• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS NILAI INTRINSIK PERUSAHAAN: APLIKASI METODE ABNORMAL EARNING DAN PRICE EARNING RATIO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS NILAI INTRINSIK PERUSAHAAN: APLIKASI METODE ABNORMAL EARNING DAN PRICE EARNING RATIO"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Investasi merupakan penanaman modal oleh investor untuk satu atau lebih aktiva, tujuannya untuk jangka panjang dengan harapan agar dapat memperoleh keuntungan pada masa yang akan datang. Keputusan untuk menanamkan modal dapat dilakukan oleh individu atau entitas yang mempunyai kelebihan dana. Investasi dapat dilakukan dalam bentuk aktiva riil (real assets) dan surat – surat berharga atau sekuritas (financial assets). Investasi dalam bentuk asset riil umumnya berupa asset berwujud seperti tanah, bangunan, dan mesin. Sedangkan investasi dalam bentuk financial asset umumnya berupa asset tidak riil seperti valas, deposito berjangka, saham, obligasi dan lain sebagainya yang diperdagangkan di pasar uang maupun pasar modal.

Pasar modal merupakan suatu sarana bagi perusahaan untuk mencari sumber dana dengan cara menjual hak kepemilikkan perusahaan kepada masyarakat. Sebelum melakukan investasi dipasar modal para investor perlu mencari berbagai informasi tentang kondisi perusahaan, salah satunya adalah informasi mengenai kinerja keuangannya. Informasi tersebut perlu didapatkan agar investor dapat memperoleh keuntungan ketika menanamkan modalnya pada perusahaan tertentu sesuai dengan yang diharpkan. Tujuan utama investor dalam menginvestasikan dananya adalah untuk memperoleh keuntungan berupa dividen atau capital gain.

Seorang calon investor akan memiliki banyak pilihan sebelum mereka melakukan investasi di pasar modal (Bursa Efek), karena terdapat banyak saham yang diperdagangkan, salah satunya adalah saham perusahaan yang terdaftar di industri barang – barang konsumsi.

(2)

2 konsumen, seperti makanan, minuman, obat, daging, rokok dan produk lainnya. Produk yang dihasilkan tersebut bersifat konsumtif sehingga para produsen dalam industri ini memiliki potensi untuk tumbuh dan berkembang pada masa yang akan datang.

Sebelum membuat keputusan investasi, calon investor perlu untuk melakukan analisis terhadap saham – saham yang akan dibeli dipasar modal untuk meminimalkan kemungkinan terjadinya risiko kerugian. Untuk itu dalam menginvestasikan dananya, para investor harus dapat melihat perusahaan yang mampu memaksimalkan return saham sesuai dengan harapan investor. Salah satu analisis yang dapat dilakukan oleh investor untuk membantu dalam mengambil keputusan investasi yang tepat adalah dengan melakukan analisis fundamental.

Analisa fundamental merupakan studi tentang kondisi ekonomi, industri, dan kondisi perusahaan untuk memperhitungkan nilai intrinsik dari saham perusahaan (Gusni, 2015). Analisis fundamental merupakan analisis terhadap kondisi makro ekonomi, industri, perusahaan dan nilai intrinsik. Analisa terhadap kondisi makro ekonomi umumnya fokus terhadap variabel makro ekonomi seperti pertumbuhan ekonomi, inflasi, suku bunga, nilai tukar dan sebagainya untuk menilai kondisi ekonomi pada saat ini dan pada masa yang akan datang.

Analisis industri fokus terhadap kinerja dari berbagai macam industri sehingga dapat diketahui industri apa saja yang mempunyai prospek keuntungan untuk tujuan investasi, sedangkan analisis perusahaan fokus terhadap kondisi kinerja perusahaan dengan memperhatikan rasio – rasio keuangan sehingga dapat diketahui kinerja perusahaan pada saat ini dan dapat diprediksi prospeknya pada masa yang akan datang. Brigham dan Daves (2007) dalam Gusni (2015) menjelaskan analisis rasio bisa dikelompokan ke dalam lima macam kategori, yaitu:

profitability (keuntungan), price (harga), liquidity (likuiditas), leverage

(dukungan), dan efficiency (efisiensi).

(3)

3 mengukur harga pasar efektif terhadap nilai buku. Liquidity (likuiditas) merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam membiayai kewajibannya pada saat jatuh tempo. Leverage (dukungan) merupakan rasio yang mengukur seberapa besar dana pinjaman yang digunakan untuk membiayai perusahaan.

Efficiency (efisiensi) merupakan rasio yang mengukur sejauh mana efektivitas perusahaan dalam penggunaan asetnya. Semua rasio ini mencerminkan kondisi perusahaan. Apabila kondisi perusahaan baik pada saat ini dan menghasilkan keuntungan yang tinggi, maka kondisi ini dapat menjadi sinyal bagi para investor bahwa perusahaan akan terus tumbuh dengan kondisi keuangan yang juga baik di masa yang akan datang.

Analisis nilai intrinsik perusahaan fokus terhadap nilai sesungguhnya yang terdapat pada perusahaan. Tandelilin (2010: 301) mengatakan bahwa nilai intrinsik adalah nilai saham yang sebenarnya atau yang seharusnya terjadi, biasanya disebut sebagai nilai wajar suatu saham. Secara teori nilai intrinsik seharusnya sama dengan harga saham di pasar. Namun kenyataanya seringkali berbeda antara nilai intrinsik dengan harga saham di pasar. Oleh karena itu nilai instrinsik perusahaan seringkali digunakan oleh investor sebagai dasar pertimbangan untuk menentukan posisi jual atau beli terhadap suatu saham perusahaan dengan membandingkannya terhadap harga pasar saham perusahaan tersebut. Apabila nilai intrinsik lebih tinggi dibandingkan harga saham di pasar maka saham tersebut dapat dikatakan berada pada kondisi undervalued yang mengindikasikan bahwa saham tersebut layak untuk dibeli oleh investor karena diperkirakan akan naik menuju nilai intrinsiknya, sebaliknya jika nilai intrinsik lebih rendah dibandingkan harga saham di pasar maka dapat dikatakan bahwa saham tersebut berada dalam kondisi overvalued yang mengindikasikan saham tersebut tidak layak dibeli oleh investor, jika investor sudah memiliki saham tersebut sebaiknya melakukan tindakan menjual saham tersebut. Apabila hargsa saham di pasar sama dengan nilai intrinsiknya berarti saham dalam kondisi fairvalued.

(4)

4

ratio. Gambar 1.1 berikut menggambarkan perkembangan rata – rata nilai intrinsik saham yang berada dalam industri barang – barang konsumsi yang dapat dijadikan sebagai informasi oleh investor dalam membuat keputusan investasi.

Sumber: idx.co.id, laporan keuangan (Data diolah)

Gambar 1.1 Rata – Rata Nilai Inrinsik Perusahaan Industri barang - barang konsumsi periode 2011-2015

Grafik diatas menunjukkan bahwa nilai intrinsik yang dihitung dengan menggunakan metode abnormal earning terus meningkat dari tahun ke tahun. Sedangkan perhitungan nilai intrinsik dengan menggunakan metode price earning ratio cenderung fluktuatif, pada tahun 2013 sampai 2015 nilai intrinsik mengalami penurunan yang tajam. Kedua metode tersebut memberikan hasil yang berbeda dalam perhitungan nilai intrinsik perusahaan karena menggunakan pendekatan yang berbeda.

Untuk dapat membuat keputusan investasi yang tepat dengan menggunakan nilai intrinsik perlu dilakukan perbandingan terhadap harga pasar saham. Harga saham merupakan harga yang terjadi di pasar bursa pada saat tertentu dan harga saham tersebut ditentukan oleh pelaku pasar (Jogiyanto, 2013:88). Harga saham merupakan indikator nilai perusahaan yang memasyarakatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia. Nilai perusahaan yang dihitung melalui analisa fundamental akan memunculkan persepsi pasar, jika pasar menilai bahwa emiten saham dalam kondisi baik maka investor akan tertarik menanamkan modalnya dan biasanya harga saham

2011 2012 2013 2014 2015 Abnormal Earning 7347,65 7940,29 8625,16 9334,00 10537,86 Price Earning Ratio 37586,83 28506,07 33481,57 29279,44 15181,06

0,00 5000,00 10000,00 15000,00 20000,00 25000,00 30000,00 35000,00 40000,00

(5)

5 perusahaan yang bersangkutan akan naik. Sebaliknya jika perusahaan dinilai rendah oleh pasar maka harga saham perusahaan juga akan ikut turun bahkan mungkin lebih rendah. Ini berarti bahwa nilai intrinsik akan mempengaruhi harga saham di pasar. Gambar 1.2 berikut memperlihatkan perkembangan rata – rata harga saham industry barang konsumsi periode 2011 – 2015.

Sumber: Laporan Keuangan Industri barang - barang konsumsi (Data diolah)

Gambar 1.2 Rata – Rata Harga Saham Perusahaan Industri barang - barang konsumsi periode 2011-2015

Grafik diatas menunjukan bahwa rata – rata harga saham perusahaan dalam industri barang – barang konsumsi cenderung berfluktuatif. Rata – rata saham perusahaan meningkat selama periode 2011 – 2014, tetapi pada tahun 2015 saham perusahaan mengalami penurunan yang sangat tajam.

Perkembangan harga saham yang terjadi dipasar cenderung bertolak belakang dengan nilai intrinsiknya. Kondisi ini juga bertentangan dengan teori yang dikemukakan oleh Tandelilin (2010: 301) yang mengatakan bahwa nilai intrinsik adalah nilai saham yang sebenarnya atau yang seharusnya terjadi, karena seharusnya harga saham di pasar sesuai dengan nilai intrinsik atau yang disebut sebagai nilai sebenarnya yang seharusnya terjadi.

Banyak penelitian terdahulu yang telah meneliti mengenai metode pengukuran nilai intrinsik ini, antara lain penelitian yang dilakukan oleh Gusni (2014) perhitungan dengan menggunakan metode abnormal earning lebih kecil

2011 2012 2013 2014 2015 Harga Saham 27100,33 40199,67 50839,33 51964,00 18033,33

0,00 10000,00 20000,00 30000,00 40000,00 50000,00 60000,00

(6)

6 tingkat kesalahannya dari pada metode DDM dan P/E, sehingga lebih akurat. Penelitian yang dilakukan Raul Iniguez Sanchez dan Carmelo Reverte Maya (2014) mengungkapkan bahwa metode abnormal earning lebih akurat dibanding yang lainnya. Romora Edward Sitorus (2007) menggunakan metode abnormal earning dalam menghitung nilai intrinsik saham General Electric Company, hasilnya menunjukkan bahwa harga saham GE masih undervalued di pasar. Penelitian M. Sayyidin Noor dan Made Dudy Satyawan (2014) menunjukkan bahwa metode price earning ratio lebih baik dan akurat di bandingkan dengan metode yang lain. Penelitian yang dilakukan oleh Samie Ahmed Sayed (2017) metode PE lebih baik dibanding metode lainnya.

Penelitian – penelitian sebelumnya sebagaimana dikemukakan diatas menunjukkan hasil perhitungan yang berbeda - beda dalam menentukkan nilai intrinsik perusahaan. Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa metode abnormal earning yang paling tepat dan akurat dalam melakukan perhitungan terhadap nilai intrinsik perusahaan, sedangkan penelitian lainnya menunjukkan bahwa metode

price earning ratio yang lebih tepat dalam mengukur nilai intrinsik perusahaan. Oleh karena itu perlu dilakukan perhitungan dan analisis lebih lanjut untuk mengetahui metode mana yang paling tepat dan akurat untuk mengetahui nilai intrinsik perusahaan dalam industri barang - barang konsumsi. Penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui apakah rata – rata harga saham perusahaan pada industri barang – barang konsumsi yang mengalami fluktuatif selama periode 2011 hingga 2015 telah mencerminkan nilai yang sebenarnya/nilai intrinsiknya.

(7)

7 1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan identifikasi masalah sebagai berikut:

1. Apakah harga saham (market value) perusahaan dalam industri barang

– barang konsumsi telah mencerminkan nilai yang sesungguhnya (intrinsic value) selama periode 2011-2015.

2. Metode pengukuran mana yang memiliki tingkat keakuratan lebih baik dalam mengukur nilai intrinsik saham pada masing – masing perusahaan dalam industri barang – barang konsumsi periode 2011-2015.

3. Apakah kedua metode pengukuran nilai intrinsik yaitu metode

abnormal earning dan price earning ratio yang digunakan untuk menghitung nilai intrinsik perusahaan pada industri barang – barang konsumsi dapat memberikan hasil yang berbeda selama periode 2011-2015.

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui apakah harga saham perusahaan telah mencerminkan nilai yang sesungguhnya dan mengetahui saham perusahaan mana yang menunjukkan kondisi overvalued, undervalued, atau fairvalued dengan membandingkan nilai intrinsiknya terhadap harga pasar sahamnya. 2. Membandingkan kedua metode pengukuran nilai intrinsik untuk

menentukan metode yang lebih baik dalam menilai harga saham perusahaan dalam industri barang – barang konsumsi yang memiliki tingkat bias paling rendah.

(8)

8 1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi beberapa pihak, antara lain:

1. Bagi penulis

Dengan melakukan penelitian ini, penulis dapat mendapatkan informasi dan pengetahuan mengenai manajemen keuangan dan bagaimana menilai nilai intrinsik perusahaan dengan menggunakan metode

abnormal earning dan price earning ratio, serta dapat mengaplikasikan teori, informasi dan pengetahuan yang sudah di dapat dengan kenyataan di lapangan.

2. Bagi perusahaan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan evaluasi kinerja perusahaan yang akan memotivasi perusahaan menjadi perusahaan yang lebih baik lagi di masa yang akan datang serta membantu perusahaan dalam pengambilan keputusan.

3. Bagi investor

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai alat bantu serta informasi tambahan bagi investor sehingga investor dapat memilih keputusan investasi yang tepat dan mendapatkan return yang optimal. 4. Bagi akademik

(9)

9 1.5 Sistematika Penulisan

Pembahasan dalam penelitian ini akan terbagi menjadi 5 bab, yaitu : 1. Bab I, Pendahuluan

Pada bagian ini akan dibahas tentang latar belakang, identifikasi masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta sistematika skripsi. 2. Bab II, Landasan Teori

Bagian ini akan menjelaskan tentang teori-teori yang melandasi penelitian dan menjadi dasar acuan teori yang relevan untuk menganalisis penelitian. Terdiri dari landasan teori, kajian penelitian sebelumnya, kerangka pemikiran dan hipotesis.

3. Bab III, Metode Penelitian

Bab ini akan menguraikan tentang objek penelitian, unit analisis, jenis dan sumber data, teknik pengumpulan data, oprasional variabel, serta metode analisis data.

4. Bab IV, Hasil Penelitian dan Pembahasan

Pada bab ini dijelaskan hasil dan analisis yang terdiri dari analisis nilai intrinsik perusahaan menggunakan abnormal earning dan price earning ratio.

5. Bab V, Kesimpulan dan Saran

Gambar

Gambar 1.1 Rata  – Rata Nilai Inrinsik Perusahaan Industri barang - barang konsumsi periode 2011-2015
Gambar 1.2 Rata  – Rata Harga Saham Perusahaan Industri barang - barang konsumsi periode 2011-2015

Referensi

Dokumen terkait

International Archives of the Photogrammetry, Remote Sensing and Spatial Information Sciences, Volume XXXVIII-1/C22, 2011 ISPRS Zurich 2011 Workshop, 14-16 September 2011,

[r]

The PAMS System (Germatics, 2009, 2011) consists of a fixed- wing UAV (SmartOne, cf. The wingspread is 1.2m. The electric motor and the battery pack used allow missions of about

[r]

This paper introduces a hardware and software architecture developed as part of the UAVision research project and supporting the following phases of typical geospatial UAV

This agenda is held in accordance to Article 94 and Article 111 of the Laws of Limited Liability Company and Article 11 and Article 14 of the Articles of Association of the

[r]

[r]