PROFIL
KESEHATAN
ACEH 2021
Pengarah dr. Hanif Ketua
Ferdiyus, SKM, M.Kes Sekretaris Khairul Nasri
Tim Analisis dan Interpretasi dr. Yuanita Ananda, MKM
Muzakir, SKM, M. Kes dr.Iman Murahman
dr. Sulasmi, MHSM Erlindawati.SKM.,MPHM
Elfina, S. farm, Apt dr. Baharuddin Helmi, SKM, MPH Cut Efri Maizar, SKM
dr. Siti Dara Safitri Herlina, SKM, MPH dr. Rais Husni Mubarak
dr. Hilda Chandra
dr. T. Chik. M. Iqbal Fauriza, M.Kes Tim Pengumpul dan Analisis Data Tabel
M. Yusuf, ST.,MPH Henny Maulida,ST.,MPH
Irwan, ST
Nyak Ormaningsih ZU, A.Md Rosdiana
Mansur Kontributor Dinas Kesehatan Aceh Dinas Kesehatan Kab/Kota Rumah Sakit Kabupaten/Kota
Puskesmas Kabupaten/Kota Lintas Sektor Terkait
TIM PENYUSUN
Profil kesehatan Aceh tahun 2021 i
KATA PENGANTAR
Profil kesehatan Aceh tahun 2021 i Puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah SWT, Profil kesehatan Aceh tahun 2021 yang diterbitkan tahun 2022 telah diterbitkan. Tim yang mengelola profil bekerja sama dalam pengumpulan data bidang kesehatan dari seluruh wilayah Aceh yang terdiri atas 23 kabupaten/kota, serta dukungan dari lintas sektor terkait. Profil Kesehatan Aceh menyajikan data dan informasi kesehatan meliputi gambaran, sarana kesehatan, sumber daya manusia kesehatan, pembiayaan kesehatan, kesehatan keluarga, pengendalian penyakit dan kesehatan lingkungan.
Data yang digunakan dalam penyusunan buku profil kesehatan ini bersumber dari masing- masing program dilingkungan dinas kesehatan Aceh dan sistem informasi puskesmas dan rumah sakit serta lintas sektor terkait dengan melakukan uji silang data dengan pemegang program melalui mekanisme pemutakhiran data di tingkat kabupaten/kota dan Provinsi, bertujuan untuk mendapatkan data yang relevan dan akurat, dengan harapan data yang tersaji dapat digunakan untuk menggambarkan kondisi kesehatan di Provinsi Aceh. Buku profil kesehatan Aceh disajikan dalam bentuk hard atau softcopy dan dapat diunduh di website dinas kesehatan Aceh dengan alamat: www.dinkes.acehprov.go.id.
Semoga publikasi ini bermanfaat untuk kita semua dan atas berkontribusi semua pihak kami ucapkan Terima Kasih.
Sekretaris Dinas Kesehatan Aceh
Ferdiyus, SKM, M.Kes Nip. 19691128 199003 1 002
Profil kesehatan Aceh tahun 2021 iii
SAMBUTAN KEPALA DINAS KESEHATAN ACEH
Berkat rahmat Allah SWT, buku profil kesehatan Aceh tahun 2021 telah diterbitkan pada tahun 2022 dari rangkaian penyajian data dan informasi yang dilaksanakan oleh dinas kesehatan Aceh. Buku profil ini merupakan peremajaan dan perkembangan data dan informasi kesehatan sebagai hasil berbagai upaya kesehatan selama tahun 2021.
Dengan terbitnya buku profil ini semoga dapat bermanfaat bagi berbagai pihak baik institusi pemerintah, swasta, organisasi profesi, mahasiswa, dan kelompok masyarakat lainnya dalam mendapatkan data dan informasi kesehatan di wilayah Aceh, serta dapat digunakan sebagai bahan evaluasi penyelenggaraan program pembangunan kesehatan dan menjadi dasar perencanaan secara evindence based baik di tingkat Kabupaten/Kota maupun provinsi Aceh.
Pada kesempatan ini saya mengucapkan banyak terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam penyusunan buku profil kesehatan Aceh tahun 2021.
Kepala Dinas Kesehatan
dr.Hanif
NIP.19710418 200112 1 004
Profil kesehatan Aceh tahun 2021 v
KATA PENGANTAR i
SAMBUTAN iii
DAFTAR ISI v
DAFTAR GAMBAR vii
BAB I. GAMBARAN UMUM
A. Keadaan Penduduk 1
B. Rasio Beban Tanggungan 3
BAB II. SARANA KESEHATAN
A. Sarana Kesehatan 5
1. Jumlah Sarana Kesehatan Menurut Kepemilikan/Pengelola 5 2. Persentase Rumah Sakit dengan Kemampuan Pelayanan Gawat Darurat Level I 6
B. Akses Mutu dan Pelayanan Kesehatan 6
1. Kunjungan Sehat dan Kunjungan Sakit Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama 7 2. Rawat Inap dan Rawat Jalan Tingkat Lanjut (RITL dan RJTL) 7
3. Gangguan Jiwa di Sarana Pelayanan Kesehatan 8
4. Puskesmas dengan Ketersediaan Obat dan Vaksin 9 C. Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) 10
1. Cakupan Posyandu Menurut Strata 10
2. Rasio Posyandu per 100 Balita 11
3. Posbindu PTM ( Penyakit Tidak menular) 12
BAB III. TENAGA KESEHATAN
A. Jumlah dan Rasio Tenaga Medis (dokter umum, spesialis, dokter gigi)
di Sarana Kesehatan 14
B. Jumlah dan Rasio Tenaga Keperawatan (Bidan, perawat) di Sarana Kesehatan 15 C. Jumlah dan Rasio Tenaga Kesehatan Masyarakat, Kesehatan
Lingkungan, dan Gizi di Sarana Kesehatan 16
D. Jumlah dan Rasio Tenaga Keterapian Fisik dan Keteknisian Medik di
Sarana Kesehatan 17
E. Jumlah dan Rasio Tenaga Kefarmasian (teknik kefarmasian
dan apoteker di Sarana Kesehatan 18
BAB IV. PEMBIAYAAN KESEHATAN
A. Peserta Jaminan Pemeliharaan Kesehatan 19
B. Persentase Anggaran Kesehatan dalam APBD Kabupaten/Kota 20 BAB V. KESEHATAN KELUARGA
A. Kesehatan Ibu 21
1. Jumlah dan Angka Kematian Ibu (AKI) di laporkan 21 2. Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil (Cakupan Kunjungan K1 dan K4) 22 3. Cakupan Pertolongan Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan 22
4. Cakupan Pelayanan Nifas 24
DAFTAR ISI
5. Persentase Ibu Nfas Mendapat Vitamin A 24 6. Persentase Cakupan Imunisasi Td Ibu Hamil dan Wanita Usia Subur 25 7. Persentase Ibu Hamil yang Mendapatkan Tablet Tambah Darah 26
8. Cakupan Penanganan Komplikasi Kebidanan 27
9. Persentase Peserta KB Aktif 28
10. Persentase Peserta KB Pasca Persalinan 28
B. Kesehatan Anak 29
1. Jumlah dan Angka Kematian Neonatal per-1.000 Kelahiran Hidup 29 2. Angka Kematian Bayi dan Balita per-1.000 Kelahiran Hidup 30
3. Penanganan Komplikasi Neonatal 32
4. Berat Badan Bayi Lahir Rendah (BBLR) 32
5. Cakupan Kunjungan Neonatal 1 (KN1) dan KN Lengkap 33
6. Cakupan Bayi diberi ASI Ekslusive 34
7. Pelayanan Kesehatan Bayi 34
8. Desa/Kelurahan UCI 35
9. Imunisasi Campak / MR Pada Bayi 36
10. Pemberian Vitamin A pada Bayi dan Anak Balita 36
11. Cakupan Pelayanan Kesehatan Balita 37
12. Balita ditimbang 38
13. Balita Gizi Kurang(BB/Umur), Pendek (TB/Umur) dan Kurus (BB/TB) 39
C. Kesehatan Usia Produktif dan Usia Lanjut 39
1. Pelayanan Kesehatan Usia Produktif 39
2. Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut (60+tahun) 40
BAB VI. PENGENDALIAN PENYAKIT
A. Penyakit Menular Langsung 41
1. Tuberkulosis 41
2. Persentase Penemuan Penderita Pneumonia pada Balita 42
3. HIV dan AIDS 43
4. Diare 45
5. Kusta 45
B. Penyakit Dapat Dicegah dengan Imunisasi 47
1. Acute Flaccid Paralysis (AFP) non Polio per 100.000 Penduduk < 15 tahun 47
2. Difteri 47
3. Campak 48
C. Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik 49
1. Demam Berdarah Dengue (DBD) 49
2. Malaria 50
3. Filariasis 51
D. Penyakit Tidak Menular 52
1. Persentase Penderita Hipertensi Mendapat Pelayanan Kesehatan 52 2. Persentase Penderita DM Mendapat Pelayanan Kesehatan 53 3. Persentase Pelayanan Kesehatan Orang Dengan Gangguan
Jiwa Berat (ODGJ) 54
BAB VII. KEADAAN LINGKUNGAN
A. Persentase Sarana Air Minum Dengan Resiko Rendah+Sedang 55
B. Persentase Sarana Air Minum Memenuhi Syarat 55
C. Persentase Penduduk Dengan Akses Terhadap Sanitasi Yang Layak 56
D. Persentase Desa STBM 57
E. Persentase Tempat-Tempat Umum Memenuhi Syarat Kesehatan 59 F. Persentase Tempat Pengelolaan Makanan Memenuhi Syarat Kesehatan 59
DAFTAR ISI
Profil kesehatan Aceh tahun 2021 viivii
GAMBAR 1 PIRAMIDA PENDUDUK ACEH TAHUN 2021 2
GAMBAR 2 PETA PERSEBARAN KEPADATAN PENDUDUK ACEH TAHUN 2021 3 TABEL 1 ANGKA BEBAN KETERGANTUNGAN MENURUT JENIS KELAMIN,
KELOMPOK USIA PRODUKTIF DAN TIDAK PRODUKTIF TAHUN 2021 4 GAMBAR 2.1 SARANA KESEHATAN MENURUT KEPEMILIKAN/PENGELOLA DI PROVINSI ACEH TAHUN 2021 6 GAMBAR 2.2 GRAFIK KUNJUNGAN SEHAT DAN SAKIT FKTP PROVINSI ACEH TAHUN 2021 7 GAMBAR 2.3 KASUS RAWAT INAP DAN RAWAT JALAN TINGKAT LANJUTPROVINSI ACEH TAHUN 2021 8 GAMBAR 2.4 KASUS ORANG DENGAN GANGGUAN JIWA (ODGJ) PROVINSI ACEH TAHUN 2021 9 GAMBAR 2.4 CAKUPAN POSYANDU BERDASARKAN STRATA DI KABUPATEN DI PROVINSI ACEH TAHUN 2021: 11 GAMBAR 2.4 RASIO POSYANDU PER 100 BALITA TAHUN 2017–2021 DI PROVINSI ACEH 11 GAMBAR 2.5 JUMLAH POSBINDU PTM MENURUT KAB/KOTA PROVINSI ACEH TAHUN 2021 12 GAMBAR 3.1 RASIO TENAGA MEDIS PER 100.000 PENDUDUK TAHUN 2021 15 GAMBAR 3.2 JUMLAH TENAGA MEDIS DI FASILITAS KESEHATAN TAHUN 2021 15 GAMBAR 3.3 RASIO TENAGA KEPERAWATAN PER 100.000 PENDUDUK DI FASILITAS KESEHATAN
TAHUN 2021 16
GAMBAR 3.4 RASIO TENAGA KESEHATAN MASYARAKAT PER 100.000 PENDUDUK DI FASILITAS KESEHATAN
TAHUN 2021 17
GAMBAR 3.5 RASIO TENAGA KESEHATAN KETERAPIAN FISIK DAN KETEKNISIAN MEDIS PER 100.000 PENDUDUK TAHUN 2021
17 GAMBAR 3.6 RASIO TENAGA KEFARMASIAN PER 100.000 PENDUDUK DI FASILITAS KESEHATAN
TAHUN 2021 18
GAMBAR 4.1 ALOKASI ANGGARAN KESEHATAN ACEH TAHUN 2021 20
GAMBAR 6.1 TREN ANGKA KEMATIAN IBU (AKI) DI PROVINSI ACEH TAHUN 2017 – 2021 21 GAMBAR 6.2 TREN CAKUPAN PELAYANAN K1 DAN K4 IBU HAMIL PROVINSI ACEH TAHUN 2017 - 2021 22 GAMBAR 6.3 TREN CAKUPAN PERTOLONGAN PERSALINAN OLEH TENAGA KESEHATAN PROVINSI ACEH
TAHUN 2017 - 2021
23
GAMBAR 6.4 CAKUPAN PERTOLONGAN PERSALINAN OLEH TENAGA KESEHATAN KAB/KOTA TAHUN 2021 23 GAMBAR 6.5 CAKUPAN PELAYANAN IBU NIFAS PROVINSI ACEH TAHUN 2017-2021 24 GAMBAR 6.6 CAKUPAN PEMBERIAN VITAMIN A PADA IBU NIFAS KABUPATEN/KOTA TAHUN 2021 25 TABEL 6.1 IMUNISASI LANJUTAN PADA WANITA USIA SUBUR (WUS) 25 GAMBAR 6.7 CAKUPAN IMUNISASI TD2+ PADA IBU HAMIL KABUPATEN/KOTA TAHUN 2021 26 GAMBAR 6.8 CAKUPAN IBU HAMIL YANG MENDAPAT TABLET FE3 (90 TABLET) KABUPATEN/KOTA
TAHUN 2021
27 GAMBAR 6.9 PERKEMBANGAN CAKUPAN PENANGANAN KOMPLIKASI EBIDANAN PROVINSI ACEH
TAHUN 2017 - 2021 27
GAMBAR 6.10 PERSENTASE PESERTA KB AKTIF MENURUT JENIS KONTRASEPSI PROVINSI ACEH TAHUN 2021 28 GAMBAR 6.11 PERSENTASE PESERTA KB AKTIF PASCA PERSALINAN MENURUT JENIS KONTRASEPSI
PROVINSI ACEH TAHUN 2021 29
GAMBAR 6.12 JUMLAH KEMATIAN NEONATAL MENURUT KAB/KOTA TAHUN 2021 30 GAMBAR 6.13 ANGKA KEMATIAN BAYI (AKB) PER 1000 KELAHIRAN HIDUP
PROVINSI ACEH TAHUN 2017-2021 30
DAFTAR GAMBAR/TABEL
GAMBAR 6.14 ANGKA KEMATIAN BALITA (AKABA) PER 1000 KELAHIRAN HIDUP PROVINSI ACEH
TAHUN 2017-2021 31
GAMBAR 6.15 TREN CAKUPAN PENANGANAN KOMPLIKASI KEBIDANAN PROVINSI ACEH TAHUN 2017-2021 32 GAMBAR 6.17 PERSENTASE BERAT BADAN BAYI LAHIR RENDAH (BBLR)PROVINSI ACEH TAHUN 2021 33 GAMBAR 6.18 TREN CAKUPAN KUNJUNGAN NEONATAL 3 KALI (KN LENGKAP) PROVINSI ACEH
TAHUN 2017-2021 33
GAMBAR 6.19 CAKUPAN ASI EKSLUSIF MENURUT KAB/KOTA TAHUN 2021 34 GAMBAR 6.20 TREN CAKUPAN PELAYANAN KESEHATAN BAYI PROVINSI ACEH TAHUN 2017-2021 35 GAMBAR 6.21 CAKUPAN DESA/KELUARAHAN UCI MENURUT KAB/KOTA TAHUN 2021 35
GAMBAR 6.22 CAKUPAN IMUNISASI CAMPAK/ MR PADA BAYI 36
GAMBAR 6.23 CAKUPAN PEMBERIAN VITAMIN A PADA BALITA (6-59 BULAN) MENURUT KAB/KOTA
TAHUN 2021 37
GAMBAR 6.24 TREN CAKUPAN PELAYANAN KESEHATAN BALITA PROVINSI ACEH TAHUN 2017-2021 37 GAMBAR 6.24 TREN CAKUPAN PELAYANAN KESEHATAN BALITA DITIMBANG PROVINSI ACEH
TAHUN 2017-2021 38
GAMBAR 6.25 CAKUPAN BALITA GIZI KURANG (BB/UMUR), PENDEK (TB/UMUR), DAN KURUS (BB/TB)
MENURUT KAB/KOTA TAHUN 2021 39
GAMBAR 6.26 CAKUPAN PELAYANAN KESEHATAN USIA PRODUKTIFMENURUT KAB/KOTA TAHUN 2021 40 GAMBAR 6.1 : JUMLAH TERDUGA TUBERKULOSIS YANG MENDAPAT PELAYANAN SESUAI STANDAR
MENURUT KABUPATEN/KOTA TAHUN 2021 41
GAMBAR 6.2 CNR SEMUA KASUS TUBERKULOSIS PER 100,000 PENDUDUK MENURUT KABUPATEN/KOTA
TAHUN 2021 42
GAMBAR 6.3 PERSENTASE PENEMUAN PNEUMONIA PADA BALITA MENURUT KABUPATEN/KOTA
TAHUN 2021 43
GAMBAR 6.4 JUMLAH KASUS HIV POSITIF DAN AIDS YANG DILAPORKAN DI ACEH TAHUN 2021 44 GAMBAR 6.5 PERSENTASE KASUS HIV POSITIF DAN AIDS PER KELOMPOK UMUR DI ACEH TAHUN 2021 44 GAMBAR 6.6 CAKUPAN PELAYANAN PENDERITA DIARE MENURUT KABUPATEN/KOTA DI ACEH TAHUN 2021 45 GAMBAR 6.7 ANGKA PREVALENSI DAN ANGKA PENEMUAN KASUS BARU KUSTA (NCDR)
TAHUN 2016 – 2021 46
GAMBAR 6.8 : ANGKA CACAT TINGKAT 2 PENDERITA KUSTA BARU PER 1,000,000 PENDUDUK TAHUN 2017 -
2021 46
GAMBAR 6.9 JUMLAH KASUS AFP (NON POLIO) MENURUT KABUPATEN/KOTA TAHUN 2021 47 GAMBAR 6.10 JUMLAH KASUS DIFTERI MENURUT KABUPATEN/KOTA TAHUN 2021 48 GAMBAR 6.11 JUMLAH KASUS SUSPEK CAMPAK MENURUT KABUPATEN/KOTA, 2021 48 GAMBAR 6.12 ANGKA KESAKITAN DBD PER 100,000 PENDUDUK TAHUN 2017 - 2021 49 GAMBAR 6.13 MALARIA POSITIF MENURUT KABUPATEN/KOTA, 2021 50 GAMBAR 6.15 JUMLAH KASUS KRONIS FILARIASIS MENURUT KABUPATEN/KOTA TAHUN 2021 51 GAMBAR 6.16 JUMLAH PENDERITA HIPERTENSI MENURUT KABUPATEN/KOTA TAHUN 2021 53 GAMBAR 6.17 JUMLAH PENDERITA DIABETES MELITUS (DM) MENURUT KABUPATEN/KOTA TAHUN 2021 53 GAMBAR 6.18 : JUMLAH PELAYANAN KESEHATAN ORANG DENGAN GANGGUAN JIWA (ODGJ) MENURUT
KABUPATEN/KOTA TAHUN 2021
54
GAMBAR 7.1 PERSENTASE SARANA AIR MINUM DENGAN RESIKO RENDAH + SEDANG TAHUN 2021 56 GAMBAR 7.2 PERSENTASE SARANA AIR MINUM MEMENUHI SYARAT TAHUN 2021 56 GAMBAR 7.3 PERSENTASE KELUARGA DENGAN AKSES TERHADAP SANITASI LAYAK TAHUN 2021 57 GAMBAR 7.4 PERSENTASE DESA YANG MELAKSANAKAN STBM TAHUN 2021 58 GAMBAR 7.5 PERSENTASE TEMPAT-TEMPAT UMUM (TTU) DI ACEH YANG MEMENUHI SYARAT KESEHATAN
TAHUN 2021 59
GRAFIK 7.6 PERSENTASE TEMPAT PENGOLAHAN MAKANAN (TPM) YANG MEMENUHI SYARAT KESEHATAN
TAHUN 2021 60
Profil kesehatan Aceh tahun 2021 1
Aceh terletak di bagian paling Barat gugusan
kepulauan Nusantara dengan luas daratan mencapai 57.956 Km2. Letak astronomis Aceh antara 01o 58’
37,2” - 06o 04’ 33,6” Lintang Utara dan 94o 57’ 57,6” - 98o 17’ 13,2” Bujur Timur dengan ketinggian rata-rata 125 meter di atas permukaan laut.
BAB I GAMBARAN UMUM
Batas wilayah Aceh, Sebelah Utara dan Timur berbatasan dengan Selat Malaka, sebelah Barat dengan Samudera Indonesia dan sebelah Selatan dengan Provinsi Sumatera Utara.Wilayah Aceh terdiri dari 18 kabupaten dan 5 kota, 289 kecamatan, 779 mukim serta 6.514 gampong atau desa.
A. KEADAAN PENDUDUK
Badan Pusat Statistik Provinsi Aceh telah menyusun proyeksi penduduk tahun 2021 berdasarkan hasil Sensus Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 2015 dan sesuai dengan asumsi penghitungan proyeksi nasional dan provinsi. Adapun metode yang digunakan memanfaatkan tren pertumbuhan penduduk sejak tahun 2010, dimana data kabupaten/kota sudah tersedia.
Publikasi Proyeksi Kabupaten/Kota disusun untuk periode 2015 – 2025 dengan tujuan untuk menunjang perencanaan pada tingkat kabupaten/kota di masa kini dan mendatang. Periode yang disampaikan cukup singkat dengan pertimbangan agar tren yang digunakan tidak terlalu menyimpang, sehingga hasil proyeksi ini masih dianggap realistis.
Penduduk Aceh tahun 2021 berdasarkan SUPAS 2015 sebesar 5,459,114 jiwa, terdiri dari 2,727,050 jiwa laki-laki dan 2,732,064 jiwa perempuan. Berdasarkan data penduduk tersebut dapat disusun sebuah piramida seperti gambar 1 yang menyajikan komposisi data kependudukan suatu wilayah baik kelompok umur maupun jenis kelamin dalam bentuk grafik batang yang digambarkan berlawanan arah dengan posisi horizontal. Dalam piramida terdapat dua sumbu, yaitu sumbu horizontal dan vertikal. Sumbu vertikal menggambarkan kelompok umur penduduk dari nol sampai dengan 75 tahun lebih dengan interval lima tahunan.
GAMBARAN UMUM
GAMBAR 1.
PIRAMIDA PENDUDUK ACEH TAHUN 2021
2
piramida seperti gambar 1 yang menyajikan komposisi data kependudukan suatu wilayah baik kelompok umur maupun jenis kelamin dalam bentuk grafik batang yang digambarkan berlawanan arah dengan posisi horizontal. Dalam piramida terdapat dua sumbu, yaitu sumbu horizontal dan vertikal. Sumbu vertikal menggambarkan kelompok umur penduduk dari nol sampai dengan 75 tahun lebih dengan interval lima tahunan.
Gambar 1. Piramida Penduduk Aceh Tahun 2021
Sumber : BPS Aceh, Proyeksi 2021, diolah
Penduduk laki-laki digambarkan di sisi sebelah kanan dan perempuan di sisi sebelah kiri. sumbu horizontal menggambarkan jumlah penduduk. Piramida penduduk merupakan gambaran struktur penduduk yang terdiri dari struktur penduduk muda, dewasa, dan tua. Struktur penduduk ini menjadi dasar bagi kebijakan kependudukan, sosial dan budaya, serta ekonomi.
Struktur penduduk dapat menjadi salah satu modal pembangunan ketika jumlah penduduk usia produktif sangat besar. Mayoritas penduduk Aceh didominasi oleh usia produktif yang dapat menjadi peluang untuk mempercepat percepatan pertumbuhan ekonomi.
300.000 200.000 100.000 0 100.000 200.000 300.000
5 - 9 15 - 19 25 - 29 35 - 39 45 - 49 55 - 59 65 - 69 75+
LAKI-LAKI PEREMPUAN
Sumber : BPS Aceh, Proyeksi 2021, diolah
Penduduk laki-laki digambarkan di sisi sebelah kanan dan perempuan di sisi sebelah kiri. sumbu horizontal menggambarkan jumlah penduduk. Piramida penduduk merupakan gambaran struktur penduduk yang terdiri dari struktur penduduk muda, dewasa, dan tua. Struktur penduduk ini menjadi dasar bagi kebijakan kependudukan, sosial dan budaya, serta ekonomi.
Struktur penduduk dapat menjadi salah satu modal pembangunan ketika jumlah penduduk usia produktif sangat besar. Mayoritas penduduk Aceh didominasi oleh usia produktif yang dapat menjadi peluang untuk mempercepat percepatan pertumbuhan ekonomi.
Piramida penduduk Aceh pada grafik diatas berbentuk kerucut dengan alas yang lebar dan puncak meruncing. Hal ini menunjukkan bahwa struktur penduduk Aceh termasuk struktur penduduk muda. Usia 0-14 tahun (usia muda) lebih banyak jumlahnya dibandingkan usia di atasnya. Bagian atas yang lebih pendek menunjukkan angka kematian yang masih tinggi pada penduduk usia tua. Kondisi ini menuntut kebijakan terhadap penduduk usia tua.
Konsentrasi penduduk di suatu wilayah dapat dipelajari dengan menggunakan ukuran kepadatan penduduk, yang berguna sebagai acuan dalam mewujudkan pemerataan dan persebaran penduduk. Kepadatan penduduk adalah perbandingan jumlah penduduk dengan luas wilayah yang menunjukkan jumlah rata-rata penduduk pada setiap Km2. Semakin besar angkanya maka semakin padat kependudukannya.
Wilayah yang memiliki kepadatan yang tinggi umumnya adalah pusat permukiman, pusat peradaban, dan
pusat aktivitas sosial ekonomi (pusat pertumbuhan).
Kepadatan penduduk Aceh berdasarkan SUPAS tahun
2021 sebesar 94 jiwa per Km2.
Profil kesehatan Aceh tahun 2021 3 GAMBAR. 2
PETA PERSEBARAN KEPADATAN PENDUDUK ACEH TAHUN 2021
Sumber : BPS Aceh, Proyeksi 2021, diolah
Gambar 2 memperlihatkan kepadatan penduduk Aceh yang tidak merata. Kepadatan penduduk tertinggi berada di Kota Banda Aceh sebagai ibu kota Provinsi Aceh dengan luas wilayah 61 Km2 dengn penduduk 276,216 jiwa, rata-rata per kilometer wilayahnya di huni oleh 4,528 jiwa.
Kepadatan penduduk terendah berada di Kabupaten Gayo Lues dengan luas wilayah 5.720 Km2, penduduk 95,041 jiwa, rata-rata per kilometer wilayahnya di huni 17 jiwa.
Persebaran penduduk merupakan masalah kependudukan yang rumit, karena akan berimbas kepada permasalahan ekonomi dan sosial. Persebaran yang merata memberi dampak positif kepada pertumbuhan ekonomi, sedangkan persebaran penduduk yang timpang memberikan masalah baik sosial maupun ekonomi pada daerah tersebut.
Kepadatan penduduk dari sektor kesehatan merupakan indikator dalam melihat kondisi kesehatan yang akan muncul, terutama kesehatan lingkungan yang berkaitan dengan ketersediaan air minum, air bersih, sistem pembuangan air limbah dan penanganan sampah keluarga.
B. RASIO BEBAN TANGGUNGAN
Indikator yang sering digunakan untuk mengetahui produktivitas penduduk yaitu Angka Beban Ketergantungan (ABK) atau Dependency Ratio. Angka Beban Ketergantungan adalah perbandingan antara jumlah penduduk berumur 0-14 tahun ditambah jumlah penduduk 65 tahun ke atas dibandingkan dengan jumlah penduduk usia 15-64 tahun.
Angka beban ketergantungan ini digunakan sebagai indikator yang secara kasar menunjukkan keadaan perekonomian suatu daerah. Tingginya angka persentase dependency ratio menunjukkan semakin tinggi beban yang harus ditanggung penduduk yang produktif untuk membiayai hidup penduduk yang belum produktif dan tidak produktif lagi, demikian juga sebaliknya.
GAMBARAN UMUM
3
Piramida penduduk Aceh pada grafik diatas berbentuk kerucut dengan alas yang lebar dan puncak meruncing. Hal ini menunjukkan bahwa struktur penduduk Aceh termasuk struktur penduduk muda. Usia 0-14 tahun (usia muda) lebih banyak jumlahnya dibandingkan usia di atasnya. Bagian atas yang lebih pendek menunjukkan angka kematian yang masih tinggi pada penduduk usia tua. Kondisi ini menuntut kebijakan terhadap penduduk usia tua.
Konsentrasi penduduk di suatu wilayah dapat dipelajari dengan menggunakan ukuran kepadatan penduduk, yang berguna sebagai acuan dalam mewujudkan pemerataan dan persebaran penduduk. Kepadatan penduduk adalah perbandingan jumlah penduduk dengan luas wilayah yang menunjukkan jumlah rata-rata penduduk pada setiap Km
2. Semakin besar angkanya maka semakin padat kependudukannya.
Wilayah yang memiliki kepadatan yang tinggi umumnya adalah pusat permukiman, pusat peradaban, dan pusat aktivitas sosial ekonomi (pusat pertumbuhan). Kepadatan penduduk Aceh berdasarkan SUPAS tahun 2021 sebesar 94 jiwa per Km
2.
Gambar. 2 Peta Persebaran Kepadatan Penduduk Aceh Tahun 2021
Sumber : BPS Aceh, Proyeksi 2021, diolah
TABEL 1.
ANGKA BEBAN KETERGANTUNGAN MENURUT JENIS KELAMIN, KELOMPOK USIA PRODUKTIF DAN TIDAK PRODUKTIF TAHUN 2021
Umur (tahun) Laki-Laki Perempuan Laki-Laki dan Perempuan
0 - 14 769,507 749,928 1,519,435
15 - 64 1,826,589 1,830,450 3,657,039
65 + 129,637 152,230 281,867
Jumlah 2,727,050 2,732,064 5,459,114
Rasio Ketergantungan 49 49 49
Rasio Jenis Kelamin 100
Angka beban ketergantungan penduduk Aceh tahun 2021 sebesar 49%. Hal ini berarti bahwa 100 penduduk Aceh yang produktif, disamping menanggung dirinya sendiri juga menanggung 49 orang yang tidak produktif. Rasio jenis kelamin penduduk Aceh sebesar 100, yang artinya terdapat 100 laki-laki per 100 perempuan.
Rasio jenis kelamin menurut kelompok umur terlihat bervariasi. Pada kelompok umur 0-29 tahun jumlah laki-laki lebih banyak daripada jumlah perempuan. Sedangkan pada kelompok umur 30 tahun ke atas, jumlah laki-laki lebih sedikit daripada jumlah perempuan, kecuali pada kelompok umur 45-49 tahun rasio jenis kelamin bernilai 100 yang artinya jumlah penduduk laki-laki relatif
seimbang dengan penduduk perempuan.
Rasio jenis kelamin di tingkat kabupaten/kota secara umum selaras dengan Provinsi, yaitu penduduk laki- laki lebih banyak dari penduduk perempuan. Namun demikian, terdapat empat wilayah yang penduduk perempuannya lebih banyak daripada laki-laki, yaitu Kabupaten Bireuen, Pidie, Pidie Jaya, dan Kota Lhokseumawe. Rasio jenis kelamin tertinggi terdapat di Kabupaten Simeulue dan yang terendah berada di Kabupaten Bireuen. Data tentang rasio jenis kelamin berguna untuk pengembangan perencanaan pembangunan yang berwawasan gender, terutama yang berkaitan dengan perimbangan pembangunan pada laki-laki maupun perempuan secara adil.
Penduduk sebagai determinan pembangunan perlu mendapat perhatian yang serius. Program pembangunan, termasuk pembangunan dibidang kesehatan, harus didasarkan pada dinamika kependudukan. Pembangunan dibidang kesehatan tercermin dalam program kesehatan melalui upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.
Pembangunan kesehatan merupakan salah satu upaya dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Pencapaian yang optimal bukan hanya menjadi tanggung jawab dari sektor kesehatan saja, namun juga sektor terkait lainnya seperti sektor pendidikan, ekonomi, sosial, dan pemerintahan, memiliki peranan yang cukup besar.
GAMBARAN UMUM
Publikasi Proyeksi Kabupaten/
Kota disusun untuk periode 2015 – 2025 dengan tujuan untuk menunjang perencanaan pada tingkat kabupaten/kota di masa kini dan mendatang.
Penduduk Aceh tahun 2021
berdasarkan SUPAS 2015
sebesar 5,459,114 jiwa,
terdiri dari 2,727,050 jiwa
laki-laki dan 2,732,064 jiwa
perempuan.
Profil kesehatan Aceh tahun 2021 5
A. SARANA KESEHATAN
Sarna kesehatan adalah suatu tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif, maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat yang tertuang dalam undang-undang nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan.
Sarana pelayanan kesehatan terdiri dari puskesmas, rumah sakit pemerintah dan sarana kesehatan swasta. Dilihat dari sifat upaya penyelenggaraan pelayanan kesehatan maka dapat dibedakan menjadi tiga sarana, yaitu:
Sarana Pelayanan Kesehatan Primer (primary care) yaitu sarana pelayanan tingkat pertama merupakan pelayanan kesehatan yang paling dekat dengan masyarakat dan hanya bisa menangani kasus-kasus ringan. Sarana kesehatan ini mencakup puskesmas, poliklinik, Dokter Praktek.
Sarana Pelayanan Kesehatan Tingkat Dua (secondary care) yaitu sarana pelayanan tingkat dua merupakan pelayanan kesehatan rujukan bagi kasus-kasus atau penyakit-penyakit dari pelayanan kesehatan primer.
Sarana kesehatan ini mencakup Puskesmas Rawat Inap, Rumah Sakit Kabupaten, Rumah Sakit tipe C atau Rumah Sakit tipe D serta RS Bersalin.
Sarana Pelayanan Kesehatan Tingkat Tiga (tertiary care) yaitu sarana pelayanan tingkat tiga merupakan pelayanan kesehatan rujukan bagi kasus-kasus atau penyakit penyakit dari pelayanan kesehatan tingkat dua.
Sarana kesehatan ini mencakup Rumah Sakit Provinsi, Rumah Sakit tipe A atau Rumah Sakit tipe B.
1. Jumlah Sarana Kesehatan Menurut Kepemilikan/ Pengelola
Sarana Kesehatan di Provinsi Aceh berdasarkan kepemilikan/Pengelolanya dibedakan menjadi 6 yaitu sarana kesehatan milik Pemerintah pusat, Provinsi, Kabupaten/Kota, sarana kesehatan milik TNI/Polri BUMN dan swasta. Gambaran sarana kesehatan menurut kepemilikan/ pengelola di provinsi Aceh tahun 2021 adalah sebagai berikut :
Kesehatan Primer (primary care) pelayanan yang paling dekat dengan masyarakat, menangani kasus ringan. Sarana ini mencakup puskesmas, poliklinik, Dokter Praktek.
Sarana Pelayanan Kesehatan Tingkat Dua (secondary care) merupakan pelayanan kesehatan rujukan bagi kasus/ penyakit dari pelayanan kesehatan primer. Mencakup Puskesmas Rawat Inap, Rumah Sakit Kabupaten, Rumah Sakit tipe C atau Rumah Sakit tipe D serta RS Bersalin.
Sarana Pelayanan Kesehatan Tingkat Tiga (tertiary care) adalah rujukan bagi kasus/penyakit dari pelayanan kesehatan tingkat dua. mencakup Rumah Sakit Provinsi, Rumah Sakit tipe A atau Rumah Sakit tipe B.
BAB II
SARANA KESEHATAN
GAMBAR 2.1
SARANA KESEHATAN MENURUT KEPEMILIKAN/PENGELOLA DI PROVINSI ACEH TAHUN 2021
8
1. Jumlah Sarana Kesehatan Menurut Kepemilikan/ Pengelola Sarana Kesehatan di Provinsi Aceh berdasarkan kepemilikan/Pengelolanya dibedakan menjadi 6 yaitu sarana kesehatan milik Pemerintah pusat, Provinsi, Kabupaten/Kota, sarana kesehatan milik TNI/Polri BUMN dan swasta. Gambaran sarana kesehatan menurut kepemilikan/ pengelola di provinsi Aceh tahun 2021 adalah sebagai berikut :
Gambar 2.1 Sarana Kesehatan Menurut Kepemilikan/Pengelola di Provinsi Aceh Tahun 2021
Gambar 2.1 diatas dapat dilihat sarana kesehatan di Provinsi Aceh berdasarkan kepemilikan/pengelolaanya yaitu dikelola provinsi 3 buah diantaranya rumah sakit umum 1 buah dan rumah sakit khusus 2 buah yaitu rumah sakit jiwa dan rumah sakit ibu dan anak. Rumah sakit yang dikelola pemerintah kab/kota sebanyak 24 buah dan 360 puskesmas yang tersebar diseluruh kecamatan. TNI/Polri memiliki 4 rumah sakit dan 28 klinik pratama yaitu klinik polres, klinik rutan dan klinik kodim, sedangkan rumah sakit yang dikelola swasta sebanyak 38 buah, 153 klinik pratama dan 26 klinik utama.
Gambar 2.1 diatas dapat dilihat sarana kesehatan di Provinsi Aceh berdasarkan kepemilikan/
pengelolaanya yaitu dikelola provinsi 3 buah diantaranya rumah sakit umum 1 buah dan rumah sakit khusus 2 buah yaitu rumah sakit jiwa dan rumah sakit ibu dan anak. Rumah sakit yang dikelola pemerintah kab/kota sebanyak 24 buah dan 360 puskesmas yang tersebar diseluruh kecamatan. TNI/Polri memiliki 4 rumah sakit dan 28 klinik pratama yaitu klinik polres, klinik rutan dan klinik kodim, sedangkan rumah sakit yang dikelola swasta sebanyak 38 buah, 153 klinik pratama dan 26 klinik utama.
2. Persentase Rumah Sakit dengan kemampuan Pelayanan Gawat Darurat Level 1
Fasilitas RS dengan kemampuan pelayanan gawat darurat level I adalah Ketentuan umum pelayanan gawat darurat level 1 mengacu kepada Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 856 tahun 2009 tentang standar Instalasi Gawat Darurat (IGD). Pelayanan gawat darurat level 1 meliputi diagnosis dan penanganan permasalahan pada :
• A (airway problem) : jalan nafas
• B (breathing problem) : ventilasi pernafasan
• C (circulation problem) : sirkulasi pembuluh darah
• Melakukan stabilisasi dan evakuasi
64 rumah sakit umum dan 6 rumah sakit khusus di Provinsi Aceh sudah mampu memberi pelayanan gawat darurat level 1. Dengan demikian semua rumah sakit di Provinsi Aceh sudah mampu memberikan pelayanan gawat darurat level 1 yang meliputi diagnosis dan penanganan permasalahan pada jalan nafas, ventilasi pernafasan dan sirkulasi pembuluh darah, serta mampu melakukan stabilisasi dan evakuasi.
B. AKSES MUTU DAN PELAYANAN KESEHATAN
Akses pelayanan kesehatan merupakan pusat dari penyelenggaraan sistem pelayanan kesehatan, hal ini penting karena pengukuran kegunaan dan akses dalam pemberian pelayanan merupakan bagian dari sistem kebijakan kesehatan yang ada. Kepuasan pasien merupakan kunci penting meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan, pemberi pelayanan kesehatan perlu menyadari bahwa keuntungan utama sistem pelayanan kesehatan adalah pasien. Pasien yang puas akan
SARANA KESEHATAN
Profil kesehatan Aceh tahun 2021 7 selalu nyaman di sarana kesehatan dalam waktu lama, selalu kembali dan merekomendasikan kepada orang lain. Permasalahan mutu pelayanan kesehatan di Provinsi Aceh secara umum antara lain lemahnya keterlibatan pasien dalam melaksanakan upaya kesehatan baik yang bersifat promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif.
1. Kunjungan Sehat dan Kunjungan Sakit Fasilitas Kesehatan Tingkat pertama (FKTP)
Sebagaimana tertuang dalam petunjuk teknis pelaksanaan pembayaran kapitasi berbasis pemenuhan komitmen pelayanan pada fasilitas kesehatan tingkat pertama kunjungan sehat meliputi:
a. Pelayanan imunisasi.
b. Pelayanan penyuluhan kesehatan perorangan atau kelompok.
c. Pemeriksaan kesehatan Ibu dan anak, serta Keluarga Berencana (KB).
d. Home visit
Bentuk kontak lain yang dapat diukur dan telah disepakati antara Dinas Kesehatan Kabupaten/
Kota dan BPJS Kesehatan, baik kunjungan sakit maupun kunjungan sehat. Data kunjungan sehat dan sakit FKTP provinsi Aceh bersumber dari aplikasi dashboard JKN tahun 2021 dapat dilihat pada gambar 2.2 berikut:
GAMBAR 2.2
GRAFIK KUNJUNGAN SEHAT DAN SAKIT FKTP PROVINSI ACEH TAHUN 2021
11
Gambar 2.2 Grafik Kunjungan sehat dan sakit FKTP provinsi Aceh Tahun 2021
2. Rawat Inap dan Rawat Jalan Tingkat Lanjut (RITL dan RJTL)
Dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat selain dilakukan upaya promotif dan preventif (pencegahan), diperlukan juga upaya kuratif (penyembuhan penyakit) dan rehabilitative. Upaya kesehatan yang bersifat kuratif dan rehabilitatif dapat diperoleh melalui Rumah Sakit yang juga berfungsi sebagai penyedia pelayanan kesehatan rujukan.
Peraturan menteri kesehatan nomor 30 tahun 2019 tentang klasifikasi dan perizinan rumah sakit, dikelompokan menjadi 3 yaitu rumah sakit pemerintah, rumah sakit pemerintah daerah, dan rumah sakit swasta. Rumah kakit di Aceh sampai dengan tahun 2021 terdiri dari 69 rumah sakit yang kepemilikannya terbagi atas 27 rumah sakit milik Pemerintah daerah, 4 rumah sakit milik TNI/POLRI dan 38 rumah sakit milik swasta.
3.057.898
114.157 763 11.128
3.563.422
708.625
89.598 38.010
- 500.000 1.000.000 1.500.000 2.000.000 2.500.000 3.000.000 3.500.000 4.000.000
Puskesmas Klinik Pratama Klinik TNI Klinik Polri Kunjungan Sehat Kunjungan Sakit
2. Rawat Inap dan Rawat Jalan Tingkat Lanjut (RITL dan RJTL)
Dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat selain dilakukan upaya promotif dan preventif (pencegahan), diperlukan juga upaya kuratif (penyembuhan penyakit) dan rehabilitative. Upaya kesehatan yang bersifat kuratif dan rehabilitatif dapat diperoleh melalui Rumah Sakit yang juga berfungsi sebagai penyedia pelayanan kesehatan rujukan.
Peraturan menteri kesehatan nomor 30 tahun 2019 tentang klasifikasi dan perizinan rumah sakit, dikelompokan menjadi 3 yaitu rumah sakit pemerintah, rumah sakit pemerintah daerah, dan rumah sakit swasta. Rumah kakit di Aceh sampai dengan tahun 2021 terdiri dari 69 rumah sakit yang kepemilikannya terbagi atas 27 rumah sakit milik Pemerintah daerah, 4 rumah sakit milik TNI/POLRI dan 38 rumah sakit milik swasta.
SARANA KESEHATAN
Rumah sakit umum dikelompokkan menjadi kelas A, kelas B, kelas C dan kelas D dengan ketentuan sebagai berikut :
a. rumah sakit umum kelas A sebagaimana dimaksud merupakan rumah sakit umum yang memiliki jumlah tempat tidur paling sedikit 250 (dua ratus lima puluh) buah.
b. rumah sakit umum kelas B sebagaimana dimaksud merupakan rumah sakit umum yang memiliki jumlah tempat tidur paling sedikit 200 (dua ratus) buah.
c. rumah sakit umum kelas C sebagaimana dimaksud merupakan rumah sakit umum yang memiliki jumlah tempat tidur paling sedikit 100 (seratus) buah.
d. rumah sakit umum kelas D sebagaimana dimaksud merupakan rumah sakit umum yang memiliki jumlah tempat tidur paling sedikit 50 (lima puluh) buah.
Rumah sakit yang merupakan fasilitas pelayanan kesehatan rujukan memiliki fasilitas pelayanan yang lebih komplek dan pelayanan kesehatan spesialistik. Begitu juga dengan kasus rawat inap tingkat lanjut dan rawat jalan tingkat lanjut sebagian besar adalah di rumah sakit. Berdasarkan data dari aplikasi dashboard BPJS Kesehatan tahun 2021 total kasus untuk layanan RITL dan RJTL seperti gambar 2.3 berikut.
GAMBAR 2.3
KASUS RAWAT INAP DAN RAWAT JALAN TINGKAT LANJUTPROVINSI ACEH TAHUN 2021
12
Rumah sakit umum dikelompokkan menjadi kelas A, kelas B, kelas C dan kelas D dengan ketentuan sebagai berikut :
a. rumah sakit umum kelas A sebagaimana dimaksud merupakan rumah sakit umum yang memiliki jumlah tempat tidur paling sedikit 250 (dua ratus lima puluh) buah.
b. rumah sakit umum kelas B sebagaimana dimaksud merupakan rumah sakit umum yang memiliki jumlah tempat tidur paling sedikit 200 (dua ratus) buah.
c. rumah sakit umum kelas C sebagaimana dimaksud merupakan rumah sakit umum yang memiliki jumlah tempat tidur paling sedikit 100 (seratus) buah.
d. rumah sakit umum kelas D sebagaimana dimaksud merupakan rumah sakit umum yang memiliki jumlah tempat tidur paling sedikit 50 (lima puluh) buah.
Rumah sakit yang merupakan fasilitas pelayanan kesehatan rujukan memiliki fasilitas pelayanan yang lebih komplek dan pelayanan kesehatan spesialistik. Begitu juga dengan kasus rawat inap tingkat lanjut dan rawat jalan tingkat lanjut sebagian besar adalah di rumah sakit. Berdasarkan data dari aplikasi dashboard BPJS Kesehatan tahun 2021 total kasus untuk layanan RITL dan RJTL seperti gambar 2.3 berikut.
Gambar 2.3 Kasus Rawat Inap dan Rawat Jalan Tingkat Lanjut Provinsi Aceh Tahun 2021
194.806
25.299 -
50.000 100.000 150.000 200.000 250.000
RJTL RITL
3. Gangguan Jiwa di Sarana Pelayanan Kesehatan
Dalam upaya pemberdayaan orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) Pemerintah menerbitkan Undang-undang Nomor 18 tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa disahkan pada 8 Agustus 2014. Undang-Undang Nomor 18 tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa ditujukan untuk menjamin setiap orang agar dapat mencapai kualitas hidup yang baik, serta memberikan pelayanan kesehatan secara terintegrasi, komprehensif, dan berkesinambungan melalui upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.
Secara garis besar, Undang-undang tersebut mengamanatkan tentang: 1) Perlunya peran serta masyarakat dalam melindungi dan memberdayakan ODGJ dalam bentuk bantuan berupa: tenaga, dana, fasilitas, pengobatan bagi ODGJ; 2) Perlindungan terhadap tindakan kekerasan, menciptakan lingkungan yang kondusif, memberikan pelatihan keterampilan;
dan 3) Mengawasi penyelenggaran pelayanan di fasilitas yang melayani ODGJ. Berdasarkan data Program Indonesia Dengan Pendekatan Keluarga (PIS-PK) provinsi Aceh tahun 2021 untuk indikator penderita gangguan jiwa berat (ODGJ), diobati dan tidak ditelantarkan seperti gambar 2.4 berikut.
SARANA KESEHATAN
Profil kesehatan Aceh tahun 2021 9 GAMBAR 2.4
KASUS ORANG DENGAN GANGGUAN JIWA (ODGJ) PROVINSI ACEH TAHUN 2021
13
3. Gangguan Jiwa di Sarana Pelayanan Kesehatan
Dalam upaya pemberdayaan orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) Pemerintah menerbitkan Undang-undang Nomor 18 tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa disahkan pada 8 Agustus 2014. Undang-Undang Nomor 18 tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa ditujukan untuk menjamin setiap orang agar dapat mencapai kualitas hidup yang baik, serta memberikan pelayanan kesehatan secara terintegrasi, komprehensif, dan berkesinambungan melalui upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.
Secara garis besar, Undang-undang tersebut mengamanatkan tentang: 1) Perlunya peran serta masyarakat dalam melindungi dan memberdayakan ODGJ dalam bentuk bantuan berupa: tenaga, dana, fasilitas, pengobatan bagi ODGJ; 2) Perlindungan terhadap tindakan kekerasan, menciptakan lingkungan yang kondusif, memberikan pelatihan keterampilan; dan 3) Mengawasi penyelenggaran pelayanan di fasilitas yang melayani ODGJ. Berdasarkan data Program Indonesia Dengan Pendekatan Keluarga (PIS-PK) provinsi Aceh tahun 2021 untuk indikator penderita gangguan jiwa berat (ODGJ), diobati dan tidak ditelantarkan seperti gambar 2.4 berikut.
Gambar 2.4 Kasus Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) Provinsi Aceh Tahun 2021
13.697
5.102
- 2.000 4.000 6.000 8.000 10.000 12.000 14.000 16.000
Kasus ODGJ ODGJ Minum Obat Sesuai Standar
Gambar 2.4 diatas terlihat bahwa jumlah kasus ODGJ di provinsi Aceh tahun 2021 sebanyak 13,697 orang dari jumlah kasus tersebut 5,102 orang sudah minum obat sesuai standard. Melihat dari banyaknya kasus ODGJ tersebut perlu peningkatan upaya promotif preventif, kuratif dan rehabilitatif dalam pelayanan kesehatan jiwa oleh petugas kesehatan di sarana kesehatan.
4. Puskesmas dengan Ketersediaaan Obat dan Vaksin
Persentase puskesmas dengan ketersediaan obat dan vaksin essensial adalah persentase puskesmas yang memiliki 80% obat dan vaksin essensial (pemantauan dilaksanakan terhadap 20 item obat indikator) sesuai dengan laporan pada bulan Desember atau laporan bulan terakhir pada tahun pelaporan. Obat-obat yang dipilih sebagai obat indikator merupakan obat pendukung program kesehatan ibu, kesehatan anak, penanggulangan dan pencegahan penyakit, serta obat pelayanan kesehatan dasar esensial dan terdapat di dalam Formularium Nasional. 20 jenis obat tersebut terdapat pada Petunjuk Teknis Tata Laksana Indikator Kinerja Tata Kelola Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan Tahun 2017-2019. Persentase puskesmas dengan ketersediaan obat dan vaksin esensial provinsi Aceh tahun 2021 sebesar 89,84%
dengan masing-masing jumlah seperti gambar grfik 2.3 berikut:
GAMBAR 2.3
GRAFIK KAB/KOTA DENGAN JUMLAH PUSKESMAS TERSEDIA JUMLAH OBAT DAN VAKSIN ESENSIAL TAHUN 2021
15
Gambar 2.3 Grafik Kab/Kota Dengan Jumlah Puskesmas Tersedia Jumlah Obat Dan Vaksin Esensial Tahun 2021
C. UPAYA KESEHATAN BERSUMBERDAYA MASYARAKAT
Pemberdayaan masyarakat merupakan segala upaya dalam memfasilitasi masyarakat yang bersifat non instruktif agar mampu meningkatkan pengetahuan dan kemampuan, sehingga mampu mengidentifikasi masalah yang dihadapi, potensi yang dimiliki, merencanakan dan melakukan pemecahannya dengan memanfaatkan sumberdaya yang dimiliki. Sedangkan pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan adalah proses dalam memberikan informasi kepada klien (individu, keluarga dan kelompok) secara terus menerus dan berkesinambungan mengikuti perkembangan klien, serta proses membantu klien agar berubah dari tidak tahu menjadi tahu atau sadar (aspek pengetahuan), dari tahu menjadi mau (aspek sikap), dan dari mau menjadi mampu melaksanakan perilaku yang diperkenalkan (aspek tindakan), hal ini sebagaimana yang tertuang dalam Permenkes RI No. 65 Tahun 2013.
Upaya Kesehatan Bersumber daya Masyarakat (UKBM) adalah wahana pemberdayaan masyarakat, yang dibentuk atas dasar kebutuhan
14 12
24 19 27 17 13
28 26 20 32
13 12 15 14 12 13
12 11
6 5 7 8
14 12
24 19 27
14 13 28 26
20 21
12 1
15 14 11
7 12 11
6 5 7 7
0 5 10 15 20 25 30 35
Puskesmas Pusk. Dengan Ketersediaan Obat dan Vaksin Esensial
SARANA KESEHATAN
C. UPAYA KESEHATAN BERSUMBERDAYA MASYARAKAT
Pemberdayaan masyarakat merupakan segala upaya dalam memfasilitasi masyarakat yang bersifat non instruktif agar mampu meningkatkan pengetahuan dan kemampuan, sehingga mampu mengidentifikasi masalah yang dihadapi, potensi yang dimiliki, merencanakan dan melakukan pemecahannya dengan memanfaatkan sumberdaya yang dimiliki. Sedangkan pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan adalah proses dalam memberikan informasi kepada klien (individu, keluarga dan kelompok) secara terus menerus dan berkesinambungan mengikuti perkembangan klien, serta proses membantu klien agar berubah dari tidak tahu menjadi tahu atau sadar (aspek pengetahuan), dari tahu menjadi mau (aspek sikap), dan dari mau menjadi mampu melaksanakan perilaku yang diperkenalkan (aspek tindakan), hal ini sebagaimana yang tertuang dalam Permenkes RI No. 65 Tahun 2013.
Upaya Kesehatan Bersumber daya Masyarakat (UKBM) adalah wahana pemberdayaan masyarakat, yang dibentuk atas dasar kebutuhan masyarakat, dikelola oleh, dari, untuk dan bersama masyarakat, dengan bimbingan dari petugas Puskesmas, lintas sektor dan lembaga terkait lainnya. Permenkes Nomor 71 Tahun 2015 menyebutkan bahwa masyarakat baik secara perorangan maupun kelompok berperan aktif dalam penanggulangan penyakit tidak menular (PTM) melalui kegiatan UKBM dengan membentuk dan mengembangkan Pos Penbinaan Terpadu PTM (Posbindu PTM).
1. Cakupan Posyandu Menurut Strata
Menurut Permendagri Nomor 19 Tahun 2011 Pos Pelayanan Terpadu yang disingkat menjadi Posyandu adalah salah satu bentuk upaya kesehatan bersumber daya masyarakat yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi.
Dalam mengetahui tingkat perkembangan Posyandu, telah dikembangkan telaah kemandirian Posyandu yang secara umum dibedakan menjati 4 strata yaitu:
a) Posyandu Pratama adalah Posyandu yang belum mantap, dimana posyandu belum mampu melaksanakan kegiatan bulanan secara rutin serta jumlah kader yang masih kurang dari 5 orang.
b) Posyandu Madya adalah Posyandu yang sudah mampu melaksanakan kegiatan lebih dari 8 kali per tahun, dengan jumlah kader sebanyak 5 orang atau lebih, tetapi cakupan kelima kegiatan utama capaiannya masih kurang dari 50%.
c) Posyandu Purnama adalah Posyandu yang sudah dapat melaksanakan kegiatan lebih dari 8 kali per tahun, dengan jumlah kader sebanyak 5 orang atau lebih, capaian kelima
Menurut Permendagri Nomor 19 Tahun 2011 Pos Pelayanan Terpadu yang disingkat
menjadi Posyandu adalah salah satu bentuk upaya kesehatan bersumber daya masyarakat yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat
SARANA KESEHATAN
SARANA KESEHATAN
Profil kesehatan Aceh tahun 2021 11 kegiatan utamanya lebih dari 50%, mampu menyelenggarakan program tambahan, serta telah memperoleh pembiayaan dari dana sehat yang dikelola oleh masyarakat yang pesertanya masih kurang dari 50% KK di wilayah kerja. Cakupan Posyandu berdasarkan strata di Provinsi Aceh tahun 2021 seperti gambar 2.4 berikut:
GAMBAR 2.4
CAKUPAN POSYANDU BERDASARKAN STRATA DI KABUPATEN DI PROVINSI ACEH TAHUN 2021:
17
utamanya lebih dari 50%, mampu menyelenggarakan program tambahan, serta telah memperoleh pembiayaan dari dana sehat yang dikelola oleh masyarakat yang pesertanya masih kurang dari 50% KK di wilayah kerja. Cakupan Posyandu berdasarkan strata di Provinsi Aceh tahun 2021 seperti gambar 2.4 berikut:
Gambar 2.4 di atas terlihat bahwa cakupan Posyandu Madya sebesar 48%, Posyandu Purnama sebesar 41%, Posyandu Pratama sebesar 7%
dan Posyandu Mandiri sesebar 4%. Melihat data cakupan strata Posyandu diatas sangat diperlukan peningkatan strata Psoyandu hal ini dapat terwujud dengan adanya dukungan dan peran serta masyarakat serta peran aktif kader posyandu dalam pelaksanaan posyandu.
2. Rasio Posyandu per 100 Balita
Rasio Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) Per Satuan Balita Posyandu merupakan salah satu bentuk upaya kesehatan bersumber daya masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat, dalam rangka penyelenggaraan
7%
48%
41%
4%
Pratama Madya Purnama Mandiri
Gambar 2.4 cakupan Posyandu berdasarkan strata di Kabupaten di Provinsi Aceh tahun 2021:
Gambar 2.4 di atas terlihat bahwa cakupan Posyandu Madya sebesar 48%, Posyandu Purnama sebesar 41%, Posyandu Pratama sebesar 7% dan Posyandu Mandiri sesebar 4%. Melihat data cakupan strata Posyandu diatas sangat diperlukan peningkatan strata Psoyandu hal ini dapat terwujud dengan adanya dukungan dan peran serta masyarakat serta peran aktif kader posyandu dalam pelaksanaan posyandu.
2. Rasio Posyandu per 100 Balita
Rasio Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) Per Satuan Balita Posyandu merupakan salah satu bentuk upaya kesehatan bersumber daya masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat, dalam rangka penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat, dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar, untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi.
Jumlah Posyandu di provinsi Aceh tahun 2021 sebanyak 7.513 posyandu dengan jumlah sasaran balita sebanyak 435.460 jiwa, dengan demikian rasio Posyandu per 100 balita adalah 2 per 100 balita. Gambar 2.4 menyajikan perkembangan rasio posyandu tahun 2017-2021.
GAMBAR 2.4
RASIO POSYANDU PER 100 BALITA TAHUN 2017–2021 DI PROVINSI ACEH
18
pembangunan kesehatan, guna memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat, dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar, untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi.
Jumlah Posyandu di provinsi Aceh tahun 2021 sebanyak 7.513 posyandu dengan jumlah sasaran balita sebanyak 435.460 jiwa, dengan demikian rasio Posyandu per 100 balita adalah 2 per 100 balita. Gambar 2.4 menyajikan perkembangan rasio posyandu tahun 2017-2021.
Gambar 2.4 Rasio Posyandu per 100 Balita Tahun 2017–2021 di Provinsi Aceh
Gambar 2.4 terlihat bahwa rasio posyandu tahun 2019 sampai 2021 adalah 2,0 per 100 balita, meningkat dari tahun 2017 sampai 2018 yaitu 1 per 100 balita. Peningkatan ini dikarenakan adanya upaya pengaktifan kembali beberapa posyandu yg sudah tidak lama aktif menjadi posyandu aktif.
3. Posbindu PTM (Penyakit Tidak Menular)
Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular (Posbindu PTM) merupakan wujud peran serta masyarakat yang bersifat promotif dan preventif dalam kegiatan deteksi dini, monitoring dan tindak lanjut dini faktor risiko PTM secara mandiri dan berkesinambungan. Posbindu PTM
1 1
2 2 2
0 0 0 1 1 1 1 1 2 2 2
2017 2018 2019 2020 2021
Rasio
SARANA KESEHATAN
Gambar 2.4 terlihat bahwa rasio posyandu tahun 2019 sampai 2021 adalah 2,0 per 100 balita, meningkat dari tahun 2017 sampai 2018 yaitu 1 per 100 balita. Peningkatan ini dikarenakan adanya upaya pengaktifan kembali beberapa posyandu yg sudah tidak lama aktif menjadi posyandu aktif.
3. Posbindu PTM (Penyakit Tidak Menular)
Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular (Posbindu PTM) merupakan wujud peran serta masyarakat yang bersifat promotif dan preventif dalam kegiatan deteksi dini, monitoring dan tindak lanjut dini faktor risiko PTM secara mandiri dan berkesinambungan.
Posbindu PTM menjadi salah satu bentuk upaya kesehatan masyarakat atau UKM yang selanjutnya berkembang menjadi upaya kesehatan bersumber daya masyarakat (UKBM) dalam pengendalian faktor risiko PTM di bawah pembinaan Puskesmas.
Posbindu PTM pada dasarnya merupakan kegiatan milik masyarakat yang dilaksanakan sepenuhnya dari masyarakat, oleh masyarakat dan untuk masyarakat. Puskesmas lebih berperan dalam hal pembinaan Posbindu PTM dan menerima pelayanan rujukan dari Posbindu PTM di wilayah kerjanya karena pada prinsipnya kegiatan Posbindu PTM mencakup upaya promotif dan preventif, maka di dalam kegiatan Posbindu PTM tidak mencakup pelayanan pengobatan dan rehabilitasi. Gambar 2.5 menunjukkan jumlah Posbindu PTM menurut kab/kota di provinsi Aceh tahun 2021:
GAMBAR 2.5
JUMLAH POSBINDU PTM MENURUT KAB/KOTA PROVINSI ACEH TAHUN 2021
19
menjadi salah satu bentuk upaya kesehatan masyarakat atau UKM yang selanjutnya berkembang menjadi upaya kesehatan bersumber daya masyarakat (UKBM) dalam pengendalian faktor risiko PTM di bawah pembinaan Puskesmas.
Posbindu PTM pada dasarnya merupakan kegiatan milik masyarakat yang dilaksanakan sepenuhnya dari masyarakat, oleh masyarakat dan untuk masyarakat. Puskesmas lebih berperan dalam hal pembinaan Posbindu PTM dan menerima pelayanan rujukan dari Posbindu PTM di wilayah kerjanya karena pada prinsipnya kegiatan Posbindu PTM mencakup upaya promotif dan preventif, maka di dalam kegiatan Posbindu PTM tidak mencakup pelayanan pengobatan dan rehabilitasi.
Gambar 2.5 menunjukkan jumlah Posbindu PTM menurut kab/kota di provinsi Aceh tahun 2021:
Gambar 2.5 diatas terlihat bahwa Kabupaten dengan jumlah Posbindu PTM terbanyak adalah kabupaten pidie, dan terendah adalah Kota Sabang.
130 120 271 245
208 263 300
434 727
413 433
178 155 178 227 166
222 181
102
17 66 76 82 0
100 200 300 400 500 600 700 800
Posbindu PTM
Gambar 2.5 Jumlah Posbindu PTM Menurut Kab/Kota Provinsi Aceh Tahun 2021
Gambar 2.5 diatas terlihat bahwa Kabupaten dengan jumlah Posbindu PTM terbanyak adalah kabupaten pidie, dan terendah adalah Kota Sabang
SARANA KESEHATAN
Jumlah Posyandu di provinsi Aceh tahun 2021
sebanyak 7.513 dengan jumlah sasaran balita
sebanyak 435.460 jiwa, dengan rasio Posyandu
per 100 balita adalah 2 per 100 balita.
Profil kesehatan Aceh tahun 2021 13
BAB III TENAGA KESEHATAN
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang tenaga kesehatan, menyatakan bahwa setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan. Sedangkan asisten tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan bidang kesehatan di bawah jenjang diploma III.
Tenaga Kesehatan terbagi menjadi beberapa rumpun dan subrumpun yaitu tenaga medis, tenaga psikologi klinis, tenaga keperawatan, tenaga kebidanan, tenaga kefarmasian, tenaga kesehatan masyarakat, tenaga kesehatan lingkungan, tenaga gizi, tenaga keterapian fisik, tenaga keteknisian medis, tenaga teknik biomedika, tenaga kesehatan tradisional, dan tenaga
kesehatan lain.
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat menyebutkan bahwa Puskesmas adalah fasilitas kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya.
Dengan demikian, untuk mendukung fungsi dan tujuan Puskesmas diperlukan sumber daya manusia kesehatan baik tenaga kesehatan maupun tenaga penunjang kesehatan. Pada Permenkes tersebut diatur bahwa minimal tenaga kesehatan di Puskesmas terdiri dari dokter atau dokter layanan primer, dokter gigi, perawat, bidan, tenaga kesehatan masyarakat, tenaga kesehatan lingkungan, ahli teknologi laboratorium medik, tenaga gizi dan tenaga kefarmasian. Sedangkan tenaga penunjang kesehatan harus dapat mendukung kegiatan ketatausahaan, administrasi keuangan, sistem informasi, dan kegiatan operasional lainnya.
Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan
(Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan). Undang-Undang mengelompokkan tenaga kesehatan menjadi beberapa rumpun dan sub rumpun yaitu tenaga medis, tenaga psikologi klinis, tenaga keperawatan, tenaga kebidanan, tenaga kefarmasian, tenaga kesehatan masyarakat, tenaga kesehatan lingkungan, tenaga gizi, tenaga keterapian fisik, tenaga keteknisian medis, tenaga teknik biomedika, tenaga kesehatan tradisional, dan tenaga kesehatan lain.
Tenaga Kesehatan
terbagi beberapa
rumpun dan subrumpun
yaitu tenaga medis,
tenaga psikologi klinis,
tenaga keperawatan,
tenaga kebidanan,
tenaga kefarmasian,
tenaga kesehatan
masyarakat, tenaga
kesehatan lingkungan,
tenaga gizi, tenaga
keterapian fisik, tenaga
keteknisian medis,
tenaga teknik biomedika,
tenaga kesehatan
tradisional, dan tenaga
kesehatan lain.
TENAGA KESEHATAN
Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat (Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 56 Tahun 2014 tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit).
Rumah sakit dapat didirikan dan diselenggarakan oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan swasta.Sedangkan menurut pelayanan yang diberikan, rumah sakit terdiri dari rumah sakit umum dan rumah sakit khusus.
Pelayanan spesialis yang ada di rumah sakit di antaranya pelayanan spesialis dasar, spesialis penunjang, spesialis lain, subspesialis, dan spesialis gigi dan mulut. Pelayanan spesialis dasar meliputi pelayanan penyakit dalam, obstetri dan ginekologi, anak, dan bedah. Pelayanan spesialis penunjang meliputi pelayanan radiologi, anestesiologi, , patologi klinik, patologi anatomi,dan rehabilitasi medik.
A. JUMLAH DAN RASIO TENAGA MEDIS
(DOKTER UMUM, SPESIALIS, DOKTER GIGI) DI SARANA KESEHATAN
Salah satu unsur yang berperan dalam percepatan pembangunan kesehatan adalah tenaga kesehatan yang bertugas di fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat. salah satu indikator yang digunakan untuk melihat kecukupan tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan adalah Rasio.
Rasio dokter umum di provinsi Aceh masih dibawah target nasional, demikian juga dokter gigi masih dibawah target nasional, sementara untuk dokter spesialis di Aceh sudah melebihi target nasional. Rincian lengkap mengenai jumlah sumber daya manusia kesehatan di Puskesmas dan di rumah sakit dapat dilihat pada lampiran Tabel 11 - 16.
Kecukupan dokter di puskesmas juga diatur pada Permenkes Nomor 75 Tahun 2014. Permenkes membedakan antara puskesmas rawat inap dan puskesmas non rawat inap yaitu minimal satu orang dokter pada puskesmas non rawat inap dan minimal dua orang dokter pada puskesmas rawat inap, baik pada wilayah perkotaan, perdesaan, maupun kawasan terpencil dan sangat terpencil.
Dokter spesialis di Aceh pada tahun 2021 berjumlah 1.237 orang, dengan rasio sebesar 23 per 100.000 penduduk.
Angka tersebut diatas target nasional yaitu sebesar 10 per 100.000 penduduk. Dokter umum di Aceh pada tahun 2021 berjumlah 2.622 orang, dengan rasio sebesar 49 per 100.000 penduduk. Angka tersebut sesuai target nasional yaitu sebesar 40 per 100.000 penduduk. Dokter gigi di Aceh pada tahun 2021 berjumlah 467 orang, dengan rasio sebesar 9 per 100.000 penduduk. Angka rasio tersebut belum mencapai target nasional yaitu sebesar 12 per 100.000 penduduk.
Salah satu unsur yang berperan dalam percepatan
pembangunan kesehatan
adalah tenaga kesehatan
yang bertugas di fasilitas
pelayanan kesehatan
masyarakat.
Profil kesehatan Aceh tahun 2021 15
TENAGA KESEHATAN
GAMBAR 3.1
RASIO TENAGA MEDIS PER 100.000 PENDUDUK TAHUN 2021
23 Gambar 3.1
Rasio Tenaga Medis Per 100.000 Penduduk Tahun 2021
Gambar 3.2
Jumlah Tenaga Medis di Fasilitas Kesehatan Tahun 2021
Jumlah tenaga medis di fasilitas kesehatan tahun 2021, yang sesuai dengan target nasional yaitu dokter spesialis dan dokter umum, sementara untuk dokter gigi dan dokter gigi spesialis masih jauh dibawah target nasional.
23
49 9
0
dr spesialis dr umum dokter Gigi dokter gigi spesialis
1237 2622
467
24 491
dr spesialis dr umum dokter Gigi dokter gigi spesialis GAMBAR 3.2
JUMLAH TENAGA MEDIS DI FASILITAS KESEHATAN TAHUN 2021
23 Gambar 3.1
Rasio Tenaga Medis Per 100.000 Penduduk Tahun 2021
Gambar 3.2
Jumlah Tenaga Medis di Fasilitas Kesehatan Tahun 2021
Jumlah tenaga medis di fasilitas kesehatan tahun 2021, yang sesuai dengan target nasional yaitu dokter spesialis dan dokter umum, sementara untuk dokter gigi dan dokter gigi spesialis masih jauh dibawah target nasional.
23
49 9
0
dr spesialis dr umum dokter Gigi dokter gigi spesialis
1237 2622
467
24 491
dr spesialis dr umum dokter Gigi dokter gigi spesialis
Jumlah tenaga medis di fasilitas kesehatan tahun 2021, yang sesuai dengan target nasional yaitu dokter spesialis dan dokter umum, sementara untuk dokter gigi dan dokter gigi spesialis masih jauh dibawah target nasional.
B. JUMLAH DAN RASIO TENAGA KEPERAWATAN (BIDAN DAN PERAWAT) DI SARANA KESEHATAN
Sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 369/ MENKES/SK/III/2007 tentang standar profesi bidan, bidan adalah seorang perempuan yang lulus dari pendidikan bidan yang diakui oleh pemerintah dan organisasi profesi serta memiliki kompetensi dan kualifikasi untuk diregister, sertifikasi, dan atau secara sah mendapat lisensi untuk menjalankan praktik kebidanan.
Jumlah Bidan di Puskesmas non rawat inap minimal empat orang dan di puskesmas rawat inap minimal tujuh orang. Kondisi ini merupakan standar minimal diwilayah perkotaan, perdesaan dan kawasan terpencil dan sangat terpencil.
Jumlah bidan di Aceh pada tahun 2021 tercatat sebanyak 18,129 orang, dengan rasio sebesar 338 bidan per 100.000 penduduk. Angka tersebut melebihi target nasional yaitu sebesar 100 per 100.000 penduduk.
16 Profil kesehatan Aceh tahun 2021
Pengertian tenaga keperawatan berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor HK.02.02/
Menkes/148/I/2010 tentang izin dan penyelenggaraan praktik perawat, adalah seseorang yang telah lulus pendidikan perawat baik di dalam maupun di luar negeri sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Jumlah perawat di Aceh pada tahun 2021 tercatat sebanyak 16,804 orang, dengan rasio sebesar 313 per 100.000 penduduk. Rasio tenaga keperawatan tersebut melebihi target nasional sebesar 158 per 100.000 penduduk.
Kecukupan perawat di puskesmas yaitu apabila memiliki minimal lima perawat pada puskesmas non rawat inap dan minimal delapan perawat pada puskesmas rawat inap. Kondisi ini merupakan standar minimal diwilayah perkotaan, perdesaan, dan kawasan terpencil dan sangat terpencil.
Rasio tenaga kesehatan terbesar adalah bidan sebesar 338 sedangkan proporsi tenaga kesehatan perawat 313. Jumlah dan Rasio Tenaga keperawatan (bidan dan perawat) di sarana kesehatan provinsi Aceh melebihi target nasional.
GAMBAR 3.3
RASIO TENAGA KEPERAWATAN PER 100.000 PENDUDUK DI FASILITAS KESEHATAN TAHUN 2021
perawat pada puskesmas rawat inap. Kondisi ini merupakan standar minimal diwilayah perkotaan, perdesaan, dan kawasan terpencil dan sangat terpencil.
Rasio tenaga kesehatan terbesar adalah bidan sebesar 338 sedangkan proporsi tenaga kesehatan perawat 313. Jumlah dan Rasio Tenaga keperawatan (bidan dan perawat) di sarana kesehatan provinsi Aceh melebihi target nasional.
Gambar 3.3
Rasio Tenaga Keperawatan per 100.000 penduduk di Fasilitas Kesehatan Tahun 2021
C. JUMLAH DAN RASIO TENAGA KESEHATAN MASYARAKAT, KESEHATAN LINGKUNGAN, DAN GIZI DI SARANA KSEHATAN.
Tenaga kesehatan masyarakat di Provinsi Aceh pada tahun 2021 berjumlah 2,706 orang dengan rasio sebesar 50 per 100.000 penduduk.
Rasio tenaga kesehatan masyarakat melebihi target nasional yaitu sebesar 16 per 100.000 penduduk.
Tenaga kesehatan lingkungan di Provinsi Aceh pada tahun 2021 berjumlah 1,099 orang dengan rasio sebesar 20. Rasio tenaga kesehatan lingkungan tersebut melebihi target nasional yaitu sebesar 18 per 100.000 penduduk.
Perawat Bidan
313
338
C. JUMLAH DAN RASIO TENAGA KESEHATAN
MASYARAKAT, KESEHATAN LINGKUNGAN, DAN GIZI DI SARANA KSEHATAN.
Tenaga kesehatan masyarakat di Provinsi Aceh pada tahun 2021 berjumlah 2,706 orang dengan rasio sebesar 50 per 100.000 penduduk. Rasio tenaga kesehatan masyarakat melebihi target nasional yaitu sebesar 16 per 100.000 penduduk.
Tenaga kesehatan lingkungan di Provinsi Aceh pada tahun 2021 berjumlah 1,099 orang dengan rasio sebesar 20. Rasio tenaga kesehatan lingkungan tersebut melebihi target nasional yaitu sebesar 18 per 100.000 penduduk.