• Tidak ada hasil yang ditemukan

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN 2019 SKRIPSI STUDI PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA LINGKUNGAN (SMK3L) PROYEK KONSTRUKSI DI SULAWESI SELATAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN 2019 SKRIPSI STUDI PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA LINGKUNGAN (SMK3L) PROYEK KONSTRUKSI DI SULAWESI SELATAN"

Copied!
137
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA LINGKUNGAN (SMK3L) PROYEK

KONSTRUKSI DI SULAWESI SELATAN

SKRIPSI

ADNAN ROSYIDI D111 13 006

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN

2019

(2)
(3)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Studi Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan (SMK3L) Proyek Konstruksi di Sulawesi Selatan” guna memenuhi sebagian persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik program studi Teknik Sipil pada Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin.

Penulis menyadari kelemahan serta keterbatasan yang ada sehingga dalam menyelesaikan skripsi ini memperoleh bantuan dari berbagai pihak, dalam kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Muh. Wihardi Tjaronge, ST., M.Eng. selaku Ketua Departemen Teknik Sipil yang telah memberikan izin dalam penulisan skripsi ini.

2. Bapak Suharman Hamzah, S.T.,M.T.,Ph.D.,HSE,Cert. selaku Kepala Laboratorium Manajemen Konstruksi Jurusan Teknik Sipil .

3. Ibu Rosmariani Arifuddin selaku selaku Dosen Pembimbing I yang selalu memberikan waktu, bimbingan dan arahan selama penyusunan skripsi ini.

4. Bapak Dr. M. Asad Abdurahman,ST.,M.Eng.PM. selaku Dosen Pembimbing II yang selalu memberikan waktu, bimbingan dan arahan selama penyusunan skrisi ini.

5. Seluruh Staff Departemen Teknik Sipil yang mempermudah dalam pengurusan administrasi penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan baik isi maupun susunannya. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat tidak hanya bagi penulis juga bagi para pembaca.

Gowa, 05 Agustus 2019

Penulis

(4)

STUDI PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA LINGKUNGAN (SMK3L) PROYEK KONSTRUKSI DI

SULAWESI SELATAN Adnan Rosyidi

Mahasiswa S1 Departemen Sipil Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin

adnrosyidi10@gmail.com Pembimbing I

Dr. Rosmariani Arifuddin, ST., M.T.

Staf Pengajar Departemen Sipil Fakultas Teknik

Universitas Hasanuddin

Jl. Poros Malino Km. 6 Bontomarannu, 92172, Gowa, Sulawesi Selatan

Pembimbing II

Dr. M.Asad Nur Abdurrahman, ST.,M.Eng. P.M.

Staf Pengajar Departemen Sipil Fakultas Teknik

Universitas Hasanuddin Jl. Poros Malino Km. 6 Bontomarannu,

92172, Gowa, Sulawesi Selatan ABSTRAK

Kecelakaan kerja merupakan suatu kejadian yang terjadi secara tiba-tiba yang tidak direncanakan menyebabkan suatu reaksi, baik dari objek atau orang atau sumber bahaya sehingga mengakibatkan kerugian materi maupun nyawa dan dapat mengganggu proses suatu kegiatan. Pemerintah Republik Indonesia menyadari pentingnya peran SMK3 dalam dunia industri dan telah mengeluarkan beberapa peraturan yang secara spesifik mengatur isu tersebut dengan pencanangan “Gerakan Nasional Keselamatan Konstruksi”. Berbagai upaya penyusunan dan pemberlakuan peraturan terkait K3 Konstruksi perlu ditegakkan penerapannya melalui mekanisme hubungan antara Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa dalam mendorong peningkatan standar keselamatan, yaitu salah satunya melalui proses monitoring dan Sistem Evaluasi Kinerja K3 Perusahaan, yang biasa dikenal dengan istilah Safety Performance Evaluation (SPE). Regulasi yang digunakan sebagai acuan penerapan K3 lingkup kementrian PUPR ialah Peraturan Menteri no.5 tahun 2014 tentang SMK3.

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis tingkat penerapan dan perbandingan SMK3L menurut uji coba penilaian SPE pada level perusahaan maupun level proyek. Hasil perbadingan pada level perusahaan ± 80% secara keseluruhan telah memenuhi penilaian SPE, sedangkan penilaian SPE pada level proyek ± 75 % secara keseluruhan telah diterapkan. Terdapat 5 elemen SPE paling dominan yang kurang atau sebagian diterapkan. Hasil dari penelitian ini dapat digunakan pemerintah terkait proses monitoring dan evaluasi kinerja K3 sehingga memudahkan pihak terkait dalam menerapkan Sistem Manajemen K3 dan Lingkungan di Proyek Konstruksi.

Kata Kunci : Safety Performance Evaluation, Peraturan Menteri No.5 2014

(5)

STUDY OF IMPLEMENTATION OF HEALTH SAFETY AND ENVIRONMENTAL MANAGEMENT SYSTEM (HSE) CONSTRUCTION

PROJECT IN SOUTH SULAWESI Adnan Rosyidi

Undergraduate Students Of The Department Of Civil Faculty Of Engineering University Of Hasanuddin

adnanrosyidi10@gmail.com

Supervisor I

Dr. Rosmariani Arifuddin, ST., M.T The Teaching Staff Of The Department Of

Civil Engineering Faculty University of Hasanuddin JL. Shaft Malino km. 6 Bontomarannu,

92172, Gowa, South Sulawesi

Supervisor II

Dr. M.Asad Nur Abdurrahman, ST.,M.Eng. P.M.

The Teaching Staff Of The Department Of Civil Engineering Faculty

University of Hasanuddin JL. Shaft Malino km.6 Bontomarannu,

92172, Gowa, South Sulawesi

ABSTRACT

A Work accident is an event that occurs suddenly that is not planned to cause a reaction, both from the object or person or source of danger, resulting in material and life losses and can disrupt the process of an activity. The Government of the Republic of Indonesia is aware of the important role of HSE in the industrial world and has issued several regulations specifically regulating the issue by declaring the "National Construction Safety Movement". Various efforts to prepare and enforce regulations related to HSE Construction need to be enforced through the mechanism of the relationship between Service Users and Service Providers in encouraging improvements in safety standards, one of which is through the process of monitoring and evaluating the Company's HSE Performance System, commonly known as the Safety Performance Evaluation (SPE) ).

The regulation used as a reference for implementing HSE within the scope of the Ministry of PUPR is Minister Regulation No. 5 of 2014 concerning HSE. This study aims to identify and analyze the level of implementation and comparison of HSE according to SPE assessment trials at the company level and project level. Comparative results at the company level ± 80% as a whole have met the SPE assessment, while the SPE assessment at the project level ± 75% as a whole has been applied. There are 5 most dominant SPE elements that are less or partially applied. The results of this study can be used by the government related to the process of monitoring and evaluating HSE performance so as to facilitate the parties involved in implementing Health Safety and Environment in the Construction Project.

Keywords: Safety Performance Evaluation, Ministerial Regulation Number 5 2014

(6)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN………i

KATA PENGANTAR………ii

ABSTRAK………. iii

ABSTRACT………...iv

DAFTAR ISI……….. v

BAB I PENDAHULUAN…………..……… 1

I.1. Latar Belakang……...……… 1

I.2. Rumusan Masalah.…..………...… 7

I.3. Tujuan Penelitian...………... 7

I.4. Ruang Lingkup…….………...………...7

I.5. Manfaat Penelitian………... 8

I.6. Sistematika Penulisan……… 8

BAB II LANDASAN TEORI…...………... 10

II.1. Pendahuluan.………... 10

II.2. Keselamatan dan Kesehatan Kecelakaan Kerja.………...10

II.2.1 Keselamatan Kerja.……….10

(7)

II.2.2 Kesehatan Kerja.………...11

II.2.3 Kecelakaan Kerja.………...11

II.3. Komitmen dan Kebijakan K3………...……….11

II.3.1 Komitmen K3………...………...11

II.3.2 Kebijakan K3………...………...12

II.4. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja...…..12

II.5. Penerapan SMK3L..………...14

II.6. Peraturan Mengenai SMK3...……….……….20

BAB III METODOLOGI PENELITIAN…..……… 24

III.1. Lokasi Penelitian...……....……….. 24

III.2. Waktu Penelitian...………. 24

III.3. Metode Penelitian……...……… 24

III.4. Rancangan Penelitian………..24

III.4.1 Studi Pendahuluan….……….24

III.4.2 Pengumpulan Data….………29

III.5. Analisa Data...……..…..……… 31

III.6. Diagram Alir Penelitian………..……… 32

(8)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN………... 34

IV.1. Gambaran Umum Proyek………. 34

IV.1.1 Proyek Jalan dan Jembatan Bypass MAMMINASATA...34

IV.1.2 Proyek Center Point of Indonesia……….……...35

IV.1.3 Proyek Kolam Regulasi Nipa-Nipa……….……...35

IV.1.4 Proyek Elevated Road Maros - Bone……….……...36

IV.1.5 Proyek Middle Ring Road Makassar……….……...37

IV.2. Hasil Penilaian dan Perbandingan Level Perusahaan…….……...38

IV.3. Hasil Penilaian dan Perbandingan Level Proyek…….……...40

IV.4. Elemen Safety Performance Evaluation Paling Dominan...……..46

IV.5. Strategi Perbaikan Indikator Safety Performance Evaluation..….51

BAB V KESIMPULAN………52

V.1. Kesimpulan V.2. Saran DAFTAR PUSTAKA ……...………....54

(9)

LAMPIRAN

1.

Kuisioner Safety Performance Evaluation Proyek Bypass MAMMINASATA

2.

Dokumentasi Proyek Bypass MAMMINASATA

3.

Kuisioner Safety Performance Evaluation Proyek Center Point of Indonesia

4.

Dokumentasi Proyek Reklamasi Center Point of Indonesia

5.

Kuisioner Safety Performance Evaluation Proyek Kolam Regulasi

6.

Dokumentasi Proyek Kolam Regulasi Nipa-Nipa

7.

Kuisioner Safety Performance Evaluation Proyek Middle Ring Road

8.

Dokumentasi Proyek Middle Ring Road Makassar

9.

Kuisioner Safety Performance Evaluation Proyek Elevated Road

10.

Dokumentasi Proyek Elevated Road Maros - Bone

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Data Umum Proyek Bypass MAMMINASATA

Tabel 4.2 Data Umum Proyek Reklamasi Center Point of Indonesia Tabel 4.3 Data Umum Proyek Kolam Regulasi Nipa-Nipa

Tabel 4.4 Data Umum Proyek Elevated Road Maros - Bone Tabel 4.5 Data Umum Proyek Middle Ring Road Makassar Tabel 4.6 Item Penelitian SPE pada Level Perusahaan Tabel 4.7 Item Penelitian SPE pada Level Proyek

(11)

1

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dimana pembangunan banyak dilaksanakan. Pembangunan yang cukup signifikan terjadi di bidang konstruksi. Beberapa proyek konstruksi di Indonesia banyak terjadi di Provinsi besar salah satunya Sulawesi Selatan. Pengerjaan proyek konstruksi selain memperhatikan ketepatan waktu, mutu, dan biaya, perusahaan konstruksi perlu juga memperhatikan keselamatan dan kesehatan kerja di proyek (Arlis Radiatullah, 2018)

Kecelakaan kerja merupakan suatu kejadian yang terjadi secara tiba- tiba yang dapat mengganggu proses suatu kegiatan, atau dapat juga diartikan bahwa kecelakaan merupakan suatu kejadian yang tidak direncanakan yang dapat menyebabkan suatu reaksi baik dari objek atau orang atau sumber bahaya sehingga mengakibatkan kerugian materi maupun nyawa. Syarat- syarat keselamatan ditetapkan salah satu untuk mencegah dan mengurangi kecelakaan dan termasuk di tempat kerja yang sedang mengerjakan pembangunan, perbaikan, perawatan, pembersihan atau pembongkaran rumah, gedung atau bangunan lainnya (UU No 1 tahun 1970)

Sesuai dengan adanya Undang undang No.13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, terutama pada pasal 86, yang menyebutkan bahwa setiap pekerja/buruh mempunyai hak atas Keselamatan dan Kesehatan Kerja; moral dan kesusilaan; serta perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta nilai nilai agama. Serta pasal 87, menyebutkan bahwa setiap perusahaan wajib menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) yang terintegrasi dengan sistem manajemen perusahaan dan Surat Keputusan Bersama (SKB) Menteri Tenaga Kerja dan Menteri Pekerjaan Umum, No.Kep.174./Men/1986; No:104/KPTS/1986

(12)

2 tentang Keselamatan Kerja Pada Tempat Kegiatan Konstruksi, dimana pada butir butir dari salah satu pasalnya menyebutkan bahwa pada intinya suatu perusahaan harus memiliki komitmen dalam membangun Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3). Penerapan SMK3 sangat penting di terapkan diperusahaan untuk mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja dan penyakit kerja dengan melibatkan unsur manajemen, pekerja/buruh, dan/atau serikat pekerja/buruh serta menciptkan tempat kerja aman, nyaman dan efisien untuk mendorong produktifitas (PP No. 50 tahun 2012)

Sektor konstruksi Indonesia tumbuh secara pesat dalam 5 (lima) tahun terakhir ini. Hal ini sejalan dengan program pemerintah yang mencanangkan proyek strategis melalui Peraturan Presiden No. 3 Tahun 2016 Tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategi Nasional. Namun di sisi lain, pertumbuhan sektor ini masih menyisakan berbagai masalah dalam penyelenggaraannya dan salah satunya adalah isu keselamatan dalam penyelenggaraan konstruksi (jazziarch.blogspot.com, 2012)

Data empirik dalam 3 (tiga) tahun terakhir ini telah mencatat rentetan kecelakaan konstruksi di berbagai proyek konstruksi dalam waktu relatif berdekatan yang berdampak cukup signifikan antara lain: (i) keruntuhan girder di proyek Pasuruan Probolinggo, (ii) Jatuhnya blok beton di proyek MRT seksi Panglima Polim (iii) Jatuhnya balok Girder di proyek jalan toll rute Bogor Ciawi Sukabumi, (iv) Runtuhnya Selasar Gedung Efek Indonesia Jakarta dan (v) Runtuhnya Dinding Penahan Bandara Soeta, (vi) Runtuhnya formwork di Proyek Becakayu serta kasus-kasus lain di berbagai daerah menunjukkan blackspot construction di Indonesia (ak3mks.blogspot.com, 2010)

Fakta lapangan menunjukkan bahwa kecelakaan di proyek konstruksi tersebut tidak hanya terjadi pada tahap pembangunan tetapi juga terjadi pada tahapan pasca konstruksi atau pemanfaatan bangunan atau disebut dengan kegagalan bangunan. Sementara dari dampak yang ditimbulkan menunjukkan bahwa kecelakaan di proyek konstruksi bukan hanya berdampak kepada para

(13)

3 pekerja (workers) seperti luka berat hingga meninggal (fatality), tetapi juga kerugian kepada masyarakat (public), harta benda (property) dan lingkungan (environment) (multiglobalunity.com, 2016)

Belajar dari kasus kecelakaan di proyek konstruksi diatas maka dalam konteks proyek konstruksi tidak cukup hanya dengan pendekatan keselamatan yang memberikan proteksi pada Pekerja (workers), tetapi juga proteksi terhadap Publik, Aset/ property dan Lingkungan serta pembahasan terkait keselamatan kerja pada proyek konstruksi tidak hanya berhenti pada tahapan pembangunan tetapi perlu dikaji lebih jauh mulai tahapan konsep, tahapan design, tahapan pembangunan, tahapan akhir proyek, tahapan pemanafaatan proyek bahkan sampai dengan tahapan pembongkaran kembali (demolition) (traiingak3.com, 2016)

Pemerintah RI menyadari pentingnya peran SMK3 dalam dunia industri dan telah mengeluarkan beberapa peraturan yang secara spesifik mengatur isu tersebut. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat sebagai regulator sektor jasa konstruksi juga telah mengeluarkan berbagai peraturan terkait K3 konstruksi, termasuk PerMen No.5/2014 mengenai Pedoman Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) Konstruksi di Bidang PU. Hal terkini adalah pencanangan “Gerakan Nasional Keselamatan Konstruksi.”

Berbagai upaya penyusunan dan pemberlakuan peraturan terkait K3 Konstruksi perlu ditegakkan penerapannya melalui mekanisme hubungan antara Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa. Peran Pengguna Jasa (pemilik/owner) dari suatu proyek sangat besar; perhatian dan komitmennya menjadi salah satu kunci keberhasilan dan keselamatan proyek konstruksi.

Pengguna Jasa berperan besar dalam mendorong peningkatan standar keselamatan di Penyedia Jasa (kontraktor), yaitu salah satunya melalui proses monitoring dan sistem Evaluasi Kinerja K3 Perusahaan, yang biasa dikenal dengan istilah Safety Performance Evaluation (SPE). Dalam literatur dikenal beragam format SPE, namun untuk penerapan yang lebih efektif, dibutuhkan

(14)

4 suatu SPE yang khusus dikembangkan untuk jasa konstruksi nasional yang memiliki karakteristik sesuai dengan kondisi di tingkat perusahaan/organisasi maupun di tingkat proyek di Indonesia.

Tentunya sangat dipahami oleh semua pihak bahwa banyak hal yang perlu dibenahi dalam penyelenggaraan K3 jasa konstruksi nasional.

Ketertiban penyelenggaraan konstruksi, khususnya dalam aspek kesehatan dan keselamatan kerja, mensyaratkan perubahan perilaku semua stakeholders sampai tercapai suatu kondisi yang menjadi “budaya.” Kondisi tersebut menjadi tujuan masyarakat jasa konstruksi nasional yang secara bertahap terus diupayakan; dalam hal ini pihak Pengguna Jasa (Pemilik) adalah pihak yang paling memiliki potensi dan kewenangan untuk memacu perubahan.

Pada dasarnya keberhasilan sebuah proyek bergantung pada tahapan dan prinsip kerja dalam manajemen proyek, kelancaran sebuah proyek juga dipengaruhi oleh kenyamanan lingkungan proyek dan dampak lingkungan secara fisik akibat dari adanya proyek tersebut, baik itu dalam tahap perencanaan hingga eksekusi proyek. Hal ini juga disebutkan oleh R. Max.

Wideman (1990) dalam Managing The Project Environment, yakni bahwa proses berjalannya suatu proyek tidak hanya bergantung pada urusan internal (manajemen dan organisasi) saja, namun juga pada lingkungan eksternal, seperti lingkungan hidup, pengaruh pengguna, kompetitor, lokasi proyek, iklim, organisasi, sosial, budaya, dan apapun yang turut mempengaruhi kesuksesan proyek tersebut. Masalahnya, terkadang untuk memenuhi semua target dan tujuan proyek agar sesuai dengan dana, waktu, dan kualitas tertentu, aspek lingkungan sering dinomorduakan atau bahkan diabaikan.

Bendungan Karalloe adalah bendungan yang terletak di Provinsi Sulawesi Selatan, di kabupaten/kota Gowa. Bendungan ini direncanakan akan memiliki kapasitas sebesar 39.3M³ diharapkan dapat mengairi lahan seluas 7004 Ha, mengurangi debit banjir sebesar 610 M³/detik, menyediakan pasokan air baku sebesar 0,40 M³/detik, dan menghasilkan listrik sebesar 5,00 MW (kppip.go.id, 2015)

(15)

5 Proyek Bypass Makassar Maros Sungguminasa Takalar (Mamminasata) adalah proyek jalan dan jembatan yang terletak di Provinsi Sulawesi Selatan yang menghubungkan empat sampai lima Kabupaten/Kota, proyek ini dikerjakan dengan beberapa tahap, yakni : a. Tahap I : Proyek Bypass Mamminasata menghubungkan Jalan Sam

Ratulangi (Maros-Pangkep) dengan Jalan Kariango (Maros) sepanjang 13,7 kilometer. Total anggaran pada tahap I berkisar Rp245,863 miliar dengan rentang pengerjaan mulai 2015 hingga 2018.

b. Tahap II : Megaproyek tersebut diagendakan dimulai tahun ini dan rampung pada 2020. Pengerjaan jalan dan jembatan ditargetkan bisa tembus ke Jalan Poros Malino (Gowa) sepanjang 17 kilometer.

Estimasi anggaran konstruksi diperkirakan mencapai Rp342 miliar.

c. Tahap III : Proyek Bypass Mamminasata baru bisa dimulai pada 2018 dengan target perampungan pada 2021. Pengerjaan jalan dan jembatan diproyeksikan sampai ke Jalan Galesong (Takalar) sepanjang 17,6 kilometer. Estimasi anggaran konstruksinya mencapai Rp389 miliar.

Dana itu diluar pembebasan lahan dan biaya supervisi (wartaekonomi.co.id, 2018)

Proyek Kolam Regulasi Nipa-nipa adalah proyek yang mengatasi banjir yang terjadi di Kota Makassar akibat luapan Sungai Tallo bagian hilir yang terletak di hulu sungai Tallo yaitu di Desa Moncongloe Lappara, Kec.

Moncongloe Kab. Maros dan Desa Jenemadinging (Nipa-Nipa), Kec.

Pattalassang Kab. Gowa. Dimana kondisinya saat ini sebagai daerah resapan air. Lokasi terletak 20 km sebelah Tenggara dari Kota Makassar. Luas tampungan 84 ha dan kapasitas tampungan 3,58 juta m3, bangunan ini akan menyimpan air untuk sementara waktu selama terjadi puncak banjir melalui pelimpah (spillway) dan mengalirkannya kembali ke hilir Sungai Tallo melalui pintu pengatur dan/atau pompa air.

Keberadaan bangunan ini diharapkan mampu menurunkan dampak tingkat resiko banjir seluas 1500 ha di daerah Makassar bagian Timur yang meliputi

(16)

6 beberapa pemukiman antara lain: BTN Asal Mula, BTN Antara/Hamsi, Perumahan Bung Permai, Kompleks Bumi Tamalanrea Permai (BTP) dan Pemukiman lainnya (http://bbwspompenganjeneberang.org, 2016)

Proyek Center Point of Indonesia (CPI) adalah salah satu proyek reklamasi terbesar di Indonesia yang terletak diantara Pantai Losari dan Tanjung Bunga di Makassar Provinsi Sulawesi Selatan. Dimana proyek CPI merupakan bagian dari rancangan induk Kawasan Bisnis Global Terpadu seluas 1.000 hektar, sekitar 50 hektar lahan reklamasi tersebut akan diserahkan kepada Pemprov Sulsel yang akan dibangun berbagai fasilitas umum, seperti halnya masjid besar, area terbuka hijau (taman interaktif), kantor pemerintahan, pantai buatan, dan lain-lain. Selebihnya akan dikembangkan kota baru bertajuk CitraLand City Losari Makassar sebagai kawasan modern terintegrasi yang terdiri dari area permukiman dan area komersial (pusat belanja, hotel, apartemen, perkantoran, dan lain-lain) (properti.kompas.com, 2015).

Proyek Middle Ring Road merupakan jalan dan jembatan yang menghubungkan .dibangun untuk mengurangi arus lalu lintas dari dan menuju pusat kota makassar serta diharapkan dapat meningkatkan daya dukung Kota Makassar pada pertumbuhan ekonomi Kawasan Timur Indonesia

Proyek Elevated Road Segmen – 1 (MYC) merupakan jalan layang yang menguhubungkan kabupaten Maros dan kabupaten Bone. Proyek ini merupakan salah satu proyek Kementerian PUPR yang ada di Sulawesi Selatan. Pembangunan elevated road ini dimulai pada november 2015. Degan panjang sekitar 316 meter. Elevated road Maros - Bone dikerjakan secara bertahap dalam empat segmen dan saat ini sedang berlangsung perngerjaan tahap I. Progres dari proyek elevated road Maros - Bone ini telah mencapai 80%. Target PUPR dapat menyelesaikan tahap I di tahun 2018. Semoga proyek ini dapat selesai dengan tepat waktu dan bermanfaat bagi masyarakat (https://www.youtube.com/watch?v=StcqGidEMtY).

(17)

7 Atas dasar inilah, penulis memilih judul sebagai Tugas Akhir : Studi Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan (SMK3L) Proyek Konstruksi di Sulawesi Selatan

I.2. Rumusan Masalah

• Sejauhmana penilaian SPE (Safety Performance Evaluation) berdasarkan kebijakan Permen PU No. 05/PRT/M/2014 terhadap peningkatan kinerja Sistem Manajemen K3 dan Lingkungan pada proyek konstruksi ?

• Elemen kebijakan mana saja yang paling dominan dalam SPE yang kurang atau sebagian diterapkan terhadap peningkatan kinerja Sistem Manajemen K3 di proyek konstruksi?

• Strategi perbaikan apa saja yang perlu dilakukan dalam indikator-indikator SPE terhadap kebijakan Sistem Manajemen K3 dan Lingkungan pada proyek konstruksi ?

I.3. Tujuan Penelitian

• Mengidentifikasi dan menganalisis tingkat penerapan SMK3L menurut penilaian SPE pada proyek konstruksi

• Menganalisis elemen kebijakan yang kurang atau sebagian diterapkan dalam SPE terhadap peningkatan kinerja SMK3L pada proyek konstruksi

• Menganalisis tingkat perbandingan penerapan SMK3L menurut penilaian SPE pada proyek konstruksi

I.4. Ruang Lingkup

• Penelitian ini membahas tentang manajemen proyek dengan menerapkan kesehatan dan keselamatan kerja lingkungan.

• Metode yang digunakan dalam penerapan SMK3L ini adalah metode deskriptif.

(18)

8 I.5. Manfaat

• Manfaat Teoritis

Diharapkan bisa untuk pengembangan ilmu pengetahuan dalam bidang penerapan Sistem Manajemen Kesehatan Keselamatan Kerja dan Lingkungan (SMK3L).

• Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini dapat memberi masukan kepada setiap bidang proyek di di Indonesia mengenai Sistem Manajemen Kesehatan Keselamatan dan Lingkungan (SMK3L) pada bidang konstruksi apapun untuk mengurangi angka kecelakaan kerja dan mencegah terjadinya kecelakaan kerja.

I.6. Sistematika Penulisan Bab I : Pendahuluan

Bab ini terdiri dari latar belakang masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup penelitian dan sistematika penulisan.

Bab II : Tinjuan Pustaka

Bab ini terdiri kajian pustaka yang mengulas tentang penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan serta landasan teori yang memuat teori-teori yang digunakan dalam lingkup tugas akhir ini, diantaranya adalah Penerapan Sistem Kesehatan Keselamatan Kerja dan Lingkungan (SMK3L) di setiap bidang proyek konstruksi dan Perbandingan analisis SMK3L dari berbagai bidang konstruksi.

Bab III : Metodologi Penelitian

Dalam bab ini dijelaskan mengenai jenis penelitian, prosedur dan teknik pengumpulan data, metode pengolahan dan analisis data yang akan dipakai dalam penelitian ini.

(19)

9 Bab IV: Analisis Data

Dalam bab akan dijelaskan tentang pengolahan serta analisis data penelitian ini.

Bab V : Kesimpulan dan Saran

Dalam bab ini dilakukan pengambilan kesimpulan dan saran dapat menjadi masukan bagi semua kalangan dalam bidang usaha konstruksi.

(20)

10 BAB II

LANDASAN TEORI

II.1 Pendahuluan

Pada bab ini dijelaskan kajian literatur yang berkaitan dengan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), Sistem Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3), dan Penerapan SMK3, kemudian akan dibahas juga penjelasan umum Sistem Manajemen Kesehatan Keselamatan Kerja dan Lingkungan (SMK3L) di berbagai bidang proyek konstruksi untuk mengetahui perbandingan dan perbedaan SMK3L yang akan diterapkan di proyek tersebut.

II.2 Keselamatan dan Kesehatan Kecelakaan Kerja II.2.1 Keselamatan Kerja

Keselamatan berasal dari bahasa Inggris yaitu kata safety dan biasanya selalu dikaitkan dengan keadaan terbebasnya seseorang dari peristiwa celaka (accident) atau nyaris celaka (near-miss). Jadi pada hakekatnya keselamatan sebagai suatu pendekatan keilmuan maupun sebagai suatu pendekatan praktis mempelajari faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan dan berupaya mengembangkan berbagai cara dan pendekatan untuk memperkecil resiko terjadinya kecelakaan (Anggianika Mardhatillah, 2017).

Keselamatan kerja secara filosofi diartikan sebagai suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada umumnya serta hasil budaya dan karyanya. Dari segi keilmuan diartikan sebagai suatu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja (Sherly Meyklya Sembiring, 2014).

(21)

11 II.2.2 Kesehatan Kerja

Kesehatan kerja adalah peningkatan dan memelihara derajat kesehatan tenaga kerja setinggi-tingginya, baik fisik, mental maupun sosial, mencegah dan melindungi tenaga kerja terhadap gangguan kesehatan akibat lingkungan kerja dan faktor-faktor lain yang berbahaya, meningkatkan efisiensi kerja dan produktivitas, serta mengusahakan agar masyarakat lingkungan sekitar perusahaan terhindar dari bahaya pencemaran akibat proses produksi, bahan bangunan, dan sisa produksi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kesehatan kerja merupakan suatu kondisi dilingkungan kerja yang bebas dari penyakit fisik dan mental. Perusahaan menjalankan program kesehatan kerja untuk menjaga kesehatan kerja karyawannya secara fisik dan mental agar produktivitas mereka dapat pula terjaga dan meningkat (Eko Wibowo, 2015).

II.2.3 Kecelakaan Kerja

Kecelakaan kerja adalah kejadian yang tak terduga dan tidak diterapkan karena tidak terdapat unsur kesengajaan dalam bentuk perencanaan, tidak diharapkan karena peristiwa kecelakaan disertai kerugian materiil ataupun penderitaan dari yang paling ringan sampai kepada yang paling fatal.

Kecelakaan dapat mengakibatkan dampak buruk bagi perusahaan maupun pekerja, dampak tersebut dapat mengakibatkan kerugian bagi perusahaan yaitu tidak berjalanannya kegiatan produksi sehingga akan menimbulkan biaya yang lebih besar lagi. Sedangkan bagi pekerja akan mengakibatkan gangguan kesehatan dan juga akan mengakibatkan kematian. Kecelakaan kerja dapat mengakibatkan produktivitas pekerja menurun sehingga pekerja tidak efektif dan efesien dan mengakibatkan tujuan perusahaan terhambat (Dhinar Tiara Luckyta dan Sri Gunani Partiwi, 2012).

II.3 Komitmen dan Kebijakan K3 II.3.1 Komitmen K3

Pengusaha dan pengurus harus menunjukkan komitmen K3 dalam bentuk :

(22)

12

➢ Menempatkan organisasi K3 pada posisi yang dapat menentukan keputusan perusahaan.

➢ Menyediakan anggaran, tenaga kerja yang berkualitas dan sarana-sarana lain yang diperlukan di bidang K3.

➢ Menetapkan personel yang mempunyai tanggung jawab, wewenang dan kewajiban yang jelas dalam penanganan K3.

➢ Perencanaan K3 yang terkoordinasi .

➢ Melakukan penelitian kinerja dan tindak lanjut pelaksanaan K3.

Setiap tingkat pimpinan dalam perusahaan harus menunjukkan komitmen terhadap K3 sehingga penerapan Sistem Manajemen K3 berhasil diterapkan dan dikembangkan.

Setiap tenaga kerja dan orang lain yang berada ditempat kerja harus berperan serta dalam menjaga dan mengendalikan pelaksanaan K3 (Benny Madaun, 2016)

II.3.2 Kebijakan K3

Kebijakan K3 adalah suatu pernyataan tertulis yang ditandatangani oleh pengusaha dan atau pengurus yang memuat keseluruhan visi dan tujuan perusahaan, komitmen dan tekad melaksanakan K3, kerangka dan program kerja yang mencakup kegiatan perusahaan secara menyeluruh yang bersifat umum dan atau operasional. Kebijakan K3 dibuat melalui proses konsultasi antara pengurus dan wakil tenaga kerja yang kemudian harus dijelaskan dan disebarluaskan kepada semua tenaga kerja, pemasok, dan pelanggan.

Kebijakan K3 bersifat dinamik dan selalu ditinjau ulang dalam rangka peningkatan kinerja K3. Komitmen dan kebijakan K3 harus diadakan peninjauan ulang secara teratur (Benny Madaun, 2016).

II.4 Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) Sebagaimana kita ketahui dalam suatu perusahaan yang bergerak di bidang konstruksi memiliki organisasi yang terstruktur secara utuh dan menyeluruh akan terdiri dari bagian-bagian yang saling berinteraksi baik

(23)

13 secara fisik seperti halnya pimpinan, pelaksana pekerjaan, ahli, material /bahan, dana, informasi, pemasaran dan pasar itu sendiri. Mereka saling bahu- membahu melaksanakan berbagai macam kegiatan yang dilakukan dalam suatu proses pekerjaan yang saling berhubungan karena adanya interaksi dan ketergantungan, segala aktivitas dalam sebuah perusahaan menunjukan adanya sistem didalam-nya. Dengan demikian disimpulkan, bahwa pengertian tentang sistem adalah suatu proses dari gabungan berbagai komponen / unsur / bagian / elemen yang saling berhubungan, saling berinteraksi dan saling ketergantungan satu sama lain yang dipengaruhi oleh aspek lingkungan untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai (Yetti Riris Routa Saragi, 2012).

Manajemen merupakan suatu ilmu pengetahuan tentang seni memimpin organisasi yang terdiri atas kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengendalian terhadap sumber-sumbar daya yang terbatas dalam usaha mencapai tujuan dan sasaran yang efektif dan efisien. Secara sistematis fungsi manajemen menggunakan sumber daya yang ada secara efektif dan efisien untuk itu perlu diterapkan fungsi-fungsi dalam manajemen itu sendiri seperti perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pelaksanaan (actuating) dan pengawasan dan pengendalian (controlling) (Zainal Bakti, 2012).

Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang disebut SMK3 adalah bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi, perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan, pencapaian, peng-kajian dan pemeliharaan kebijakan K3 dalam rangka pengendalian resiko yang berkaitan dengan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor. 09 / PER / M / 2008).

Manfaat penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) bagi perusahaan menurut Tarwaka (2008) adalah:

(24)

14 1. Pihak manajemen dapat mengetahui kelemahan-kelemahan unsur sistem operasional sebelum timbul gangguan operasional, kecelakaan, insiden dan kerugian-kerugian lainnya.

2. Dapat diketahui gambaran secara jelas dan lengkap tentang kinerja K3 di perusahaan.

3. Dapat meningkatkan pemenuhan terhadap peraturan perundangan bidang K3.

4. Dapat meningkatkan pengetahuan, ketrampilan dan kesadaran tentang K3, khususnya bagi karyawan yang terlibat dalam pelaksanaan audit.

5. Dapat meningkatkan produktivitas kerja.

II.5 Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan (SMK3L)

Dikutip dari artikel multiglobalunity.com, 2017. Occupational Health and Safety Management System atau di Indonesia lebih akrab dengan sebutan SMK3 (Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja), umumnya mulai diterapkan di organisasi saat terdapat kepentingan yang mempersyaratkan organisasi / perusahaan untuk menerapkan K3. Seperti biasanya pula, untuk memulai suatu project”, perusahaan umumnya akan mengalami kendala utama, yaitu “mulai dari mana dulu ?”, suatu pertanyaan yang umum terdengar tetapi sangat sulit untuk dijawab.

Dalam memulai penerapan atau mulai mengadopsi sistem manajemen apapun, hal pertama kali yang perlu disiapkan oleh organisasi / perusahaan manapun adalah komitmendari manajemen puncak (Top Management) yang bukan hanya komitmen dalam memberikan dukungan doa dan semangat, tetapi merupakan komitmen penuh dalam mendukung perubahan sikap dan budaya perusahaan dalam menerapkan SMK3 serta dukungan dana / finansial untuk penyusunan dan pelaksanaan SMK3 di organisasi / perusahaan.

Dalam menerapkan SMK3 ada beberapa tahapan yang harus dilakukan agar SMK3 tersebut menjadi efektif, karena SMK3 mempunyai persyaratan- persyaratan tertentu yang harus dibangun didalam

(25)

15 suatu organisasi / perusahaan. SMK3 juga harus ditinjau ulang dan ditingkatkan secara terus menerus didalam pelaksanaanya untuk menjamin bahwa sistem itu dapat berperan dan berfungsi dengan baik serta berkontribusi terhadap kemajuan perusahaan. Untuk lebih memudahkan penerapan standar SMK3, berikut ini dijelaskan mengenai tahapan dan langkah – langkahnya yang terbagi menjadi dua bagian besar, yaitu :

1. Tahap Persiapan, merupakan tahapan atau langkah awal yang harus dilakukan suatu organisasi / perusahaan. Langkah ini melibatkan lapisan manajemen dan sejumlah personel, mulai dari menyatakan komitmen sampai dengan kebutuhan sumber daya yang diperlukan, adapun tahap persiapan ini, antara lain : komitmen manajemen puncak, menentukan ruang lingkup, menetapkan cara penerapan, membentuk kelompok penerapan, menetapkan sumber daya yang diperlukan

2. Tahap pengembangan dan penerapan, dalam tahapan ini berisi langkah – langkah yang harus dilakukan oleh organisasi / perusahaan dengan melibatkan banyak personel, mulai dari menyelenggarakan penyuluhan dan melaksanakan sendiri kegiatan audit internal serta tindakan perbaikannya sampai melakukan sertifikasi. Langkah – langkah tersebut adalah sebagai berikut :

a) Langkah Pertama, Menyatakan Komitmen

Pernyataan komitmen dan penetapan kebijakan untuk menerapan sebuah SMK3 dalam organisasi / perusahaan harus dilakukan oleh manajemen puncak. Persiapan SMK3 tidak akan berjalan tanpa adanya komitmen terhadap sistem manajemen tersebut. Manajemen harus benar – benar menyadari bahwa merekalah yang paling bertanggung jawab terhadap keberhasilan atau kegagalan penerapan SMK3. Komitmen manajemen puncak harus dinyatakan bukan hanya dalam kata – kata tetapi juga harus dengan tindakan nyata agar dapat diketahui, dipelajari, dihayati dan dilaksanakan oleh seluruh staf dan karyawan perusahaan. Seluruh karyawan dan staf harus mengetahui bahwa tanggung jawab dalam

(26)

16 penerapan SMK3 bukan urusan bagian K3 saja. Tetapi mulai dari manajemen puncak sampai karyawan terendah. Karena itu ada baiknya manajemen membuat cara untuk mengkomunikasikan komitmennya keseluruh jajaran dalam perusahaannya. Untuk itu perlu dicari waktu yang tepat guna menyampaikan komitmen manajemen terhadap penerapan SMK3.

b) Langkah Kedua, Menetapkan Cara Penerapan

Dalam menerapkan SMK3, perusahaan dapat menggunakan jasa konsultan dengan mempertimbangkan hal – hal berikut : bahwa konsultan yang baik tentu memiliki pengalaman yang banyak dan bervariasi sehingga dapat menjadi agen pengalihan pengetahuan secara efektif, yang pada akhirnya dapat memberikan rekomendasi yang tepat dalam proses penerapan SMK3, konsultan yang independen memungkinkan konsultan tersebut secara bebas dapat memberikan umpan balik kepada manajemen secara objektif tanpa terpengaruh oleh persaingan antar kelompok didalam organisasi / perusahaan, konsultan jelas memiliki waktu yang cukup, berbeda dengan tenaga perusahaan yang meskipun mempunyai keahlian dalam SMK3 namun karena desakan tugas – tugas yang lain di perusahaan, akibatnya tidak punya cukup waktu.

c) Langkah Ketiga, Membentuk Kelompok Kerja Penerapan.

Jika perusahaan akan membentuk kelompok kerja sebaiknya anggota kelompok kerja tersebut terdiri atas seorang wakil dari setiap unit kerja.

Umumnya manajer unit kerja, hal ini penting karena merekalah yang tentunya paling bertanggung jawab terhadap unit kerja yang bersangkutan.

Terkait jumlah anggota kelompok kerja dapat bervariasi tergantung dari besar kecilnya lingkup penerapan, jumlah penerapan anggota kelompok kerja sekitar delapan orang. Yang pasti jumlah anggota kelompok kerja ini harus dapat mencakup semua elemen sebagaimana disyaratkan dalam SMK3. Pada dasarnya setiap anggota kelompok kerja dapat merangkap

(27)

17 dalam working group, dan working group itu sendiri dapat saja hanya sendiri dari satu atau dua orang. Kelompok kerja akan diketuai dan dikoordinir oleh seorang ketua kelompok kerja, dirangkap oleh Management Representative yang ditunjuk oleh manajemen puncak.

Disamping itu untuk mengawal dan mengarahkan kelompok kerja maka sebaiknya dibentuk Panitia Pengarah (Steering Committee), yang biasanya terdiri dari para anggota manajemen, adapun tugas panitia ini adalah memberikan pengarahan, menetapkan kebijakan, sasaran dan lain – lain yang menyangkut kepentingan organisasi secara keseluruhan. Dalam proses penerapan ini maka kelompok kerja penerapan akan bertanggung jawab dan melaporkan ke Panitia Pengarah.

d) Langkah Keempat, Menetapkan Sumber Daya Yang Diperlukan Sumber daya disini mencakup orang, perlengkapan, waktu dan dana.

Orang yang dimaksud adalah beberapa orang yang diangkat secara resmi diluar tugas – tugas pokoknya dan terlibat penuh dalam proses penerapan.

Perlengkapan adalah perlunya mempersiapkan kemungkinan ruangan tambahan untuk menyimpan dokumen atau komputer tambahan untuk mengolah dan menyimpan data. Tidak kalah pentingnya adalah waktu, karena waktu yang diperlukan tidaklah sedikit terutama bagi orang yang terlibat dalam penerapan, mulai mengikuti rapat, pelatihan, mempelajari bahan – bahan pustaka, menulis dokumen mutu sampai menghadapi kegiatan audit assessment. Penerapan SMK3 bukan sekedar kegiatan yang dapat berlangsung dalam satu atau dua bulan saja. Untuk itu selama kurang lebih satu tahun perusahaan harus siap menghadapi gangguan arus kas karena waktu yang seharusnya dikonsentrasikan untuk memproduksikan atau beroperasi banyak terserap ke proses penerapan ini. Keadaan seperti ini sebetulnya dapat dihindari dengan perencanaan dan pengelolaan yang baik. Sementara dana yang di perlukan adalah dengan membayar konsultan (bila menggunakan konsultan), lembaga sertifikasi, dan biaya untuk pelatihan karyawan diluar perusahaan.

(28)

18 Disamping itu juga perlu dilihat apakah dalam penerapan SMK3 ini perusahaan harus menyediakan peralatan khusus yang selama ini belum dimiliki. Sebagai contoh adalah apabila perusahaan memiliki kompresor dengan tingkat kebisingan diatas rata – rata, karena sesuai dengan

persyaratan SMK3 yang mengharuskan adanya

pengendalian resiko dan bahaya yang ditimbulkan, perusahaan tentu harus menyediakan peralatan yang dapat menghilangkan / mengurangi tingkat kebisingan tersebut. Alat pengukur tingkat kebisingan juga harus disediakan, dan alat ini harus dikalibrasi. Oleh karena itu besarnya dana yang dikeluarkan untuk peralatan ini tergantung pada masing – masing perusahaan.

e) Langkah Kelima, Kegiatan Penyuluhan

Penerapan SMK3 adalah kegiatan dari dan untuk kebutuhan personel perusahaan. Oleh karena itu harus dibangun rasa adanya keikutsertaan dari seluruh karyawan dalam perusahan melalui program penyuluhan. Kegiatan ini harus diarahkan untuk mencapai tujuan, antara lain : menyamakan persepsi dan motivasi terhadap pentingnya penerapan SMK3 bagi kinerja perusahaan, dan membangun komitmen menyeluruh mulai dari direksi, manajer, staf dan seluruh jajaran dalam perusahaan untuk bekerja sama dalam menerapkan standar sistem ini. Kegiatan penyuluhan ini dapat dilakukan dengan beberapa cara, misalnya dengan pernyataan komitmen manajemen, melalui ceramah, surat edaran atau pembagian buku – buku yang terkait dengan SMK3.

f) Langkah Keenam, Peninjauan Sistem

Kelompok kerja penerapan yang telah dibentuk kemudian mulai bekerja untuk meninjau sistem yang sedang berlangsung dan kemudian dibandingkan dengan persyaratan yang ada dalam SMK3. Peninjauan ini dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu : dengan meninjau dokumen prosedur dan meninjau pelaksanaan .

(29)

19 g) Langkah Ketujuh, Penyusunan Jadwal Kegiatan

Setelah melakukan peninjauan sistem, maka kelompok kerja dapat menyusun suatu jadwal kegiatan yang disusun dengan mempertimbangkan hal – hal antara lain : Ruang lingkup pekerjaan, dimana dari hasil tinjauan sistem akan menunjukkan berapa banyak yang harus disiapkan dan berapa lama setiap prosedur itu akan diperiksa, disempurnakan, disetujui dan diaudit. Semakin panjang daftar prosedur yang harus disiapkan, semakin lama waktu penerapan yang diperlukan. Pertimbangan kedua adalah kemampuan Management Representative dan kelompok kerja penerapan, dimana maksud kemampuan disini adalah dalam hal membagi dan menyediakan waktu. Seperti diketahui bahwa tugas penerapan bukanlah satu – satunya pekerjaan para anggota kelompok kerja dan Manajemen Representatif. Mereka masih mempunyai tugas dan tanggung jawab lain diluar penerapan standar SMK3 yang kadang kala juga sama pentingnya dengan penerapan standar ini. Hal ini menyangkut kelangsungan usaha perusahaan seperti pencapaian sasaran penjualan, memenuhi jadwal dan taget produksi. Pertimbangan berikutnya adalah keberadaan proyek, hal ini khusus bagi perusahaan yang kegiatannya berdasarkan proyek (misalnya kontraktor dan pengembangan), maka ketika menyusun jadwal kedatangan asesor badan sertifikasi, pastikan bahwa pada saat asesor datang ada proyek yang sedang dikerjakan.

h) Langkah Kedelapan, Pengembangan Sistem Manajemen K3

Beberapa kegiatan yang perlu dilakukan dalam tahap pengembangan SMK3 antara lain mencakup dokumentasi, pembagian kelompok, penyusunan bagan air, penulisan manual SMK3, prosedur, dan instruksi kerja.

i) Langkah Kesembilan, Penerapan Sistem

Setelah semua dokumen selesai dibuat, maka setiap anggota kelompok kerja kembali ke masing – masing bagian untuk menerapkan sistem yang

(30)

20 ditulis dengan cara antara lain : anggota kelompok kerja mengumpulkan seluruh stafnya dan menjelaskan mengenai isi dokumen tersebut yang juga dapat digunakan untuk mendapatkan masukan – masukan dari lapangan yang bersifat teknis operasional, lalu anggota kelompok kerja bersama – sama staf unit kerjanya mulai mencoba menerapkan hal – hal yang telah ditulis. Setiap kekurangan atau hambatan yang dijumpai harus dicatat sebagai masukan untuk menyempurnakan sistem, cara selanjutnya mengumpulkan semua catatan K3 dan rekaman tercatat yang merupakan bukti pelaksanaan hal – hal yang telah ditulis. Rentang waktu untuk menerapkan sistem ini sebaiknya tidak kurang dari tiga bulan sehingga cukup memadai untuk menilai efektif tidaknya sistem yang telah dikembangkan tadi. Tiga bulan ini sudah termasuk waktu yang digunakan untuk menyempurnakan sistem dan memodifikasi dokumen.

j) Langkah Kesepuluh, Proses Sertifikasi

Ada sejumlah lembaga sertifikasi SMK3,seperti : Sucofindo melakukan sertifikasi terhadap Permenaker 05/Men/1996. Namun Untuk OHSAS 18001 organisasi bebas menentukan lembaga sertifikasi manapun yang diinginkan. Untuk itu organisasi disarankan untuk memilih lembaga sertifikasi OHSAS 18001 yang paling tepat dan dikenal oleh masyarakat luas.

Demikianlah tahapan / langkah – langkah yang harus dijalani untuk dapat memulai penerapan SMK3 (Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja), diharapkan melalui penerapan sistem ini perusahaan dapat memiliki lingkungan kerja yang sehat, aman, efisien dan produktif.

II.6 Peraturan Mengenai Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Sistem Manajemen K3 adalah sistem yang digunakan untuk mengelola aspek K3 dalam organisasi atau perusahaan. Sistem manajemen K3 adalah pengelolaan K3 dengan menerapkan sistem manajemen untuk mencapai hasil

(31)

21 yang efektif dalam mencegah kecelakaan dan efek lain yang merugikan (Yanuar Kurniawan, 2015)

Berdasarkan definisi tersebut maka Sistem Manajemen K3 juga terjadi atas komponen-komponen yang saling terkait dan terintegrasi satu dengan lainnya. Komponen-komponen ini sering disebut elemen sistem manajemen K3 Soehatman Ramli dalam Yanuar Kurniawan (2015) :

1. Peraturan Menteri PU No. 9 Tahun 2008

Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) adalah bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi, perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan penerapan, pencapaian, pengkajian dan pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang selamat, aman, efisien dan produktif.

SMK3 konstruksi bidang pekerjaan umum adalah SMK3 pada sektor jasa konstruksi yang berhubungan dengan kepentingan umum (masyarakat) antara lain pekerjaan konstruksi: jalan, jembatan, bangunan gedung fasilitas umum, sistem penyediaan air minum dan perpipaannya, sistem pengolahan air limbah dan perpipaannya, drainase, pengolahan sampah, pengaman pantai, irigasi, bendungan, bending, waduk, dan lainnya.

Pada bab 3 peraturan menteri PU nomor 9 tahun 2008 pasal 4 dijelaskan tentang ketentuan penyelenggaraan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja di bidang konstruksi, adapun ketentuannya sebagai berikut:

a.) Kegiatan jasa konstruksi yang dilaksanakan oleh pengguna jasa/penyedia jasa terdiri dari jasa pemborongan, jasa konsultasi dan kegiatan swakelola yang aktifitasnya melibatkan tenaga kerja dan peralatan kerja untuk keperluan pelaksanaan pekerjaan fisik di lapangan wajib menyelenggarakan SMK 3 konstruksi bidang pekerjaan umum.

b.) Penyelenggaraan SMK3 Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum wajib menggunakan pedoman ini beserta lampirannya.

(32)

22 c.) Penyelenggaraan SMK3 Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum dikelompokkan menjadi 3 (tiga) kategori, yaitu: Risiko tinggi, adalah mencakup pekerjaan konstruksi yang pelaksanaannya berisiko sangat membahayakan keselamatan umum, harta benda, jiwa manusia dan lingkungan serta terganggunya kegiatan konstruksi, risiko sedang, mencakup pekerjaan konstruksi yang pelaksanaannya dapat berisiko membahayakan keselamatan umum, harta benda dan jiwa manusia serta terganggunya kegiatan konstruksi, risiko kecil, mencakup pekerjaan konstruksi yang pelaksanaannya tidak membahayakan keselamatan umum, harta benda serta terganggunya kegiatan konstruksi.

d.) Kinerja penerapan penyelenggaraan SMK3 Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum dibagi mencapai 3 (tiga), yaitu: Baik, bila mencapai hasil penilaian >85%, sedang, bila mencapai hasil penilaian 60% - 85%, dam kurang, bila mencapai hasil penilaian <60%.

e.) Dalam rangka penyelenggaraan SMK3 Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum harus dibuat Rencana Keselamatan dan Kesehatan Kerja Kontrak (RK3K) oleh penyedia jasa dan disetujui oleh pengguna jasa.

f.) Di tempat kerja harus selalu terdapat pekerja yang sudah terlatih dan/atau bertanggung jawab dalam Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K).

g.) Untuk kegiatan swakelola, perlu ada penentuan pihak yang berperan sebagai penyelenggara langsung dan ihak yang berperan sebagai pengendali.

2. PP No. 50 Tahun 2012

Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang selanjutnya disingkat SMK3 adalah bagian dari sistem manajemen perusahaan secara keseluruhan dalam rangka pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien, dan produktif (Yanuar;2015)

(33)

23 Menurut PP No. 50/2012, penerapan SMK3 bertujuan untuk:

a.) Meningkatkan efektivitas perlindungan keselamatan dan kesehatan b.) kerja yang terencana, terukur, terstruktur, dan terintegrasi

c.) Mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja d.) dengan melibatkan unsur manajemen, pekerja/buruh, dan/atau serikat

pekerja/serikat buruh

e.) Menciptakan tempat kerja yang aman, nyaman, adan efisien untuk mendorong produktivitas.

Pengelolaan K3 dapat lebih komprehensif karena mengikuti kaidah manajemen yang baik, yaitu dimulai dengan proses perencanaan, kemudian penerapan yang didukung oleh sistem pengukuran dan pemantauan dan terakhir dilakukan tinjau ulang secara berkala untuk memperbaiki proses secara berkesinambungan.

3. Peraturan Menteri No.5 Tahun 2014 Tentang Pedoman Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (SMK3) Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum.

Peraturan ini merupakan peraturan terbaru yang dikeluarkan Menteri Pekerjaan Umum. Peraturan ini terdiri dari 7 Bab dengan 24 Pasal, yang terdiri dari Bab I Ketentuan Umum dengan 1 pasal, Bab II Maksud, Tujuan dan Ruang Lingkup dengan 2 pasal, Bab III Penerapan SMK3 Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum yang memuat pasal 4 hingga pasal 10, Bab IV Tugas, Tanggung Jawab dan Wewenang yang memuat pasal 11 hingga pasal 19, Bab V Biaya Penyelenggaraan SMK3 Konstruksi yang memuat pasal 20, Bab VI Sanksi yang memuat Pasal 21, Bab VII Ketentuan Penutup yang memuat pasal 22 hingga 24. Peraturan ini juga dilengkapi dengan format Tata Cara Penetapan Tingkat Risiko K3 Konstruksi, format Rencana K3 Kontrak (RK3K), Format Surat Peringatan, Surat Penghentian Pekerjaan dan Surat Keterangan Nihil Kecelakaan Kerja Bidang Pekerjaan Umum.

(34)

24

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

III.1 Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan pada proyek konstruksi di Provinsi Sulawesi Selatan meliputi:

1. Proyek Pembangunan Jalan dan Jembatan Bypass Makassar Maros Sungguminasa Takalar (Mamminasata)

2. Proyek Pembangunan Reklamasi Center Point of Indonesia (CPI) Kota Makassar

3. Proyek Pembangunan Kolam Regulasi Nipa-nipa diantara Kab. Maros dan Kab. Gowa

4. Proyek Pembangunan Jalan dan Jembatan Middle Ring Road Metropolitan Makassar

5. Proyek Pembangunan Elevated Road Segmen 1 (MYC) Maros-Bone III.2 Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan melalui proses interview dan pengisian kuisioner oleh responden yang dilakukan pada periode waktu bulan Mei 2018 sampai dengan bulan Agustus 2018.

III.3 Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode survei. Menurut Kerlinger (1996), penelitian survei adalah penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil, tetapi data yang dipelajari adalah adalah data dari sampel yang diambil dari populasi tersebut, sehingga ditemukan kejadian-kejadian relative, distribusi, dan hubungan antar variabel sosiologis maupun psikologis.

III.4 Rancangan Penelitian III.4.1 Studi Pendahuluan

1. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Keselamatan berasal dari bahasa Inggris yaitu kata safety dan biasanya

(35)

25 selalu dikaitkan dengan keadaan terbebasnya seseorang dari peristiwa celaka (accident) atau nyaris celaka (near-miss). Jadi pada hakekatnya keselamatan sebagai suatu pendekatan keilmuan maupun sebagai suatu pendekatan praktis mempelajari faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan dan berupaya mengembangkan berbagai cara dan pendekatan untuk memperkecil resiko terjadinya kecelakaan (Anggianika Mardhatillah, 2017).

Kesehatan kerja adalah peningkatan dan memelihara derajat kesehatan tenaga kerja setinggi-tingginya, baik fisik, mental maupun sosial, mencegah dan melindungi tenaga kerja terhadap gangguan kesehatan akibat lingkungan kerja dan faktor-faktor lain yang berbahaya, meningkatkan efisiensi kerja dan produktivitas, serta mengusahakan agar masyarakat lingkungan sekitar perusahaan terhindar dari bahaya pencemaran akibat proses produksi, bahan bangunan, dan sisa produksi (Eko Wibowo, 2015).

2. Kecelakaan Kerja

Kecelakaan kerja adalah kejadian yang tak terduga dan tidak diterapkan karena tidak terdapat unsur kesengajaan dalam bentuk perencanaan, tidak diharapkan karena peristiwa kecelakaan disertai kerugian materiil ataupun penderitaan dari yang paling ringan sampai kepada yang paling fatal. Kecelakaan dapat mengakibatkan dampak buruk bagi perusahaan maupun pekerja, dampak tersebut dapat mengakibatkan kerugian bagi perusahaan yaitu tidak berjalanannya kegiatan produksi sehingga akan menimbulkan biaya yang lebih besar lagi.

Sedangkan bagi pekerja akan mengakibatkan gangguan kesehatan dan juga akan mengakibatkan kematian. Kecelakaan kerja dapat mengakibatkan produktivitas pekerja menurun sehingga pekerja tidak efektif dan efesien dan mengakibatkan tujuan perusahaan terhambat (Dhinar Tiara Luckyta dan Sri Gunani Partiwi, 2012).

3. Komitmen dan Kebijakan K3

Pengusaha dan pengurus harus menunjukkan komitmen K3 dalam bentuk :

(36)

26

➢ Menempatkan organisasi K3 pada posisi yang dapat menentukan keputusan perusahaan.

➢ Menyediakan anggaran, tenaga kerja yang berkualitas dan sarana-sarana lain yang diperlukan di bidang K3.

➢ Menetapkan personel yang mempunyai tanggung jawab, wewenang dan kewajiban yang jelas dalam penanganan K3.

➢ Perencanaan K3 yang terkoordinasi .

➢ Melakukan penelitian kinerja dan tindak lanjut pelaksanaan K3.

Kebijakan K3 adalah suatu pernyataan tertulis yang ditandatangani oleh pengusaha dan atau pengurus yang memuat keseluruhan visi dan tujuan perusahaan, komitmen dan tekad melaksanakan K3, kerangka dan program kerja yang mencakup kegiatan perusahaan secara menyeluruh yang bersifat umum dan atau operasional (Benny Madaun, 2016).

4. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)

Sebagaimana kita ketahui dalam suatu perusahaan yang bergerak di bidang konstruksi memiliki organisasi yang terstruktur secara utuh dan menyeluruh akan terdiri dari bagian-bagian yang saling berinteraksi baik secara fisik seperti halnya pimpinan, pelaksana pekerjaan, ahli, material /bahan, dana, informasi, pemasaran dan pasar itu sendiri. Mereka saling bahu-membahu melaksanakan berbagai macam kegiatan yang dilakukan dalam suatu proses pekerjaan yang saling berhubungan karena adanya interaksi dan ketergantungan, segala aktivitas dalam sebuah perusahaan menunjukan adanya sistem didalam-nya. Dengan demikian disimpulkan, bahwa pengertian tentang sistem adalah suatu proses dari gabungan berbagai komponen / unsur / bagian / elemen yang saling berhubungan, saling berinteraksi dan saling ketergantungan satu sama lain yang dipengaruhi oleh aspek lingkungan untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai (Yetti Riris Routa Saragi, 2012).

Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang disebut SMK3 adalah bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi, perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan

(37)

27 sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan, pencapaian, peng- kajian dan pemeliharaan kebijakan K3 dalam rangka pengendalian resiko yang berkaitan dengan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor. 09 / PER / M / 2008).

5. Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan (SMK3L)

Dalam menerapkan SMK3L ada beberapa tahapan yang harus dilakukan agar SMK3 tersebut menjadi efektif, karena SMK3L mempunyai persyaratan- persyaratan tertentu yang harus dibangun didalam suatu organisasi / perusahaan. SMK3 juga harus ditinjau ulang dan ditingkatkan secara terus menerus didalam pelaksanaanya untuk menjamin bahwa sistem itu dapat berperan dan berfungsi dengan baik serta berkontribusi terhadap kemajuan perusahaan. Untuk lebih memudahkan penerapan standar SMK3L, berikut ini dijelaskan mengenai tahapan dan langkah – langkahnya yang terbagi menjadi dua bagian besar, yaitu :

a. Tahap Persiapan, merupakan tahapan atau langkah awal yang harus dilakukan suatu organisasi / perusahaan. Langkah ini melibatkan lapisan manajemen dan sejumlah personel, mulai dari menyatakan komitmen sampai dengan kebutuhan sumber daya yang diperlukan, adapun tahap persiapan ini, antara lain : komitmen manajemen puncak, menentukan ruang lingkup, menetapkan cara penerapan, membentuk kelompok penerapan, menetapkan sumber daya yang diperlukan

b. Tahap pengembangan dan penerapan, dalam tahapan ini berisi langkah – langkah yang harus dilakukan oleh organisasi / perusahaan dengan melibatkan banyak personel, mulai dari menyelenggarakan penyuluhan dan melaksanakan sendiri kegiatan audit internal serta tindakan perbaikannya sampai melakukan sertifikasi.

6. Peraturan Mengenai Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja a. Peraturan Menteri PU No. 9 Tahun 2008

(38)

28 Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) adalah bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi, perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan penerapan, pencapaian, pengkajian dan pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang selamat, aman, efisien dan produktif.

SMK3 konstruksi bidang pekerjaan umum adalah SMK3 pada sektor jasa konstruksi yang berhubungan dengan kepentingan umum (masyarakat) antara lain pekerjaan konstruksi: jalan, jembatan, bangunan gedung fasilitas umum, sistem penyediaan air minum dan perpipaannya, sistem pengolahan air limbah dan perpipaannya, drainase, pengolahan sampah, pengaman pantai, irigasi, bendungan, bending, waduk, dan lainnya.

b. PP No. 50 Tahun 2012

Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang selanjutnya disingkat SMK3 adalah bagian dari sistem manajemen perusahaan secara keseluruhan dalam rangka pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien, dan produktif (Yanuar;2015)

Menurut PP No. 50/2012, penerapan SMK3 bertujuan untuk:

1. Meningkatkan efektivitas perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja yang terencana, terukur, terstruktur, dan terintegrasi

2. Mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja dengan melibatkan unsur manajemen, pekerja/buruh, dan/atau serikat pekerja/serikat buruh

3. Menciptakan tempat kerja yang aman, nyaman, adan efisien untuk mendorong produktivitas.

c. Peraturan Menteri No.5 Tahun 2014 Tentang Pedoman Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (SMK3) Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum.

(39)

29 Peraturan ini merupakan peraturan terbaru yang dikeluarkan Menteri Pekerjaan Umum. Peraturan ini terdiri dari 7 Bab dengan 24 Pasal, yang terdiri dari Bab I Ketentuan Umum dengan 1 pasal, Bab II Maksud, Tujuan dan Ruang Lingkup dengan 2 pasal, Bab III Penerapan SMK3 Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum yang memuat pasal 4 hingga pasal 10, Bab IV Tugas, Tanggung Jawab dan Wewenang yang memuat pasal 11 hingga pasal 19, Bab V Biaya Penyelenggaraan SMK3 Konstruksi yang memuat pasal 20, Bab VI Sanksi yang memuat Pasal 21, Bab VII Ketentuan Penutup yang memuat pasal 22 hingga 24. Peraturan ini juga dilengkapi dengan format Tata Cara Penetapan Tingkat Risiko K3 Konstruksi, format Rencana K3 Kontrak (RK3K), Format Surat Peringatan, Surat Penghentian Pekerjaan dan Surat Keterangan Nihil Kecelakaan Kerja Bidang Pekerjaan Umum.

III.4.2 Pengumpulan Data 1. Sumber Data

Data yang dipakai dalam tugas akhir ini diambil dari 5 proyek di Sulawesi Selatan. Jenis dan sumber data yang dipergunakan adalah sebagai berikut : a. Data Primer

Yaitu data berupa sejumlah keterangan melalui teknik interview dan kuesioner dengan melakukan survey pada lingkungan K3 proyek yang berkaitan dengan variabel yang akan diteliti.

b. Data Sekunder

Yaitu pengumpulan data yang diperoleh secara langsung yang berupa data umum proyek dan dokumen-dokumen dari proyek yang berkaitan dengan Pedoman Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan (SMK3L) yaitu berupa Komitmen dan Kebijakan K3 tim Proyek/Kontraktor, Perencanaan K3 di Level Proyek, Penerapan dan Operasional K3 di Lapangan, Pemeriksaan dan Evaluasi Kinerja K3, dan Tinjauan Ulang Kinerja K3. Pengumpulan data diambil langsung dari koordinator K3 disetiap proyek berdasarkan :

(40)

30

➢ UU No. 1 Tahun 1970

➢ PP No. 50 Tahun 2012; PP No. 19 Tahun 2003;

➢ Permen PU No. 05/PRT/M/2014; SE Menteri PU No. 66/SE/M/2015

➢ Permenaker No. 4 Tahun 1987; Kep. Menakertrans No. 20 Tahun 2004;

Permenaker No. 13 Tahun 2011; Permenaker No. 1 Tahun 1980;

Kepmenaker No. 187 Tahun 1999; Permenaker No. 5 Tahun 1985;

➢ Kepmenkes No. 1405 Tahun 2002;

➢ Best Practice 2. Variabel Penelitian

Penelitian ini menggunakan dua variabel yakni variabel bebas dan variabel terikat.

a.Variabel Bebas

Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel terikat. Dalam penelitian ini variabel yang menjadi variabel bebas adalah Komitmen dan Kebijakan K3 tim Proyek/Kontraktor, Perencanaan K3 di Level Proyek, Penerapan dan Operasional K3 di Lapangan, Pemeriksaan dan Evaluasi Kinerja K3, dan Tinjauan Ulang Kinerja K3 dalam K3 proyek konstruksi.

b.Variabel Terikat

Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat adanya variabel bebas. Dalam penelitian ini variabel yang menjadi variabel terikat adalah Safety Perfomance Evaluation.

3. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan pada penelitian ini yang berfungsi sebagai alat pengumpul data adalah kuesioner atau angket. Kuesioner yaitu suatu teknik pengumpulan data dengan menggunakan seperangkat daftar pertanyaan yang telah disusun dan kemudian disebarkan kepada responden untuk memperoleh data yang diperlukan. Dalam penelitian ini kuesioner yang dibagikan kepada responden berisi daftar safety performance

(41)

31 evaluation (SPE) dengan pertanyaan yang harus dijawab oleh responden adalah ketentuan tidak/kurang diterapkan, ketentuan sebagian diterapkan, dan ketentuan diterapkan sepenuhnya pada masing-masing proyek.

4. Karakteristik Responden

Responden dalam penelitian ini hanya diajukan kepada Koordinator HSE (Health, Safety, Environment) pada masing-masing proyek.

III.5 Analisa Data

Data dan informasi yang dikumpulkan dari kuesioner ini diharapkan dapat menghasilkan analisis yang tepat yaitu sejauh mana dan bagaimana perbandingan Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan (SMK3L) pada beberapa tipe proyek yang berbeda.

Setelah semua data terkumpul, kemudian dilakukan analisis data dengan cara kuantitatif, yaitu hasil survey berupa kuesioner dari pakar dan responden, dan diolah sesuai dengan metode yang digunakan. Untuk melihat gambaran secara kualitatif mengenai tingkat pemahaman dan penguasaan kompetensi oleh para koordinator K3 proyek digunakan analisis deskriptif.

Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif adalah metode analisis yang digunakan untuk mendapatkan nilai rata-rata, nilai minimum, nilai maksimum, dan nilai median dari masing- masing variabel. Dari nilai rata-rata nantinya maka diharapkan akan didapat kesimpulan sementara dari pertanyaan penelitian secara garis besar.

(42)

32 III.6 Diagram Alir Penelitian

MULAI

Perumusan Latar Belakang dan Perumusan Masalah

Penetapan Tujuan:

Mengidentifikasi tingkat penerapan SMK3L menurut penilaian SPE pada proyek konstruksi

Menganalisis tingkat penerapan SMK3L pada 5 proyek konstruksi Menganalisis tingkat perbandingan SMK3L pada 5 proyek konstruksi

Melakukan Studi Literatur dan Mengumpulkan data Sekunder, mengenai:

• Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)

• Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan kerja (SMK3)

• Semua Dasar Hukum / Referensi mengenai SMK3L

Daftar pertanyaan kuisioner dibuat berdasarkan referensi studi literatur.

Mengumpulkan Data Primer dengan menyebarkan kuesioner kepada responden yaitu pihak Koordinator dan Staff HSE.

A

(43)

33 Merekap kemudian mengolah hasil kuesioner (data umum proyek dan jawaban responden mengenai pertanyaan dari kuesioner)

Analisis dan Pembahasan : - Data Umum Proyek

- Analisis Deskriptif Kuisioner

Kesimpulan dan Saran :

Mengenai Pengukuran Penerapan SMK3L pada proyek konstruksi di Sulawesi Selatan

SELESAI A

(44)

34

BAB IV

ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

IV.1 Gambaran Umum Proyek

IV.1.1 Proyek Jalan dan Jembatan Bypass Mamminasata (Makassar Maros Sungguminasa Takalar)

Pembangunan Jalan dan Jembatan Bypass Mamminasata merupakan proyek yang dibangun dengan menggunakan dana dari APBN dan dilaksanakan oleh pihak kontraktor PT. Bumi Karsa – PT. Harfia Graha Perkasa, KSO.

Pelaksanaan pembangunan proyek Jalan dan Jembatan Bypass Mamminasata dimulai pada bulan Desember 2015 sampai dengan bulan Desember 2018 dengan total durasi proyek 1124 hari.

Tabel 4.1 Data Umum Proyek Pembangunan Jalan dan Jembatan Bypass Mamminasata (MYC)

Nama Proyek Pembangunan Jalan dan Jembatan Bypass Mamminasata (MYC)

Lokasi Jalan Poros Makassar – Maros KM. 31 – (Tahap 1) Konsultan PT. Yodya Karya, JO

Kontraktor PT. Bumi Karsa – PT. Harfia Graha Perkasa, KSO Nilai Kontrak Rp. 245.863.248.000,-

Sumber Dana APBN 2015 – 2018

Waktu Pelaksanaan Desember 2015 – Desember 2018 Progress Fisik 65 %

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Dari tabel normalitas dengan uji Shapiro Wilk didapatkan pada. kelompok K, P1, P2 dan P3 mempunyai nilai p &gt; 0,05 dan dari uji levene

Nama saya Susi Umur saya tujuh tahun Alamat desa Sukamandi Ibu saya bernama Aminah Bapak saya bernama Ramdan.. Agar naik kelas harus giat

[r]

Masalah yang penulis teliti adalah tentang hubungan antara tingkat kecemasan dan kepercayaan diri siswa dengan hasil belajar senam lantai pada gerakan

Kajian struktur,konteks,dan fungsi pertunjukkan nyanyian “ dambus ” serta pelestariannya melalui pelestariannya melalui kegiatan ekstrakulikulerdi SMK I Simpang Katis Kabupaten

Adam Malik Medan yang telah memberikan kesempatan dan sarana kepada saya untuk bekerja sama selama mengikuti pendidikan Magister Kedokteran di Departemen Obstetri dan

Peneliti tersebut di atas adalah Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro yang bermaksud ingin melibatkan Saudara untuk menjadi responden dalam penelitian ini