3. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian asosiatif. Menurut (Sugiyono, 2003) penelitian asosiatif adalah suatu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh ataupun juga hubungan antara dua variabel atau lebih. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Menurut (Sugiyono, 2003) pengertian kuantitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, yang digunakan untuk meneliti populasi atau sampel tertentu dimana pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif atau statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.
Penelitian ini menggunakan metode asosiatif karena metode ini dirancang untuk melihat apakah ada pengaruh dan seberapa besar pengaruh dari social class, financial literacy, financial self efficacy, dan financial socialization terhadap perilaku overspending. Di mana hubungan antara variabel dalam penelitian akan dianalisis dengan menggunakan ukuran-ukuran statistik yang relevan atas data tersebut untuk menguji hipotesis.
3.2. Gambaran Populasi dan Sampel 3.2.1. Populasi
Populasi adalah gabungan dari seluruh elemen yang berbentuk peristiwa, hal atau orang yang memiliki karakteristik yang serupa yang menjadi pusat perhatian seorang peneliti (Ferdinand, 2014). Menurut (Sugiyono, 2014), populasi adalah wilayah generalisasi terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu. Target populasi yang digunakan pada penelitian ini adalah wanita yang berdomisili di Surabaya yaitu sebesar 1.441.900 (Badan Pusat Statistik, 2015).
3.2.2. Sampel
Sampel merupakan bagian dari populasi yang ingin diteliti oleh peneliti.
Menurut Sugiyono (2014) “Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik
menggunakan cara tertentu yang didasarkan oleh pertimbangan-pertimbangan yang ada. Dalam teknik pengambilan sampel ini, penulis menggunakan teknik purposive sampling. Menurut (Sugiyono, 2014), purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel dimana sumber data yang diambil didasarkan dengan pertimbangan tertentu.
Dalam penelitian ini, kriteria penarikan sampel adalah sebagai berikut:
1. Memiliki KTP Surabaya 2. Diatas 20 tahun
3. Wanita pernah menikah dan masih dalam status menikah
4. Ibu rumah tangga kalangan menengah ke atas yang memiliki pengeluaran keluarga per bulan di atas Rp 3.000.000,00. (Departemen Keuangan, 2015)
Teknik penentuan jumlah sampel dengan menggunakan Slovin, karena jumlah populasi diketahui. Pertanyaan yang sering diajukan dalam metode pengambilan sampel adalah berapa jumlah sampel yang dibutuhkan dalam penelitian. Sampel yang terlalu kecil dapat menyebabkan penelitian tidak dapat menggambarkan kondisi populasi yang sesungguhnya. Sebaliknya, sampel yang terlalu besar dapat memperpanjang proses input data. Rumus yang digunakan dalam metode penelitian ini adalah:
n = N 1+ Ne2 n = 1.441.900
1+1.441.900Χ0,12 = 1, 962.0, 5.(1− 0, 5) 0,12 n 99.99 ≈ 100 responden Rumus 3.1. Formula Slovin Keterangan:
n = jumlah sampel N = jumlah populasi
e = batas toleransi kesalahan (error tolerance)
Menurut (Sevilla, 2007) batas toleransi kesalahan dinyatakan dalam persentase. Semakin kecil toleransi kesalahan, semakin akurat sampel menggambarkan populasi. Pada penelitian ini, peneliti mengambil batas toleransi
kesalahan sebesar 10% berarti memiliki tingkat akurasi 90%. Setelah melakukan perhitungan menggunakan rumus Slovin maka peneliti akan mengambil responden sebanyak 100 responden.
Sampel diambil dari responden yang merupakan pengunjung pusat perbelanjaan di Pasar Atom Mall Surabaya.
3.3. Jenis dan Sumber Data
Penelitian ini menggunakan data primer. Menurut (Umar, 2003), data primer merupakan data yang didapat dari sumber pertama, misalnya individu atau perseorangan. Sedangkan menurut (Sarwono, 2012), data primer adalah data yang berasal dari sumber asli atau sumber pertama yang secara umum disebut sebagai nara sumber. Data ini tidak tersedia dalam bentuk terkompilasi ataupun dalam bentuk file. Data diperoleh dari pengumpulan jawaban responden melalui penyebaran kuisioner. Sumber data pada penelitian ini adalah kuisioner yang akan dibagikan kepada responden sesuai dengan kriteria sampel yang ditentukan.
3.4. Metode dan Prosedur Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti yaitu dengan pembagian kuisioner kepada responden yang merupakan sumber primer. Kuisioner merupakan alat teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab. Kuisioner merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari responden (Iskandar, 2008) Cara memperoleh data dalam penelitian adalah dengan membagikan kuisioner yang akan diisi oleh responden yaitu para ibu rumah tangga. Kuisioner akan diisi secara langsung oleh responden, dan jika responden tidak mampu mengisi sendiri, maka akan dibantu oleh petugas untuk diisikan berdasarkan jawaban responden setelah pertanyaan pada kuisioner dibacakan. Kuisoner akan dibagikan secara langsung oleh peneliti kepada responden yang kemudian variabelnya akan diukur melalui skala likert 1-5.
Sedangkan makna skor 1-5 tersaji pada tabel 3.1
Tabel 3.1. Skala likert kategori pengukuran pernyataan kuisioner 1 Sangat Tidak Setuju
2 Tidak Setuju 3 Ragu-Ragu 4 Setuju
5 Sangat Setuju
Sumber: Sugiyono (2014)
3.5. Definisi Operasional 3.5.1. Variabel Dependen
Konsep : Perilaku Overspending
Definisi Operasional : Membelanjakan uang secara berlebihan
Indikator Empirik : Indikator dari variabel ini diukur menggunakan pernyataan mengenai:
1. Membeli hal-hal yang diinginkan meskipun tidak mampu untuk membelinya.
2. Merasa sulit untuk menabung, jika menerima penghasilan tambahan.
3. Cenderung membelanjakan uang pada saat menerima penghasilan tambahan.
4. Membeli barang demi untuk kesenangan.
5. Sepertiga penghasilan digunakan untuk membayar tagihan.
6. Selalu menunda pembayaran tagihan karena menghadapi kesulitan keuangan.
7. Cenderung membayar saldo minimum untuk tagihan kartu kredit.
8. Cenderung terus membeli barang favorit dalam jumlah banyak.
9. Sulit untuk berkata “tidak” pada diri sendiri untuk tidak membeli barang yang diinginkan. (Today, 2005) Total dari tanggapan responden terhadap 9 pernyataan terkait perilaku overspending dilakukan dengan cara menjumlahkan seluruh skor tanggapan
responden dan membaginya dengan jumlah pernyataan untuk mendapatkan rata- rata tanggapan responden terkait perilaku overspending.
Berdasarkan rata-rata tanggapan responden terhadap 9 pernyataan, akan dibagi menjadi 2 penggolongan nilai dengan cara:
Nilai tertinggi-nilai terendah
Kategori penggolongan nilai (Simamora, 2002) 5 −1
2 = 2 ………...(3.2)
Keterangan :
5 = skala Likert dengan jawaban paling tinggi 1 = skala Likert dengan jawaban paling rendah 2 = penggolongan nilai overspending
Tabel 3.2. Coding Overspending
Overspending Hasil Kode
Tidak 1-3 1
Ya >3-5 2
Coding perilaku overspending menggunakan kode 1 dan 2. Kode 1 berarti tidak berperilaku overspending, sementara kode 2 berarti berperilaku overspending.
3.5.2. Variabel Independen
1. Konsep : Social Class
Definisi Operasional : Pembedaan atau pengelompokkan anggota masyarakat secara vertikal (bertingkat).
Indikator Empirik : Tingkat pengeluaran dan tingkat pendidikan (Soekanto, 2006).
Tabel 3.3. Coding Social Class (Pengeluaran)
Sumber: Departemen Keuangan (2015)
Tabel 3.4. Coding Social Class (Pendidikan)
2. Konsep : Financial Literacy
Definisi Operasional : Kemampuan individu untuk memahami pengetahuan keuangan.
Indikator Empirik : Indikator dari variabel ini diukur menggunakan pertanyaan mengenai:
1. Pengetahuan umum
2. Pengetahuan tabungan dan pinjaman 3. Pengetahuan asuransi
4. Pengetahuan investasi (Chen & Volpe, 1998).
Variabel ini diukur dengan menggunakan scoring. Berdasarkan pertanyaan diatas, akan dibagi menjadi 3 penggolongan nilai dengan cara: (Simamora, 2002)
100 − 0
3 = 33,333 ……….. (3.3)
Social Class Kode
Rp 3.000.000-Rp 5.000.000 Rp 5.000.001-Rp 7.500.000
>Rp 7.500.001
1 2 3
Social Class Aspek
Pendidikan
Kode Sekolah Dasar (SD)
Sekolah Menengah Pertama (SMP)
Sekolah Menengah Akhir (SMA)
Rendah 1
Diploma Sedang 2
S1
Pasca Sarjana (S2/S3) Tinggi 3
Keterangan :
100 = nilai paling tinggi 0 = nilai paling rendah
3 = penggolongan nilai financial literacy
Tabel 3.5. Coding Financial Literacy
3. Konsep : Financial Self Efficacy
Definisi Operasional : Keyakinan individu terhadap kemampuannya untuk mengatur dan melaksanakan tindakan untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.
Indikator Empirik : Indikator dari variabel ini diukur menggunakan pernyataan mengenai:
1. Merasa sulit berperilaku sesuai rencana pengeluaran yang sudah dibuat ketika pengeluaran tak terduga muncul.
2. Merasa sulit dalam upaya mencapai tujuan finansial pribadi.
3. Biasanya menggunakan kartu kredit saat biaya tidak terduga muncul.
4. Sulit menemukan solusi ketika dihadapkan dengan tantangan finansial.
5. Kurang percaya diri dalam kemampuan mengelola keuangan pribadi.
Tingkat Financial Literacy Nilai Kode
Rendah 0–33,3 1
Sedang >33,3 - 66,6 2
Tinggi >66,6 – 100 3
6. Khawatir kehabisan uang di masa pensiun (Lown, 2011).
Total dari tanggapan responden terhadap 6 pernyataan terkait financial self efficacy dilakukan dengan cara menjumlahkan seluruh skor tanggapan responden dan membaginya dengan jumlah pernyataan untuk mendapatkan rata-rata tanggapan responden terkait financial self efficacy.
Berdasarkan rata-rata tanggapan responden terhadap 6 pernyataan, akan dibagi menjadi 2 penggolongan nilai dengan cara:
Nilai tertinggi-nilai terendah
Kategori penggolongan nilai (Simamora, 2002) 5 −1
2 = 2 ………...(3.2)
Keterangan :
5 = skala Likert dengan jawaban paling tinggi 1 = skala Likert dengan jawaban paling rendah 2 = penggolongan nilai financial self efficacy
Tabel 3.6. Coding Financial Self Efficacy
Financial Self Efficacy Hasil Kode
Tinggi 1-3 2
Rendah >3-5 1
Coding financial self efficacy menggunakan kode 1 dan kode 2. Kode 2 mewakili financial self efficacy tinggi yang mencerminkan bahwa seseorang mampu (cakap) dalam mengelola keuangan, sementara kode 1 mewakili financial self efficacy rendah yang mencerminkan bahwa seseorang tidak mampu (cakap) dalam mengelola keuangan.
4. Konsep : Financial Socialization
Definisi Operasional : Proses dimana anak belajar tentang cara
memfungsikan diri dalam pasar sebagai konsumen
dalam pengelolaan uang melalui teladan orang tua sebagai agen sosialisasi utama.
Indikator Empirik : Indikator dari variabel ini diukur menggunakan pertanyaan mengenai:
1. Orang tua memberikan contoh yang baik saat melakukan manajemen keuangan.
2. Komunikasi manajemen keuangan kepada orang tua.
3. Orang tua mengawasi pengeluaran anak.
4. Orang tua menolong anak untuk berhemat.
5. Orang tua bangga terhadap anak yang menabung.
6. Orang tua memberikan nasihat tentang bagaiman menggunakan uang.
7. Orang tua hanya menginjinkan untuk membeli sesuatu yang benar-benar diperlukan.
8. Orang tua menginginkan anak untuk berhemat.
(Sirine & Utami, 2016)
Total dari tanggapan responden terhadap 8 pernyataan terkait financial socialization dilakukan dengan cara menjumlahkan seluruh skor tanggapan responden dan membaginya dengan jumlah pernyataan untuk mendapatkan rata- rata tanggapan responden terkait financial socialization.
Berdasarkan rata-rata tanggapan responden terhadap 8 pernyataan, akan dibagi menjadi 2 penggolongan nilai dengan cara:
Nilai tertinggi-nilai terendah
Kategori penggolongan nilai (Simamora, 2002) 5 −1
2 = 2 ………...(3.2)
Keterangan :
5 = skala Likert dengan jawaban paling tinggi 1 = skala Likert dengan jawaban paling rendah 2 = penggolongan nilai financial socialization
Tabel 3.7. Coding Financial Socialization
Financial Socialization Hasil Kode
Rendah 1-3 1
Tinggi >3-5 2
Coding financial socialization menggunakan kode 1 dan kode 2. Kode 1 mewakili financial socialization rendah yang mencerminkan bahwa seseorang kurang mendapat bekal tentang perilaku keuangan yang baik dari orang tua, sementara kode 2 mewakili financial socialization yang tinggi yang mencerminkan bahwa seseorang banyak mendapat bekal tentang perilaku keuangan yang baik dari orang tua.
3.6. Teknik Analisa Data 3.6.1. Uji Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan suatu kuesioner. Menurut Sarwono (2012), terdapat tiga tipe validitas pengukuran yang harus diketahui, yaitu :
1. Validitas Isi
Validitas isi menyangkut tingkatan dimana item-item skala yang mencerminkan domain konsep yang sedang diteliti. Suatu domain konsep tertentu tidak dapat begitu saja dihitung semua dimensinya, karena domain konsep tersebut kadang mempunyai atribut yang banyak atau bersifat multidimensional.
2. Validitas Konstruk
Validitas konstruk berkaitan dengan tingkatan dimana skala mencerminkan dan berperan sebagai konsep yang sedang diukur. Dua aspek pokok dalam validitas konstruk adalah secara alamiah bersifat teoritis dan statistik.
3. Validitas Kriteria
Validitas kriteria menyangkut masalah tingkatan dimana skala yang sedang digunakan mampu memprediksi suatu variabel yang dirancang sebagai suatu kriteria.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan tipe validitas konstruk, yaitu penentuan akan butir-butir pertanyaan dalam kuisioner mencerminkan atau berperan sebagai konsep yang sedang diukur (social class, financial literacy, financial self efficacy, financial socialization, dan perilaku overspending).
Kriteria pengambilan keputusan untuk menyatakan valid: Jika nilai Pearson Correlation > 0,195.
3.6.2. Uji Realibilitas
Menurut (Ghozali, 2006) reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Pengukuran reliabilitas dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu :
1. Repeated measure atau pengukuran ulang, yaitu : responden akan disodori soal yang sama pada waktu yang berbeda, dan kemudian dilihat apakah jawabannya sama atau tidak.
2. One Shot atau pengukuran sekali saja, yaitu : Pengukurannya hanya dilakukan sekali dan kemudian hasilnya dibandingkan dengan pertanyaan lain atau mengukur korelasi antar jawaban pertanyaan. Software SPSS menyediakan fasilitas ini dengan uji statistik Cronbach Aplha (α). Suatu konstruk atau variabel dinyatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach Alpha > 0.60.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan one shot atau pengukuran sekali saja. Dengan membagikan kuisioner sekali saja kepada responden yang berbeda-beda lalu membandingkan hasil jawaban kuisioner yang telah dijawab.
3.6.3. Analisa Regresi Logistik
Model regresi logistik yang digunakan merupakan regresi logistik biner.
Regresi logistik biner ini digunakan untuk menguji pengaruh variabel independen
kategori dengan jumlah kategori sebanyak dua. Regresi logistik biner digunakan untuk menguji pengaruh social class terhadap overspending, pengaruh financial literacy terhadap overspending, pengaruh financial self efficacy terhadap overspending, dan financial socialization terhadap overspending. Kriteria penelitian ini hanya ada dua yaitu, 1 = cenderung tidak berperilaku overspending dan 2 = cenderung berperilaku overspending. Adapun model yang digunakan yaitu:
𝑙𝑛 = α + β1SCpeng + β2SCpend – β3FL – β4FSE – β5FS + e ………. (3.4.) 𝑙𝑛 : Overspending (ya dan tidak)
α : Konstanta
SCpeng : Social Class (pengeluaran)
SCpend : Social Class (pendidikan)
FL : Financial Literacy FSE : Financial Self Efficacy FS : Financial Socialization
β1, β2, β3, β4, β5 : Koefisien regresi variabel bebas
A. Uji Hosmer and Lemeshow Goodness of Fit Test
Uji ini digunakan untuk melihat kelayakan suatu model regresi logistik.
Uji ini akan menghasilkan nilai Hosmer and Lemeshow Statistic yang selanjutnya akan menghasilkan nilai signifikansi. Penelitian ini juga melakukan casewise diagnostic untuk mendeteksi apabila ada data yang outlier. Kriteria untuk Hosmer and lemeshow adalah:
Jika p value ≥ 0,05, maka model persamaan regresi logistik layak digunakan.
Jika p value < 0,05, maka model persamaan logistik tidak layak digunakan.
B. Koefisien Determinasi
Uji ini untuk mengetahui seberapa besar variabilitas variabel-variabel independen mampu memperjelas variabilitas variabel dependen, digunakan nilai Nagelkerke R Square. Tujuan dari koefisien determinasi adalah untuk melihat seberapa besar variabel independen mampu menjelaskan variabel dependen.
Apabila presentase Nagelkerke R Square semakin besar, maka model regresi
logistik akan semakin baik. Artinya, variabel dependen dapat diterangkan dengan baik oleh variabel independen.
C. Matriks Klasifikasi
Matriks klasifikasi merupakan tahap yang dilakukan untuk mengetahui apakah model regresi logistik yang digunakan sudah mampu menerangkan kondisi responden yang sebenarnya atau tidak. Pengukuran ini dapat dilihat pada classification table kolom overall percentage. Apabila hasil dari overall percentage semakin besar, maka model regresi logistik akan semakin baik yang artinya model persamaan yang digunakan mampu menerangkan kondisi yang sebenarnya.
D. Uji Hipotesis (Variables in The Equations)
Uji ini dilakukan untuk melihat apakah variabel-variabel independen secara parsial berpengaruh terhadap variabel dependen. Uji dilakukan dengan melihat signifikansi uji Wald. Analisis pengujian hipotesis dengan menggunakan regresi logistik dilakukan dengan memperhatikan tingkat signifikan yang digunakan sebesar 5% (0,05). Kesimpulan dapat ditarik dengan ketentuan sebagai berikut:
H0:bsc=0 Social Class tidak berpengaruh signifikan terhadap perilaku overspending
H1:bsc ≠ 0 Social Class berpengaruh signifikan terhadap perilaku overspending H0 : bfl = 0 Financial Literacy tidak berpengaruh signifikan terhadap perilaku
overspending
H1 : bfl ≠ 0 Financial Literacy berpengaruh signifikan terhadap perilaku overspending
H0 : bfse = 0 Financial Self Efficacy tidak berpengaruh signifikan terhadap perilaku overspending
H1 : bfse ≠ 0 Financial Self Efficacy berpengaruh signifikan terhadap perilaku overspending
H0 : bfs = 0 Financial Socialization tidak berpengaruh signifikan terhadap perilaku overspending
H1 : bfs ≠ 0 Financial Socialization berpengaruh signifikan terhadap perilaku
Apabila signifikansi lebih kecil dari alpha = 0,05, maka tolak H0 yang artinya variabel independen berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.
Apabila signifikansi lebih besar atau sama dengan alpha = 0,05, maka terima H0
yang artinya variabel independen tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.