• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kesiapan Sekolah Menengah Atas di Kabupaten Sleman untuk memanfaatkan internet sebagai sumber belajar fisika

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kesiapan Sekolah Menengah Atas di Kabupaten Sleman untuk memanfaatkan internet sebagai sumber belajar fisika"

Copied!
129
0
0

Teks penuh

(1)

KESIAPAN SEKOLAH MENENGAH ATAS DI KABUPATEN

SLEMAN UNTUK MEMANFAATKAN INTERNET SEBAGAI

SUMBER BELAJAR FISIKA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh :

Caecilia Anis Pratiwi 121424022

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENGETAHUAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)

i

KESIAPAN SEKOLAH MENENGAH ATAS DI KABUPATEN

SLEMAN UNTUK MEMANFAATKAN INTERNET SEBAGAI

SUMBER BELAJAR FISIKA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh :

Caecilia Anis Pratiwi 121424022

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENGETAHUAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(3)
(4)
(5)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Dengan menyebut nama Tuhan yang maha pengasih lagi maha

penyayang, kupersembahkan skripsi ini sebagai bentuk ucapan syukur dan

tanda terima kasihku untuk semua orang yang selalu mendoakanku,

mendukungku, memotivasiku untuk terus selalu berusaha melakukan yang

terbaik. Skripsi ini ku persembahkan untuk :

Tuhan Yang Maha Esa yang selalu meyertai setiap langkahku

Keluargaku tercinta yang selalu mendukung dan mendoakan yang

terbaik untukku.

Teman-teman yang selalu siap mendengarkan keluhanku dan selalu

membantuku di saat aku membutuhkan pertolongan

(6)

v MOTTO

“ Sukses bukanlah akhir dari segalanya, kegagalan bukanlah

sesuatu yang fatal : namun keberanian untuk meneruskan

(7)
(8)
(9)

viii ABSTRAK

Caecilia Anis Pratiwi. 2017. Kesiapan Sekolah Menengah Atas di Kabupaten Sleman untuk Memanfaatkan Internet sebagai Sumber Belajar F isika. Skripsi, Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesiapan Sekolah Menengah Atas di Kabupaten Sleman dalam memanfaatkan internet sebagai sumber belajar Fisika. Penelitian ini dilaksanakan di tujuh Sekolah Menengah Atas yang ada di Kabupaten Sleman pada semester genap tahun ajaran 2015/2016. Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data adalah kuesioner kesiapan sekolah, observasi dan wawancara kepada kepala sekolah. Data yang diperoleh diperkuat dengan melakukan observasi dan crosscheck terhadap guru fisika, staf ahli dan siswa.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara keseluruhan, 71,42 % dari jumlah sekolah telah siap untuk memanfaatkan internet sebagai sumber belajar. Aspek yang paling siap adalah sumber daya manusia, yaitu sebesar 85,71 % dari jumlah sekolah. Sedangkan aspek yang paling rendah kesiapannya adalah sarana prasarana yaitu sebesar 42,86 % dari jumlah sekolah. Besarnya kesiapan aspek kebijakan sekolah adalah 57,13% dari jumlah sekolah. Fakta itu menunjukkan bahwa perlu adanya peningkatan pengadaan sarana prasarana untuk menunjang pemanfaatan internet.

(10)

ix ABSTRACT

Caecilia Pratiwi Anis. 2017. The School Readiness of Senior High School in Sleman Regency for Internet Exploration as the Sources of Learning Physics. A Thesis, Physic Education Study Program, Department of Mathematics and Science Education, F aculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University, Yogyakarta.

The purpose of this research are to find out the school readiness of Senior High School in Sleman regency for Internet Exploration as the Sources of Learning Physics. This research was conducted at seven Senior High School in Sleman Regency in the second semester of the 2015/2016 academic year. The used instruments in data collection i.e. school readiness questionnaire, observation and interviews for the headmaster of each school. The obtained data confirmed by observation and crosscheck with the physics teacher, expert staff and students.

The results showed that overall, 71.42% of the number of schools are ready to use the Internet as a learning resource. Aspects of the most prepared are human resources, amounting to 85.71% of the number of school. While most aspects of the low readiness is the infrastructure that is equal to 42.86% of the number of school. The amount of the regulation aspects of school readiness is 57.13% of the number of school. The facts show that it is necessary to support the use of the Internet.

(11)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan segala berkat, rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “Kesiapan Sekolah Menengah Atas di Kabupaten Sleman untuk

Memanfaatkan Internet sebagai Sumber Belajar Fisika”. Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada program studi Pendidikan Fisika Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat diselesaikan berkat bimbingan, dukungan dan saran-saran dari berbagai pihak selama pelaksanaan penelitian dan penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Drs. Tarsius Sarkim, M.Ed., Ph.D. selaku Dosen Pembimbing yang telah sabar memberikan bimbingan, kritik, dan saran serta banyak meluangkan waktu dalam membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak Dr. Ignatius Edi Santosa, M.S. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Fisika yang selalu memberikan nasihat, dukungan dan motivasi.

3. Ibu Ir. Sri Agustini Sulandari M.Si. selaku Dosen Pembimbing Akademik yang selalu memberikan semangat, dukungan dan motivasi

(12)

xi

5. Keluargaku tercinta yang menjadi penyemangat hidupku, yang senantiasa mencurahkan cinta kasih, dukungan, perhatian, dan doa

6. Kepala Sekolah, Guru, dan Karyawan yang telah membantu penulis dalam penelitian ini serta siswa SMA yang berpartisipasi sebagai responden saat pengambilan data

7. Rekan seperjuangan ku (Amanda Kartika, Rahayu Larasati, Fransiska Yupita dan Carlina) yang mau bekerja sama selama penelitian ini.

8. Sahabatku Delvie Naberia & Amanda Kartika, terima kasih atas kebersamaanya selama ini, merasakan suka dan duka bersama, yang selalu memberikan masukan dan semangat sepanjang penyelesaian pengerjaan skripsi ini.

9. Keluarga besar Pendidikan Fisika 2012 atas kebersamaan, dukungan dan bantuan yang diberikan selama belajar di Pendidikan Fisika Universitas Sanata Dharma

10.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Namun demikian penulis berharap agar skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan pendidikan dan ilmu pengetahuan.

Penulis

(13)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

HALAMAN LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

DAFTAR TABEL ... xvii

DAFTAR GAMBAR ... xix

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakanng . ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

(14)

xiii

E. Batasan Masalah ... 7

BAB II. KAJIAN PUSTAKA A. Kesiapan ... 8

1. Pengertian Kesiapan ... 8

2. Aspek Kesiapan ... 9

3. Faktor yang Mempengaruhi Kesiapan ... 10

B. Internet ... 11

C. Pengertian Belajar ... 14

D. Sumber Belajar ... 16

1. Pengertian Sumber Belajar ... 16

2. Fungsi Sumber Belajar ... 17

E. Kesiapan Sekolah terhadap Pemanfaatan Internet sebagai Sumber Belajar ... 17

F. Penelitian yang Relevan ... 20

BAB III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 23

B. Subjek Penelitian ... 23

1. Populasi ... 23

2. Sampel ... 25

C. Waktu dan Tempat Penelitian ... 28

D. Metode Pengambilan Data ... 29

E. Instrumen Penelitian ... 30

(15)

xiv

2. Wawancara ... 32

3. Observasi ... 34

F. Validitas ... 36

G. Metode Analisis Data ... 37

1. Analisis Kuantitatif ... 37

2. Analisis Kualitatif ... 39

3. Kategorisasi Kesiapan Sekolah ... 40

H. Prosedur Penelitian ... 42

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Penelitian ... 43

B. Data ... 45

1. Angket ... 45

2. Wawancara ... 47

C. Analisis Data ... 54

1. Analisis Angket ... 54

2. Analisis Wawancara ... 59

3. Hasil Keseluruhan ... 66

4. Hasil Observasi ... 69

D. Aspek Khusus Pemanfaatan Internet untuk Pembelajaran Fisika .... 76

E. Pembahasan ... 79

(16)

xv BAB V. KESIMPULAN

A. Kesimpulan ... 84

B. Saran ... 85

DAFTAR PUSTAKA ... 87

(17)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuisioner Kesiapan Sekolah ... 91

Lampiran 2. Surat Ijin Penelitian dari Universitas ... 95

Lampiran 3. Surat Ijin dari Kantor Kesatuan Bangsa ... 103

Lampiran 4. Surat Ijin dari BAPPEDA ... 105

Lampiran 5. Surat Keterangan telah Melaksanakan Penelitian ... 106

(18)

xvii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Penentuan Sampel ... 27

Tabel 3.2 Kisi-kisi Angket Kesiapan Sekolah terhadap Pemanfaatan Internet sebagai Sumber Belajar ... 31

Tabel 3.3 Kisi-kisi Wawancara Kesiapan Sekolah terhadap Pemanfaatan Internet sebagai Sumber Belajar ... 32

Tabel 3.4 Kisi-kisi Observasi Kesiapan dan Checklist ... 34

Tabel 3.5 Kategorisasi Kesiapan Sumber Daya Manusia ... 38

Tabel 3.6 Kategorisasi Tingkat Kesiapan Sarana Prasarana ... 38

Tabel 3.7 Kategorisasi Tingkat Kesiapan Kebijakan Sekolah ... 39

Tabel 3.8 Kategorisasi Tingkat Kesiapan Sekolah ... 39

Tabel 3.9 Kategorisasi Kesiapan Sekolah ... 41

Tabel 4.1 Jadwal Pelaksanaan Penelitian ... 44

Tabel 4.2 Skor Kesiapan Sekolah terhadap Pemanfaatan Internet ... 46

Tabel 4.3 Hasil Wawancara Kesiapan Sekolah terhadap Pemanfaatan Internet sebagai Sumber Belajar ... 48

Tabel 4.4 Kategorisasi Faktor Kesiapan Sekolah terhadap Pemanfaatan Internet sebagai Sumber Belajar ... 54

Tabel 4.5 Prosentase Kesiapan Sumber Daya Manusia ... 56

Tabel 4.6 Prosentase Kesiapan Sarana Prasarana ... 56

(19)

xviii

Tabel 4.8 Kategori Kesiapan Sekolah terhadap Pemanfaatan Internet

sebagai Sumber Belajar ... 58 Tabel 4.9 Prosentase Kesiapan Sekolah ... 59 Tabel 4.10 Analisis Wawancara Kesiapan Sekolah terhadap Pemanfaatan

Internet sebagai Sumber Belajar ... 60 Tabel 4.11 Penjelasan Sekolah yang Sangat Siap dengan Sekolah yang

Sangat Tidak Siap ... 64 Tabel 4.12 Prosentase Kesiapan Sekolah secara Keseluruhan ... 66 Tabel 4.13 Perbandingan Kesiapan Sekolah berdasarkan

Letak Geografisnya ... 67 Tabel 4.14 Hasil Observasi ... 69 Tabel 4.15 Aspek Khusus Pemanfaatan Internet untuk Pembelajaran

(20)

xix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Bagan Faktor-Faktor Kesiapan Sekolah terhadap

Pemanfaatan Internet sebagai Sumber Belajar ... 19

Gambar 3.1 Peta Kabupaten Sleman ... 27

Gambar 3.2 Skema Proses Analisis Kualitatif ... 40

Gambar 3.3 Prosedur Rencana Penelitian ... 42

Gambar 4.1 Fitur JBClass ... 77

(21)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti, bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat tergantung pada proses belajar yang dialami siswa baik ketika ia berada disekolah maupun dilingkungan rumah atau keluarga sendiri (Syah, 2012). Belajar mengajar adalah suatu proses yang mengolah sejumlah nilai untuk dikonsumsi oleh setiap anak didik. Nilai-nilai itu tidak datang dengan sendirinya, tetapi terambil dari berbagai sumber. Sumber belajar yang sesungguhnya banyak sekali terdapat dimana- mana; di sekolah, di halaman, di pusat kota, di pedesaan, dan sebagainya (Djamarah, S.B & Zain, A., 2010). Bila media adalah sumber belajar, maka secara luas media dapat diartikan dengan manusia, benda, ataupun peristiwa yang memungkinkan anak didik memperoleh pengetahuan dan keterampilan. Dalam proses belajar mengajar kehadiran media mempunyai arti yang cukup penting. Karena dalam kegiatan tersebut ketidakjelasan bahan yang disampaikan dapat dibantu dengan menghadirkan media sebagai perantara (Djamarah, S.B & Zain, A., 2010).

(22)

anak didik. Kalau dalam pendidikan di masa lalu, guru merupakan satu-satunya sumber belajar bagi anak didik. Tetapi lain halnya sekarang, perangkat teknologi sudah ada dimana-mana. Pertumbuhan dan perkembangannya hampir-hampir tak terkendali, sehingga wabahnya pun menyusup ke dalam dunia pendidikan. Ternyata teknologi yang disepakati sebagai media itu, tidak hanya sebagai alat bantu tetapi juga sebagai sumber belajar dalam proses belajar mengajar (Djamarah, S.B & Zain, A., 2010). Maka sumber belajar sekarang ini tidak hanya berasal dari buku saja karena teknologi yang semakin berkembang ini menyediakan sumber belajar baru bagi siswa, yaitu sumber belajar berbasis teknologi.

Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) memberikan pengaruh terhadap dunia pendidikan khususnya dalam proses pembelajaran. Komunikasi sebagai media pendidikan dilakukan dengan menggunakan berbagai sarana seperti telepon, komputer, internet, e-mail dan layanan pesan singkat (Suyanto & Jihad, A., 2013). Banyak sekali jenis-jenis-jenis teknologi yang dapat digunakan oleh guru untuk menunjang keberhasilan proses pembelajaran. Untuk menyampaikan materi pelajaran misalnya, guru dapat memanfaatkan OHP atau LCD, dengan bantuan program computer. Untuk memberikan sumber belajar yang lebih beragam dan mutakhir, guru dapat memanfaatkan internet dan lain sebagainya (Sanjaya, W., 2008).

(23)

guru. Padahal, semakin lama sumber belajar tradisional ini semakin terbatas, baik jumlah maupun distribusi. Dalam hal ini internet bisa jadi substitusi yang sifatnya lebih untuk melengkapi, bukan menggantikan peran guru secara keseluruhan. Pemanfaatan sumber belajar berbasis teknologi dengan media elektronik saat ini sangat umum digunakan di dunia pendidikan.

Guru dapat memberikan layanan tanpa harus berhadapan langsung dengan siswa. Demikian pula siswa dapat memperoleh informasi dalam lingkup yang luas dari berbagai sumber melalui cyber space atau ruang maya dengan menggunakan internet. Perkembangan muthakir dalam dunia pendidikan diikuti dengan munculnya fenomena yang disebut cyber teaching atau pengajaran maya, yaitu proses pengajaran yang dilakukan dengan menggunakan internet. Istilah lain yang makin popular saat ini ialah e-learning, yaitu model pembelajaran dengan menggunakan media TIK khususnya internet (Suyanto & Jihad, A., 2013).

(24)

Maulida dan Jia-Jiunn (2013) mengatakan bahwa e-learning adalah cara baru dalam proses belajar mengajar. Ini merupakan konsekuensi dasar dan logis dari pengembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Untuk membangun e-learning yang efektif perlu banyak hal yang harus dipersiapkan, seperti kesiapan teknologi, kesiapan lembaga pendidikan dan kesiapan komunitas. Namun menurut Gordon Ouma, dkk (2013), keberhasilan pelaksanaan e-learning bergantung pada tingkat kesiapan infrastruktur ICT dan kesiapan pengguna. Untuk mengadopsi e-learning, sekolah diharapkan mencapai tingkat pembangunan infrastruktur dan pengguna e-learning juga harus memperoleh kompetensi teknis yang diperlukan dicampur dengan sikap positif dan persepsi terhadap e-learning. Gordon Ouma, dkk (2013) mengelompokkan bahwa terdapat 4 faktor untuk menilai kesiapan sekolah terhadap e-Learning yaitu manusia (attitudes, confidence, experience), teknologi, ketersediaan sarana prasarana, manajemen sekolah (infrastruktur). Mengukur tingkat kesiapan di Sekolah Menengah Atas memerlukan pemahaman yang jelas tentang bagaimana komponen lingkungan e-Learning berinteraksi. Komponen utama dari implementasi e-learning adalah manusia dan teknologi.

(25)

ketersediaan sarana prasarana (teknologi), kebijakan sekolah terhadap pemanfaatan internet, serta persepsi dan sikap pengguna terhadap internet. Tiga hal tersebut merupakan faktor yang harus dipenuhi sehingga sekolah dapat dikatakan siap memanfaatkan internet sebagai sumber belajar.

Kesiapan sekolah sangat penting karena untuk dapat memanfaatkan internet sebagai sumber belajar, sekolah harus mempersiapkan segala sesuatu untuk tercapainya tujuan tersebut. Ketika sekolah telah siap maka pendidikan di sekolah dapat berkembang seiring dengan perkembangan teknologi. Maka berdasarkan uraian diatas peneliti mengambil judul Kesiapan Sekolah Menengah Atas di Kabupaten Sleman untuk Memanfaatkan Internet Sebagai Sumber Belajar Fisika.

.

A. Rumusan Masalah

Bagaimana kesiapan Sekolah Menengah Atas di Kabupaten Sleman untuk memanfaatkan internet sebagai sumber belajar Fisika ?

B. Tujuan Penelitian

(26)

C. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi bagi mahasiswa pendidikan tentang kesiapan pemanfaatan internet sebagai sumber belajar di sekolah, karena sebagai calon pendidik harus memikirkan kemajuan pendidikan mengingat kemajuan teknologi semakin pesat maka pendidikan juga harus dapat menyesuaikan. Salah satu caranya dengan memanfaatkan internet sebgai sumber belajar dalam bidang pendidikan. 2. Bagi Siswa

Memberikan informasi kepada siswa bahwa internet juga merupakan sumber belajar yang dapat diakses kapan dan dimana saja mengingat bahwa kebanyakan siswa sekarang kemana saja mereka pergi selalu membawa handphone yang bisa akses internet.

3. Bagi Guru

Sebagai bahan acuan bagi guru untuk dapat meningkatkan pemanfaatan internet sebagai sumber belajar dan mengembangkan kemampuan untuk mengajar berbasis IT

4. Bagi Sekolah

(27)

memaksimalkan pemanfaatan internet sebagai sumber belajar yang mudah di akses oleh siswa.

5. Bagi Pemerintah

Memberikan informasi pentingnya bantuan dari pemerintah untuk sekolah-sekolah dalam meningkatkan pemanfaatan internet sebagai sumber belajar.

D. Batasan Masalah

Dalam penelitian ini perlu adanya pembatasan masalah agar pengkajian masalah tidak terlalu luas dan pelaksanaan penelitian dapat difokuskan. Berdasarkan latar belakang masalah maka penelitian ini difokuskan pada :

1. Tempat penelitian dilakukan di 7 Sekolah Menengah Atas dari beberapa Kecamatan di Kabupaten Sleman.

2. Masalah yang dibahas yaitu tentang kesiapan sekolah terhadap pemanfaatan internet sebaga sumber belajar yang mencakup beberapa faktor yaitu :

a. Sumber daya manusia terutama guru dan siswa

b. Sarana Prasarana yang mencakup teknologi, komputer, jaringan internet (Wifi).

(28)

8 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kesiapan

1. Pengertian Kesiapan

Kesiapan diperlukan sebelum siswa mengikuti pembelajaran. Kesiapan adalah keseluruhan kondisi seseorang yang membuatnya siap untuk memberi respon/ jawaban di dalam cara tertentu terhadap suatu situasi (Slameto, 2010). Dalam proses belajar, kesiapan ini timbul dari dalam diri seseorang dan juga berhubungan dengan kematangan, karena kematangan berarti kesiapan untuk melaksanakan sesuatu. Kesiapan sangat menentukan keberhasilan dalam belajar. Kesiapan itu perlu diperhatikan dalam proses belajar, karena jika siswa belajar dan padanya sudah ada kesiapan, maka hasil belajarnya akan lebih baik (Slameto, 2010). Menurut Thorndike dalam Slameto (2010), kesiapan adalah prasyarat untuk belajar berikutnya.

Menurut Thorndike dalam Surya (2013), salah satu hukum pembelajaran yaitu hukum kesiapan. Hukum kesiapan menyatakan bahwa hubungan antara rangsangan dan perilaku akan menjadi lebih kokoh apabila disertai dengan kesiapan.

(29)

2. Aspek Kesiapan

Penyesuaian kondisi pada suatu saat akan berpengaruh pada kecenderungan memberi respon. Menurut Slameto (2010), kondisi kesiapan mencakup 3 aspek :

a. Kondisi fisik, mental dan emosional

Kondisi fisik adalah kesiapan tubuh jasmani seseorang untuk mengikuti kegiatan belajar. Kondisi mental adalah keadaan siswa yang berhubungan dengan kecerdasan siswa. Sedangkan kondisi emosional adalah kondisi seseorang untuk dapat mengatur emosinya dalam menghadapi masalah.

b. Kebutuhan-kebutuhan, motif dan tujuan

Kebutuhan merupakan segala sesuatu yang harus dipenuhi saat itu juga atau rasa membutuhkan terhadap materi yang diajarkan. Motif merupakan suatu daya penggerak atau pendorong. Di dalam menentukan tujuan, disadari atau tidak untuk mencapai tujuan itu perlu berbuat, dan yang menjadi penyebab untuk berbuat itu adalah motif. Maka motif sangat erat kaitannya dengan tujuan.

Hubungan kebutuhan, motif dan tujuan dengan kesiapan menurut Slameto (2010) adalah :

1) Kebutuhan ada yang disadari dan tidak disadari

(30)

3) Kebutuhan mendorong usaha, dengan kata lain timbul motif 4) Motif tersebut diarahkan ke pancapaian tujuan.

Jelas bahwa kebutuhan yang disadari akan membuat siswa berusaha untuk dapat siap mencapai tujuan. Maka kebutuhan, motif dan tujuan ada hubungannya dengan kesiapan.

c. Keterampilan, pengetahuan pengertian yang lain yang telah dipelajari Keterampilan dan pengetahuan merupakan kemahiran, kemampuan serta pemahaman yang dimiliki siswa terhadap materi yang telah diajarkan. Keterampilan misalnya kemahiran siswa membuat alat peraga. Sedangkan pengetahuan misalnya pemahaman mengenai materi yang diajarkan.

3. Faktor yang Mempengaruhi Kesiapan

Faktor-faktor yang mempengaruhi kesiapan menurut Djamarah dan Aswan dalam Kadek Sri (2011), yaitu:

a. Kesiapan Fisik

(31)

b. Kesiapan Psikis

Kesiapan psikis berkaitan erat dengan kecerdasan, daya ingat tinggi, kebutuhan yang terpuaskan, ada hsrat atau motivasi untuk belajar, dapat berkonsentrasi da nada perhatian.

c. Kesiapan Materiil

Individu dalam mempelajari materi tentunya harus mempunyai bahan yang dapat dipelajari atau dikerjakan. Dengan didukung dengan berbagai sumber bacaan maka akan memberikan pengetahuan dan akan membantu siswa dalam merespon atas pertanyaan-pertanyaan dari guru terkait dengan pelajaran.

A. Internet

Menurut Kamus Bahasa Indonesia (KBI), internet adalah jaringan komunikasi elektronik yang menghubungkan jaringan komputer dan fasilitas komputer yg terorganisasi di seluruh dunia melalui telepon atau satelit. Internet atau interconnected network berkembang seiring bertambahnya komputer dan jaringan yang terhubung ke internet. Dengan demikian, internet berfungsi sebagai penghubung antar jaringan kecil. Internet sebagai jaringan dari berbagai jaringan. (Novian, A. & Abdullah, D., 2010).

(32)

komunikasi internet ini harus megikuti standar serta media tertentu. Media yang digunakan dalam jaringan ini adalah jaringan telepon (Supriyadi, E. & Kiswanto, M.H., 2010).

Menurut Sidharta (1996), internet adalah sumber daya informasi yang menjangkau seluruh dunia. Asal-usul internet berasal dari jaringan kompuer yang dibentuk pada tahun 1970-an. Jaringan computer tersebut disebut Arpanet. Jaringan computer hanyalah medium yang membawa informasi. Daya guna internet terletak pada informasi itu sendiri. Internet adalah gambaran dinamis bahwa manusia yang mampu berkomunikasi secara bebas akan memilih untuk bersikap sosial dan tidak mementingkan diri sendiri. Internet adalah forum global pertama dan perpustakaan global pertama dimana setiap pemakai dapat berpartisipasi dalam segala waktu (internet tidak pernah tutup).

Meluasnya penggunaan jaringan komputer merupakan motor bagi perkembangan teknologi elektronik terbaru ini (internet). Internet adalah kumpulan yang luas dari jaringan komputer besar dan kecil yang saling bersambungan menggunakan jaringan komunikasi yang ada diseluruh dunia. Selain itu, Internet adalah seluruh manusia yang secara aktif berpartisipasi sehingga membuat Internet menjadi sumber daya informasi yang sangat berharga (Tretter, M., 1996).

(33)

komputer berskala WAN (satu dunia). Laboratorium computer dan internet di sekolah sebenarnya merupakan bentuk sederhana warung internet (warnet). Internet membuka peluang bagi siswa untuk berkomunikasi dengan user lain di dunia. Internet bisa menjadi pemicu dan sarana meningkatkan kemampuan siswa. Internet juga bisa menjadi kabar baik bagi para guru dan staf. Guru dan staf dapat meningkatkan kemampuannya (Sofana, I., 2006).

Dalam dunia internet sering dikenal sebutan bit atau byte dan bandwidth. Sejumlah byte yang “diangkut” dari satu satu titik ke titik lain per satuan waktu

disebut transfer rate-nya. Kadangkala transfer rate disebut speed atau kecepatan transfer data. Adakalanya orang menyebut transfer data sebagai bandwidth. Sebenarnya bandwidth berbeda dengan transfer rate. Bandwidth menyatakan lebar spektrum. Namun bandwidth dan transfer rate saling berkaitan. Semakin besar bandwidth-nya akan semakin tinggi juga transfer rate yang dicapai (Sofana, I., 2006).

Menurut Rusman, Deni & Cepi (2012). pemanfaatan internet sebagai sumber pembelajaran memiliki beberapa kelebihan sebagai berikut :

1. Dimungkinkan terjadinya distribusi pendidikan ke semua penjuru tanah air dan kapasitas daya tampung yang tidak terbatas karena tidak memerlukan ruang kelas.

2. Proses pembelajaran tidak terbatas oleh waktu seperti halnya tatap muka biasa.

(34)

4. Lama waktu belajar juga tergantung pada kemampuan masing – masing siswa.

5. Adanya keakuratan dan kekinian materi pembelajaran.

6. Pembelajaran dapat dilakukan secara interaktif, sehingga menarik siswa dan memungkinkan pihak berkepentingan (orang tua siswa maupun guru) dapat turut serta menyukseskan proses pembelajaran, dengan cara mengecek tugastugas yang dikerjakan siswa secara online.

Maka dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa internet adalah sumber pembelajaran yang dapat menjadikan siswa lebih mandiri dalam belajar dengan mendapatkan askes untuk mencari materi yang sedang dipelajari.

B. Pengertian Belajar

Belajar merupakan permasalahan yang umum dibicarakan setiap orang terutama yang terlibat dalam dunia pendidikan (Irham, M. & Wiyani, N.A., 2014). Belajar merupakan sebuah proses yang dilakukan individu untuk memperoleh pengetahuan dan pengalaman baru yang diwujudkan dalam bentuk perubahan tingkah laku yang relatif permanen dan menetap disebabkan adanya interaksi individu dengan lingkungan belajarnya (Irham, M. & Wiyani, N.A., 2014).

(35)

belajar digunakan secara luas. Hal ini disebabkan karena aktivitas yang disebut belajar itu muncul dalam berbagai bentuk. Membaca buku, menghafal ayat Al-Qur’an, mencatat pelajaran, hingga menirukan perilaku tokoh dalam televisi,

semua disebut belajar. Maka menurut Khodijah (2014), dapat disimpulkan : 1. belajar adalah sebuah proses yang memungkinkan seseorang memperoleh

dan membentuk kompetensi, keterampilan, dan sikap yang baru;

2. proses belajar melibatkan proses-proses internal yang terjadi berdasarkan latihan, pengalaman dan interaksi social;

3. hasil belajar ditunjukkan oleh terjadinya perubahan perilaku (baik actual maupun potensial); dan

4. perubahan yang dihasilkan dari belajar bersifat relatif permanen.

Menurut Mustaqim (2008), belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif tetap yang terjadi karena latihan dan pengalaman. Dengan kata lain yang lebih rinci dari belajar adalah :

1. Suatu aktivitas atau usaha yang disengaja.

2. Aktivitas tersebut menghasilkan perubahan, berupa sesuatu yang baik yang segera nampak atau tersembunyi tetapi juga hanya berupa penyempurnaan terhadap sesuatu yang pernah dipelajari.

3. Perubahan-perubahan itu meliputi perubahan ketrampilan jasmani, kecepatan perseptual, isi ingatan, abilitas berpikir, sikap terhadap nilai-nilai dan inhibisi serta lain-lain fungsi jiwa (perubahan yang berkenaan dengan aspek psikis dan fisik);

(36)

C. Sumber Belajar

1. Pengertian Sumber Belajar

Dalam pembelajaran konvesional, sering guru menentukan buku teks sebagai satu-satunya sumber materi pembelajaran. Dengan demikian, perubahan dan atau penyempurnaan kurikulum, pada dasarnya adalah penyempurnaan dan perubahan buku ajar. Akibatnya ketika terjadi perubahan kurikulum, maka selalu diikuti oleh perubahan buku pelajaran (Sanjaya, W., 2008).

(37)

Sumber belajar adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai tempat di mana bahan pengajaran terdapat atau asal untuk belajar seseorang (Djamarah, S.B. & Zain, A., 2010). Untuk tercapainya tujuan pengajaran tidak mesti dilihat dari kemahalan suatu media, yang sederhana juga bisa mencapainya, asalkan guru pandai menggunakannya. Maka guru yang pandai menggunakan media adalah guru yang bisa manipulasi media sebagai sumber belajar dan penyalur informasi dari bahan yang disampaikan kepada anak didik dalam proses belajar mengajar.

2. Fungsi Sumber Belajar

Fungsi dari sumber balajar menurut Sudono (2000) yaitu memberikan kesempatan proses berasosiasi kepada anak untuk mendapatkan dan memperkaya pengetahuan dengan menggunakan berbagai alat, buku, narasumber, atau tempat. Penggunaan sumber belajar disesuaikan dengan tingkat kebutuhan anak. Fungsi sumber belajar yang lain adalah meningkatkan perkembangan anak dalam berbahasa melalui berkomunikasi dengan mereka tentang hal-hal yang berhubungan dengan sumber belajar atau hal lain.

D. Kesiapan Sekolah terhadap Pemanfaatan Internet Sebagai Sumber Belajar

(38)

tersebut diukur dengan menilai kemajuan relatif dari suatu daerah yang mengadopsi teknologi informasi dan penerapannya. Dari pendapat tersebut maka kesiapan sekolah terhadap pemanfaatan internet atau bisa disebut e-learning readiness (ELR) adalah kesiapan fisik atupun mental suatu organisasi yang berupa sekolah untuk menerapkan e-learning yaitu memanfaatan internet dalam pembelajaran di sekolah.

Menurut Haney (2002) dalam Aydin, C.H. & Tasci, D (2005), faktor kesiapan organisasi dalam menerapkan E-Learning diklasifikasikan dalam 7 kategori yaitu sumber daya manusia, sistem manajemen pembelajaran, pelajar, konten, teknologi informasi, biaya dan vendor. Selain itu Chapnick (2000) dalam Aydin, C.H. & Tasci, D (2005), faktor yang harus diperhatikan untuk menilai kesiapan dimasukkan 8 kategori kesiapan yaitu psychological, sociological, environmental, human resources, financial, technological skill, equipment, content. Berdasakan difusi Everett M. Rogers (Aydin, C.H. & Tasci, D., 2005), empat faktor utama yang dapat membantu organisasi mengukur seberapa siap mereka untuk e-learning telah ditentukan. Teori inovasi Everett M. Rogers memberikan latar belakang teoritis untuk faktor-faktor ini.yaitu teknologi, inovasi, orang dan pengembangan diri.

(39)

e-Learning berinteraksi. Komponen utama dari implementasi e-learning adalah orang-orang dan teknologi.

Dari pendapat di atas maka dapat dirangkum bahwa faktor-faktor yang digunakan untuk menilai kesiapan sekolah terhadap pemanfaatan internet sebagai sumber belajar adalah manusia (kesiapan guru, siswa dan seluruh anggota sekolah), sarana prasarana (jaringan Wifi, computer, LCD, teknologi yang mencakup software dan hardware), kebijakan sekolah (tenaga ahli, anggaran, dll). Kerangka yang menampilkan kesiapan semua komponen sekolah dalam pelaksanaan e-Learning yaitu pemanfaatan internet sebagai sumber belajar ditunjukkan pada gambar dibawah ini :

Gambar 2.1 Bagan Faktor-Faktor Kesiapan sekolah terhadap

Pemanfaatan Internet sebagai Sumber Belajar

Guru Siswa Pelatihan Staf

Anggaran

Website & e-mail Teknologi Kemampuan

Sumber Daya Manusia

Wifi Sarana Prasarana

yang menunjang pemanfaatan

internet

Komputer Staf / karyawan

Kesiapan Sekolah

Staf Ahli Internet Kebijakan

Sekolah terhadap pemanfaatan

internet

(40)

E. Penelitian Yang Relevan

Dalam penelitian ini peneliti mencari referensi dari penelitian sebelumnya telah dilakukan oleh peneliti lain tentang E-Learning Readiness yaitu kesiapan terhadap penerapan e-learning. Penelitian yang sebelumnya telah dilakukan oleh :

1. Ilham Fajri Maulida & Jia Jiunn Lo (2013) dengan judul “ E-Learning Readiness in Senior High School in Banda Aceh, Indonesia”. Penelitian ini dilakukan di 33 sekolah yaitu 17 SMA Negeri dan 16 SMA Swasta di kota Banda Aceh. Subyek penelitian ini yaitu kepala sekolah, guru, administrator sekolah dan staf dinas pendidikan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kualitatif dan kuantitatif. Pengambilan data dilakukan dengan cara membagikan kuisioner, melakukan wawancara serta observasi di sekolah. Hasil dari penelitian ini yaitu 40% sekolah siap menerapkan e-learning. Peneliti menemukan kendala terbesar dalam menerapkan e-learning yaitu keuangan serta kurangnya dukungan dari pemerintah dan satu-satunya faktor yang menyatakan siap adalah keerampilan siswa mengunakan komputer dan akses internet.

2. Arif Kurniawan (2014) dengan judul “Pengukuran Tingkat Kesiapan Penerapan e-Learning Sekolah Menengah Atas Muhammadiyah di Kota Yogyakarta”. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan

(41)

penelitian ini yaitu lima SMA Muhammadiyah di Kota Yogyakarta. Responden pada penelitian ini adalah kepala sekolah, wakil kepala sekolah bagian kurikulum, bendahara sekolah, penanggung jawab laboratorium komputer sekolah, dan guru yang ahli dalam e-learning. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelima sekolah tersebut yang berarti kelima SMA Muhammadiyah di Kota Yogyakarta termasuk pada kategori siap dalam penerapan e-learning, tetapi membutuhkan sedikit peningkatan pada faktor manusia dan pengembangan diri.

(42)

e-learning seperti konektivitas internet sangat lambat, jumlah komputer yang tersedia terlalu terbatas dibandingkan dengan siswa yang terdaftar.

Dari penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, semua penelitian menggunakan metode survei dengan memberikan angket. Ketiganya sama-sama meneliti kesiapan Sekolah Menengah Atas terhadap penerapan e-Learning hanya lokasinya yang berbeda. Hasil dari penelitian 1 yaitu keuangan dan dukungan pemerintah kurang, penelitian 2 menunjukkan bahwa masih membutuhkan sedikit peningkatan pada faktor manusia (seluruh anggota sekolah) dan pengembangan diri, sedangkan pada penelitian 3 hasilnya yaitu tingkat infrastruktur ICT masih sangat tidak memadai untuk pelaksanaan e-learning.

(43)

23 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain penelitian gabungan antara kuantitatif dan kualitatif. Penelitian kuantitatif adalah desain riset yang menggunakan data berupa skor atau angka yang kemudian akan dianalisis dengan statistik (Suparno, P., 2014: 119). Menurut Bogdan dan Tylor (1990) dalam Margono (2010), penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.

Penelitian kuantitatif dalam penelitian ini berupa jumlah skor dari angket mengenai kesiapan sekolah. Sedangkan penelitian kualitatif yaitu wawancara terhadap kepala sekolah untuk memperkuat data kuantitatif terkait kesiapan sekolah terhadap pemanfaatan internet sebagai sumber belajar. Kebenaran dari hasil wawancara tersebut di perkuat dengan melakukan observasi atau crosscheck terhadap siswa, guru dan staf ahli.

B. Subjek Penelitian

1. Populasi

(44)

data, maka banyaknya atau ukuran populasi akan sama dengan banyaknya manusia (Margono, 2010).

Di Kabupaten Sleman, Yogyakarta terdiri dari 17 kecamatan dan memiliki 50 Sekolah Menengah Atas yang terdiri dari 17 SMA Negeri dan 33 SMA Swasta. Populasi dalam penelitian ini adalah 17 Sekolah Menengah Atas dengan asumsi bahwa masing-masing kecamatan di Kabupaten Sleman diwakili oleh satu sekolah.

Populasi dalam penelitian ini dapat dikelompokkan berdasarkan beberapa faktor yaitu :

a. Sumber Dana

1) SMA Negeri yaitu sekolah yang sumber dana untuk pengadaan fasilitas sekolah berasal dari pemerintah.

2) SMA Swasta yaitu sekolah yang sumber dana untuk fasilitas di sekolah berasal dari yayasan pendiri sekolah.

b. Letak Geografis

1) Letak sekolah berada di kota, desa atau pegunungan.

Posisi dari sekolah tersebut untuk mengetahui apakah ada pengaruhnya untuk kecepatan akses internet.

(45)

Faktor-faktor tersebut akan membantu peneliti dalam memilih sampel agar dapat mewakili populasi, karena populasi hanya berjumlah 17 sesuai dengan jumlah kecamatannya.

1. Sampel

Sampel adalah sebagai bagian dari populasi, sebagai contoh (monster) yang diambil dengan menggunakan cara-cara tertentu (Margono, 2010). Sedangkan sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat mewakili populasi yang dikehendaki peneliti, sehingga sampel tersebut dapat mewakili karakteristik populasi yang telah dikenal sebelumnya. Dalam menentukan ukuran sampel minimal yang mampu mewakili populasi, menggunakan rumus Slovin (Sugiyono, 2009), yaitu :

� =

1 + � �

Dimana : n = ukuran sampel

N = jumlah populasi

e = persentase ketidakpastian dengan tingkat kesalahan 25%

Populasi berjumlah 17 dan tingkat kesalahan yang digunakan sebesar 25% (0,25) atau dapat dikatakan tingkat keakuratannya sebesar 75% (0,75), maka sampel yang diambil untuk mewakili populasi tersebut yaitu sebesar:

(46)

Setelah dibulatkan maka jumlah sampel ideal yang dilibatkan dalam penelitian adalah 8 sekolah. Namun pada penelitian ini hanya menggunakan 7 sekolah sebagai sampel dikarenakan banyak sekolah yang menolak untuk dijadikan tempat penelitian. Peneliti berusaha mencari sekolah pengganti tetapi banyak sekolah pengganti tersebut tidak bisa karena sedang sibuk mempersiapkan UAS dan telah banyak mahasiwa dari universitas lain yang melakukan penelitian di sekolah tersebut.

Maka akhirnya peneliti hanya menggunakan 87,5% dari sampel minimal yaitu 7 SMA di Kabupaten Sleman dengan melihat kategori SMA tersebut berdasarkan letak geografisnya. Pemilihan sampel tidak melihat kemampuan siswa berupa nilai hasil belajar siswa, karena peneliti ingin mengetahui kesiapan sekolah terhadap pemanfaatan internet.

(47)

Gambar 3.1 Peta Kabupaten Sleman

Berdasarkan peta Kabupaten Sleman, yang berada di tengah adalah kecamatan Sleman dan Ngaglik, bagian timur yaitu Ngemplak dan Kalasan, bagian tenggara adalah Prambanan dan Berbah, selatan yaitu Depok, Mlati, Seyegan, Godean, Gamping, bagian barat laut ada Minggir dan Moyudan, sebelah barat yaitu Tempel, Barat laut yaitu Turi, bagian utara adalah Pakem dan bagian timur laut adalah Prambanan.

Agar dapat mewakili populasi maka sampel yang dipilih berada pada kecamatan berikut ini :

Tabel 3.1 Penentuan Sampel

No SMA Letak Geografis Posisi 1. SMA N 1 Cangkringan Desa Timur Laut

2. SMA N 1 Prambanan Desa Tenggara

3. SMA N 1 Turi Kota Barat Laut

4. SMA N 1 Ngaglik Kota Tengah

5. SMA N 1 Tempel Desa Barat

6. SMA N 1 Minggir Desa Barat Daya

(48)

Letak geografis sekolah berada di desa jika sekolah tersebut jauh dari jalan raya utama yang ramai, tempatnya berada di dekat sawah-sawah dan akses jalan ke sekolah tersebut hanya melewati jalan kecil. Sedangkan sekolah yang masuk kategori kota jika sekolah tersebut berada di pinggir jalan raya atau dekat dengan daerah kabupaten atau kecamatan. Selain itu akses menuju sekolah itu tanpa melalui sawah atau jalan kecil.

Maka subjek penelitian ini adalah kepala sekolah dari 7 Sekolah Menengah Atas di Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Sedangkan objek dari penelitian ini yaitu kesiapan dari Sekolah Menengah Atas di Kabupaten Sleman terhadap pemanfaatan internet sebagai sumber belajar. Kesiapan ini mencakup kesiapan sumber daya manusia, sarana prasarana serta kebijakan sekolah.

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni – September 2016 dengan menyebarkan angket serta melakukan wawancara terhadap kepala sekolah. selanjutnya dilakukan observasi sekolah dan crosscheck kepada siswa, guru dan staf ahli pada tanggal 7-10 November 2016. Tempat penelitian ini adalah 7 Sekolah Menengah Atas di Kabupaten Sleman, yang dipilih dengan menggunakan teknik convenience sampling terdiri dari :

1. SMA N 1 Turi

(49)

3. SMA N 1 Tempel 4. SMA N 1 Ngaglik 5. SMA N 1 Minggir 6. SMA N 1 Prambanan 7. SMA Santo Mikael, Mlati

B. Metode Pengambilan Data

Metode yang digunakan untuk pengambilan data dalam penelitian ini adalah survei dengan membagikan angket, wawancara/ interview dan observasi. Survei adalah kumpulan pertanyaan yang disusun dengan jelas untuk mendapatkan jawaban dari subjek tentang hal, kegiatan, pendapat, kebiasaan, dll yang ingin diketahui peneliti. Model survei sering disebut model angket atau kuesioner (Suparno, P., 2008). Dalam penelitian ini peneliti melakukan survei dengan memberikan angket kepada kepala sekolah dari masing-masing sekolah yang dijadikan sampel. Angket tersebut memuat pertanyaan tentang kesiapan sekolah terhadap pemanfaatan internet dengan melihat tiga faktor kesiapan yaitu kesiapan sumber daya manusia, sarana prasaranan dan kebijakan sekolah.

(50)

Dalam penelitian ini peneliti melakukan wawancara dengan kepala sekolah dari masing-masing sekolah yang dijadikan sampel.

Hasil wawancara diperkuat dengan melakukan observasi langsung. Dalam observasi langsung, peneliti langsung mengamati subjek atau hal yang mau diteliti, terjun langsung dengan melihat, merasakan, mendengar, berpikir tentang subjek atau hal yang diteliti. Lalu peneliti mencatat apa yang di amati itu (Suparno, P., 2008). Untuk mengkonfirmasi hasil angket dan wawancara maka peneliti harus melakukan observasi secara langsung ke sekolah serta melakukan crosscheck terhadap guru, siswa dan staf ahli.

C. Instrumen Penelitian

Instrumen merupakan alat yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian. Bentuknya dapat berupa : tes tertulis, angket, wawancara, dokumentasi, observasi (Suparno, P., 2014). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa angket yang berisi pertanyaan untuk mengetahui tingkat kesiapan sekolah dalam pemanfaatan internet sebagai sumber belajar, daftar pertanyaan untuk kepala sekolah dan lembar observasi untuk memperkuat hasil angket dan wawancara.

Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini diuraikan sebagai berikut :

1. Angket

(51)

jawaban dan menggunakan model one way survey. Menurut Suparno, P. (2008), angket langsung yaitu peneliti mendatangi langsung subjek dan menyebarkan survei berupa angket. Pertanyaan tertutup yaitu responden hanya harus memilih jawaban yang sudah disediakan, sedangkan model one way survey yaitu peneliti tidak mengembalikan hasil angket kepada subjek sehingga subjek tidak mengerti hasil. Peneliti langsung menggunakan hasil penelitian itu untuk tindak lanjutnya sendiri. Kisi-kisi tentang kesiapan sekolah, disajikan dalam tabel berikut ini :

Tabel 3.2 Kisi –Kisi Angket Kesiapan Sekolah Terhadap Pemanfaatan Internet sebagai Sumber Belajar

No Faktor Indikator Butir Soal A. Sumber

Daya Manusia

Kemampuan siswa menggunakan teknologi (internet) sebagai sumber belajar

1, 2, 3, 4

Kemampuan guru menggunakan teknologi (internet) sebagai sumber belajar

6,7, 8, 9

Kemampuan seluruh anggota sekolah dalam pemanfaatan internet

5, 10, 11

B. Sarana Prasarana

Fasilitas komputer yang memadai 1, 2, 3 Dapat akses internet disekolah dengan

wifi

4, 5, 6, 7, 8, 9

Adanya peralatan teknologi (hardware dan software)

10, 11 Sekolah memiliki website atau email

untuk menyediakan sumber belajar

12, 13 C. Kebijakan

Sekolah

Tersedianya dana yang cukup untuk pemanfaatan internet

1, 4 Adanya staf ahli yang mengurus sistem

pemanfaatan internet disekolah

3 Adanya aturan disekolah tentang

pemanfaatan internet

5, 6

Adanya pelatihan guru dan staf tentang pemanfaatan dan penggunaan internet

(52)

2. Wawancara

Dalam penelitian ini menggunakan wawancara bersifat individu (personal). Menurut Suparno, P. (2008), wawancara atau interview adalah kegiatan yang menuntut peneliti mengadakan pembicaraan terencana terhadap siswa atau subjek yang diteliti, dengan pertanyaan lisan yang telah disiapkan untuk mendapatkan data yang diinginkan. Suparno, P. (2008) mengatakan bahwa wawancara personal adalah wawancara yang dilakukan langsung oleh peneliti terhadap subjek sendiri. Peneliti bertanya secara lisan dan subjek juga menjawab secara lisan. Namun, jawaban lisan ini selanjutnya harus ditranskrip ke dalam tulisan untuk dapat dilaporkan dan diambil kesimpulan.

Wawancara ini dilakukan untuk memperkuat hasil pengumpulan data dengan angket, sehingga pertanyaan dalam wawancara ini berhubungan dengan angket tentang kesiapan sekolah terhadap pemanfaatan internet. Kisi-kisi pertanyaan tentang kesiapan sekolah untuk bahan wawancara disajikan dalam tabel berikut ini :

Tabel 3.3 Kisi –Kisi Wawancara Kesiapan Sekolah Terhadap Pemanfaatan Internet sebagai Sumber Belajar

No Faktor Indikator Pertanyaan A. Sumber

Daya Manusia

Kemampuan siswa menggunakan teknologi (internet) sebagai sumber belajar

1.Apakah siswa diperbolehkan menggunakan hp atau laptop untuk akses internet pada saat pembelajaran ?

2.Apakah siswa disekolah ini dibiasakan mengirim tugas lewat e-mail?

Kemampuan guru menggunakan teknologi (internet)

(53)

No Faktor Indikator Pertanyaan sebagai sumber

belajar

2.Apakah semua guru memiliki kemampuan mengakses internet?

3.Apakah guru disini dalam pembelajaran biasa

menggunakan aplikasi, simulasi video dari internet?

Kemampuan seluruh anggota sekolah dalam pemanfaatan internet

1.Apakah semua karyawan (petugas TU, perpustakaan) di sekolah ini dapat

megoperasikan komputer ? 2.Apakah semua karyawan di

sekolah ini memiliki kemampuan mengakses

1.Berapakah jumlah komputer yang ada di laboratorium komputer ?

2.Berapakah jumlah ruangan yang terdapat komputer ? Dapat akses

internet disekolah.

1.Apakah internet dapat diakses di seluruh ruangan disekolah ini ?

2.Berapakah kecepatan akses internet disekolah ini? 3.Apakah akses internet

diperpustakaan lebih cepat? Adanya peralatan

teknologi (hardware dan software)

1.Apakah koleksi diperpustakaan ini berbentuk buku saja atau terdapat CD, file tentang materi pembelajaran siswa?

2.Apakah disetiap kelas serta laboratorium dilengkapi dengan LCD ?

3.Apakah sekolah ini memiliki aplikasi secara online yang berisi materi atau tugas dari guru dan dapat diakses siswa untuk mengambil materi, mengambil dan mengumpulkan tugas ??

Sekolah memiliki website atau email untuk menyediakan sumber belajar

(54)

No Faktor Indikator Pertanyaan C. Kebijakan

Sekolah

Tersedianya dana yang cukup untuk pemanfaatan internet

1.Seberapa besar anggaran untuk internet di sekolah ini?

2.Apakah ada sumber dana tersendiri untuk pemanfaatan internet ?

Adanya staf ahli yang mengurus sistem pemanfaatan internet disekolah

1.Apakah di sekolah ini memiliki staf ahli yang mengatur

pemanfaatan internet ? Adanya aturan

disekolah tentang pemanfaatan internet

1.Apakah internet disekolah ini dapat diakses 24 jam ? 2.Apakah disekolah ini

melakukan pengeblokan terhadap situs tertentu ? 3.Apakah terdapat perlindungan

internet berupa sandi untuk mengakses internet disekolah ini?

1.Apakah disekolah ini mengadakan pelatihan

mengoperasikan komputer dan cara mengakses internet bagi seluruh guru dan karyawan ?

3. Observasi

Dalam memperkuat data hasil wawancara, maka peneliti melakukan observasi terhadap beberapa hal sebagai berikut :

Tabel 3.4 Kisi –Kisi Observasi Kesiapan Sekolah dan Checklist

No Subjek Pertanyaan

Checklist

A. Siswa Seberapa sering menggunakan HP untuk mencari materi dari internet saat pelajaran berlangsung ? Seberapa sering mengirim tugas melalui e-mail ? Seberapa sering guru menggunakan simulasi atau video ?

Apakah semua tempat di sekolah dapat akses internet dengan cepat ?

(55)

No Subjek Pertanyaan

Siswa Apakah anda bersama dengan guru bergabung dalam situs belajar secara online ?

B. Guru Apakah siswa menggunakan HP untuk mencari materi dari internet saat pelajaran berlangsung Seberapa sering anda meminta siswa untuk mengirim tugas melalui e-mail ?

Seberapa sering anda menggunakan simulasi atau video ?

Apakah anda bersama dengan siswa bergabung dalam situs belajar secara online ?

Apakah ada pelatihan pemanfaatan internet bagi guru dan karyawan di sekolah ini ?

C. Staf Ahli Dimanakah tempat yang akses internetnya tercepat ?

Sekolah ini untuk akses internet menggunakan wifi atau kabel ?

Berapakah bandwidth yang dipakai sekolah ini? Apakah ada pengeblokan situs tertentu ?

Apakah anda dapat memantau situasi disekolah ini dengan bantuan internet seperti CCTV ? Apakah ada pengaturan khusus untuk tempat-tempat tertentu agar akses internetnya lebih cepat dibandingkan yang lain ?

Observasi

A. Lab. Komputer Berapa jumlah komputer ?

Bagaimana akses internet di Lab. Komputer ? B. Lab. IPA Apakah terdapat LCD dan komputer ?

Bagaimanakah kecepatan akses internet di Lab. IPA ?

C. Jaringan Dimana tempat yang akses internetnya tercepat ? D. Perpustakaan Apakah terdapat koleksi berbasis IT ?

Bagaimana kecepatan akses internet di perpustakaan ?

(56)

D. Validitas

Suparno, P. (2014) menyatakan validitas dapat mengukur atau menentukan apakah suatu tes sungguh mengukur apa yang mau diukur, yaitu apakah sesuai dengan tujuan. Validitas menunjuk pada kesesuaian, penuh arti, bergunanya kesimpulannya valid bila sesuai dengan tujuan penelitian.

Menurut Azwar, S. (2015), validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu tes atau instrument pengukur dapat dikatakan memiliki validitas yang tinggi apabila alat tes tersebut menjalankan fungsi ukurnya atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut.

Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi (content validity). Menurut Azwar, S. (2015) validitas isi yakni penilaian terhadap sejauh mana butir atau item dalam skala mencakup kawasan isi yang hendak diukur dalam skala tersebut. Validitas isi ini diestimasi lewat pengujian terhadap isi tes dengan analisis rasional atau melalui professional judgement (pendapat profesional). Validitas isi ini juga diperoleh dengan cara membuat alat ukur bersama seorang ahli di dalam bidang pengukuran sehingga item-item yang dibuat akan mewakili atribut atau indikator.

(57)

E. Metode Analisis Data

Metode yang digunakan dalam penelitian ini untuk menganalisis data ada 2 macam yaitu analisis kuantitatif yang berasal dari angket dan analilis kualitatif dari hasil wawanacara. Metode analisis data tersebut yaitu :

1. Analisis Kuantitatif

Kuesioner terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang dapat digunakan sebagai pedoman untuk melakukan wawancara terhadap kepala sekolah untuk mengetahui kesiapan sekolah terhadap pemanfaatan internet sebagai sumber belajar. Pertanyaan telah dikategorikan kedalam pertanyaan positif yang dianalisis dengan skor 5, 4, 3, 2 dan 1.

Hasil penilaian yang diperoleh dalam kuesioner tersebut diperoleh dengan menjumlahkan skor yang didapat. Dari hasil perhitungan nilai maka dapat dilihat nilai kesiapan sekolah. Jawaban responden akan dikelompokan menjadi 2 kategori yaitu siap dan belum siap. Kategori tersebut didasarkan atas interval. Apabila seluruh kelas interval mempunyai besar kelas yang sama, besar kelas sering diberi simbol c yang merupakan selisih antara dua lower limit atau dua upper limit yang berdekatan, disebut nilai kelas interval (Supranto, J., 1987). Persamaan untuk menentukan besarnya kelas interval:

c = ��− ��

dimana : c : perkiraan besarnya kelas k : banyaknya kelas

(58)

Nilai tiap kategori dapat dilihat pada tabel berikut ini : a. Faktor Sumber Daya Manusia

Skor Minimal (X1) = 1 x 11 = 11 Skor Maksimal (Xn) = 5 x 11 = 55

c = − = 22

Maka besarnya kelas adalah 22, sehingga kategori kesiapan sekolah untuk faktor SDM ditunjukkan pada tabel berikut :

Tabel 3.5 Kategorisasi Kesiapan Sumber Daya Manusia

Kategori Interval

Siap 34 – 55

Belum Siap 11 – 33

b. Faktor Sarana Prasarana

Skor Minimal (X1) = 1 x 13 = 13 Skor Maksimal (Xn) = 5 x 13 = 65

c = − = 26

Maka besarnya kelas adalah 26, sehingga kategori kesiapan sekolah untuk faktor sarana prasarana seperti pada tabel berikut :

Tabel 3.6 Kategorisasi Tingkat Kesiapan Sarana Prasarana

Kategori Interval

Siap 40 – 65

Belum Siap 13 – 39

c. Faktor Kebijakan Sekolah

(59)

c = − = 9

Maka besarnya kelas adalah 9, sehingga kategori kesiapan sekolah untuk faktor kebijakan sekolah yaitu :

Tabel 3.7 Kategorisasi Tingkat Kesiapan Kebijakan Sekolah

Kategori Interval

Siap 16 – 24

Belum Siap 6 – 15

d. Kesiapan Sekolah

Skor Minimal (X1) = 1 x 30 = 30 Skor Maksimal (Xn) = 5 x 30 = 150

c = − = 60

Maka besarnya kelas adalah 60, sehingga kategori kesiapan sekolah ditunjukkan pada tabel berikut :

Tabel 3.8 Kategorisasi Tingkat Kesiapan Sekolah

Kategori Interval

Siap 91 – 150

Belum Siap 30 – 90

2. Analisis Kualitatif

(60)

Gambar 3.1 Skema Proses Analisis Kualitatif

Lichtman menjelaskan, data-data kasar yang telah di transkrip, kemudian diberi kode. Kemudian kode yang sama disatukan dan dijadikan satu kategori. Selanjutnya, kategori yang dekat disatukan dalam satu konsep pengertian yang sama. Inilah konsep yang menjelaskan topik persoalan. Peneliti melakukan analisis data hasil wawancara dengan mengikuti langkah-langkah diatas yaitu dengan melakukan pengkodean ( koding ) dari hasil wawancara dengan kepalas sekolah atau wakil kepala sekolah. Setelah mengetahui hasil wawancara, maka dapat dikonfirmasi dengan hasil observasi. Apakah hasilnya sesuai atau tidak.

3. Kategorisasi Kesiapan Sekolah

Kategorisasi kesiapan sekolah perlu diketahui untuk memberikan gambaran seperti apakah sekolah yang dikatakan siap ataupun belum siap dalam pemanfaatan internet sebagai sumber belajar. Maka dalam penelitian ini perlu adanya kategorisasi kesiapan sekolah terhadap pemanfaatan internet sebagai sumber belajar yang dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Data Data Data Data

Kode Kode

(61)

Tabel 3.9 Kategorisasi Kesiapan Sekolah

No Faktor Kategori

Siap Belum Siap A. Sumber Daya Manusia

1. Jumlah anggota sekolah baik siswa, guru dan karyawan yang dapat mengakses internet

Semua Hanya beberapa

2. Kebiasaan siswa mengirim tugas lewat e-mail

Sering Jarang

3. Jumlah guru yang menggunakan simulasi atau video dari internet

Semua Hanya beberapa

B. Sarana Prasarana 1. Jumlah komputer di

laboratorium komputer

Banyak (laboratorium komputer lebih dari satu, jumlah komputer sesuai 2. Jumlah ruangan yang

terdapat computer 3. Jangkuan internet Semua tempat sedikit tempat 4. Kecepatan akses internet Cepat Lambat 5. Koleksi berbasis IT di

perpustakaan

Banyak Sedikit atau tidak ada 6. Ruangan yang dilengkapi

LCD

Ruang kelas dan laboratorium

Hanya laboratorium 7. Memiliki situs online

sebagai sumber belajar

Ya Tidak

C. Kebijakan Sekolah 1. Dana dan anggaran untuk

internet

Besar Kecil

2. Memiliki staf ahli khusus mengatur internet

Banyak Sedikit

3. Melakukan pengeblokan situs

Ya Tidak

4. Mengadakan pelatihan penggunaan internet sebagai sumber belajar

(62)

F. Prosedur Penelitian

Dalam mengetahui kesiapan sekolah terhadap pemanfaatan internet sebagai sumber belajar, maka pelaksaan penelitian ini berdasarkan langkah-langkah berikut ini :

Gambar 3.3 Prosedur Rencana Penelitian Menentukan sekolah tempat penelitian

Pengambilan data

- Penentuan topik - Rumusan masalah - Penentuan tujuan - Penentuan manfaat - Studi literatur

- Perancangan penelitian - pelaksanaan penelitian

Konfirmasi ke sekolah Permohonan ijin ke sekolah

Permohonan ijin ke BAPPEDA Penyusunan Proposal

Pengolahan data

Analisis hasil pengolahan data

Kesimpulan

Laporan Penelitian

Data dari hasil wawancara dan pengisian angket

- Angket dianalisis secara Kuantitatif dengan menggunakan statistika. - Wawancara dianalisis

(63)

43 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesiapan sekolah terhadap pemanfaatan internet sebagai sumber belajar di tujuh Sekolah Menengah Atas di Kabupaten Sleman. Penelitian ini awalnya akan dilaksanakan di 9 sekolah yang terdiri dari 4 SMA Swasta dan 5 SMA Negeri. Namun keempat sekolah swasta tersebut menolak untuk dijadikan tempat penelitian dengan alasan bahwa sekolah tersebut tidak memiliki guru fisika yang tetap dan telah banyak yang melakukan penelitian di sekolah tersebut. Peneliti terus berusaha untuk mencari sekolah pengganti, namun tidak diterima juga karena sedang sibuk mempersiapkan UAS. Data sekolah yang menolak beserta penggantinya yaitu:

 SMA Mandala Bhakti Depok diganti dengan SMA Bina Harapan dan SMA

N 2 Sleman namun menolak.

 SMA St.Imanuel Kalasan diganti dengan SMA Angkasa Adisucipto dan

SMA N 1 Ngemplak namun ditolak karena sibuk mempersipakan UAS  SMA St. Agustinus diganti dengan SMA St.Mikael

 SMA Muhammadiyah 2 Depok diganti SMA N 1 Ngaglik.

(64)

Tabel 4.1 Jadwal Pelaksanaan Penelitian

No Tanggal Kegiatan

A. Persiapan

1. 23 April 2016 Meminta ijin melakukan penelitian di SMA N 1 Cangkringan, dan sekolah meminta surat ijin dari kampus dan BAPPEDA.

2. 27 April 2016 Mengantar surat permohonan ijin ke SMA St. Imanuel, SMA Mandala Bhakti namun ditolak dan ke SMA Muhammadiyah 2 Depok serta SMA St.Agustinus tidak menemukan lokasi. 3. 28 April 2016 Mengantar surat permohonan ijin ke SMA N 1

Prambanan, SMA N 1 Cangkringan, SMA N 1 Tempel, SMA N 1 Turi dan SMA N 1 Ngaglik diterima. Lalu ke SMA N 2 Sleman dan SMA N 1 Ngemplak untuk mengganti sekolah yang menolak namun juga di tolak.

4. 30 April 2016 Bertemu kepada guru fisika SMA N 1 Cangkringan untuk menjelaskan tentang pelaksanaan penelitian, dan diterima melakukan penelitian. Lalu ke SMA N 1 Tempel untuk mengganti sekolah yang menolak namun guru fisikanya tidak hadir.

5. 04 Mei 2016 Bertemu guru fisika di SMA N 1 Tempel untuk menjelaskan tentang pelaksanaan penelitian. 6. 09 Mei 2016 Mengantar surat ijin ke SMA St. Mikael sebagai

ganti sekolah yang menolak.

7. 13 Mei 2016 Bertemu kepala sekolah SMA St. Mikael untuk memohon ijin dan menjelaskan pelaksanaan penelitian.

8. 16 Mei 2016 - Menyerahkan proposal penelitian untuk syarat permohonan ijin ke kantor kesatuan bangsa Kabupaten Sleman.

- Mengurus surat permohonan ijin di BAPPEDA

9. 17- 22 Mei 2016 Menyerahkan surat permohonan ijin dari BAPPEDA ke sekolah

10. 24 Mei 2016 Memberikan surat ijin penelitian dari BAPPEDA ke dekanat FKIP USD.

11. 26-30 Mei 2016 Menentukan waktu pengambilan data bersama guru fisika di 7 sekolah.

B. Pengambilan Data

1. 01 Juni 2016 Pengambilan data di SMA N 1 Minggir

(65)

No Tanggal Kegiatan

3. 09 Juni 2016 Pengambilan data di SMA St. Mikael

4. 27 Agustus 2016 Pengambilan data di SMA N 1 Ngaglik dan SMA N 1 Turi

5. 02 September 2016 Pengambilan data di SMA N 1 Cangkringan 6. 03 September 2016 Pengambilan data di SMA N 1 Tempel 7. 06 September 2016 Pengambilan data di SMA N 1 Prambanan C. Pengambilan Surat Keterangan telah Melaksanakan Penelitian

1. 04 Oktober 2016 Meminta surat keterangan telah melaksanakan penelitian di SMA N 1 Turi, SMA N 1 Cangkringan dan SMA N 1 Ngaglik.

2. 05 Oktober 2016 Pengambilan surat telah melaksanakan penelitian di dan SMA N 1 Prambanan, SMA N 1 Cangkringan dan SMA N 1 Turi

3. 09 Oktober 2016 Meminta surat keterangan telah melaksanakan penelitian di SMA St. Mikael, SMA N 1 Ngaglik dan SMA N 1 Minggir.

4. 10 Oktober 2016 Pengambilan surat telah melaksanakan penelitian di SMA St. Mikael, SMA N 1 Ngaglik, SMA N 1 Tempel dan SMA N 1 Minggir.

D. Observasi Langsung

1. 07 November 2016 Melakukan observasi di SMA N 1 Prambanan dan SMA N 1 Cangkringan

2. 08 November 2016 Melakukan observasi di SMA N 1 Turi dan SMA N 1 Ngaglik

3. 09 November 2016 Melakukan observasi di SMA St. Mikael dan SMA N 1 Tempel

4. 10 November 2016 Melakukan observasi di SMA N 1 Minggir

A. Data

Data dalam penelitian ini dikumpulkan melalui beberapa cara yaitu : 1. Angket

(66)

kemudian diberikan skor untuk masing-masing faktor kesiapan sekolah. Hasil penskoran tiap sekolah dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 4.2 Skor Kesiapan Sekolah terhadap Pemanfaatan Internet

No Nama Sekolah

(67)

di semua tempat, tersedia sumber belajar berbasis IT di perpustakaan (seperti file BSE dan kaset CD) dan di setiap kelas telah dipasang LCD. serta sekolah telah memiliki kebijakan yang baik tentang pemanfaatan internet seperti adanya staf ahli, adanya sandi untuk akses internet dan adanya pelatihan bagi guru dan karyawan untuk penggunaan komputer dan internet.

Dari data di atas dapat dilihat bahwa selisih tertinggi antara sekolah dengan nilai tertinggi yaitu SMA N 1 Minggir dengan sekolah yang memperoleh nilai terendah yaitu SMA N 1 Turi berada pada faktor sarana prasarana, selisihnya sebesar 12 poin. Hal tersebut dapat dilihat pada angket, dimana jumlah komputer di SMA N 1 Minggir lebih banyak, tersedia sumber belajar berbasis IT diperpustakaan, akses internetnya pun lebih cepat, serta cakupan akses internetnya lebih luas hanya kelas yang berada di pojok-pojok yang jauh dari server yang akses internetnya lambat sedangkan di SMA N 1 Turi akses internet di semua kelas sangat lambat bahkan terkadang tidak dapat tersambung.

2. Wawancara

(68)

Tabel 4.3 Hasil Wawancara Kesiapan Sekolah terhadap Pemanfaatan Internet sebagai Sumber Belajar A. Sumber Daya Manusia

* Siswa

1. Siswa diijinkan menggunakan internet sebagai sumber belajar saat pembelajaran

Ya, siswa dapat mengakses internet untuk kepentingan pembelajaran

Ya, siswa dapat mengakses internet untuk kepentingan pembelajaran

Ya, siswa dapat mengakses internet untuk kepentingan pembelajaran

Ya, siswa dapat mengakses internet untuk kepentingan pembelajaran

Ya, siswa dapat mengakses internet untuk kepentingan pembelajaran

Ya, siswa dapat mengakses internet untuk kepentingan pembelajaran

Ya, siswa dapat mengakses internet untuk kepentingan

Ya, kebanyakan guru memakai e-mail untuk mengumpulkan tugas

Ya, guru sering meminta siswa mengumpulkan tugas lewat e-mail

Ya, namun hanya sedikit guru. biasanya mata pelajaran TIK

** Guru

3. Semua guru dapat mengoperasikan komputer

Semua guru Semua guru Semua guru Sebagian besar Sebagian besar Semua guru Semua guru

4. Semua guru

mampu mengakses internet

Semua guru Semua guru Sebagian besar Sebagian besar Sebagian besar Semua guru Beberapa guru saja

5. Guru terbiasa menggunakan aplikasi untuk simulasi komputer

Hanya sedikit guru yang menggunakan simulasi komputer atau

Sebagian besar

komputer yang

Sebagian besar guru sering menggunakan simulasi

(69)

No Faktor SMA N 1 Guru Fisika dan siswa

bergabung dengan situs JB class.

Sebagian besar Semua karyawan

Sebagian besar Semua karyawan

Beberapa karyawan

Sebagian besar Sebagin besar Semua karyawan

Hanya beberapa

B. Sarana Prasarana * Jumlah Komputer 1. Jumlah komputer

di laboratorium laptop sendiri.

(70)

No Faktor SMA N 1

Semua kelas dan laboratorium,

Terjadwal Terjadwal Terjadwal Terjadwal Terjadwal Terjadwal Terjadwal

4. Semua tempat dapat akses internet dengan cepat

Semua tempat, yang paling cepat di ruang kepala sekolah guru dan ruang multimedia

6. Kecepatan akses internet karena setiap

Menggunakan satu jaringan speedy. Akses internet cepat bagi yang login lebih dulu.

Menggunakan satu jaringan speedy. Akses internet di kelas lambat bahkan multimedia dan

Menggunakan satu jaringan speedy. Akses internet lambat karena terlalu banyak

Gambar

Tabel 4.11 Penjelasan Sekolah yang Sangat Siap dengan Sekolah yang
Gambar 3.1 Peta Kabupaten Sleman .....................................................................
Gambar 2.1 Bagan Faktor-Faktor Kesiapan sekolah terhadap
Gambar 3.1 Peta Kabupaten Sleman
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan teknologi pengolahan beras jagung yang tepat tanpa memaksakan produk akhirnya bersifat instant. Teknologi pengolahan beras jagung

Model Kegiatan Praktikum Berbasis Pemecahan Masalah pada Materi Perpindahan Kalor Untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains dan Penguasaan Konsep Siswa MTs.. Student’s

Pada akhirnya struktur yang terbentuk adalah sub admin agency yang menduplikasi dari Kementerian Keuangan mengingat struktur organisasi Kemenhut sendiri yang

15 Universitas Maarif Hasyim Latif (UMAHA) Sidoarjo Sidoarjo 16 Universitas KH A Wahab Hasbullah (UNWAHA) Jombang Jombang. 17 Universitas Islam Majapahit

Perkiraan Sendiri (HPS) sebesar 298.661.000 ,- (Dua ratus sembilan puluh delapan enam ratus enam puluh satu ribu rupiah) dengan ini mengumumkan pemenang seleksi umum sebagai berikut

Selain emosi yang dirasakan selama menjadi ibu asuh, muncul. pula dampak psikologis seperti kematangan emosi dimana

İşte o sırada, Haldun Sel’in bize çok yardımı dokundu. Hal­ dun’un belki de, güya ortağı ol­ duğu yayınevine tek olumlu kat­ kısı bu. Daha doğrusu babasının