• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKULTAS USHULUDDIN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU 1443H./ 2022 M. ANNISA AIDIL FITRI NIM: 11830121153 SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "FAKULTAS USHULUDDIN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU 1443H./ 2022 M. ANNISA AIDIL FITRI NIM: 11830121153 SKRIPSI"

Copied!
65
0
0

Teks penuh

(1)

IMPLEMENTASI HADIS DALAM MENDIDIK ANAK TENTANG SHALAT DAN AKHLAK MAKAN DI

MDTA KHAIRUL BARIYYAH KELURAHAN TANGKERANG LABUAI KECAMATAN

BUKIT RAYA KOTA PEKANBARU (Studi Living Hadis)

SKRIPSI

Diajukan untuk Melengkapi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag) pada Program Studi Ilmu Hadis

Oleh:

ANNISA AIDIL FITRI NIM: 11830121153

Pembimbing I Dr. Adynata, M. Ag

Pembimbing II Dr. Alpizar, M. Si

FAKULTAS USHULUDDIN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU

1443H./ 2022 M.

NO: 302/ILHA-U/SU-S1/2022

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

i

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi rabbil „alamin, segala puji bagi Allah SWT., yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya hingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini guna memenuhi tugas akhir sebagai syarat memperoleh gelar sarjana Agama dalam Ilmu Ushuluddin (S. Ag). Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada teladan umat manusia yaitu Baginda Rasulullah SAW., semoga kelak kita mendapat syafaatnya.

Pembahasan skripsi ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pemahaman guru-guru terkait hadis dalam mendidik anak tentang shalat dan akhlak makan di MDTA Khairul Bariyyah serta untuk mengetahui bagaimana langkah-langkah para guru MDTA Khairul Bariyyah mengimplementasikan hadis dalam mendidik anak tentang shalat dan akhlak makan kepada para santrinya. Tulisan ini ditulis dan disusun untuk dijadikan sebagai tambahan informasi dalam kajian ilmu hadis sekaligus memenuhi syarat penyelesaian studi di Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

Peneliti menyadari tanpa bantuan dari banyak pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu, peneliti tidak mungkin mampu menyelesaikan tulisan ini dengan sebaik-baiknya. Hanya kepada Allah SWT., peneliti panjatkan, semoga Allah SWT., membalas dengan berlipat ganda untuk semua jasa dan bantuan tersebut. Untuk itu peneliti mengucapkan terima kasih kepada:

1. Kepada Rektor UIN Suska Riau, Prof. Dr. Hairunas, M. Ag. beserta jajarannya di Rektorat, yang telah memberi kesempatan peneliti untuk menimba ilmu di universitas ini.

2. Kepada Dekan Fakultas Ushuluddin Dr. H. Jamaluddin, M. Us, Wakil Dekan I Dr. Rina Rehayati, M. Ag., Wakil Dekan II DR. Afrizal Nur, MIS., serta Wakil Dekan III Dr. H. Ridwan Hasbi, Lc. MA.

3. Kepada ayahanda Dr. Adynata, M. Ag. selaku ketua Prodi Ilmu Hadis, atas kemudahan dan kelancaran layanan studi peneliti.

(7)

ii

4. Kepada ayahanda Dr. H. Zailani, M. Ag. selaku Pembimbing Akademik yang selalu memberikan arahan dan masukan kepada peneliti.

5. Kepada ayahanda Dr. Adynata, M. Ag. dan ayahanda Dr. Alpizar, M. Si.

Selaku dosen pembimbing skripsi yang banyak memberikan arahan dan bimbingan dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Terima kasih banyak atas pertolongan, nasihat, motivasi, dan bimbingannya selama ini yang telah diberikan kepada peneliti. Kemudian, terima kasih kepada bapak/ibu dosen yang telah memberikan materi-materi perkuliahannya. Semoga ilmu yang bapak dan ibu berikan menjadi berkah dan bermanfaat bagi penulis di dunia dan di akhirat. Selanjutnya, ucapan terima kasih juga peneliti tujukan kepada segenap tenaga kependidikan di fakultas Ushuluddin atas pelayanannya yang baik selama perkuliahan ini.

6. Bapak kepala perpustakaan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau beserta para karyawan yang telah memberikan kesempatan kepada peneliti untuk meninjamkan buku-buku yang diperlukan dalam penyusunan skripsi ini.

7. Saya sampaikan juga terima kasih yang sebesar-besarnya kepada keluarga besar MDTA Khairul Bariyyah Pekanbaru, Kelurahan Tangkerang Labuai, Kecamatan Bukit Raya, Pekanbaru, Riau yang telah membantu peneliti dalam melakukan penelitian skripsi ini.

8. Rasa terima kasih yang mendalam peneliti sampaikan kepada kedua orang tua saya, ayahanda Eddy dan ibunda Yuli yang telah mendoakan dan memberikan motivasi kepada peneliti daalm menyelesaikan skripsi ini. Begitu juga kepada adik saya Azzahra, saudara-saudara, kakek-nenek, yang selalu memberikan dukungan dan doanya kepada peneliti.

9. Teman-teman Ilmu Hadis angkatan 2018 yang telah membantu dan memberi dukungan, khususnya teman-teman Ilmu Hadis kelas C yang banyak memberikan semangat dan motivasi kepada peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.

(8)

iii

10. Ucapan terima kasih dan salam hangat kepada teman-teman saya Nuria Hafazhah, Vidya Natasha Sri Dewi, Nani Marianti, dan Zerlinda Sadri yang selalu memberikan kalimat semangat dan mendukung peneliti dalam mengerjakan skripsi ini.

11. Dan semua rekan-rekan yang sama duduk menimba ilmu pengetahuan di kampus Fakultas Ushuluddin, Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, khususnya rekan-rekan di prodi Ilmu Hadis yang telah memberikan semangat, masukan, kritik, dan saran dalam penulisan skripsi ini.

Peneliti menyadari bahwa kajian skripsi ini tidak luput dari keterbatasan dan kekurangan baik teknis maupun analisis, oleh karena itu, kritik dan saran sangat peneliti harapkan untuk perbaikan-perbaikan. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua. Kepada Allah SWT., peneliti berdoa semoga kebaikan dan kontribusi yang telah mereka berikan dinilai sebagai ibadah yang baik sehingga selalu mendapat rahmat dan karunia-Nya. Amin Ya Rabb al-Amin.

Wassalam

Pekanbaru, Desember 2022 Peneliti,

ANNISA AIDIL FITRI NIM. 11830121153

(9)

iv DAFTAR ISI PENGESAHAN

NOTA DINAS

SURAT PERNYATAAN

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iv

PEDOMAN TRANSLITERASI ... vii

ABSTRAK ... ix

BAB I ... 1

PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Alasan Pemilihan Judul ... 3

C. Penegasan Istilah ... 4

D. Identifikasi Masalah ... 5

E. Batasan Masalah... 5

F. Rumusan Masalah ... 6

G. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6

1. Tujuan Penelitian ... 6

2. Manfaat Penelitian ... 6

H. Sistematika Penulisan ... 7

BAB II ... 9

KERANGKA TEORI ... 9

A. Landasan Teori ... 9

1. Akhlak ... 9

2. Shalat ... 13

3. Living Hadis ... 17

B. Penelitian yang Relevan ... 19

C. Konsep Operasional ... 21

BAB III ... 24

METODE PENELITIAN ... 24

A. Jenis Penelitian ... 24

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 24

C. Informan Penelitian ... 25

(10)

v

D. Sumber Data Penelitian ... 26

E. Teknik Pengumpulan Data ... 26

F. Teknik Analisis Data ... 28

BAB IV ... 29

PENYAJIAN HASIL PENELITIAN ... 29

A. Profil MDTA Khairul Bariyyah Pekanbaru ... 29

1. Sejarah Berdirinya MDTA Khairul Bariyyah Pekanbaru ... 29

2. Struktur Organisasi MDTA Khairul Bariyyah Pekanbaru ... 30

3. Visi dan Misi MDTA Khairul Bariyyah Pekanbaru ... 31

4. Program Kerja MDTA Khairul Bariyyah Pekanbaru ... 31

5. Peraturan-Peraturan Guru di MDTA Khairul Bariyyah Pekanbaru ... 32

6. Tugas Guru sebagai Pengajar di MDTA Khairul Bariyyah Pekanbaru . 32 7. Peraturan Santri MDTA Khairul Bariyyah Pekanbaru ... 33

8. Sarana dan Prasarana MDTA Khairul Bariyyah Pekanbaru ... 34

B. Pemahaman Hadis dalam Mendidik Anak tentang Shalat dan Akhlak Makan ... 35

1. Hadis dalam Mendidik Anak tentang Shalat dan Akhlak Makan ... 35

a. Lafazh Hadis tentang Shalat ... 35

b. Lafazh Hadis tentang Akhlak Makan ... 40

2. Pemahaman Guru-Guru terkait Hadis dalam Mendidik Anak tentang Shalat dan Akhlak Makan ... 45

a. Hadis tentang Shalat ... 45

b. Hadis tentang Akhlak Makan ... 46

C. Implementasi Hadis ... 48

1. Hadis tentang Shalat ... 48

2. Hadis tentang Akhlak Makan ... 54

BAB V ... 58

PENUTUP ... 58

A. Kesimpulan ... 58

B. Saran ... 59

DAFTAR PUSTAKA ... 60

DOKUMENTASI ... 64 LAMPIRAN-LAMPIRAN

(11)

vi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Bangunan MDTA Khairul Bariyyah Pekanbaru ... 64 Gambar 2 Bangunan MDTA Khairul Bariyyah Pekanbaru ... 64 Gambar 3 Wawancara Bersama Kepala MDTA Khairul Bariyyah Pekanbaru .... 65 Gambar 4 Wawancara Bersama Wali Kelas III MDTA Khairul Bariyyah Pekanbaru ... 65 Gambar 5 Wawancara Bersama Wali Kelas II MDTA Khairul Bariyyah Pekanbaru ... 66 Gambar 6 Wawancara Bersama Wali Kelas I MDTA Khairul Bariyyah Pekanbaru ... 66 Gambar 7 Teras Masjid Khairul Bariyyah Pekanbaru ... 67 Gambar 8 Pelaksanaan Shalat Ashar Berjamaah 4 Maret 2022 ... 67 Gambar 9 Poster Makan dan Minum di Area Bangunan MDTA Khairul Bariyyah Pekanbaru ... 68 Gambar 10 Foto Santri MDTA Khairul Bariyyah saat Jam Istirahat dan Makan 4 Maret 2022 ... 68 Gambar 11 Kegiatan Praktik Shalat di MDTA Khairul Bariyyah Pekanbaru 17 Maret 2022 ... 69 Gambar 12 Kegiatan Praktik Shalat di MDTA Khairul Bariyyah Pekanbaru 17 Maret 2022 ... 69 Gambar 13 Wawancara Bersama Santri Kelas IV MDTA Khairul Bariyyah Pekanbaru 4 Maret 2022 ... 70 Gambar 14 Wawancara Bersama Santri kelas IV MDT Khairul Bariyyah Pekanbaru 4 Maret 2022 ... 70 Gambar 15 Wawancara Bersama Santri Kelas III MDTA Khairul Bariyyah Pekanbaru ... 71 Gambar 16 Wawancara Bersama Santri Kelas III MDTA Khairul Bariyyah Pekanbaru ... 71

(12)

vii

PEDOMAN TRANSLITERASI A. Konsonan

Pengalihan huruf Arab-Indonesia dalam naskah ini didasarkan atas Surat Keputusan Bersama (SKB) Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, tanggal 22 Januari 1988, No. 158/1987 dan 0543.b/U/1987, sebagaimana yang tertera dalam buku Pedoman Transliterasi Bahasa Arab (A Guide to Arabic Tranliterastion), INIS Fellow 1992.

Arab Latin Arab Latin

ا A ط Th

ب B ظ Zh

ت T ع

ث Ts غ Gh

ج J ف F

ح H ق Q

خ Kh ك K

د D ل L

ذ Dz م M

ر R ن N

ز Z و W

س S ه H

ش Sy ء

ص Sh ي Y

ض Di

B. Vokal, Panjang dan Diftong

Setiap penulisan bahasa Arab dalam bentuk tulisan latin vokal fathah ditulis dengan “a”, kasrah dengan “i”, dhammah dengan “u”, sedangkan bacaan panjang masing-masing ditulis dengan cara, sebagai berikut:

(13)

viii

Vokal (a) panjang= A misalnya لاق menjadi qâla Vokal (i) panjang= î misalnya ليق menjadi qîla Vokal (u) panjang= U misalnya نود menjadi dûna

Khusus untuk bacaan ya‟ nisbat, maka tidak boleh digantikan dengan “i”, melainkan tetap ditulis dengan “iy”: agar dapat menggambarkan ya‟ nisbat diakhirnya. Begitu juga untuk suara diftong, wawu dan ya‟ setelah fathah di tulis dengan “aw” dan “ay”. Perhatikan contoh berikut:

Diftong (aw) = ـو misalnya لوق menjadi qawlun Diftong (ay) = ـيـ misalnya خير menjadi khayru C. Ta’ Marbȗthah ) ة (

Ta‟ marbȗthah ditransliterasikan dengan “t” jika berada di tengah kalimat, tetapi apabila Ta‟ marbȗthah tersebut berada di akhir kalimat, maka ditransliterasikan dengan menggunakan “h” misalnya ةسردملا ةلسرلا menjadi alrisalat li al-mudarrisah, atau apabila berada di tengah-tengah kalimat yang terdiri dari susunan mudlaf dan mudlaf ilayh, maka ditransliterasikan dengan menggunakan “t” yang disambungkan dengan kalimat berikutnya, misalnya الله ةمحر ىف menjadi fi rahmatillah.

D. Kata Sandang dan Lafadh al-Jalâlah

Kata sandang berupa “al” لا (ditulis huruf kecil, kecuali terletak di awal kalimat, sedangkan “al” dalam lafadh Jalâlah yang berada di tengah-tengah kalimat yang disandarkan (idhafah) maka dihilangkan.

Perhatikan contoh-contoh berikut ini:

1. Al-Imâm al-Bukhâriy mengatakan ...

2. Al-Rawi adalah ...

3. Masyâ‟ Allâh kâna wa mâ lam yasya‟ lam yakun.

(14)

ix ABSTRAK

Skripsi ini berjudul “Implementasi Hadis dalam Mendidik Anak tentang Shalat dan Akhlak Makan di MDTA Khairul Bariyyah Kelurahan Tangkerang Labuai, Kecamatan Bukit Raya, Kota Pekanbaru (Studi Living Hadis). Pada masa sekarang ini, tidak semua hal dapat dipantau oleh orang tua terkait pembentukan akhlak anak. Anak-anak yang berumur di bawah lima belas tahun lebih banyak menghabiskan waktunya untuk bermain. Jika ditelusuri di tiap-tiap sekolah, masih banyak anak-anak yang tidak melaksanakan shalat dan tidak sedikit pula anak-anak yang belum mengamalkan akhlak makan yang sesuai dengan syariat Islam. Dari hal di atas, maka peneliti jadikan sebagai tolak ukur dalam melakukan penelitian di MDTA Khairul Bariyyah Pekanbaru. Rumusan masalah dalam penelitian ini ada tiga, yaitu bagaimana profil MDTA Khairul Bariyyah Pekanbaru, bagaimana pemahaman guru-guru terkait hadis dalam mendidik anak tentang shalat dan akhlak makan di MDTA Khairul Bariyyah Pekanbaru. Kemudian, bagaimana langkah-langkah para guru MDTA Khairul Bariyyah mengimplementasikan hadis dalam mendidik anak tentang shalat dan akhlak makan kepada para santrinya. Pada penelitian yang peneliti lakukan ini termasuk kepada penelitian lapangan (field research) dengan menggunakan metode penelitian yaitu metode kualitatif dengan bentuk data kuantitatif. Untuk teknik pengumpulan data, peneliti menggunakan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi. Kemudian, data yang diperoleh pada penelitian ini dari Kitab Fathul Baari ke-26 Penjelasan Kitab Shahih Bukhari oleh Ibnu Hajar Al Asqalani, Kitab Aunul Ma‟bud Syarah Sunan Abu Daud ke-2, serta hasil wawancara dan observasi di MDTA Khairul Bariyyah Pekanbaru. Adapun hasil penelitian ini: (1) Menjelaskan profil MDTA Khairul Bariyyah Pekanbaru. (2) Pemahaman guru- guru terkait hadis dalam mendidik anak tentang shalat dan akhlak makan di MDTA Khairul Bariyyah Pekanbaru. (3) Implementasi hadis dalam mendidik anak tentang shalat dan akhkak makan kepada para santri di MDTA Khairul Bariyyah Pekanbaru.

Kata kunci: Hadis, Akhlak, Shalat, Implementasi, Makan, Living Hadis

(15)

x ABSTRACT

This thesis is entitled “Implementation of Hadith in Educating Children about Prayer and Eating Morals at MDTA Khairul Bariyyah, Tangkerang Labuai Village, Bukit Raya District, Pekanbaru City (Living Hadith Study). At this time, not all things can be monitored by parents related to the formation of children's morals. Children under the age of fifteen spend more time playing. If traced in each school, there are still many children who do not pray and not a few children who have not practiced eating habits in accordance with Islamic law. From the above, the researchers used it as a benchmark in conducting research at MDTA Khairul Bariyyah Pekanbaru. There are three formulations of the problem in this study, namely what is the profile of MDTA Khairul Bariyyah Pekanbaru, how is the understanding of teachers regarding hadith in educating children about prayer and eating habits at MDTA Khairul Bariyyah Pekanbaru. Then, what are the steps of the MDTA Khairul Bariyyah teachers implementing the hadith in educating children about prayer and eating habits to their students. In the research that the researchers did, this included field research using research methods, namely qualitative methods in the form of quantitative data. For data collection techniques, researchers used observation, interviews, and documentation techniques. Then, the data obtained in this study were from the 26th Book of Fathul Baari Explanation of the Book of Sahih Bukhari by Ibn Hajar Al Asqalani, the 2nd Book of Aunul Ma'bud Syarah Sunan Abu Daud, as well as the results of interviews and observations at MDTA Khairul Bariyyah Pekanbaru. The results of this study: (1) Explain the profile of MDTA Khairul Bariyyah Pekanbaru. (2) Teachers' understanding of hadith in educating children about prayer and eating habits at MDTA Khairul Bariyyah Pekanbaru. (3) Implementation of hadith in educating children about prayer and eating habits for students at MDTA Khairul Bariyyah Pekanbaru.

Keywords: Hadith, Morals, Prayer, Eat, Implementation, Living Hadith

(16)

xi

صخلم

ةلاسرلا هذى لا تتح

" ناونع ذيفنت ثيدلحا ةّيبرت في

لفطلا نع و ةلاصلا قلاخأ

لكلأا

ةّيلّولأا ةّيليمكتلا ةّينيدلا ةسردبم ّيبرلا يرخ

ةيرق ، ة اير تيكوب ةقطنم ، ياوبلا جنايركجنت

و ةنيدم ،

يلحا ثيدلحا ةسارد( ورابناكيب )

اذى في . نامزلا

لا ، نوردقي ا لك ةبقارم ءابلآ ءايشلأا

قّلعتي نيوكتب

نيذلا لافطلأا .ءانبلأا قلاخأ في مى

رشع ةسخم هاوس اّمم رثكأ نوبعلي مىرمع نم

لا نيذلا و

سرادلما راطقأ ّلك في ٌةيرثك يملاسلإا عيرشتلا وباصأ امك لكلأا قلاخأ ّمتهي لا و نوّلصي ةعلطتسلما .

و .ةساردلا هذى ةثحابلا ذخأ كلذل في ةلأسلما هذى ديدتح

ثحبلا اذى ةثلاث

وى يى ام

ةّيسردلما فللما ةّيلّولأا ةّيليمكتلا ةّينيدلا

ّيبرلا يرخ ة و ةيفيك ينمّلعلما مهف ثيدلحا

لفطلا ةيبرت في نع

ا ةلاصل و

؟اهيف لكلأا قلاخأ اذى .؟اهيف مهتّيبرت في هذيفنتل نومّلعلما اهمدختسا تيلا قرطلا ام و .

ماق يذلا ثحبلا ت

ثحابلا وب ة

ثبح وى ّناديم

ومدختسا رط

يق ة ال ثحب يعونلا ىلع لكش

لا تانايب لا ةيمك . وتانايب عجم بيلاسأ ذخلأو ثحابلا مدختسا

ة تاظحلالما تلاباقلماو

قيثوتلاو ثم .

نيرشعلاو سداسلا يرابلا حتف باتك نم ةساردلا هذى في اهيلع لوصلحا تم تيلا تانايبلا تءاج باتكو ، نلاقسعلا رجح نبلا يراخبلا حيحص حرش نوع

لما ناثلا دوبع حرش

بيأ ننس

،دواد و

.اهيف تاظحلالما و تلاباقلما جئاتن اضيأ ناكو

تانايب ليلتح مدختسا يذلا و

ةثحابلا لا وى ليلحت

يفيكلا يفصولا .

لاف ةساردلا هذى جئاتن ةّيلّولأا ةّيليمكتلا ةّينيدلا ةّيسردلما فللما ينيبتلا يى

يرخ

ّيبرلا ينمّلعلما مهف و , ة ثيدلحا

لفطلا ةيبرت في ا نع

ةلاصل و ثيدلحا ذيفنت و اهيف لكلأا قلاخأ

لفطلا ةيبرت في ا نع

ةلاصل و .اهيف لكلأا قلاخأ

لا ثيدحلا :ةيحاتفملا تاملك ،

قلاخلأا ، ةلاصلا،

ذيفنت ، لا ، لكلأا يحلا ثيدح

(17)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pada masa sekarang ini, tidak semua hal dapat dipantau oleh orang tua terkait pembentukan akhlak anak. Dilansir oleh Kompasiana, dikatakan bahwa kebanyakan anak zaman sekarang lebih mengutamakan bermain dan menghabiskan waktu untuk urusan yang tidak begitu penting daripada melaksanakan shalat.1 Begitu pula dengan makan, anak-anak pada masa sekarang hanya makan dan minum tanpa tahu tata cara yang benar sesuai syariat Islam.

Terkait mendidik anak untuk memiliki akhlak yang baik, tidak semua orang tua mampu membagi waktu antara tugas sebagai ibu dengan pekerjaan. Anak-anak juga lebih banyak menghabiskan waktu di sekolah daripada di rumah. Jika ditelusuri di tiap-tiap sekolah, masih banyak anak- anak yang tidak melaksanakan shalat dan tidak sedikit pula anak-anak yang belum mengamalkan cara makan yang benar. Maka dari itu, hal ini akan menjadi tanggung jawab guru-guru di sekolah.

Dasar-dasar akhlak dalam Al-Qur‟an terdapat pada surat ke-68 yaitu surat Al-Qalam ayat 4. Firman Allah SWT.,:

ٍمْيِظَع ٍقُلُخ َىلَعَل َكَّنِأَو

2

Artinya: ”Dan sesungguhnya engkau benar-benar berbudi pekerti yang luhur.” (Qs. Al-Qalam (68): 4)

Mengenai dasar-dasar akhlak dalam Al-Qur‟an, masih banyak terdapat pada surat-surat lainnya. Sedangkan dasar-dasar akhlak di dalam hadis terdapat pada sabda Rasulullah SAW.,

اَكَم َمَِّتَُِلأ ُتْثِعُب اََّنَِّا ِق َلاْخَْلأا َمِر

1 https://www.kompasiana.com/azizatulliyanti/6225cd8fbb448647723a9692/anak-sulit- untuk-diajak-belajar-beribadah

2 Al-Qur‟an al-Karim, Surat Al-Qalam, (68): 4.

(18)

2

Artinya: “Sungguh, aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.” (HR. Al-Bukhari, Abu Dawud, dan Hakim)3

Rasulullah SAW., sangat menganjurkan umatnya untuk berpedoman kepada akhlak-akhlak terpuji. Hal ini tampak sekali dalam nasihat-nasihatnya yang terdapat dalam banyak hadis. Abdullah bin Amru Ibnul „Ash ra. berkata, “Rasulullah SAW., bukanlah orang yang suka melewati batas dan bukan pula orang yang suka melakukan kekejian. Melainkan beliau bersabda, “Orang terbaik di antara kalian adalah orang yang paling baik akhlaknya.” (HR. Al-Bukhari, Muslim, dan At-Tirmdzi)

Imam al-Hasan al-Bashri mendefinisikan akhlak terpuji dengan definisi, „Akhlak terpuji adalah wajah berseri-seri, penuh kemurahan hati, dan menahan diri dari menyakiti orang lain.‟ Imam Ali bin Abi Thalib ra.

juga memberikan definisi akhlak terpuji dengan definisi yang sangat tepat. Ali bin Abi Thalib menyederhanakan akhlak terpuji ke dalam tiga perilaku, yaitu menjauhi keharaman, mencari kehalalan, dan berbuat baik kepada keluarga.4

Dalam membentuk akhlak yang baik, banyak tahapan-tahapan yang dilakukan karena tidak semudah itu untuk menanamkan akhlak yang baik selamanya. Pada hakikatnya, diri seseorang sangat mudah untuk berubah. Oleh karena itu, akhlak yang baik sudah seharusnya ditanamkan sejak usia dini.

Terutama untuk anak-anak yang masih berusia sangat muda, akhlak yang baik dapat diajari di sekolah. Mulai dari hal-hal sederhana seperti mengucapkan salam, menghormati orang tua dan guru, dan masih banyak lagi. Bagi anak-anak tersebut, tidak bisa hanya diajari sekali atau dua kali. Mereka butuh pemahaman yang baik serta cara yang tepat untuk terus memiliki akhlak yang baik dalam dirinya. Dalam hal mengajari dan membimbing, tentu saja guru menjadi yang pertama dalam bimbingannya.

3 Samsul Munir Amin, Ilmu Akhlak, (Jakarta: Amzah, 2019), hlm. 16.

4 Abdul Mun‟im al-Hasyimi, Akhlak Rasul Menurut Bukhari & Muslim, (Jakarta: Gema Insani, 2016), hlm. 261.

(19)

3

Pentingnya pengajaran dan pengamalan akhlak yang baik ini juga tampaknya belum cukup apabila hanya dibimbing di rumah, oleh karena itu di sekolah guru-guru juga turut andil dalam mengajari adab-adab yang baik dalam berbagai hal sehingga tertanamlah akhlak yang mulia pada diri anak-anak tersebut.

Terkait penjelasan di atas, peneliti melakukan penelitian di sebuah sekolah yaitu MDTA Khairul Bariyyah Pekanbaru terkait hadis tentang shalat yang mana hadis dari riwayat Abu Daud dan hadis akhlak makan yaitu hadis riwayat Imam Bukhari. Peneliti ingin meninjau bagaimana pemahaman guru-guru tersebut terhadap hadis dalam mendidik anak shalat dan akhlak makan dan bagaimana pula implementasi hadis-hadis tersebut di MDTA Khairul Bariyyah Pekanbaru.

B. Alasan Pemilihan Judul

Setelah memperhatikan latar belakang yang telah diuraikan di atas, ada beberapa alasan yang menjadi dasar bagi peneliti memilih judul

“Implementasi Hadis dalam Mendidik Anak tentang Shalat dan Akhlak Makan di MDTA Khairul Bariyyah Kelurahan Tangkerang Labuai, Kecamatan Bukit Raya, Kota Pekanbaru (Studi Living Hadis)”, sebagai berikut:

1. Ingin mengetahui bagaimana pemahaman guru-guru terkait hadis dalam mendidik anak tentang shalat dan akhlak makan di MDTA Khairul Bariyyah Pekanbaru.

2. Ingin meninjau bagaimana langkah-langkah para guru MDTA Khairul Bariyyah mengimplementasikan hadis dalam mendidik anak tentang shalat dan akhlak makan tersebut kepada para santrinya.

(20)

4

C. Penegasan Istilah

Untuk memudahkan dalam memahami judul penelitian tentang

“Implementasi Hadis dalam Mendidik Anak tentang Shalat dan Akhlak Makan di MDTA Khairul Bariyyah Kelurahan Tangkerang Labuai, Kecamatan Bukit Raya, Kota Pekanbaru (Studi Living Hadis)”, maka peneliti merasa perlu untuk memberikan penegasan dan penjelasan terkait istilah-istilah yang terdapat di judul penelitian, sebagai berikut:

1. Implementasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti pelaksanaan atau penerapan. Sedangkan, mengimplementasikan artinya melaksanakan atau menerapkan.5

2. MDTA merupakan kepanjangan dari Madrasah Diniyah Takmiliyah Awaliyah. MDTA ialah satuan pendidikan keagamaan Islam bersifat non formal yang menyelenggarakan pendidikan tingkat dasar setara SD (Sekolah Dasar) atau sederajat dengan masa belajar empat tahun.6

3. Akhlak adalah adat kebiasaan, perangai, watak, dan tabiat.7

4. Studi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti penelitian ilmiah, kajian, telaahan, serta pendekatan untuk meneliti gejala sosial dengan menganalisis suatu kasus secara mendalam dan utuh.8

5. Living hadis merupakan sunnah nabi yang secara bebas ditafsirkan oleh para ulama, penguasa, dan hakim sesuai dengan situasi yang mereka hadapi.9

5 https://kbbi.web.id/implementasi

6https://yapisa.alhamidiyah.ac.id/madrasah-diniyah-dahulu-dan-

sekarang.html#:~:text=Madrasah%20Diniyah%20Takmiliyah%20Awaliyah%20(MDTA)%20ad alah%20satuan%20pendidikan%20keagamaan%20Islam,delapan%20belas)%20jam%20per%20 minggu.

7 Samsul Munir Amin, Ilmu Akhlak, (Jakarta: Amzah, 2019), hlm. 1.

8 https://kbbi.web.id/studi

9 M. Khoiril Anwar, “Living Hadis”, Jurnal Farabi, Vol. 12 No. 1, 1 Juni 2015, hlm. 2.

(21)

5

D. Identifikasi Masalah

Dari uraian latar belakang, peneliti dapat memberikan gambaran identifikasi masalah atas penelitian ini, sebagai berikut:

1. Berbicara tentang pentingnya pendidikan akhlak pada anak semenjak usia dini.

2. Pentingnya mendidik dan membiasakan anak untuk melaksanakan shalat sejak usia dini.

3. Perlunya contoh dalam akhlak makan dan minum yang sesuai dengan tuntutan syariat Islam.

4. Pentingnya untuk mengingatkan dan membiasakan anak tentang akhlak makan dan minum yang benar sehingga mereka terbiasa dengannya.

E. Batasan Masalah

Dalam dunia pendidikan terutama MDTA Khairul Bariyyah Pekanbaru yang menjadi aspek penekanannya ialah akhlak. Akhlak mencakup banyak hal, namun peneliti fokus pada akhlak makan dan shalat yang diterapkan di MDTA Khairul Bariyyah Pekanbaru.

Kemudian, pembahasan terkait hadis-hadisnya juga dibatasi.

Peneliti hanya membahas hadis riwayat Abu Daud no. 495 mengenai perintah shalat pada anak. Untuk penjelasan atau syarah hadisnya peneliti merujuk pada kitab Syarah Aunul Ma‟bud karya Abu Ath-Thayyib Muhammad dan Syamsul Haq Al „Azhim Abadi. Sedangkan untuk akhlak makan, peneliti membahas hadis riwayat Imam Bukhari no. 5376 mengenai akhlak makan. Untuk rujukan penjelasan atau syarahnya peneliti menggunakan kitab Fathul Baari karya Ibnu Hajar Al-Asqalani.

(22)

6

F. Rumusan Masalah

Dari batasan masalah di atas, yang dapat dijadikan sebagai rumusan masalah, sebagai berikut:

1. Bagaimana profil MDTA Khairul Bariyyah Pekanbaru?

2. Bagaimana pemahaman guru-guru terkait hadis dalam mendidik anak tentang shalat dan akhlak makan di MDTA Khairul Bariyyah Pekanbaru?

3. Bagaimana langkah-langkah para guru MDTA Khairul Bariyyah mengimplementasikan hadis dalam mendidik anak tentang shalat dan akhlak makan kepada para santrinya?

G. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan dari rumusan masalah di atas, maka simpulan dari tujuan penelitian, sebagai berikut:

a. Untuk mengetauhi profil MDTA Khairul Bariyyah Pekanbaru.

b. Untuk mengetahui bagaimana pemahaman guru-guru terkait hadis dalam mendidik anak tentang shalat dan akhlak makan di MDTA Khairul Bariyyah Pekanbaru.

c. Untuk mengetahui bagaimana langkah-langkah para guru MDTA Khairul Bariyyah mengimplementasikan hadis dalam mendidik anak tentang shalat dan akhlak makan kepada para santrinya.

2. Manfaat Penelitian

Adapun penelitian ini diharapkan memiliki manfaat dalam berbagai aspek, sebagai berikut:

a. Manfaat Akademis

1) Sebagai bahan bacaan bagi penulis dan peneliti berikutnya dalam menyusun bahan tulisan baik berupa skripsi atau karya ilmiah yang berkaitan dengan kajian hadis dalam mendidik anak tentang shalat dan akhlak makan.

(23)

7

2) Untuk melengkapi dan memenuhi syarat dalam menyelesaikan studi di jurusan Ilmu Hadis Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

b. Manfaat Praktis

1) Agar peneliti dapat memberi pengetahuan kepada kalayak di luar sana bahwa penting menanamkan akhlak yang baik pada anak usia dini dan urgensi dalam mendidik anak untuk shalat serta baiknya mengajarkan akhlak makan kepada anak-anak.

2) Agar orang lain baik berperan sebagai orang tua maupun guru dapat mengimplementasikan hadis dalam mendidik anak tentang shalat dan akhlak makan pada anak-anak mereka secara baik dan benar sesuai dengan anjuran Rasulullah SAW.,

H. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan ini bertujuan untuk mempermudah para pembaca dalam menelaah isi kandungan di dalam penelitian ini. Skripsi ini tersusun atas lima bab. Adapun sistematikanya, sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN: Latar Belakang, Alasan Pemilihan Judul, Penegasan Istilah, Identifikasi Masalah, Batasan Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Sistematika Penulisan.

BAB II KERANGKA TEORI: Landasan Teori, Penelitian yang Relevan, Konsep Operasional.

BAB III METODE PENELITIAN: Jenis Penelitian, Lokasi dan Waktu Penelitian, Informan Penelitian, Sumber Data Penelitian, Teknik Pengumpulan Data, dan Teknik Analisis Data.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PENYAJIAN DATA:

Profil MDTA Khairul Bariyyah Pekanbaru, Pemahaman Hadis dalam

(24)

8

Mendidik Anak tentang Shalat dan Akhlak Makan di MDTA Khairul Bariyyah Pekanbaru, dan Implementasi Hadis.

BAB V PENUTUP: Kesimpulan dan Saran.

(25)

9 BAB II

KERANGKA TEORI A. Landasan Teori

1. Akhlak

a. Pengertian

Akhlak secara etimologi dalam bahasa Arab bentuk jamak dari khuluq.10 Khuluq yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku, atau tabiat. Kata “akhlak” itu sendiri tersusun dari tiga huruf yaitu kha, lam, qaf yang bermakna “menetapkan sesuatu”. Pada dasarnya, kata al-khalq, al-khulq, dan al-khuluq memiliki makna yang sama. Akan tetapi, al-khalq dikhususkan untuk makna penciptaan wujud, bentuk, dan rupa yang dapat dilihat oleh mata. Al-khuluq mempunyai makna khusus kekuatan dan karakter yang ditemukan dengan mata batin.11 Dalam bahasa Indonesia, kata yang maknanya setara dengan akhlak ialah moral, etika, nilai, dan karakter.12

Menurut Ibnu Al-Jauzi, al-khuluq adalah etika yang dipilih seseorang.13 Disebut dengan khuluq karena etika bagaikan khalqah atau biasa dikenal dengan istilah karakter pada diri.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa khuluq adalah etika yang menjadi pilihan dan diusahakan oleh seseorang. Adapun etika atau akhlak yang sudah menjadi tabiat bawaan disebut dengan al-khaym.14 Meskipun antara akhlak dengan etika sering dianggap sama namun pada dasarnya kata akhlak lebih luas cakupannya dibandingkan etika atau moral. Akhlak meliputi

10 Syaikh Mahmud Al-Mishri, Ensiklopedia Akhlak Rasulullah, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2019), hlm. 8.

11 Ibid.

12 Akhyar, Akhlak, (Pekanbaru: Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, 2014), hlm. 1.

13 Samsul Munir Amin, Ilmu Akhlak, (Jakarta: Amzah, 2019), hlm. 2.

14 Ibid.

(26)

10

segi-segi kejiwaan dari tingkah laku seseorang secara lahir dan batin.

Sedangkan, akhlak menurut terminologi ialah kondisi jiwa yang mendorong manusia berbuat tanpa pertimbangan dan kehendak.15 Pada sebagian orang, akhlak telah menjadi karakter atau tabiat. Namun, ada juga sebagian yang lain akhlak hanya terbentuk melalui proses oleh jiwa (riyadhah) dan kerja keras.

Al-Jurjani menjelaskan, “Akhlak ialah istilah yang mengungkapkan tentang kondisi jiwa yang stabil dan sumber keluarnya perbuatan dengan ringan dan mudah tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan. Jika yang keluar pada dirinya adalah perbuatan baik, maka kondisi seperti ini disebut akhlak terpuji. Begitu pula sebaliknya, jika yang keluar pada dirinya adalah perbuatan buruk, maka kondisi seperti ini disebut akhlak tercela. Saya perlu menyebutkan „kondisi jiwa yang stabil‟, karena orang yang mendermakan hartanya karena bernadzar akibat keadaan yang baru terjadi, tidak disebut orang yang dermawan, selama sifat kedermawanan itu belum melekat kuat dalam dirinya.”16

b. Macam-Macam Akhlak

Berdasarkan ajaran Islam, akhlak dibagi dalam dua macam, sebagai berikut:17

1) Akhlak Dharuri

Akhlak dharuri ialah akhlak yang asli. Maksudnya adalah akhlak tersebut sudah ada pada diri seseorang yang diberi langsung oleh Allah SWT., maka dari itu, akhlak dharuri ini tidak memerlukan didikan dan kebiasaan.

15 Syaikh Mahmud Al-Mishri, Ensiklopedia Akhlak Rasulullah, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2019), hlm. 9.

16 Ibid, hlm. 10.

17 Syaikh Mahmud Al-Mishri, Ensiklopedia Akhlak Rasulullah, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2019), hlm. 84.

(27)

11

Akhlak dharuri ini hanya terdapat pada manusia-manusia pilihan Allah SWT., seperti para nabi dan rasul.

2) Akhlak Muhtasabi

Akhlak muhtasabi adalah akhlak yang memerlukan didikan dan kebiasaan. Akhlak inilah yang ada pada manusia biasa melalui kebiasaannya.

c. Tujuan Akhlak

Imam Al-Ghazali mengatakan bahwa tujuan akhlak dalam Islam ialah sa‟adah ukhrawiyah atau kebahagiaan akhir. Al- Ghazali juga menyebutkan bahwa kebahagiaan yang hakiki adalah kebahagiaan akhirat. Menurutnya, bukan bahagia (sa‟adah) apabila tidak nyata, seperti kebahagiaan duniawi yang tidak mengarahkan kepada kebahagiaan akhirat.18

Pada dasarnya, tujuan pokok akhlak ialah agar setiap muslim berperilaku yang baik dan mulia sesuai syari‟at Islam.

Kemudian, apabila diperhatikan lebih jauh, ibadah-ibadah inti dalam Islam mempunyai tujuan pembinaan akhlak mulia.

d. Proses Pembentukan Akhlak

Ada lima proses dalam pembentukan akhlak untuk membentuk akhlakul karimah, sebagai berikut:19

1) Qudwah atau Uswah (Keteladanan)

Didikan dari orang tua dan guru akan menjadi teladan oleh anak-anak dan muridnya. Apa yang dipelajari dari orang tua dan guru mereka, dapat mengembangkan pola perilaku mereka. Keteladanan dari orang tua dan guru menjadi sangat penting bagi pendidikan moral pada anak.

Karena sejatinya, suatu hal yang dipelajari melalui praktik akan lebih bermakna daripada hanya secara lisan. Karena akhlak seorang anak akan menjadi pola kebiasaan

18 Syaikh Mahmud Al-Mishri, Ensiklopedia Akhlak Rasulullah, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2019), hlm. 19.

19 Samsul Munir Amin, Ilmu Akhlak, (Jakarta: Amzah, 2019), hlm. 28.

(28)

12

kehidupan sehari-hari, maka didikan yang berulang-ulang akan lebih membantu.

2) Ta‟lim (Pengajaran)

Dengan diajarkan perilaku keteladanan, maka akan membentuk pribadi yang baik pada anak. Dalam mengajar dan mendidik anak tersebut, jangan menggunakan emosi dan kekerasan. Sebab dengan cara tersebut, anak akan tumbuh dengan rasa takut dan tertekan sehingga dapat membangun moral pada anak tersebut atas dasar tekanan.

Selain itu, apabila seorang anak tersebut merasa takut kepada orang tua dan gurunya, maka ia hanya akan berperilaku baik ketika di depan orang tua dan gurunya saja.

3) Ta‟wid (Pembiasaan)

Dengan membentuk perilaku yang baik kepada anak akan menjadi suatu kebiasaan baginya. Oleh karena itu, pembiasaan memberi contoh yang baik kepada seorang anak akan cepat menumbuhkan perilaku dan pribadi yang baik pada anak.

4) Targhib atau Reward (Pemberian Hadiah)

Ada banyak cara untuk membuat seorang anak semangat dalam pendidikan akhlaknya. Salah satunya adalah dengan memberi hadiah. Hal ini bisa berupa motivasi bagi mereka sehingga proses dalam pembentukan akhlak itu lebih positif.

Pada dasarnya, seseorang memerlukan sebuah motivasi atau dorongan ketika ingin melakukan sesuatu. Walaupun memberi sebuah reward atau hadiah akan menjadikan niat mereka sedikit menyimpang, tetapi dengan berjalannya waktu sampai mereka menuju dewasa kebiasaan itu akan mengantarkannya pada kesadaran bahwa berakhlak mulia untuk mendapatkan ridha Allah SWT.,

(29)

13

5) Tarhib atau Punishment (Pemberian Ancaman atau Hukuman)

Dalam proses mendidik akhlak seorang anak, kadang kala diperlukan ancaman agar anak tidak bersikap seenaknya. Ketika anak tersebut bersikap seenaknya saja, jika diberi sedikit teguran maka anak akan enggan untuk mengulanginya kembali.

Karena jika penanaman nilai-nilai akhlak mulia telah menjadi suatu kebiasaan, maka kebiasaan tersebut akan menjadi sesuatu yang ringan.

2. Shalat

a. Pengertian

Shalat menurut bahasa berarti doa. Sedangkan, menurut istilah syara‟ ialah sekumpulan ucapan dan perbuatan yang diawali dengan takbir dan diakhiri dengan salam.20 Dengan shalat tersebut seorang hamba dapat terhubung dengan penciptanya. Shalat juga merupakan manifestasi penghambaan dan kebutuhan seseorang kepada Allah SWT., Shalat juga disebut sebagai media permohonan dan pertolongan dalam kesulitan manusia, seperti yang dijelaskan dalam Surat Al- Baqarah ayat 153, “Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu.”

b. Efek Shalat dalam Membina Akhlak Seorang Muslim

Allah SWT., menjadikan shalat sebagai media untuk membina kaum muslim. Allah SWT., telah memberikan segala macam ciptaan-Nya kepada manusia serta memuliakan mereka dengan akal dan pikiran. Dalam Surat Al-Ankabut ayat 45 yang mengatakan, “Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar.” Hal ini merupakan

20 Abdul Aziz M. Azzam dan Abdul Wahhab Sayyed Hawwas, Fiqh Ibadah, alih bahasa Kamran dan Ahsan Taqwim, Cet. 4 (Jakarta: Amzah, 2015), hlm. 145.

(30)

14

kerja hati.21 Jika tubuh, akal, dan hati baik maka seseorang tersebut akan melakukan kebaikan, mendapat petunjuk, dan dijauhi dari perbuatan-perbuatan buruk.

Sebagai bentuk penempaan karakter seorang muslim, Allah SWT., mengingatkannya dalam setiap shalatnya tentang status kehambaan dirinya sebanyak sepuluh kali saat membaca Surat Al-Fatihah kemudian Allah SWT., menjawab permohonannya.

Dengan itu, barangsiapa yang mencapai derajat dan posisi tersebut, maka ia dicintai Allah SWT., dilindungi-Nya, diberi rahmat kasih-Nya, dan keberkahan-Nya.

Cara agar akhlak itu terbentuk melalui shalat ialah dengan melaksanakan shalat tersebut dengan sempurna sesuai dengan rukun dan syarat-syaratnya. Di mulai dari niat, wudhu‟, memperhatikan waktu shalat, dan merenungi apa yang diucapkan dan dilakukan saat shalat (khusyu‟).22

c. Metode Pengajaran Shalat pada Anak

Dalam mengajarkan anak-anak untuk shalat, tidak ada batasan dalam menggunakan metode ataupun cara. Hal yang paling pentingnya ialah bagaimana pengajaran tersebut sampai kepada anak-anak, dapat terlaksana dengan baik, sehingga tujuan pengajaran shalat itu dapat dipahami oleh anak-anak.

Berikut metode-metode yang sederhana dan mudah untuk diterapkan dalam pengajaran shalat kepada anak, sebagai berikut:

21 Abdul Aziz M. Azzam dan Abdul Wahhab Sayyed Hawwas, Fiqh Ibadah, alih bahasa Kamran dan Ahsan Taqwim, Cet. 4 (Jakarta: Amzah, 2015), hlm. 148.

22 Ibid, hlm. 145.

(31)

15

1) Keteladanan

Sifat dari anak itu ialah suka meniru apapun yang dilihatnya.23 Dengan itu, sifat anak tersebut dapat dijadikan sebagai sarana dalam mengajarkan shalat kepada anak.

Kemudian, dioptimalkan dengan memberi teladan kepada anak. Mengajarkan anak tersebut shalat dengan mencontohkannya. Dapat juga dengan mengajak anak tersebut untuk shalat ke masjid.

Dengan memberi contoh dan praktiknya setiap hari, anak akan mudah untuk menangkap dan mengingatnya.

Seiring waktu, anak-anak akan menyadari bahwa shalat adalah suatu kebutuhan.

2) Pembiasaan

Selain keteladanan, ada pembiasaan. Metode ini cukup penting untuk melatih anak tersebut untuk shalat. Di mulai dari orang tua yang akan dicontohkan kepada anak, dengan membiasakan mereka melihat orang tuanya shalat lima waktu, maka begitu pula pada mereka. Ketika anak- anak itu sudah terbiasa dalam melakukan shalat, kemudian mereka meninggalkan kebiasaan itu, maka anak-anak tersebut akan merasakan sesuatu yang kurang dalam kegiatan yang biasanya mereka lakukan. Dengan begitu, shalat akan menjadi kebiasaan yang anak-anak lakukan secara terus-menerus.24

3) Nasihat

Metode ini dapat diterapkan kepada anak-anak.

Nasihat ini bisa diberikan dengan menggunakan kisah-kisah Nabi SAW., cerita-cerita, atau bisa juga dengan bentuk

23 Risdianto Hermawan, “Pengajaran Sholat Pada Anak Usia Dini Perspektif Hadis Nabi Muhammad SAW”, Insania, Vol. 23 No. 2, Juli-Desember 2018, hlm. 288.

24Ibid, hlm. 289.

(32)

16

nasihat langsung.25 Nasihat juga dapat disampaikan kepada anak melalui perumpamaan karena Rasulullah SAW., sering memberi manusia nasihat dengan bentuk perumpamaan.26 4) Perhatian dan Pemantauan

Metode perhatian dan pemantauan merupakan salah satu yang paling penting diberikan kepada anak-anak.

Kepada orang tua maupun guru perlu memantau setiap aktivitas atau kegiatan anak dalam bentuk memberi perhatian tersebut. Dengan begitu, orang tua dapat sekaligus memantau kegiatan shalat anak-anak. Dalam bentuk perhatian, anak-anak dapat diberi sebuah pujian dan penghargaan sehingga anak-anak tersebut merasa diperhatikan dan dihargai atas usaha belajarnya.27

5) Hukuman

Apabila metode teladan dan nasihat tidak mampu membuat anak untuk melaksanakan shalat, maka diperlukan sikap tegas dari orang tua atau guru kepada anak-anak. Bentuk dari sikap tegas ini ialah memberi hukuman.28 Hukuman ini termasuk salah satu cara yang efektif diberikan kepada anak-anak apabila anak tersebut sangat susah untuk diajarkan. Namun, metode dengan memberi hukuman ini hanya boleh dilakukan sesekali.

Ditakutkan bila hukuman ini diberikan terus-menerus kepada anak, maka anak tersebut akan melaksanakan shalat dengan perasaan terpaksa dan tertekan.

25 Risdianto Hermawan, “Pengajaran Sholat Pada Anak Usia Dini Perspektif Hadis Nabi Muhammad SAW”, Insania, Vol. 23 No. 2, Juli-Desember 2018, hlm. 289.

26 Jihan Avie Yusrina, “Studi Analisis Hadis Nabi tentang Perintah Shalat pada Anak Sejak Usia Tujuh Tahun dalam Perspektif Pendidikan Islam”, Skripsi, Semarang:

Institut Agama Islam Negeri Walisongo, 2014, hlm. 18.

27 Risdianto Hermawan, “Pengajaran Sholat Pada Anak Usia Dini Perspektif Hadis Nabi Muhammad SAW”, Insania, Vol. 23 No. 2, Juli-Desember 2018, hlm. 289.

28 Ibid, hlm. 290.

(33)

17

3. Living Hadis a. Pengertian

Kajian living hadis merupakan satu kajian yang masih sangat terbuka terhadap bentuk penelitian dalam bidang hadis.29 Living hadis ialah sunnah Nabi yang secara bebas ditafsirkan oleh para ulama, penguasa, dan hakim sesuai dengan keadaan yang mereka hadapi atau disebut juga sebagai “sunnah yang hidup”.30

b. Pendekatan Kajian Living Hadis

Ada beberapa pendekatan dalam kajian living hadis, sebagai berikut:31

1) Fenomenologi

Fenomenologi merupakan salah satu disiplin dalam tradisi filsafat.32 Studi fenomenologi ialah studi tentang makna. Pemaknaan umum dari sejumlah individu terhadap berbagai pengalaman hidup mereka mengenai sebuah konsep atau fenomena.

Salah satu contoh dari penggunaan fenomenologi dalam living hadis adalah tulisan Alfatih Suryadilaga,

“Mafhuum al-salawaat „inda majmuu‟at Joged Shalawat Mataram: Diraasah fi al-hadiith al-hayy”.33 Tulisan ini mencoba menelaah makna tradisi joged spiritual yang berasal dari Kesultanan Mataram.

29 Saifuddin Zuhri dan Subkhani, Living Hadis Praktik, Resepsi, Teks, dan Transmisi, (Yogyakarta: Q-Media, 2018), hlm. 24.

30 M. Khoiril Anwar, “Living Hadis”, Farabi, Vol. 12 No. 1, Juni 2015, hlm. 72.

31 Saifuddin Zuhri dan Subkhani, Living Hadis Praktik, Resepsi, Teks, dan Transmisi, (Yogyakarta: Q-Media, 2018), hlm. 16.

32 Ibid, hlm. 16.

33 Saifuddin Zuhri dan Subkhani, Living Hadis Praktik, Resepsi, Teks, dan Transmisi, (Yogyakarta: Q-Media, 2018), hlm. 17.

(34)

18

2) Riset Naratif

Riset naratif ialah satu tipe desain kualitatif yang spesifik yang narasinya dipahami sebagai teks yang dituturkan atau dituliskan dengan menceritakan tentang rangkaian peristiwa yang terhubung secara kronologis.34 3) Etnografi

Metode etnografi ialah sebuah desain kualitatif di mana sang peneliti mendeskripsikan dan menafsirkan pola- pola yang sama dari nilai-nilai, perilaku, keyakinan, dan bahasa dari sebuah kelompok berkebudayaan sama.35

4) Sosiologi Pengetahuan

Jika living Qur‟an dan living hadis dipahami sebagai proses perwujudan al-Qur‟an dan hadis dalam kehidupan nyata, baik secara sadar maupun tidak sadar, maka menurut teori kronstruksi sosial Berger dan Luckmann mengandaikan suatu proses dialektika antara individu dan realitas masyarakat bisa menjadi pijakan untuk melihat bagaimana seorang individu membentuk dan dibentuk oleh al-Qur‟an dan hadis sebagai fenomena sehari-hari.

5) Sejarah Sosial

Masalah-masalah yang berhubungan dengan perubahan sosial, perubahan tata nilai, agama, dan tradisi kebudayaan yang juga ikut berpengaruh terhadap timbulnya masalah sosial.36

34 Saifuddin Zuhri dan Subkhani, Living Hadis Praktik, Resepsi, Teks, dan Transmisi, (Yogyakarta: Q-Media, 2018), hlm. 17..

35 Ibid, hlm. 20.

36 Saifuddin Zuhri dan Subkhani, Living Hadis Praktik, Resepsi, Teks, dan Transmisi, (Yogyakarta: Q-Media, 2018), hlm. 23.

(35)

19

B. Penelitian yang Relevan

Berkaitan dengan penelitian yaitu “Implementasi Hadis dalam Mendidik Anak tentang Shalat dan Akhlak Makan di MDTA Khairul Bariyyah Kelurahan Tangkerang Labuai, Kecamatan Bukit Raya, Kota Pekanbaru (Studi Living Hadis)”, yang mana ada peneliti jumpai beberapa buku-buku dan karya ilmiah yang relevan atau serupa, di antaranya:

1. Jurnal dari Muhsin yang berjudul “Kajian Kritik Sanad dan Matan Hadis tentang Perintah Shalat Terhadap Anak”, diterbitkan oleh Musawa, Vol. 10 No. 2, Desember 2018. Jurnal ini khusus untuk membahas tentang kritik dan sanad terhadap hadis perintah shalat terhadap anak yaitu hadis riwayat Abu Daud. Lalu, pada jurnal ini juga terdapat pembahasan mengenai hubungan perintah shalat dengan psikologi anak.37 Sisi perbedaan dengan skripsi ini adalah peneliti meneliti bagaimana implementasi hadis tentang perintah shalat di MDTA Khairul Bariyyah dan meneliti bagaimana cara guru-guru di sana mengimplementasikan hadis tersebut kepada santri-santrinya.

2. Skripsi oleh Haryanto Atmojo dengan judul “Analisis Hadits tentang Perintah Shalat pada Anak dalam Sunan Abu Daud” dari IAIN Palangka Raya pada Tahun 2018. Dalam skripsi ini melingkupi hadis-hadis mengenai perintah shalat pada anak yang mana hadis- hadis tersebut dihubungkan dengan teori-teori pendidikan.38 Sisi perbedan dengan skripsi peneliti adalah terdapat satu hadis Abu Daud yang sama dengan skripsi sebelumnya, tetapi pada skripsi peneliti terdapat takhrij dan syarah dari hadis tersebut. Kemudian, dengan hadis tersebut akan dilihat bagaimana implementasinya kepada santri-santri di MDTA Khairul Bariyyah Pekanbaru.

37 Muhsin, “Kajian Kritik Sanad dan Matan Hadis tentang Perintah Shalat Terhadap Anak”, Musawa, Vol. 10 No. 2, Desember 2018.

38 Haryanto Atmojo, “Analisis Hadits tentang Perintah Shalat pada Anak dalam Sunan Abu Daud”, Skripsi, Palangka Raya: IAIN Palangka Raya, 2018.

(36)

20

3. Skripsi dari Jihan Avie Yusrina yang berjudul “Studi Analisis Hadis Nabi tentang Perintah Shalat pada Anak sejak Usia Tujuh Tahun dalam Perspektif Pendidikan Islam” dari Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang pada Tahun 2014. Dalam skripsi ini fokus kepada analisis sebuah hadis tentang perintah shalat pada anak dan metode pendidikan shalatnya dalam perspektif pendidikan Islam.39 Sedangkan, pada skripsi peneliti tidak jauh berbeda, hanya saja lebih fokus pada bagaimana implementasinya di sebuah sekolah.

4. Jurnal dari Risdianto Hermawan dengan judul “Pengajaran Sholat pada Anak Usia Dini Perspektif Hadis Nabi Muhammad SAW”

diterbitkan oleh Insania, Vol. 23 No. 2, Juli-Desember 2018, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Persamaan antara jurnal ini dengan skripsi peneliti ialah sama-sama menggunakan hadis riwayat Abu Daud mengenai perintah shalat kepada anak-anak. Pada jurnal ini terdapat pembahasan tentang pengajaran shalat berdasarkan tingkat perkembangan anak. Selain itu, jurnal ini juga memuat metode pengajaran shalat pada anak usia dini.40 Perbedaan antara jurnal ini dengan skripsi peneliti adalah dengan hadis riwayat Abu Daud mengenai perintah shalat untuk anak-anak itu akan diteliti bagaimana implementasinya di sebuah sekolah yaitu MDTA Khairul Bariyyah Pekanbaru. Tentu saja peneliti menggunakan penelitian lapangan dan mengumpulkan data guna menjawab rumusan masalah pada skripsi ini.

5. Jurnal oleh Naning Yuliani dan Ida Zahiroh yang berjudul “Tindakan Memukul dalam Mendidik Anak (Studi Analisa Kitab Tarbiyatul Aulad Fil Islam tentang Hadits Riwayat Imam Abu Dawud Nomor 494)” yang diterbitkan oleh At-Thufuly: Jurnal Pendidikan Anak

39 Jihan Avie Yusrina, “Studi Analisis Hadis Nabi tentang Perintah Shalat pada Anak sejak Usia Tujuh Tahun dalam Perspektif Pendidikan Islam”, Skripsi, Semarang: Institut Agama Islam Negeri Walisongo, 2014.

40 Risdianto Hermawan, “Pengajaran Sholat pada Anak Usia Dini Perspektif Hadis Nabi Muhammad SAW”, Insania, Vol. 23 No. 2, Juli-Desember 2018, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta.

(37)

21

Usia Dini, Vol. 1 No. 1, November 2020, STAI Al-Azhar Menganti Gresik. Untuk jurnal ini dan skripsi peneliti menggunakan hadis yang sama yaitu hadis riwayat Abu Daud tentang perintah shalat pada anak-anak. Perbedaan antara keduanya terletak pada studi analisisnya. Pada jurnal ini, menggunakan studi analisis sebuah kitab mengenai tindakan memukul dalam mendidik anak sesuai isi dari hadis tersebut.41 Sedangkan pada skripsi peneliti, menggunakan living hadis atau penelitian yang melibatkan sebuah tempat untuk diteliti, makna hadis mengenai „pukullah‟ itulah yang diteliti di sebuah sekolah dan meninjau bagaimana cara guru-guru di sekolah tersebut mengimplementasikan hadisnya.

6. Skripsi oleh Siti Imritiyah dengan judul “Kajian Hadis-Hadis Adab Makan dan Minum; Perspektif Ilmu Kesehatan” dari Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2016. Skripsi ini mengkaji hadis-hadis tentang adab makan dan minum kemudian ditinjau dari ilmu kesehatan.42 Sedangkan, pada skripsi peneliti, hadis mengenai adab makan dan minum tersebut diteliti kehujjahannya serta implementasinya karena skripsi ini menggunakan pendekatan living hadis.

C. Konsep Operasional

Konsep adalah sebuah istilah dan definisi yang diutarakan guna menjelaskan secara abstrak suatu kejadian, keadaan, kelompok, atau individu yang menjadi objek, sebagaimana pendapat yang dikutip dari Singarimbung dan Efendi.43 Begitu pula pendapat Kant yang dikutip dari

41 Naming Yuliani dan Ida Zahiroh, “Tindakan Memukul dalam Mendidik Anak (Studi Analisa KItab Tarbiyatul Aulad Fil Islam tentang Hadits Riwayat Imam Abu Dawud Nomor 494), At-Thufuly: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, Vol. 1 No. 1, November 2020, STAI Al- Azhar Menganti Gresuk.

42 Siti Imritiyah, “Kajian Hadis-Hadis Adab Makan dan Minum; Perspektif Ilmu Kesehatan”, Skripsi, Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, 2016.

43 Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi. Metode Penelitian Survei. (Jakarta: LP3ES, 2017), hlm. 33.

(38)

22

Harifudin Cawidu bahwa, konsep merupakan gambaran umum atau abstrak tentang sesuatu sehingga mudah dipahami dan dimengerti.44

Penelitian ini berjudul: Implementasi Hadis dalam Mendidik Anak tentang Shalat dan Akhlak Makan di MDTA Khairul Bariyyah Kelurahan Tangkerang Labuai Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru (Studi Living Hadis), dengan rumusan masalah: (1) Bagaimana Profil MDTA Khairul Bariyyah Pekanbaru, (2) Bagaimana pemahaman guru-guru terkait hadis dalam mendidik anak tentang shalat dan akhlak makan di MDTA Khairul Bariyyah Pekanbaru, (3) Bagaimana langkah-langkah para guru MDTA Khairul Bariyyah mengimplementasikan hadis dalam mendidik anak tentang shalat dan akhlak makan kepada para santrinya.

Dari variabel yang ada, secara operasional dapat dirumuskan, sebagai berikut:

1. MDTA Khairul Bariyyah Pekanbaru sebagai tempat guru-guru mendidik santri-santri tentang shalat dan akhlak makan dengan indikator, sebagai berikut:

a. Sejarah Berdirinya MDTA Khairul Bariyyah Pekanbaru b. Struktur Organisasi MDTA Khairul Bariyyah Pekanbaru c. Visi dan Misi MDTA Khairul Bariyyah Pekanbaru d. Program Kerja MDTA Khairul Bariyyah Pekanbaru

e. Peraturan-Peraturan Guru di MDTA Khairul Bariyyah Pekanbaru

f. Tugas Guru sebagai Pengajar di MDTA Khairul Bariyyah Pekanbaru

g. Peraturan Santri MDTA Khairul Bariyyah Pekanbaru h. Sarana dan Prasarana MDTA Khairul Bariyyah Pekanbaru 2. Pemahaman guru-guru terkait hadis dalam mendidik anak tentang

shalat dan akhlak makan di MDTA Khairul Bariyyah Pekanbaru dengan indikator, sebagai berikut:

44 Cawidu, Harifudin. Konsep Kufr dalam Al-Qur'an: Suatu Kajian Teologis dengan Pendekatan Tematik. (Jakarta: Bulan Bintang, 20211), hlm. 13.

(39)

23

a. Pemahaman guru-guru MDTA Khairul Bariyyah terkait hadis riwayat Abu Daud no. 495 tentang perintah shalat pada anak.

b. Pemahaman guru-guru MDTA Khairul Bariyyah terkait hadis riwayat Shahih Bukhari no. 5376 tentang akhlak makan.

3. Langkah-langkah para guru MDTA Khairul Bariyyah mengimplementasikan hadis dalam mendidik anak tentang shalat dan akhlak makan kepada para santrinya dengan indikator, sebagai berikut:

a. Langkah-langkah para guru dalam mendidik anak shalat pada umur 7-9 tahun.

b. Langkah-langkah para guru dalam mendidik anak shalat pada umur 10-10 tahun ke atas.

c. Langkah-langkah para guru dalam mendidik anak tentang adab makan dan minum.

(40)

24 BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan bentuk data kuantitatif. Dalam menggunakan penelitian kualitatif, peneliti akan mengumpulkan data berupa cerita yang rinci dari para informan dan diungkapkan secara apa adanya. Penelitian kualitatif ini mengutamakan penggunaan wawancara dan observasi.

Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (filed research) yang merupakan penelitian yang dilakukan di lapangan. Lokasi penelitian berada di Madrasah Diniyah Takmiliyah Awaliyah (MDTA) Khairul Bariyyah kelurahan Tangkerang Labuai kecamatan Bukit Raya kota Pekanbaru. Dengan ini, peneliti akan langsung terjun ke MDTA Khairul Bariyyah Pekanbaru guna untuk mendapatkan hasil penelitian secara akurat menggunakan teknik pengumpulan data yang tepat.

Penelitian tentang “Implementasi Hadis dalam Mendidik Anak tentang Shalat dan Akhlak Makan di MDTA Khairul Bariyyah Kelurahan Tangkerang Labuai Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru (Studi Living Hadis)” ini merupakan jenis penelitian yang bersifat deskriptif kualitatif, yaitu penelitian yang menghasilkan data-data deskriptif yang berbentuk kalimat yang ditulis oleh informan yang sudah diwawancari dan perilaku orang-orang yang diamati secara ilmiah untuk dapat dimaknai atau ditafsirkan.45

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian ialah tempat di mana penelitian tersebut dilakukan.46 Lokasi penelitian ini berada di Madrasah Diniyah Takmiliyah Awaliyah (MDTA) Khairul Bariyyah. Sekolah ini terletak di

45 Adnan Mahdi, dkk. Panduan Penelitian Praktis Untuk Menyusun Skripsi, Tesis, dan Disertasi, (Bandung: ALFABETA, 2014), hlm. 123.

46 Ibid.

(41)

25

Jalan Cemara, Kelurahan Tangkerang Labuai, Kecamatan Bukit Raya, Kota Pekanbaru, Riau.

Sekolah tersebut terletak di belakang Masjid Khairul Bariyyah Pekanbaru. Lokasi sekolah ini bisa dikatakan sangat strategis karena dikelilingi oleh rumah penduduk sekitar dan ramai oleh anak-anak.

Untuk waktu penelitian, peneliti diberi waktu selama 6 bulan.

Terhitung dari tanggal 18 Februari-18 Agustus 2022.

C. Informan Penelitian

No. Nama Jabatan

1. Syamsul Rizal, M. Pd. I Kepala MDTA Khairul Bariyyah

2. Rosida, S. Ag Wali Kelas II MDTA Khairul

Bariyyah

3. Misyati, S. E., Sy Wali Kelas I MDTA Khairul Bariyyah

4. Sipenbellah, S. E., Sy Wali Kelas III MDTA Khairul Bariyyah

5. Syifa Nur Aisyah Santri Kelas IV MDTA Khairul Bariyyah

6. Clara As-Syifa Irawan Santri Kelas IV MDTA Khairul Bariyyah

7. Della Meyzani Santri Kelas IV MDTA Khairul

Bariyyah

8. Nazwa az-Zikra Zain Santri Kelas IV MDTA Khairul Bariyyah

9. Vevila Naysa Ramadhani Santri Kelas III MDTAA Khairul Bariyyah

10 Pratib Affatil Afiiza Kusuma Santri Kelas III MDTA Khairul Bariyyah

11. Puan Husna Adena Santri Kelas III MDTA Khairul Barriyah

12. Antya Laili Nazwa Santri Kelas III MDTA Khairul Barriyah

(42)

26

D. Sumber Data Penelitian

Sumber data merupakan subjek dari mana asal data penelitian itu di dapatkan. Apabila peneliti menggunakan angket sebagai pengumpulan data, maka sumber data disebut responden atau orang yang merespon dan menjawab pertanyaan.47 Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah, sebagai berikut:

1. Sumber Data Primer

Sumber data primer adalah data yang diperoleh langsung di lapangan oleh peneliti atau yang bersangkutan yang membutuhkannya.48 Pada penelitian ini, yang menjadi sumber data primer ialah seluruh kepala madrasah, guru-guru, dan santri-santri di MDTA Khairul Bariyyah Pekanbaru.

2. Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder merupakan data yang sudah tersedia dan dikumpulkan oleh pihak lain. Sumber data sekunder ini ialah sumber data yang diperoleh dari sumber-sumber yang telah ada.49 Data sekunder ini peneliti dapatkan dari buku-buku, jurnal, dan bahan bacaan lainnya yang bersangkutan dengan tema penelitian.

Kemudian, data sekunder ini juga dapat diperoleh dari dokumen- dokumen, foto-foto, dokumentasi kegiatan dan lain sebagainya.

E. Teknik Pengumpulan Data

Seluruh data yang dibutuhkan dalam penelitian ini dapat diperoleh dengan penelitian lapangan (filed research). Dengan itu, peneliti terjun langsung ke lapangan guna mencari data-data yang valid dan berkaitan dengan pokok masalah yang hendak diteliti. Adapun teknik pengumpulan data yang peneliti gunakan adalah, sebagai berikut:

47 Sujarweni, Metode Penelitian, hlm. 4.

48 Iqbal Hasan, Analisis Data Penelitian dengan Statistik, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), hlm. 19.

49 Ibid.

(43)

27

1. Observasi

Observasi merupakan teknik pengumpulan data di mana peneliti melakukan pengamatan secara langsung ke lokasi penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan apa saja yang dilakukan di sana. Metode observasi ini merupakan salah satu teknik yang paling banyak digunakan dalam sebuah penelitian, baik itu penelitian kuantitatif maupun penelitian kualitatif. Dalam hal ini, peneliti menggunakan metode observasi ini untuk melakukan pengamatan terhadap aktivitas-aktivitas yang ada di tempat penelitian sehingga dapat memperkaya hasil data penelitian.

Pada metode observasi ini, peneliti menggunakan observasi partisipatif (participant observation) yang dilakukan oleh peneliti dengan terjun langsung dalam kegiatan penelitian.

2. Wawancara

Metode wawancara ialah metode yang digunakan untuk memperoleh suatu informasi secara langsung dan mendalam kepada responden yang mana responden tersebut mengungkapkan perasaan, motivasi, sikap dan keyakinannya terhadap topik yang diperbincangkan.50

Metode wawancara ini digunakan untuk mendapatkan keterangan secara langsung dengan bentuk sebuah percakapan dan beberapa pertanyaan yang akan diajukan oleh peneliti kepada responden.

Wawancara ini akan melibatkan guru-guru di Madrasah Diniyah Takmiliyah Awaliyah (MDTA) Khairul Bariyyah Pekanbaru yang meliputi bagaimana para guru-guru tersebut mengimplementasikan hadis-hadis akhlak kepada santri-santrinya. Setelah itu, peneliti juga mewawancarai beberapa santri di MDTA Khairul Bariyyah dari kelas III dan kelas IV untuk memperkuat data yang diperoleh dari guru-guru.

50 Istijanto, Riset Sumber Daya Manusia: Cara Praktis Mendeteksi Dimensi-dimensi Kerja Karyawan, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2005), hlm. 38.

Referensi

Dokumen terkait

Fakultas Syariah dan Hukum merupakan satu dari delapan fakultas yang ada di Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau yang pada awalnya yaitu IAIN Sultan Syarif

Dari hasil pembahasan di atas, pemikiran, ide, dan gagasan yang mendasari pembentukan Pasal 33 UUD 1945, antara lain: pertama, adanya

Pengaruh Jingle dan Tagline Iklan Teh Botol Sosro Terhadap Brand Aawareness Pada Mahasiswa Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau. Universitas Islam Negeri

dengan judul yang penulis angkat yaitu tentang keadilan Tuhan perspektif Mu‟tazilah dan Asy‟ariyah, adapun hasil-hasil penelitian yang dijadikan perbandingan

1) Identifikasi donator adalah ketika organisasi menentukan siapa dan bagaimana profil dari potensial donator yang akan digalangnya. Berdasarkan jenis sumber

Fitrah yang tersimpan dalam jiwa manusia dijadikan sebagai pegangan dalam mengarungi kehidupan. Fungsi fitrah tentu saja untuk menalar dan merasa. Menalar ayat Allah

Pembuatan buku panduan ini seleras dengan program Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau untuk membuat Jurnal Online Mahasiswa

Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah 1615 4 Widya Febri Anggreini 11810820682 Univ.. Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau Pendidikan Guru