• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI Desember 2017 Hubungan Kualitas Tidur dengan Migren pada Mahasiswa Angkatan 2014 Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "SKRIPSI Desember 2017 Hubungan Kualitas Tidur dengan Migren pada Mahasiswa Angkatan 2014 Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin"

Copied!
68
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI Desember 2017 Hubungan Kualitas Tidur dengan Migren pada Mahasiswa

Angkatan 2014 Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin

Diusulkan Oleh :

Anildhah Wahab C 111 14 359

Pembimbing:

Dr. dr. Audry Devisanty Wuysang, M. Si. Sp. S.

DISUSUN SEBAGAI SALAH SATU SYARAT

UNTUK MENYELESAIKAN STUDI PADA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN

2017

(2)

ii

Hubungan Kualitas Tidur dengan Migren pada Mahasiswa Angkatan 2014 Fakultas Kedokteran Universitas

Hasanuddin

Diajukan Kepada Universitas Hasanuddin Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Kedokteran

ANILDHAH WAHAB C111 14 359

Pembimbing :

Dr. dr. Audry Devisanty Wuysang, M. Si. Sp. S.

UNIVERSITAS HASANUDDIN FAKULTAS KEDOKTERAN

MAKASSAR

2017

(3)

iii

(4)

iv

(5)

v

(6)

vi

LEMBAR PERNYATAAN ANTI PLAGIARISME

Dengan ini saya menyatakan bahwa seluruh skripsi ini adalah hasil karya saya. Apabila ada kutipan atau pemakaian dari hasil karya orang lain baik berupa tulisan, data, gambar atau ilustrasi baik yang telah dipublikasi atau belum dipublikasi, telah direferensi sesuai dengan ketentuan akademis.

Saya menyadari plagiarisme adalah kejahatan akademik, dan melakukannya akan menyebabkan sanksi yang berat berupa pembatalan skripsi dan sanksi akademik yang lain.

Makassar, 27 Desember 2017

Anildhah Wahab

KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan rahmat dan anugerah-Nya kepada kita semua dengan segala keterbatasan yang

(7)

vii

penulis miliki, akhirnya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dalam rangka penyelesaian studi di semester akhir dalam mengikuti jenjang preklinik Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin. Shalawat serta salam senantiasa tercurah atas junjungan Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat serta para pengikutnya yang senantiasa istiqamah di jalan Islam.

Dengan rahmat dan petunjuk Yang Maha Kuasa, kemudian disertai usaha, doa, serta arahan dan bimbingan dokter pembimbing, maka skripsi yang berjudul

“Hubungan Kualitas Tidur dengan Migren pada mahasiswa angkatan 2014 Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin” dapat terselesaikan.

Dalam penyusunan dan penulisan skripsi ini, penulis menemui hambatan–

hambatan, tetapi atas izin Allah kemudian bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, hambatan tersebut dapat teratasi.

Dengan tulus ikhlas dan rendah hati penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada Allah SWT kemudian orangtua tercinta Ayahanda Abd Wahab S,Sos M,Si dan Ibunda Hj. Hamsinah Wahab S,Sos atas doa, ketulusan, dan kasih sayangnya selama ini, serta kepada saudaraku tersayang M. Taufiq Wahab atas perhatian, motivasi dan bantuan selama ini.

Ucapan terima kasih penulis haturkan pula kepada :

1. Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin, para Pembantu Dekan, staf Pengajar, dan tata usaha yang telah memberikan bantuan dan bimbingan kepada penulis.

(8)

viii

selaku dosen pembimbing yang telah memberikan berbagai bimbingan dan pengarahan dalam pembuatan dan membantu kami dapat menyelesaikan skripsi ini tepat waktu.

3. Dr. dr. Andi Kurnia Bintang Sp.S (K), MARS selaku penguji dalam skripsi ini yang telah meluangkan waktunya untuk turut memberikan perbaikan ataupun saran dalam penulisan skripsi ini.

4. dr. Ashari Bahar, M.kes, Sp.S, FINS selaku penguji dalam skripsi ini yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan saran yang membangun kepada penulis.

5. Staf pengajar dan karyawan Departemen Ilmu bagian saraf Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Pimpinan, staf pengajar, dan seluruh karyawan Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.

6. Sahabat–sahabatku Astri, Indah, Feni, Cindy, Mardha, Arwidya, Suci, Farnida, Dini, Amni, Anisah, Eka yang telah berjuang bersama, saling menyemangati dan mendoakan.

7. Rekan-rekan seperjuangan Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Angkatan 2014 (Neutrof14vine) atas kebersamaan, bantuan, dan motivasi selama ini.

8. Alfiandy Kamal, Nurhardiyanti, Rahmi yang telah membantu dalam perhitungan sampel serta memberikan dukungan dalam penyelesaian skripsi ini.

9. Teman-teman sepembimbing Ayub Ade Yususf, Hilman Hafiz yang telah berjuang bersama dalam penyelesaian skripsi ini.

(9)

ix

10. Seluruh pihak yang tidak sempat disebutkan satu per satu yang telah membantu penulis selama penyusunan skripsi ini.

Akhirnya, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan.

Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dari semua pihak demi penyempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bisa berkontribusi dalam perbaikan upaya kesehatan dan bermanfaat bagi semua pihak.

Makassar, Desember 2017

Penulis

(10)

x ABSTRAK

Migren merupakan penyakit dengan sakit kepala berulang yang mempunyai karakteristik berupa nyeri kepala unilateral, bisa ringan sampai berat serta dapat mengganggu aktivitas fisik. Perubahan pola tidur seperti kuang tidur, bekerja berlebihan, serta sering tidur larut malam merupakan salah satu penyebab terjadinya migren. Migren dan perubahan pola tidur merupakan salah satu penyebab terjadinya migren. Migren dan kualitas tidur merupakan masalah yang sering dijumpai pada mahasiswa. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara kualitas tidur dengan migren pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universtas Hasanuddin.

Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan rancangan cross sectional. Penelitian dilakukan pada bulan Oktober 2017 di Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin. Data penelitian dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner. Analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah uji Chis-Square.

Distribusi data berdasarkan usia mayoritas berusia 21 tahun berjumlah 55 orang (54,5%). Distribusi data berdasarkan jenis kelamin, mayoritas responden adalah perempuan berjumlah 74 orang (74%). Hasil penelitian didapatkan sampel yang mengalami migren dengan kualitas tidur buruk berjumlah 35 orang (42,7%), dan sampel yang tidak mengalami migren dengan kualitas tidur baik berjumlah 15 orang (83%), Disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara kualitas tidur dengn migren (nilai p = 0,039) pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.

Kata Kunci : Kuslitas tidur, migren

(11)

xi ABSTRACT

Migraine is a disease with recurrent headaches that have characteristics of unilateral headaches, can be mild to severe and may interfere with physical activity. Changes in sleep patterns such as sleeping, overwork, and frequent sleep late at night is one cause of migraine. Migraine and sleep patterns change is one of the causes of migraine. Migraine and sleep quality is a common problem for students. The purpose of this study was to determine the relationship between sleep quality with migraine on the students of Faculty of Medicine Universtas Hasanuddin. This was an observational analytic study with cross sectional design.

The study was conducted in October 2017 at the Faculty of Medicine, Hasanuddin University. The data were collected using questionnaire. The analysis used in this research is Chis-Square test. Distribution of data by age of majority aged 21 years amounted to 55 people (54.5%). Distribution of data by sex, the majority of respondents are women amounted to 74 people (74%). The result of the research showed that there were migraine with poor sleep quality was 35 people (42,7%), and non migraine sample with good sleep quality was 15 people (83%). It was concluded that there was a relationship between sleep quality and migraine p = 0,039) to Hasanuddin University Faculty of Medicine students.

Keywords: Sleep quality, migraine

(12)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSETUJUAN CETAK ... v

LEMBAR PERNYATAAN ANTI PLAGIARISME ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

ABSTRAK ... x

DAFTAR ISI ... ... Error! Bookmark not defined.ii DAFTAR TABEL ... ... Error! Bookmark not defined. DAFTAR SINGKATAN ... ... Error! Bookmark not defined.i BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang ... 1

1.2 Rumusan masalah ... 2

1.3 Tujuan penelitian ... 3

1.4 Manfaat Penelitian ... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Tidur ... 5

2.1.1 Pengertian Tidur ... 5

2.1.2 Kualitas Tidur ... 5

2.1.3 Fisiologi Tidur ... 7

2.1.4 Kebutuhan Tidur pada Masa Remaja ... 8

2.1.5 Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Kualitas dan Kuantitas Tidur ... 9

2.2 Migren ... 11

2.2.1 Epidiemologi ... 11

2.2.2 Definisi dan Klasifikasi Migren ... 11

2.2.3 Patofisiologi Migren ... 13

(13)

xiii

2.2.4 Hubungan Kualitas Tidur dengan Migren ... 15

2.2.5 Faktor Pemicu Migren…..……… ... 17

BAB 3 KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS 3.1 Kerangka Teori……… ... 18

3.2 Kerangka Konsep ... 19

3.3 Definisi Operasional... 19

3.4 Hipotesisi Penelitian ... 20

BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Jenis Penelitian ... 21

4.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 21

4.2.1 Tempat Penelitian ... 21

4.2.2 Waktu Penelitian ... 21

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian ... 21

4.3.1 Populasi Penelitian ... 21

4.3.2 Sampel Penelitian ... 21

4.3.3 Cara Pengambilan Sampel ... 21

4.4 Variabel Penelitian ... 22

4.4.1 Variabel Terikat ... 22

4.4.2 Variabel Bebas ... 22

4.5 Kreteria Inklusi dan Eksklusi ... 22

4.5.1 Kreteria Inklusi... 22

4.5.2 Kreteria Eksklusi ... 23

4.6 Jenis Data dan Instrumen Penelitian ... 23

4.6.1 Jenis Data ... 23

4.6.2 Instrumen Penelitian ... 23

4.7 Manajemen Peneletian ... 23

4.7.1 Pengumpulan data……… 23

4.7.2 Penyajian Data ... 25

4.8 Etika Peneletian……… ... 25

(14)

xiv

BAB 5 HASIL PENELITIAN ... 26

BAB 6 PEMBAHASAN ... 28

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan ... 32

7.2 Saran ... 32

DAFTAR PUSTAKA ... 33

LAMPIRAN ... 37

(15)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 5.1: Distribusi kualitas tidur mahasiswa ... 26

Tabel 5.2: Distribusi Migren pada mahasiswa ... 27

Tabel 5.3 : Membandingkan kualitas tidur mahasiswa dengan terjadinya

migren pada mahasiswa ... 27

(16)

xvi

DAFTAR SINGKATAN NKP = Nyeri Kepala Primer

NKK = Nyeri Kepala Kronik EEG = Elektroensefalogram REM = Rapid Eye Movement NREM = Non Rapid Eye Movement RAS = Reticular Activating System BSR = Bulbar Synchronizing Regional SWS = Slow Wave Sleep

IHS = International Headache Society PSQI = Pittsburgh Sleep Quality Index CSD = cortical spreading depression GABA = Gamma-aminobutirat acid

(17)

1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Tidur merupakan kebutuhan dasar setiap orang. Pada kondisi istirahat dan tidur, tubuh melakukan proses pemulihan untuk mengembalikan stamina tubuh hingga berada dalam kondisi yang optimal (Trilaksono Pranoto, 2010).

Perubahan pola tidur umumnya disebabkan oleh tuntutan aktivitas sehari-hari yang berakibat pada berkurangnya kebutuhan untuk tidur, sehingga sering mengantuk yang berlebihan di siang harinya (Anurugo Dito, 2012).

Kebutuhan tidur yang cukup tidak hanya ditentukan oleh faktor jam tidur (kuantitas tidur), tetapi juga oleh kedalaman tidur (kualitas tidur). Kualitas tidur meliputi aspek kuantitatif dan kualitatif tidur, seperti lamanya tidur, waktu yang diperlukan untuk bisa tertidur, frekuensi terbangun dan aspek subjektif seperti kedalaman dan kepulasan tidur. Kualitas tidur dikatakan baik jika tidak menunjukkan tanda-tanda kekurangan tidur dan tidak mengalami masalah dalam tidur, kualitas tidur yang buruk merupakan faktor resiko terjadinya masalah fisik dan psikologis. Masalah fisik yang dapat ditimbulkan antara lain kelelahan, nyeri kepala primer, dan penurunan sistem imun (Redline dkk, 2007).

Penelitian di Italia, seperti yang dikutip oleh Linawaty dkk (2013) seseorang dengan migren diketahui memiliki kualitas tidur yang lebih buruk dibandingkan yang tidak menderita migren. Migren diperkirakan prevalensinya di dunia mencapai 10%; wanita lebih banyak dari pada pria. Beberapa studi

(18)

menunjukkan bahwa prevalensi seumur hidup (lifetime prevalence) pada wanita sebesar 25%, sedangkan pada pria hanya sebesar 8%. Usia penderita migren terbanyak sekitar 21-55 tahun. Beberapa faktor predisposisi migren adalah riwayat keluarga (genetik), usia (sering pada pubertas), menstruasi, terlambat makan, rangsangan berlebihan (sorotan cahaya, bau yang menyengat), perubahan cuaca, terlalu banyak atau kurang tidur dan stress (Waty, Lina, 2010). Kualitas tidur yang buruk dapat menyebabkan terjadinya serangan migren karena kualitas tidur yang buruk dapat mengubah proses modulasi nyeri sehingga nyeri lebih peka terhadap nyeri yang menjadi mekanisme penyebab terjadinya migren.

Melihat fakta dari uraian diatas, maka peneliti tertarik dan merasa perlu dilakukannya penelitian terhadap mahasiswa yang mengalami migren akibat kualitas tidur buruk, khususnya mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin angkatan 2014.

1.2. Rumusan Masalah

Dari uraian diatas diperoleh rumusan masalah yaitu:

Apakah terdapat hubungan antara kualitas tidur dengan migren pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin ?

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui adanya hubungan antara kualitas tidur dengan migren pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.

(19)

3

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui jumlah mahasiswa angkatan 2014 Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin kualitas tidur baik.

2. Mengetahui jumlah mahasiswa angkatan 2014 Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin kualitas tidur buruk.

3. Mengetahui jumlah penderita migren di antara mahasiswa yang mengalami kualitas tidur baik pada mahasiswa angkatan 2014 Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.

4. Mengetahui jumlah penderita migren di antara mahasiswa yang mengalami kualitas tidur buruk pada mahasiswa angkatan 2014 Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.

5. Membandingkan kualitas tidur mahasiswa dengan terjadinya migren pada mahasiswa angkatan 2014 Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Menerapkan ilmu yang mempelajari selama proses pembelajaran di perguruan tinggi serta meningkatan pengetahuan tentang topik yang akan diteliti.

2. Dengan diketahuinya hasil penelitian ini, diharapkan dapat sebagai tambahan informasi mengenai migren, sehingga dapat memberi informasi kesehatan yang sesuai dengan keluhan yang dirasakan pasien dan bagaimanakah cara mereka untuk menanggulanginya.

(20)

3. Sebagai acuan bagi penelitian lain yang tertarik untuk melakukan penelitian mengenai hubungan kualitas tidur dengan migren.

(21)

5 BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Tidur

2.1.1 Pengertian Tidur

Tidur adalah suatu keadaan berulang, teratur, mudah reversibel yang ditandai dengan keadaan relatif tidak bergerak dan tingginya peningkatan ambang respon terhadap stimulus eksternal dibandingkan dengan keadaan terjaga (Sadock, 2010). Waktu tidurnya kurang dari 3 jam dalam 24 jam dapat menyebabkan seseorang mudah marah dan cakupan perhatiannya berkurang. Kurang tidur dalam waktu lama menyebabkan kesulitan berkonsentrasi, kemunduran performa umum, mudah terpengaruh dan bisa terjadi halusinasi (Puri K, 2011).

2.1.2 Kualitas Tidur

Kualitas tidur adalah kepuasan seseorang terhadap tidur, sehingga seseorang tersebut tidak memperlihatkan perasaan lelah, lesu dan apatis, kehitaman di sekitar mata, kelopak mata bengkak, konjungtiva merah, mata perih, perhatian terpecah-pecah, sakit kepala dan sering menguap atau mengantuk (Hidayat, 2006). Kualitas tidur, menurut American Psychiatric Association (2000), dalam Wavy (2008), didefinisikan sebagai suatu fenomena kompleks yang melibatkan beberapa dimensi. Kualitas tidur meliputi aspek kuantitatif dan kualitatif tidur, seperti lamanya tidur, waktu yang diperlukan untuk bisa tertidur, frekuensi terbangun dan aspek

(22)

subjektif seperti kedalaman dan kepulasan tidur (Daniel et al, 1998;

Buysse, Universitas Sumatera Utara 1998).

Persepsi mengenai kualitas tidur itu sangat bervariasi dan individual yang dapat dipengaruhi oleh waktu yang digunakan untuk tidur pada malam hari atau efesiensi tidur. Beberapa penelitian melaporkan bahwa efisiensi tidur pada usia dewasa muda adalah 80-90% (Dament et al, 1985;

Hayashi & Endo, 1982 dikutip dari Carpenito, 1998). Kualitas tidur ditentukan oleh bagaimana seseorang mempersiapkan pola tidurnya pada malam hari seperti kedalaman tidur, kemampuan tinggal tidur, dan kemudahan untuk tertidur tanpa bantuan medis. Kualitas tidur yang baik dapat memberikan perasaan tenang di pagi hari, perasaan energik, dan tidak mengeluh gangguan tidur. Dengan kata lain, memiliki kualitas tidur baik sangat penting dan vital untuk hidup sehat semua orang Lai (2001) dalam Wavy (2008).

Kualitas tidur seseorang dapat dianalisa melalui pemeriksaan laboratorium yaitu EEG yang merupakan rekaman arus listrik dari otak.

Perekaman listrik dari permukaan otak atau permukaan luar kepala dapat menunjukkan adanya aktivitas listrik yang terus menerus timbul dalam otak. Ini sangat dipengaruhi oleh derajat eksitasi otak sebagai akibat dari keadaan tidur, keadaan siaga atau karena penyakit lain yang diderita. Tipe gelombang EEG diklasifikasikan sebagai gelombang alfa, betha, tetha dan delta (Guyyton & Hall, 2007).

(23)

7

Selain itu, kualitas tidur seseorang dikatakan baik apabila tidak menunjukkan tanda-tanda kekurangan tidur dan tidak mengalami masalah dalam tidurnya. Tanda-tanda kekurangan tidur dapat dibagi menjadi tanda fisik dan tanda psikologis. Di bawah ini akan dijelaskan apa saja tanda fisik dan psikologis yang dialami (Hidayat, 2006).

2.1.3 Fisiologi Tidur

Fisiologi tidur dibedakan menjadi dua tipe: tidur rapid eye movement (REM) dan non-REM (NREM). Kedua tipe ini ditentukan oleh perbedaan dalam pola electroencephalogram (EEG), gerakan mata, dan tonus otot (CDC, 2008). Reticular Activating System (RAS) dapat memberikan stimulasi dari korteks serebri termasuk rangsangan emosi dan proses pikir. Dalam keadaan sadar, neuron dalam RAS akan melepaskan katekolamin seperti norepineprin dan pada saat tidur disebabkan adanya pelepasan serum serotonin dari sel khusus yang berada di pons dan batang otak tengah yaitu Bulbar Synchronizing Regional (BSR). Sistem pada batang otak yang mengatur siklus dalam tidur yaitu RAS dan BSR. Tidur REM (Rapid Eye Movement) dimulai dengan meningkatnya asetilkolin, yang mengaktifkan korteks serebrum sementara bagian otak lain tidak aktif, kemudian tidur REM (Rapid Eye Movement) diakhiri dengan meningkatnya serotonin dan norpinefrin serta meningkatkan aktivasi otak depan hingga mencapai keadaaan bangun (King LA, 2010).

(24)

2.1.4 Kebutuhan Tidur pada Usia Remaja

Setiap individu berdasarkan kelompok usia memiliki durasi tidur yang berbeda-beda. Pola tidur dewasa relatif lebih stabil sepanjang masa dewasa muda hingga dewasa menengah. Siklus tidur dewasa muda dan menengah terdiri dari tahap 3 mencapai 38%, tahap 4 mencapai 10-15%

serta tahap 2 yang mendominasi sekitar 45-55% dari total tidur. Secara keseluruhan tahapan tidur dewasa muda dan menengah terdiri dari 75-80%

tidur NREM dan 20-25% tidur REM (Library of Congress Cataloging-in- Publication Data, 2012).

National Sleep Foundation mengajurkan pada usia dewasa muda untuk tidur dengan waktu 7-9 jam setiap malam dan mencapai tahapan tidur yang optimal sehingga merasakan segar saat bangun di pagi hari dan tubuh melakukan aktivitas sesuai fungsinya. Kebutuhan tidur yang cukup tidak ditentukan dari jumlah jam tidur (kuantitas tidur) tetapi juga kedalaman tidur (kualitas tidur). Seseorang dapat tidur dengan waktu singkat dengan kedalaman tidur yang cukup sehingga pada saat bangun tidur terasa segar kembali dan pola tidur demikian tidak akan menganggu kesehatan akan tetapi jika kurang tidur sering terjadi dan berlangsung terus menerus dapat menganggu kesehatan fisik maupun psikis. Kualitas tidur seseorang dikatakan baik apabila tidak menunjukkan tanda-tanda kekurangan tidur dan tidak mengalami masalah dalam tidurnya (Pitaloka RD, 2016).

(25)

9

2.1.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kualitas dan Kuantitas Tidur a. Penyakit

Penyakit dapat menyebabkan nyeri atau distress fisik yang dapat menyebabkan gangguan tidur. Individu yang sakit membutuhkan waktu tidur yang banyak daripada biasanya. Di samping itu siklus bangun- tidur selama sakit dapat mengalami gangguan.

b. Lingkungan

Lingkungan dapat membantu sekaligus menghambat proses tidur.

Tidak adanya stimulus tertentu atau adanya stimulus yang asing dapat menghambat upaya tidur.

c. Kelelahan

Kondisi tubuh yang lelah dapat mempengaruhi pola tidur seseorang.

Semakin lelah seseorang, semakin pendek siklus REM yang dilaluinya.

Setelah beristirahat biasanya siklus REM akan kembali memanjang.

d. Gaya hidup

Individu yang bergantu jam kerja harus mengatur aktivitasnya agar bisa tidur dalam waktu yang tepat.

e. Stress emosional

Anxietas (kegelisahan) dan depresi sering kali mengganggu tidur seseorang. Kondisi anxietas dapat meningkatkan kadar norepinephrin darah melalui stimulus saraf simpatis. Kondisi ini menyebabkan berkurangnya siklus REM tahap IV dan tidur REM serta seringnya terjaga saat tidur.

(26)

f. Stimulan dan alkohol

Kafein yang terkandung dalam beberapa minuman dapat merangsang sistem saraf pusat sehingga dapat mengganggu pola tidur.

Sedangkan konsumsi alkohol yang berlebihan dapat mengganggu siklus tidur REM.

g. Medikasi

Obat-obatan tertentu dapat mempengaruhi kualitas tidur seseorrang.

Betabloker dapat menyebabkan insomnia dan mimpi buruk, sedangkan narkotik, diketahui dapat menekan tidur REM dan menyababkan seringnya terjaga di malam hari.

h. Motivasi

Keinginan untuk tetap terjaga terkadang dapat menutupi perasaan lelah seseorang. Sebaliknya perasaan bosan atau tidak adanya motivasi untuk terjaga sering kali dapat menyebabkan kantuk.

i. Nutrisi

Terpenuhinya kebutuhan nutrisi yang cukup dapat mempercepat proses tidur. Protein yang tinggi dapat mempercepat terjadinya proses tidur, karena adanya tryptophan yang merupakan asam amino dari protein yang dicerna. Demikian sebaliknya, kebutuhan gizi yang kurang dapat juga mempengaruhi proses tidur, bahkan terkadang sulit untuk tidur (Hidayat, 2006).

(27)

11

2.2 Migren

2.2.1 Epidemiologi

Migren terjadi hampir pada 30 juta penduduk Amerika Serikat dan 75% diantaranya adalah wanita. Migren dapat terjadi pada semua usia tetapi biasanya muncul pada usia 10 – 40 tahun dan angka kejadiannya menurun setelah usia 50 tahun. Migren tanpa aura lebih sering dibandingkan migren yang disertai aura dengan persentasi 9 : 1 (Agustin, D. 2012).

Prevalensi sakit kepala di USA menunjukkan 1 dari 6 orang (16,54%) atau 45 juta orang menderita sakit kepala kronik dan 20 juta dari 45 juta tersebut merupakan wanita. 75% dari jumlah di atas adalah tipe tension headache yang berdampak pada menurunnya konsentrasi belajar dan bekerja sebanyak 62,7%. Onset migren terjadi pada usia dibawah 30 tahun pada 80% kasus dan menurun seiring bertambahnya usia. Risiko terjadinya migren semakin besar pada orang yang memiliki riwayat keluarga penderita migren. Sekitar 75% sampai 80% pengidap migren memiliki anggota keluarga dekat yang mengidap nyeri kepala (Adnyana, O.

2012).

2.2.2 Definisi dan Klasifikasi Migren

Migren sendiri berasal dari bahasa Yunani yaitu hemicranias (hemi:

setengah, cranium: tengkorak kepala) adalah nyeri kepala yang umumnya unilateral yang berlangsung selama 4 - 72 jam, sekitar 2/3 penderita migren

(28)

predileksinya unilateral, dengan sifat nyeri yang berdenyut, dan lokasi nyeri umumnya di daerah frontotemporal dan diperberat dengan aktivitas fisik. Prevalensi migren lebih sering pada perempuan dibanding laki-laki, diperkirakan dua sampai tiga kali lebih sering pada perempuan (Price, 2003).

Secara garis besar migren diklasifikasikan menjadi dua oleh International Headache Society (IHS) 1998, yaitu migren tanpa aura atau common migren dan migren dengan aura atau classic migren. Yang paling sering terjadi adalah migren tanpa aura yaitu sekitar 80% dari semua pengidap migren.

1. Migren dengan aura atau classic migren diawali dengan adanya deficit neurologi fokal atau gangguan fungsi saraf/aura, terutama visual dan sensorik bebauan seperti melihat garis bergelombang, cahaya terang, bintik gelap, diikuti nyeri kepala unilateral, mual dan kadang muntah kejadian ini umumnya berurutan dan manifestasi nyeri biasanya tidak lebih dari 60 menit.

2. Migren tanpa aura atau common migren yaitu nyeri pada salah satu bagian sisi kepala dengan disertai mual, fotofobi dan fonofobi, intensitas nyeri sedang sampai berat, nyeri diperparah saat aktivitas dan berlangsung selama 4 sampai 72 jam.

(29)

13

2.2.3 Patofisiologi migren

Vasodilatasi arteri yang berkombinasi dengan inflamsi neurogenik, dalam sirkulasi ekstrakranial, secara khusus melibatkan cabang frontal dari arteri temporalis superfisial, sehingga menimbulkan rasa sakit berdenyut khas di bagian frontal. Aktivasi system saraf simpatik dan ascending reticular aurosal system (ARAS), gejala yang muncul adalah otonom dan sensorik, masing-masing merupakan sebab sekunder terhadap rasa sakit dari sakit kepala (Goadsby, 2011).

Hipereksitabilitas kortikal dan pengeluaran kation dan neuro- transmitter dengan aktivasi sekunder dari jalur trigeminal dan menyebabkan pengeluaran neuropeptide vasoaktif dan substansi proinflamasi. Ini menyebabkan dilatasi pembuluh darah meningen dan inflamasi neurogenik di ujung saraf nyeri primer di kepala yang berada pada arteri, leptomeningen, dan sinus nasalis. Neuronal spreading korteks yang lambat pada pola sequential atau depresi menyebar seiring dengan adanya penurunan cerebral blood flow. Gejala yang muncul aura sensori, motorik atau terkadang jalur cortical yang lebih tinggi termasuk bahasa.

Lamanya kebutuhan tidur adalah sangat bervariasi antara setiap orang dan sangat sulit untuk menilai berapa lama tidur yang dibutuhkan seseorang untuk dapat berfungsi optimal. Pada suatu penelitian membuktikan bahwa tidur kurang dari 6 jam dapat menyebabkan defisit kognitif, juga

(30)

dilaporkan remaja yang gangguan tidur mengalami gangguan emosi, akademik, dan defisit penampilan sosial (Lance JW, 1993).

Tahapan bangun dan tidur dikarakteristikkan oleh pengukuran fisiologik yang dinilai dengan polisomnografi. Tidur terdiri dari fase rapid eye movement (REM) dan non rapid eye movement (NREM), fase NREM dibagi menjadi empat tingkat dimana tingkat 1 dan 2 merupakan tidur NREM ringan sedangkan 3 dan 4 merupakan tidur NREM yang dalam, disebut juga delta atau slow wave sleep (SWS). Siklus tidur yang normal dimulai dari tingkat 1 diikuti tingkat 2 kemudian SWS dan kembali dengan cepat ketingkat 2 dan kemudian tidur REM dimulai. Pola tidur berubah sejalan dengan pertumbuhan usia. Bayi baru lahir mengalami tidur REM yang lebih panjang dibandingkan dengan anak-anak dan dewasa. Bayi cukup bulan akan menghabiskan sekitar 50% total waktu tidurnya pada tidur REM. Pada usia 10 tahun, total tidur REM akan menyerupai proporsi pada orang dewasa yaitu 20 sampai 25% waktu tidur. Gangguan tidur berupa berkurangnya kualitas maupun kuantitas tidur yang menyebabkan terjadinya migren (Jones, 2012).

Umumnya dipicu oleh perubahan neurotransmitter, kadar serotonin mempengaruhi tidur REM dan migren, dimana serotonin bekerja mengatur tidur REM. Selama serangan migren terjadi pemecahan produk serotonin.

Normalnya, ketika seseorang tidur, akan melalui 4 fase tidur dimana fase 1 dan 2 fase awal tidur, fase 3 dan 4 adalah fase tidur nyenyak. Jika

(31)

15

seseorang sampai pada fase tidur nyenyak, tubuh akan memproduksi zat serotonin dan dopamine yang berfungsi memberikan perasaan segar saat bangun tidur. Serotonin dan dopamine bisa berkurang akibat kualitas tidur yang buruk. Pada fase 1 dan 2 terdapat fase tambahan yaitu fase REM , jika kita terbangun ketika berada di fase REM (fase dimana bola mata tampak bergerak-gerak meskipun kelopak mata tertutup), maka kita akan mengalami migren saat terbangun dari tidur (Jones, 2012).

2.2.4 Hubungan kualitas tidur dengan Migren

Penelitian yang dilakukan oleh Andrew dan Peter tentang sirkadian menemukan bahwa orang dengan jam sirkadian yang lebih pendek dapat tidur lebih awal dan bangun dipagi hari juga lebih awal karena mereka mendapat istirahat yang cukup di malam hari. Sedangkan mereka dengan jam sirkadian yang lebih panjang, ritme internal membuat mereka tidur lebih lambat di malam hari. Mereka juga kesulitan bangun di pagi hari karena mereka tidak mendapatkan waktu yang cukup untuk istirahat dimalam hari. Adrew dan Peter menyimpulkan bahwa panjang sirkadian bervariasi pada setiap individu. Jam sirkadian cenderung lebih lama di masa remaja dan lebih menurun di usia tua (Andrew H and Peter JG, 2013).

Irama sirkadian adalah jam biologis tubuh yang mengatur fisiologis tubuh selama siklus 24 jam. Jam inilah yang mengatur pada malam hari menghasilkan melatonin dari kelenjar pineal. Irama sikardian ini nantinya

(32)

akan terkoneksi ke hipotalamus sebagai pusat control tubuh (Andrew H and Peter JG, 2013).

Gen hPer2 berperan dalam membantu hipotalamus mengatur pola terjaga tubuh. Andrew dan Peter menemukan bahwa pada keluarga yang memiliki fase tidur lanjut yang berat (ASP) dengan jam sirkadian yang drastis pendek, terjadi perubahan pada gen CKIdelta mereka. Gen CKIdelta adalah enzim yang berguna dalam dalam regulasi gen hPer2 di hipotalamus. Hubungan klinis antara migren dan tidur didukung oleh penuturan penderita migren. Hasil penelitian tersebut menjelaskan bahwa gangguan dari rutinitas tidur normal sehari-hari, antara lain begadang, bangun lebih awal dari biasanya, perubahan pola waktu dalam kinerja bahkan berlebihan adalah pemicu dari sakit kepala (Andrew H and Peter JG, 2013).

Ada tiga kemungkinan hubungan antara keduanya yaitu gangguan tidur menyebabkan nyeri kepalan nyeri kepala menyebabkan gangguan tidur, serta faktor intrinsik yang menjadi pencetus keduanya. Nyeri kepala (migren) belum diamati sebagai penyebab langsung gangguan tidur mayor kecuali depresi pada nyeri kepala dan penggunaan analgetik berlebihan Kadar serotonin mempengaruhi tidur REM dan migren, karena serotonin bekerja dalam mengatur tidur REM dan migren, karena serotonin bekerja dalam mengatur tidur REM. Selama serangan migren, terjadi pemecahan

(33)

17

produk serotonin 5-hydroxyindoleacetic (5-HIAA), sehingga juga akan terjadi gangguan tidur (Fathul LA, 2013).

2.2.5 Faktor pemicu

1. Perubahan hormone estrogen

Perubahan hormon estrogen yang banyak terdapat pada wanita dapat memicu migren. Khususnya pada saat jumlah estogen sedang tidak stabil, misalnya pada saat sebelum dan selama masa haid, selama masa kehamilan, penggunaan alat kontrasepsi atau jika sedang menjalani terapi hormon.

2. Stimulasi indera tubuh

Cahaya yang terlalu terang, suara yang terlalu keras, atau bau tertentu yang sangat menyengat seperti bau parfum dan asap rokok dapat menjadi pemicu.

3. Makanan dan minuman

Kandungan yang terdapat pada makanan dan minuman dapat menjadi pemicu. Minuman beralkohol seperti bir dan wine atau kandungan kafein yang terdapat pada kopi sebaiknya dihindari.

Mengkonsumsi coklat, keju, makanan yang banyak mengandung MSG atau pengawet juga merupakan pemicu migren.

(34)

18 BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1 Kerangka Teori

Berdasarkan teori yang telah dikemukakan di atas, maka dapat disusun kerangka teori penelitian sebagai berikut :

Keterangan :

= Menyebabkan

Kualitas Tidur

Migren kelelahan

Gaya hidup

Lingkungan

Minum alkohol Stres Penyakit

Makanan dan minuman

Stimulasi indra tubuh (parfum, asap rokok ) Perubahan

hormon estrogen

Disfungsi nukleus serotogernik dan

adregenik pada nucleus rafe, LC Disfungsi

hipotalamus (disfungsi SCN) dan

badan pineal

Penurunan plasma melatonin

Penurunan serotonin, noradrenalin

(35)

19

3.2 Kerangka Konsep

Keterangan :

Variabel terikat Variabel bebas Variabel antara

3.3 Definisi Operasional

1. Migren: Nyeri kepala sebelah yang biasa dialami oleh seseorang sekitar 4-72 jam, diperparah oleh aktivitas fisik, dan disertai dengan gejala-gejala otonom seperti muntah, mual, fotofobia, dan fonofobia di ukur menggunakan kriteria diagnosis IHS (International Headache Society)

2. Kualitas tidur: Kepuasan seseorang terhadap tidur sehingga pada saat bangun orang tersebut tidak merasa lelah, segar, tidak sakit kepala, dan lesu. Kualitas tidur dapat di nilai dengan kuesioner PSQI (Pittsburgh Sleep Quality Index)

Kualitas Tidur buruk

↓ serotonin ↓noradrenalin

↓ plasma melatonin

Migren

(36)

Kriteria Objektif

1. PSQI: Kuesioner yang digunakan menilai kualitas tidur seseorang yang terdiri dari 19 pertanyaan dan dikelompokkan dalam 7 komponen kemudian dijumlahkan jika jumlahnya 1-4 maka dikategorikan kualitas tidur baik, jika jumlahnya 5-21 maka dikategorikan kualitas tidur buruk.

2. Kriteria diagnosis migren menurut IHS (International Headache Society:

Pertanyaan nomor 1 (ya), Pertanyaan nomor 2 (ya), Pertanyaan nomor 3 sekurang-kurangnya 2 dari karakter tersebut, Pertanyaan nomor 4 sekurang- kurangnya ada 1 keluhan lain dikategorikan migren.

3.4 Hipotesis Penelitian

Adanya hubungan antara kualitas tidur dengan migren pada mahasiswa angkatan 2014 Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.

(37)

21 BAB 4

METODE PENELITIAN 4.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan rancangan potong lintang. Pengambilan subjek berdasarkan probability sampling yaitu simple random sampling.

4.2 Tempat dan Waktu Penelitian 4.2.1 Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin, Makassar, Sulawesi Selatan.

4.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan September sampai November 2017.

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1 Populasi Penelitian

Populasi penelitin adalah Mahasiswa angkatan 2014 Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.

4.3.2 Sampel Penelitian

Sampel dalam penelitian ini adalah mahasiswa angkatan 2014 Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin diambil dari populasi yang memenuhi kriteria penelitian dan secara tertulis telah menyatakan bersedia ikut serta dalam penelitian dan telah menandatangani lembar persetujuan atau informed consent.

(38)

4.3.3 Cara pengambilan sampel

Penghitungan besar sampel pada penelitian ini memakai rumus besar sampel untuk penelitian analitik korelatif sebagai berikut (Dahlan, 2009):

N = Zα² P Q= (1,96)² X 0,45 X (1-0,45) d² 0,1²

Keterangan :

Zα = Kesalahan tipe I ditetapkan 5 % = 1,96

d = Tingkat ketepatan absolut yang dikehendaki ditetapkan sebesar 10%

Q = 1-P

P = Proporsi gangguan tidur pada remaja dengan NKP yaitu 65,7%

(Gilman dkk, 2007)

Berdasarkan penghitungan dengan menggunakan rumus di atas ditetapkan jumlah sampel minimal sebesar 96 orang.

4.4 Variabel Penelitian 4.4.1 Variabel terikat

Migren 4.4.2 Variabel bebas

Kualitas tidur 4.5 Kriteria Inklusi dan Ekslusi

4.5.1 Kriteria Inklusi

Subjek yang memenuhi kriteria dari penelitian ini yaitu mahasiswa Fakultas Kedokteran Unhas angkatan 2014.

(39)

23

4.5.2 Faktor Eksklusi

1. Riwayat trauma kepala ringan hingga berat dalam 3 bulan sebelumnya.

2. Telah didiagnosis menderita tumor otak.

4.6 Jenis Data dan Instrumen Penelitian 4.6.1 Jenis Data

Jenis data dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh melalui kuesioner penelitian.

4.6.2 Instrumen Penelitian

Alat pengumpul data dan istrumen penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan kuesioner.

4.7 Manajemen Penelitian 4.7.1 Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan pada peneliti ini yaitu data primer. Data primer pada penelitian ini adalah data yang diperoleh langsung dari sumber data, yaitu dengan pengisian kuesioner oleh responden yang dilakukan secara langsung oleh peneliti terhadap sampel penelitian. Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengukur kualitas tidur subjek penelitian adalah PSQI dan untuk mendiagnosis migren diberikan kreteria diagnosis migren menurut IHS. Instrumen ini merupakan suatu kuesioner yang mengukur kualitas tidur yang telah banyak digunakan pada penelitian- penelitian yang menilai kualitas tidur di luar maupun dalam negeri.

(40)

Kuesioner PSQI terdiri dari 7 kelompok dengan total 19 buah pertanyaan tentang kebiasaan-kebiasaan tidur seseorang dalam 58 sebulan terakhir. Untuk menilai efisiensi tidur pada komponen nomor 4 berdasarkan hasil penjumlahan dan pembagian nilai yang diperoleh dari skor item pertanyaan nomor 1, 3, 4. Penghitungannya adalah dengan menjumlahkan lamanya waktu tidur (dalam jam) dibagi waktu lamanya di atas tempat tidur kemudian dikalikan 100%. Jika hasilnya >85% diberi skor 0, 75-84%

diberi skor 1, 65-74% diberi skor 2, dan <65% diberi skor 3. Total skor kuesioner PSQI diperoleh dengan menjumlahkan skor 1-7 dengan rentang 0-21. Skor tinggi menunjukkan kualitas tidur yang buruk (Buysse,1989).

Pertanyaan-pertanyaan tersebut dikelompokkan ke dalam 7 sub bagian yaitu :

1. Kualitas tidur subjektif 2. Latensi tidur

3. Durasi tidur

4. Efisiensi kebiasaan tidur 5. Gangguan tidur

6. Penggunaan obat-obat tidur 7. Gangguan fungsi harian

Berdasarkan respon terhadap pertanyaan tersebut, masing-masing sub bagian akan dikalkulasi dalam skala Likert 0 sampai 3. Angka 0 menunjukkan tidak adanya kebiasaan tersebut, sedangkan angka 3 menunjukkan presentasi yang tinggi dari kebiasaan tersebut. Semua sub

(41)

25

bagian dijumlahkan untuk mendapatkan nilai total dengan rentang nilai 0 - 21. Instrumen ini telah mengalami uji reliabilitas, dengan koefisien korelasi interclass (r)=0,87. Uji validitas PSQI yang dilakukan pada 59 penelitian kualitas tidur di Indonesia pada 30 orang responden mendapatkan hasil nilai Cronbach alpha 0,766 (Buysse dkk, 1989; Backhaus dkk, 2002, Agustin, 2012).

4.7.2 Penyajian Data

Seluruh data yang diperoleh dari penelitian yang telah dikumpulkan kemudian diolah dengan menggunakan sistem pengolahan data lalu dilakukan analisis. Hasil akan disajikan dalam bentuk tabel, diagram, dan narasi sesuai pustaka yang ada.

4.8 Etika Penelitian

Hal-hal yang terkait dengan etika dalam penelitian ini adalah:

1. Menyertakan surat pengantar yang ditujukan kepada pihak terkait sebagai permohonan izin untuk melakukan penelitian.

2. Menjaga kerahasiaan identitas pasien sehingga diharapkan tidak ada pihak yang merasa dirugikan atas penelitian yang dilakukan.

3. Diharapkan penelitian ini dapat memberi manfaat kepada semua pihak yang terkait sesuai dengan manfaat penelitian yang telah disebutkan sebelumnya.

(42)

26 BAB 5

HASIL PENELITIAN

Data diperoleh dari hasil pengumpulan data berupa data primer (pengisian kuesioner) terhadap mahasiswa angkatan 2014 Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin. Pengumpulan data dilakukan dalam waktu 1 bulan dengan jumlah responden yang diperoleh sebesar 100 orang yang memenuhi kriteria inklusi. Data yang diperoleh diolah menggunakan Microsoft Excel dan SPSS. Penyajian data peneliti ini meliputi hasil analisis univariat dn bivariat. Hasil analisis univariat adalah deskripsi kualitas tidur, deskripsi migren. Hasil analisis bivariat adalah data dianalisis menggunakan metode Chi-square, yaitu metode statistic yang digunakan untuk melihat kemaknaan dan hubungan antara masing-masing veriabel (karakteristik individu dan hubungan kualitas tidur dengan migren terhadap mahasiswa angkatan 2014 Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin).

Tabel 5.1: Distribusi kualitas tidur mahasiswa angkatan 2014 Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin (n = 100)

Kualits Tidur Jumlah Persentase

Baik 18 18%

Buruk 82 82%

Total 100 100%

Sumber : Data primer

Berdasarkan dari tabel 5.1 bahwa dari 100 responden, kualitas tidur baik 18 orang (18%), sedangkan kulitas tidur buruk 82 orang (82%).

(43)

27

Tabel 5.2: Distribusi Migren pada mahasiswa angkatan 2014 Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin

Migren Jumlah Persentase

Tidak 62 62%

Ya 38 38%

Total 100 100%

Sumber : Data primer

Berdasarkan hasil dari tabel 5.2 bahwa dari 100 responden, penderita migren didapatkan 38 orang (38%) sedangkan tidak mengalami migren 62 orang (62%).

Tabel 5.3 : Membandingkan kualitas tidur mahasiswa dengan terjadinya migren pada mahasiswa angkatan 2014 Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin

Kualitas Tidur Migren Total P

Value

Ya Tidak

N % N % N %

Baik 3 16,7% 15 83,3% 18 100% 0,039

Buruk 35 42,7% 47 57,3% 82 100%

Total 38 38,0% 62 62,0% 100 100%

Sumber : Data primer

Berdasarkan tabel 5.3 bahwa dari 100 responden dapat dijelaskan bahwa persentase responden yang mengalami migren lebih tinggi pada kualitas tidur yang buruk 35 orang (42,7%) dibandingkan dengan responden kualitas tidurnya baik 3 orang (16,7%). Hasil analisis bivariat dengan uji Chi-square diperoleh nilai p Value=

0,039, dimana p < 0,005 sehingga dapat dinyatakan ada hubungan yang bermakna antara kualitas tidur dengan migren pada responden.

(44)

28 BAB 6

PEMBAHASAN 6.1 Kualitas Tidur

Kebutuhan tidur yang cukup tidak ditentukan dari jumlah jam tidur (kuantitas tidur) tetapi juga kedalaman tidur (kualitas tidur). Kualitas tidur adalah kepuasan seseorang terhadap tidur, sehingga seseorang tersebut tidak memperlihatkan perasaan lelah, lesu dan apatis, kehitaman di sekitar mata, kelopak mata bengkak, konjungtiva merah, mata perih, perhatian terpecah-pecah, sakit kepala dan sering menguap atau mengantuk (Hidayat, 2006) dan beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas tidur menurut Hidayat (2006) seperti: penyakit, lingkungan, kelelahan, gaya hidup, stress emosional, motivasi, dan nutrisi yang banyak dialami oleh mahasiswa. Berdasarkan tabel 5.1 dari 100 responden menunjukkan bahwa sebagian besar kualitas tidur responden adalah buruk sebanyak 82 orang (82%). Masalah tidur pada mahasiswa sangat sering terjadi dan dilaporkan memiliki prevalensi yang bervariasi mulai 5%

sampai dengan 43% (Reigstad dkk, 2009). Guo dkk. (2014) mempublikasikan hasil penelitian tentang gangguan tidur pada mahasiswa di China yang memperoleh angka prevalensi 39,6%. Penelitian lain yang serupa mendukung penelitian tersebut dengan prevalensi 66%-90%. National Sleep Foundation mengajurkan pada usia dewasa muda untuk tidur dengan waktu 7-9 jam setiap malam dan mencapai tahapan tidur yang optimal sehingga merasakan segar saat bangun di pagi hari dan tubuh melakukan aktivitas sesuai fungsinya.

(45)

29

6.2 Kejadian migren

Migren dapat digambarkan sebagai sakit kepala episodik, berlangsung selama 4-72 jam, disertai rasa mual dan muntah. Beberapa serangan migren diawali oleh suatu pancaran cahaya atau aura (migren klasik), gejala pada penglihatan. Ada keadaan yang sama sekali terbatas dari gejala-gejalanya sebelum serangan lagi. Sakit kepala yang dialami sehari hari bukanlah migren. Seseorang yang mengalami migren jarang sekali memeriksakan dirinya pada pelayanan kesehatan, karena dianggap sebagai penyakit biasa. Padahal jika hal ini terjadi secara terus-menerus tanpa diperiksakan maka akan menggangu aktivitas sehari-hari dan membuat mereka sangat cemas. Jika hal ini terjadi pada mahasiswa, maka akan mempengaruhi konsentrasi dalam belajar dan kondisi kesehatannya.Berdasarkan tabel 5.2 dari 100 responden menunjukkan bahwa yang mengalami kejadian migren pada responden sebanyak 38 orang (38%). Maka mahasiswa harus bisa mengatasi migren dengan cara mengenali dan menghindari faktor pencetus, jumlah serangan dan tingkat keparahan migren dapat dikurangi. Ada beberapa faktor pencetus diluar kemampuan kita untuk bisa mengontrolnya seperti makan makanan yang bergizi, makan teratur, mengatasi stres, tidur dan beraktifitas secara teratur, dan bergaya hidup sehat. Ada pun hal yang harus dihindari antara lain makanan yang dapat mencetuskan migren dan menghindari asap rokok baik sebagai perokok pasif atau pun pasif.

(46)

6.3 Hubungan kulaitas tidur dengan migren

Tidur yang baik memiliki peran penting dalam pemulihan tubuh. Pada manusia, irama sirkadian secara normal muncul pada malam hari bersama dengan melatonin. Hal ini menyimpulkan bahwa melatonin adalah fasilitator tidur internal pada manusia yang menghambat proses terjaga/bangun. Melatonin meningkatkan kecenderungan untuk tidur seseorang, melatonin adalah molekul yang bertanggung jawab terhadap sinkronnya internal tubuh dengan lingkungan. Dalam patofisiologi migren, melatonin berperan dalam terjadinya cortical spreading depression (CSD) dengan efeknya kesistem oksida nitrit, GABA, dan glutamatercik (Peres, 2005).

Hasil uji statistic Chis-square diperoleh p value = 0,039. Hal ini menunjukkan ada hubungan antara kualitas tidur dengan migren pada mahasiswa pendidikan dokter Universitas Hasanuddin. Pada tabel 5.3 menjelaskan responden yang mengalami migren lebih banyak pada responden yang kualitas tidurnya buruk 35 orang (42,7%) dibandingkan dengan responden dengan kualitas tidurnya baik 3 orang (16,7%). Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian oleh Gilman et all yang menjelaskan bahwa migren yang termasuk kedalam nyeri kepala primer sering kali dicetuskan oleh kualitas tidur yang buruk (Gilman at all, 2007). Hasil penelitian lain oleh The-Third Nord-Trondelag Health Study dalam Larsson menjelaskan adanya keterkaitan gangguan tidur yang termasuk kedalam penilaian kualitas tidur seseorang dengan terjadinya migren. Hal ini mengemukakan bahwa kualitas tidur yang buruk dapat mengubah proses modulasi nyeri sehingga menjadi lebih peka terhadap nyeri (Larsson B, 2008).

(47)

31

Migren merupakan sindrom kompleks yang berhubungan dengan berbagai kondisi termasuk gangguang cemas menyeluruh, insomnia, maupun depresi.

Sejumlah mekanisme penyebab migren diduga akibat adanya sensitisasi sentral, adanya gangguan pada modulasi nyeri sentral, disfungsi hipotalamus, serta kombinasi keempat mekaanisme tersebut. Sekresi melatonin oleh badan pineal secara substansial ditekan oleh paparan cahaya. Penderita migren akan lebih rentan terhadap serangan sepanjang musim panas saat siang hari dan berlangsung hampir sepanjang hari selama beberapa bulan (Bruera at all, 2008).

Hampir 50% serangan migren teradi pada pukul 4 dan 9 pagi mengikuti irama sirkardian, namun serangan migren tidak memiliki keterkaitan dengan stadium tidur.

Penderita mungkin saja terbangun karena serangan migren diluar tidur fase REM atau serangan tersebut muncul pada stadium 3 dan 4 tidur RAS. 60% pasien migren menjelaskan adanya euphoria patologis, iritabalitas, depresi, lapar, haus, dan mengantuk sepanjang 24 jam yang mendahului serangan migren. Gejala tersebut merupakan gejala yang terjadi sebagai akibat dari disfungsi hipotalamus Berdasarkan penjelasan diatas, peneliti menyimpulkan kualitas tidur yang buruk dapat menyebabkan terjadinya serangan migren karena kualitas tidur yang buruk dapat mengubah proses modulasi nyeri sehingga nyeri lebih peka terhadap nyeri yang menjadi mekanisme penyebab terjadinya migren (Bruera at all, 2008).

(48)

32 BAB 7

KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan maka dapat disimpulkan :

1. Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin angkatan 2014 mayoritas memiliki kualitas tidur buruk.

2. Terdapat beberapa Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin angkatan 2014 yang menderita migren.

3. Terdapat hubungan antara kualitas tidur dengan migren pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin dimana jumlah mahsiswa yang menderita migren lebih banyak mengalami kualitas tidur buruk dibandingkan dengan mahasiwa dengan kualitas tidur yang baik.

7.2 Saran

1. Untuk penelitian selanjutnya diperlukan untuk menelti faktor-faktor lain yang dapat menyebabkan migren selain faktor kualitas tidur.

2. Perlunya informasi yang lebih mengenai faktor resiko untuk migren sehingga kejadian migren pada mahasiswa dapat berkurang.

3. Bagi penderita migren disarankan untuk lebih menjaga kesehatan dengan tidur yang teratur dan jangan tidur terlalu larut malam.

(49)

33

DAFTAR PUSTAKA

Alberti A. 2006. Headache and Sleep. Sleep Medicine Review;10(6):431-437.

Anurugo, Dito. 2012. Penatalaksanaan Migren. [Thesis] RS PKU Muhammadiyah Palangka Raya, Kalimantan Tengah, Indonesia. CDK-198/ vol. 39 no. 10.

Andre H and Peter JG. Migreine and sleep: New Connections. Journal of Cerebrum.

2013. Hal : 1-11.

Bruera O, Sanchez G, Levin G, Cristina S, and Meidina C. Plasma Melatonin Pattern in Chronic and Episodic Headaches: Evaluation During Sleep and Waking.

Funtcional Neurologi. 2008. 77-81

Carlson NR. Physiology of behavior ed 11.University of Massachusetts, Amherst, 2013. ISBN-13:978-0-205-87194-0.p.299

CDC. Perceived insufficient rest or sleep among adults—United States, 2008.

MMWR 2009;58:1175–9.

Fathul LA dan Imam AA. Hubungan perubahan pola tidur dengan kejadian migren pada mahasiswa tingkat IV semester VII prodi SI Keperawatan di STIKES Pemkab Jombang, 2013 : 7.

Gilman, Palermo, Kabbouche, Hersey A, and Powers. Primary Headache and sleep Disturbance in Adolesent. Headache. 2007. 1189-1194

Goadsby, Peter J; Raski, Neil H. 2011. Harrison’s Neurology in Clinical Medicine, 2 Edition, McGraw Hill, Section II Chapter 6.

Guyton, A.C. & Hall, J.E. 2007. Aktivitas Otak-Tidur dalam Buku Ajar Fisiologi kedokteran ed.9. Jakarta: EGC.

(50)

Headache Classification Subcommitee of the International Headache Society. The International Headache Classification Disorder: 2nd Edition. Cephalgia 2004; 24 Suppl 1:1-160

Hidayat, A. A. (2004). Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: salemba Medika.

Jones, H, Royden Jr; Srinivasan, Jayashri; Allam, Gregory J; Baker, Richard A, 2012.

Netter’s Neurology 2 Edition, Saunders, Elseviers Inc

King LA. Psikologi umum: sebuah pandangan apresiatif. Jakarta : Salemba Medika, 2010

Larsson B. Headache Prevalence and Characteristics Among Adolescent in the General Population. The Journal of Headache and Pain. 2008. 327-334.

Lance JW: mechanism and management of headache .5th ed. London: Butterworth.

1993.

Library of Congress Cataloging-in-Publication Data.Clinical sleep disorders, 2012 Lina Waty, Supriatmo, Saing, B. 2013. Relationship between Migren and Sleep

Disorders in Adolescents. Paediatrica Indonesiana;53(4):214-17.

Moldofsky, H. 2001. Sleep and Pain. Sleep Medicine Reviews;5(5):387–398.

Moran, A., Everhart, D. 2012. Adolescent Sleep: Review of Characteristics, Consequences, and Intervention. Journal of sleep disorders:

treatment&care;1(2).

National Sleep Foundation. How much sleep do we really need? Washington, DC:

National Sleep Foundation; 2010. Diakses melalui

(51)

35

http://www.sleepfoundation.org/article/how-sleep-works/how-much-sleepdo- we-really-need pada tanggal 12 November 2017

Perdossi. 2013. Konsensus Nasional IV Diagnostik dan Penatalaksanaan Nyeri Kepala. Surabaya: Airlangga University Press.

Pitaloka RD, Utami GT, Novayelinda R. Hubungan kualitas tidur dengan tekanan darah dan kemampuan konsentrasi belajar mahasiswa program studi ilmu keperawatan universitas riau. JOM vol. 2 No. 2 , 2015

Puri K. Buku ajar psikiatri edisi 2. Jakarta : EGC, 2011

Peres M. Melatonin: The Pineal Gland and Their Implication for Headache Disorders. Cephalgia. 2005. 403-411.

Price, A., Wilson, L. 2006. Pathophysiology : Clinical Concepts of Disease Processes. New York: Mosby.

Price, Sylvia dan Lorraine M.Wilson. Patofisiologi edisi 6.Jakarta : EGC.2003

Redline, S., Isser, A. S., Rossen, C. L., Johnson, N. L., Kirchner, H. L., Emancipator, J., Kibler, A. M. (2007).

Sadock, Benjamin J, Sadock, Virginia A. Buku ajar psikiatri klinis edisi 2. Jakarta:

EGC, 2010

Stovner LJ, Hagen K, Jensen R, Katsarava Z, Lipton RB, Scher AI, Steiner TJ, et al.

2007. The global burden of headache: a documentation of headache prevalence and disability worldwide. Cephalalgia. 27: 193-210.

Vande Ven, Rob CG; Kaja, Simon; Plomp, Jaap: Frants, Rune R; van de Maagdenberg, Rn MJM; Ferrari, Michel D, 2007, genetic Models of Migren.

(52)

Clinical Implications of Basic Neuroscience Research. Arch Neurol/Volume 64.

Waty, Lina. 2010. Hubungan Migren Terhadap Terjadinya Gangguan Tidur Pada Remaja. [Thesis] Program Magister Klinis – Spesialis Ilmu Kesehatan Anak Fakultas kedokteran Universitas Sumatera Utara, Medan

Wilkinson, Marcia dan Anne Mac Gregor, (2002). Seri Kesehatan bimbingan Dokter pada Migren dan Sakit Kepala Lainnya. Jakarta : Dian Rakyat

WHO. 2012. Headache Disorders. Tersedia di:

http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs277/en [diakses 6 November 2015].

(53)

37

Lampiran 1

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Nama : Anildhah Wahab

NIM : C111 14 359

Tempat Tanggal Lahir : Ujung Pandang, 27 Juni 1996

Alamat : Jl. Perumnas Antang Blok 2, Pattunuang Dlm 3 no 103

Agama : Islam

Suku : Bugis

Nama Orang Tua

Ayah : Abd. Wahab S,Sos M.Si Ibu : Hj. Hamsinah Wahab S.Sos

Riwayat Pendidikan

Tahun 2002 Lulus TK Rama Makassar

Tahun 2008 Lulus SDN Unggulan Toddopuli Makassar Tahun 2011 Lulus SMP Negeri 8 Makassar

Tahun 2014 Lulus SMA Negeri 17 Makassar

Tahun 2014-Sekarang Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin

(54)

Lampiran 2

LEMBAR INFORMED CONSENT Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Nama saya Anildhah Wahab, Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin . Saya akan melakukan penelitian dengan judul

“Hubungan Kualitas Tidur dengan Migren pada Mahasiswa angkatan 2014 Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin”.

Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kualitas tidur dengan migren pada Angkatan 2014 Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.

Oleh karena itu, peneliti meminta kesediaan Saudara untuk mengisi pertanyaan- pertanyaan yang tertera pada kuesioner terlampir untuk disertakan dalam data penelitian. Saya akan menjamin kerahasiaan identitas maupun jawaban yang saudara berikan. Sebagai bukti kesediaan menjadi responden dalam penelitian ini, saya mohon kesediaan Saudara sekalian untuk menandatangani persetujuan yang telah saya siapkan.

(55)

39

Lampiran 3

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Umur :

Jenis Kelamin : L / P Alamat :

Pekerjaan :

Setelah mendapat penjelasan dari peneliti mengenai penelitian ini, saya menyatakan bersedia secara sukarela tanpa paksaan untuk menjadi responden penelitian ini dan menaati semua prosedur yang akan dilakukan pada penelitian ini.

Saya mengerti bahwa prosedur penelitian terhadap saya tidak akan menyebabkan hal- hal yang merugikan bagi saya.

Makassar, ……… 2017

Penanggung Jawab, Peneliti Utama Nama : Anildhah Wahab

Alamat : Jl. Perumnas Antang Blok 2, Pattunuang Dlm 3 no 103 No. Telpon : 085343864325

Responden

(………) NIM

Saksi 1

(………) NIM

Saksi 2

(………) NIM

(56)

Lampiran 4

KUESIONER KUALITAS TIDUR (PSQI) Pittsburgh Sleep Quality Index 1. Jam berapa biasanya anda mulai tidur malam?

2. Berapa lama anda biasanya baru bisa tertidur tiap malam?

3. Jam berapa anda biasanya bangun pagi?

4. Berapa lama anda tidur dimalam hari?

(57)

41

5. 5. Seberapa sering masalah-masalah dibawah ini mengganggu tidur anda?

Tidak pernah dalam sebulan terakhir (0)

1x seminggu (1)

2x seminggu (2)

≥ 3x seminggu (3)

a. Tidak mampu tertidur selama 30 menit sejak berbaring

b. Terbangun ditengah malam atau dini hari

c. Terbangun untuk ke kamar mandi d. Sulit bernafas dengan baik e. Batuk atau mengorok f. Kedinginan di malam hari g. Kepanasan di malam hari h. Mimpi buruk

i. Terasa nyeri ( memiliki luka) j. Alasan lain...

6. Selama sebulan terakhir, seberapa sering anda menggunakan obat tidur 7. Selama sebulan terakhir,seberapa

sering anda mengantuk ketika melakukan aktivitas di siang hari 8. Selama satu bulan terakhir, berapa

banyak masalah yang anda dapatkan dan anda selesaikan permasalahan tersebut?

Sangat Baik (0)

Cukup Baik (1)

Cukup buruk (2)

Sangat Buruk (3) 9. Selama bulan terakhir, bagaiman

anda menilai kepuasan tidur anda?

(58)

DIAGNOSIS MIGREN

NAMA : ANGKATAN :

NIM : ALAMAT :

UMUR :

1) Sekurang-kurangnya 5 kali serangan yang memiliki kreteria 2-4 Ya ( ) Tidak ( )

2) Apakah setiap sakit kepala berlangsung selama 4 – 72 jam ? (Tidak diobati atau pengobatan tidak cukup)

Ya ( ) Tidak ( )

3) Karakteristik sakit kepala

a. Lokasi sakit kepala unilateral Ya ( ) Tidak ( ) b. Berdenyut Ya ( ) Tidak ( )

c. Intensitas sakit kepala Ya ( ) Tidak ( ) sedang/berat

d. Memberat dengan pergerakan atau

menyebabkan menghindari Ya ( ) Tidak ( ) aktifitas rutin (berjalan, naik tangga)

4) Keluhan lain saat sakit kepala :

a. Disertai mual/muntah Ya ( ) Tidak ( )

b. Photophobia dan phonophobia Ya ( ) Tidak ( )

(59)

43

Lampiran 5

(60)
(61)

45

(62)

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

HUBUNGAN KUALITAS TIDUR DENGAN FUNGSI KOGNITIF MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA SKRIPSI Oleh MELLY 160100125 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS

Hasil akhir yang diperoleh adalah sebuah Sistem Sinkronisasi Data Berbasis Teks yang secara umum dapat berjalan dengan baik sehingga tidak menutup kemungkinan

Hal ini berlaku bagi anak sumbang yang lahir dari luar perkawinan, ini berbeda jika perkawinan sedarah ini dilakukan dengan sah, maka anak sumbang ini mendapatkan hak waris yang

Pada iklan Lifebuoy shampoo ini, unsur verbal terdapat pada bagian body copy dan signature line. Signature line iklan ini berupa slogan produk yaitu “Rasakan Kilau Rambut

Tipe penelitian ini adalah deskriptif yang menyatakan bahwa penelitian deskriptif adalah suatu penelitian yang diupayakan untuk mengamati permasalahan secara

Stelsel pemungutan pajak yang menghitung beban pajak berdasar perkiraan penghasilan yang akan diterima

Pembelajaran melibatkan hubungan edukatif antara guru dan peserta didik. Hubungan tersebut bertujuan membentuk pribadi- pribadi peserta didik yang penuh

Di samping itu, remaja Jawa juga memaknai sopan santun yang berlaku dalam masyarakat umum sebagai perilaku menghormati orangtua dan orang yang lebih tua serta