ANALISIS LITERASI INFORMASI PENGGUNA PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Laila Hadri Nasution
Program Studi Ilmu Perpustakaan Universitas Sumatera Utara
Abstract
The purpose of this study was to analyze information literacy library users of University of Sumatera Utara using ACRL standards which have five competencies, determines the nature and extent of the information needed, accesses needed information effectively and efficiently, evaluates information and its sources critically and incorporates selected information into his or her knowledge base and value system, uses information effectively to accomplish a specific purpose, and understands many of the economic, legal, and social issues surrounding the use of information and accesses and uses information ethically and legally. The research used quantitative research method with a descriptive explanation. The results showed that 71.25% of respondents stated the need of information literacy training in University of Sumatera Utara. The average score of all information literacy standard of the Library University of Sumatera Utara users is 3.15. The score is included in the category of interval fair. Average rating is 3.29 on standard one, 3.08 standard two, 3.10 standard three and 3.15 for standard four and five. University of Sumatera Utara is expected to arrange the information literacy training. To be more focused, Library University of Sumatera Utara needs to determine the needs of information literacy and arrange the model of information literacy.
Keywords: information literacy, ACRL, training.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembelajaran di perguruan tinggi harus mampu mengajarkan kepada mahasiswa belajar bagaimana cara belajar (learning
how to learn) dan menuntut kemandirian
dalam belajar yang dimulai dari mahasiswa memasuki perguruan tinggi. Di samping itu, mahasiswa harus mengetahui bahwa dosen bukan sumber pengetahuan utama. Mahasiswa diharapkan bisa memenuhi kebutuhan informasi dengan berbagai cara dan strategi. Bagi yang baru menjadi mahasiswa biasanya diikutsertakan dalam
berbagidengan cara etis. Sedangkan dalam lingkungankerja sering digunakan istilah
informationcompetencies dan information
proficiencies(Hasugian, 2008). Literasi
informasi bermanfaat meningkatkan kemampuan dalam hal identifikasi kebutuhan informasi dan pemilihan sumber informasi yang tepat, membangun strategi pencarian, mengevaluasi informasi dan sumber-sumbernya, menggunakan dan mengkomunikasikan informasi serta taat hukum dalam penggunaan sumber informasi.
Literasi informasi merupakan tahapan pengetahuan atau proses belajar yang mensyaratkan adanya kompetensi dan kemampuan tertentu. Kompetensi menjadi relevan dan sangat penting untuk dipelajari dan digunakan mulai sekolah dasar sampai pendidikan tinggi, baik dalam pekerjaan maupun waktu luang (PNRI, 2007). Penelitian ini menggunakan
standar ACRL (Association of College
and Research Libraries) sebagai tolok
ukur untuk mengukur kompetensi pengguna perpustakaan dalam hal mengidentifikasi kebutuhan informasi dan pemanfaatan sumber informasi. Pelatihan literasi informasi diharapkan dapat meningkatkan kompetensi agar inovatif, mampu memecahkan masalah secara kreatif, dan mampu melakukan tugas dengan efektif dan efisien.
Penelitian literasi informasi sudah pernah dilakukan sebelumnya oleh Samosir (2010) dengan hasil penilitian persentase rata-rata kemampuan literasi informasi mahasiswa S2 Pascasarjana USU adalah 74,38%, dan Kurnianingsih (2012) dengan hasil rancangan pembelajaran literasi informasi berbasis web.Kaitan kedua penelitian tersebut dalam penelitian ini yaitu sebelum melakukan pelatihan perlu menganalisis kebutuhan pelatihan dengan mengukur literasi informasi pengguna perpustakaan. Selanjutnya berdasarkan temuan tersebut disusun topik-topik apa
saja yang perlu dipelajari pada saat pelatihan.
Perpustakaan USU rutin melakukan pelatihan pengguna setiap tahun namun hanya sebatas pada pengenalan perpustakaan dan cara menggunakan koleksinya yaitu pada saat kegiatan orientasi bagi mahasiswa baru dan lebih dikenal dengan pendidikan pengguna.Saat ini pendidikan pengguna sudah ditingkatkan ke taraf pelatihan literasi informasi untuk meningkatkan kompetensi melek informasi. Secara teoritis pendidikan pengguna yang selama ini dilakukan oleh perpustakaan USU masih belum memenuhi standar suatu pelatihan. Sementara banyak kemampuan lain yang perlu dimiliki mahasiswa sebagai pengguna informasi. Oleh karenanya perlu meningkatkan model pelatihan yang lebih inovatif untuk menyiapkan mahasiswa yang berkemampuan sesuai dengan kompetensinya yaitu pelatihan literasi informasi.
B. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah 1) Menganalisis literasi informasi pengguna perpustakaan USU menggunakan standar ACRL dan 2) Menyusun topik untuk pelatihan literasi informasi
C. Ruang Lingkup
Penelitian ini merupakan analisis mengenai literasi informasi menggunakan standar ACRL dengan responden pada penelitian ini adalah pengguna perpustakaan USU yang menjadi peminjam terbanyak selama periode September hingga Nopember 2012.
TINJAUAN PUSTAKA
Seseorang yang sudah melek informasi dianggap akan mampu menjelajahi banyaknya informasi yang semakin lama semakin luas dan rumit, baik yang menggunakan sumber-sumber tercetak maupun yang elektronik. Program penguasaan literasi informasi dianggap dapat menciptakan keberaksaraan yang
berbasis keterampilan (skills-based
literacy). Termasuk di dalam keterampilan
ini adalah kemampuan mencari informasi, memilih sumber informasi secara cerdas, menilai dan memilah-milah sumber informasi, menggunakan serta menyajikan informasi secara etis (Webber, 2000).
Literasi informasi adalah seperangkat keterampilan, sikap dan pengetahuan yang diperlukan untuk mengetahui kapani nformasi diperlukan untuk membantu memecahkan masalah atau membuat keputusan, bagaimana mengartikulasikan kebutuhan informasi bisa dicari menggunakan istilah dan bahasa, kemudian pencarian informasi dengan efisien, mengambilnya, menafsirkan dan memahami, mengatur, mengevaluasi kredibilitas dan keaslian, menilai relevansi, berkomunikasi kepada orang lain jika perlu, kemudian memanfaatkannya untuk mencapai tujuanyang diinginkan (UNESCO, 2007).
Dalam hal ini UNESCO menyusun sebelas tahapan siklus hidup literasi informasi berikut:
1. Menyadari adanya kebutuhan atau
masalah yang memerlukan informasi sebagai solusi.
2. Mengetahui secara akurat bagaimana
mengidentifikasi dan menentukan informasi yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan, memecahkan masalah, atau membuat keputusan.
3. Mengetahui bagaimana menentukan
informasi apayang dibutuhkan dan tidak dibutuhkan, dan mengetahui cara membuat atau menciptakan informasi atau pengetahuan baru.
4. Mengetahui bagaimana menemukan
informasi yang dibutuhkan
5. Mengetahui cara membuat atau
menciptakan pengetahuan baru jika informasi yang dibutuhkan tidak tersedia.
6. Mengetahui bagaimana memahami
informasi yang ditemukan atau jika tidak memahaminya, tahu ke mana harus meminta bantuan.
7. Mengetahui bagaimana mengatur,
menganalisis, menafsirkan dan mengevaluasi informasi, termasuk keandalan sumbernya.
8. Mengetahui bagaimana
berkomunikasi dan menyajikan informasi kepada orang lain dalam format dan media yang tepat dan bermanfaat.
9. Mengetahui bagaimana
memanfaatkan informasi untuk memecahkan masalah, membuat keputusan atau memenuhi kebutuhan
10. Mengetahui bagaimana melestarikan,
menyimpan, menggunakan kembali, merekam dan mengarsipkan informasi untuk penggunaan di masa depan
11. Mengetahui bagaimana membuang
informasi yang tidak lagi diperlukan, dan menjaga informasi yang harus dilindungi.
Gambar 1.Konsep literasi informasi
Informasi yang bersumber dari perpustakaan cenderung diterima sebagai informasi yang andal karena sumber informasinya dianggap dipercaya. Akan tetapi, dari dunia maya, segala macam informasi membaur dari yang masih mentah, dalam proses diolah sampai yang sudah matang, oleh karena kebenaran informasinya patut dipertanyakan. Perlu seperangkat kemampuan atau kompetensi untuk mengelola dan memanfaatkan informasi secara efektif yaitu kemampuan dalam pemanfaatan teknologi informasi
dan komunikasi. Dalam konteks
literasi informasi, perlu membekali pengguna dengan kemampuan yang diperlukan untuk menemukan dan memanfaatkan informasi yang mereka butuhkan untuk bekerja, belajar dan rekreasi. Kemampuan bisa didapat melalui bermacam konsep literasi informasi di atas.
Literasi informasi tidak bisa hanya mengandalkan pustakawan atau pengetahuan yang terbatas dari mahasiswa. Sebaliknya, perlu pendekatan melalui mitra kampus yang bekerjasama untukkepentingan literasi informasi dan menerima tanggung jawab bersama di dalamnya. Mengintegrasikan literasi informasi di seluruh kurikulum adalah kesempatan dan tantangan bagi pustakawan untuk membantu sivitas
akademika. Ada banyak model pembelajaran literasi informasi untuk memandu mahasiswa memahami literasi informasiyang dikaitkan dalam kurikulum pendidikan tinggi. Saat ini sudah banyak perguruan tinggi yang menyusun sendiri model literasi informasi bagi sivitas akademikanya. Namun tidak menutup kemungkinan bagi pihak luar kampus untuk menggunakan model literasi informasi tersebut.
B. Standar Kompetensi Literasi Informasi Model ACRL
Standar kompetensi literasi informasi untuk pendidikan tinggi menyediakan kerangka kerja untuk mengidentifikasikan individu yang memiliki kompetensi informasi. Standar berfokus pada kebutuhan mahasiswa di pendidikan tinggi. Model kompetensi literasi informasi dari ACRL (2000) terdiri dari:
(1)Kemampuan menentukan jenis dan
sifat informasi yang dibutuhkan
(2)Kemampuan mengakses informasi
yang dibutuhkan secara efektif dan efisien
(3)Kemampuan mengevaluasi informasi
dan sumber-sumbernya secara kritis
(4)Kemampuan menggunakan informasi
untuk menyelesaikan tujuan tertentu
(5)Memahami aspek ekonomi, hukum,
dan sosial yang berkaitan dengan penggunaan informasi.
dan dengan menekankan strategi untuk lokasi informasi serta dimensi kreatif dengan mengembangkan kompetensi untuk visual dan media literasi.
C. Penilaian Kebutuhan Pelatihan
Penilaian kebutuhan pelatihan merupakan langkah awal yang dilakukan dalam merencanakan kegiatan pelatihan (UNESCO, 2004). Alat bantu identifikasi kebutuhan yang umum digunakan yaitu interview, kuesioner, observasi dan
charting (Rempel, 2008). Dari alat bantu
identifikasi yang ada, dibentuk proposal program pelatihan literasi informasi (Djohani, 2005). Penilaian kebutuhan membantu mengidentifikasi kebutuhan pelatihan dari calon peserta, serta mengetahui masalah yang mereka hadapi dan mengetahui penyebab dari masalah tersebut.
METODE
Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kuantitatif dengan penjelasan secara deskriptif. Lokasi penelitian yaitu Perpustakaan Universitas Sumatera Utara. Adapun langkah-langkah atau prosedur penelitian yang dilakukan yaitu:
1. Observasi untuk mengetahui kondisi
kegiatan pelatihan di perpustakaan USU apakah sudah melakukan kegiatan pelatihan literasi informasi
2. Menentukan sampel yaitu sebanyak
80 orang. Teknik pengambilan sampel
yang digunakan adalah purposive
sampling dengan kriteria: a) peminjam
terbanyak periode September hingga Nopember 2012, b) mahasiswa tingkat sarjana strata 1 (S1) Semester VI.
3. Menyebarkan kuesioner dengan
datang langsung ke fakultas masing-masing responden
4. Data yang dikumpulkan dari
penyebaran kuesioner dianalisis dengan menggunakan metode
deskriptif. Skala pengukuran dalam
penelitian ini menggunakan rating
scale. Hasil penelitian ini diharapkan
bisa menjadi rekomendasi untuk menentukan materi apa saja yang perlu diperdalam dalam kegiatan pelatihan. Materi diambil berdasarkan penghitungan nilai rata-rata dari jawaban responden untuk setiap item pertanyaan yang < 3,25. Hal ini ditetapkan dengan pertimbangan nilai rata-rata 3,25 cenderung lebih dekat ke interval kemampuan cukup, dengan harapan setelah mengikuti pelatihan peserta akan mencapai nilai maksimum yaitu pada level kemampuan baik.
5. Menyusun topik pelatihan berdasarkan
analisis kebutuhan materi pelatihan yang didapat melalui penghitungan nilai rata-rata dari jawaban responden untuk setiap item pertanyaan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.Identifikasi Kebutuhan Pelatihan
Literasi Informasi
Berdasarkan observasi di lapangan, perpustakaan USU belum pernah melakukan kegiatan pelatihan literasi informasi. Didapat bahwa sebanyak 52,5% tidak pernah mengikuti pelatihan literasi informasi.Hasil dari analisa identifikasi kebutuhan pelatihan melalui kuesioner diketahui bahwa sebanyak 57 orang (71,3%) responden menjawab perlu diadakan pelatihan literasi informasi bagi pengguna perpustakaan USU.
B.Identifikasi Kebutuhan Materi
Pelatihan
pertanyaan yang < 3,25. Hal ini ditetapkan dengan pertimbangan nilai rata-rata 3,25 cenderung lebih dekat ke interval kemampuan cukup, dengan harapan setelah mengikuti pelatihan peserta akan mencapai nilai maksimum yaitu pada level kemampuan baik. Berikut analisis identifikasi kebutuhan materi pelatihan yang dibagi ke dalam empat standar kemampuan sesuai urutan pertanyaan di kuesioner.
1. Standar 1 Kemampuan menentukan
Jenis dan Sifat Informasi yang dibutuhkan
Berdasarkan penghitungan nilai rata-rata jawaban responden pada standar 1 terdapat nilai minimum = 3,05 dan nilai maksimum = 3,47. Ada dua kemampuan dengan nilai < 3,25 dan diharapkan bisa ditingkatkan dengan mengikuti kegiatan pelatihan literasi informasi yaitu kemampuan untuk membedakan sumber informasi primer, sekunder dan tersier (3,05) dan kemampuan untuk mengidentifikasi waktu untuk memperoleh informasi (3,11).. Lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Standar 1 kemampuan menentukan jenis dan sifat informasi yang dibutuhkan
Kompetensi Frekuensi
Jawaban Responden
Interval Jawaban
Nilai
Rata-rata
Pilihan Materi Pelatihan
3,45
3,47
3,45
3,05
3,26
3,30
3,11
3,25
2. Standar 2 Kemampuan mengakses informasi yang dibutuhkan secara Efektif dan Efisien
Berdasarkan penghitungan nilai rata-rata jawaban responden pada seluruh standar 2 adalah 3,08. Untuk nilai rata-rata jawaban responden untuk setiap item pertanyaan terdapat nilai minimum = 2,30 dan nilai maksimum = 3,60. Ada enam kemampuan yang diharapkan bisa ditingkatkan dengan
mengikuti kegiatan pelatihan literasi informasi yaitu kemampuan menggunakan logika boolean (2,61), menggunakan katalog online perpustakaan lokal (3,22), menggunakan katalog online perpustakaan lain (2,98), memilih alat pencarian (2,98),
menggunakan millist dan newsgroup
(2,80), partisipasi dalam diskusi online (2,75), dan menggunakan alamat web (3,11).Lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Standar kemampuan mengakses informasi yang dibutuhkan secara efektif dan efisien
Kompetensi Frekuensi
Jawaban Responden
Interval Jawaban
Nilai
Rata-rata
Pilihan Materi Pelatihan
3,63
2,61
3,22
2,98
2,93
3,27
3,31
2,80
2,75
3,11
3,28
Nilai rata-rata per standar 3,08
3. Standar 3 Kemampuan
mengevaluasi Informasi dan Sumber-sumbernya
Berdasarkan penghitungan nilai rata-rata jawaban responden pada seluruh standar 3 adalah 3,10. Untuk nilai rata-rata jawaban
informasi yang tersaji dalam berbagai format file (3,15), mengevaluasi kualitas informasi tercetak dan elektronik (3,06),
menyaring informasi (3,03) dan mengidentifikasi informasi bias (2,96). Lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3.Standar kemampuan mengevaluasi informasi dan sumber-sumbernya
Kompetensi
Frekuensi Jawaban Responden
Interval Jawaban
Nilai Rata-rata
Pilihan Materi Pelatiha
n
3,12
3,15
3,06
3,25
3,03
2,96
Nilai rata-rata per standar 3,10
4. Standar 4 Kemampuan Penggunaan
Informasi secara Efektif, Efisien, Etis dan berdasar Hukum
Berdasarkanpenghitungan nilai rata-rata jawaban responden pada seluruh standar 4 dan 5adalah 3,15. Untuk nilai rata-rata jawaban responden untuk setiap item pertanyaan terdapat nilai minimum = 2,98 dan nilai maksimum = 3,30. Ada empat kemampuan yang diharapkan bisa ditingkatkan dengan mengikuti kegiatan pelatihan literasi informasi yaitu pemahaman masalah hak cipta di web (3,22), membuat daftar pustaka (3,10),
mengkombinasikan informasi asli dengan hasil pikiran sendiri (3,18), dan menciptakan pengetahuan baru (2,96). Lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4.37 Standar kemampuan penggunaan informasi secara efektif, efisien, etis dan berdasar hukum
Kompetensi
Frekuensi Jawaban Responden
Interval Jawaban
Nilai Rata-rata
Pilihan Materi Pelatiha
n
3,30
3,22
3,10
3,18
2,96
Nilai rata-rata per standar 3,15
Tabel 5. Pengelompokan kemampuan yang perlu dijelaskan lebih janjut pada kegiatan pelatihan
Kelompok Kemampuan Standar yang perlu dijelaskan lebih lanjut
1. Kemampuan
menentukan jenis dan sifat informasi yang dibutuhkan
2. Kemampuan
mengakses informasi yang dibutuhkan secara efektif dan efisien
3. Kemampuan
mengevaluasi
informasi dan sumber-sumbernya
4. Kemampuan
penggunaan informasi secara efektif, efisien, etis dan berdasar hukum
1. Kemampuan membedakan sumber informasi primer,
sekunder dan tersier (St.1.4)
2. Kemampuan mengidentifikasi waktu untuk
memperoleh informasi (St.1.7)
3. Kemampuan menggunakan logika Boolean (St.2.2)
4. Kemampuan menggunakan katalog online perpustakaan
lokal (St.2.3)
5. Kemampuan menggunakan katalog online perpustakaan
lain (St.2.4)
6. Kemampuan memilih alat pencarian (St.2.5)
7. Kemampuan menggunakan millist dan newsgroup
(St.2.8)
8. Partisipasi dalam diskusi online (St.2.9)
9. Kemampuan menggunakan alamat web (St.2.10)
10 Kemampuan mengevaluasi keaslian informasi (St.3.1)
11. Kemampuan membedakan sumber informasi yang
tersaji dalam berbagai format file (St.3.2)
12. Kemampuan mengevaluasi kualitas informasi tercetak
dan elektronik (St.3.3)
13. Kemampuan menyaring informasi (St.3.5)
15. Kemampuan memahami masalah hak cipta di web (St.4.2)
16. Kemampuan membuat daftar pustaka (St.4.3)
17. Kemampuan mengkombinasikan informasi asli dengan
hasil pikiran sendiri (St.4.4)
18. Kemampuan menciptakan pengetahuan baru (St.4.5)
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan evaluasi dan analisis yang dilakukan terhadap hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan bahwa:
1. Perpustakaan USU belum pernah
melakukan pelatihan literasi informasi. Pelatihan yang dilakukan selama ini hanya sebatas untuk menggunakan layanan atau koleksi perpustakaan baik koleksi elektronik maupun yang tercetak yang diberikan pada saat kegiatan orientasi bagi mahasiswa baru setiap tahunnya. Dari hasil kuesioner diketahui bahwa sebanyak 57 orang (71,25%) responden menjawab perlu diadakan pelatihan literasi informai bagi pengguna perpustakaan USU. Selain itu diperoleh informasi bahwa tingkat kemampuan literasi informasi responden adalah 74%. Skor tersebut termasuk dalam kategori interval yang kurang dari cukup tetapi lebih mendekati kemampuan cukup.
2. Nilai rata-rata dari seluruh standar kemampuan literasi informasi pengguna perpustakaan USU adalah 3,15. Nilai ini termasuk dalam kategori interval cukup.
B. Saran
Pelatihan literasi informasi sangat penting untuk meningkatkan kemampuan literasi informasi pengguna perpustakaan USU, maka disarankan agar:
1. Diharapkan dari hasil penelitian ini pustakawan bisa lebih termotivasi untuk meningkatkan kemampuan literasi informasi pengguna perpustakaan untuk mendukung perkembangan pengetahuan dengan mengadakan kegiatan pelatihan literasi informasi.
2. Perpustakaan USU diharapkan
menyusun rancangan pelatihan literasi informasi dengan langkah awal melakukan analisis kebutuhan pelatihan dan menetapkan model literasi informasi mana yang digunakan agar pelatihan lebih terarah.
3. Untuk meningkatkan motivasi peserta pelatihan ada baiknya perpustakaan memberikan penghargaan berupa sertifikat bagi peserta yang telah selesai mengikuti pelatihan dan memberikan penghargaan bagi peserta yang berprestasi.
4. Adanya dukungan infrastruktur,
sarana dan prasarana yang baik agar pelatihan bisa berjalan lancar.
DAFTAR PUSTAKA
[ACRL] Association of College & Research Libraries. 2000.
Information Literacy Competency
http://www.ala.org/ala/mgrps/divs/ acrl/Standards/standards.pdf[17 Januari 2011]
Djohani R, Irfan R. 2005. 10 Jurus
Menulis Modul Pelatihan.
Bandung: Studio Driya Media Bandung.
Hasugian J. 2008. Urgensi Literasi informasi dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi di Perguruan Tinggi. Pustaha 4 (2): 34-44.
Jabar CSA. 2011. Desain Kurikulum
Pelatihan Berbasis Kompetensi (Pengembangan Diklat Sistemik
Model ADDIE). Makalah Seminar
Penyusunan Draft Desain Kurikulum Diklat Manajemen Perkantoran pada Badan Diklat Propinsi DI Yogyakarta-25 Mei 2011.
Koneru I. 2010. ADDIE: Designing Web-enabled Information Literacy
Instructional Modules.DESIDOC
J. Lib. Inf. Technol..30 (3): 23-34.
Kurnianingsih I. 2012. Perancangan
Pembelajaran Literasi Informasi Berbasis Web di Perpustakaan
Sekolah Madania. [Tesis]. Bogor:
Institut Pertanian Bogor.
Lau J. 2006. Guidelines on Information
Literacy for Lifelong Learning.
Mexico: IFLA. http://www.ifla.org/files/assets/inf
ormation-literacy/publications/ifla-guidelines-en.pdf (17 Oktober 2011)
[PNRI] Perpustakaan Nasional Republik
Indonesia. 2007. Literasi
Informasi (Information Literacy): Pengantar untuk Perpustakaan
Sekolah. Jakarta: Perpustakaan
Nasional RI.
Rempel HG, Davidson J. 2008. Providing Information Literacy Instruction to Graduate Students through Literature Review
Workshops. Issues in Science and
Technology Librarianship, Winter 2008.
http://www.isti.org/08-winter/refereed2.html. (31 Januari 2011).
Samosir FT. 2010. Literasi Informasi
Mahasiswa S2 Pascasarjana pada Layanan Digital Perpustakaan Universitas Sumatera Utara [Skripsi]. Medan: Universitas Sumatera Utara.
Shapiro J, Hughes SK. 1996.
Information Literacy as a Liberal Art: Enlightenment Proposal for a
New Curriculum. Educom Review
31 (2): 31-35.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian
Administrasi. Bandung: Alfabeta
[UNESCO] United Nations Educational Scientific and Cultural
Organization. 2004. Training
Guide and Training Techniques.
http://unesdoc.unesco.org/images/ 0013/001356/135603.pdf[17 Januari 2011].
.____ United Nations Educational Scientific and Cultural Organization. 2007.
Understanding Information
Literacy: A Primer. France:
UNESCO.
Webber S, Johnston B. 2000. Conception of Information Literacy: new perspective and implications. Journal of
InformationScience, Vol.26 N0.6,