12
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu tujuan dari perawatan ortodonti modern adalah untuk mendapatkan
keseimbangan antara hubungan oklusi yang fungsional, estetik wajah yang baik dan
stabilitas hasil perawatan (cit. Proffit 2000).1 Keberhasilan perawatan ortodontik modern sering kali dikaitkan dengan adanya perbaikan penampilan wajah termasuk
profil jaringan lunak (cit. Park dan Burstone 1986). Menurut Harkati, wajah dengan estetik yang baik adalah wajah yang mempunyai keseimbangan dan keserasian
bentuk, hubungan, serta proporsi komponen wajah yang baik.1
Analisis kecembungan jaringan lunak wajah kebanyakan mengukur tentang
perubahan profil serta variasi komponen profil yaitu hidung, bibir, dan dagu. Jaringan
lunak hidung, bibir, dan dagu merupakan faktor penting dalam menentukan
keindahan wajah dan relasi antara hidung, bibir, dan dagu tersebut sangat
berpengaruh terhadap profil wajah (cit. Spradley dkk., 1981). Ketebalan dan strain
jaringan lunak yang menutupi jaringan tulang berbeda untuk setiap bagian wajah
masing-masing individu sehingga hal tersebut akan mempengaruhi profil wajah
seseorang (cit. Burstone 1958; Hambleton 1964). Analisis wajah dapat dilakukan dengan beberapa metode yaitu dengan metode langsung pada jaringan lunak,
sefalometri radiografik, dan fotometri (cit. Graber dan Swain 1985).1 Analisis sefalometri meliputi analisis gigi geligi, skeletal dan jaringan lunak. Analisis
sefalometri sering digunakan oleh dokter gigi khususnya dalam bidang ortodonti
untuk mengetahui pertumbuhan skeletal, diagnosis sefalometri, rencana perawatan,
hasil perawatan dan stabilitas hasil perawatan.2,3Ada banyak analisis sefalometri yang
dikenal di kedokteran gigi. Yaitu analisis Down, analisis Steiner, analisis Holdaway,
analisis Ricketts, analisis Tweed, analisis Mcnamara, analisis Sassouni, dll.
13
Pada analisis Holdaway, garis H digunakan untuk analisis keseimbangan dan
kerhamonisan profil jaringan lunak. Garis H ini diperoleh dengan menarik garis dari
titik Pogonion kulit (Pog') ke Labrale superior (Ls). Holdaway melakukan 11 analisis pengukuran untuk memperoleh profil jaringan lunak yang seimbang dan harmonis.
Untuk mengukur kecembungan jaringan lunak wajah, menggunakan metode
pengukuran sudut H atau sudut fasial.4
Penampilan wajah secara keseluruhan dapat dipengaruhi oleh kondisi skeletal
dan susunan gigi geligi, sebab susunan gigi geligi dan hubungan rahang dapat
mempengaruhi kedudukan bibir dan otot-otot sekitar mulut.3,5 Kondisi oklusi dari
gigi geligi yang tidak normal disebut maloklusi. Maloklusi adalah penyimpangan dari
oklusi ideal yang dianggap tidak memuaskan secara estetis, sehingga menunjukkan
suatu keadaan yang menyimpang dari ukuran dan posisi relatif gigi, tulang wajah,
serta jaringan lunak.6
Maloklusi skeletal adalah penyimpangan hubungan rahang atas dan rahang
bawah terhadap kranium yang disebabkan oleh disproporsi ukuran, bentuk atau posisi
rahang. Klasifikasi maloklusi skeletal dibagi 3 Klas yaitu, skeletal Klas I adalah relasi
rahang atas dan rahang bawah terhadap kranium normal, skeletal Klas II adalah relasi
rahang atas terhadap kranium lebih ke anterior dari rahang bawah, skeletal Klas III
adalah relasi rahang bawah terhadap kranium lebih ke anterior dari rahang atas (cit.
Moyers 1988).6 Nilai rata-rata untuk SNA adalah 82°± 2°, apabila lebih besar dari 84°
disebut profil wajah cembung (protrusif) dan bila nilai SNA lebih kecil dari 80°
disebut profil wajah cekung (retrusif). Sudut ANB memberikan gambaran umum
tentang perbedaan anteroposterior dari rahang ke apikal basis mandibula. Rata-rata
sudut ANB ini adalah 2°, apabila nilai ANB lebih besar dari 2° maka disebut skeletal
Klas II dan apabila lebih kecil dari 2° disebut skeletal Klas III.7,8
Maloklusi skeletal Klas II dapat disebabkan karena hubungan maksila
terhadap kranium prognati dan mandibula normal, hubungan maksila terhadap
kranium normal dan mandibula retrognati, serta kombinasi keduanya yaitu hubungan
maksila terhadap kranium prognati dan hubungan mandibula terhadap kranium
retrognati. Maloklusi skeletal Klas III disebabkan karena pertumbuhan mandibula
14
yang lebih dominan dan hubungan mandibula terhadap kranium prognati dan maksila
normal.6
Penyebab maloklusi skeletal Klas II dan Klas III berbeda-beda, maka
perawatannya juga berbeda-beda tergantung faktor penyebabnya. Salah satu
perawatan maloklusi skeletal Klas II adalah dengan pesawat ortodonti cekat.
Perawatan ortodonti terkadang memerlukan pencabutan gigi untuk merawat susunan
gigi yang tidak teratur. Pada perawatan ortodonti ada dua alasan untuk mencabut gigi,
pertama untuk mendapatkan ruangan guna penyusunan gigi pada kasus gigi berjejal
dengan derajat berat, kedua untuk menggerakkan gigi pada kasus protrusi yang
memerlukan retraksi.Ekstraksi menjadi indikasi perawatan pada profil wajah yang
cembung oleh karena tindakan ekstraksi dapat mengurangi kecembungan skeletal
wajah dan jaringan lunak.9 Sedangkan untuk perawatan untuk maloklusi skeletal
Klas III umum nya dengan cara memprotraksi maksila menggunakan reverse
headgear, pencabutan gigi premolar mandibula atau dengan bedah orthognati.10,11 Penelitian Kilic N dkk., yang membandingkan perubahan kecembungan
jaringan lunak wajah pada pasien Klas III sebelum dan sesudah perawatan dengan
terapi protraksi maksila. Sampel penelitian tersebut adalah 24 wanita dengan kelainan
maloklusi Klas III. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa jaringan lunak yang
menutupi maksila mengalami gerakan ke anterior yang signifikan dengan nilai p
0,001 (p<0,05), mandibula serta jaringan lunak yang menutupi mengalami rotasi ke
belakang dan kemunduran yang berarti kecekungan jaringan lunak wajah pada subjek
tersebut terkoreksi.12 Berbagai penelitian tentang perawatan ortodonti pada Maloklusi
Skeletal Klas II dan Klas III diketahui dapat mempengaruhi perubahan profil jaringan
lunak. Tujuan dari perawatan yang baik bisa tercapai apabila diagnosis dan analisis
jaringan lunak tepat sehingga dapat menambah estetika wajah.
Berdasarkan penjelasan di atas penulis ingin melakukan penelitian tentang
perubahan kecembungan jaringan lunak wajah pada pasien maloklusi skeletal Klas II
dan Klas III sebelum dan sesudah perawatan pada pasien PPDGS Ortodonti RSGMP
FKG USU.
15
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah ada perubahan nilai kecembungan jaringan lunak wajah pada
maloklusi skeletal Klas II dan Klas III sebelum dan sesudah perawatan pada pasien di
klinik PPDGS Ortodonti RSGMP FKG USU.
2. Berapakah rerata nilai kecembungan jaringan lunak wajah pada maloklusi
skeletal Klas II dan Klas III sebelum dan sesudah perawatan pada pasien di klinik
PPDGS Ortodonti RSGMP FKG USU.
1.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui perubahan nilai kecembungan jaringan lunak wajah pada
maloklusi skeletal Klas II dan Klas III sebelum dan sesudah perawatan ortodonti.
2. Untuk mengetahui rerata nilai kecembungan jaringan lunak wajah pada
maloklusi skeletal Klas II dan Klas III sebelum dan sesudah perawatan.
1.4 Hipotesis Penelitian
Ada perubahan kecembungan jaringan lunak wajah pada maloklusi skeletal
Klas II dan Klas III sebelum dan sesudah perawatan pada pasien di klinik PPDGS
Ortodonti RSGMP FKG USU.
1.5 Manfaat Penelitian
1. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai informasi perubahan
kecembungan jaringan lunak wajah pada pasien maloklusi skeletal Klas II dan Klas
III sebelum dan sesudah perawatan di klinik PPDGS Ortodonti RSGMP FKG USU.
2. Hasil penelitian dapat digunakan untuk menjadi dasar penelitian lebih
lanjut.