• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI. Pada bagian ini menjelaskan teori-teori yang berhbungan dengan media pop

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II KAJIAN TEORI. Pada bagian ini menjelaskan teori-teori yang berhbungan dengan media pop"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

10 BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian Teori

1. Media Pembelajaran

Pada bagian ini menjelaskan teori-teori yang berhbungan dengan media pop up book yaitu a) pengertian media, b) ciri-ciri media pembelajaran, c) jenis-

jenis media pembelajaran, dan d) fungsi dan manfaat media pembelajaran.

a. Pengertian Media Pembelajaran

Menurut Arsyad (2013 : 10) media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan maupun informasi dalam proses belajar mengajar sehingga dapat merangsang perhatian dan minat siswa dalam belajar. Segala sesuatu dapat digunakan media pembelajarkan asalkan media yang digunakan dapat merangsang siswa untuk minat belajar dan merasakan senang dalam proses belajar. Sedangkan menurut Sukiman (2012 : 29) Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim kepada penerima. Media pembelajarabn tersebut dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, minat serta kemauan siswa dalam proses belajar sehingga tujuan pembelajaran yang sudah di susun dapat tercapai dengan efektif. Menurut Daryanto (2010 : 04) mendefinisikan media pembelajaran merupakan sara dan prasarana yang digunakan sebagai alat bantu dan bahan kegiatan pembelajaran yang digunakan oleh guru. Djamarah dan Zain ( 2010 : 180) menyatakan apabila guru dalam proses belajar mengajar tidak menggunakan variasi, maka akan

(2)

membosankan anak, perhatian berkurang, mengantuk, malas dan akibatnya tujuan belajar tiak tercapai. Tiga variasi itu adalah gaya mengajar, media dan bahan pembelajaran, interraksi antara guru dan anak. Ketiga variasi itu ditentukan pada proses bukan produk. Apabila ketiga komponen tersebut dikombinasikan dalam penggunaannya maka akan meningkatkan perhatian anak, membangkitkan keinginan dan kemauan belajar. Media berasal dari bahasa latin, yang merupakan bentuk jamak dari “medium” yang memiliki arti secara harfiah yaitu perantara atau pengantar, sedangkan dalam bahasa Arab media berasal dari kata “wasaaila” artinya pengantar pesan atau pengirim kedapa penerima pesan (Sumiharsono, 2017: 9)

Berasarkan beberapa pendapat diatas apat di siumpulkan bahwa media pembelajaran adalah suatu alat perantara atau pengatar untuk menyampaikan sebuah informasi atau pesan kepada siswa agar siswa lebih mengerti dengan materi yang telah disampaikan oleh guru. Serta media juga mempermudah guru dalam proses belajar mengajar. Serta dengan adanya sebuah media dapat menarik siswa untuk lebih aktif serta membuat siswa lebih senang saat proses belajar mengajar berlangsung.

b. Jenis-jenis Media Pembelajaran

Menurut Satrianawati (2018 : 10) terdapat empat jenis-jenis media pembelajaran antara lain : (1) Media visual : media visual adalah media yang bisa dilihat. Media visual mengandalkan pada indra penglihatan contohnya adalah foto, gambar, komik, gambar tempel, poster, majalah, buku, miniatur, alat peraga dll, (2) Media audio : media audio aalah media yang dapat

(3)

didengar. Meia audio mengandalkan pada indra pendengaran atau telinga sebagai salurannya contohnya suara, musik, lagu, alat musik, suara raio, CD dll, (3) Media audio visual : media audio visual adalah media yang dapat di dengar dan juga dapat dilihat. Media audio visual menggerakan indra penglihatan dan indra pendengaran secara bersamaan contohnya media drama, pementasan, film, televisi dll, (4) Media multimedia : media multimedia adalah semua jenis media yang terangkum atau dijadikan satu contohnya internet, belajar menggunakan internet artinya mengaplikasikan semua media yang ada termasuk pembelajaran jarak jauh.

Menurut Ibda ( 2019 : 16 ) terdapat empat macam-macam media pembelajaran antara lain : (1) Media grafis seperti gambar, foto, grafik, bagan, diagram, kartun, poster dan komik. (2) Media tiga dimensi yaitu media dalam bentuk model padat, model penampang, model susun, model kerja dan diorama. (3) Media proyeksi seperti slide, film stips, film dan OHP. Haryono (2015 : 53-57) jenis-jenis media pembelajaran ada dua antara lain :

1. Alat peraga

Alat peraga merupakan salah satu media pembelajaran yang dapat diklasifikasikan menjadi enam : (a) Benda sebenarnya (manusia, tumbuhan, binatang, alam, lingkungan, dan benda buatan manusia), (b) Presentasi, yaitu media yang disajikan dalam bentuk tulisan, dan verbal. Misalnya bahan ajar cetak (buku, lks, modul, majalah, koran dll), catatan dipapan tulis, maing, (c) Presentasi grafis, yaitu media yang disajikan dalam bentuk grafis. Seperti peta, diagram gambar dll, (d) Gambar diam, yaitu gambar yang menyerupai

(4)

aslinya atau sketsa. Misal hasil foto dll, (e) Model, yaitu benda tiruan tentang suatu objek alam, benda budaya, dan manusia. Jenis alat peraga model yaitu model irisan, moel yang disederhanakan, model perbandingan, model susunan dan model lapangan, (f) Alat tiruan yaitu bena yang dibuat menyerupai aslinya misalnya peta timbul, globe, boneka dll.

2. Media teknologi, informasi, komunikasi

Terdapat sembilan jenis media TIK antar lain (a) presentasi/powerpoint, (b) internet, (c) bahan ajar online, (d) multimedia, (e) audio, (f) vieo, (g) animasi, (h) edukasi net, (i) audio radio.

Berdasarkan beberapa pernyataan dapat disimpulkan bahwa peneliti menggunakan jenis media visual salah satu contoh medi visual adalah buku.

Media pop up book salah satu contoh media pembelajaran berbentuk tiga dimensi dan hanya dapat di nikmati oleh panca indra mata.

c. Fungsi dan Manfaat Media Pembelajaran

Menurut Revai (2010 : 2) menyebutkan bahwa manfaat media pembelajaran dapat memperpenting proses dan hasil belajar yang akan dicapai. Pendapat tersebut mengandung pengertian bahwa media yang digunakan dalam proses pembelajaran akan meningkatkan proses pembelajaran, dengan adanya sebuah media dalam proses belajar mengajar akan berjalan dengan lancar dan hasil belajar akan meningkat. Sedangkan menurut Arsyad (2013 : 29) menambahkan bahwa manfaat media pembelajaran yaitu dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi yang disampaikan oleh guru selain itu media pembelajaran juga dapat memberikan

(5)

pengalaman belajar kepada siswa, dan dapat meningkatkan perhatian anak saat proses belajar mengajar berlangsung, dapat mengatasi keterbatasan, indera ruang an waktu.

Menurut Sumiharsono(2017:10-11) secara umum media mempunyai lima kegunaan antara lain : (1) Memperjelas pesan agar tidak terlalu verbalistis, (2) Mengatasi keterbatasan ruang, waktu tenaga dan daya indera, (3) Menimbulkan gairah belajar, interaksi lebih langsung antara murid dengan sumber belajar , (4) Memungkinkan anak belajar mandiri sesuai dengan bakat dan kemampuan visual, auditori dan kinestetikan, (5) Memberi rangsangan yang sama, mepersamakan pengalaman dan menimbulkan persepsi yang sama. Menurut Mais (2016 : 12)terdapat delapan manfaat umum media pembelajaran antara lain :(1) Menyeragamkan penyampaian materi, (2) Pembelajaran lebih jelas an menarik, (3) Proses pembelajaran lebih interaksi, (4) Efesiensi waktu dan tenaga, (5) Meningkatkan kualitas hasil belajar, (6) Belajar dapat ilakukan dimana saja dan kapan saja, (7) Menumbuhkan sikap positif belajar terhadap proses an materi belajar, (8) Meningkatkan peran guru kearah yang lebih positif dan produktif.

Menurut Sumiharsono (2017:11) terapat juga enam fungsi pokok media pembelajaran dalam proses belajar mengajar yang dilakukan oleh guru dan siswa yaitu : (1) Penggunaan media belajar dalam proses belajar mengajar bukan merupakan fungsi tambahan, tetapi mempunya fungsi tersendiri sebagai alaty bantu untu mewujudkan situasi belajar mengajar yang efektif, (2) Penggunaan media pembelajaran merupakan bagian yang integral

(6)

dari keseluruhan situasi mengajar, (3) Media belajar dalam pengajaran mengguanakan integral dengan tujuan dan isi pembelajaran, (4) Media belajar dalam pembelajaran bukan semata-mata alat hiburan atau bukan sekedar pelengkap, (5) Media belajar dalam pembelajaran dalam pengajaran lebih diutamakan untuk mempercepat proses belajar mengajar dan membantu siswa dalam menangkap pengertian yang diberikan oleh guru, (6) Penggunaan media belajar dalam pembelajaran diutamakan untuk mempertinggi mutu belajar mengajar.

Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa manfaat media pembelajar sangat penting dan berpengaruh pada hasil belajar yang ingin dicapai.pemanfaatan media pembelajaran harus dapat memilih sesuai dengan tujuan dan materi pembelajaran agar memperjelas informasi atau pesan yang ingin guru sampaikan. Serta manfaat mefia pembelajaran juga dapat menarik siswa dan siswa dapat merasa senang saat proses belajar berlangsung.

2. Keterampilan Membaca Permulaan a. Keterampilan Membaca

Keterampilan membaca adalah keterampilan mengubah wujud tulisan, gambar, tanda, kode, dan lainya menjadi wujud makna, yang akan memungkinkan untuk dapat maknanya melalui proses berpikir. Membaca adalah proses perubahan wujud lambang, tanda, tulisan, atau gambar menjadi wujud makna. (Martaulina, 2018:3). Keterampilan membaca bisa diperoleh dimana saja, keterampilan membaca pada umumnya diperoleh dengan cara mempelajarinya di sekolah. Keterampilan berbahasa ini merupakan suatu

(7)

keterampilan yang sangat unik serta berperan penting bagi pengembangan pengetahuan, dan sebagai alat komunikasi bagi kehidupan manusia, dikatakan unik karena tidak semua manusia, walaupun memiliki keterampilan membaca, dapat mengembangkannya menjadi alat untuk memberdayakan dirinya atau bahkan menjadikannya budaya bagi dirinya sendiri, dikatakan penting bagi pengembangan pengetahuan karena persentase transfer ilmu pengetahuan terbanyak dilakukan melalui membaca ( Iskandarwassid &

Sunendar, 2011 : 245).

Berdasarkan pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa membaca merupakan sebuah proses pemahaman suatu ide penulis yang terdapat bada bacaan melalui suatu aktivitas yang melibatkan penglihatan, ingatan, pemikiran dan pemahaman yang di lakukan sesorang untuk mendapatkan pesan ataupun informasi yang disampaikan oleh penulis.

b. Membaca Permulaan

Dalman ( 2013 : 85) membaca permulaan adalah suatu keterampilan awal yang harus dipelajari atau dikuasai oleh pembaca. Membaca permulaan adalah tingkat awal agar orang bisa membaca, membaca permulaan mencakup (1) pengenalan bentuk huruf, (2) pengenalan unsur-unsur linguistik, (3) pengenalan hubungan/korespondasi pola ejaan dan bunyi, (kemampuan menyalurkan bahan tertulis), dan (4) kecepatan membaca bertaraf lambat. Nurgiyantoro (2012 : 368) menyatakan bahwa kegiatan membaca adalah aktivitas mental memahami apa yang diutarakan pihak lain melalui saranan tulisan. Membaca permulaan adalah membaca yang diajarkan secara terprogram pada nak prasekolah (Ahmad Susanto, 2011 : 83).

(8)

Ghazali (2010 : 208) membaca merupakan proses pememcahan sandi terhadap simbol-simbol tertulis, karena diawali dengan memahami segmen-segmen terkecil (huruf, suku kata, kata ) dalam teks kemudia dibangun agar mencakup unit-unit yang lebih besar . pengertian ini mengandung makna bahwa seseorang bisa membaca apabila sudah mengetahui segmen-segmen terkecil seperti huruf, suku kata dan kata, baru kemudian bisa merangkai kata-kata tersebut menjadi satu kalimat. Pada membaca permulaan terdapat beberapa aspek yang perlu di perhatikan, Taringan (2008 : 12) mengatakan bahwa aspek-aspek membaca yang bersifat teknis adalah pengenalan bentuk huruf, pengenalan unsur linguistik (fonem, kata, frase, klausa, kalimat), dan pengenalan bunyi dan huruf. Dari aspek- aspek tersebut dapat diperjelas, bahwa aspek keterampilan membaca permulaan menyangkut masalah pengenalan huruf, pengenalan unsur linguistik, serta pengenalan hubungan bunyi dan huruf.

Berdasarkan beberapa pendapat yang dapat disimpulkan bahwa membaca permulaan adalah mengajari dengan lebih menekankan pada aspek-aspek yang menekankan agar siswa dapat mengenali huruf, suku kata, maupun kata dengan tepat sehingga mengubah tulisan menjadi bunyi-bunyi yang memiliki arti atau makna.

c. Tujuan Membaca

Tujuan utama dalam membaca adalah untuk mencari serta memperoleh informasi, mencakup isi, memahami makna bacaan. ( Herlinyanto 2015: 18 ). Tujusn membaca permulaan adalah agar anak dapat mencari dan memperoleh suatu pesan yang terdapat dalam tulisan atau

(9)

memahami suatu makna melalui bacaan (Dalman, 2013 : 11). Menurut Dhieni (2009) tujuan membaca ada enam yaitu, (1) Untuk mendapatkan informasi, (2) Agar citra diri anak meningkat (3) Untuk melibatkan diri dari kenyataan misalnya saat ia merasa jenuh, seih, bahwa putus asa, (4) Untuk mendapatkan kesenangan atau hiburan, (5) Untuk mencari nilai-nilai keindahan atau pengalaman estesis, (6) Tanpa tujuan apa-apa atau karena ditugaskan dan untuk membaca juga bisa untuk belajar

Berdasarkan tujuan membaca diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan membaca adalah untuk memahami atau mendapat informasi yang menurut pembaca penting serta dengan membaca dapat merasa terhibur ataupun senang.

d. Tahap-tahap Membaca Permulaan

Kemampuan membaca setiap anak sangatlah berbeda sesuai dengan usia serta sejauh mana tahapan pencapaian siswa dalam belajar membaca.

Menurut Abdurrahman (2012 : 26) membagi lima tahapan dalam membacaadalah :

(A) Kesiapan membaca yang dimaksud kesiapan membaca adalah mental anak siap atau belum untuk belajar membaca pada umumnya anak sudah memiliki kesiapan membaca pada usia 6 tahun, akan tetapi ada beberapa penelitian menunjukan bahwa kesiapan membaca anak sudah terjadi saat anak duduk di usia dini. Pada tahap ini anak mulai meusatkan perhatiannya pada satu atau dua aspek dari suatu kata, seperti huruf pertama yang ada pada suatu kata dan gambarnya. (B) Membaca permulaan pada tahap membaca permulaian dimulai sejak anak masuk kelas 1 Sekolah Dasar, yaitu pada saat berusia 6-7 tahun. Akan tetapi ada beberapa anak yang sudah belajar membaca ditaman kanak-kanak dan paling lambat anak belum mampu membaca pada waktu anak duduk di kelas 2 Sekolah Dasar. Pada tahap ini, anak mulai mempelajari kosa kata dan dalam waktu yang bersamaan anak belajar membaca dan

(10)

menuliskan kosa kata tersebut. (C) Keterampilan membaca cepat pada tahap keterampilan membaca cepat atau membaca lancar terjadi pada anak duduk di kelas 3 Sekolah Dasar. Anak sudah menguasai atau memahami keterampilan membaca memerlukan pemaham symbol dengan bunyi. Untuk anak kelas 3 Sekolah dasar sudah mampu membaca 100-140 kata permenit dengan kesalahan sedikit. (D)Membaca luas untuk tahap membaca luas terjadi pada anak dibangku kelas 4-5 Sekolah Dasar. Anak sudah gemar dan menikmati kegianatan membaca dan juga berbagai variasi buku bacaan seperti majalah atau buku cerita dengan penuh motifasi untuk memudahkan mereka dalam membaca. Untuk tahap ini guru dan orang tua harus memperkaya kosa kata anak, menganalisis struktur kalimat atau mereview berbagai sumber bacaan yang mampu menarik anak untuk lebih membaca. (E)Membaca yang sesungguhnya pada tahap yang terakhir yaitu tahap membaca yang sesungguhnya akan terjadi pada anak yang duduk pada kelas 6 Sekolah Dasar dan berkelanjutan hingga dewasa. Mereka tidak membaca untuk berlajar membaca akan tetapi membaca sebagai pemahaman anak untuk mengetahui, mempelajari bidang studi tertentu. Kemahiran anak dalam membaca akan terlihat sesuai dengan latihan membaca yang dilakukan anak pada sebelumnya.

Beberapa pendapat dapat disimpulkan bahwa tahap-tahap membaca permulaan adalah siwa harus mengenal huruf terlebih dahulu, suku kata, kata baru ke kalimat. Siswa harus diajarkan sesuai dengan tahapan-tahapan tidak boleh langsung diajarkan kalimat karenan sebagian anak untuk kelas 1 masih ada yang bingung membedakan abjad seperti b dan d. Anak sering terbolak balik menyebutkan huruf tersebut. Maka dari itu harus diajarkan sesuai dengan tahap-tahapan belajar membaca permulan.

3. Anak Berkebutuhan Khusus

a. Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus

Anak berkebutuhan khusus adalah anak-anak yang mengalami penyimpangan, kelainan atau ketunaan dalam segi fisik, mental, emosi dan sosial, atau dari gabungan dari hal-hal tersebut sedemikian rupa sehingga mereka memerlukan pelayanan pendidikan yang khusus yang disesuaikan

(11)

dengan kebutuhan masing-masing anak atau sesuai dengan penyimpangan, kelainan dan ketunaan mereka(Ganda Sumekar 2009 : 2). Anak Berkebutuhan Khusus (special nees children) dapat diartikan sebagai anak yang lambat (slow) atau anak yang mengalami gangguan (retarded) yang tidak akan pernah berhasil disekolah sebagai anak-anak pada umumnya. Anak Berkebutuhan Khusus juga dapat diartikan sebagai anak yang mengalami gangguan fisik, mental, inteligensi, dan emosi sehingga anak membutuhkan pembelajara secara khusus (E. Kosasih, 2012).

Anak Berkebutuhan Khusus atau bisa dikenal dengan istilah “ABK”

adalah anak yang memiliki kondisi berbeda dengan anak-anak lain pada umumnya. Kondisi berbeda ini dapat jadi dalam hal : karakteristik mental, kemampuan fisik, kemampuan sensoros, kemampuan komunikasi (verbal dan nor verbal). Ketahanan diri, kemampuan menghargai dan menikmati aktivitas dalam hidul (Kirk, Gallagher, Coleman, & Anastasiow, 2011). Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) adalah anak yang memiliki kebutuhan khusus secara permanen ataupun sementara sehingga memerlukan layanan pendidikan yang berbeda dengan anak normal( Santoso,2012).

Beberapa teori-teori diatas dapat di simpulkan bahwa Anak Berkebutuhan Khusus adalah anak yang memiliki kondisi yang berbeda dengan anak pada umumnya karena anak berkebutuhan khusus memiliki gangguan pribadi, emosi, mental, fisik maupun komunikasi. Anak berkebutuhuan khusus juga berhak mendapatkan pendidikan yang sama dengan anak pada umumnya dengan disesuaikan dengan kebutuhan masing-

(12)

masing anak. Anak berkebutuhan khusus biasanya belajar di Sekolah Luar Biasa ataupun Sekolah Inklusi.

b. Anak Autis

Autisme adalah perkembangan kekacauan otak atau gangguan pervasif yang ditandai dengan terganggunya interaksi sosial, keterlambatan, gangguan perasaan dan emosi, interaksi sosial, gangguan dalam perasaan sensoris, serta keterbatasannya dalam tingkah laku yang berulang-ulang.

Gangguan yang membuat seseorang menarik diri dari dunia luar dan menciptakan dunianya sendiri seperti berbicara, tertawa, menangis dan marah-marah (Huzeamah, 2010 : 5-6). Autis adalah kelainan syaraf yang unik. Belum ada tes medis yang apat membedakan diagnosis autis.

Diagnosisnya hanya bisa ilakukan oleh seseorang profesional yang sudah terbiasa yang terjadi pada masa anak-anak, yang membuat seseorang tidak mampu mengadakan interaksi sosial, dan seolah-olah hidup dalam dunianya sendiri. Autis adalah gangguan perkembangan (Fadhli, 2010).

Sunu (2012 : 7) autisme berasal dari kata “auto” yang artinya sendiri.

Istilah ini dipakai karena mereka yang mengidap gejala autisme sering kali memang terlihat seperti seseorang yang sedang hidup sendiri. Mereka seolah olah hidup dengan dunianya sendiri dan terlepas dengan kontak sosial yang ada dengan sekitarnya. Sedangkan menurut Priyatna (2010 :2) mengatakan bahwa autis mengacu pada problem dengan interaksi sosial, komunikasi, dan bermain dengan imajinatif yang mulai muncul saat anak berusia dibawah tiga tahun dan mereka memiliki keterbatasan pada level aktivitas dan interest dan

(13)

hampir tujuh puluh lima persen dari abnak autis mengalami beberapa derajat retardasi mental.

Beberapa teori-teori diatas dapat disimpulkan bahwa autis adalah anak yang mengalami kelainan pada sistem saraf yang mengakibatkan terganggunya interaksi sosial maupun komunikasi. Anak autis memiki dunianya sendiri seperi kadang senyum-senyum, marah maupun tertawa sendiri.

c. Klasifikasi Anak Autis

Anak autis sangat bermacam-macam, terdapat anak autis ringan, sedang maupun berat. Menurut Prasetyo ( 2008 : 20 ) terdapat enam klasifikasi anak autis yaitu :

1. Anak masa kanak-kanak ( Autis Infatile)

Autis masa kanak-kanak aadalah gangguan perkembangan pada anak yang gejalannya sudah tampak saat anak sebelum mencapai umur 3 tahun. Anak-anak ini sering juga menunjukkan emosi yang tidak wajar, mengamuk tidak terkendali, rasa takut yang tidak wajar, menangis dan tertawa tanpa sebab, anak-anak ini menunjukan gangguan sensoris seperti adanya kebutuhan untuk mencium/menggigit benda dan tidak suka dipeluk.

2. Sperger Syndrome (AS)

Sperger Syndrome mirip engan autis Infantile dalam hal ini anak autis kurang interaksi sosial, tetapi mereka masih mampu berkomunikasi cukup baik. Anak sering memperhatikan perilakunya yang tidak wajar, minat yang terbatas dan anak mengalami kesilitan untuk berkomunikasi dengan teman sebayanya.

Anak Sperger Syndrome memiliki daya ingatan yang kuat sertya perkembangan bicaranya tidak memiliki gangguan dan cukup lancar.

3. Attention Deficit Hyperactive Disorder (ADHD)

ADHD adalah gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas.

Hiperaktivitas adalah perilaku motorik yang berlebihan.

4. Pervasive Developmental Disorder Not Otherwis Specifed (PDD-NOS)

Gangguan perkembangan pervasif mempunyai gejala gangguan perkembangan dalam biang komunikasi, interaksi maupun perilaku

(14)

namun gejalanya tidak sebanyak pada autis infatile. Kualitas ari gangguan tersebut lebih ringan sehingga kadang-kadang anak ini masih bisa bertatap mata, ekspresi fasial tiak terlalu datar dan masih bisa diajak bergurau.

5. Anak Gifted

Anak gifted adalah anak dengan intelegensi yang mirip dengan intelegensi yang super atau genius, namun memiliki gejala-gejala perilaku yang mirip dengan autis, intelegensi yang jauh diatas normal membuat erilaku mereka sering kali terkesan aneh.

6. Rett Syndrome

Anak dengan rett syndrome memiliki ciri dengan periode regresi yang mempengaruhi bicara dan bahasa, sosial, perilaku, perkembangan dan kesulitan belajar yang hebat.

Berdasarkan macam-macam klasifikasi diatas dapat disimpulkan bahwa memang anak autis memiliki jenis klasifikasi yang berbeda-beda satu dengan yang lain serta penanganan juga berbeda sesuai dengan kebutuhan anak. siswa autis yang terdapat di SDLB Putra Mandiri Lamongan termasuk jenis autis PDD-NOS.

4. Media Pop Up Book a. Pengertian Pop Up Book

Menurut Bluemel dan Taylor (2012 : 22) mengemukakan bahwa pop- up book adalah sebuah buku yang menampilkan potensi untuk bergerak dan

interaksinya melalui penggunaan kertas sebagai bahan lipatan, gulungan, bentuk, roda atau putarannya. Dzuanda (2011 : 1) menjelaskan bahwa pop-up book adalah sebuah buku yang memiliki bagian yang dapat bergerak atau

memiliki unsur tiga dimensi serta memberikan unsur visualisasi cerita yang lebih menarik, mulai dari tampilan gambar yang dapat bergerak ketika halamannya dibuka.

Berdasarkan beberapa pendapat mengenai pop up book dapat disimpulkan bahwa pop up book adalah sebuah buku yang berbentuk tiga

(15)

dimensi. Dimana nantinya terdapat gambar-gambar beragam warna yang dapat menarik perhatian siswa. Pop up book terbuat dari sebuah kertas dan apabila halaman buku pop up book dibuka maka gambarnya akan berdiri tegak.

b. Rancangan Media Pop Up Book

Media pop up book adalah sebuah media yang berbentuk tiga dimensi yang terbuat dari kertas invory dan kertas art carton dengan ukuran seperti kertas A3 dengan tampilan yang mudah diigunakan dalam belajar membaca permulaan untuk siswa autis. Media pop up book nantinya di halaman pertama akan berisi huruf abjad, halaman kedua berisi suku kata dan untuk halaman ketiga terdapat kalimat suku kata.

1. Huruf Abjad

Untuk halaman ini nantinya siswa dikenalkan ulang semua huruf abjad sebelum membaca.

2.1 Gambar huruf abjad

Berdasarkan gambar diatas, nantinya ada huruf tiga dimensi dan dibawahnya ada huruf putus-putus yang nantinya siswa autis menebali

(16)

terlebih dahulu baru membaca hurufnya karena untuk memfokuskan siswa autis untuk belajar harus dengan meminta siswa autis untuk menebali.

2. Kata eja

Halaman ini nantinya siswa diminta untuk membaca dengan tulisannya mengeja terlebih dahulu.

2.2 Gambar Contoh Kata Eja

Sesuai dengan gambar diatas, terdapat gambar salah satu olah raga dan terdapat tulisn eja seperti “m-a-k-a-n” nantinya siswa menebali huruf putus- putus di bawahnya baru membaca.

3. Kalimat Suku Kata

Halaman ketiga digunakan untuk siswa belajar membaca kalimat pendek.

(17)

2.3 Gambar Contoh Persuku Kata

Seperti gambar diatas nantinya siswa membaca dengan cara menebali tulisan terlebih dahulu. Kalimatnya nanti berupa kalimat pendek. Namun kalimatnya juga tulisanya persuku kata.

4. Cerita

Halaman selanjutnya terdapat cerita pendek untuk siswa belajar membaca.

2.4 Gambar Contoh Cerita

B. Kajian Penelitian yang Relevan

Penelitian yang terkait dengan penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian yang di lakukan oleh Putri Ardhiyanti (2017) dengan judul

“Metode bercerita bermedia pop-up book terhadap kemampuan komunikasi

(18)

anak autis pada sekolah anak berkebutuhan khusus”, peneliti yang dilakukan Vina Asriani (2019) dengan judul “ Math pop up comic book media pembelajaran matematika untuk siswa penderita autism”. Perbedaan dan persamaan antara peneliti yang relevan dengan peneliti saat ini akan dijelaskan pada table sebagai berikut :

No .

Penelitian Relevan

Persamaan dengan Peneliti

Perbedaan dengan P[eneliti

1. Metode bercerita bermedia pop-up book terhadap kemampuan komunikasi anak autis pada sekolah anak berkebutuhan khusus Tahun 2017

a. Jenis media b. Penelitian untuk

siswa autis

Peneliti terdahulu untuk melatih komunikasi sedangkan pada peneliti yang di lakukan materi yang digunakan adalah keterampilan

membaca permulaan siswa autis kelas 1 Sekolah Dasar

2. Math pop up comic book media pembelajaran matematika untuk siswa penderita autism

Tahun 2019

a. Jenis media b. Penelitian untuk

siswa autis

Peneliti terdahulu untuk melatih

matematika sedangkan pada peneliti yang di lakukan materi yang digunakan adalah keterampilan

membaca permulaan siswa autis kelas 1 Sekolah Dasar

(19)

C. Kerangka Pikir

Gambar 2.5 Kerangka pikir penelitian dan pengembangan media Pop Up Book untuk membaca permulaan siswa autis kelas 1 sekolah dasar

Kondisi Lapangan Berdasarkan hasil wawancara dan observasi di SDLB Putra Mandiri Lamongan yang dilakukan pada tanggal 24 Oktober 2019 bersama guru SDLB Putra Mandiri Lamongan :

1. Pada saat mengajari siswa autis kelas 1 membaca guru jarang menggunakan media pembelajaran

2. Siswa autis sering bosan dan bermain sendiri

3. Media pembelajaran hanya kartu dan jarang di gunakan

Analisis Kebutuhan

Media pembelajaran khususnya media membaca dapat menarik siswa, memotivasi belajar siswa serta media ddapat mengikutsertakan siswa dalam proses pembelajaran.

Metode

Metode yang digunakan adalah metode penelitian dan pengembangan ADDIE yang terdapat 5 langkahpengembanganyaitu : (1) Analisis (Analysis), (2) Desain (Design), (3) Pengembangan (Development), (4) Penerapan (Implementation), (5) Evaluasi (Evaluation) .

Kondisi Ideal

1. SDLB Putra Mandiri Lamongan pada kelas 1 menggunakan kurikulum 13 yang dibuat khusus untuk anak autis. K13 dibuat khusus oleh provinsi.

2. Pembelajaran untuk siswa autis menggunakan media karena media berperan

penting untuk

meningkatkan semangat siwa dalam proses belajar.

Tindak Lanjut

Mengembangkan media Pop Up Book Berdasar Model ADDIE Pada Pembelajaran Membaca Permulaan Untuk Siswa Kelas 1 Sekolah Dasar

Luaran

Luaran yang di hasilkan oleh peneliti adalah menghasilkan produk pengembangan media Pop Up Book sebagai media untuk melatih siswa autis membaca permulaan kelas 1 sekolah dasar yang valid

(20)

1

Gambar

Gambar 2.5  Kerangka pikir penelitian dan pengembangan media Pop Up Book untuk  membaca permulaan siswa autis kelas 1 sekolah dasar

Referensi

Dokumen terkait

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Bupati tentang Pemberian Tambahan Penghasilan

Oleh karena itu, remaja akan menghadapi stresnya dengan strategi coping yang berbeda-beda, ada yang menggunakan strategi coping yang berfokus pada permasalahan

Dalam hal tidak terdapat kekurangan, kekeliruan, keberatan, dan atau penolakan dari Pengusul, maka Kepala LPPM dan Ketua Pengusul dapat langsung menandatangai

• 3 elektron membentuk ikatan kovalen, sehingga tersisa sebuah hole konsentrasi hole meningkat di pita valensi • Campuran bahan tersebut disebut sebagai akseptor karena konduksi

Untuk lebih mengetahui dan memahami unsur-unsur apa saja yang terdapat dalam iklan Kartu XL versi sulap, maka akan digunakan tabel yang berupa potongan gambar tiap

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ekstrak etanol buah naga daging merah (Hylocereus polyrhizus)dapat menurunkan kadar glukosa darah pada diabetes tipe 1

Sesuai dengan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan kekuatan geser pelekatan resin komposit packable dengan intermediate layer resin komposit flowable menggunakan