SKRIPSI
Disusun Oleh :
DWI SWASTY SENJA NPM. 0811010006
PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL ”VETERAN” JAWA TIMUR SURABAYA
Dengan segala kerendahan hati, penulis memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan mengambil judul:
“ANALISIS BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI JUMLAH TABUNGAN SIMPANAN MASYARAKAT PADA BANK-BANK BPR DI KABUPATEN SIDOARJO”.
Penyusunan skripsi ini dilakukan dengan maksud untuk melengkapi persyaratan yang harus dipenuhi untuk mendapatkan gelar sarjana ekonomi pada jurusan Ekonomi Pembangunan Universitas Pembangunan Nasional “Vetran” jawa Timur.
Terwujudnya skripsi ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan serta pengarahan dari berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini penulis dengan kerendahan hati yang tulus ikhlas mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada yang terhormat:
Pembangunan Universitas Pembangunan Nasional “ Veteran” Jawa Timur. 4. Bapak Drs. Ec. Wiwin P. MT selaku dosen wali yang mana telah memberikan
ilmu yang bermanfaat kepada penulis.
5. Bapak Drs. Ec. Wiwin P. MT selaku dosen pembimbing yang mana ikhlas telah memberikan waktu dan pemikiran selama berlangsungnya masa bimbingan tugas akhir ini.
6. Bapak-bapak dan ibu-ibu dosen serta staf karyawan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur yang telah dengan ikhlas memberikan banyak ilmu pengetahuannya selama masa perkuliahan dan pelayanan akademik bagi peneliti.
7. Terucap khusus hormatku kepada kedua orangtuaku yang senantiasa memberikan do’a restu dan dorongan baik moril maupun materiil yang tak terhingga.
penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca dan semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi yang membutuhkan serta bagi pembaca untukpenelitian selanjutnya.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Surabaya, Maret 2012
KATA PENGANTAR... i
DAFTAR ISI... iv
DAFTAR GAMBAR... ix
DAFTAR TABEL... xi
LAMPIRAN... xii
ABSTRAKSI... xiii
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 5
1.3. Tujuan Penelitian ... 5
1.4. Manfaat Penelitian ... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hasil Penelitian Terdahulu ... 7
2.1.1. Perbedaan Dengan Penelitian Terdahulu ... 7
2.2. Landasan Teori ... 11
2.2.1. Pengertian Bank ... 11
2.2.1.1. Peranan Perbankan ... 14
2.2.1.6. Resiko Usaha Bank ... 23
2.2.2. Pengertian Tabungan Masyarakat ... 24
2.2.2.1. Alat Penarik Tabungan ... 25
2.2.2.2. Jenis-Jenis Tabungan ... 27
2.2.2.3. Dorongan Untuk Menabung di Bank ... 28
2.2.3. Pengertian, Jenis, dan Fungsi Deposito ... 30
2.2.3.1. Pengertian Deposito ... 30
2.2.3.2. Jenis-Jenis Deposito ... 31
2.2.3.3. Fungsi Deposito ... 32
2.2.3.4. Deposito Berjangka ... 33
2.2.3.5. Manfaat Menabung Dalam Bentuk Deposito Berjangka ... 33
2.2.4. Pendapatan Perkapital ... 34
2.2.4.1. Pengertian Pendapatan Perkapital ... 34
2.2.4.2. Fungsi Pendapatan Perkapital ... 36
2.2.4.3. Macam-Macam Penghitungan Pendapatan Perkapital ... 36
2.2.4.4. Metode Penghitungan Pendapatan Perkapital ... 37
2.2.4.5. Hubungan Pendapatan Perkapital Dengan Jumlah Tabungan Masyarakat ... 39
2.2.5. Jumlah Penduduk ... 40
2.2.6. Pengertian Inflasi ... 44
2.2.6.1. Penggolongan Inflasi ... 45
2.2.6.2. Efek Akibat Inflasi ... 49
2.2.6.3. Cara Mencegah Inflasi ... 50
2.2.6.4. Pengaruh Inflasi ... 51
2.2.6.5. Hubungan Inflasi Dengan Pemilik Tabungan ... 52
2.2.7. Tingkat Suku Bunga ... 52
2.2.7.1. Pengertian Tingkat Suku Bunga ... 52
2.2.7.2. Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Terdapatnya Beberapa Tingkat Bunga ... 53
2.2.7.3. Hubungan Tingkat Suku Bunga Dengan Tabungan Masyarakat .... 54
2.3. Kerangka Pikir ... 55
2.4. Hipotesis ... 60
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Definisi Operasional Dan Pengukuran Variabel ... 61
3.2. Teknik Penentuan Sampel ... 63
3.3. Teknik Pengumpulan Data ... 64
3.3.1. Jenis Data ... 64
3.4.2. Uji Hipotesis ... 66
3.5. Uji Asumsi Klasik ... 70
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Obyek Penelitian ... 76
3.4.1. Gambar Umum Perbankan Nasional ... 76
4.2. Deskripsi Hasil Penelitian ... 79
4.2.1. Perkembangan Jumlah Tabungan Dan Deposito ... 79
4.2.2. Perkembangan Pendapatan Perkapital ... 80
4.2.3. Perkembangan Jumlah Penduduk ... 81
4.2.4. Perkembangan Inflasi ... 82
4.2.5. Perkembangan Tingkat Inflasi ... 83
4.3. Hasil Analisis Asumsi Regresi Klasik (BLUE / Best Linier Unbiased Estimator) ... 85
4.3.1. Analisis Dan Pengujian Hipotesis ... 89
4.3.2. Uji Hipotesis Secara Persial ... 91
Halaman Gambar 1 : Pemasaran Bank……... 13 Gambar 2 : Demand Pull Infation...……... 46 Gambar 3 : Cost pust inflation... 47 Gambar 4 : Paradigma Analisis Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi
Jumlah Tabungan Simpanan Masyarakat Pada Bank-Bank BPR
Di Kabupaten Sidoarjo... 59 Gambar 5 : Kurva Distribusi Penolakan / Penerimaan Hipotesis
Secara Simultan ... 68 Gambar 6 : Kurva Distribusi Penolakan / Penerimaan Hipotesis
Tabel 1 : Autokorelasi Durbin Watson... 73
Tabel 2 : Perkembangan Jumlah Tabungan Dengan Deposito Tahun 2001 - 2010... 80
Tabel 3 : Perkembangan Pendapatan Perkapital Tahun 2001 - 2010... 81
Tabel 4 : Perkembangan Jumlah Penduduk Tahun 2001 - 2010... 82
Tabel 5 : Perkembangan Tingkat Inflasi Tahun 2001 - 2010... 83
Tabel 6 : Perkembangan Tingkat Suku Bunga Tahun 2001 - 2010... 84
Tabel 7 : Tes Autokorelasi... 87
Tabel 8 : Tes Heterokedastisitas Dengan Korelasi Rank Spearman... 88
Tabel 9 : Tes Multikolinier... 88
Tabel 10 : Analisis Varian (ANOVA)... 91
Tabel 11 : Hasil Analisis Variabel... 92
Lampiran 2 : Hasil Analisis Regresi Linier Berganda (Variables Entered / Removed, Model Summary, dan ANOVA)
Lampiran 3 : Coefficients dan Collinearity Diagnostics
Lampiran 4 : Residuals Statistics dan Nonparametric Correlations Lampiran 5 : Tabel Pengujian Nilai F
Lampiran 6 : Tabel Pengujian Nilai t
Lampiran 7 : Tabel Pengujian Nilai Durbin-Watson
Oleh : Dwi Swasty Senja
Abstraksi
Dalam era globalisasi di zaman saat ini, baik itu di Negara-negara maju seperti di negara Jepang, Amerika, Jerman, serta di Negara-negara sedang berkembang, khususnya di negara kita Indonesia. Sektor perbankan sangat besar mempengaruhi kegiatan ekonomi suatu negara dimanapun berada, baik itu negara maju maupun negara sedang berkembang. Hampir semua sektor yang berhubungan dengan berbagai kegiatan sistem keuangan selalu menggunakan jasa bank. Oleh karena itu, kemajuan suatu bank di suatu Negara dapat pula di jadikan totak ukur kemajuan negara yang bersangkutan. Semakin maju suatu negara maka semakin besar pula peranan perbankan dalam mengendalikan negara tersebut. Artinya keberadaan dunia perbankan semakin dibutuhkan pemerintah dan masyarakatnya.
Berdasarkan hasil pengujian dengan menggunakan analisis Regresi Linier Berganda untuk menguji pengaruh Pendapatan Perkapita (X1), Jumlah Penduduk
(X2), dan Tingkat Inflasi (X3) Tingkat Suku Bunga (X4) terhadap Jumlah Tabungan
dan Deposito
Berdasarkan keempat variabel bebas X1, X2, X3, X4 maka variabel yang
paling dominan untuk mempengaruhi variabel Y1 adalah variabel X2 yaitu jumlah
penduduk, sedangkan variabel bebas yang paling dominan untuk mempengaruhi Y2
adalah X2 yaitu jumlah penduduk.
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dalam era globalisasi di zaman saat ini, baik itu di Negara-negara maju
seperti di negara Jepang, Amerika, Jerman, serta di Negara-negara sedang
berkembang, khususnya di negara kita Indonesia. Sektor perbankan sangat besar
mempengaruhi kegiatan ekonomi suatu negara dimanapun berada, baik itu negara
maju maupun negara sedang berkembang. Hampir semua sektor yang
berhubungan dengan berbagai kegiatan sistem keuangan selalu menggunakan
jasa bank. Oleh karena itu, kemajuan suatu bank di suatu Negara dapat pula di
jadikan totak ukur kemajuan negara yang bersangkutan. Semakin maju suatu
negara maka semakin besar pula peranan perbankan dalam mengendalikan
negara tersebut. Artinya keberadaan dunia perbankan semakin dibutuhkan
pemerintah dan masyarakatnya.
Begitu pentingnya dunia perbankan, sehingga ada anggapan bahwa bank
merupakan “Nyawa” untuk menggerakkan roda perekonomian suatu negara.
Anggapan ini tentunya tidak salah, karena fungsi bank sebagai lembaga
keuangan sangatlah vital, misalnya dalam hal penciptaan uang, mengedarkan
uang, menyediakan uang untuk menunjang usaha, dan tempat mengamankan
Menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998, yang dimaksud dengan
bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk
simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dalam
rangka meningkatkan taraf hidup orang banyak. Menghimpun dana (uang) dan
masyarakat dalam bentuk simpanan, maksudnya dalam hal ini bank sebagai
tempat menyimpan uang atau berinvestasi bagi masyarakat. Tujuan utama
masyarakat menyimpan uang biasanya adalah untuk keamanan uang dan untuk
melakukan invetasi dengan harapan, memperoleh bunga dan hasil simpanannya.
Sedangkan menyalurkan dana kepada masyarakat, maksudnya adalah
bank memberikan pinjaman (kredit) kepada masyarakat yang mengajukan
permohonan, dengan kata lain bank menyediakan dana bagi masyarakat yang
membutuhkannya. (Kasmir, 2003: 1-3)
Simpanan tabungan (saving deposit) merupakan simpanan yang paling
populer di kalangan masyarakat umum. Sesuai dengan perkembangan zaman
dewasa ini, kegiatan menabung sudah beralih dari rumah kepada lembaga
keuangan seperti bank. Menabung di bank bukan saja menghindarkan dari resiko
kehilangan atau kerusakan, akan tetapi juga memperoleh penghasilan dan bunga.
Dengan demikian jumlah uang akan bertambah dari waktu ke waktu sekalipun
tidak ditambah. Pengertian tabungan itu sendiri menurut Undang-Undang
perbankan Nomor 10 Tahun 1998 adalah simpanan yang penarikannya hanya
ditarik dengan cek dan alat lainnya yang dipersamakan dengan itu. (Kasmir,
2003: 83)
Pada sektor perbankan di Kabupaten Sidoarjo mengenai jumlah tabungan
masyarakat pada bank-bank BPR terhadap sektor perbankan khususnya di kota
Surabaya, dikarenakan bahwa pada sektor perbankan di Kabupaten Sidoarjo
khususnya pada sektor bank mengenai banyaknya jumlah tabungan masyarakat
itu sebagai faktor pendukung untuk suatu perbandingan, dalam artian bahwa
apabila kinerja dalam bank tersebut baik, baik itu mengenai sarana dan prasarana
serta fasilitas dan pelayanan yang diberikan pihak bank kepada pihak nasabah,
maka itu akan memberi dampak atau pengaruh yang positif juga bagi sektor
perbankan di Surabaya maupun sampai tingkat propinsi yaitu Jawa Timur,
sehingga banyak masyarakat yang mempercayai pihak bank untuk rnenyimpan
dananya. Sementara sektor perbankan di kota-kota besar katakanlah Surabaya,
khususnya pada bank BPR itu sebagai volume atau ukuran terhadap sektor
perbankan pada bank BPR di kabupaten Sidoarjo, khususnya mengenai besarnya
jumlah tabungan masyarakat dan deposito. Dengan demikian sektor perbankan di
kabupaten Sidoarjo khususnya pada bank BPR terhadap sektor perbankan di
Surabaya maupun Jawa Tirnur hanya sebagai pendukung atau penunjang dalam
aktifitas dunia perbankan.
Dalam meningkatkan suatu dana dalam negeri sebagai sumber dana untuk
pembangunan, perlu diupayakan melalui pengerahan dana dari masyarakat
kebebasan dalam hal memberikan tingkat bunga, sehingga dengan demikian lebih
banyak menarik masyarakat dalam menempatkan dananya di dunia perbankan.
Demikian pula di bidang pasar modal, dilaksanakan penyempurnaan yang
berkaitan dengan perdagangan efek, dan memberikan fasilitas pajak bagi
masyarakat pembeli obligasi. Tindakan tersebut dimaksudkan, agar bank-bank
lebih dalam mengerahan dana dari masyarakat, sehingga pembangunan ekonomi
dapat dibiayai tanpa menimbulkan pengaruh inflator. (Harijanto, 1996 : 38)
Dari uraian di atas, dapat disimpulkarn bahwa fungsi utama mencari
nasabah dan menghimpun dana sangatlah menentukan pertumbuhan suatu bank.
Sebab dana yang berhasil dihimpun tentunya akan menentukan volume dana
yang dapat dikembangkan oleh bank tersebut dalam bentuk penanaman dana,
Peranan dana masyarakat dalam bentuk tabungan ini, menarik minat penulis
untuk melakukan sebuah penelitian secara lebih mendalam mengenai
faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi besar kecilnya suatu jumlah tabungan
masyarakat pada bank-bank BPR, khususnya di kabupaten Sidoarjo. Dengan
mengambi sebuah judul “Analisis Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi Jumlah
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan dari uraian latar belakang yang ada, maka dapat dirumuskan
suatu permasalahan yang dibahas di dalam penelitian ini sebagai berikut :
1. Apakah terdapat pengaruh mengenai pendapatan perkapita jumlah penduduk,
tingkat inflasi, dan tingkat suku bunga terhadap tabungan masyarakat dan
deposito pada bank BPR di Kabupaten Sidoarjo ?
2. Manakah dari ke 4 (empat) variabel yang paling dominan pengaruhnya
terhadap jumlah tabungan masyarakat dan deposito di Kabupaten Sidoarjo ?
1.3. Tujuan Penelitian.
Adapun tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui pengaruh pendapatan perkapita, jumlah penduduk, tingkat
inflasi, dan tingkat suku bunga terhadap penghimpunan jumlah tabungan
masyarakat dan deposito pada bank BPR di Kabupaten Sidoarjo.
2. Untuk mengetahui manakah dari ke 4 (empat) variabel yang paling dominan
pengaruhnya terhadap jumlah tabungan masyarakat dan deposito di
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dihadapi dari penelitian ini adalah :
1. Sebagai peneliti diharapkan dapat memberikan suatu tambahan informasi
pengetahuan, serta memberikan masukan-masukan kepada seluruh mahasiswa
UPN “VETERAN” Jawa Timur, khususnya pada mahasiswa fakultas
ekonomi.
2. Sebagai bahan masukan terutama bagi pembaca yang ingin mengetahui
perbandingan faktor pendapatan perkapita, Jumlah penduduk tingkat inflasi,
dan tingkat suku bunga tabungan terhadap jumlah tabungan masyarakat dan
deposito pada Bank-bank BPR di Kabupaten Sidoarjo.
3. Sebagai informasi bagi pihak-pihak yang berkepentingan untuk bahan-bahan
masukan dalam mengambil suatu kebijakan, khususnya dalam bidang
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Hasil Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh pihak lain yang dapat
dipakai sebagai bahan masukan serta pengkajian dalam penelitian ini pernah
dilakukan, anatara lain oleh :
1. Suyanti (2002:X)
Dengan judul penelitian “Beberapa Faktor Yang Mempangaruhi
Jumlah Tabungan Masyarakat Pada Perbankan di Surabaya”. Dimana
variabel terikat (Y) yaitu jumlah tabungan masyarakat dan dengan variabel
bebas (X1) tingkat suku bunga tabungan, (X2) jumlah kantor bank, (X3)
pendapatan perkapita, (X4) inflasi. Dari hasil penelitian yang dilakukan
diperoleh bahwa koefisien determinasi sebesar 0.983. Hasil ini berarti bahwa
variahel bebas mampu rnenerangkan variabel terikat (Y) yaitu sebesar 98.30
% dan sisanya sebesar 1 .7 % diterangkan variabel lain, kemudian dari hasil
penelitian dengan menggunakan uji F, dapat diketahui bahwa variabel bebas
yaitu (X1) tingkat suku bunga, jumlah kantor bank, dan (X3) inflasi
terhadap variabel terikat (Y) yaitu tabungan masyarakat. Dan setelah diuji
secara parsial menunjukkan bahwa variabel bebas berpengaruh terhadap
jumlah tabungan masyarakat pada bank umum di kota Surabaya.
2. Irawan (2005 : X)
Dalam penelitian yang berjudul “Faktor-faktor Yang Mempengaruhi
Penghirnpunan Dana Tabungan Oleh Perbankan di Surabaya”. Secara
simultan menunjukkan adanya suatu hubungan yang nyata antara variabel
bebas yaitu pendapatan perkapita (X1), tingkat inflasi (X2), dan jumlah
penduduk (X3) terhadap penghimpunan dana tabungan pada bank umum
pemerintah di kota Surabaya. Sedangkan secara parsial, variabel pendapatan
perkapita (X1) berpengaruh secara nyata terhadap penghimpunan dana
tabungan pada bank umum pemerintah di kota Surabaya (Y), variabel tingkat
iflasi (X2) tidak berpengaruh secara nyata terhadap penghimpunan dana
tabungan pada bank umum di kota Surabaya (Y), dan variabel jumlah
penduduk (X3) berpengaruh secara nyata terhadap penghimpunan dana
tabungan pada bank umum pemerintah di kota Surabaya (Y).
3. Isnowati (2005: 112)
Jurnal Bisnis dan Ekonomi dengan judul penelitian “Faktor-Faktor
Penentu Tabungan Di Indonesia”. Dimana variabel terikat (Y) yaitu
tabungan, sedangkan variabel bebasnya meliputi Pendapatan Perkapita (X1),
menunjukkan bahwa variabel pendapatan perkapita memberikan pengaruh
dan signifikan pada tabungan baik dalam jangka pendek dan jangka panjang.
Sedangkan varibel terikat suku bunga didalam jangka pendek berpengaruh
tetapi tidak signifikan terhadap tingkat tabungan, sedangkan dalam jangkan
panjang berpengaruh dan signifikan terhadap tingkat tabungan. Sementara
itu, variabel inflasi dalam jangka pendek tidak signifikan, sedangkan dalam
jangka panjang inflasi berpengaruh dan signifikan (pada α = 5%) terhadap
tingkat tabungan. Pada variabel tingkat kekayaan dalam jangka pendek
berpengaruh terhadap tingkat tabungan, namun ternyata variabel ini secara
statistik tidak signifikan, sedangkan dalam jangka panjang variabel tingkat
kekayaan adalah signifikan pada α = 10 %.
4. Pratama (2006 : X)
Dengan judul “Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Deposito pada
Bank Swasta di Jawa Timur”. Menggunakan data sekunder mulai tahun
1988-2002. Hasil yang dapat disimpulkan bahwa secara simultan
menunjukkan adanya hubungan yang nyata antara variable bebas pendapatan
perkapita (X1), jumlah kantor bank (X2), dan inflasi (X3), terhadap deposito
(Y) sedangkan secara parsial, variable pendapatan perkapital (X1)
berpengaruh nyata terhadap deposito (Y) sedangkan variable jumlah kantor
bank (X2) dan variable inflasi (X3) tidak berpengaruh nyata terhadap
5. Darinawan (2006 : 7)
Jurnal Ekonomi dengan judul penelitian “Perilaku Tabungan
Masyarakat Antar daerah Di Indonesia”. Variabel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Tabungan Masyarakat (Y) dan variabel bebasnya adalah
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) (X1), tingkat suku bunga (X2),
laju inflasi ( X3 ), dan angkat beban tanggungan penduduk usia muda dan tua
(X4). Dan estimasi secara nasional (penggabungan 26 propinsi yang ada),
menunjukkan hasil bahwa tingkat pendapatan berdampak positif terhadap ti
ngkat tabungan masyarakat. Sedangkan variabel tingkat suku bunga nol
berpengaruh positif signifikan terhadap tingkat tabungan. Sementara itu
variabel beban tanggungan usia muda dan tua menunjukkan dampak yang
berbeda. Pada beban tanggungan usia muda berdampak negatif signifikan
terhadap tingkat tabungan masyrakat, sedangkan beban tanggungan usia tua
justru berdampak positif terhadap tabungan. Unsur ketidakpastian yang
diproduksi dengan laju inflasi justru berdampak posistif terhadap tingkat
tabungan.
Berdasarkan penelitian terdahulu yang telah disebutkan diatas, maka
terdapat adanya suatu perbedaan dan persamaan dengan penelitian yang
dilakukan. Perbedaan penelitian dilakukau oleh peneliti terdahulu dengan
sama-sama menggunakan jumlah tabungan masyarakat sebagai variable
terikatnya (Y1). Berdasarkan penelitian terdahulu seperti yang telah di
sebutkan diatas, yang juga merupakan dasar acuan untuk penelitian hal ini
dengan judul “Analisis beberapa Faktor Yang Mempengaruhi Jumlah
Tabungan Masyarakat Pada Bank-Bank BPR Di Kabupaten Sidoarjo”.
Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pendapatan
perkapita (X1), Jumlah penduduk (X2), Tingkat inflasi (X3), Jumlah kantor
bank (X4), dan Tingkat suku bunga (X5), sedangkan variabel terikatnya yang
digunakan adalah Jumlah Tabungan Masyarakat (Y1) dan Deposito (Y2).
2.2. Landasan Teori. 2.2.1. Pengertian Bank.
Ada banyak macam definisi, pengertian, ataupun makna mengenal apa
itu tentang bank, yang telah dikemukakan oleh para penulis baik itu dari luar
negeri maupun dari dalam negeri dan menurut Undang-undang tentang
perbankan, terdapat pada pasal 1 Undung-undang Nomor 10 Tahun 1998
tentang perubahan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang perbankan,
antan lain:
1. “Bank adalah suatu organisasi yang menggabungkan usaha manusia dan
melayani kebutuhan masyarakat dan untuk memperoleh keuntungan bagi
pemilik bank”. (Siamat, 1993:12)
2. “Bank adalah suatu badan usaha yang transaksinya berkaitan dengan uang
menerima simpanan (deposits) dari nasabah, menyediakan dana atas setiap
penarikan, melakukan penagihan cek-cek atas perintah nasabah,
memberikan kredit dan atau menanamkan kelebihan simpanan tersebut
sampai dibutuhkan untuk pembayaran kembali”. (Siamat,1993:12)
3. “Bank adalah badan yang usaha utamanya menciptakan kredit”.
(Suyatno, 1999: 1)
4. “Bank adalah suatu badan usaha yang tugas utamanya sebagai lembaga
perantara keuangan (financial intermediaries), yang menyalurkan dana dan
pihak yang berkelebihan dana (idlefund / surplus unit) kepada pihak yang
membutuhkan dana atau kekurangan dana (defisit unit) pada waktu yang
ditentukan”. (Denda wijaya, 2000 : 25)
Dari pengertian diatas dapat dijelaskan secara lebih luas lagi bahwa
bank merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang keuangan, artinya
aktivitas perbankan selalu berkaitan dalam bidang keuangan, sehingga
berbicara mengenai bank tidak terlepas dari masalah keuangan itu sendiri.
(Kasmir, 2002 23-24)
Mendengar kata bank sebenarnya tidak asing lagi bagi kita, terutama
Menyebut kata bank setiap orang selalu mengaitkanya dengan uang, sehingga
selalu juga ada anggapan bahwa yang berhubungan dengan bank selalu ada
kaitanya dengan uang. Hal ini tidak salah, karena bank memang merupakan
lembaga keuangan atau perusahaan yang bergerak dibidang keuangan, Sebagai
lembaga keuangan bank menyediakan berbagai jasa keuangan. Dalam
negara-negara maju bank bahkan sudah merupakan kebutuhan utama bagi masyarakat
setiap kali bertransaksi atau melakukan transaksi, (Kasmir, 2003 : 11)
Di Indonesia, bank merupakan lembaga keuangan atau badan usaha
yang mendapat kepercayaan masyarakat dalam, menyimpan atau menaruh
dana-dananya. Dana yang dimaksud dapat berupa tabungan, deposito maupun
sertifikat deposito. Dengan demikian maka masalah mengenai perbankan yang
kita kenal sekarang ini adalah merupakan sambungan dan rnasalah perbankan
yang telah ada beratus-ratus tahun yang lalu, dimana bank itu telah ada.
(Harijanto, 1999 : 11)
Untuk lebih ringkasnya, secara garis besar kegiatan bank sebagai
lembaga keuangan dapat dilihat dalam gambar berikut ini :
Gambar 1 : Pemasaran Bank
Menyalurkan dana Menghimpun dana Jasa-jasa lainnya
Sumber: Kasmir, 2004, Pemasaran Bank, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Hal : 10
2.2.1.1. Peranan Perbankan.
Lembaga keuangan, baik bank maupun lembaga keuangan bukan bank
mempunyai peran yang penting bagi aktivitas perekonomian. Peran strategis
bank dan lembaga keuangan bukan bank tersebut sebagai wahana yang
mampu menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat secara efektif dan
efisien kearah peningkatan taraf hidup rakyat. Bank dan lembaga keuangan
bukan bank merupakan lembaga perantara keuangan sebagai prasarana
pendukung yang amat vital untuk menunjang kelancaran dalam system
perekonomian. Bank sebagai salah satu lembaga keuangan yang paling
penting peranannya dalam masyarakat adalah lembaga keuangan yang usaha
pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran dan
peredaran uang. (Sinungan, 1995: 112)
Perbankan memiliki peran juga sangat penting dalam menunjung
perekonomian, karena kita tahu bahwa pembangunan pada sektor riil selalu
berkaitan dengan sektor moneter khususnya dalam perbankan, karena itu perlu
kerja sama yang baik antara pemerintah dan perbaikan guna untuk
meningkatkan taraf hidup masyarakat khususnya di Indonesia, selain memiliki
devisa (uang), serta bekerja sama dengan hubungan moneter, perdagangan
pengiriman uang, hubungan antara bank didalam dan diluar negeri dan ada
juga kemungkinan berlangsungnya ekspor-import dengan internasional.
2.2.1.2. Kewajiban Bank.
Beberapa aturan sudah ditetapkan langsung dan pemerintah maupun
melalui Bank Indonesia terutama mengenai perbankan, berdasarkan
Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang perbankan, bank memiliki beberapa
kewajiban yang harus dilaksanakan, yaitu:
1. Setiap bank diwajibkan memelihara kepentingan likuiditas dan
solvabilitas dengan perbandingan tertentu menurut ketentuan umum yang
ditetapkan Bank Indonesia,
2. Bank wajib memberikan kepada Bank Indonesia segala keterangan dan
bahan mengenai usahanya menurut cara yang ditentukan oleh Bank
Indonesia.
3. Setiap bank wajib atas permintaan Bank Indonesia atau petugas yang
ditunjuk oleh Bank Indonesia untuk memberikan kesempatan bagi
pemeriksaan buku dan berkas-berkas yang ada padanya guna penyelidikan
dan kebenaran dan bahan-hahan yang telah diberikannya itu dan
seterusnya untuk memberikan segala bantuan dalam pelaksanaan
2.2.1.3. Fungsi Bank.
Secara umum, fungsi utama bank adalah menghimpun dana dari
masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat untuk berbagai
tujuan atau sebagai financial intermediary. Secara lebih spesifik bank dapat
berfungsi, anatara lain:
a. Agent of trust, merupakan dasar utama kegiatan perbankan adalah
kepercayaan (trust). Baik dalam hal penghimpunan dana maupun dalam
penyaluran dana masyarakat akan mau menitipkan dananya dibank apa
bila dilandasi adanya unsur kepercayaan.
b. Agent of development, merupakan kegiatan perekonomian masyarakat
disektor riil tidak dapat dipisahkan. Sektor riil tidak akan dapat berkinerja
dengan baik apa bila sektor moneter tidak dapat bekerja dengan baik.
c. Agent of services, merupakan disamping melakukan kegiatan
penghimpunan dan penyaluran dana, bank juga memberikan penawaran
jasa perbankan yang lain kepada masyarakat. Jasa ini antara lain dapat
berupa jasa pengiriman uang, penitipan barang berharga, pemberian
jaminan bank dan penyelesaian tagihan.
Dari ketiga fungsi bank diatas diharapkan dapat memberikan
gambaran yang menyeluruh atau secara komperhensif dan lengkap mengenai
sebagai lembaga perantara keuangan (financial intermediary instution).
(Totok, 2006 : 9)
2.2.1.4. Peran Bank Dan Lembaga Keuangan Bukan Bank.
Bank dan lembaga keuangan bukan bank mempunyai peran yang
sangat penting dalam system keuangan, antara lain:
a. Pengalihan asset (asset transmulation)
Merupakan bank dan lembaga keuangan bukan bank akan
memberikan pinjaman kepada pihak yang membutuhkan dana, dalam
jangka waktu tertentu yang telah disepakati. Sumber dana pinjaman
tersebut diperoleh dan pemilik dana yaitu unit surplus yang jangka
waktunya dapat diatur sesuai dengan keinginan pemilik dana.
b. Transaksi (transaction)
Merupakan bank dan lembaga keuangan bukan bank memberikan
berbagai kemudahan kepada pelaku ekonomi untuk melakukan transaksi
barang dan jasa. Transaksi keuangan selalu diperlukan baik secara
langsung dalam jual beli barang jadi, maupun dalam transaksi jual beli
bahan mentah dan setengah jadi dalam proses produksi. Misalnya saja
tabungan, deposito dan sebagainya.
c. Likuiditas (liquidy)
Merupakan unit-unit surplus dapat menempatkan dana yang
dan sebagainya. Produk-produk tersebut masing-masing punya tingkat
likuiditas yang berbeda-beda. Untuk kepentingan likuiditas para pemilik
dana dapat menempatkan dananya sesuai dengan kebutuhan dan
kepentingannya. Dengan demikian, lembaga keuangan memberikan
fasilitas pengelolaan likuiditas kepada pihak yang mengalami surplus
likuiditas.
d. Efisiensi (efficiency)
Merupakan bank dan lembaga keuangan bukan bank dapat
menurunkan biaya transaksi dengan jangkauan pelayanan. Disini hanya
memperlancar dan mempertemukan pihak-pihak yang saling
membutuhkan. Adanya informasi yang tidak simetris antara peminjam dan
investor menimbulkan masalah insentif. Peran lembaga perantara
keuangan menjadi penting untuk memecahkan masalah insentif ini.
(Totok, 2006: 11-12)
2.2.1.5. Jenis Dan Macam Bank
Jenis atau bentuk bank bermacam-macam, tergantung pada cara
penggolongannya. Penggolongan dapat dilakukan berdasarkan, antara lain :
1. Dilihat dan segi fungsinya
Menurut undang-undang Pokok Perbankan Nomor 7 Tabun 1992
Nomor 10 Tahun 1998, maka jenis perbankan berdasarkan fungsinya
terdiri dari:
a. Bank Umum (Commercial Bank)
Bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara
konvensional dan atau berdasarkan prinsip-prinsip syariah yang dalam
kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
b. Bank Perkreditan Rakyat ( BPR)
Adalah bank yang melaksanakan kegiatan usahanya secara
konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah. Dalam kegiatannya
BPR tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Artinya,
jasa-jasa perbankan yang ditawarkan BPR jauh lebih sempit jika
dibandingkan dengan kegiatan atau jasa bank umum.
2. Dilihat dari segi kepemilikan
Maksudnya ini adalah siapa-siapa saja yang memiliki bank tersebut.
Kepemilikan ini dapat dilihat dari akte pendirian dan penguasaan saham
yang dimiliki bank yang bersangkutan, antara lain:
a. Bank Milik Pemerintah
Adalah bank yang akte pendirian maupun modal bank ini
sepenuhnya dimiliki oleh pemerintah Indonesia, sehingga seluruh
keuntungan bank ini dimiliki oleh pemerintah pula. Contoh:
- Bank Rakyat Indonesia (BRI)
- Bank Tabunagn Negara (BTN)
- Bank Mandiri
Disamping itu, juga terdapat pula Bank Pemerintah Daerah (BPD),
antara lain
- BPD DKI Jakarta
- BPD Jawa Barat
- BPD Jawa Tengah
- BPD Jawa Timur
b. Bank Milik Swasta Nasional
Adalah bank yang seluruh atau sebagian besar sahamnya dimiliki oleh
swasta nasional. Contoh :
- Bank Bumi Putra
- Bank Central Asia (BCA)
- Bank Danamon
- Bank Lippo
- Bank Mega
- Bank Niaga
- Bank Muamalat
Adalah bank yang kepemilikan saham-sahamnya dimiliki oleh
perusahaan yang berbadan hukum koperasi. Contoh bank jenis ini
adalah Bank Umum Koperasi Indonesia (Bank Bukopin).
d. Bank Milik Asing.
Adalah bank yang kepemilikannya 100% oleh pihak asing (luar
negeri) di Indonesia. Bank jenis ini merupakan cabang dari bank yang
ada diluar negeri, baik itu milik swasta maupun milik pemerintah
asing. Contoh bank asing, antara lain :
- ABN AMRO BANK
- American Expresss Bank
- Bank of America
- Bank of Tokyo
- Hongkong Bank
- City Bank
- Inter Pasific Bank
e. Bank Milik Campuran
Adalah bank yang sahamnya dimiliki oleh dua belah piliak yaitu dari
dalam negeri dan dari luar negeri. Artinya, kepemilikan saham bank
Komposisi kepemilikan saham secara mayoritas dipegang oleh Warga
Negara Indonesia (WNI). Contoh bank milik campuran, antara lain:
- Bank Finconesia
- Bank Merincorp
- Bank Sakura Swadarma
- Ing bank
- Inter Pasific Ban
3. Dilihat dari segi status
Artinya, jenis ini dilihat dari segi kemampuannya melayani
masyarakat, terutama BPR. Status ini menunjukkan ukuran kemampuan
bank dalam melayani masyarakat, baik dari segi jumlah produk, modal
maupun dan segi kualitas pelayanannya. Jenis bank dilihat dan segi status,
anatara lain sebagai berikut:
a. Bank Devisa
Adalah bank yang dapat meleksanakan transaksi keluar negeri
atau yang berhubungan dengan mata uang asing secara keseluruhan.
Contoh transaksi keluar negeri adalah transfer keluar negeri, inkaso
keluar negeri, travel lers chequr, pembukaan dan pembayaran letter of
credit (L/C) dan transaksi luar negeri lainnya.
Adalah bank yang belum mempunyai izin untuk melakukan
transaksi sebagai bank swasta, sehingga tidak dapat melaksanakan
transaksi seperti halnya pada bank swasta.
4. Dilihat dari segi cara menentukan harga
Dalam menentukan harga, baik harga jual maupun harga beli saat
ini bank terbagi kedalam 2 kelompok besar, yaitu :
a. Bank yang berdasarkan Prinsip Konversional (Barat)
Merupakan mayoritas bank yang berkembang di Indonesia
dewasa ini adalah bank yang berorientasi pada prinsip konvensional.
Hal ini tidak terlepas dari sejarah bangsa Indonesia dimana asal mula
bank di Indonesia dibawa oleh kolonial Belanda.
b. Bank yang berdasarkan Prinsip Syariah ( Islam )
Bagi bank yang berdasarkan Prinsip Syariah dalam penentuan
harga produknya sangat berbeda dengan bank yang berdasarkan
Prinsip Konvensional. Bank berdasarkan Prinsip Syariah adalah aturan
perjanjian berdasarkan hukum islam antara bank dengan pihak lain
untuk menyimpan dana atau pembiayaan usaha atau kegiatan
2.2.1.6. Resiko Usaha Bank
Resiko usaha atau business risk bank merupakan tingkat
ketidakpastian mengenai suatu hasil yang diperkirakan atau diharapkan akan
diterima. Semakin tidak pasti hasil yang diperoleh suatu bank, semakin besar
kemungkinan resiko yang dihadapi investor dan semakin tinggi pula premi
resiko atau bunga yang diinginkan oleh investor. Resiko usaha yang dapat
dihadapi oleh bank antara lain, sebagai berikut :
1. Risiko kredit
Resiko kredit (Default Risk) merupakan suatu resiko akibat
kegagalan atau ketidakmampuan nasabah mengembalikan jumlah
pinjaman yang diterima dari bank beserta bunganya sesuai dengan jangka
waktu yang telah ditentukan.
2. Risiko penanaman dalam sekuritas (Investment Risk)
Merupakan keadaan stuktur pasar dimana sekuritas tersebut
diperdagangkan.
3. Risiko Liquiditas (Liquidity Risk)
Risiko yang mungkin dihadapi oleh bank untuk memenuhi
kebutuhan liquiditasnya dalam rangka untuk memenuhi permintaan kredit
Sumber dana ini merupakan ukuran keberhasilan bank jika mampu
membiayai operasinya dan sumber dana ini seperti: simpanan tabungan,
simpanan giro, dan simpanan deposito.
2.2.2. Pengertian Tabungan Mayarakat.
Adapun pengertian dari beberapa penulisan mengenai tabungan,
antara lain :
1. Tabungan menurut teori klasik adalah fungsi dan tingkat bunga. Makin
tinggi tingkat bunga, maka makin tinggi pula keingginan masyarakat
untuk menabung. Artinya, pada tingkat bunga yang lebih tinggi
masyarakat akan lebih terdorong untuk mengurangi pengluaran untuk
konsumsi, guna menambah tabungan. (Nopirin, 1992 : 70)
2. Pengertian tabungan menurut Undang-undang Perbankan Nornor 10
Tahun 1998 adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan
menurut syarat-syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik
dengan cek bilyet giro dan atau alat lainnya yang dipersamakan dengan
itu. (Kasmir, 2002: 74).
3. Tabungan (saving) adalah sisa dan pendapatan yang tidak dibelanjakan
oleh konsumen, atau secara matematis dapat dituliskan S = Y - C, dimana:
S (tabungan), Y (pendapatan), C (konsumsi). (Suparmono, 2004 43).
Ada beberapa alat untuk melakukan suatu penarikan didalam
tabungan, hal ini tergantung bank masing-masing mau menggunakan sarana
yang mereka inginkan. Alat ini dapat digunakan sendiri-sendiri atau secara
bersama-sama. Alat-alat yang dimaksud, antara lain :
a. Buku Tabungan
Yaitu buku dipegang oleh nasabah, dimana berisi catatan saldo
tabungan, penarikan, dan pembebanan-pembebanan yang mungkin terjadi.
Buku ini digunakan pada saat penarikan, sehingga langsung dapat
mengurangi saldo yang ada dibuku tabungan tersebut.
b. Slip Penarikan.
Merupakan formulir penarikan dimana nasabah cukup menulis
nama, nomor rekening, jumlah uang serta tanda tangan nasabah untuk
menarik sejulah uang. Slip penarikan ini biasanya digunakan bersamaan
dengan jumlah tabungan.
c. Kwitansi.
Adalah bukti penarikan yang dikeluarkan oleh bank yang
fungsinya sama dengan slip penarikan, dimana tertulis nama penarik,
nomor penarik, jumlah uang dan tanda tangan penarik. Alat ini juga dapat
digunakan secara bersamaan dengan buku tabungan.
Yaitu sejenis kartu kredit yang terbuat dari plastik yang dapat
digunakan untuk menarik sejumlah uang tunai dan tabungannya, baik
bank maupun dimesin Automated Teller Machine (ATM).
(Kasmir, 2002 74-75)
2.2.2.2. Jenis-Jenis Tabungan.
Dalam praktik perbankan di Indonesia dewasa ini terdapat beberapa
jenis-jenis tabungan. Perbedaan jenis tabungan ini hanya terletak dari pada
fasilitas yang diberikan kepada si penabung. Jenis-jenis dimaksud adalah:
1. Tabanas.
Merupakan bentuk tabungan yang tidak terkait oleh jangka waktu
dengan penyetoran atau pengambilan.
Ada beberapa jenis bentuk tabungan, seperti :
- Tabungan umum
Merupakan tabungan yang berlaku bagi perorangan
dilaksanakan secara sendiri-sendiri oleh penabung yang bersangkutan.
Misalnya untuk membantu program oleh pemerintah dalam rangka
pembangunan.
- Tabungan Pemuda
Merupakan tabungan khusus yang dilaksanakan secara kolektif
- Tabungan Pelajar
Merupakan tahungan yang dikhususkan bagi untuk siswa atau
pelajar melalui pihak sekolah.
- Tabungan Pramuka
Merupakan tabugan yang khusus diberikan untuk para anggota
atau dalam organisasi pramuka.
2. Taska.
Merupakan tabungan yang dikaitkan dengan asuransi jiwa.
Kegunaan taska ini adalah tabungan anda akan diasumsikan untuk suatu
perencanaan berupa biaya, seperti biaya kuliah, biaya sekolah dan
lain-lain.
3. Tabungan Lainnya.
Merupakan tabungan selain tabanas dan taska. Tabungan ini
dilakukan oleh masing-masing bank dengan ketentuan-ketentuan yang
diatur oleh Bank Indonesia. (Kasmir, 2002 : 75-76)
2.2.2.3. Dorongan Untuk Menabung di Bank.
Dorongan masyarakat untuk menabung di bank sangat erat berkaitan
dengan suatu pendapatan atau penghasilan yang mereka terima setiap
Mayarakat yang mempunyai pendapatan, yaitu yang lebih cenderung
untuk rnenabungkan uangnya di bank agar untuk satu-satunya memperoleh
bunga dan jumlah uang yang mereka tabung setiap bulannya. Adapun hasrat
masyarakat untuk menyimpan uangnya di bank yaitu, antara lain
1. Adanya tingkat suku bunga yang menarik atau menguntungkan.
Dengan menyimpan uang di bank, masyarakat akan mendapatkn suatu
tingkat bunga atau suatu keuntungan setiap akan menabung di bank, dari
pada membiarkan uangnya dalam artian mengganggur dirumah atau
ditabung dirumah tanpa memperoleh keuntungan sama sekali.
2. Uang yang disimpan di bank terjamin keamanannya.
Bank akan bertanggung jawab penuh kepada setiap nasabah didalam
meyimpan uang (tabungan). Oleh karena itu, masyarakat yang mempunyai
uang di bank berarti bank tersebut telah memperoleh suatu kepercayaan
dari masyarakat.
3. Belajar hidup hemat,
Dengan menabung, masyarakat akan lebih dapat mengkontrol pengeluaran
khususnya pengeluaran yang tidak terlalu penting, sehingga masyarakat
dapat berencana kedepan untuk berpola hemat dalam pengeluaran guna
untuk memperoleh manfaat atau kebahagiaan dimasa yang datang.
Artinya bahwa jika jangka waktu deposito tersebut telah berakhir,
otomatis akan memperpanjang jangka waktu deposito tersebut. Perpanjangan
demikian harus diperjanjikan pada saat pembukaan Deposito. Atas
perpanjangan Deposito tersebut tidak perlu diterbitkan bilyet Deposito baru,
namun demikian pada bilyet Deposito tersebut telah dicetak tulisan
“Perpanjangan Secara Otomatis”. Atas perpanjangan tersebut bank tetap harus
memberikan informasi kepada Deposan bahwa depositonya telah
diperpanjang.
2.2.3. Pengertian, Jenis, dan Fungsi Deposito. 2.2.3.1. Pengertian Deposito
Deposito merupakan salah satu tempat bagi nasabah untuk melakukan
investasi dalam bentuk surat-surat berharga. Pemilik deposito disebut
deposan. Kepada setiap deposan akan diberi imbalan berupa bunga atas
depositonya, bunga yang diberikan merupakan bunga yang tertinggi
dibandingkan dengan simpanan atau tabungan.
Keuntungan bagi bank dengan menghimpun dana lewat deposito
adalah bank dapat leluasa menggunakan kembali dana tersebut untuk
keperluan penyaluran kredit. (Khasmir, 2000: 93)
dilakukan dalam jangka waktu tertentu menurut perjanjian antara nasabah
penyimpan dengan bank. (Khasmir, 2000: 93)
Penarikan deposito hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu
maksudnya adalah jika nasabah deposan menyimpan uangnya untuk jangka
waktu 3 bulan, maka uang tersebut baru diciairkan setelah jangka waktu
tersebut berakhir dan sering disebut tanggal jatuh tempo. Untuk mencairkan
deposito yang dimiliki deposan dapat menggunakan bilyet deposito atau
sertifikat deposito.
Dalam hal ini deposito merupakan sarana investasi jangka menengah
dimana masyarakat dapat menentukan sendiri jatuh tempo yang diinginkan.
Penentuan jangka waktu sangat penting dalam investasi ini. Bila masyarakat
sudah cukup memiliki dana dan ingin mendapatkan beberapa bunga tetap
selama jangka waktu tertentu, produk deposito dapat menjadi pilihan. Tapi
bila kebijakan investasi yang dinginkan adalah pengembangan dari dana awal,
maka ada produk lain yang lebih memungkinkan. Anda mendapatkan
pengembalian yang lebih tinggi dengan resiko yang tetap terukur.
2.2.3.2. Jenis - Jenis Deposito.
Deposito atau dana yang bersumber dari mayarakat ini, pada dasarnya
dana yang berasal dari simpanan masyarakat ini terdiri dari bebagai jenis
yaitu:
1. Deposito Berjangka (Time Deposit).
Deposito berjangka merupakan deposito yang diterbitkan menurut
jangka waktu tertentu. Deposito berjangka diterbitkan atas nama baik
perseorangan/lembaga. Pencairan bunga deposito dapat dilakukan setiap
bulan atau setelah jatuh tempo sesuai jangka waktunya, baik tunai maupun
non tunai.
2. Sertifikat Deposito
Merupakan deposito yang diterbitkan dengan jangka waktu 2, 3, 5,
dan 12 bulan sertifikat deposito diterbitkan atas dalam bentuk sertifikat.
Artinya di dalam sertifikat deposito tidak tertulis nama seseorang atau
badan hukum tertentu. Disamping itu sertifikat deposito dapat diperjual
belikan pada pihak lain. Pencairan bunga dilakukan dimuka, tiap bulan
atau jatuh tempo, baik tunai maupun non tunai.
3. Deposit on Call.
Merupakan deposito yang berjangka waktu minimal 7 hari dan
paling lama kurang dari 1 bulan. Diterbitkan atas mana dan biasanya
dalam jumlah yang besar (tergantung bank yang bersangkutan). Pencairan
bunga dapat dilakukan pada saat pencairan deposit on call dan sebelum
memberitahukan bank penerbit. Besarnya bunga ditentukan dengan
negoisasi terlebih dahulu antara pihak bank dengan nasabah.
(Khasmir, 2002 : 94)
2.2.3.3. Fungsi Deposito.
Fungsi deposito secara garis besar adalah sebagai berikut:
1. Sebagai alat pengaman kekayaan. Deposito memberikan rasa aman kepada
pihak-pihak yang memiliki kekayaan dalam bentuk uang.
2. Bila deposito meningkat, hal ini menunjukkan bahwa dunia perbankan
dapat berpindah dalam mempertemukan pihak-pihak yang membutuhkan
dana dengan pihak-pihak yang kelebihan dana, sehingga dana tersebut
dapat digunakan secara produktif. (Sinungan, 2000 : 6)
2.2.3.4. Deposito Berjangka.
Simpanan deposito berjangka merupakan simpanan pihak ketiga
kepada bank yang penarikannya dilakukan dalam waktu yang ditentukan
sesuai dengan peranjian tertulis (1, 3, 6, 12, dan 24 bulan) antara pihak ketiga
(deposan) dengan bank yang bersangkutan. Apabila penarikan dana oleh
deposan dilakukan sebelum jatuh tempo seperti yang tertulis pada perjanjian
dengan pihak bank, maka deposan dikenakan denda oleh pihak bank. Selain
dan dapat juga memperpanjang simpanan deposito berjangkanya sesuai
dengan perjanjian dengan pihak bank. (Sinungan, 1992 : 65)
2.2.3.5. Manfaat Masyarakat Menabung Dalam Bentuk Deposito Berjangka Beberapa manfaat masyarakat dalam menetapkan dananya dalam
bentuk deposito berjangka adalah :
1. Tingkat suku bunga yang menarik dan menguntungan.
2. Resiko simpanan deposito berjangka relatif keci1.
3. Fasilitas yang memuaskan nasabah.
4. Mempermudah nasabah dalam lalu lintas pembayaran.
5. Mengerjakan nasabah untuk hidup hemat.
6. Sewaktu-waktu dapat diambil, walaupun penarikan deposito hanya dapat
dilakukan dalam jangka waktu tertentu berdasarkan perjanjian antara
deposan dengan pihak bank, maka bank dapat mebayar kembali simpanan
tersebut saat setelah beberapa syarat terpenuhi (biasanya dikenakan denda)
tetapi untuk deposit on call tidak dikenakan denda.
7. Adanya perpanjangan jangka waktu pada saat jatuh tempo secara
otomatis.
2.2.4. Pendapatan Perkapita.
2.2.4.1. Pengertian Pendapatan Perkapita.
Pengertian pendapatan perkapita adalah pendapatan rata-rata
penduduk suatu negara pada suatu waktu tertentu. Nilainya diperoleh dan
membagi nilai pendapatan nasional bruto atau pendapatn domestik bruto pada
sesuatu tahun tertentu dengan jumlah penduduk pertahun tersebut. Dengan
demikian pendapatan perkapita dapat dihitung dengan menggunakan salah
satu persarnaan berikut: (Sukirno, 2002 : 417)
Pengertian lain mengenai pendapat perkapita adalah personal income
dimana pendapatan yang diterima rumah tangga dan bisnis non perusahaan.
Nilainya diperoleh dengan membagi nilai Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB) suatu tahun tertentu dengan jumlah penduduk pada tahun tersebut.
(Mankiw, 2003: 10)
a. Perkapita =
b. Perkapita PDB =
Adanya pendapatan perkapita sehingga suatu negara mengharap
pembangunan ekonomi yang terus mengalami pengembangan atau terus
berkembangan dari tahun ke tahun, sebab dengan pendapatan perkapita suatu
membandingkan laju pertumbuhan ekonomi yang telah dicapai oleh negara dan
masa ke masa. Kemudian juga dengan adanya suatu pendapatan perkapita dapat
diketahui bahwa makin tinggi pendapatan perkapita suatu negara, maka makin
kecil peranan sektor swasta dalam membuka kesempatan kerja, akan tetapi
sebaliknya menguntungkan bagi sektor-sektor perbankan dalam peranannya di
sektor ekonomi. Untuk lebih jelasnya pendapatan perkapita adalah pendapatan
rata-rata penduduk suatu negara tertentu. (Sukirno, 2002 : 21)
Jadi dapat disimpulkan dan pengertian mengenai pendapatan perkapita
diatas adalah rata-rata penduduk, yaitu menyangkut semua penduduk, baik
anak-anak maupun dewasa. Apabila jumlah penduduk suatu negara selalu bertambah
melalui kenaikan pendapatan nasional, maka pendapatan perkapita menjadi
rendah, demikian pula sebaliknya apabila jumlah penduduk suatu negara lebih
kecil dan kenaikan pendapatan nasional, maka pendapatan perkapita menjadi
tinggi.
2.2.4.2. Fungsi Pendapatan Perkapita.
Fungsi pendapatan perkapita dapat dilihat dan data pendapatan perkapita itu
sendiri menurut harga tetap, antara lain
1. Untuk menunjukan perkembangan tingkat kemakmuran disuatu Negara.
(Harijanto, 1999 : 21)
Suatu masyarakat dipandang mengalami pertambahan dalam kemakmuran
masyarakatnya, apabila pendapatan perkapita menurut harga tetap atau
pendapatan perkapita riil terus menerus bertambah. Pendapatan perkapita
sebagai bahan untuk menjadi dasar perbandingan tingkat kesejahteraan
masyarakat dan laju tingkat pembangunan ekonomi berbagai Negara.
(Harijanto, 1999 : 21)
2.2.4.3. Macam - Macam Perhitungan Pendapatan Perkapita.
Dalam menghitung pendapatan perkapita ada dua macam perhitungan
dapat dilakukan yaitu berdasarkan:
1. Harga yang berlaku.
Perhitungan menurut harga yang berlaku penting untuk
memberikan gambaran mengenai kemampuan rata-rata dan penduduk
negara itu membeli barang-barang. Perhitungan ini juga penting sebagai
bahan perbandingan dalam menunjukan perbedaan tingkat kemakmuran
disuatu negara dengan negara-negara lain. (Sukirno, 2002 : 417)
2. Harga tetap.
Data pendapata perkapita menurut harga tetap perlu dihitung untuk
menunjukan perkembangan tingkat kemakmuran pada suatu negara.
2.2.4.4. Metode Perhitungan Pendapatan Perkapita.
Ada 3 metode yang digunakan dalam menghitung pendapatan
domestik regional bruto yang dapat dipakai jika ditinjau dan metode yang
berlainan, yaitu :
1. Metode produksi / metode output (Output Approach)
Pendapatan Domestik Bruto (PDB) merupakan jumlah nilai produk
barang-barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh unit-unit produksi suatu
daerah tertentu dalam jangka waktu tertentu biasanya 1 tahun atau juga
biasanya disebut sebagai nilai output, yang dalam penyajiannya
dikelompokan menjadi 11 sector yaitu pertanian, pertambangan, dan
penggalian industri pengolahan, listrik, gas, dan air bersih, bangunan hotel
dan restoran, pengangkutan dan komunikasi, bank dan lembaga keuanga
lain, sewa rumah, pertahanan, serta jasa-jasa.
2. Metode pendapatan (Income Approach)
Pendapatan Domestik Bruto (PDB) adalah balas jasa kepada
faktor-faktor produksi berupa upah dan gaji, sewa tanah, bunga modal dan
keuntungan sebelum dipotong pajak penghasilan dan pajak langsung,
waktu tertentu (biasanya 1 tahun) PDB merupakan nilai tambah bruto
seluruh sektor.
3. Metode pengeluaran (Expenditure Approach)
Produk Pomestik Bruto (PDB) merupakan pengeluaran yang
dilakukan untuk konsumsi rumah tangga, lembaga sosiai swasta yang
tidak mencari keuntungan, konsumsi pemerintah, pembentukan modal
tetap domestik bruto, perubahan stok dan ekspor netto suatu daerah dalam
waktu tertentu biasanyn 1 tahun apabila pembentukan modal dan ekspor
netto dijumlah, maka akan diperoleh nilai PDB. (Rahardja, 2004 : 23)
2.2.4.5. Hubungan Pendapatan Perkapita Dengan Jumlah Tabungan Masyarakat Dan Deposito.
Tingkat pendapatan yang rendah, tabungan masyaakat akan
mengalami negatif, keadaan ini berarti menggunakan tabungan dimasa lalu
untuk membiayai hidupnya, baru setelah pendapatan melebihi pendapatan
awal, maka masyarakat menabung sebagian dari pendapatannya.
(Sukirno, 2002 : 77)
Apabila seseorang menerima pendapatannya dan hasilnya bekerja,
itu setelah dikurangi dengan segala kewajibannya. Dalam hal itu, setiap
pendapatan yang akan dikeluarkan untuk keperluan konsumsi, sedangkan
sisanya jika masih ada akan ditabung. (Samuelson, 1996 : 95)
Menurut teori Keynes dalam Nopirin (2000 : 79) menjelaskan
faktor-faktor yang menentukan pendapatan nasional. Menurut kaum klasik,
pendapatan nasional akan selalu dalam keadaan Full Employment dimana
keinginan masyarakat untuk menabung sama dengan keinginan perusahaan
untuk melakukan investasi. Menurut Keynes, apabila perusahaan mengalami
tambahan persediaan yang tidak diinginkan, pengusaha akan memperkecil
atau mengurangi produksi. Output akan turun selama keinginan menabung
lebih besar dan pada keingirian untuk investasi. Proses turunnya output itu
akan terus berlangsung sampai keinginan menabuag sama dengan keinginan
investasi, dimana pendapatan nasional keseimbangan yang baru lebih rendah
dari semula. Keynes mengatakan bahwa pengeluaran konsumsi (C) terutama
tergantung dari suatu pendapatan (Y), makin tinggi pendapatan maka makin
tinggi suatu konsumsi.
Pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam
perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksikan dalam
masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat rneningkat.
(Sukirno, 2002 10)
peningkatan, hal ini akan berpengaruh pada tingkat konsumsi masyarakat dan
juga akan mempengaruhi tabungan masyarakat, karena tingkat pendapatan
yang meningkat, dan kebutuhan telah terpenuhi maka masyarakat juga akan
meningkatkan pula tabungan mereka.
2.2.5. Jumlah Penduduk. 2.2.5.1. Definisi Penduduk.
Menurut para ahli ekonorni dimaksudkan dengan perkataan penduduk
disini tentu saja adalah penduduk dan bukan yang lainnya misalnya : ternak,
unggas, tumbuhan, dan sebagainya, sekalipun yang lainnya ltu tidaklah
diabaikan sama sekali. Sebab mengapa para ahli ekonomi sangat tertarik
kepada masalah kependudukan ini adalah karena penduduk itulah yang
melakukan produksi maupun konsumsi dan penduduk itulah sebagai subyek
ekonomi, serta penduduk itu merupakan sumber tenaga kerja, human
resources, disamping sumber factor produksi skill. (Rosyidi, 2004 : 87)
Diluar ilmu ekonomi, maka cabang ilmu pengetahuan yang paling
banyak menarik perhatian para ahli ekonomi adalah ilmu tentang
kependudukan. Keterkaitan para ahli ekonomi terhadap persoalan
kependudukan karena disebabkan penduduk itulah yang menentukan suatu
produksi, konsumsi, maupun tabungan, dan juga dapat dikarenakan penduduk
Sebagai subyek ekonomi maka penduduklah yang akan dapat
menentukan perkembangan perekonomian suatu negara atau daerah menjadi
lebih baik atau lebih buruk. Jumlah serta mutu suatu negara atau daerah
merupakan unsur penentu yang paling penting bagi kemampuan produksi,
serta standart hidup suatu negara atau daerah. Namun demikian, sebab yang
paling utama mengapa masalah penduduk ini sangat menarik, sehingga
perhatian para ahli ekonomi adalah karena penduduk itu adalah sumber tenaga
kerja, human resources, disamping sumber faktor produksi skill.
(Rosyidi, 2004 : 87)
Dengan peran penduduk sebagai sumber tenaga kerja dan faktor
produksi skill, maka jumlah penduduk yang besar denga kualitas yang baik
akan berdampak positif pada perekonomian suatu negara atau suatu daerah.
Hal ini disebabkan karena dengan jumlah penduduk yang besar, produksi
suatu negara juga besar. Selain itu seperti yang tercantum dalam Garis-Garis
Besar Haluan Negara (GBHN) pada tahun 1993 telah disebutkan bahwa
penduduk yang besar jumlahnya sebagai sumber daya manusia yang
berpotensi dan produktif bagi pembangunan. (Rosyidi, 1996 : 87)
Jumlah penduduk adalah manusia dan bukan yang lainnya misalnya:
tanah, tumbuhan, dan sebagainya yang melakukan produksi maupun
konsumsi. (Rosyidi, 2004 : 87)
Apabila jumlah penduduk naik, maka hasrat atau minat untuk
menabung di bank akan meningkat pula, karena jumlah penduduk yang besar.
Perkembangan jumlah penduduk pada dasarnya merupakan suatu faktor yang
sangat vital didalam mobilisasi dana masyarakat yang secara umum
mempengaruhi penghirnpunan dana pada bank. Dikarenakan salah satu
sumber dana bank yang paling utam adalah berasal dan rnasyarakat.
(Kasmir, 2003: 19)
Menurut Rosyidi (1996 : 92), apabila suatu negara mempunyai
penduduk yang terlalu sedikit, maka mungkin sekali itu tidak akan mampu
memanfaatkan sumber-sumbernya dengan seefisien mungkin, sebagaimana
yang mungkin akan dihasilkan jika saja jumlah penduduk lebih besar. Dalam
keadaan seperti ini usaha untuk mewujudkan potensi besar-besaran sangatlah
terhalangi.
Dari faktor diatas tampak jelas bahwa penduduk merupakan faktor
yang justru lebih serius disektor pertanian dibanding sektor diluar pertanian.
Seperti yang telah kita ketahui bahwa pertumbuhan penduduk justru
mendorong usaha pertumbuhan ekonomi, sebab jika tidak ada pertumbuhan
ekonomi niscaya standart hidup manusia pasti semakin merosot. Laju
berkembang merupakan akibat dan penurunan tingkat kematian dan masih
tetap tingginya tingkat suatu kelahiran dari ini terjadi terutama diluar sektor
produksi. Tingkat kelahiran dinegara-negara industri jelas menurun dan
bahkan kalau kecenderungan ini berlangsung terus akan dapat terjadi keadaan
penduduk yang “stationer” atau bahkan semakin kecil jumlahnya.
(Suparmoko, 1997: 53)
2.2.5.3. Hubungan Jumlah Penduduk Dengan Jumlah Tabungan Masyarakat Dan Deposito.
Jumlah penduduk adalah manusia bukan yang lainnya yang melakukan
suatu produksi maupun konsumsi yang ada disaat sekarang ini. Dengan begitu
jumlah penduduk yang sangat banyak akan dapat memeberi pengaruh
terhadap suatu tingkat jumlah tabungan. Seperti yang kita ketahui bahwa
pertumbuhan penduduk justru mendorong usaha pertumbuhan ekonomi, sebab
kalau tidak ada pertumbuhan ekonomi niscaya standart hidup masyarakat pasti
akan semakin merosot. (Suparmoko, 1997 : 53)
Penduduk dipadang sebagai nasabah yang akan melakukan kegiatan
menabung. Seperti apa yang diutarakan oleh Kasmir dalam bukunya
Manajemen Perbankan, bahwa dana terbesar pada sektor perbankan
Jadi makin banyaknya penduduk, maka makin tinggi pula. jumlah dan
tabungan masyarakat yang dihimpun oleh sektor perbankan.
2.2.6. Pengertian Inflasi.
Ada beberapa mengenai definisi tentang apa itu inflasi, yaitu antara lain :
1. Inflasi merupakan proses kenaikan harga-harga umum barang-barang
secara terus menerus. Ini tidak berarti bahwa harga-harga berbagai macam
barang itu naik dengan persentase yang sama, mungkin dapat terjadi
kenaikan tersebut tidaklah bersamaan. Yang penting terdapat kenaikkan
harga umum barang secara terus menerus selama suatu periode tertentu
(Boediono, 2001: 25)
2. Inflasi merupakan suatu permasalahan ekonomi yang terjadi, baik itu
dinegara-negara maju ataupun dinegara-negara berkembang seperti
dinegara kita Indonesia. (Suparmono, 2004 : 128)
2.2.6.1. Penggolongan Inflasi
1) Penggolongan inflasi menurut parah tidaknya inilasi: a) Inflasi ringan
Yaitu inflasi yang terjadi dibawah angka 10% pertahun.
b) Inflasi sedang
Yaitu inflasi yang teriadi diantara angka 10% - 30% pertahun.
Yaitu inflasi yang terjadi diantara angka 30% - 100% pertahun.
d) Inflasi hiper inflasi
Yaitu inflasi yang teerjadi diatas angka 100% pertahun.
(Nopirin, 2000 :27)
2) Penggolongan inflasi menurut penyebabnya :
Penggolongan kedua ini adalah atas dasar sebab masalah awal dari
inflasi. Atas dasar ini kita bedakan 2 macam inflasi:
a) Inflasi yang timbul karena permintaan masyarakat akan berbagai
Larang terlalu kuat (demand pull inflation).
Inflasi yang terjadi karena jumlah barang yang diminta secara
total (aggregate demand / AD). Melebihi jumlah barang yang
ditawarkan dalam perekonomian (aggregate supply / AS). Dengan
kata lain, permintaan masyaraka. terhadap barang dan jasa tertentu
selalu mengalami peningkatan sementara, disisi. lain kapasitas
produksi tetap / tidak dapat ditingkatkan.
Sumber : Suparmono, 2004, Pengantar Ekonomika Makro, Edisi
Pertama, Hal 129
Keterangan : jumlah barang dan jasa yang dihasilkan secara total oleh
suatu perekonomian ditunjukan oleh kurva AS. Mula-mula permintaan
masyarakat terhadap barang dan jasa yang dihasilkan tersebut ditunjukan
oleh kurva permintaan AD, sehingga dipasar terjadi harga keseimbangan
awal (P1) dan jumlah keseimbangan awal (Q1). Karena kapasitas
perekonomian tidak mampu rnenghasilkan barang dan jasa melebihi
penawaran awal AS dan disisi lain pemerintah meningkat menjadi AD ,
maka harga akan naik dan P1 menjadi P2. Kenaikan permintaan inilah
yang menyebabkan terjadinya kenaikan harga, sehingga menyebabkan
terjadinya inflasi dari sisi permintaan. Kenaikan permintaan ini dapat
diakibatkan oleh pertambahan jumlah penduduk maupun semakin
bertambahnya jenis dan jumlah kebutuhan masvarakat.
b) Inflasi yang timbul karena kenaikan biaya produksi (cost push
inflation)
Dilihat dari sisi penawaran, kenaikan harga dapat terjadi karena
turunnya jumlah barang dan jasa yang ditawarkan. Misalnya jumlah
produksi beras menurun pada musim tanam tertentu yang disebabkan
oleh kegagalan panen. Turunnya produksi beras dan disisi lain
permintaannya tetap akan dapat mengakibatkan kenaikan harga.
Gambar 3: Cost Push Inflation
Sumber : Suparmono, 2004, Pengantar Ekonomika Makro, Edisi
Pertama, Hal 129
Keterangan : Dalam kondisi normal, produksi beras ditunjukan oleh kurva
Keseimbangan terjadi dititik E dengan harga keseimbangan P1 dan
jumlah keseimbangan Y1. Apabila terjadi kegagalan panen, ini akan
mengakibatkan turunnya jumlah produksi beras, sehingga kurva
penawarannya bergeser kekiri atas dan AS ke S1.Kondisi ini
rnengakibatkan keseimbangan bergeser dari E ke E1 dan harga naik
menjadi P2. (Suparmono, 2004 : 133)
3) Penggolongan Inflasi menurut asalnya.
Penggolongan yang ketiga ialah berdasarkan asal dan inflasi,
antara lain:
1. Inflasi yang berasal dan dalam negeri (Domestic Inflation)
Inflasi dan dalam negeri merupakan inflasi yang timbul
misalnya karena defisit anggaran belanja yang dibiayai dengan
percetakan uang baru, serta adanya panen yang gagal dan sebagainya.
2. Inflasi yang berasal dan luar negeri (Imported Inflation)
Inflasi yang berasal dari luar negeri merupakan inflasi yang timbul
karena harga-harga diluar negeri atau negara-negara langganan
berdagang kita. (Boediono, 2001 : 164)
Inflasi juga akan menimbulkan efek-efek terhadap individu dan
masyarakat :
1. Inflasi menurunkan pendapatan riil orang-orang yang berpendapatan tetap.
Pada umumnya kenaikan upah tidaklah secepat kenaikan harga-harga,
maka inflasi akan menurunkan upah riil individu-individu yang
berpendapatan tetap.
2. Intlasi akan mengurangi nilai kekayaan yang berbentuk uang.
Sebagian kekayaan masyarakat disimpan dalam bentuk uang, simpanan di
bank, simpanan tunai, dan simpanan dalam institusi-institusi keuangan
lain merupakan simpanan keuangan.
3. Memperburuk pembagian kekayaan.
Telah ditujukan bahwa penerima pendapatan tetap akan menghadapi
kemotaerosn dalam nilai riil pendapatannya, dan pemilik kekayaan bersifat
keuangan mengalami penurunan dalam nilai riil kekayaannya.
(Sukirno, 2006 : 339)
2.2.6.3. Cara Mencegah Inflasi.
Mencegah suatu inflasi ada tiga bentuk kebijaksanaan, antara lain:
1. Kebijaksanaan fiskal
menimbulkan efek yang cepat dalam mengurangi pengeluaran dalam
perekonomian. Kebijaksanaan ini juga menyangkut tentang pengeluaran
pemerintah serta perpajakan yang secara langsung dapat mempengaruhi
permintaan total, sehingga dapat mempengaruhi harga. Misalnya :
penurunan biaya masuk impor barang,
2. Kebijaksanaan moneter
Dengan kebijaksanaan moneter itu juga dapat mencegah inflasi atau
mengurangi inflasi yang dilakukan oleh pemerintah adalah untuk
menurunkan penawaran uang. Perubahan ini akan menaikkan suku bunga,
dengan kebijaksanaan moneter juga melalui pengaturan jumlah uang yang
beredar. Kebijaksanaan moneter anatara lain:
• Diskon rate : tingkal diskonto untuk pinjaman yang diberikan bank
sentral kepada bank umum.
• Politik pasar terbuka : menarik uang beredar dengan cara menjual
surat berharga.
• Margin requitment : batasan maximum pemberian waktu.
3. Dengan dasar segi penawaran
Dengan melakukan langkah-langkah yang dapat mengurangi biaya
produksi dan menstabilkan harga seperti mengurangi pajak impor dan
pertambahan produksi dan menggalakkan perkembangan tekhnologi.
(Sukirno, 2006 : 354)
2.2.6.4 Pengaruh Inflasi.
Sebenarnya siapa yang diuntungkan dan dirugikan dengan timbulnya
inflasi, sebab inflasi akan menguntungkan bagi kelompok yang memiliki uang
yang lebih, karena uang tersebut dapat diinvestasikan pada aset tanah, rumah
dan dialokasikan dipasar uang. Bentuk aset-aset tersebut akan mengalami
kenaikan harga yang jauh lebih cepat dan pada bentuk aset lainnya, sehingga
pemilik aset akan mendapatkan keuntungan dan kenaikan aset tersebut.
Sebaliknya kelompok rendah akan mengalami penurunan daya beli uang yang
dimiliki untuk membeli kebutuhan sehari-hari. Uang yang dimiliki akan
mengalami penurunan daya beli, sehingga secara riil pendapatan orang
tersebut akan mengalami penurunan seiring dengan kenaikan inflasi.
(Suparmono, 2004: 138)
2.2.6.5. Hubungan Inflasi dengan Pemilik Tabungan.
Bagairnana infIasi yang dikaitkan dengan pemilik tabungan disuatu
riil tabungan akan terus mengalami pengurangan seiring terjadinya inflasi.
Kondisi ini lebih para lagi apabila masyarakat menyimpan uang dirurnah,
disatu sisi masyarakat kehilangan kesempatan memperoleh pendapatan bunga
apabila menyimpan uangnya di bank ( atau surat berharga), disisi lain uang
tersebut secara riil juga mengalami penurunan. Dengan demikian inflasi dapat
dikatakan sebagai pajak atas pendapatan sebagian masyarakat, karena inflasi
akan mengurangi pendapatan masyarakat terutama pendapatan tetap.
(Suparmono, 2004: 139)
2.2.7. Tingkat Suku Bunga.
2.2.7.1 Pengertian Tingkat Suku Bunga.
Ketika selanjutnya kita memeriksa bagaimana uang mempengaruhi
aktifitas ekonomi, kita akan memfokuskan pada suku bunga, yang sering
disebut “harga uang”. Bunga adalah pembayaran yang dilakukan untuk
pengunaan uang. Sedangkan suku bunga adalah jumlah bunga yang
dibayarkan per unit waktu yang disebut sebagai persentase dan jumlah yang
dipinjamkan. Dengan kata lain, orang harus rnembayar kesempatan untuk
meminjam uang. Biaya peminjam uang, diukur dalam dollar pertahun per
dollar yang dipinjam, adalah suku bunga.