• Tidak ada hasil yang ditemukan

IDENTIFIKASI BAHAYA & PENILAIAN RESIKO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "IDENTIFIKASI BAHAYA & PENILAIAN RESIKO"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

PERSETUJUAN DOKUMEN

Dibuat Diperiksa Disetujui

Sekertaris K3 Ketua Tim P2K3 Managing Director

STATUS DOKUMEN

DIKENDALIKAN Ya Tidak

SALINAN Nomor Copy

Isi dokumen ini sepenuhnya merupakan rahasia PT. SIBA SURYA Semarangdan tidak boleh diperbanyak baik sebagian maupun seluruhnya kepada pihak lain tanpa izin dari Managing Director.

HALAMAN PERSETUJUAN

(2)

1.0 TUJUAN

1.1. Tujuan dari prosedur ini adalah Menjelaskan secara rinci bermacam metode identifikasi bahaya dan pelaksanaan penilaian resiko menggunakan skala Teknik yang tersedia dalam suatu standart yang benar yang dapat memenuhi persyaratan perundangan.

1.2. Untuk memastikan identifikasi dan penilaian terhadap semua potensi bahaya telah dilakukan. Setelah dilakukan penilaian terhadap bahaya tersebut diharapkan dapat dihilangkan, dikurangi atau dikendalikan sumber potensialnya dengan benar.

2.0 RUANG LINGKUP

Prosedur ini menjelaskan persyaratan untuk bermacam metode teknik identifikasi Bahaya Penilaian Resiko dan Penentuan Kontrol yang digunakan dan sesuai untuk Perusahaan

3.0 DEFINISI

3.1 Manajemen Resiko (dalam Lingkungan, Keselamatan dan Kesehatan Kerja) adalah proses mengidentifikasi Bahaya, menilai Resiko, melakukan tindakan untuk menghilangkan, memantau dan mengurangi Resiko secara terus menerus.

3.2 Penilaian Risiko adalah penerapan metode-metodemetode untuk menganalisa tingkat Resiko, mempertimbangkan resiko tersebut dalam Keadaan Bahaya, dan mengevaluasi apakah Bahaya itu dapat dikendalikan secara memadai, serta melakukan langkah-langkah yang terukur.

3.3 Bahaya adalah suatu sumber atau sumber potensial yang menyebabkan Kerusakan/

Gangguan. Ini bisa berupa bahan-bahan kimia, bagian-bagian mesin, bentuk energi, metode kerja atau situasi kerja.

3.4 Kerusakan / Gangguan adalah termasuk kematian, cedera, sakit secara fisik atau mental, kerusakan properti, kerugian produksi atau kombinasi dari kerugian-kerugian tadi (biaya dari kerugian). Definisi yang diberikan di sini termasuk kerusakan properti dan kerugian yang lain.

3.5 Resiko adalah ukuran kemungkinan kerusakan/ gangguan dari suatu Bahaya.

3.6 Keadaan Bahaya adalah suatu pernyataan dimana atau kapan muncul Bahaya, dan ini adalah lawan dari Aman atau Selamat.

(3)

3.7 Aman adalah suatu pernyataan dimana atau kapan munculnya Bahaya dapat dikendalikan ke tingkat yang memadai, dan ini adalah lawan dari Keadaan Bahaya.

3.8 Orang Yang Kompeten Personil yang memiliki pengetahuan, pelatihan, pengalaman dan kualitas agar mampu mengidentifikasi Bahaya yang berhubungan dengan pekerjaan.

3.9 Hirarki pengendalian bahaya adalah sbb:

Eliminasi adalah mengendalikan bahaya dengan menghilangkan sumber bahaya.

Substitusi adalah pengendaliann bahaya dengan mengganti alat, bahan, sistem atau prosedur berbahaya dengan yang lebih aman atau lebih rendah bahayanya.

Rekayasa Engineering (Pengendalian Teknis) adalah pengendalian teknis yang biasanya dilakukan melalui perbaikan pada desain, penambahan peralatan dan pemasangan peralatan pengaman.

Pengendalian secara administrasi misalnya dengan mengatur jadwal kerja, istirahat, cara kerja atau prosedur kerja yang lebih aman, rotasi atau pemeriksaan kesehatan. .

Alat Pelindung Diri (APD).

4.0 REFERENSI

4.1. Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja 4.2. Undang-undang No.13 Tahun 2003 tentang ketenaga kerjaan

5.0 DOKUMEN PENUNJANG

5. 1 Prosedur Penanganan Kecelakaan, Insiden & Penyakit Akibat Kerja : SOP.SS.K3.01

6.0 PROSEDUR

6.1. Mengorganisir Tim Penilaian Resiko

6.1.1. Team Penilaian Resiko harus terdiri dari personil yang relevan dan berpengalaman. Ketua tim harus memiliki pengalaman dan pelatihan yang diperlukan dalam pelaksanaan Penilaian Resiko.

(4)

6.1.2. Mereka yang tergabung dalam tim tersebut adalah para Manajer dan Supervisor yang memiliki tanggung jawab untuk melaksanakannya. Mereka bertanggung jawab terhadap tugas yang terkait dengan operasi, kualitas, biaya, keselamatan kerja dan faktor-faktor lainnya.

6.1.3. Setiap anggota tim akan dilengkapi dengan prosedur, gambar-gambar, desain dan tata letak yang relevan.

6.2. Identifikasi bahaya

6.2.1. Tim akan melakukan identifikasi bahaya dari setiap kegiatan operasi dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :

Bahaya fisik Bahaya kimia

Bahaya bahaya biologis Bahaya ergonomis Bahaya psikologis

6.2.2. Identifikasi bahaya untuk pekerjaan rutin maupun non rutin baik dalam kondisi normal, abnormal dan darurat dengan mempertimbangkan antara lain sebagai berikut:

6.2.2.1. Aktifitas rutin dan non rutin

6.2.2.2. Aktifitas seluruh personil yang mempunyai akses ketempat kerja (termasuk subkontraktor dan tamu)

6.2.2.3. Perilaku manusia, kemampuan dan faktor-faktor manusia lainnya.

6.2.2.4. Bahaya.-bahaya yang timbul dari luar tempat kerja yang

berdampak pada keselamatan dan kesehatan personil di dalam Iingkungan tempat kerja.

6.2.2.5. Bahaya-bahaya yang terjadi disekitar tempat kerja

6.2.2.6. Prasarana, peralatan dan material di tempat kerja, baik milik sendiri maupun sub kontraktor

6.2.2.7. Perubahan-perubahan atas usulan perubahan di perusahaan, aktivitas-aktivitasnya atau material

(5)

6.2.3. Identifikasi bahaya dari setiap kegiatan tersebut dilakukan dengan menggunakan formulir identifikasi bahaya, penilaian resiko dan pengendalian.

6.2.4. Identifikasi bahaya dilakukan dengan cara observasi atau wawancara dengan personil yang terkait dengan aktivitas tersebut.

6.3. Penilaian risiko

6.3.1. Setelah semua bahaya diidentifikasi selanjutnya dari tiap bahaya itu ditentukan tingkat risikonya yang dapat menimbulkan suatu kecelakaan atau kerugian.

6.3.2. Penilaian risiko mempertimbangkan dua faktor yaitu peluang dan akibat.

Penentuan nilai risiko ini dilakukan tim dalam suatu rapat yang membahas hasil temuan. Nilai risiko yang ditentukan harus mempertimbangkan tindakan pengendalian yang sudah ada sebelumnya.

6.3.2.1. Peluang

Nilai Keterangan

A Hampir pasti / almost certain

Sesuatu kejadian yang pasti akan terjadi pada semua kondisi / setiap kegiatan yang dilakukan.

B mungkin terjadi / likely

Suatu kejadian yang mungkin akan terjadi pada hampir semua kondisi.

C sedang / moderat

Suatu kejadian akan terjadi pada beberarpa kondisi tertentu D kecil kemungkinan / unlikely

Suatu kejadian mungkin terjadi pada beberapa kondisi tertentu, namun kecil kemungkinan terjadi.

E jarang terjadi

Suatu kejadian mungkin dapat terjadi pada kondisi yang khusus / luar biasa setelah bertahun-tahun

(6)

6.3.2.2. Akibat

Nilai Keterangan

1 Tidak signifikan (insignificant)

Tidak ada cedera, kerugian materi kecil.

2 Minor

Kecelakaan kecil, berakibat cidera yang hanya memerlukan perawatan P3K

3 Sedang (Moderat)

Kecelakaan yang memerlukan perawatan medis ,hilang dari kerja

4 Major

Cidera yang mengakibatkan cacat / hilang fungsi secara total / fatal (memerlukan perawatan yang lama)

5 Bencana (catastropic)

Cidera yang menyebabkan kematian, kerugian materi sangat besar.

6.4. Tingkat Resiko

Tingkat Resiko dihitung dengan menggunakan hubungan antara Konsekuensi dan Kemungkinan = Nilai (Tingkat) Resiko, seperti nilai berikut ini :

TingkatRisiko = Akibat X Peluang

Tingkat resiko ditentukan berdasarkan Matrik Penilaian Resiko seperti tabel di bawah ini :

Peluang Akibat

1 2 3 4 5

A H H E E E

B M M H E E

C L M H E E

D L L M H E

E L L M H H

(7)

Keterangan :

E = Extreme / resiko ekstrim, memerlukan tindakan segera

H = High risk / resiko tinggi, memerlukan perhatian pihak senior management.

M = Moderat risk / harus ditentukan tanggung jawab manajemen yg terkait.

L = Low risk / resiko rendah, kendalikan dengan prosedur rutin.

6.5. Pengendalian risiko

6.5.1. Apabila berdasarkan penilaian risiko yang didapat ternyata masih dapat diterima/acceptable risk maka hanya perlu dilakukan monitoring terhadap kondisi yang ada.

6.5.2. Bila suatu risiko tidak dapat diterima maka tim harus memutuskan tindakan pengendalian yang efektif. Usulan tindakan pengendalian ini dicantumkan dalam laporan yang akan diserahkan kepada Manager.

6.5.3. Manager kemudian akan menyampaikan laporan kepada Wakil Manajemen untuk mendapatkan persetujuan. Bila disetujui maka akan ditentukan waktu dan penanggung jawab tindakan pengendalian tersebut.

6.5.4. Hirarki pengendalian adalah sebagai berikut:

6.5.4.1. Eliminasi (Elimination) Desain & proses

Direksi / Manajer .Melakukan perubahan desain atau perubahan proses kegiatan ke arah yang lebih aman, yang bertujuan untuk menghilangkan potensi bahaya dan sumber bahaya bila

memungkinkan.

6.5.4.2. Substitusi (substitution)

Direksi / Manajer. Melakukan perubahan desain atau perubahan proses kegiatan ke arah yang lebih aman, yang bertujuan untuk mengganti unsur/proses yang lebih aman.

Contoh:

Perubahan proses : Penggunaan tenaga manusia diganti dengan peralatan untuk angkat beban berat.

(8)

6.5.4.3. Pengendalian rekayasa (Engineering control).

Manajer, Ahli K3. Direksi menggunakan engineering control, yang bertujuan untuk mengurangi risiko, yaitu menggunakan unsur (peralatan / material) yang lebih aman.

6.5.4.4. Tanda, peringatan dan/pengendalian Administratif

a. Pengendalian secara administratif, seperti penggunaan ijin kerja, dsb.

b. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan, sosialisasi, bimbingan fungsional, safety morning meeting, induksi, briefing dsb.

c. Pembuatan prosedur dan instruksi kerja dan dilaksanakan secara konsisten.

d. Penyelenggaraan inspeksi K3.

e. Peralatan K3 (safety equipment)

f. Memberi proteksi pada daerah atau lokasi yang berpotensi bahaya.

Misalnya : memasang pagar pengaman, barikade, rambu-rambu dan tanda peringatan seperti : "Selain petugas / yang berkepentingan dilarang masuk".

6.5.4.5. Alat pelindung diri / APD (Personal protective equipment)

Manajer, Direksi mewajibkan penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) yang sesuai dengan potensi bahaya yang ada, seperti helm, safety harness, sarung tangan, sepatu safety dsb.

6.6. Pemantauan pengendalian risiko

6.6.1. Penanggung jawab yang ditunjuk bertanggung jawab dalam memantau tindakan perbaikan agar dilaksanakan sesuai jadwal yang ada.

6.6.2. Apabila sampai batas waktu yang ditentukan tindakan belum dilakukan atau selesai maka akan ditentukan waktu penyelesaian yang baru.

(9)

6.6.3. Setelah suatu tindakan perbaikan selesai dilakukan maka penanggung jawab tetap melakukan pemantauan untuk menilai apakah tindakan pengendalian yang ada sudah efektif. Jika ternyata belum, maka perlu ditentukan bentuk tindakan pengendalian baru.

6.6.4. Risiko kerja yang signifikan atau intolerable risk, tindakan pengendaliannya harus dilakukan sesegera mungkin untuk mengurangi risiko sampai tingkat dibawahnya. Sebelum risiko dikurangi, pekerjaan tidak boleh dikerjakan atau dilanjutkan. Jika risiko tidak memungkinkan untuk dikurangi maka pekerjaan harus dihentikan.

6.6.5. Risiko yang berpengaruh (substantial risk), tindakan pengendaliannya harus dilakukan sesegera mungkin untuk mengurangi risiko. Pekerjaan belum dapat dimulai sebelum risiko dikurangi sampai tolerable.

6.6.6. Risiko sedang (moderate risk), pelaksanaan pengendaliannya bisa dibuatkan jadwal waktu untuk mengurangi risiko sehingga. sampai ke tingkat risiko yang dapat diterima.

6.6.7. Risiko yang dapat diterima (acceptable risk), tidak diperlukan kontrol tambahan, cukup dengan pelaksanaan / kontrol yang sudah ada, antara lain:memberikan pelatihan, briefing dan sosialisasi, memasang rambu dan tanda peringatan, mewajibkan penggunaan Alat Pelindung Din (APD) sesuai dengan bahaya yang ada, menyediakan kotak P3K, APAR dsb.

6.6.8. Risiko yang tidak berpengaruh (trivial risk), tidak perlu tindakan pengendalian dan tidak perlu arsip dokumen (prosedur), cukup dengan mewajibkan penggunaan alat pelindung diri, seperti helm, safety harness, sanmg tangan, kacamata pelindung, sepatu safety dsb, sesuai dengan hazard yang ada, menyediakan kotak P3K, APAR dan memasang rambu / tanda peringatan.

6.6.9. Penentuan pengendalian risiko akan dilakukan berdasarkan urutan prioritas mulai dari yang tinggi, sedang dan rendah (intolerable, subtansial, moderate, acceptable dan trivial risk)

6.6.10. Tindakan pengendalian ditentukan dengan mempertimbangkan tingkat pengendalian yang paling atas dan jika tidak dapat dipenuhi

(10)

oleh perusahaan maka diupayakan untuk m enggunakan tingkat pengendalianm selanjutnya atau dapat dilakukan dengan menggabungkan beberapa tingkat pengendalian untuk mencapai tingkat pengendalian.

6.6.11. Semua kegiatan atau aktifitas yang diatur oleh Peraturan atau Undang- undang yang berlaku akan dikontrol meskipun risikonya tidak berpengaruh tidak berarti (trivial risk).

6.8. PEMANTAUANTINDAKAN PENENTUANPENGENDALIAN RESIKO

6.8.1. Menyiapkan Rencana Inspeksi dan Tes Mingguan berdasar pada : 6.8.1.1 Rencana K3

6.8.1.2 Identifikasi Bahaya, Penilaian Risiko & Penentuan Pengendalian Risiko

6.8.1.3 Rencana Kerja Mingguan, dengan cara memberi notasi-notasi.

Inspeksi dan Tes pada Rencana Kerja Mingguan.

6.8.2. Melakukan inspeksi K3 pada saat dan sebelum memulai bekerja yang berguna untuk mentaati kondisi berbahaya (unsafe condition), inspeksi pada saat puncak pekerjaan untuk memantau kondisi berbahaya, dan tindakan berbahaya (unsafe action), kebisingan , getaran, debu dan masalah - masalah K3 lainnya serta pada saat sebelum pekerjaan berakhir untuk memantau kondisi area kerja benar – benar sehat dan aman.

6.8.3. Inspeksi K3 juga digunakan untuk memantau tindakan penentuan pengendalian risiko yang dilaksanakan dibandingkan dengan rencana penentuan pengendalian resiko yang telah ditetapkan. Jika ditemukan penyimpangan dalam pelaksanaannya maka akan dikomunikasikan kepada pihak yang terkait untuk dilakukan tindakan perbaikannya. Hasil pemantauan di catat dalam lembar inspeksi dan penyimpangan yang signifikan dijadikan agenda dalam rapat P2K3

(11)

6.8.4. Jika ada perubahan dalam identifikasi bahaya atau ditemukan potensi bahaya dan belum tercatat dalam penilaian risiko maka penilaian risiko tersebut harus update / direvisi.

6.8.5. Penilaian risiko dilakukan secara on going, dimana sewaktu-waktu terjadi perubahan yang signifikan terhadap organisasi, baik itu perubahan aktifitas, proses, peralatan, prosedur dan personcl, maka akan dibuat penilaian risiko yang ban atau yang lama akan direview dan jika. Perlu direvisi.

6.8.6. Hasil identifikasi resiko, penilaian resiko dan penentuan pengendalian resiko harus disetujui oleh pimpinan / manager terkait di masing – masing tingkat kemudia Tingkat resiko dapat dibaca dalam kotan pertemuan dua jalur tersebut.

6.9. Job Safety Analysis (JSA)

6.9.1 Maksud dari Analisa Keselamatan Kerja adalah untuk menganalisa sumber- sumber bahaya secara jelas dan teridentifikasi baik dimana pekerja terpapar setiap hari.

6.9.2 Sumber-sumber bahaya akan dinilai dengan cara mengidentifikasi semua yang dianggap sangat serius. Pekerja dianjurkan untuk melatih kewaspadaan dan berjaga-jaga ketika menjalankan kegiatan kerja yang memiliki tingkat potensi bahaya yang tinggi.

6.9.3 Langkah pertama dalam JSA melibatkan identifikasi yang sistimatik dari berbagai fungsi kerja yang ada di Perusahaan. Secara tipikal akan melibatkan pengidentifikasian ruang lingkup pekerjaan dari masing-masing individu.

6.9.4 Langkah selanjutnya membutuhkan disiplin normal yang berkaitan dengan aktivitas kerja yang teridentifikasi jelas dan dicatat dalam nama pekerjaan.

6.9.5 Identifikasi aktivitas kerja dan Penilaian Resiko harus dilakukan sebagai praktek-praktek kerja bersama antara Safety Officer dengan level Supervisor dari bagian yang sedang dievaluasi.

(12)

6.9.6 Seluruh bagian yang terkait di Perusahaan dievaluasi menggunakan sistem JSA, formulir-formulir yang sudah dilengkapi sesuai dengan disiplin kerja tersedia di tempat kerja dengan tembusan diberikan kepada K3 Manager.

6.9.7 Pada setiap tempat kerja dimana aktivitas JSA sedang berjalan, setelah jangka waktu 6 bulan penerapan, JSA tersebut akan ditinjau ulang dan direvisi seperlunya untuk menunjukkan perubahan dalam cara-cara kerja atau adanya tambahan informasi yang lainnya.

6.9.8 Merupakan tanggung jawab Manager terkait untuk memastikan bahwa keberadaan JSA untuk bagian secara langsung berada di bawah pengawasannya. Dalam hal ini mereka akan membantu jika diperlukan oleh Supervisor dan Pengawas K3.

7.0 CATATAN MUTU

7. 1 Form. Inventarisasi Identifikasi Bahaya : F.SS.K3.17.01 7. 2 Form. Identifikasi Bahaya & Pengendalian Resiko : F.SS.K3.17.02

Referensi

Dokumen terkait

Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko dalam Pekerjaan Pengecoran Beton untuk Proyek Gedung dengan Metode Analytic.. Hierarchy

Berdasarkan hasil penilaian resiko muskuloskeletal pada 9 anggota badan, maka fokus pengendalian yang perlu dilakukan adalah penurunan resiko bahaya muskuloskeletal untuk

Dari jenis bahaya tersebut, setelah diolah dengan menggunakan prosedur Identifikasi Bahaya penilaian dan Potensi Resiko didapatkan bahaya dengan nilai tertinggi yaitu,

Supervisor Fungsi melakukan Identifikasi Bahaya dan dampak K3 dari semua kegiatan atau jasa, peralatan dan material yang belum terdaftar pada daftar HIRARC dengan

Pada penelitian ini yang dilakukan pertamakali adalah dengan melakukan identifikasi bahaya dan penilaian resiko dengan metode Energy Trace and Barrier Analysis (ETBA)

Form Identifikasi Bahaya, Penilaian dan Pengendalian Resiko digunakan untuk mengidentifikasi semua potensi bahaya K3 yang terdapat di dalam aktivitas-aktivitas

Analisis Penilaian Risiko Terhadap Potensi Bahaya Pekerjaan Dengan Metode Job Safety Analysis (JSA) Hasil penelitian yang diperoleh dari analisis penilaian risiko

KESIMPULAN Berdasarkan hasil identifikasi menggunakan kombinasi metode JHA dan Fine didapatkan potensi risiko bahaya tertinggi pada proses kegiatan yang memiliki tingkat risiko paling