1) Latar belakang pendidikan memang sangatlah berpengaruh dalam hal perekrutan tenaga kerja dan kalimat (2) Telah terbukti dengan adanya data dari Badan

Tugas akhir ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk meraih gelar sarjana pada Program Studi Teknik Elektro, Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas

Con el paso del tiempo, la evolución dentro del arte callejero y la aceptación del mismo dentro de los circuitos mercantiles del arte por parte de las personas ajenas a

Tahap pelaksanaan dalam penelitian ini yaitu: (1) Melakukan pre-test di kelas kontrol dan eksperimen di kelas V Sekolah Dasar Negeri 36 Pontianak Selatan untuk

Osim soli policijanometalata, heksacijanoželjezova(II) kiselina je nedavno 40 korištena u istraživanju utjecaja halogenske veze na supramolekulsku strukturu

Kondisi sanitasi terakhir yang diamati yaitu kepemilikan sabun di jamban.Sabun merupakan sarat dari kebiasaan cuci tangan yang sehat atau dikenal dengan CTPS.Sebagian besar,

dilakukan Badan Narkotika Nasional Daerah yang selanjutnya akan disingkat dengan BNND dalam melakukan proses pengungkapan Tindak Pidana Pencucian Uang yang

1) Kesempatan untuk maju, berkaitan dengan ada tidaknya kesempatan untuk memperoleh pengalaman dan peningkatan kemampuan selama kerja. 2) Keamanan kerja, yang