• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perubahan Bunyi Bahasa Proto Austronesia Kedalam Bahasa Melayu Riau Dialek Kampar (Kajian Linguistik Historis Komparatif)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perubahan Bunyi Bahasa Proto Austronesia Kedalam Bahasa Melayu Riau Dialek Kampar (Kajian Linguistik Historis Komparatif)"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep

Konsep adalah gambaran mental dari objek, proses, atau apapun yang ada diluar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal yang lain (Kridalaksana, 2001: 177). Beberapa konsep yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu perubahan bunyi, bahasa Proto Austronesia, pewarisan linear dan inovasi dan bahasa Melayu Riau Dialek Kampar.

2.1.1 Perubahan Bunyi

Perubahan bunyi sebagai salah satu perubahan unsur bahasa yang terkecil pada umumnya merupakan suatu proses di mana bunyi bahasa mengalami perubahan dari bunyi awal menjadi bunyi yang lain. Tipe perubahan bunyi lebih meneropong perubahan secara individual, yaitu hanya mempersoalkan bunyi proto itu tanpa mengaitkannya dengan fonem-fonem lain dalam lingkungan yang dimasukinya. Macam-macam perubahan bunyi didasarkan pada hubungan bunyi tertentu dengan fonem-fonem lainnya dalam sebuah segmen, atau dalam lingkungan yang lebih luas. Perubahan-perubahan bunyi tersebut diantaranya perubahan metatesis, aferesis, sinkop, apokop, protesis, epentesis atau mesogog, dan paragog (Keraf, 1991: 91).

2.1.2 Bahasa Proto Austronesia

(2)

tersebar luas di wilayah kepulauan di Asia Tenggara. Rumpun bahasa Austronesia adalah sebuah rumpun bahasa yang tersebar meliputi gugusan kepulauan Asia Tenggara dan Lautan Pasifik. Penutur bahasa Austronesia mendiami kepulauan di Asia Tenggara dan berasal dari Taiwan. Rumpun bahasa Austronesia di bagi menjadi dua sub-rumpun yaitu Autronesia Barat (bahasa-bahasa Indonesia atau disebut juga bahasa-bahasa Melayu) dan Austronesia Timur (bahasa-bahasa Polinesia, di antaranya bahasa Timor-Ambon, Sula-Bacan, Halmahera Selatan, dan Irian Barat) (Keraf, 1991: 205).

Berdasarkan hasil rekonstruksi, bahasa Proto Autronesia memiliki sistem fonem sebagai berikut (Mbete, 1981: 24). Fonem vokal bahasa Proto Austronesia sebanyak empat buah yaitu */i/, */u/, *//, */a/. Vokal PAN dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Posisi Lidah Depan Tak Bundar

Tengah Tak Bundar

Belakang Bundar

Tinggi *i *u

Sedang *

Rendah *a

(3)

Tempat Artikulasi

Cara Artikulasi Bilabial Labiodental dental/Alveolar Palatal Velar Glotal

Hambat Tb *p *t/ *T *c *k *q

B *b *d/ *D *j *g

Frikatif Tb *s *h

B *z

Nasal B *m *n *ñ

(ny) *ŋ (ng)

Lateral B *l

Getar/Tril B *r *R

Semivokal B *w *y

2.1.3 Pewarisan Linear dan Inovasi

(4)

2.1.4 Bahasa Melayu Riau Dialek Kampar

Bahasa Melayu merupakan salah satu bahasa yang terbesar dalam sejarah, hal ini dapat kita buktikan dengan banyak bangsa-bangsa lain yang menggunakan bahasa Melayu. Bahasa Melayu yang ada di daerah Riau yang merupakan induk bahasa Melayu yang ada di Nusantara. lebih khususnya lagi kedalam kawasan Riau bagian hulu. Bahasa Riau bagian hulu ini merupakan akulturasi antara bahasa Melayu Riau-Johor-Lingga dengan bahasa-bahasa yang terdapat di Minangkabau. Kawasan Riau bagian hulu meliputi Kampar, Rokan Hulu, dan Kuantan Singingi.

Profesor DR. Abdul Hamid Mahmood dan Nurfarah Lo Abdullah (2007), menguraikan bunyi vokal dan konsonan. Bunyi fonem vokal bahasa Melayu ada delapan buah yaitu [i], [e], [ɛ], [a], [u], [o], [ɔ], dan []. Vokal bahasa Melayu dapat dilihat pada table di bawah ini:

Depan Tengah Belakang

Sempit i u

Separuh sempit e o

Separuh luas ɛ ɔ Luas a

Fonem konsonan bahasa Melayu terdiri atas 18 buah, yaitu /p/, /b/, T/, /k/, /?/, /d/, /g/, /č/, /J/, /m/, /n/, /ny/, /

/, /ŋ/, /s/, /H/,/h/, /r/, /l/, /w/, /y/j/. Fonem

(5)

Tempat Artikulasi Cara

Artikulasi

Bibir Gigi Gusi langit-langit keras

(6)

Mbete (2009 : 1) mengatakan bahwa Linguistik Historis Komparatif adalah cabang linguistik yang mempelajari dan mengkaji bahasa dalam dimensi waktu, khususnya masa lalu. Dengan dimensi waktu ini, bahasa yang dikaji bersifat diakronis, berbeda dengan linguistik deskriptif yang bersifat sinkronik. Linguistik Historis Komparatif bertujuan untuk menjelaskan adanya hubungan kekerabatan, kesejarahan dan perubahan bunyi bahasa-bahasa di suatu kawasan tertentu.

Adapun teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah macam-macam perubahan bunyi. Keraf (1991: 90) membagi perubahan-perubahan bunyi menjadi beberapa macam antara lain:

1. Metatesis yaitu suatu proses perubahan bunyi yang berujud pertukaran tempat dua fonem. Metatesis sering memperlihatkan gejala yang teratur yang mempengaruhi suatu urutan tertentu dalam suatu bahasa. Misalnya dalam bahasa Austronesia Purba *ktip  pətik dalam bahasa Melayu. Proses metatesis bekerja terus dalam bahasa yang sama sehingga dihasilkan bentuk ganda untuk suatu pengertian yang sama atau mirip seperti dalam kata-kata Indonesia atau Melayu berikut: rontal – lontar, peluk – pekul, beting – tebing, apus – usap, dan sebagainya (Keraf, 1991: 90). 2. Aferesis adalah suatu proses perubahan bunyi antara bahasa kerabat

berupa penghilangan sebuah atau beberapa fonem pada awal sebuah kata. Contoh bahasa Austronesia Purba dan bahasa Melayu seperti pada kata

(7)

3. Sinkop adalah perubahan bunyi yang berujud penghilangan sebuah atau beberapa fonem di tengah kata. Misalnya, bahasa Austronesia Purba terdapat sejumlah kata yang mengalami perubahan dalam bahasa Polinesia Purba, misalnya: *urat *ua „urat‟, *ira *mea (ma-ira) „merah‟, *iya

*ia ‘dia‟ dan *tuha *tua „tua‟ (Keraf, 1991: 91).

4. Apokop (apocope) merupakan perubahan bunyi berupa menghilangnya sebuah atau beberapa fonem pada akhir kata. Misalnya, dalam bahasa Polinesia Purba dalam Austronesia Purba, *kbar*kopa „kembar‟,

*kbut*kofu „dibungkus‟, dan *klut *kolu „kerut‟ (Keraf, 1991:

91).

5. Protesis adalah suatu proses perubahan kata berupa penambahan fonem pada awal kata. Dalam bahasa Melayu dan Indonesia kata-kata: əlang,

əmas, əmpat, dan əmpedu merupakan hasil protesis atas kata: lang, mas, pat, dan pedu. Begitu pula dari kata Austronesia Purba əmbut diturunkan dalam kata Melayu həmbus (Keraf, 1991: 91).

6. Epentesis atau Mesogog adalah proses perubahan kata berupa penambahan fonem di tengah kata. Misalnya kata-kata Austronesia Purba berikut akan mengalami epentesis dalam bahasa Melayu: *kapak kampak, *kapung kampung, dan *tubuh tumbuh. (Keraf, 1991: 92). 7. paragog adalah perubahan yang terjadi apabila sebuah kata mengalami

(8)

„menyentak‟, *km „genggam‟ → *komi „menekan‟dan *bun *funa

„tutup‟ (Keraf, 1991: 91-92).

Perubahan fonem proto ke dalam fonem-fonem bahasa kerabat terjadi dalam beberapa macam tipe dengan pola pewarisan. Keraf (1991: 92) membagi pola pewarisan tersebut menjadi beberapa bagian diantaranya adalah:

1. Linear adalah pewarisan fonem proto ke dalam bahasa sekarang dengan tetap mempertahankan ciri-ciri fonetis fonem protonya. Misalnya PAN dalam BMRDK *abu →abu „abu‟ dan *daun →daun„daun‟.

2. Inovasi adalah pewarisan yang terjadi apabila suatu fonem bahasa PAN mengalami perubahan dalam bahasa sekarang. Misalnya PAN dalam BMRDK *anak → buda? „anak‟, dan *wayeR→ ae „air‟.

2.3 Tinjauan Pustaka

Beberapa hasil penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan penelitian ini diterangkan sebagai berikut. Widayati (2001) dalam jurnalnya ”Refleksi Fonem Vokal Bahasa Melayu Purba dalam Bahasa Melayu Asahan”.

(9)

penultima, dan antepenultima menjadi u merupakan bentuk retensi dan o pada silabel final, penultima, dan ә, a, i antepenultima adalah bentuk inovatif. PM *ә

pada silabel final menjadi a, pada silabel penultima menjadi o, dan pada silabel antepenultima menjadi a dan i merupakan bentuk inovatif.

Lubis (2004) dalam skripsinya “Refleksi Fonem Vokal dan Konsonan Bahasa Proto Austronesia dalam Bahasa Mandailing”. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data tulis adalah metode simak dengan teknik sadap dan dilanjutkan dengan teknik catat. Data lisan diperoleh menggunakan metode cakap dengan teknik pancing dilanjutkan dengan teknik cakap semuka dan teknik catat. Pengkajian data menggunakan metode padan dengan teknik pilah unsur penentu dengan daya pilah pembeda organ wicara, dilanjutkan dengan teknik hubung banding menyamakan (HBS) dan hubung banding memperbedakan (HBB). Hasil penelitian ini menemukan adanya retensi dan inovasi fonem vokal dan konsonan dalam BM, yaitu *a menjadi /a/ dan /o/ dengan variasi /i/, /u/, dan /e/; *I menjadi /i/ dengan variasi /e/; *u menjadi /o/ dan /e/ dengan variasi /a/; *ә menjadi /o/ dan /a/; *b menjadi /b/; *d menjadi /d/ dan /g/ dengan variasi /j/; *g menjadi /g/; *h menjadi /ø/; *ɔ menjadi /j/ dengan variasi /d/; *k menjadi /k/ dan /h/; *l menjadi /l/; *m menjadi /m/ dengan variasi /n/; *n menjadi /n/; *p menjadi /p/; *r menjadi /r/; *R menjadi /r/ dengan variasi /k/; *s menjadi /s/ dengan variasi /c/; *t menjadi /t/; *ŋ menjadi /ŋ/; *? Menjadi /ø/; *z menjadi /ɔ/.

(10)

korespondensi fonem Proto-Austronesia, dan mendeskripsikan tipe-tipe perubahan bunyinya. Penelitian ini menggunakan tiga partisipan yaitu peneliti, pengelisitasi, dan pengobservasi. Untuk penentuan hubungan kekerabatan digunakan dua pendekatan, yaitu pendekatan kuantitatif ikhwal metode leksikostatistik dan pendekatan kualitatif ikhwal metode perbandingan. Berdasarkan penelitian tersebut ditemukan beberapa tipe perubahan bunyi, yaitu: perengkahan (split), peleburan (merger), peluluhan bunyi (phonemic lose),

penggantian (shift) danmetatesis (metathesis).

Sari (2011) dalam tesisnya “Refleksi Proto Austronesia dalam Bahasa

(11)

dalam BA dan BMDL yaitu: fonem PAN *i dalam BA dan BMDL sama-sama berubah menjadi fonem vokal /e/ dan /o/; fonem PAN *u sama-sama berubah menjadi fonem vokal /o/; fonem PAN *ә sama-sama berubah menjadi fonem vokal /a/.

Gambar

tabel di bawah ini:

Referensi

Dokumen terkait

Pada bab II dijelaskan mengenai definisi graf, incident dan adjacent, derajat titik dari graf, subgraf, graf beraturan- r, graf komplit, graf bipartisi, graf bipartisi komplit,

Hal ini ditunjukkan dari beragam penghargaan yang diterima bank bjb di tahun 2016 ini baik dari sisi kinerja perbankan, aset, dan komitmennya untuk membangun Indonesia

Adanya efek devitalisasi yang baik dalam mematikan saraf gigi dari getah jarak yang dikombinasikan dengan akar sidaguri yang mempunyai anti inflamasi yang potensial

Tujuan dalam penelitian ini untuk mengetahui tingkat pola asuh orang tua yang diterapkan, untuk mengetahui tingkat kecerdasan emosional, dan untuk mengetahui

Meanwhile, the terms of the authority on who is entitled to conduct surveillance, then how to control the value of education based on "culture pomae-maeka" at SMAN 2

Pada hakikatnya Syafi‘i tidak membuat sesuatu yang sama sekali baru, tetapi hanya merumuskan hasil persepsinya terhadap prak- tik yang sudah pernah dilakukan oleh para

[r]

Menurut ulama Hanafiyah hadis terse- but dijadikan pelarangan ijbar (pemaksaan) bagi ayah maupun wali terhadap anak perem- puan atau janda yang sudah dewasa, karena