• Tidak ada hasil yang ditemukan

YAYASAN AKRAB PEKANBARU Jurnal AKRAB JUARA Volume 7 Nomor 2 Edisi Mei 2022 ( )

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "YAYASAN AKRAB PEKANBARU Jurnal AKRAB JUARA Volume 7 Nomor 2 Edisi Mei 2022 ( )"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

YAYASAN AKRAB PEKANBARU

Jurnal AKRAB JUARA Volume 7 Nomor 2 Edisi Mei 2022 (144-157) MEDIA SEBAGAI ALAT UNTUK KOMUNIKASI PERSPEKTIF EKONOMI POLITIK VINCENT MOSCOW DIKOMODIFIKASI OLEH MEDIA

--- Jatayu Hadi Prakoso

Universitas Esa Unggul

(Naskah diterima: 1 Maret 2022, disetujui: 28 April 2022)

Abstract

This study aims to analyze news/information sources from new media, especially information on the entertainment world. In delivering information, online media are very fluent in using fluid and dynamic principles in changing their information. Then the principle of tabloidization is also used in the news, to make it seem bombastic. Through the political economy of the media, Vincent Moscow, that there are three phases, namely commodification, spatialization, and structuration in the mass media that are used by their owners to gain profits. Three aspects of commodification--the content of the media-the working audience--are the determinants of the success or failure of the ideological project of media capitalism. Therefore, the commodification process ensures that the orientation of the three can work well and are interrelated, so that infotainment as a media industry does not only trigger negative reactions and criticism from active audiences but also encourages the accentuation of passive audiences who are thirsty for celebrity factual news to continue to follow faithfully in front of their television screens.

Commodification positions passive audiences in endless curiosity, because curiosity is already half of the success in media marketing. The media will pay for it with packaging that

"hypnotizes" passive audiences to approve of infotainment content or praise it with a "wow effect".

Keywords: infotainment, commodification, Media Political Economy Abstrak

Penelitian ini bertujuan menganalisis sumber berita/informasi dari media baru, khususnya informasi dunia entertainment dalam penyampaian infornasi, media online sangat fasih dalam menggunakan prinsip fluid dan dinamis dalam pergantian informasinya. Kemudian prinsip tabloidisasi juga digunakan dalam pemberitaan, agar terkesan bombastis. Melalui kacamata ekonomi politik media, Vincent Moskow, bahwa terdapat tiga fase, yakni komodifikasi, spasia- lisasi, dan strukturasi dalam media massa yang digunakan oleh pemiliknya untuk mendapatkan keuntungan. Tiga aspek komodifikasi-isi media-khalayak pekerja--menjadi determinan bagi sukses tidaknya proyek ideologi kapitalisme media. Permasalahan penelitian adalah adanya komodifikasi infotaintment di industry media yang memantik reaksi negative dari khalayak dan diperlukannya pendekatan ekonomi politik Vincent Moskow dalam tiga fase tersebut.

Karenanya, proses komodifikasi memastikan orientasi ketiganya dapat berjalan baik dan saling

(2)

YAYASAN AKRAB PEKANBARU

Jurnal AKRAB JUARA Volume 7 Nomor 2 Edisi Mei 2022 (144-157) terkait, sehingga infotainment sebagai industri media tidak melulu memantik reaksi negatif dan kritik dari khalayak aktif tetapi juga mendorong aksentuasi khalayak pasif yang haus akan berita faktual selebriti untuk terus setia mengikuti di depan layar televisi mereka. hasil penelitian ini menyimpulkan, terjadi komodifikasi terhadap kapitalisme dengan menciptakan konglomerasi bagi pemilik modal yang besar. ini mempengaruhi kualitas acara infotainment dalam memberi keuntungan. Komodifikasi memosisikan khalayak pasif dalam rasa penasaran yang tak berujung pangkal, sebab rasa penasaran sudah merupakan separo keberhasilan dalam marketing media.

Media akan membayarnya dengan kemasan yang “menghipnotis” khalayak pasif untuk mengiyakan konten infotainment atau memujinya dengan “wow effect”.

Kata Kunci : infotainment, Komodifikasi, Ekonomi Politik Media

I. PENDAHULUAN

engembangan teknologi pada awal- nya memperkenalkan pada internet dan kemudian menuju jaringan media sosial. Jejaring sosial telah menunjukkan bah-wa walaupun digunakan untuk tujuan sosiali-sasi dan hiburan, seperti yang pertama kali muncul, jejaring sosial dapat digunakan dalam berbagai aspek, terutama dalam politik. Jika dibandingkan dengan media massa tradisional, jelas bahwa media sosial memiliki aspek positif dan negatif. Aspek paling positif pada media sosial bahwa dapat mengumpulkan massa besar dalam waktu singkat. Manfaat dari manfaat Internet, media sosial memberi orang kebebasan tanpa batas. Tentu saja, ke-bebasan tanpa batas seperti itu kadang-kadang dapat dibatasi oleh sensor. Ketika individu memiliki berbagai aplikasi di jaringan media sosial, kepercayaan diri mereka mulai mening-kat ke

P

tingkat yang tinggi. Karena area ini

menyediakan lingkungan untuk membuktikan diri.

Berdasarkan fenomena tersebut, komu- nikasi yang pada awalnya hanya sebatas pro- ses interaksi personal secara face to face, kini berkembang secara online berbasis iternet.

Dalam hal ini, salah satu komunikasi berbasis internet yang banyak digunakan adalah media sosial. Media sosial adalah sebuah media on- line. Dengan hadirnya media berbasis internet (media online) tersebut menunjukkan telah terjadi pergeseran arah penggunaan media komunikasi, yang semula bersifat klasik (media elektronik dan cetak) dan kini me- ngalami perubahan kepada media baru (new media) berbasis internet yang menjadi saluran akses media sosial dalam berbagai bidang, yaitu pendidikan, budaya, sosial, ekonomi, hukum, juga politik, misalnya

(3)

YAYASAN AKRAB PEKANBARU

Jurnal AKRAB JUARA Volume 7 Nomor 2 Edisi Mei 2022 (144-157) Dewasa ini setelah kemunculan media

baru (baca: internet), muncul juga perubahan pola konsumsi perolehan berita/informasi.

Semula sumber berita/informasi diperoleh me- lalui media cetak seperti koran dan majalah, atau media elektronik seperti radio dan tele- visi. Akan tetapi semenjak media baru / internet, para pencari berita/informasi melaku- kan migrasi media menuju media baru. De- ngan prinsip berita yang dihadirkan lebih fluid dan dinamis oleh media baru, merupakan cer- minan pola konsumsi saat ini yang diinginkan oleh masyarakat.

Studi kasus dalam tulisan ini adalah sumber berita/informasi dari media baru, khu- susnya informasi dunia entertainment. Salah satu kanal yang menjadi fokus dalam tulisan ini adalah situs media online terpopuler di Indonesia. Dalam penyampaian informasi, situs seperti Detik.com, Kompas.com, Viva.

co.id, Tempo.co, sangat fasih dalam menggu- nakan prinsip fluid dan dinamis dalam pergan- tian informasinya. Kemudian prinsip tabloi- disasi juga digunakan dalam pemberitaan, agar terkesan bombastis. Begitu silih bergan- tinya pemberitaan mengenai selebritis; mulai dari yang saling tuding, saling melaporkan ke pihak polisi, membuat sensasi baru, kematian, kelahiran, pernikahan, hingga informasi pe-

ngadaan konser-konser musik, peluncuran film terbaru, baik itu dari tingkat lokal hingga dikonsumsi transnasional.

Pemilihan ranah selebritis dan info hiburan (entertainment), diasumsikan bahwa pilihan ini sangat bersifat profit oleh perusaha- an. Isi informasi yang ringan merupakan ke- biasaan yang sudah mendarahdaging dalam masyarakat, khususnya kelompok ibu-ibu.

Yaitu bergosip, bergunjing, diadopsi menjadi program infotainment pada media televisi, oleh media online dibuatkan juga versi onlinenya. Ketika media online saat ini menjadi media favorit masyarakat dengan akses yang lebih mudah. Keadaan ini menjadi keadaan yang menguntungkan bagi perusaha- an media online menjadikannya sebagai mesin uang.

Berbagai akses dapat digunakan oleh konsumen dalam mendapatkan berita, salah satunya melalui gadget. Hal ini menjadi capaian media online, dengan mengejar berita dalam waktu tercepat, dengan memanfaatkan kecanggihan dunia siber yang mampu mencerabut ruang dan waktu melalui teknolo- gi. Menyadari bahwa setiap pemberitaan tidak terlepas dari kode etik jurnalistik, pemberitaan harus tetap konsisten walaupun pada akhirnya disandingkan dengan orientasi profit. Inilah

(4)

YAYASAN AKRAB PEKANBARU

Jurnal AKRAB JUARA Volume 7 Nomor 2 Edisi Mei 2022 (144-157) bentuk asumsi yang dapat dikemukakan, dan

saat ini diminati oleh konsumen.

Melalui kacamata ekonomi politik media, Vincent Moskow, bahwa terdapat tiga fase, yakni komodifikasi, spasialisasi, dan strukturasi dalam media massa yang diguna- kan oleh pemiliknya untuk mendapatkan keu- ntungan. Karena pada umumnya latar bela- kang pemilik media adalah pengusaha, jadi bagaimana sebisa mungkin apa saja yang dimiliki, dapat digunakan untuk menghasilkan keuntungan.

II. METODE PENELITIAN 2.1 Teori Ekonomi Politik Media

Ekonomi politik media terkait dengan masalah kapital atau modal dari para investor yang bergerak dalam industri media. Para pe- milik modal menjadikan media sebagai usaha untuk meraih untung, dimana keuntungan ter- sebut diinvestasikan kembali untuk pengem- bangan medianya. Sehingga pengakumulasian keuntungan itu, menyebabkan kepemilikan media semakin besar. Dalam menjalankan media, investor mempekerjakan karyawan un- tuk menghasilkan produk media. Untuk me- ngetahui lebih jauh tentang bagaimana media memproduksi isi, mendistribusikan sehingga bernilai ekonomis, Vincent Mosco menawar- kan tiga konsep untuk mendekatinya yakni:

komodifikasi (commodification), spasialisasi (spatialization) dan strukturasi (structuration) (Mosco, 1996:139). Komodifikasi berhubu- ngan dengan bagaimana proses transformasi barang dan jasa beserta nilai gunanya menjadi suatu komoditas yang mempunyai nilai tukar di pasar. Spasialisasi, berkaitan dengan sejauh mana media mampu menyajikan produknya di depan pembaca dalam batasan ruang dan waktu. Pada batas ini maka struktur kelem- bagaan media menentukan perannya di dalam memenuhi jaringan dan kecepatan penyam- paian produk media di hadapan khalayak.

Strukturasi berkaitan dengan relasi ide antar agen masyarakat, proses sosial dan praktik sosial dalam analisis struktur. Strukturasi da- pat digambarkan sebagai proses dimana struk- tur sosial saling ditegakkan oleh para agen sosial, dan bahkan masing-masing bagian dari struktur mampu bertindak melayani bagian yang lain. Hasil akhir dari strukturasi adalah serangkaian hubungan sosial dan proses kekuasaan diorganisasikan di antara kelas, gender, ras dan gerakan sosial yang masing- masing berhubungan satu sama lain.

2.2 Commodification (komodifikasi)

Komodifikasi merupakan upaya mengu- bah apapun menjadi komoditas atau barang dagangan sebagai alat mendapatkan keuntu-

(5)

YAYASAN AKRAB PEKANBARU

Jurnal AKRAB JUARA Volume 7 Nomor 2 Edisi Mei 2022 (144-157) ngan. Dengan kata lain komodifikasi merupa-

kan perubahan nilai guna menjadi nilai tukar.

Spatialization (Spasialisasi) Spasialisasi ber- hubungan dengan proses pengatasan atau paling tepat dikatakan sebagai transformasi batasan ruang dan waktu dalam kehidupan sosial. Keinginan media massa untuk mengu- rangi hambatan ruang dan waktu agar men- capai audiens secara cepat dan seluas-luasnya.

Strukturasi adalah a process by which strctures are constituted out of human agency, even as the provide the very”medium”of that constitution (sebuah proses dimana struktur ditegakkan diluar human agency (keagenan manusia), bahkan benar-benar memberikan

”medium” dari konstitusi tersebut (Mosco, 2009:185).

2.3 Perspektif Ekonomi Politik, Vincent Moskow

Dalam perspektif yang dikemukakan oleh Vincent Moskow, terdapat tiga tahap yang dapat digunakan dalam membongkar rahasia yang dilakukan oleh media massa, yakni komodifikasi, spasialisasi, dan struktu- rasi. Komodifikasi adalah upaya yang dilaku- kan oleh media massa dalam merubah sega- lanya agar dapat dijadikan sebagai alat peng- hasil keuntungan. Dalam uraiannya disebutkan komodifikasi terhadap konten, audien /

penonton, dan pekerja. Komodifikasi terhadap konten dilakukan agar dapat menarik perha- tian penonton, sehingga terkait pada bagaima- na konten tersebut digunakan untuk pemosi- sian periklanan (akibat banyak penonton yang mengikuti sebuah program), sehingga memicu kegiatan tersebut pada pemasukan untuk peru- sahaan. Sementara komodifikasi terhadap pekerja, dilakukan pada saat bagaimana proses eliminasi pekerjaan yang sudah dilakukan pekerja sehingga ada manipulasi laporan pene- rimaan gaji, yang dikurangi dari semestinya.

Berikutnya adalah spasialisasi, yakni upaya yang dilakukan pemilik media untuk mengatasi jarak dan waktu, dengan pemanfa- atan teknologi, agar dapat memaksimalkan kerja dalam rangka peningkatan keuntungan.

Terdapat horizontal integration, yakni upaya sebuah perusahaan untuk mengembangkan usahanya di berbagai bidang, dan vertical integration, yakni upaya kontrol yang dilaku- kan pemilik media ke anak-anak medianya yang lain, dalam rangka menyamakan ideologi kerja.

Sedangkan strukturasi adalah kelanjutan bentuk vertical integration pada spasialisasi, tetapi lebih kepada agen dan struktur Giddens, yang saling mempengaruhi dalam kegiatan produksi di media massa akibat perbedaan

(6)

YAYASAN AKRAB PEKANBARU

Jurnal AKRAB JUARA Volume 7 Nomor 2 Edisi Mei 2022 (144-157) akses antara pekerja dan pemilik modal, se-

hingga menentukan kuasa siapa yang berpe- ngaruh pada saat bekerja.

Dalam penelitian ini paradigm penelitian yang penulis gunakan adalah paradigma konstruktivisme. Paradigma konstruktivisme merupakan respon paradigm positivism, yang berangkat dari subjek yang bermakna dan memberikan makna dalam realitas tersebut.

Menurut Creswell (2010:15) paradigma ini memandang bahwa kenyataan itu hasil konstruksi atau bentukan dari manusia itu sen- diri. Kenyataan itu bersifat ganda, dan dapat dibentuk merupakan satu keutuhan. Kenyataan ada sebagai hasil bentukan dari kemampuan berfikir seseorang. Pengetahuan hasil bentu- kan manusia itu tidak bersifat tetap, tetapi berkembang terus. Penelitian kualitatif berlan- daskan paradigm constructivism yang merupa- kan hasil konstruksi pemikiran subjek yang diteliti.

Dalam penelitian ini, peneliti menggu- nakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan menggunakan studi kasus yang pada dasarnya bertujuan untuk mengetahui lebih dalam tentang bagaimana komodifikasi media melalui infotaintment di Indonesia.

Menurut Sugiyono (2018:224) teknik pengumpulan data merupakan langkah yang

paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah menda- patkan data. Teknik pengumpulan data meru- pakan langkah yang paling utama, dan tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar yang ditetapkan. Dalam penelitian ini peneliti memperoleh sumber data yang terbagi kedalam dua jenis yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder Menurut Sugiono metode pengumpulan data primer menggunakan: teknik pengamatan atau observasi, teknik dokumentasi, dan teknik wawancara. Sumber data primer adalah data yang langsung diberikan dari pengumpul data.

Sumber data primer yakni penuturan atau catatan para saksi mata. Data tersebut dilapor- kan oleh pengamat atau partisipan atau nara- sumber yang mengikuti kegiatan atau peris- tiwa tersebut. alasan peneliti menggunakan seluruh metode yang disebutkan diatas adalah untuk menganalisa permasalahan yang akan dibedah agar bisa diteliti guna mendapatkan informasi yang mendukung analisis dan interpretasi data.

Sumber data sekunder adalah sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya melalui orang lain ataupun dokumen. Sugiyono (2018:193). Data

(7)

YAYASAN AKRAB PEKANBARU

Jurnal AKRAB JUARA Volume 7 Nomor 2 Edisi Mei 2022 (144-157) sekunder bermanfaat untuk mejadi lebih

operasional dalam penelitian karena didasar- kan pada data sekunder yang tersedia, peneliti dapat mengetahui komponen situasi lingku- ngan dan mudah untuk memahami persoalan yang akan diteliti, khususnya mendapatkan pengertian yang lebih baik mengenai penga- laman-pengalaman yang mirip dengan persoalan yang akan diteliti.

Validitas dan otentitas data dalam penelitian kualitatif merupakan salah satu bagian yang sangat penting untuk mengetahui derajat kepercayaan dari hasil penelitian yang telah dilakukan dengan menggunakan teknik triangulasi. Menurut Sugiyono dalam Mo- leong (2018:326) agar hasil penelitian dapat dipertanggung jawabkan maka diperlukan pengecekan data apakah data yang disajikan valid atau tidak, maka diperlukan keabsahan atau kevalidan data. Dari beberapa kriteria triangulasi, didalam penelitian ini, peneliti menggunakan triangulasi sesuai dengan kebu- tuhan penelitian, yakni Triangulasi Sumber.

Menurut Sugiyono (2018:332) triangulasi sumber berarti untuk mendapatkan data dari sumber yangberbeda-beda dengan teknik yang sama. Tujuan menggunakan triangulasi sum- ber ini adalah Menbandingkan informasi tentang hal yang sama yang diperoleh dari

berbagai pihak, agar ada jaminan tentang tingkat kepercayaan data. Dengan cara ini juga mencegah bahaya subyektif.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Content Media Dalam Komodifikasi Infotainment di Indonesia

Kebutuhan informasi yang menghibur merupakan kebutuhan keinginan penonton.

Kebutuhan ini memunculkan ide kreatif untuk menggabungkan konsep berita dengan hibu- ran, yang kemudian melahirkan konsep taya- ngan baru seperti infotainment. Konsep kreatif ini luput dari pengamatan penonton, yang kemudian dimanfaatkan oleh kepentingan pro- dusen sebagai agenda kapital. Menghadirkan program infotainment pada jam-jam tertentu, membuat penonton akhirnya melakukan pe- nyesuaian jam tayang dengan kegiatan sehari- hari mereka.

Bagi masyarakat, kehadiran infotain- ment menjadi topik pembicaraan dalam komu- nikasi keseharian mereka. Membicara-kan artis lebih aman dibandingkan membica-rakan orang lain yang mereka kenal. Gosip dijadikan komoditas ekonomi bagi pemilik media, sedangkan bagi masyarakat merupakan hibu- ran. Hiburan ini melahirkan perubahan nilai etika yang dapat merusak tatanan budaya bangsa Indonesia sebagai masyarkat timur

(8)

YAYASAN AKRAB PEKANBARU

Jurnal AKRAB JUARA Volume 7 Nomor 2 Edisi Mei 2022 (144-157) yang menjunjung tinggi sopan santun, dimana

membicarakan aib merupakan hal yang menarik. Jika pemberitaan mengenai aib, skandal dan berita-berita negatif yang dilaku- kan oleh tokoh atau selebritis tidak dikontrol sehingga ruang pripadi mereka menjadi kon- sumsi publik, dikhawatirkan polah tingkah mereka yang negatif ini akan menjadi contoh yang ditiru oleh masyarkat dan menjadi hal yang biasa.

Alih-alih untuk meraup keuntungan, pemilik modal memuaskan masyarakat de- ngan memuat berita yang sensasional namun kebenarannya diragukan. Dinamika untuk menjaga etika jurnalistik dari wartawan cende- rung dihiraukan demi mencari keuntungan semata. Sebagai seorang jurnalis hal ini menjadi masalah dan dilema bagi profesinya, antara mendapatkan berita yang menarik dan idealisme dirinya untuk memegang teguh nilai-nilai etika. Jika tidak mendapatkan berita yang menarik maka jurnalis tersebut terancam pekerjaannya, namun berita yang menarik biasanya cenderung bombastis.

Hasil analisis isi terhadap acara infotain- ment pada periode Januari 2021 hingga ja- nuari 2022, dapat diketahui melalui indeks kualitas program infotainment pada masing- masing televise dibutuhkan dimensi yang

memuat beberapa pertanyaan. Dalam kategori infotaintment terdapat sembilan belas dimensi yang diukur sebagai berikut (data diambil melalui situs resmi Komisi Penyiaran Indo- nesia):

Tabel Pembagian dimensi dalam kategori infotainment

Dimensi 1

Akurat adalah informasi yang

disampaikan harus

berdasarkan fakta, yaitu benar terjadi dan benar diucapkan oleh narasumber.

Dimensi 2

Adil, berimbang dan tidak berpihak adalah memberikan informasi dengan porsi dan kesempatan yang sama kepada semua pihak, berasal dari sumber berita kedua belah pihak, bisa ditambah dengan sumber berita yang netral, dengan durasi yang sama dan bermanfaat untuk publik bukan untuk kepentingan seseorang atau kelompok tertentu.

Dimensi 3

Tidak menghasut dan menyesat- kan adalah informasi yang tidak mengadu domba dan disajikan sesuai dengan fakta.

Dimensi Tidak mencampuradukkan fakta

(9)

YAYASAN AKRAB PEKANBARU

Jurnal AKRAB JUARA Volume 7 Nomor 2 Edisi Mei 2022 (144-157) 4 dan opini pribadi adalah tidak

menyajikan fakta bercampur dengan opini.

Dimensi 5

Tidak menonjolkan unsur keke- rasan adalah informasi yang disajikan tidak mengandung ke- kerasan yang berlebihan

Dimensi 6

Tidak mempertentangkan agama, ras suku, dan antargolongan adalah informasi yang disajikan tidak mengandung suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA) Dimensi

7

Tidak membuat berita bohong ada-lah semua informasi yang disajikan benar.

Dimensi 8

Tidak membuat berita sadis ada- lah menyajikan yang tidak keji.

Dimensi 9

Tidak membuat berita cabul adalah informasi yang disajikan tidak menyajikan audio dan visualisasi unsur pornografi.

Dimensi 10

Menerapkan prinsip praduga tak bersalah adalah program siaran tidak menghakimi tersangka sebelum dijatuhkan vonis oleh hakim.

Dimensi 11

Menghormati perbedaan suku, agama, ras, dan antargolongan yang mencakup keberagaman

budaya, usia, gender, dan/atau kehidupan sosial ekonomi adalah tidak merendahkan atau mele- cehkan individu atau kelompok karena perbedaan suku, agama, ras, antargolongan, usia, budaya, dan/atau kehidupan sosial ekonomi.

Dimensi 12

Norma kesopanan dan kesusilaan adalah suatu hal yang dijunjung oleh keberagaman khalayak baik terkait agama, suku, budaya, usia, dan/atau latar belakang ekonomi.

Dimensi 13

Menghormati etika profesi adalah muatan yang mengan- dung unsur profesi / pekerjaan tertentu ditampilkan secara baik agar tidak merugikan dan me- nimbulkan dampak negative bagi masyarakat.

Dimensi 14

Hak privasi adalah hak yang dimiliki oleh setiap individu dimana segala sesuatu yang ter- kait dengan dirinya tidak ingin diketahui oleh publik.

Dimensi 15

Melindungi kepentingan anak- anak dan/atau remaja adalah sesuai dengan perkembangan

(10)

YAYASAN AKRAB PEKANBARU

Jurnal AKRAB JUARA Volume 7 Nomor 2 Edisi Mei 2022 (144-157) psikologis anak-anak dan

remaja.

Dimensi 16

Adegan seksual adalah tayangan yang berhubungan dengan kete- lan jangan dan/atau penampakan alat kelamin; aktifitas seks dan / atau persenggamaan percakapan, suara tentang aktifitas seks; ade- gan ciuman bibir; eksploitasi bagian tubuh tertentu, gerakan tubuh erotis dan kata-kata cabul.

Dimensi 17

Ungkapan kasar dan makian ada- lah muatan yang baik secara verbal maupun nonverbal mem- punyai kecenderungan menghina atau merendahkan martabat ma- nusia yangbbermakna jorok, mesum, cabul, vulgar dan/atau menghina agama dan Tuhan dalam bahasa Indonesia, bahasa daerah, dan bahasa asing.

Dimensi 18

Gaya hidup konsumtif dan hedonistic adalah muatan yang mengedepankan status ekonomi seseorang berdasarkan kepemili- kan barang maupun gaya hidup yang dianut secara berlebihan.

Dimensi 19

Adegan mistik dan supranatural adalah gambar atau rangkaian

gambar dan/atau suara yang menampilkan dunia gaib, para- normal, klenik, praktek spiritual magis, mistik atau kontak de- ngan makhluk halus secara ver- bal dan/atau nonverbal yang dikategorikan sebagai siaran kla- sifikasi D, dan hanya dapat disiarkan pada pukul 22.00- 03.00 waktu setempat.

Berdasarkan hasil riset (situs resmi KPI) untuk kategori program infotainment, dapat dilihat indeks rata-rata kualitas program info- tainment untuk setiap dimensi masih ada yang belum mencapai indeks kualitas standar KPI.

Aspek Kualitas Indeks

Dimensi 1 2.43

Dimensi 2 2.04

Dimensi 3 2.56

Dimensi 4 2.18

Dimensi 5 2,89

Dimensi 6 3,31

Dimensi 7 2,85

Dimensi 8 3,03

Dimensi 9 3,20

Dimensi 10 2,84

Dimensi 11 3,07

Dimensi 12 2,37

Dimensi 16 3.20

Dimensi 17 2.98

Dimensi 18 2.31

Dimensi 19 3.10

Indeks Rata-rata 2.67

Grafik di atas menunjukkan bahwa indeks program infotainment berdasarkan dimensi masih ada yang belum mencapai standar KPI, yaitu mengenai perlindungan hak

(11)

YAYASAN AKRAB PEKANBARU

Jurnal AKRAB JUARA Volume 7 Nomor 2 Edisi Mei 2022 (144-157) privasi dan perkembangan psikologis terhadap

anak-anak dan/atau remaja pada peringkat indeks terendah. Sedangkan untuk indeks tertinggi adalah banyak program infotainment tidak menyajikan informasi yang mengandung unsur mempertentangkan suku, agama, ras, dan antar golongan.

Dalam tayangan program infotainment MNC TV misalnya merangkum beritanya di Seleb On News. Dari 5 edisi, ada 18 berita berita selebritis yang ditayangkan. Namun, tayangan yang disajikan dominan mengenai synopsis sinetron Ikatan Cinta yang ditayang- kan di RCTI (MNC Group) selalu hadir di setiap edisi.

Jika dilihat dari durasi tayangnya, infotainment termasuk dalam program televisi yang paling sering ditayangkan dan menjadi komoditas yang paling diminati khalayak.

Sebenarnya praktik jurnalis infotainment itu tidak lain merupakan jurnalisme asal sensasi dimana teknik mendapatkan gosip sama sekali tidak membutuhkan kecerdasan jurnalistik, sehingga infotainment yang merepresen- tasikan dirinya sebagai seolah-olah komoditas yang layak dijual, pada kenyataannya infotain- ment justru seringkali melakukan simplifikasi jurnalistik dengan pengulangan berita dan seringkali saling meminjamkan materi liputan.

Ekonomi - Politik Media dalam Info- tainment Ekonomi-politik merupakan domain studi tentang kekuasaan dan distribusi sumber daya ekonomi, karenanya ekonomi-politik menyelidiki pertanyaan tentang kepemilikan dan kontrol atas berbagai institusi ekonomi, masyarakat, dan budaya. Sedangkan bagi McQuail dalam Littlejohn dan Foss, bahwa teori media ekonomi-politik, salah satu cabang teori kritis media, menyalahkan penguasaan media bagi kebobrokan masyarakat. Isi media merupakan komoditas untuk dijual di pasar, dan informasi yang disebarkan diatur oleh apa yang akan diambil oleh pasar. Sistem ini merujuk pada operasi yang konservatif dan tidak berbahaya, menjadikan jenis program dan saluran media tertentu dominan dan yang lainnya terpinggirkan.

3.2 Aspek Komodifikasi dan Orientasinya Membedakan antara ekonomi - politik media dengan komodifikasi tidaklah rumit, jika ekonomipolitik media diartikan sebagai perspektif tentang kekuasaan pemilik modal dan politik sebagai basis ekonomi dan ideo- logi industri media dalam memenuhi kebutu- han dan kepuasan masyarakat, yang ditandai kompromi kepada pasar melalui produk- produk “budaya” komersial, maka komodifi- kasi merupakan kegiatan produksi dan dis-

(12)

YAYASAN AKRAB PEKANBARU

Jurnal AKRAB JUARA Volume 7 Nomor 2 Edisi Mei 2022 (144-157) tribusi komoditas yang lebih menimbang daya

tarik agar bisa dipuja oleh orang sebanyak banyaknya, tanpa mempertimbangkan konteks sosial, selain aktualisasi tanpa henti di areal pasar bebas, yang diimplementasikan dalam tiga aspek: isi media, khalayak, dan pekerja.

Tiga aspek komodifikasi--isi media- khalayak pekerja--menjadi determinan bagi sukses tidaknya proyek ideologi kapitalisme media. Karenanya, proses komodifikasi me- mastikan orientasi ketiganya dapat berjalan baik dan saling terkait, sehingga infotainment sebagai industri media tidak melulu memantik reaksi negatif dan kritik dari khalayak aktif tetapi juga mendorong aksentuasi khalayak pasif yang haus akan berita faktual selebriti untuk terus setia mengikuti di depan layar televisi mereka. Komodifikasi memosisikan khalayak pasif dalam rasa penasaran yang tak berujung pangkal, sebab rasa penasaran sudah merupakan separo keberhasilan dalam marke- ting media. Media akan membayarnya dengan kemasan yang “menghipnotis” khalayak pasif untuk mengiyakan konten infotainment atau memujinya dengan “wow effect”.

Khalayak menjadi dekat dengan selebriti melalui infotainment. Sebagai teks, infotain- ment terbuka terhadap berbagai interpretasi.

Di satu sisi, tayangan tersebut lalu berubah

menjadi ideologi yang hanya berfungsi untuk melayani kepentingan pihak kapitalisme me- dia dan rating, demi itu seringkali rela mengorbankan kebenaran, kesalehan privat atau pun kode etik jurnalistik. Di sisi lain, konsumen infotainment sebagai khalayak aktif sudah seharusnya memposisikan diri bersikap kritis dalam menyikapi konten media televisi sebagai perpanjangan kapitalisme media yang semakin hari semakin sulit dikendalikan bahkan oleh KPI (Komisi Penyiaran Indone- sia) sekalipun. Mendekonstruksi teks infotain- ment bukan berarti antipati terhadap tayangan tersebut atau mendestruksinya secara total, melainkan membingkai ulang dan melakukan reposisioning terhadap kesalehan privat dan kesalehan publik atas eksistensi diri khalayak sendiri di depan selebriti pujaannya atau sama sekali mengambil jarak dari berpartisipasi atas ranah tabloidisasi media informasi dan hibu- ran yang memang cenderung dapat mengusik akal sehat dan hati nurani khalayak.

IV. KESIMPULAN

Media telah berkembang menjadi indus- tri yang menggiurkan untuk meraup keuntu- ngan bagi para pemilik media untuk meraup keuntungan. Globalisai menciptakan pasar bebas semakin memberi ruang luas kapita- lisme dengan menciptakan konglomerasi bagi

(13)

YAYASAN AKRAB PEKANBARU

Jurnal AKRAB JUARA Volume 7 Nomor 2 Edisi Mei 2022 (144-157) pemilik modal yang besar. Semakin besar

modal yang dimilikinya maka semakin mudah untuk meraup keuntungan yang besar pula.

Dan acara infotainment telah memberi keuntu- ngan besar pagi pemilik media untuk meraup keuntungan. Acara infotainment selalu dimi- nati masyarakat bahkan menjadi candu bagi masyarakat. Neil Postman bahkan secara tegas mengatakan bahwa, ancaman kehidupan ma- syarakat sekarang ini justru ada pada industri hiburan terutama televise.

Dampak dari infotainment ternyata mempunyai pengaruh besar dalam perilaku masyarakat. Gaya hidup hedonis yang terjadi dimasyarakat merupakan salah satu contoh aplikasi masyarakat yang meniru artis. Seba- gai artis mereka memiliki gaya hidup konsum- tif karena dituntut berpenampilan menarik.

Sedangkan artis mempunyai fans dan menjadi contoh bagi fansnya. Perilaku negatif dari artis menjadi bahan pemberitaan infotainment yang disajikan semenarik mungkin dengan menge- depankan sensasi tanpa memperdulikan nilai etika yang menjadi budaya bangsa Indonesia.

Kepentingan pemilik media untuk meraup keuntungan bertolak belakang dengan idealisme wartawan untuk mematuhi kode etiknya. Wartawan dituntut untuk mencari berita bombastis semenarik mungkin agar

mendatangkan keuntungan. Industrialisasi akibat dampak dari globalisasi telah mencip- takan kapitalisme baru yang lebih menge- depankan kepentingan pemilik modal. Padahal frekuensi dari tayangan televisi adalah milik rakyat bukan milik pemilik media. Diperlukan kontrol berupa aturan yang mengatur acara infotainment agar tidak kebablasan dalam meberitakan aib dan gosip. Tindakan tegas untuk mentaati kode etik dan hukum perlu dilakukan demi kepentingan menjaga etika dan moral bangsa. Acara-acara infotainment yang memberitakan hal-hal atau perilaku negatif para artis sebaiknya dikurangi karena bukan merupakan sebuah contoh yang baik untuk ditampilkan. Mengontrol dan menga- wasi pemberitaan adalah tugas dan kewajiban pemerintah yang diwakilkan melalui lembaga negara yang telah ditunjuk seperti KPI (Komite Penyiaran Indonesia). Sebagai lem- baga perwakilan dari pemerintah KPI memi- liki kekuatan hukum untuk melakukan kontrol dalam penyiaran. Sedangkan MUI belum memiliki kekuatan hukum yang kuat karena fatwa yang dikeluarkan MUI hanya sebatas himbauan. Untuk kasus di Indonesia, tidak sepantasnya bila media massa melepaskan diri dari ikatan kapitalis dan komersialisasi media.

Tetapi sebagai industri, media massa perlu

(14)

YAYASAN AKRAB PEKANBARU

Jurnal AKRAB JUARA Volume 7 Nomor 2 Edisi Mei 2022 (144-157) memperhatikan “nasib” rakyat yang menjadi

sasaran program informasinya. Usaha menge- jar keuntungan tidak selamanya harus relevan dengan penghancuran moralitas bangsa.

DAFTAR PUSTAKA

Bertens, K. Etika, 2007, Gramedia,Jakarta.

Burton, Graeme. Membincangkan Televisi Sebuah Pengantar kajian Televisi, 2011, Jalasutra, Yogyakarta.

Davis, Howard & Paul Walton, Bahasa Citra Media,2010, Jalasutra, Yogyakarta.

Larry, Samovar A., Komunikasi Lintas Budaya, 1981, Salemba, Jakarta.

Quail, Dennis Mc.,Teori Komunikasi Massa,2011,Salemba Humanika, Jakarta.

Rivers, William L. & Cleve Mathews, Etika Media Massa, 1994, Gramedia Pustaka, Jakarta.

Santosa, Hedi Pudjo., 2011. Menelisik Lika- Liku Infotainment di Media Televisi, Gapai Asa Media Prima,Yogyakarta.

Siregar, Ashadi. Etika Komunikasi.

2008.Pustaka.Yogyakarta Wahidin, Samsul, Hukum Pers,2006,Pustaka Pelajar,Yogyakarta.

Sylvie, George and Jan Leblanc Wicks.,C.Ann Hollifield,Stephen Lacy., Ardyth

Broaddick Sohn., Media

Management,2008, Roudledge Taylor &

Francis Group, New York.

Gambar

gambar   dan/atau   suara   yang menampilkan   dunia   gaib,    para-normal, klenik, praktek spiritual magis,   mistik   atau   kontak   de-ngan makhluk halus secara  ver-bal   dan/atau   nonverver-bal   yang dikategorikan sebagai siaran  kla-sifikasi   D,

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Fahmi (2011) kinerja keuangan adalah suatu analisis yang dilakukan untuk melihat sejauh mana suatu perusahaan telah melaksanakan dengan menggunakan

Sedangkan Pelayanan Kependudukan dan Pencatatan Sipil adalah rangkaian kegiatan penertiban dan penataaan dalam penertiban dokumen dan data kependudukan

Temuan dari penelitian yang dilakukan di negara Kanada sebagai salah satu pelopor Inflation Targeting, dimana temuan mengkonfirmasi bahwa penerapan yang dilakukan Bank

Adapun kriteria yang telah ditentukan oleh penulis diantaranya adalah : perusahaan masih terdaftar pada BEI hingga saat ini, memiliki laporan keuangan

Aplikasi adalah program siap pakai yang dapat digunakan untuk menjalankan perintah-perintah dari pengguna aplikasi tersebut dengan tujuan mendapatkan

Berdasarkan hasil uji koefisien determinasi diatas, jika dilihat dari nilai signifikan diperoleh nilai Sig = 0,000 < 0,05 yang berarti Hipotesa awal (Ha)

Untuk prosedur kinerja pegawai tata usaha SMK JAKARTA 1 Jakarta Barat dalam melakukan tahapan persiapan, tahapan pembuatan dokumen, tahapan pemeriksaan, tahapan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui strategi pemasaran Zytadelia yang dilakukan melalui platform digital yaitu media sosial dalam meningkatkan brand awareness