• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Literasi Informasi Pengguna Perpustakaan Universitas Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Literasi Informasi Pengguna Perpustakaan Universitas Sumatera Utara"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS LITERASI INFORMASI PENGGUNA PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Laila Hadri Nasution

Program Studi Ilmu Perpustakaan Universitas Sumatera Utara

Abstract

The purpose of this study was to analyze information literacy library users of University of Sumatera Utara using ACRL standards which have five competencies, determines the nature and extent of the information needed, accesses needed information effectively and efficiently, evaluates information and its sources critically and incorporates selected information into his or her knowledge base and value system, uses information effectively to accomplish a specific purpose, and understands many of the economic, legal, and social issues surrounding the use of information and accesses and uses information ethically and legally. The research used quantitative research method with a descriptive explanation. The results showed that 71.25% of respondents stated the need of information literacy training in University of Sumatera Utara. The average score of all information literacy standard of the Library University of Sumatera Utara users is 3.15. The score is included in the category of interval fair. Average rating is 3.29 on standard one, 3.08 standard two, 3.10 standard three and 3.15 for standard four and five. University of Sumatera Utara is expected to arrange the information literacy training. To be more focused, Library University of Sumatera Utara needs to determine the needs of information literacy and arrange the model of information literacy.

Keywords: information literacy, ACRL, training.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembelajaran di perguruan tinggi harus mampu mengajarkan kepada mahasiswa belajar bagaimana cara belajar (learning

how to learn) dan menuntut kemandirian

dalam belajar yang dimulai dari mahasiswa memasuki perguruan tinggi. Di samping itu, mahasiswa harus mengetahui bahwa dosen bukan sumber pengetahuan utama. Mahasiswa diharapkan bisa memenuhi kebutuhan informasi dengan berbagai cara dan strategi. Bagi yang baru menjadi mahasiswa biasanya diikutsertakan dalam

(2)

berbagidengan cara etis. Sedangkan dalam lingkungankerja sering digunakan istilah

informationcompetencies dan information

proficiencies(Hasugian, 2008). Literasi

informasi bermanfaat meningkatkan kemampuan dalam hal identifikasi kebutuhan informasi dan pemilihan sumber informasi yang tepat, membangun strategi pencarian, mengevaluasi informasi dan sumber-sumbernya, menggunakan dan mengkomunikasikan informasi serta taat hukum dalam penggunaan sumber informasi.

Literasi informasi merupakan tahapan pengetahuan atau proses belajar yang mensyaratkan adanya kompetensi dan kemampuan tertentu. Kompetensi menjadi relevan dan sangat penting untuk dipelajari dan digunakan mulai sekolah dasar sampai pendidikan tinggi, baik dalam pekerjaan maupun waktu luang (PNRI, 2007). Penelitian ini menggunakan

standar ACRL (Association of College

and Research Libraries) sebagai tolok

ukur untuk mengukur kompetensi pengguna perpustakaan dalam hal mengidentifikasi kebutuhan informasi dan pemanfaatan sumber informasi. Pelatihan literasi informasi diharapkan dapat meningkatkan kompetensi agar inovatif, mampu memecahkan masalah secara kreatif, dan mampu melakukan tugas dengan efektif dan efisien.

Penelitian literasi informasi sudah pernah dilakukan sebelumnya oleh Samosir (2010) dengan hasil penilitian persentase rata-rata kemampuan literasi informasi mahasiswa S2 Pascasarjana USU adalah 74,38%, dan Kurnianingsih (2012) dengan hasil rancangan pembelajaran literasi informasi berbasis web.Kaitan kedua penelitian tersebut dalam penelitian ini yaitu sebelum melakukan pelatihan perlu menganalisis kebutuhan pelatihan dengan mengukur literasi informasi pengguna perpustakaan. Selanjutnya berdasarkan temuan tersebut disusun topik-topik apa

saja yang perlu dipelajari pada saat pelatihan.

Perpustakaan USU rutin melakukan pelatihan pengguna setiap tahun namun hanya sebatas pada pengenalan perpustakaan dan cara menggunakan koleksinya yaitu pada saat kegiatan orientasi bagi mahasiswa baru dan lebih dikenal dengan pendidikan pengguna.Saat ini pendidikan pengguna sudah ditingkatkan ke taraf pelatihan literasi informasi untuk meningkatkan kompetensi melek informasi. Secara teoritis pendidikan pengguna yang selama ini dilakukan oleh perpustakaan USU masih belum memenuhi standar suatu pelatihan. Sementara banyak kemampuan lain yang perlu dimiliki mahasiswa sebagai pengguna informasi. Oleh karenanya perlu meningkatkan model pelatihan yang lebih inovatif untuk menyiapkan mahasiswa yang berkemampuan sesuai dengan kompetensinya yaitu pelatihan literasi informasi.

B. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah 1) Menganalisis literasi informasi pengguna perpustakaan USU menggunakan standar ACRL dan 2) Menyusun topik untuk pelatihan literasi informasi

C. Ruang Lingkup

Penelitian ini merupakan analisis mengenai literasi informasi menggunakan standar ACRL dengan responden pada penelitian ini adalah pengguna perpustakaan USU yang menjadi peminjam terbanyak selama periode September hingga Nopember 2012.

TINJAUAN PUSTAKA

(3)

Seseorang yang sudah melek informasi dianggap akan mampu menjelajahi banyaknya informasi yang semakin lama semakin luas dan rumit, baik yang menggunakan sumber-sumber tercetak maupun yang elektronik. Program penguasaan literasi informasi dianggap dapat menciptakan keberaksaraan yang

berbasis keterampilan (skills-based

literacy). Termasuk di dalam keterampilan

ini adalah kemampuan mencari informasi, memilih sumber informasi secara cerdas, menilai dan memilah-milah sumber informasi, menggunakan serta menyajikan informasi secara etis (Webber, 2000).

Literasi informasi adalah seperangkat keterampilan, sikap dan pengetahuan yang diperlukan untuk mengetahui kapani nformasi diperlukan untuk membantu memecahkan masalah atau membuat keputusan, bagaimana mengartikulasikan kebutuhan informasi bisa dicari menggunakan istilah dan bahasa, kemudian pencarian informasi dengan efisien, mengambilnya, menafsirkan dan memahami, mengatur, mengevaluasi kredibilitas dan keaslian, menilai relevansi, berkomunikasi kepada orang lain jika perlu, kemudian memanfaatkannya untuk mencapai tujuanyang diinginkan (UNESCO, 2007).

Dalam hal ini UNESCO menyusun sebelas tahapan siklus hidup literasi informasi berikut:

1. Menyadari adanya kebutuhan atau

masalah yang memerlukan informasi sebagai solusi.

2. Mengetahui secara akurat bagaimana

mengidentifikasi dan menentukan informasi yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan, memecahkan masalah, atau membuat keputusan.

3. Mengetahui bagaimana menentukan

informasi apayang dibutuhkan dan tidak dibutuhkan, dan mengetahui cara membuat atau menciptakan informasi atau pengetahuan baru.

4. Mengetahui bagaimana menemukan

informasi yang dibutuhkan

5. Mengetahui cara membuat atau

menciptakan pengetahuan baru jika informasi yang dibutuhkan tidak tersedia.

6. Mengetahui bagaimana memahami

informasi yang ditemukan atau jika tidak memahaminya, tahu ke mana harus meminta bantuan.

7. Mengetahui bagaimana mengatur,

menganalisis, menafsirkan dan mengevaluasi informasi, termasuk keandalan sumbernya.

8. Mengetahui bagaimana

berkomunikasi dan menyajikan informasi kepada orang lain dalam format dan media yang tepat dan bermanfaat.

9. Mengetahui bagaimana

memanfaatkan informasi untuk memecahkan masalah, membuat keputusan atau memenuhi kebutuhan

10. Mengetahui bagaimana melestarikan,

menyimpan, menggunakan kembali, merekam dan mengarsipkan informasi untuk penggunaan di masa depan

11. Mengetahui bagaimana membuang

informasi yang tidak lagi diperlukan, dan menjaga informasi yang harus dilindungi.

(4)

Gambar 1.Konsep literasi informasi

Informasi yang bersumber dari perpustakaan cenderung diterima sebagai informasi yang andal karena sumber informasinya dianggap dipercaya. Akan tetapi, dari dunia maya, segala macam informasi membaur dari yang masih mentah, dalam proses diolah sampai yang sudah matang, oleh karena kebenaran informasinya patut dipertanyakan. Perlu seperangkat kemampuan atau kompetensi untuk mengelola dan memanfaatkan informasi secara efektif yaitu kemampuan dalam pemanfaatan teknologi informasi

dan komunikasi. Dalam konteks

literasi informasi, perlu membekali pengguna dengan kemampuan yang diperlukan untuk menemukan dan memanfaatkan informasi yang mereka butuhkan untuk bekerja, belajar dan rekreasi. Kemampuan bisa didapat melalui bermacam konsep literasi informasi di atas.

Literasi informasi tidak bisa hanya mengandalkan pustakawan atau pengetahuan yang terbatas dari mahasiswa. Sebaliknya, perlu pendekatan melalui mitra kampus yang bekerjasama untukkepentingan literasi informasi dan menerima tanggung jawab bersama di dalamnya. Mengintegrasikan literasi informasi di seluruh kurikulum adalah kesempatan dan tantangan bagi pustakawan untuk membantu sivitas

akademika. Ada banyak model pembelajaran literasi informasi untuk memandu mahasiswa memahami literasi informasiyang dikaitkan dalam kurikulum pendidikan tinggi. Saat ini sudah banyak perguruan tinggi yang menyusun sendiri model literasi informasi bagi sivitas akademikanya. Namun tidak menutup kemungkinan bagi pihak luar kampus untuk menggunakan model literasi informasi tersebut.

B. Standar Kompetensi Literasi Informasi Model ACRL

Standar kompetensi literasi informasi untuk pendidikan tinggi menyediakan kerangka kerja untuk mengidentifikasikan individu yang memiliki kompetensi informasi. Standar berfokus pada kebutuhan mahasiswa di pendidikan tinggi. Model kompetensi literasi informasi dari ACRL (2000) terdiri dari:

(1)Kemampuan menentukan jenis dan

sifat informasi yang dibutuhkan

(2)Kemampuan mengakses informasi

yang dibutuhkan secara efektif dan efisien

(3)Kemampuan mengevaluasi informasi

dan sumber-sumbernya secara kritis

(4)Kemampuan menggunakan informasi

untuk menyelesaikan tujuan tertentu

(5)Memahami aspek ekonomi, hukum,

dan sosial yang berkaitan dengan penggunaan informasi.

(5)

dan dengan menekankan strategi untuk lokasi informasi serta dimensi kreatif dengan mengembangkan kompetensi untuk visual dan media literasi.

C. Penilaian Kebutuhan Pelatihan

Penilaian kebutuhan pelatihan merupakan langkah awal yang dilakukan dalam merencanakan kegiatan pelatihan (UNESCO, 2004). Alat bantu identifikasi kebutuhan yang umum digunakan yaitu interview, kuesioner, observasi dan

charting (Rempel, 2008). Dari alat bantu

identifikasi yang ada, dibentuk proposal program pelatihan literasi informasi (Djohani, 2005). Penilaian kebutuhan membantu mengidentifikasi kebutuhan pelatihan dari calon peserta, serta mengetahui masalah yang mereka hadapi dan mengetahui penyebab dari masalah tersebut.

METODE

Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kuantitatif dengan penjelasan secara deskriptif. Lokasi penelitian yaitu Perpustakaan Universitas Sumatera Utara. Adapun langkah-langkah atau prosedur penelitian yang dilakukan yaitu:

1. Observasi untuk mengetahui kondisi

kegiatan pelatihan di perpustakaan USU apakah sudah melakukan kegiatan pelatihan literasi informasi

2. Menentukan sampel yaitu sebanyak

80 orang. Teknik pengambilan sampel

yang digunakan adalah purposive

sampling dengan kriteria: a) peminjam

terbanyak periode September hingga Nopember 2012, b) mahasiswa tingkat sarjana strata 1 (S1) Semester VI.

3. Menyebarkan kuesioner dengan

datang langsung ke fakultas masing-masing responden

4. Data yang dikumpulkan dari

penyebaran kuesioner dianalisis dengan menggunakan metode

deskriptif. Skala pengukuran dalam

penelitian ini menggunakan rating

scale. Hasil penelitian ini diharapkan

bisa menjadi rekomendasi untuk menentukan materi apa saja yang perlu diperdalam dalam kegiatan pelatihan. Materi diambil berdasarkan penghitungan nilai rata-rata dari jawaban responden untuk setiap item pertanyaan yang < 3,25. Hal ini ditetapkan dengan pertimbangan nilai rata-rata 3,25 cenderung lebih dekat ke interval kemampuan cukup, dengan harapan setelah mengikuti pelatihan peserta akan mencapai nilai maksimum yaitu pada level kemampuan baik.

5. Menyusun topik pelatihan berdasarkan

analisis kebutuhan materi pelatihan yang didapat melalui penghitungan nilai rata-rata dari jawaban responden untuk setiap item pertanyaan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

A.Identifikasi Kebutuhan Pelatihan

Literasi Informasi

Berdasarkan observasi di lapangan, perpustakaan USU belum pernah melakukan kegiatan pelatihan literasi informasi. Didapat bahwa sebanyak 52,5% tidak pernah mengikuti pelatihan literasi informasi.Hasil dari analisa identifikasi kebutuhan pelatihan melalui kuesioner diketahui bahwa sebanyak 57 orang (71,3%) responden menjawab perlu diadakan pelatihan literasi informasi bagi pengguna perpustakaan USU.

B.Identifikasi Kebutuhan Materi

Pelatihan

(6)

pertanyaan yang < 3,25. Hal ini ditetapkan dengan pertimbangan nilai rata-rata 3,25 cenderung lebih dekat ke interval kemampuan cukup, dengan harapan setelah mengikuti pelatihan peserta akan mencapai nilai maksimum yaitu pada level kemampuan baik. Berikut analisis identifikasi kebutuhan materi pelatihan yang dibagi ke dalam empat standar kemampuan sesuai urutan pertanyaan di kuesioner.

1. Standar 1 Kemampuan menentukan

Jenis dan Sifat Informasi yang dibutuhkan

Berdasarkan penghitungan nilai rata-rata jawaban responden pada standar 1 terdapat nilai minimum = 3,05 dan nilai maksimum = 3,47. Ada dua kemampuan dengan nilai < 3,25 dan diharapkan bisa ditingkatkan dengan mengikuti kegiatan pelatihan literasi informasi yaitu kemampuan untuk membedakan sumber informasi primer, sekunder dan tersier (3,05) dan kemampuan untuk mengidentifikasi waktu untuk memperoleh informasi (3,11).. Lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Standar 1 kemampuan menentukan jenis dan sifat informasi yang dibutuhkan

Kompetensi Frekuensi

Jawaban Responden

Interval Jawaban

Nilai

Rata-rata

Pilihan Materi Pelatihan

3,45

3,47

3,45

3,05 

3,26

3,30

3,11 

3,25

(7)

2. Standar 2 Kemampuan mengakses informasi yang dibutuhkan secara Efektif dan Efisien

Berdasarkan penghitungan nilai rata-rata jawaban responden pada seluruh standar 2 adalah 3,08. Untuk nilai rata-rata jawaban responden untuk setiap item pertanyaan terdapat nilai minimum = 2,30 dan nilai maksimum = 3,60. Ada enam kemampuan yang diharapkan bisa ditingkatkan dengan

mengikuti kegiatan pelatihan literasi informasi yaitu kemampuan menggunakan logika boolean (2,61), menggunakan katalog online perpustakaan lokal (3,22), menggunakan katalog online perpustakaan lain (2,98), memilih alat pencarian (2,98),

menggunakan millist dan newsgroup

(2,80), partisipasi dalam diskusi online (2,75), dan menggunakan alamat web (3,11).Lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Standar kemampuan mengakses informasi yang dibutuhkan secara efektif dan efisien

Kompetensi Frekuensi

Jawaban Responden

Interval Jawaban

Nilai

Rata-rata

Pilihan Materi Pelatihan

3,63

2,61 

3,22 

2,98 

2,93 

3,27

3,31

2,80 

2,75 

3,11 

3,28

Nilai rata-rata per standar 3,08

3. Standar 3 Kemampuan

mengevaluasi Informasi dan Sumber-sumbernya

Berdasarkan penghitungan nilai rata-rata jawaban responden pada seluruh standar 3 adalah 3,10. Untuk nilai rata-rata jawaban

(8)

informasi yang tersaji dalam berbagai format file (3,15), mengevaluasi kualitas informasi tercetak dan elektronik (3,06),

menyaring informasi (3,03) dan mengidentifikasi informasi bias (2,96). Lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3.Standar kemampuan mengevaluasi informasi dan sumber-sumbernya

Kompetensi

Frekuensi Jawaban Responden

Interval Jawaban

Nilai Rata-rata

Pilihan Materi Pelatiha

n

3,12 

3,15 

3,06 

3,25

3,03 

2,96 

Nilai rata-rata per standar 3,10

4. Standar 4 Kemampuan Penggunaan

Informasi secara Efektif, Efisien, Etis dan berdasar Hukum

Berdasarkanpenghitungan nilai rata-rata jawaban responden pada seluruh standar 4 dan 5adalah 3,15. Untuk nilai rata-rata jawaban responden untuk setiap item pertanyaan terdapat nilai minimum = 2,98 dan nilai maksimum = 3,30. Ada empat kemampuan yang diharapkan bisa ditingkatkan dengan mengikuti kegiatan pelatihan literasi informasi yaitu pemahaman masalah hak cipta di web (3,22), membuat daftar pustaka (3,10),

mengkombinasikan informasi asli dengan hasil pikiran sendiri (3,18), dan menciptakan pengetahuan baru (2,96). Lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 4.

(9)

Tabel 4.37 Standar kemampuan penggunaan informasi secara efektif, efisien, etis dan berdasar hukum

Kompetensi

Frekuensi Jawaban Responden

Interval Jawaban

Nilai Rata-rata

Pilihan Materi Pelatiha

n

3,30

3,22 

3,10 

3,18 

2,96 

Nilai rata-rata per standar 3,15

Tabel 5. Pengelompokan kemampuan yang perlu dijelaskan lebih janjut pada kegiatan pelatihan

Kelompok Kemampuan Standar yang perlu dijelaskan lebih lanjut

1. Kemampuan

menentukan jenis dan sifat informasi yang dibutuhkan

2. Kemampuan

mengakses informasi yang dibutuhkan secara efektif dan efisien

3. Kemampuan

mengevaluasi

informasi dan sumber-sumbernya

4. Kemampuan

penggunaan informasi secara efektif, efisien, etis dan berdasar hukum

1. Kemampuan membedakan sumber informasi primer,

sekunder dan tersier (St.1.4)

2. Kemampuan mengidentifikasi waktu untuk

memperoleh informasi (St.1.7)

3. Kemampuan menggunakan logika Boolean (St.2.2)

4. Kemampuan menggunakan katalog online perpustakaan

lokal (St.2.3)

5. Kemampuan menggunakan katalog online perpustakaan

lain (St.2.4)

6. Kemampuan memilih alat pencarian (St.2.5)

7. Kemampuan menggunakan millist dan newsgroup

(St.2.8)

8. Partisipasi dalam diskusi online (St.2.9)

9. Kemampuan menggunakan alamat web (St.2.10)

10 Kemampuan mengevaluasi keaslian informasi (St.3.1)

11. Kemampuan membedakan sumber informasi yang

tersaji dalam berbagai format file (St.3.2)

12. Kemampuan mengevaluasi kualitas informasi tercetak

dan elektronik (St.3.3)

13. Kemampuan menyaring informasi (St.3.5)

(10)

15. Kemampuan memahami masalah hak cipta di web (St.4.2)

16. Kemampuan membuat daftar pustaka (St.4.3)

17. Kemampuan mengkombinasikan informasi asli dengan

hasil pikiran sendiri (St.4.4)

18. Kemampuan menciptakan pengetahuan baru (St.4.5)

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan evaluasi dan analisis yang dilakukan terhadap hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan bahwa:

1. Perpustakaan USU belum pernah

melakukan pelatihan literasi informasi. Pelatihan yang dilakukan selama ini hanya sebatas untuk menggunakan layanan atau koleksi perpustakaan baik koleksi elektronik maupun yang tercetak yang diberikan pada saat kegiatan orientasi bagi mahasiswa baru setiap tahunnya. Dari hasil kuesioner diketahui bahwa sebanyak 57 orang (71,25%) responden menjawab perlu diadakan pelatihan literasi informai bagi pengguna perpustakaan USU. Selain itu diperoleh informasi bahwa tingkat kemampuan literasi informasi responden adalah 74%. Skor tersebut termasuk dalam kategori interval yang kurang dari cukup tetapi lebih mendekati kemampuan cukup.

2. Nilai rata-rata dari seluruh standar kemampuan literasi informasi pengguna perpustakaan USU adalah 3,15. Nilai ini termasuk dalam kategori interval cukup.

B. Saran

Pelatihan literasi informasi sangat penting untuk meningkatkan kemampuan literasi informasi pengguna perpustakaan USU, maka disarankan agar:

1. Diharapkan dari hasil penelitian ini pustakawan bisa lebih termotivasi untuk meningkatkan kemampuan literasi informasi pengguna perpustakaan untuk mendukung perkembangan pengetahuan dengan mengadakan kegiatan pelatihan literasi informasi.

2. Perpustakaan USU diharapkan

menyusun rancangan pelatihan literasi informasi dengan langkah awal melakukan analisis kebutuhan pelatihan dan menetapkan model literasi informasi mana yang digunakan agar pelatihan lebih terarah.

3. Untuk meningkatkan motivasi peserta pelatihan ada baiknya perpustakaan memberikan penghargaan berupa sertifikat bagi peserta yang telah selesai mengikuti pelatihan dan memberikan penghargaan bagi peserta yang berprestasi.

4. Adanya dukungan infrastruktur,

sarana dan prasarana yang baik agar pelatihan bisa berjalan lancar.

DAFTAR PUSTAKA

[ACRL] Association of College & Research Libraries. 2000.

Information Literacy Competency

(11)

http://www.ala.org/ala/mgrps/divs/ acrl/Standards/standards.pdf[17 Januari 2011]

Djohani R, Irfan R. 2005. 10 Jurus

Menulis Modul Pelatihan.

Bandung: Studio Driya Media Bandung.

Hasugian J. 2008. Urgensi Literasi informasi dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi di Perguruan Tinggi. Pustaha 4 (2): 34-44.

Jabar CSA. 2011. Desain Kurikulum

Pelatihan Berbasis Kompetensi (Pengembangan Diklat Sistemik

Model ADDIE). Makalah Seminar

Penyusunan Draft Desain Kurikulum Diklat Manajemen Perkantoran pada Badan Diklat Propinsi DI Yogyakarta-25 Mei 2011.

Koneru I. 2010. ADDIE: Designing Web-enabled Information Literacy

Instructional Modules.DESIDOC

J. Lib. Inf. Technol..30 (3): 23-34.

Kurnianingsih I. 2012. Perancangan

Pembelajaran Literasi Informasi Berbasis Web di Perpustakaan

Sekolah Madania. [Tesis]. Bogor:

Institut Pertanian Bogor.

Lau J. 2006. Guidelines on Information

Literacy for Lifelong Learning.

Mexico: IFLA. http://www.ifla.org/files/assets/inf

ormation-literacy/publications/ifla-guidelines-en.pdf (17 Oktober 2011)

[PNRI] Perpustakaan Nasional Republik

Indonesia. 2007. Literasi

Informasi (Information Literacy): Pengantar untuk Perpustakaan

Sekolah. Jakarta: Perpustakaan

Nasional RI.

Rempel HG, Davidson J. 2008. Providing Information Literacy Instruction to Graduate Students through Literature Review

Workshops. Issues in Science and

Technology Librarianship, Winter 2008.

http://www.isti.org/08-winter/refereed2.html. (31 Januari 2011).

Samosir FT. 2010. Literasi Informasi

Mahasiswa S2 Pascasarjana pada Layanan Digital Perpustakaan Universitas Sumatera Utara [Skripsi]. Medan: Universitas Sumatera Utara.

Shapiro J, Hughes SK. 1996.

Information Literacy as a Liberal Art: Enlightenment Proposal for a

New Curriculum. Educom Review

31 (2): 31-35.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian

Administrasi. Bandung: Alfabeta

[UNESCO] United Nations Educational Scientific and Cultural

Organization. 2004. Training

Guide and Training Techniques.

http://unesdoc.unesco.org/images/ 0013/001356/135603.pdf[17 Januari 2011].

.____ United Nations Educational Scientific and Cultural Organization. 2007.

Understanding Information

Literacy: A Primer. France:

UNESCO.

Webber S, Johnston B. 2000. Conception of Information Literacy: new perspective and implications. Journal of

InformationScience, Vol.26 N0.6,

Gambar

Gambar 1.Konsep literasi informasi
Tabel 1. Standar 1 kemampuan menentukan jenis dan sifat informasi yang dibutuhkan
Tabel 3.Standar kemampuan mengevaluasi informasi dan sumber-sumbernya
Tabel 4.37 Standar kemampuan penggunaan informasi secara efektif, efisien, etis dan berdasar hukum

Referensi

Dokumen terkait

The extended calibration laboratory in Graz, Austria and its 3D Structure is the basis for calibration all camera heads of the UltraCam Osprey (left and right oblique and nadir).. One

This paper proposes a novel method for integrating LIDAR ranges into a region growing stereo matching algorithm, proposed initially by (Muller and Anthony, 1987).

Hasil ini bisa disebabkan karena penggunaan waktu kerja yang dilakukan perawat satu dengan yang lain tidak sama tergantung pengalaman dan pendidikan, selain itu

Populasi dalam penelitian ini berjumlah 36 SKPD dan 108 orang responden yangterdiri dari Kepala Dinas/Kepala Badan/Kepala Kantor sebagai Pimpinan dan Pengguna

Indikator adalah wujud dari kompetensi dasar yang lebih spesifik.Menurut E. Mulyasa indikator merupakan penjabaran dari kompetensi dasar yang menunjukkan tanda-tanda

[r]

SOPP POS merupakan layanan payment point yang berbasis elektronik yang disiapkan untuk dapat melayani transaksi Pembayaran tagihan, Penerimaan setoran, Penarikan tunai,

Menetapkan : KEPUTUSAN DEWAN HAKIM MUSABAQAH TILAWATIL QUR’AN (MTQ) MAHASISWA NASIONAL XV TAHUN 2017 DI UNIVERSITAS BRAWIJAYA DAN UNIVERSITAS NEGERI MALANG TENTANG