• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGANTAR REDAKSI. Januari Redaktur

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENGANTAR REDAKSI. Januari Redaktur"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

   

PENGANTAR REDAKSI

 

Puji syukur kepada Ida Sang Hyang Widhi Waca/Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat-Nya Buletin Udayana Mengabdi Volume 17 Nomor 1 Januari 2018 telah diterbitkan. Edisi ini memuat 31 artikel di bidang pengabdian kepada masyarakat khususnya dalam penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) berupa implementasi, penyuluhan dan sosialisasi konsep, model/prototipe, dan alat, yang merupakan hasil pelaksanaan kegiatan pengabdian kepada masyarakat. Desain konsep, model/prototipe dan alat merupakan hasil pemikiran/ide ataupun hasil dari penelitian yang kemudian diimplementasikan untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dan pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan.

Penghargaan setinggi-tingginya kami haturkan kepada Penyunting, Penulis dan semua pihak yang terlibat dalam penyusunan dan penerbitan Buletin Udayana Mengabdi Volume 17 Nomor 1 Januari 2018. Semoga Buletin ini dapat menambah wawasan dibidang keilmuan dan teknologi, dan penerapannya di masyarakat. Untuk meningkatkan mutu baik dari segi isi maupun tampilan, kami harapkan saran dan kritik untuk perbaikan di edisi berikutnya.

Januari 2018 Redaktur

(4)

Buletin  Udayana Mengabdi, ISSN: 1412‐0925 

 

Volume 17 Nomor 1, Januari 2018 

D A F T A R I S I

KOLEKSI RHODODENDRON SEBAGAI SALAH SATU TAMAN TEMATIK DI

KEBUN RAYA ‘EKA KARYA’ BALI

1‐6

D.M.S. Putri

PENINGKATAN MOTIVASI IBU RUMAH TANGGA UNTUK MEMANFAATKAN

TANAMAN OBAT KELUARGA (TOGA)

7‐13

Y. Kusumawaty dan S. Khaswarina

PERANCANGAN DAN SOSIALISASI SISTEM PENGAMAN INSTALASI LISTRIK PADA GEDUNG FASILITAS UMUM DI DESA PEKUTATAN JEMBRANA BALI

14‐18

WA Wijaya, IGN Janardana, CGI Partha, N Budiastra, IBA Swamardika, Sukerayasa

PELAYANAN KESEHATAN TERNAK DI WILAYAH DESA PENGOTAN,

KECAMATAN BANGLI KABUPATEN BANGLI

19‐24

I. N. Suarsana, I. M. Kardena, I. P. G. Y. Arjentinia

PENATAAN PURA KERTA SARI, DESA PAKRAMAN PERASI, DESA PERTIMA

KECAMATAN KARANGASEM KABUPATEN KARANGASEM

25‐33

N.M. Swanendri, I. N. Susanta

PENYULUHAN DAN VAKSINASI NEWCASTLE DISEASE PADA AYAM BURAS

DI DESA MARGA KECAMATAN MARGA KABUPATEN TABANAN

34‐40 G.A.Y. Kencana, I.N. Suartha, I.A.P. Apsari, A.A.S. Kendran, I.B.K. Suardana PENINGKATAN KUALITAS DAN NILAI FES NIRA AREN DI DESA TARO

TEGALLALANG MELALUI DIVERSIFIKASI PRODUK OLAHAN D. A. Swastini, Y. Ramona, C. I. S. Arisanti

41‐44

APLIKASI TEKNOLOGI PEMBUATAN PUPUK ORGANIK PLUS UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS GAPOKTAN UMA DESA KABUPATEN KLUNGKUNG

45‐52

I.G.R.M. Temaja, G.N.A.S. Wirya dan N.L.G. Sumardani

PEMBERDAYAAN UMKM PEREMPUAN KOTA DENPASAR DIBIDANG E‐

COMMERCE

53‐60

Linawati, N.M.A.E.D. Wirastuti, I.M.O. Widyantara, D.M. Wiharta, P.A. Mertasana

   

(5)

Buletin  Udayana Mengabdi, ISSN: 1412‐0925 

 

Volume 17 Nomor 1, Januari 2018   

PENGEMBANGAN HUTAN ADAT TARUPRAMANA DI DESA BATUBULAN

KECAMATAN SUKAWATI KABUPATEN GIANYAR 61‐64

N.W. Suniti, W.P. Windia, N.L.R. Purnawan dan I.A. Arthayani APLIKASI PUPUK ORGANIK CAIR DAN BIOPESTISIDA PADA PERTANIAN

PADI ORGANIK DI SUBAK REJASA KECAMATAN PENEBEL KABUPATEN TABANAN

65‐69

N.N. Soniari, N.M. Witariadi dan N.K. Karyati

PENGEMBANGAN USAHA BENIH JAGUNG TAHAN KERING

70‐76 S.M. Sarwadana, B.R.T. Putri dan K.K. Dinata

APLIKASI TEKNOLOGI FERMENTASI LIMBAH SAGU UNTUK MENUNJANG KETERSEDIAAN PAKAN SAPI DI DESA PUPUAN TEGALLALANG GIANYAR BALI

77‐82

N.G.K. Roni, T.B. Kusmiyarti, N.W. Siti dan N.K. Karyati

REKONTRUKSI SENI TRADISI BUMBUNG GEBYOG UNTUK MENUNJANG

DESA WISATA PINGE KECAMATAN MARGA KABUPATEN TABANAN

83‐85

I.M. Mega, N.L.R. Purnawan dan N.W. Suartini

APLIKASI TRAP BARRIER SYSTEM (TBS) UNTUK MENANGGULANGI HAMA TIKUS PADA PERTANIAN PADI RAMAH LINGKUNGAN DI SUBAK TIMBUL DESA GADUNG SARI KECAMATAN SELEMADEG TIMUR KABUPATEN TABANAN BALI

86‐91

I.N. Ardika dan N.N. Darmiati

PENERAPAN TEKNOLOGI SILASE RANSUM KOMPLIT DALAM UPAYA MENGATASI KEKURANGAN PAKAN PADA MUSIM KEMARAU DI DUSUN GELIANG DESA PEMPATAN

92‐96

I.G.L.O. Cakra, B.R.T. Putri, I.K. Budaarsa, N.M.S. Sukmawati dan A.A.P.P.

Wibawa

PENGEMBANGAN ARBORETUM TANAMAN TARUPREMANA UNTUK MENINGKATKAN DAYA TARIK WISATA DI DESA TARO KECAMATAN TEGALLALANG KABUPATEN GIANYAR

97‐102

I.D.P. Singarsa, I.K. Sardiana, W.P. Windia dan K.K. Dinata PEMBUATAN PUPUK ORGANIK CAIR MENGGUNAKAN TEKNOLOGI

KOMPOSTING SEDERHANA

103‐107

I.G.A. Kasmawan, G.N. Sutapa dan I.M. Yuliara

   

(6)

Buletin  Udayana Mengabdi, ISSN: 1412‐0925 

 

Volume 17 Nomor 1, Januari 2018 

PELATIHAN KEAMANAN SISTEM INSTALASI KABEL TANAM DI DESA

MELINGGIH KECAMATAN PAYANGAN‐GIANYAR 108‐113 I.N. Budiastra, C.G.I. Partha, I.G.D. Arjana dan I.B.A. Swamardika PENERAPAN PUPUK HAYATI PADA TANAMAN PADI DI DESA

TEGALMENGKEB KECAMATAN SELEMADEG TIMUR KABUPATEN TABANAN BALI

114‐119

A.A.N.G. Suwastika, I.K. Suada, A.A.A.A.S. Sunari dan N.W.S. Sutari PELATIHAN PENGAMAN INSTALASI LISTRIK SESUAI PERSYARATAN

UMUM INSTALASI LISTRIK 2011 SERTA AMANDEMEN 2014

12O‐126

I.B.A. Swamardika, A.A.N. Amrita, I.G.D. Arjana, dan C.G.I. Partha PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA BUAHAN KECAMATAN PAYANGAN‐

GIANYAR DALAM PENGELOLAAN POTENSI DESA D.N.K.P. Negara, I.D.M.K. Muku dan T.G.T. Nindhia

127‐133

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI BERBASIS MULTIMEDIA BAGI GURU‐GURU SEKOLAH DASAR DI DESA KINTAMANI BANGLI

N.M.A.E.D. Wirastuti, I.G.A.K.D.D. Hartawan, I.M.A. Suyadnya, dan D.C.

Khrisne

134‐139

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM PEMBERDAYAAN POTENSI DESA BERBASIS IPTEK DI DESA BALUK

I.K.A. Atmika, I.G.A.K. Suriadi, I.D.G.A. Subagia

140‐145

PELATIHAN PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN TERUTANG BAGI WAJIB PAJAK UMKM DENGAN PENGHASILAN BRUTO TERTENTU MENURUT PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 46 TAHUN 2013

N.L. Supadmi, I.D.G.D. Suputra, K. Budiartha, N.L.S. Widhiyani

146‐149

PELATIHAN MANAJEMEN DAYA TARIK WISATA DAN TEKNIK

PEMANDUAN WISATA BAGI KELOMPOK TREKKING DI DESA BELOK SIDAN PETANG BADUNG

I.N. Sudiarta, N.G.A.S.Dewi, L.G.L.K. Dewi, N.M.S.Wijaya, W.C.J. Sari

150‐155

PEMBUATAN DAN PENGUJIAN KUALITAS KOMPOS DI SUBAK TIBUBIYU KECAMATAN KERAMBITAN KABUPATEN TABANAN

I.W. Narka, I.N. Dibia, T. Kusmawati, I.W.D. Atmaja

156‐159

OPTIMASI SUMBER DAYA ALAM MELALUI TEKNOLOGI TEPAT GUNA BAGI MASYARAKAT DUSUN PATEH KECAMATAN SELAT KABUPATEN

KARANGASEM

160‐168

I.G.K. Sukadana, I.G.N.P. Tenaya, I.M. Astika

PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PESISIR BERBASIS PENDIDIKAN DI SAUBEBA‐ABUN PAPUA BARAT

F Pattiselanno, A Wondikbo, A Emaury, A Farwas, I Rumayomi, N Towansiba

169‐176

(7)

Buletin  Udayana Mengabdi, ISSN: 1412‐0925 

 

Volume 17 Nomor 1, Januari 2018   

PENGEMBANGAN DESA WISATA DI DESA BONGKASA, KECAMATAN ABIANSEMAL KABUPATEN BADUNG PROVINSI BALI

I.G.A.O. Mahagangga, M. Sukana, I.B. Suryawan, I.P. Anom

177‐186

RANCANG BANGUN ALAT PEMOTONG/PENGIRIS BAHAN BAKU KRUPUK TERIGU DAN KRIPIK SINGKONG

I.M. Widiyarta, D.N.K.P. Negara dan I.D.M.K. Muku

187‐191

 

(8)

177 VOLUME 17 NOMOR 1, JANUARI 2018 

PENGEMBANGAN DESA WISATA DI DESA BONGKASA KECAMATAN ABIANSEMAL KABUPATEN BADUNG

PROVINSI BALI

I.G.A.O. Mahagangga1, M. Sukana2, I.B. Suryawan3 dan I.P. Anom

ABSTRAK

Permasalahan utama adalah upaya awal memulai pengembangan desa wisata di desa Bongkasa. Faktanya wisatawan sudah banyak berkunjung ke desa yang berbatasan langsung dengan Ubud (Gianyar) ini. Tujuan pengabdian adalah untuk memberikan pemahaman tentang potensi pariwisata yang dimiliki dan memberikan suatu grand design perencanaan kepariwisataan dalam upaya pengembangan desa Bongkasa sebagai desa wisata. Lingkup pengabdian adalah analisis potensi wisata dan perencanaan berbasis kepada potensi serta kondisi eksisting. Metode yang digunakan adalah penyuluhan dan FGD. Di awali survei awal, penelitian lapangan dan studi pustaka. Temuan di lapangan tersebut disinergikan dengan aspirasi warga masyarakat lokal dan dianalisis secara kualitatif menggunakan konsep dan teori dalam ilmu pariwisata. Terungkap bahwa desa Bongkasa memiliki potensi alam, potensi budaya dan potensi buatan yang sangat layak untuk pengembangan desa wisata. Diperlukan perencanaan secara makro sebagai grand design yang disebut model kerangka implementasi kebijakan pengembangan desa Bongkasa sebagai desa wisata.

Kata Kunci : Pengembangan, Perencanaan, Model, Grand Design, Desa Wisata, ABSTRACT

The main problem is how to start the development of tourist village in Bongkasa village. In fact, the location of this village near Ubud (Gianyar) that many tourists visited everyday. The purpose of are to provide an understanding of the potential of tourism owned and provide tourism planning as grand design to develop the village of Bongkasa as a tourist village. The scope are potential tourism analysis and tourism planning.

Tourism planning based on the potential and existing conditions. The method used are counseling and FGD.

Starting from the initial survey, field research and literature study. The results are synergized with the aspirations of local society and analyzed qualitatively from science of tourism perspective. Revealed that the village of Bongkasa very feasible for the development of tourist villages with potential of nature, cultural potential and artificial potential. Bongkasa as a tourist village need macro planning as a grand design called framework implementation policy development model.

Keywords: Development, Planning, Model, Grand Design, Village Tourism

1 Prodi S1 Destinasi Pariwisata, Fak. Pariwisata, Universitas Udayana, Email: [email protected]

2 Prodi S1 Destinasi Pariwisata, Fak. Pariwisata, Universitas Udayana, Email: [email protected]

3 Prodi S1 Destinasi Pariwisata, Fak. Pariwisata, Universitas Udayana, Email: [email protected]

4 Prodi S1 Destinasi Pariwisata, Fak. Pariwisata, Universitas Udayana, Email: [email protected]

(9)

Pengembangan Desa Wisata di Desa Bongkasa, Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung, Provinsi Bali 

178  |  BULETIN UDAYANA MENGABDI  1. PENDAHULUAN

Desa Bongkasa yang merupakan salah satu Desa dari 18 Desa yang ada di Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung Provinsi Bali yang terletak 3 Km dari Ibu kota Kecamatan Abiansemal dan 23 Km dari pusat kota Denpasar. Letaknya strategis bersebelahan dengan Ubud kabupaten Gianyar, yang hanya dipisahkan oleh sungai Ayung. Luas tanah yang ada di Desa Bongkasa adalah 4.560 Km2 dengan ketinggian antara 300 s/d. 500 M dari permukaan laut, tergolong dataran rendah , dengan curah hujan 2000 – 3000 MM/ Tahun, dengan suhu udara 26 C, pemanfaatan tanah dapat dibedakan menjadi tanah kering untuk permukiman dan tegalan / ladang dan tanah basah untuk persawahan. Pemanfaatan lahan di Desa Bongkasa antara lain lahan sawah : 314,18 Ha, lahan kering/tegalan : 71,7 Ha, ahan Perumahan : 43,34 Ha dan lahan fasilitas Umum : 8,84 Ha. Secara umum desa Bongkasa dikelilingi oleh Daerah Aliran Sungai atau DAS mencapai hampir 80%

wilayahnya.

Gambar 1. Letak Desa Bongkasa

Pembagian wilayah desa dalam ruang lingkup penyelenggaraan Pemerintah Desa, Desa Bongkasa terbagi atas 10 Banjar Dinas.Banjar dinas dipimpin langsung oleh Kelian Banjar Dinas sebagai ujung tombak penyelenggara Pemerintah Desa. Adapun Banjar Dinas yang ada diwilayah Desa Bongkasa yaitu Banjar Kedewatan, Banjar Tanggayuda, Banjar Sayan Agung, Banjar Sayan Tua, Banjar Pengembungan Sari, Banjar Teguan, Banjar Pengembungan, Banjar Kambang, Banjar Kutaraga dan Banjar Tohpati. Secara adat desa Bongkasa terdiri dua desa adat yaitu desa adat Bongkasa dan desa adat Kutaraga. Desa adat Bongkasa terdiri sepuluh banjar adat yaitu banjar adat Karang Dalem 1, banjar adat Kedewatan, banjar adat, Tanggayuda, banjar adat Sayan Agung, banjar adat Sayan Tua, banjar adat Pengembungan, banjar adat Pengembungan Sari, banjar adat teguan, dan banjar adat Kambang. Desa adat Kutaraga terdiri dari dua banjar adat yaitu banjar adat Kutaraga dan banjar adat Tohpati.

2. METODE PELAKSANAAN

Kegiatan pengabdian dilakukan dengan teknik penyuluhan sambil menyelipkan teknik Focus Group Discussion (FGD). FGD adalah metode pemberdayaan masyarakat dengan mengedepankan potensi yang dimiliki masyarakat lokal tersebut untuk mengembangkan diri dengan bantuan dari pihak luar sebagai fasilitator (Mikkelsen, 1999 : 65). FGD adalah teknik pengumpulan data berdasarkan hasil diskusi yang terarah dan terpusat pada suatu permasalahan tertentu (Bungin, 2003 :177).

(10)

I.G.A.O. Mahagangga, M.Sukana, I.B. Suryawan, I.P. Anom 

VOLUME 17 NOMOR 1, JANUARI 2018  |  179 Sebelum pelaksanaan pengabdian (pengabdian dilaksanakan hari Minggu, 15-Otober-2017), tim pengabdian berkesmepatan melakukan survei awal, penelitian lapangan dan studi pustaka.

Pendekatan dilakukan kepada Kepala Desa (Perbekel) desa Bongkasa Ketut Luki (mantan Anggota DPRD Badung), Ketua Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Bongkasa I Wayan Astika yang juga mantan anggota DPRD Badung dan Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) desa Bongkasa Wayan Arta (Kaprodi Manajemen Perhotelan di STIE Tri Atma Mulya / Mapindo Bali) dan dilakukan pula kepada tokoh-tokoh masyarakat.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi eksisting menunjukkan desa Bongkasa setiap harinya sudah padat dikunjung wisatawan mancangera (500-600 wisman per hari). Namun belum dapat diakomodir oleh Pokdarwis maupun pemerintah desa karena sudah di-handle oleh investor dan perorang yang mengelola rafting, tubes, swing, agro wisata dan paket-paket wisata seperti rural traditional farmer, traditional cooking class, cycling dan jogging.

Gambar 2. Mantan Presiden USA Barack Obama dan keluarga rafting di sungai Ayung Terlepas dari investor yang sudah membayarkan pajak dan retribusi ke pemerintah dan pemerintah desa Bongkasa sudah mendapatkannya, perlu dipikirkan bagaimana memulai pengelolaan desa wisata. Diperlulan framework atau perencanaan awal yang mampu mengakomodir seluruh potensi yang ada dengan melibatkan masyarakat secara aktif sebagai bagian dari pariwisata berbasis masyarakat. Disampaikan oleh Tim Pengabdian bahwa desa Bongkasa memiliki ragam keunikan mulai dari potensi alam, potensi budaya dan potensi buatan. Pada dasarnya para peserta yang terdiri dari aparatur pemerintah desa Bongkasa, Pokdarwis, Karang Taruna, PKK dan komponen desa lainnya menyadari telah memiliki potensi tersebut. Tetapi belum dapat dipetakan secara terstruktur dan belum diyakini akan mampu menarik perhatian wisatawan.

Ada pun potensi alam yang dimiliki di desa Bongkasa adalah sungai Ayung-sungai Adeng (termasuk mata air dan banyak pangkung, telabah yang alami), campuhan, pancoran (5 pancoran), tebing, tegal linggah, aneka buah lokal (durian, mangga, wani,juwet, sentul, kepundung, rambutan), kopi, jaka (palm wayne),kelapa, aneka tanaman bunga (soka Bali, kamboja, seroja, nusa indah, pandan harum), aneka satwa liar (bangau, perkutut, burung hantu, sikep,landak, biawak, semal, luwak, jangkrik, ular), aneka hewan peliharaan (anjing, kucing, ayam jago), areal persawahan (Julia Robert pernah shooting disini) dan areal perkebunan.

(11)

Pengembangan Desa Wisata di Desa Bongkasa, Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung, Provinsi Bali 

180  |  BULETIN UDAYANA MENGABDI 

Gambar 3. Salah Satu Arca di Pura Dalem Gede Bongkasa

Potensi Budaya di desa Bongkasa adalah historis (Legenda Ki Dalang Tangsub), Puri Banyuning Bongkasa (arsitektur), Geria Gede Bongkasa (Dalang Bongkasa), Geria Agung Bongkasa (Sesepuh Sri Empu di Bali), Pura (terdapat puluhan pura), Tapakan Ratu Betara (terdapat belasan Tapakan dalam ragam perwujudan), tradisi ngunya, mepeed, meprani, ngayah, sekeha-sekeha (subak, seni, calon arang, angklung, topeng, teruna-teruni), banjar adat (padat aktifitas sosio-religius), pecalang, keris, Bapang, seni lukis, pande besi, yoga (terdapat praktisi yoga bergelar prabu), dan kuliner (sate lemo, sate nyuh, lawar, be tutu, jukut nangka, jukut ares, jaja gina, jaja uli, jaja sirat, lodek).

Gambar 4. Salah satu peserta asal Amerika Serikat aktif bertanya

Potensi Buatan di desa Bongkasa adalah water sport, jogging track, cycling track, ATF track, motorcross track, agro wisata organik, homestay (baru terdapat 3 homestay), restoran, water spirit (melukad), herbal-healing, spiritual yoga, spot-spot foto, production house, sanggar seni tari tradisional-kontemporer, wayang class, cooking class, galeri, art shop, stage pertunjukan, museum, guide lokal, revitalisasi pasar tradisional, klinik kesehatan, jaringan telekomunikasi, ATM, money changer, pengelolaan sampah, tag line di pintu masuk desa, tempat sampah, lampu penerangan, taman yang berisikan tanaman lokal (jaka, kelapa, kamboja, pucuk rejuna, teratai dipadukan dengan pancuran air dan patung Ki Dalang Tangsub bersama Raja Mengwi sebagai ikon cikal

(12)

I.G.A.O. Mahagangga, M.Sukana, I.B. Suryawan, I.P. Anom 

VOLUME 17 NOMOR 1, JANUARI 2018  |  181 bakal desa Bongkasa), peta spot-spot wisata, jaringan transportasi lokal (terdapat grup VW lokal), toilet umum, lahan parkir, senderan sungai-hutan penyangga, telajakan rumah untuktanaman bunga lokal, saluran air perumahan, rambu-rambu petunjuk daya tarik wisata dan pos tiket, festival budaya, Tourism Information Centre, calendar event, dan Integration Management Tourism (IMT) desa wisata Bongkasa dengan menunjuk Pokdarwis atau Badan Usaha Milik Desa (BUMDES) sebagai leader-nya.

Berdasarkan hasil kajian tim pengabdian berbasis kondisi eksisting dan potensi-potensi yang dimiliki desa Bongkasa maka disampaikan model grand design pengembangan desa Bongkasa sebagai desa wisata. Model ini diharapkan dapat menjadi blue print pengembangan desa Bongkasa sebagai desa wisata kedepannya.

Tabel 3.1 Model Grand Design Pengembangan Desa Bongkasa sebagai DesaWisata

No. Aspek Perencanaan Implementasi

1. Penentuan tujuan pembangunan desa wisata

a. Cara pandang yang sama tentang desa wisata di tingkat masyarakat lokal (arahkan kepada alternative tourism bukan mass tourism, sehingga tingkat partisipasi masyarakat harus tinggi dan merata)

b. Menentukan tujuan pengembangan (pembangunan sektor pariwisata bersinergi dengan sektor lain untuk kesejahterahaan masyarakat)

c. Pertimbangan faktor sosial budaya, aspek ekonomi dan lingkungan (apa yang boleh dan dilarang, regulasi, hukum adat-perarem, serta kebijakan) d. Merancang area pembangunan dan pengembangan

secara bertahap, identifikasi kepentingan secara individual dan kolektif dari masyarakat lokal untuk dapat diakomodasikan dan meminimalkan terjadinya konflik kepentingan (pemerataan) e. Kesiapan masyarakat lokal menerima sektor

pariwisata bersinergi dengan sektor pertanian atau sektor lainnya (dimulai dari satu elemen atau satu lokasi, sebagai pilot project dengan catatan seluruh masyarakat turut membantu meskipun tidak termasuk dalam pilot project area secara langsung maupun tidak langsung).

f. Sosialisasi secara berkelanjutan (mulai dari sapta pesona, kesadaran wisata, hospitality, dan prospek desa wisata

2. Inventarisasi a. Survai dan analisis potensi wisata yang dimiliki, karakteristik kawasan pembangunan dan pengembangan termasuk, ekonomi, sumber daya, pola penguasaan dan pemilikan tanah, termasuk tanah desa dan tanah adat.

b. Penelitian mendalam sejarah, budaya dan kehidupan eksisting masyarakat.

c. Kombinasikan survai dan penelitian mendalam untuk menetapkan produk, atraksi, dan aktivitas pariwisata yang potensial untuk dikembangkan.

d. Evaluasi aksesibilitas, dan kondisi infrastruktur

(13)

Pengembangan Desa Wisata di Desa Bongkasa, Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung, Provinsi Bali 

182  |  BULETIN UDAYANA MENGABDI 

pendukung dan kemungkinan pengembangannya di masa depan sebagai relasi potensi buatan.

e. Review blue print program pengembangan desa wisata dari tingkat pemerintah pusat, pemerintah provinsi, hingga ke tingkat pemerintah kabupaten (jangka pendek maupun jangka panjang)

3. Infrastruktur dan Fasilitas

a. Penyediaan infrastruktur dan fasilitas pendukung pengembangan pariwisata (relasi dengan potensi buatan)

b. Mendorong partisipasi masyarakat dengan meyakinkan bahwa desa wisata dapat bersinergi dengan sektor pertanian atau sektor lainnya secara berkelanjutan (core pariwisata di Bongkasa tampak sangat dekat dengan alam dan budaya).

4. Pasar a. Analisis kondisi pasar nasional dan internasional, tetapkan tujuan, segmentasi khusus dan target pemasaran (kondisi eksisting menunjukkan wisman asala Cina melakukan rafting dan domestik melakukan rafting dan outbond).

b. Analisis pengemasan produk dan atraksi wisata yang sesuai dengan target pasar (dapat dilihat dari potensi alam, potensi budaya dan potensi buatan) c. Analisis akomodasi, fasilitas dan pelayanan yang

kelak dibutuhkan (pilihan paling tepat adalah homestay, tinggal ditentukan lokasi tepatnya apakah di semua banjar diperbolehkan atau dibuatkan zonasi)

d. Pelajari target pasar dan upayakan target pasar harus bisa diakses oleh IT dan transportasi (Keunggulan Bongkasa dengan alam dan budaya lebih cenderung cocok kepada wisatawan Eropa dengan karakteristik umur 20-60 tahun).

e. Lakukan riset pasar bersama akademisi, sinergikan dengan pihak travel agent untuk membantu pemasaran dan promosi (Wisman Cina dan domestik yang sudah berjalan sudah di-handle oleh investor-perorangan dan travel agent dari luar. Terdapat pula perorangan yang dalam skala kecil rutin mendatangkan tamu Eropa di homestay-nya. Upayakan kerjasama pasar dengan pihak-pihak tersebut ; investor, perorangan dan travel agent)

5. Daya Dukung a. Tentukan batas ambang (carrying capacity) kawasan pengembangan desa wisata melalui analisis lingkungan, ekonomi dan sosial budaya (mencegah terjadinya kesembrawutan, kerusakan lingkungan, persaingan dan konflik sosial di kemudian hari)

b. Tentukan batas standar yang dapat ditoleransi untuk aktivitas dan kegiatan pariwisata secara ekonomi termasuk batas maksimal pengunjung, jumlah dan jenis kendaraan, dan kesesuaian

(14)

I.G.A.O. Mahagangga, M.Sukana, I.B. Suryawan, I.P. Anom 

VOLUME 17 NOMOR 1, JANUARI 2018  |  183 dengan kawasan yang dapat didatangi

c. Implementasikan prosedur yang dapat menentukan kapan kawasan pengembangan dan dalam kondisi bagaimana jika terjadi suatu kerusakan termasuk upaya pemulihannya (pelestarian budaya dan konservasi lingkungan alam)

6. Pengembangan a. Membuat rencana pengembangan struktur pariwisata di desa wisata termasuk atraksi dan core desa wisata yang berkesesuaian dengan 5 aspek perencanaan sebelumnya, pengembangannya secara regional, disertai akses dan jaringan transportasinya (dapat dianalisis dari potensi alam. Potensi budaya dan potensi buatan di atas).

b. Membuat rekomendasi untuk pembangunan dan penataan fasilitas, pelayanan dan infrastruktur terkait (Sesuaikan dengan RPJMDES dan RDTR Kecamatan)

c. Membantu permodalan dengan pola pendampingan tentang apa yang dibutuhkan agar memenuhi kelayakan sampai desa wisata benar- benar mampu mandiri (Bersumber dari pemerintah desa maupun pola kemitraan)

d. Membuat rencana kontingensi atau manajemen krisis untuk tantangan potensial di masa depan untuk menjaga kestabilan pemasaran dan kemungkinan pengaruh stabilitas politik internasional, nasional maupun dampak buruk bencana alam (alam dan budaya jangan diganti atau dieksploitasi melainkan ditata sehingga tidak menghilangkan fungsinya ; pertanian, perkebunan dan yang lain jangan serta merta dihentikan. Akan tetapi mengisi sektor pariwisata)

e. Tetapkan sesuai karakter sosial budaya setempat mana yang layak dan tidak layak untuk pengembangan selanjutnya (dapat digali lebih mendalam aspirasi masyarakat).

7. Ekonomi a. Lakukan analisis ekonomi untuk kondisi sekarang dan perkiraan masa depan dari pengembangan pariwisata (dapat dilihat dari pendapatan masyarakat, pola konsumsi, dan pengeluaran) b. Membuat strategi meningkatkan keuntungan

ekonomi dari kegiatan pariwisata (industri kreatif berdasarkan kemampuan mengakomodir potensi desa)

c. Standar Operasional Procedure (SOP) yang terkontrol dalam manajemen finansial sehingga desa wisata memperoleh keuntungan dan wisatawan membayar kewajibannya.

Diperhitungkan pula sistem pembagian keuntungan apabila bekerjasama dengan travel

(15)

Pengembangan Desa Wisata di Desa Bongkasa, Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung, Provinsi Bali 

184  |  BULETIN UDAYANA MENGABDI 

agent atau perorangan (Penting dipikirkan jika wisatawan wajib mengeluarkan $1 dalam waktu 2 jam di desa Bongkasa, maka apa yang akan diperoleh. Perkuat perjanjian dari aspek hukum seperti MoU, kontrak dan sedapat mungkin win- win solution).

8. Lingkungan a. Evaluasi dampak pariwisata terhadap lingkungan dan tetapkan upaya pencegahan kerusakannya (potret kondisi eksisting lingkungan secara akademik dan lakukan secara rutin per tahun) b. Membangun sinergi pembangunan dan

pengembangan pariwisata dengan usaha konservasi lainnya termasuk kawasan rawan longsor, zona suci, resapan air, sungai, sempadan, saluran pembuangan air rumah tanggga, saluran pembuagan air restoran, pengelolaan sampah, pengelolaan limbah, dan bencana alam.

9. Budaya a. Evaluasi dampak sosial budaya pariwisata dan upaya pencegahan terjadinya degradasi budaya, komersialiasi budaya, komodifikasi budaya secara berlebihan, penyiapan mind set masyarakat bahwa wisatawan tidak hanya sekedar membawa uang, perubahan mind set, life style, dan pola hidup masyarakat lokal setelah pariwisata intens dengan upaya revitalisasi, pelestarian dan mencegah terjadinya shock culture (tegakkan aturan adat dan pelestarian tradisi ; aktifitas ritual, kesenian dll.) b. Kedepankan nilai tradisi dan adat istiadat

berdasarkan Tri Hita Karana dengan mempertahankan modal budaya sebagai tradisi, seperti aktifitas religius-spiritual, kesenian, kuliner lokal, banjar adat, dan sekeha-sekeha.

c. Melakukan social mapping untuk dapat meng- audit secara sosial perubahan dan pengaruh masyarakat lokal karena pariwisata (melihat data demografi, ibu-ibu di desa Bongkasa memiliki angka cukup tinggi yang tidak bekerja formal berpotensi besar untuk turut serta dalam desa wisata)

10. Standar Kualitas a. Membuat desain untuk pengukuran standar kualitas bagi fasilitas dan akomodasi untuk memenuhi persyaratan pariwisata (kesepakatan bersama mengacu kepada standar home stay) b. Melakukan penilaian standar kualitas untuk

akomodasi dan fasilitas pendukung pariwisata lainnya (teknis)

c. Memberikan pembinaan untuk mengejar standar kualitas dengan pemberian rewards dalam bentuk perlombaan, festival atau sejenisnya (motivasi dan keberlanjutan)

11. Sumber Daya Manusia a. Rencanakan kebutuhan Sdm dan utamakan yang sudah memiliki pengalaman di dunia pariwisata

(16)

I.G.A.O. Mahagangga, M.Sukana, I.B. Suryawan, I.P. Anom 

VOLUME 17 NOMOR 1, JANUARI 2018  |  185 (utamakan generasi muda yang diselaraskan dengan sekeha-sekeha)

b. Melakukan kerjasama dengan institusi pendidikan kepariwisataan untuk pembinaan dan pelatihan kepariwisataan (penelitian dan pengabdian) c. Penerapan pariwisata berbasis masyarakat dengan

mengupayakan partisipasi aktif masyarakat lokal (pemerataan dan sinergitas)

12. Organisasi a. Menetapkan struktur Pokdarwis dalam pemerintah desa dan kejelasan sumber pendanaan

b. SOP dan job desk yang menyesuaikan dengan faktor sosial budaya setempat

c. Membuat sistem IMT yang memudahkan Pokdarwis bekerja (Potensi Buatan).

d. Membuat jaringan kelembagaan antara desa wisata 13. Investasi a. Sediakan bantuan permodalan yang meningkat

setiap tahunnya sesuai dengan keberhasilan yang diraih (Pemerintah Desa)

b. Memilah aset seperti tanah atau bangunan yang dapat diinvestasikan untuk desa wisata (Pemerintah Desa)

14. Regulasi dan Pengawasan

a. Membangun mekanisme legislasi dan regulasi untuk mendorong pengembangan pariwisata melalui dukungan praktisi pariwisata di Bongkasa, organisasi pariwisata nasional, pemerintah kabupaten, pemerintah provinsi, pemerintah pusat dan sektor-sektor lainnya dalam pariwisata.

b. Membuat standar fasilitas, insentif investasi, dan zoning (homestay, restoran, kawasan suci, kawasan resapan air, kawasan ekonomi, dsb.) c. Membuat prosedur penilaian dan pengawasan

(Pemdes bekerja sama dengan perguruan tinggi pariwisata)

15. Sistem Data dan Informasi

Membangun sistem data dan informasi desa wisata terintegrasi dalam suatu web site yang dapat menjadi satu dengan web site Pemkab Badung yang dapat berfungsi sebagai informasi pasar.

16. Implementasi a. Identifikasi metode dan teknik untuk mengimplementasikan berbagai perencanaan pariwisata dan mengutamakan skala prioritas.

b. Kolaborasikan dengan dunia industri dan dunia akademik untuk menjamin kualitas dan keberlanjutan implementasi tersebut.

Sumber : Modifikasi Liu (1994)

(17)

Pengembangan Desa Wisata di Desa Bongkasa, Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung, Provinsi Bali 

186  |  BULETIN UDAYANA MENGABDI  4. Kesimpulan dan Saran

Potensi alam, potensi budaya dan potensi buatan di desa Bongkasa layak untuk pengembangan desa wisata karena memiliki banyak keunikan. Model grand design pengembangan desa Bongkasa sebagai desa wisata dapat diterapkan dengan pemahaman bersama (Perbekel / Kepala Desa, BPD, Pokdarwis dan segenap komponen) tentang tujuan pengembangan desa wisata (berbasis kepada potensi, skala mikro, wisatawan berkualitas, partisipasi aktif masyarakat dan berkelanjutan). Visi dan Misi, dan penetapan strategi dapat direalisasikan dalam program-program kerja mengacu kepada model ini sebagai grand design atau perencanaan secara makro.

Segera disusun masterplan berdasarkan kondisi real di lapangan, faktor internal (memperhatikan perspektif historis, mapping potensi pariwisata, zonasi, kondisi eksiting, dan aspirasi masyarakat), dan faktor eksternal (kondisi pesaing-destinasi wisata serupa atau disekitar desa Bongkasa, pasar wisatawan, trend wisatawan, jejaring). Faktor internal dan faktor eksternal dianalisis secara akademis untuk perencanaan fisik (out put Detail of Design / DED) dan perencanaan non fisik (visi dan misi, tag line, kelembagaan, pola kerjasama, hubungan-hubungan sosial, produk, atraksi, paket wisata dan dampak) yang saling mendukung. Tindak lanjut masterplan disesuaikan dengan anggaran, kondisi sosial-budaya dan aspirasi masyarakat dan dapat diajukan kepada pemerintah kabupaten, pemerintah provinsi maupun pemerintah pusat.

UCAPAN TERIMAKASIH

Terima kasih kami ucapkan kepada Rektor dan Ketua LPPM Universitas Udayana, Kepala Desa, BPD, Pokdarwis, dan seluruh komponen masyarakat Bongkasa sehingga pengabdian kepada masyarakat melalui Udayana Mengabdi dapat terselenggara sesuai dengan harapan.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2012. Monografi Desa Bongkasa. Badung : Pemde Bongkasa Anonim. 2016. Profil Desa Bongkasa. Badung : Pemdes Bongkasa

Bungin, Burhan. 2010. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Jakarta : Kencana Prenada Media Group Liu, Juanita C. 1994. Pacific Islands Ecotourism : A Public Policy and Planning

Guide. Hawai’i : The Pacific Business Center Program. College of Business Administrattion University of Hawai’I at Manoa Honolulu USA

Mahagangga, I Gusti Agung, I Made Bayuariwangsa, I Made Kusumanegara. 2016.

Kajian Perencanaan Desa Wisata Secara Berkelanjutan (Studi Kasus 11 Desa Wisata di Kabupaten Badung).

Pengembangan Desa Wisata di Kabupaten Badung. Ed. I Putu Anom dan Ida Bagus Suryawan.

Depok : Herya Media

Mikkelsen, Britha. 1999. Metode Penelitian Partisipatoris dan Upaya-Upaya Pemberdayaan. Yayasan Obor Indonesia, Jakarta.

Suyitno. 2001. Perencanaan Wisata. Yogyakarta : Kanisius

Yoeti, Oka A. 1999. Perencanaan dan Pengembangan Pariwisata. Jakarta : PT. Pradnya Paramita

Gambar

Gambar 1. Letak Desa Bongkasa
Gambar 2. Mantan Presiden USA Barack Obama dan keluarga rafting di sungai Ayung  Terlepas dari investor yang sudah membayarkan pajak dan retribusi ke pemerintah dan pemerintah  desa  Bongkasa  sudah  mendapatkannya,  perlu  dipikirkan  bagaimana  memulai
Gambar 3. Salah Satu Arca di Pura Dalem Gede Bongkasa
Tabel 3.1 Model Grand Design Pengembangan Desa Bongkasa sebagai DesaWisata

Referensi

Dokumen terkait

Pengumpulan data yang dilakukan dengan cara melakukan pengamatan langsung ke Ktm Resort Batam di bagian Housekeeping Department untuk mengamati dan mengetahui

6.2 Pengaruh Jenis Operasi Terhadap Waktu Kesembuhan Pasien Katarak yang melakukan Operasi di Rumah Sakit Mata Bali Mandara pada Bulan Oktober- Desember 2015. 50

Dengan digunakannya berbagai metode dan prosedur pengendalian biaya melalui penyusunan budget (anggaran), biaya standar, budget dan biaya standar tersebut akan

Hukuman-hukuman yang bisa menimpa orang-orang yang berbuat maksiat antara lain: terhalang dari ilmu dan rezeki; merasakan kesepian; kesulitan dan kegelapan; lemah hati dan

'DULKDVLODQDOLVLVVWDWLVWLNNDUDNWHU MXPODK FLQFLQ SHPEXOXK ODWHNV MXPODK WDQDPDQ WHUSLOLK XQWXN LQWHQVLWDV VHOHNVL DGDODKSURJHQLGHQJDQEDWDV² SHPEXOXKGDQXQWXNLQWHQVLWDVVHOHNVL DGDODK

Untuk mengenali karakter geokimia daerah kajian dilakukan dengan membandingkan sedimen aluvial yang mempunyai fenomena geologi plaser yang sama, terdapat di daerah Ketapang (diluar

No Nama Lembaga Alamat Lembaga Nama Kepala No Kontak Foto 7 Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Kepala Sekolah (LPPKS) Pembinaan Kepala Sekolah semua jenjang pendidikan Kp.

Saya melakukan penelitian terkait Pengaruh Dinamika Kelompok Terhadap Keberfungsian Sosial Anak yang Berhadapan dengan Hukum di BRSAMPK Handayani sebagai syarat