• Tidak ada hasil yang ditemukan

TELAAH PUSTAKA. Kinerja Karyawan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "TELAAH PUSTAKA. Kinerja Karyawan"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

TELAAH PUSTAKA Kinerja Karyawan

Setiap perusahaan pastinya sangat menginginkan kinerja yang baik dari karyawan- karyawannya sehingga dengan begitu target yang diinginkan dapat dicapai. Definisi kinerja yaitu hasil kerja yang didapat oleh seorang pegawai atau karyawan ketika melaksanakan tugasnya harus sesuai tanggung jawab yang ditanggungnya, yang diberikan oleh atasannya dan melihat dari sudut pandang kualitas dan kuantitas (Mangkunegara, 2009).

Menurut Hasibuan (2009) kinerja merupakan suatu hasil kerja yang bisa dicapai seseorang dalam melakukan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya berdasarkan kecakapan, pengalaman, kesungguhan dan waktu. Sedangkan menurut Rivai (2008) menyatakan bahwa tingkat keberhasilan seseorang dalam periode waktu tertentu dalam melaksanakan tugas dibandingkan dengan berbagai kemungkinan, seperti standar hasil kerja, sasaran atau kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu sesuai kesepakatan bersama.

Menurut Dharma (2003) penilaian kinerja adalah proses pengambilan keputusan tentang hasil yang dicapai karyawan dalam periode tertentu. Metode-metode yang digunakan untuk penilaian kinerja (Dharma,2003) yaitu:

a) Kuantitas, pada pengukuran ini perusahaan lebih didasarkan pada tingkat kualitas produk yang dihasilkan para pegawai atau karyawannya. Pengukuran melalui kualitas ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana seorang karyawan perusahaan dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab yang telah diberikan kepadanya.

b) Kuantitas, pengukuran melalui kuantitas atau jumlah produk yang dihasilkan ini erat kaitannya dengan kemapuan seorang karyawan untuk menghasilkan produk dalam jumlah tertentu. Kuantitas ini secara langsung juga berhubungan dengan tingkat kecepatan yang dimiliki oleh seorang karyawan dalam menghasilkan produk.

c) Ketepatan waktu, untuk menghasilkan suatu produk menjadi salah satu sarana untuk mengukur tingkat kinerja yang telah dicapai oleh seorang karyawan. Dalam pengukuran ini ketepatan waktu bisa diukur dari presepsi karyawan terhadap suatu aktivitas yang disediakan diawal waktu sampai menjadi output.

(2)

Ada indikator dalam kinerja. Menurut (Wilson, 2012) dan (Mangkunegara, 2010).

indikator dari kinerja karyawan antara lain:

1. Standar kualitas karyawan 2. Standar kualitas pekerjaan 3. Kemampuan dan ketrampilan 4. Penyelesaian pekerjaan 5. Tanggung jawab

6. Kehadiran dalam bekerja 7. Kerja sama tim

8. Kejujuran karyawan

Keselamatan Kerja

Suatu perusahaan harus mampu melindungi para karyawan yang bekerja di perusahaannya.

Salah satunya dengan penerapan tentang keselamatan kerja. Keselamatan kerja yaitu keselamatan yang berhubungan dengan peralatan, tempat kerja, lingkungan kerja, serata cara-cara melakukan pekerjaan (Daryanto, 2003). Keselamatan kerja menunjukan kondisi yang aman atau selamat dari penderitaan, kerusakan atau kerugian di tempat kerja. Resiko keselamatan merupakan aspek-aspek dari lingkungan kerja yang dapat menyebabkan kebakaran, luka memar, keseleo, patah tulang, gangguan penglihatan dan pendengar (Mangkunegara, 2009)

Alasan pentingnya keselamatan kerja. Setiap perusahaan harus memberikan standar keselamatan agar karyawan bisa bekerja dengan aman dan nyaman. Menurut Wilson (2012) terdapat tiga faktor keselamatan kerja merupakan suatu keharusan bagi setiap perusahaan untuk melaksanakannya yaitu:

a. Moral, manusia ialah makhluk termulia didunia, oleh sebab itu seharusnya manusia mempeoleh perlakuan yang terhormat dalam organisasi. Manusia memiliki hak untuk memperoleh perlindungan atas kesehatan dan keselamatan kerja, moral dan kesusilaan, serta perlakuan yang sesuai dennga harkat dan martabat manusia dan nilai-nilai agama (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan).

(3)

Para pemeberi kerja melaksankan itu untuk membatu dan memperingan beban penderitaan dan musibah kecelakaan kerja yang dialami para karyawan dan keluaraga.

b. Hukum, Undang-Undang ketenagakerjaan merupakan jaminan bagi setiap pekerja untuk menghadapi resiko kerja yang duhadapi yang ditimbulkan pekerjaan. Para pemberi kerja yang lalai atas tanggung jawab dalam melindungi pekerja yang mengakibatkan kecelakaan kerja akan mendapat hukuman yang setimpal yang sesuai dengan Undang-Undang ketenagakerjaan. Tertera pada undang-undang nomor 1 tahun 1970 tentang kesehatan dan keselamatan kerja untuk melindungi para pekerja segala lingkungan kerja baik di darat, dalam tanah, permukaan air, di dalam air maupun di udara, yang berada di wilayah kekuasaan hukum Republik Indonesia.

c. Ekonomi, ekonomi menjadi alasan yang banyak di suatu perusahaan karena mengeluarkan biaya-biaya dengan jumlah yang tidak sedikit akibat kecelakaan kerja yang dialami oleh karyawan. Rata-rata perusahaan membebankan kerugian kecelakaan kerja yang dialami karyawan kepada pihak asuransi. Kerugian tersebut bukan hanya berkaitan dengan biaya pengobatan dan pertanggungan lainnya, tetepi banyak hal lain yang menjadi perhitungan akibat kecelakaan kerja yang diderita para pekerja. Alasan-alasan di atas mengharuskan setiap perusahaan harus menerapkan standar keselamatan, kesehatan kerja, agar perusahaan dan karyawan memiliki keuntungan yang adil.

Menurut (Siswanto, 2015) dan (Handoko, 2014) indikator keselamatan kerja yaitu:

1. Peralatan dan perlengkapan yang baik 2. Petunjuk keamanan

3. Pemeriksaan peralatan 4. Pemasangan rambu-rambu 5. Pendidikan

6. Pengawasan insentif 7. Pelatihan kerja Kesehatan Kerja

Program kesehatan kerja adalah suatu hal yang berguna dan harus diperhatikan oleh pihak perusahaan. Program kesehatan kerja yang baik dilakukan dengan menjalankan hal-hal preventif

(4)

terhadap timbulnya penyakit dan berupa penanggulangan terhadap penyakit yang disebabkan akibat proses kerja (Anjani, Utami dan Prasetya 2014).

Kesehatan kerja merujuk pada konflik fisik, metal, dan stabilitas emosi secara umum.

Seseorang yang sehat yaitu seseorang yang bebas dari penyakit, cidera serta masalah mental dan emosi yang dapat menganggu aktivitas manusia normal pada umumnya (Maithis, 2002).

Sedangkan menurut Mangkunegara (2013) keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Tujuan kesehatan kerja menurut Nuraini (2012) yaitu:

1. Memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat pekerja di semua lapangan pekerjaan ketingkat yang setinggi tingginya, baik fisik, mental maupun kesehatan sosial.

2. Mencegah timbulnya gangguan kesehatan masyarakat pekerja yang diakibatkan oleh tindakan/kondisi lingkungan kerjanya.

3. Memberikan perlindungan bagi pekerja dalam pekerjaanya dari kemungkinan bahaya yang disebebkan oleh faktor-faktor yang membahayakan kesehatan.

Menempatkan memelihara pekerja di suatu lingkungan pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan fisik dan psikis pekerjaannya. Kesehatan kerja mempengaruhi manusia dalam hubungannya dengan pekerjaaan dan lingkungan kerjanya. Baik secara fisik maupun psikis yang meliputi:

metode bekerja, kondisi kerja yang dan lingkungan kerja yang mungkin dapat menyebabkan kecelakaan, penyakit ataupun perubahan dari kesehatan seseorang.

Indikator kesehatan kerja manurut (Siswanto, 2015) dan (Manullang, 2008) yaitu:

1. Tersedianya obat-obatan 2. Pemeriksaan secara berkala 3. Jaminan kesehatan

4. Terpeliharanya lingkungan kerja yang sehat 5. Kegiatan kebutuhan karyawan

Kepuasan Kerja

Kepuasan Kerja adalah suatu efektifitas atau respon emosional terhadap berbagai aspek pekerjaan (Kreitner dan Kinicki, 2005). Kepuasan kerja adalah seperangkat perasaan pegawai

(5)

tentang menyenangkan tidaknya pekerjaan mereka (Davis dan Newstrom, 2008). Menurut Robbins (2006) kepuasan kerja yaitu sikap umum terhadap pekerjaan seseorang yang memperlihatkan perbedaan antara jumlah penghargaan yang diterima pekerja dan jumlah yang mereka yakini seharusnya diterima.

Menurut Hasibuan (2007) kepuasan kerja merupakan sikap emosional yang menyenangkan menyukai pekerjaan. Sikap ini dicerminkan oleh moral, kedisiplinan dan prestasi kerja. Di sisi lain Handoko (2008) menyatakan bahwa kepuasan kerja yaitu keadaan emosional dimana para karyawan memandang pekerjaan mereka adalah suatu hal yang menyenangkan atau tidak menyengkan. Kepuasan kerja menggambarkan perasaan seseorang terhadap pekerjaannya.

Kepuasan kerja menjadi salah satu faktor penting yang dapat mempengaruhi kepuasan hidup karena para pekerja menghabiskan waktu mereka di tempat kerja. Di sisi lain Astuti (2010) berpendapat bahwa seorang individu akan merasa puas atau tidak puas apabila pekerjaan tersebut merupakan sesuatu yang sifatnya pribadi, yaitu tergantung bagaimana ia mempresepsikan adanya kesesuaian atau pertantangan keinginan-keinginan dengan hasil keluaran yang mereka dapatkan.

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa kepuasan kerja adalah suatu kondisi emosional yang positif dan menyenangkan sebagai hasil penilaian pekerjaan atau pengalaman pekerjaaan seseorang.

Menurut Astuti (2010) ada lima faktor yang dapat mempengaruhi kepuasan kerja, yaitu:

a. Pemenuhan Kebutuhan (Need Fulfillment) adalah kepuasan kerja ditentukan oleh tingkat karakteristik pekerjaan guna memberikan kesempatan bagi individu untuk memenuhi kebutuhannya.

b. Perbedaan (Discrepancies) kepuasan kerja adalah suatu hasil dalam memenuhi harapan.

Pemenuhan harapan mencerminkan perbedaan antara apa yang diharapkan dengan apa yang diperoleh individu dari pekerjaannya. Bila harapan lebih besar dari apa yang diterimanya maka orang tidak merasa puas. Sebaliknya individu akan puas apabila menerima manfaat melebihi harapannya.

c. Pencapain Nilai (Value Attainment) kepuasan kerja ialah hasil dari presepsi individu terhadap pekerjaan guna memberikan pemenuhan nilai kerja secara individu yang bermanfaat.

(6)

d. Keadilan (Equity) kepuasan kerja adalah fungsi dari seberapa adil individu diperlakukan di tempat kerja.

e. Komponen Genetik (Genetic Components) kepuasan kerja merupakan fungsi dari sifat pribadi dan faktor genetik. Hal ini menyiratkan bahwa perbedaan sifat individu mempunyai arti penting guna menjelaskan kepuasan kerja disamping karakteristik lingkungan kerja.

Indikator menurut (Robbins, 2008) dan (Sutrisno, 2010) yaitu:

1. Pekerjaan sesuai minat

2. Pekerjaan membah ketrampila kerja 3. Rekan kerja

4. Dukungan antar pekerja 5. Dukungan atasan 6. Fasilitas ruang lengkap

7. Perusahaan bertanggung jawab K3 8. Tunjangan

Pengaruh Keselamatan Terhadap Kinerja

Keselamatan kerja menunjukkan kondisi yang aman atau selamat dari penderitaan, kerusakkan atau kerugian di tempat kerja (Mangkunegara, 2009). Keselamatan kerja berkaitan dengan kecelakaan kerja merupakan kecelakaan yang terjadi di tempat kerja atau dikenal dengan istilah kecelakaan industri. Kecelakaan industri ialah suatu kejadian yang tidak terduga dan tidak dikehendaki yang mengacaukan proses yang telah diatur dalam suatu kegiatan.

Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa keselamatan kerja ialah suatu upaya guna mencegah terjadinya kecelakan sehingga karyawan dapat merasakan kondisi yang aman dan selamat dari penderitaan, kerusakan atau kerugian ditempat kerja. Usaha pencegahan tersebut dapat ditinjau dari dua faktor yaitu, faktor lingkungan secara fisik dan faktor secara psikologis Anjani, Utami dan Prasetya (2014).

(7)

Pendapat tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Bahari dan Brahim (2013) dan Makado et al. (2017) yang menyatakan bahwa keselamatan memiliki pengaruh positif terhadap kinerja karyawan.

Dari uraian tersebut peneliti merumuskan hipotesis sebagai berikut:

HI: Keselamatan berpengaruh positif terhadap kinerja karwayan di Dinas Pemadan Kebakaran di Ungaran.

Pengaruh Kesehatan Kerja Terhadap Kinerja

Karyawan adalah sumber daya manusia yang berperan penting didalam perusahaan yaitu untuk tercapainya suatu visi dari perusahaan dan juga mampu menghasilkan kinerja karyawan yang berkualitas. Karyawan yang berkompeten akan berpengaruh terhadap kemajuan suatu perusahaan. Salah satunya adalah rasa tanggung jawab dan cekatan terhadap pekerjaan yang diberikan perusahaan. Kesehatan kerja merupakan kondisi yang merujuk pada kondisi fisik, metal dan stabilitas emosi secara umum. Individu yang sehat adalah individu yang bebas dari penyakit, cidera serta masalah mental emosi yang bisa menggangu aktivitas. Adapun unsur kesehatan yang erat berkaitan dengan lingkungan kerja dan pekerjaan, yang secara langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi efisiensi dan produktifitas. Pentingnya kesehatan kerja terhadap kinerja karyawan menjadi perhatian semua perusahaan agar karyawan dapat bekerja dengan dengan energi yang penuh (100%) dan tidak sakit-sakitan. Selama itu dengan perhatiannya kesehatan kerja maka akan terjadi kinerja karyawan yang meningkat Makadao, et al. (2017)

Pendapat tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan Juwitasari (2014) dan Wibowo dan Hardi (2016) yang menyatakan bahwa kesehatan kerja memiliki pengaruh positif terhadap kinerja karyawan.

Dari uraian tersebut peneliti merumuskan hipotesis sebagai berikut:

H2: Kesehatan kerja berpengaruh positif terhadap kinerja karwayan di Dinas Pemadan Kebakaran di Ungaran.

(8)

Pengaruh Antara Kepuasan Kerja Dan Kinerja

Faktor-faktor pekerjaan atau aspek-aspek pekerjaan memajukan terwujudnya kepuasan kerja. Kepuasan kerja itu muncul apabila kebutuhan tersebut sudah terpenuhi, disisi lain pula menimbulkan ketidakpuasan kerja apabila tidak terpenuhi kebutuhan minimal dalam pekerjaan tersebut (Handoko, 2008)

Kepuasan kerja memiliki tujuan dan peranan yang sangat penting bagi pimpinan organisasi untuk mengelola organisasinya agar tercapai tujuan organisasi tersebut. kepuasan kerja memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap kerja karyawan sehingga apabila ada masalah kepuasan kerja tidak teratasi bisa menghambat kelancaran operasional organisasi maupun perusahaan,

Ketidakpuasan kerja akan berakibat karyawan banyak menghabiskan waktunya dikamar kecil, berpura-pura sakit atau bahkan berhenti bekerja dan mungkin tanpa disadari karyawan menimbulkan suatu kecelakan. Kepuasan kerja sangat penting guna aktualisasi diri. Karyawan yang tidak memperoleh kepuasan kerja tidak akan pernah mencapai kematangan psikologi dan pada akhirnya akan frustasi. Karyawan seperti ini kerap melamun, semangat kerja menurun, cepat lelah dan bosan, emosinya tidak stabil, sering absen dan melakukan kesibukkan yang tidak ada kaitannya dengan pekerjaan yang mereka harus dilakukan.

Hubungan antara kinerja dengan kepuasan kerja mempunyai tingkat signifikasi tinggi.

Kinerja diukur dengan instrument yang dikembangkan dalam studi yang tergabung dalam ukuran kinerja secara umum. Untuk itu dapat mengetahui bahwa kepuasan karyawan berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan.

Kondisi kepuasan atau ketidakpuasan menjadi umpan balik yang akan datang. Jadi hubungan kinerja dan kepuasan kerja menjadi sistem yang berlanjut atau continue Handoko (2008). Pendapat ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Wahyudi dan Sudibya (2016) bahwa kepuasan kerja berpengaruh terhadap kinerja karyawan. Oleh karena itu dalam penelitian ini diajukan hipotesis sebagi berikut:

H3: Kepuasan kerja berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan.

(9)

Pengaruh Keselamatan Terhadap Kepuasan Kerja

Keselamatan kerja yaitu merupakan praktik yang memiliki tujuan agar para pekerja atau masyarakat pekerja memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya baik fisik, metal ataupun sosial beserta usaha preventif dan kuratif terhadap penyakit/ gangguan kesehatan serta terhadap penyakit umum (Suma’ur, 2006).

Salah satu kubutuhan dalam pemenuhan kepuasan seseorang adalah Safety and Security yaitu kebutuhan akan bebas dari ancaman yakni aman dari ancaman kecelakaan dan keselamatan dalam melaksanakan pekerjaan. Adanya hubungan antara kedua pernyataan tersebut

Keselamatan kerja bisa mempengaruhi tingkat kepuasan pada karyawan. Hal tersebut disebabkan apabila karyawan memperoleh perlindungan keselamatan kerja dari perusahaan, sehingga karyawan bisa merasa aman, dan karyawan memiliki kepuasan terhadap perusahaan.

pendapat ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sisna, et al. (2014) bahwa keselamatan berpengaruh terhadap kepuasan kerja.

Maka peneliti peneliti merumuskan hipotesisi sebagai berikut:

H4: keselamatan berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan melalui kepuasan kerja.

Pengaruh Kesehatan Kerja Terhadap Kepuasan Kerja

Menurut Wirawan (2015) berpendapat bahwa kesehatan kerja adalah penerapan ilmu kesehatan atau kedokteran di bidang ketenagakerjaan yang bertujuan untuk mencegah penyakit yang timbul akibat kerja dan mempertahankan serta meningkatkan kesehatan para pekerja atau buruh untuk meningkatkan kinerja dan kepuasan pekerja.

Hubungan antara kesehatan dan kepuasan kerja menurut Rivai (2011) yaitu kesehatan kerja merujuk pada kondisi psikologis diakibatkan oleh stress pekerjaan dan kehidupan kerja yang berkualitas rendah. Hal ini meliputi ketidakpuasan, sikap menarik diri, kurang perhatian, mudah marah, selalu menunda pekerjaan dan kecenderungan untuk mudah putus asa terhadap hal-hal yang remeh

Pendapat tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sembe dan Ayou (2017) bahwa kesehatan kerja berpengaruh terhadap kepuasan kerja. Demikian pula penelitian yang

(10)

dilakukan oleh Skolastika, et al. (2017) menyatakan bahwa kesehatan berpengaruh terhadap kepuasan kerja.

Dari uraian tersebut peneliti merumuskan hipotesis sebagai berikut:

H5: Kesehatan berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan melalui kepuasan kerja.

Pengaruh Keselamatan Terhadap Kinerja Karyawan Melalui Kepuasan Kerja Sebagai Variabel Intervening

Kepuasan kerja merupakan suatu sikap karyawan terhadap pekerjaan yang berhubungan dengan situasi kerja, kerjasama antar karyawan, imbalan yang diterima dalam kerja, dan hal-hal yang menyangkut faktof fisik dan psikologis (Sutrisno,2010). Keselamatan kerja adalah upaya perlindungan yang ditunjukkan agar tenaga kerja dan orang lain ditempat kerja atau selalu dalam keadaan selamat dan sehat sehingga setiap sumber produksi dapat digunakan secara umum dan efisien (Ardana, 2012). Dan dijadikan sebagai upaya untuk meningkatkan kinerja karyawan karena adanya rasa aman saat bekerja yang dapat menciptakan kepuasan kerja.

Penelitian yang dilakukan oleh Ahmad dan Nawaz (2017), penelitian ini menunjukkan bahwa keselamatan berpengaruh signifikan terhadap kepuasan kerja dan kinerja. Penelitian yang dilakukan oleh Yusuf, et al. (2012) menunjukkan bahwa keselamatan memiliki pengaruh terhadap kepuasan kerja, kepuasan kerja sebagai variabel intvening juga memiliki pengaruh terhadap kinerja karyawan, meningkatkan kepuasan kerja juga meningkatkan kinerja karyawan dan keselamatan berpengaruh terhadap kinerja karyawan. Hasil penelitian Wibowo dan Utomo (2016) bahwa keselamatan berpengaruh positif secara tidak langsung terhadap kinerja karyawan melalui kepuasan kerja. Hal tersebut ketika keselamatan diterapkan dengan perusahaan tersebut dapat memberikan kepusasan kerja dengan baik dan sinkron dengan anggota karyawan maka akan membuat kinerja dari anggota atau karyawan menjadi lebih daik dan optimal.

Dari uraian tersebut peneliti merumuskan hipotesis sebagai berikut:

H6: keselamatan berpengaruh positif secara tidak langsung terhadap kinerja karyawan melalui kepuasan kerja

(11)

Pengaruh Kesehatan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Melalui Kepuasan Kerja Sebagai Variabel Intervening.

Kesehatan kerja merujuk pada kondisi psikologis diakibatkan oleh stress pekerjaan dan kehidupan kerja yang berkualitas rendah Rivai (2011). Hal ini meliputi ketidakpuasan, sikap menarik diri, kurang perhatian, mudah marah, selalu menunda pekerjaan dan kecenderungan untuk mudah putus asa terhadap hal-hal remeh. Kepuasan kerja akan berpengaruh pada baik buruknya kerja sesuai pernyataan dari Handoko, (2008) bahwa kinerja baik atau tidak tergantung pada motivasi, kepuasan kerja, tingkat stress, dan kondisi fisik pekerja, sisitem kompensasi, desain pekerjaan, aspek-aspek ekonomis, dan teknis serta keperilakuan lainnya.

Penelitian yang dilakukan oleh Yusuf, et al. (2012) menunjukkan bahawa kesehatan kerja berpengaruh positif secara tidak langsung terhadap kinerja karyawan melalui kepuasan kerja.

Dari uraian tersebut peneliti merumuskan hipotesis sebagai berikut:

H7: Kesehatan kerja berpengaruh positif secara tidak langsung terhadap kinerja karyawan melalui kepuasan kerja

Gambar 1 Kerangka Berfikir

H1

H4 H6

H3 H5

H7

H2 Keselamatan Kerja

(X2)

Kepuasan Kerja (Z)

Kinerja Karyawan (Y)

Kesehatan Kerja (X2)

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Parmin(2016), nilai densitas dan viskositas dipengaruhi oleh lamanya waktu pengovenan dengan suhu tertentu, pada hasil penelitian kami yang menggunakan

Studi ini hanya akan menganalisis permasalahan yang terkait dengan kinerja perusahaan dalam perspektif keuangan, perspektif konsumen, perspektif bisnis internal dan

Kadar Ureum dan Kreatinin di darah yang tinggi yang dapat menyebabkan eritrosit pecah sehingga menimbulkan keadaan hipoksia yang merangsang hormon

Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer meliputi data harga rata-rata, jam buka, kapasitas tempat duduk, jumlah tempat duduk terisi masa ramai dan tidak

Tanaman yang diadaptasikan dengan konsentrasi garam rendah dapat meningkatkan toleransi tanaman terhadap cekaman salinitas menunjukkan bahwa tanaman glikofita memiliki perangkat

Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah dengan Menggunakan Sofware Autograph Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar dan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa.. Tesis tidak

NH4 + yang terbentuk dikeluarkan dari bakterioid ke sitosol sel-sel yang mengandung bakterioid ( ke luar membran bakterioid) dan diubah menjadi asam glutamat, senyawa amida

Bagi Jemaat yang ingin menjadi orangtua asuh, dapat menghubungi Majelis Jemaat di sektor masing-masing atau Kantor Majelis Jemaat GPIB Jemaat ”Bukit Sion” Balikpapan pada setiap