• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS DAYA FITOREMEDIASI ORTHOFOSFAT DARI LIMBAH CAIR DETERJEN SERTA PENGARUHNYA TERHADAP PENINGKATAN BIOMASSA PADA TANAMAN ECENG GONDOK (EICHHORNIA CRASSIPES).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS DAYA FITOREMEDIASI ORTHOFOSFAT DARI LIMBAH CAIR DETERJEN SERTA PENGARUHNYA TERHADAP PENINGKATAN BIOMASSA PADA TANAMAN ECENG GONDOK (EICHHORNIA CRASSIPES)."

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

FMIPA UNIMED Jurusan Kimia Dekan, Ketua,

Prof. Dr. Mortland, M.Sc., Ph.D Drs. Jamalum Purba, M.Si NIP. 195908051986011001 NIP.19641207199103 1 002 i

Judul : Analisis Daya Fitoremediasi Orthofosfat dari Limbah Cair Deterjen serta Pengaruhnya Terhadap Peningkatan Biomassa pada Tanaman Eceng Gondok

(Eichhornia crassipes)

Nama Mahasiswa : Dimas Ade Putra

NIM : 4102210001 Program Studi : Kimia Jurusan : Kimia

Menyetujui :

(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmat dan berkatNya yang memberikan kesehatan dan hikmat kepada penulis sehingga penelitian ini dapat diselesaikan dengan baik sesuai dengan waktu yang direncanakan.

Skripsi berjudul “Analisis Daya Fitoremediasi Orthofosfat Dari Limbah Cair Deterjen Serta Pengaruhnya Terhadap Peningkatan Biomassa pada Tanaman Eceng Gondok (Eichhornia Crassipes)” disusun untuk

memperoleh gelar Sarjana Sains, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada: Bapak Drs. Jasmidi, M.Si., sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah banyak memberikan bimbingan dan saran-saran kepada penulis sejak awal penelitian sampai dengan selesainya penulisan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada bapak Prof. Dr. Suharta, M.Si. (alm.) atas motivasi dan arahannya yang sangat membantu penyusunan proposal penelitian hingga akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan serta peran sertanya sebagai dosen penguji. Ucapan terima kasih juga saya sampaikan kepada Ibu Dr. Iis Siti Jahro, M.Si. dan bapak Drs. Kawan Sihombing, M.Si. sebagai dosen-dosen penguji yang telah memberikan masukan dan saran-saran mulai dari rencana penelitian sampai selesai penyusunan skripsi ini. Ucapan terima kasih disampaikan kepada selaku dosen Pembimbing Akademik, Bapak Prof. Dr. Ramlan Silaban, M.Si dan kepada seluruh Bapak dan Ibu Dosen serta Staf Pegawai Jurusan Kimia FMIPA UNIMED yang sudah membantu penulis.

(3)

Melalui penulisan skripsi ini, disamping sebagai syarat memperoleh gelar sarjana, penulis juga berupaya untuk belajar dalam bersikap ilmiah, mengenal dan menjabarkan fenomena alam melalui pembelajaran yang telah diperoleh di lingkungan perkuliahan, penerapan ilmu melalui prosedur penelitian, serta berupaya memberikan kontribusi bagi perkembangan ilmu pengetahuan serta terapan yang positif bagi lingkungan melalui sesuatu yang sangat sederhana.

Penulis berupaya dengan semaksimal mungkin dalam penyelesaian skripsi ini, namun penulis menyadari masih banyak kelemahan baik dari segi isi maupun tata bahasa, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca demi sempurnanya skripsi ini. Kiranya isi skripsi ini bermanfaat dalam memperkaya khasanah penelitian.

Medan, Agustus 2014 Penulis,

(4)

ANALISIS DAYA FITOREMEDIASI ORTHOFOSFAT DARI LIMBAH

CAIR DETERJEN SERTA PENGARUHNYA TERHADAP PENINGKATAN BIOMASSA PADA TANAMAN ECENG GONDOK

(Eichhornia crassipes)

DIMAS ADE PUTRA (NIM 4102210001) ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian analisis daya fitoremediasi orthofosfat dari limbah cair deterjen serta pengaruhnya terhadap peningkatan biomassa pada tanaman eceng gondok (Eichhornia crassipes). Dari berbagai penelitian yang telah dilakukan, eceng gondok terbukti dalam menurunkan kadar limbah fosfat yang terkandung dalam limbah cair deterjen rumah tangga. Eceng gondok yang digunakan, diaklimatisasi selama seminggu, kemudian tanaman eceng gondok tersebut digunakan untuk menurunkan kadar fosfat pada larutan limbah deterjen dengan konsentrasi 25 ppm, 50 ppm, 75 ppm, dan 100 ppm dimana masing – masing larutan limbah hanya ditempati oleh satu tanaman eceng gondok. Selanjutnya, kadar fosfat pada larutan limbah deterjen diukur dengan menggunakan spektroskopi UV-Vis serta suhu dan pHnya diukur pada hari ke – 0, 1, 3, 5, dan 7 untuk mengetahui pengaruh waktu kontak eceng gondok terhadap besarnya penurunan konsentrasi fosfat dalam limbah deterjen. Setelah hari ke-7, diukur parameter kimia pada larutan limbah dengan mengukur total hardness dan alkalinity. Pada tanaman eceng gondok juga diukur kadar fosfat terserap setelah proses fitoremediasi di hari ketujuh. Hasil penelitian menunjukkan, satu spesies tanaman eceng gondok dengan bobot 100 gram mampu menyerap orthfosfat sekitar 2,3856 ppm. Eceng gondok yang digunakan mampu menyerap kadar fosfat sehingga kadar fosfat dalam larutan limbah menurun dari waktu ke waktu serta ditandai dengan adanya peningkatan biomassa tanaman eceng gondok.

(5)

DAFTAR ISI

Halaman

Lembar Pengesahan i

Riwayat Hidup Penulis ii

Abstrak iii

Kata Pengantar iv

Daftar Isi vi

Daftar Gambar ix

Daftar Tabel x

Daftar Lampiran xii

BAB I : PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang 1

1.2.Batasan Masalah 3

1.3.Rumusan Masalah 4

1.4.Tujuan Penelitian 4

1.5.Manfaat Penelitian 5

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Umum Limbah Cair 6

2.2. Eceng Gondok 9

2.2.1. Morfologi dan Klasifikasi Eceng Gondok 9 2.2.2. Sifat Adsorpsi dan Pertumbuhan Tanaman Eceng

Gondok 10

2.3. Fosfat 14

2.3.1. Ciri dan Sifat Fosfat 14

2.3.2. Keberadaan dan Manfaat Fosfat 15

2.4. Fitoremediasi 19

(6)

2.5.1. Tinjauan Umum Deterjen 21

2.5.2. Bahan-bahan Deterjen 21

2.5.3. Dampak Pencemaran Oleh Deterjen 22

2.6. Spektroskopi UV-VIS 24

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian 27

3.2. Bahan dan Alat 27

3.2.1. Alat 27

3.2.2. Bahan 27

3.3. Prosedur Kerja 27

3.3.1. Preparasi 27

3.3.1.1. Pembuatan Larutan Induk Fosfat 500 ppm 27 3.3.1.2. Pembuatan Larutan Standar Fosfat 28

3.3.1.3. Preparasi Larutan Deterjen 28

3.3.1.4. Aklimatisasi Eceng Gondok 28

3.3.1.5. Penyortiran Tanaman Eceng Gondok 28

3.3.2. Pengukuran Daya Fitoremediasi 29

3.3.2.1 Pengujian Lama Waktu Kontak 29

3.3.2.2 Penentuan Panjang Gelombag Maksimum 29 3.3.2.3 Pembuatan Kurva Standar Fosfat 29

3.3.2.4 Destruksi 30

3.3.2.5 Pengukuran Kadar Fosfat dalam Sampel 30 3.3.3. Pengukuran Parameter Limbah Cair 30

3.3.3.1 Total Hardness 31

3.3.3.2 Alkalinity 31

Skema Prosedur Kerja 32

BAB IV: HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian 34

(7)

4.1.2. Pengukuran Daya Fitoremediasi 36 4.1.3. Hasil Pengukuran Parameter Fisis dan Kimia 41 4.14. Pengukuran Kadar Fosfat Terserap Pasca Fitoremediasi 44

4.2. Pembahasan 46

4.2.1. Pengaruh Lama Waktu Kontak Terhadap Penurunan Konsentrasi Fosfat dalam Limbah Deterjen Uji 46 4.2.2. Pengaruh Biomassa Tanaman Eceng Gondok Terhadap

Kadar Orthofosfat Terserap 50

4.2.3. Hasil Pengukuran Parameter Fisis dan Kimia Air

Limbah 56

4.2.3.1. Suhu 56

4.2.3.2. Derajat Keasaman (pH) 56

4.2.3.3. Total Hardness 57

4.2.3.4. Alkalinity 59

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan 61

5.2. Saran 62

DAFTAR PUSTAKA 63

(8)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1. Beberapa Bahan Kimia Pencemar Air serta

Pengaruhnya Bagi Kehidupan 8

Tabel 2.2. Klasifikasi Tanaman Eceng Gondok 10 Tabel 2.3. Rata-rata Penyerapan Orthofosfat oleh Eceng

Gondok 11

Tabel 4.1. Hasil Pengukuran Panjang Gelombang Maksimum

Larutan Standar Fosfat 37

Tabel 4.2. Hasil Pengukuran Absorbansi Fosfat Menggunakan Spektrofotometer UV-VIS pada Larutan Standar

Fosfat pada Hari ke - 0 38

Tabel 4.3. Hasil Pengukuran Absorbansi Fosfat Menggunakan Spektrofotometer UV-VIS pada Masing – masing

Larutan Limbah Deterjen pada hari ke - 0 39 Tabel 4.4. Hasil Pengukuran Absorbansi Fosfat Menggunakan

Spektrofotometer UV-VIS pada Masing – masing

Larutan Limbah Deterjen pada hari ke - 1 40 Tabel 4.5. Hasil Pengukuran Absorbansi Fosfat Menggunakan

Spektrofotometer UV-VIS pada Masing – masing

Larutan Limbah Deterjen pada hari ke - 3 40 Tabel 4.6. Hasil Pengukuran Absorbansi Fosfat Menggunakan

Spektrofotometer UV-VIS pada Masing – masing

Larutan Limbah Deterjen pada hari ke -5 41 Tabel 4.7. Hasil Pengukuran Absorbansi Fosfat Menggunakan

Spektrofotometer UV-VIS pada Masing – masing

Larutan Limbah Deterjen pada hari ke - 7 41 Tabel 4.8. Hasil Pengukuran Suhu dan pH pada Sampel

(9)

Tabel 4.9. Volume Na2 – EDTA yang Digunakan pada Saat

Mencapai Titik Ekivalen 43

Tabel 4.10. Volume H2SO4 yang Digunakan pada Saat

Mencapai Titik Ekivalen 44

Tabel 4.11. Hasil Pengukuran Massa pada Tanaman Eceng

Gondok 44

Tabel 4.12. Hasil Pengukuran Absorbansi Fosfat Menggunakan Spektrofotometer UV-VIS pada Masing – masing

Sampel Eceng Gondok 45

Tabel 4.13. Hasil Perhitungan Kadar Fosfat pada Masing – masing

Sampel dari Hari ke Hari 47

Tabel 4.14. Kadar Fosfat Terserap pada Masing – masing Sampel

Eceng Gondok 51

Tabel 4.15. Kadar Orthofosfat yang Dikandung dalam 100 gram

Eceng Gondok 52

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Preparasi Larutan dan Reagensia 71 Lampiran 2. Perhitungan Kadar Fosfat pada Larutan Limbah

Deterjen di Hari ke – 0 71

Lampiran 3. Perhitungan Kadar Fosfat pada Larutan Limbah

Deterjen di Hari ke – 1 73

Lampiran 4. Perhitungan Kadar Fosfat pada Larutan Limbah

Deterjen di Hari ke – 3 75

Lampiran 5. Perhitungan Kadar Fosfat pada Larutan Limbah

Deterjen di Hari ke – 5 77

Lampiran 6. Perhitungan Kadar Fosfat pada Larutan Limbah

Deterjen di Hari ke – 7 79

Lampiran 7. Penentuan Kadar Fosfat pada Tanaman Eceng Gondok 80

Lampiran 8. Penentuan Total Hardness 84

(11)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dewasa ini pencemaran air merupakan permasalahan yang cukup serius.

Aktivitas manusia dalam pemenuhan kegiatan sehari-hari, secara tidak sengaja

telah menambah jumlah bahan organik maupun anorganik pada perairan dan

mencemari air. Kegiatan domestik atau rumah tangga menghasilkan air limbah,

sehingga apabila langsung dibuang ke perairan tanpa diolah terlebih dahulu

berpotensi menimbulkan pencemaran serta membahayakan kelangsungan hidup

biota akuatik di dalamnya. Limbah rumah tangga dan industri kecil yang berasal

dari penggunaan deterjen menjadi salah satu penyebab pencemaran air karena

dalam limbah tersebut mengandung fosfat yang tinggi (Yuliana, 2013).

Air merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi kehidupan, tanpa air

tidak akan ada kehidupan. Dalam kenyataanya air bukan hanya dibutuhkan

manusia saja, air juga merupakan bahan yang mutlak yang harus baik untuk

tumbuhan, hewan, ataupun mikroorganisme dikarenakan fungsi air dalam

pertumbuhan dan perkembangan organisme hidup (Syahputra, 2005).

Pencemaran perairan tawar di Indonesia, 80% disebabkan oleh limbah

domestik baik dalam bentuk cair maupun padatan. Dari limbah domestik yang

bersifat cair, 35% berasal dari buangan limbah rumah tangga yang mengandung

bahan deterjen. Deterjen merupakan senyawa sabun yang terbentuk melalui proses

kimia. Pada umumnya komponen utama penyusun deterjen adalah Natrium

Dodecyl Benzen Sulfonat (NaDBS) dan Sodium Tripolyphosphat (STPP) yang

bersifat sangat sulit terdegradasi secara alamiah. Senyawa NaDBS dan STPP dapat

membentuk endapan dengan logam-logam alkali tanah dan logam-logam transisi.

Untuk menanggulangi pencemaran yang timbul akibat air limbah, maka

pengolahan air limbah merupakan hal yang mutlak diperlukan (Hermawati,

2005).

Fosfat ini berasal dari STPP limbah cair atau buangan deterjen yang

merupakan salah satu bahan yang kadarnya besar dalam deterjen. Deterjen

(12)

2

sebagai sumber polutan tersebut termasuk dalam kategori sumber tidak tentu (non

point source), yaitu sumber pencemaran yang tidak dapat diketahui secara pasti

keberadaannya misalnya buangan yang berasal dari rumah tangga, pertanian,

sedimentasi dan bahan pencemar lain yang sulit dilacak sumbernya. Orthofosfat

yang berlebih di dalam badan air akan mengakibatkan terjadinya eutrofikasi.

Eutrofikasi merupakan problem lingkungan hidup yang diakibatkan

limbah phospat, khususnya dalam ekosistem air tawar. Pada dasarnya Eutrofikasi

adalah pencemaran air yang disebabkan oleh munculnya nutrient yang berlebihan

ke dalam ekosistem air. Eutrofikasi merupakan sebuah proses alamiah dimana

badan air mengalami penuaan secara bertahap dan menjadi lebih produktif bagi

tumbuhnya biomassa. Hal ini mengakibatkan terganggunya ekosistem air dan

menurunnya kualitas air. Perhatian bahwa phospat penyebab eutrofikasi, maka

berbagai cara diupayakan untuk menanggulangi masalah eutrofikasi ini, antara lain

pengolahan dilakukan terhadap limbah cair yang mengandung phospat, seperti

penggunaan deterjen dan limbah manusia (Rosariawari, 2008).

Teknik pengolahan limbah menggunakan tanaman dikenal dengan istilah

fitoremediasi. Secara lengkap istilah fitoremediasi adalah penggunaan tanaman,

termasuk pohon-pohonan, rumput-rumputan dan tanaman air, untuk

menghilangkan atau memecahkan bahan-bahan berbahaya baik organik maupun

anorganik dari lingkungan. Aplikasi teknologi ini telah dilakukan secara komersial

seperti di Amerika dan Eropa sedangkan di Indonesia sendiri teknologi ini masih

relatif baru. Jenis tanaman ini dapat digunakan untuk pengolahan limbah karena

tingkat pertumbuhannya tinggi dan kemampuannya untuk menyerap hara langsung

dari kolom air. Akarnya menjadi tempat filtrasi dan adsorpsi padatan tersuspensi

serta pertumbuhan mikroba yang dapat menghilangkan unsur-unsur hara dari air

(Suryati dan Budhi Priyanto, 2003).

Penyerapan nutrien dalam jumlah besar mengakibatkan eceng gondok

tersebut menyerap limbah cair, N-nitrat, dan logam-logam seperti Cu dan Zn.

Peneliti mencoba melakukan studi terhadap tanaman tersebut dalam upaya

mengkaji kemampuan dan limbah organik lainnya atau bahkan senyawa racun di

(13)

3

telah dibuktikan oleh Xia H dan Ma X (1996) dalam Hardyanti dan Rahayu (2007)

bahwa tanaman ini mampu mereduksi pestisida phospor. Selain itu Sheffield (1997)

dalam Hardyanti dan Rahayu (2007) melaporkan bahwa tanaman ini mampu

menurunkan konsentrasi ammonia sebesar 81 % dalam waktu 10 hari. Kemudian

Hardyanti dan Rahayu (2007) juga menyebutkan bahwa Eceng Gondok mampu

menyisihkan kandungan fosfat hingga 24% dalam waktu 5 hari pada limbah

laundry.

Menurut Yuliana, daya adsorpsi eceng gondok terhadap fosfat

bergantung pada konsentrasi fosfat dan lamanya waktu kontak. keseluruhan

perlakuan fitoremediasi orthofosfat pada detergen menunjukkan adanya penurunan

konsentrasi orthofosfat, dimana pada perlakuan konsentrasi 50 mg/L mengalami

penurunan signifikan di hari ke-4 hingga 0,300 mg/L, perlakuan konsentrasi 75

mg/L mengalami penurunan signifikan di hari ke-4 hingga 0,040 mg/L, dan untuk

perlakuan konsentrasi 0,13 mg/L terjadi penurunan signifikan di hari ke-6 hingga

0,037 mg/L.

Berdasarkan uraian di atas maka dilakukanlah penelitian tentang analisis

daya fitoremediasi orthofosfat dari limbah cair deterjen serta pengaruhnya

terhadap peningkatan biomassa pada tanaman eceng gondok (Eichhornia

crassipes). Dipilihnya tanaman enceng gondok karena berdasarkan

penelitian-penelitian sebelumnya tanaman ini memiliki kemampuan untuk mengolah limbah

cair, baik itu berupa logam berat, zat organik maupun anorganik. Solusi yang

dapat diterapkan melalui penelitian ini adalah dengan memanfaatkan tanaman

eceng gondok sebagai pengadsorpsi limbah yang mengandung fosfat pada

suatu medium (tangki) tertutup sehingga diharapkan nantinya kadar fosfat pada

limbah cair akan berkurang melalui proses fitoremediasi sebelum limbah

dilepaskan ke lingkungan.

1.2. Batasan Masalah

Penelitian ini dibatasi pada kajian daya fitoremediasi pada tanaman

eceng gondok (Eichhornia crassipes) terhadap kandungan fosfat yang terdapat

(14)

4

pengaruhnya terhadap pertumbuhan biomassa tanaman eceng gondok. Adapun

efek fitoremediasi terhadap kualitas air tersebut akan dianalisis melalui

pengujian-pengujian parameter dalam air baik parameter fisis maupun

parameter kimia, seperti suhu, pH, total hardness, dan alkalinity.

1.3. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari penelitian ini adalah:

1. Berapa besar kadar fosfat dari limbah cair deterjen yang dapat diserap oleh

tanaman eceng gondok (Eichhornia crassipes) melalui proses fitoremediasi?

2. Bagaimana pengaruh waktu kontak terhadap besarnya penurunan kadar

fosfat dari limbah cair deterjen yang dapat diserap oleh tanaman eceng

gondok melalui proses fitoremediasi?

3. Bagaimana pengaruh fosfat yang diserap oleh tanaman eceng gondok

terhadap pertambahan massa tanaman eceng gondok?

4. Bagaimana kualitas air pasca proses fitoremediasi oleh tanaman eceng

gondok berdasarkan beberapa parameter fisis dan kimia?

1.4. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian adalah untuk:

1. Mengetahui besar kadar fosfat dari limbah cair deterjen yang dapat

diserap oleh tanaman eceng gondok (Eichhornia crassipes) melalui proses

fitoremediasi.

2. Mengetahui pengaruh waktu kontak terhadap besarnya penurunan kadar

fosfat dari limbah cair deterjen yang dapat diserap oleh tanaman eceng

gondok melalui proses fitoremediasi.

3. Mengetahui pengaruh fosfat yang diserap oleh tanaman eceng gondok

terhadap pertambahan massa tanaman eceng gondok.

4. Untuk mengetahui kualitas air pasca proses fitoremediasi oleh tanaman

eceng gondok berdasarkan beberapa parameter fisis dan kimia.

(15)

5

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Mengetahui efesiensi tanaman eceng gondok dalam penurunan kadar phospat

pada limbah cair rumah tangga terutama yang disebabkan oleh pupuk dan

deterjen.

2. Sebagai alternatif untuk pengolahan limbah cair sederhana dengan menggunakan

tanaman eceng gondok.

3. Memberikan informasi kepada masyarakat luas bahwa tanaman eceng gondok

adalah salah satu tanaman air yang dapat menyerap phospat dalam air sehingga

tanaman ini dapat dimanfaatkan untuk mengurangi polusi di perairan melalui

proses pengendalian yang tepat guna.

4. Menghasilkan beberapa kontribusi ilmiah berupa publikasi karya ilmiah tentang

pengolahan limbah cair dengan menggunakan potensi makhluk hidup

(bioremediasi) terutama tanaman yang selama ini menjadi limbah / gulma

(16)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.2. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat

disimpulkan bahwa:

1. Rata – rata kadar orthofosfat terserap oleh sampel tanaman eceng

gondok terhadap massa total tanaman eceng gondok adalah sekitar

2,3856 ppm per 100 g eceng gondok atau dengan kata lain dalam satu

sampel tanaman eceng gondok dengan massa 100 g mampu menyerap

kadar orthofosfat dari lingkungan sebesar 2,3856 mg dalam setiap 1 L

larutan dalam kurun waktu 7 (tujuh) hari.

2. Waktu kontak eceng gondok berpengaruh secara signifikan terhadap

kadar orthofosfat yang terserap. Tingkat pendegradasian kadar

orthofosfat pada limbah cair deterjen pasca fitoemediasi pada masing –

masing sampel adalah: sampel S1 (54,06%), S2 (48,49%), S3 (41,80%), dan

S4 (38,75%). Dengan demikian, proses fitoremediasi selama 7 (tujuh) hari

effektif dalam menurunkan kadar orthofosfat dalam sampel limbah cair

deterjen sebesar 45,77 % selama 7 hari dengan menggunakan satu

tanaman eceng gondok bermassa 50 – 70 g.

3. Pada akhir fitoremediasi, rata-rata perlakuan menunjukkan adanya

peningkatan berat basah tanaman dari kondisi berat awal. Peningkatan

massa tanaman sangat signifikan terjadi pada tanaman S5 dengan

peningkatan massa mencapai 8,73 g. Sebaliknya, peningkatan massa

tanaman yang paling lambat terjadi pada sampel S4 (kadar deterjen

300mg/L), yaitu hanya sekitar 0,87 g. Peningkatan biomassa yang

disebabkan oleh penyerapan orthofosfat dari larutan deterjen terjadi sangat

lambat pada tanaman yang ditumbuhkan pada media dengan kadar

deterjen yang tinggi. Dengan kata lain, semakin tinggi konsentrasi deterjen

dalam larutan, pertumbuhan tanaman akan semakin melambat.

(17)

4. Hasil pengukuran parameter fisis pada larutan sampel menunjukkan pH

larutan yang semakin menurun atau semakin mendekati pH 7, sedangkan

suhu pada proses fitoremediasi meningkat dari 29oC menjadi 32oC pada

kondisi setelah fitoremediasi. Konsentrasi deterjen yang tinggi pada

sampel S4, menyebabkan tingkat kesadahan yang tinggi pula, yaitu 140

mgCaCO3 / L. Hal yang sama terjadi pula pada penentuan alkalinitas,

dimana kadar alkalinitas tertinggi terdapat pada sampel S4, yaitu 28,842

ppm.

5.3. Saran

Saran yang diberikan dari penelitian ini untuk penelitian selanjutnya

adalah perlunya dilakukan penelitian serupa maupun penelitian sejenis yang

menggunakan sampel dengan mempertimbangkan pengaruh jumlah sampel

dengan massa yang relatif sama terhadap penurunan kadar fosfat pada limbah

deterjen cair. Di samping itu, perlu juga dilakukan penelitian sejenis dengan

variasi kadar deterjen yang relatif lebih rendah serta pengukuran parameter

(18)

DAFTAR PUSTAKA

Djenar, NS dan Budiastuti, H., (2008), Absorpsi Polutan Amoniak Di Dalam Air

Tanah Dengan Memanfaatkan Tanaman Eceng Gondok (Eichhornia crassipes), Jurnal Spektrum Teknologi Vol. 15 No. 2 Oktober 2008.

Effendi, H., (2003), Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumberdaya dan

Lingkungan Perairan, Kanisius : Yogjakarta.

Ervina, Hermawati, et, al., (2005), Fitoremediasi Limbah Deterjen menggunakan

Kayu Apu (Pistia Stratiotes L) dan Genjer (Limnocharist Flava L), Jurnal Ekologi perairan Vol 7, No 2, h. 116.

Firra, Rosariawari, (2008), Efektifitas Multivalen Metal Ions dalam Penurunan

Kadar Phospat sebagai Bahan Pembentuk Deterjen, Jurnal Purifikasi Vol 2, No 1, h. 25.

Fitrika, Dewi Devina dan Ali Masduqi, (2003), Penyisihan Fosfat dengan Proses

Kristalisasi dalam Reaktor Terfluidisasi menggunakan Media Pasir Silika, Jurnal Purifikasi, Vol 4, No 4.

Foundation, A. F. (2011). Eichornia Crassipes. From

http://aquaplant.tamu.edu/images/plant_photos?floating_plants/drawing/ water_hyacinth.html diakses pada 27 Februari 2014.

Geankoplis, Christie J. (1997), Transport Processes and Unit Operations. 3rd Ed.

Prentice – Hall of India. Hal 123.

Ghufran, M. Kordi, K dan Baso Andi, (2007), Pengelolaan Kualitas Air dalam

Budidaya Perairan, Rhineka Cipta, Jakarta.

Hardyanti, N dan Rahayu, SS, (2007), Fitoremediasi Phospat Dengan

Pemanfaatan (Eichhornia crassipes) (Studi Kasus Pada Limbah Cair Industri Kecil Laundry). Jurnal Presipitasi 2, 1: 28-32.

Hardyanti, N dan Rahayu, SS, 2007, Fitoremediasi Phosphat Dengan

Pemanfaatan Eceng Gondok (Eichhornia crassipes) Studi Kasus Pada Limbah Cair Industri Kecil Laundry. Jurnal Presipitasi Vol. 2 No. 1 Maret 2007. ISSN 1907-187X.

Hasim., (2007), enceng gondok pembersih logam berat,

http://www.kompas.com/kompas-cetak/0307/02/inspirasi/404854.htm -

40k -, diakses pada tanggal 27 Februari 2014.

(19)

Hernowo. S, Sipon. M., (1999), Kajian Eceng Gondok Sebagai Bahan Baku Industri dan Penyelamatan Lingkungan Hidup di Daerah Perairan. Fakultas Kehutanan Mulawarman, Samarinda.

Hutagalung, Horas P, Deddy Setiapermana, dan Hadi Riyono., (1997), Metode

Analisis Air Laut, Sedimen, dan Biota., Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Jakarta.

Koes. (2010). Telaga Rawa Pening, Masyarakat Banyu Biru, dan Eceng Gondok.

from http://catatan_go_blog.blogspot.com/2010_08_01.archive.html

diakses pada 27 Februari 2014.

Loveless, A. R., 1987, Prinsip-prinsip Biologi Tumbuhan Untuk Daerah Tropik,

dalam Y. Dhahiyat. Kandungan Limbah Cair Pabrik Tahu dan Pengolahannya dengan Eceng Gondok (Eichhornia crassipes (Malt) Solms). Thesis. Fakultas Pasca Sarjana. IPB, Bogor.

Mahida, U. N. 1986. Pencemaran Air dan Pemanfaatan Limbah Industri. Penerbit

CV. Rajawali, Jakarta.

Mara, Duncan, (2003), Domestic Wastewater Treatment, Earthscan, London.

Mc. Neely, R. N., V. P. Neimanis and L Dwyer. 1979. Water Quality Source Book.

A Guide To Water Quality Parameters. Inland Water Directorate. Water Quality Branch. Ottawa- Canada.

Muharto, (2003). Koefisien Mass Transfer Penyerapan Kadar Deterjen dari Air

dengan Menggunakan Biji Moringa Olievera, Seminar Nasional Tekinik Kimia Indonesia.

Odum, Eugene P., (1993), Dasar – Dasar Ekologi, Universitas Gadjah Mada,

Yogyakarta.

Ratnani, R, (2012), Kemampuan Kombinasi Eceng Gondok dan Lumpur Aktif untuk

menurunkan Pencemaran pada Limbah Cair Industri Tahu, Jurnal Penelitian Vol 8, No 1, h. 1.

Rohman, (2007), Analisis Spektrofotometri, Universitas Indonesia, Jakarta.

Rosnah, (2012), Efektivitas Fitoremediasi Eceng Gondok (Eichornia crassipes)

Terhadap Phospat pada Limbah Laundry. Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan, Universitas Maritim Raja Ali Haji: Tangjungpinang.

Rubiyatadji R., 1990, Penurunan Kadar Deterjen (Alkyl Benzene Sulphonate)

(20)

Salisbury, B.F., 1985, Fisiologi Tumbuhan, ITB, Bandung.

SNI 19-7188.2.1-2006. Standar Ekolabel.

http://sisni.bsn.go.id/index.php?/sni_main/sni/detail_sni/7600 (diakses pada 10 Maret 2014)

Syahputra, R., (2005), Fitoremediasi Logam Cu dan Zn dengan Tanaman Eceng

Gondok (Eichornia crassipes). Jurnal Penelitian. Vol. 2, No. 2, h. 6.

Tuti Suryati dan Budhi Priyanto, (2003), Eliminasi Logam Berat Kadmium (Cd)

dalam Air Limbah menggunakan Tanaman Air, h. 144.

Widajanti W.; Rizka R.; Melviana, (2005), Studi Pengolahan Air Sirkulasi Proses

Painting dengan Menggunakan Lumpur Aktif, Departemen Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Indonesia Kampus Depok.

Widowati, W, (2008), Efek Toksik Logam : Pencegahan dan Penanggulangan

Pencemaran, Penerbit Andi, Yogyakarta.

Yuliana, et, al., (2011), Efektifitas dan Efisiensi Fitoremidiasi Orthofosfat pada

Deterjen dengan menggunakan eceng gondok (Eichornia crassipes), h. 2.

Yulianti, W., (2001), Kemampuan Eceng Gondok Sebagai Biofilter Zat

Tersuspensi Pada Konsentrasi Efektif Limbah Cair Tahu, Jurnal Habitat Universitas Brawijaya Malang, 23-25.

Yuliasari, N, Miksusanti & Dian, (2010), Studi Penyerapan Procion pada Limbah

Kain Tajung Menggunakan Serbuk Batang Eceng Gondok, FMIPA Universitas Sriwijaya, Sumatera Selatan.

Yusuf, Guntur. 2008. Bioremediasi Limbah Rumah Tangga dengan Sistem Simulasi

Gambar

Tabel 4.9.

Referensi

Dokumen terkait

Lalu, pada saat yang bersamaan juga, Iman Katolik juga merefleksikan demikian, “namun, rencana keselamatan juga merangkum mereka, yang mengakui Sang Pencipta … sebab mereka yang

Dari hasil penelitian tersebut, maka berarti penelitian dengan metode ini memberikan hasil dimana H0 ditolak dan H1 diterima, yang artinya adalah risiko sistematis

perangkat lunak CASE Tool yang dikembangkan, pengembangan perangkat lunak fitur pembangkitan dokumentasi model data konseptual dan model data fisik dilakukan pada

Dosis aman pada pemberian ekstrak air daun katuk Sauropus androgynous yaitu dosis 45 mg/kgBB sampai dengan dosis 60 mg/kgBB tidak menimbulkan efek toksik secara subkronik terhadap

Berdasarkan pada gambar 4.14, performa metode yang diusulkan pada penelitian ini mendapatkan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan performa dari metode pohon keputusan

Mutu telur utuh dinilai secara candling yaitu dengan meletakkan telur dalam jalur sorotan sinar yang kuat sehingga memungkinkan pemeriksaan bagian dalam dengan candling.

a) Hükme esas teşkil eden asıl nass'larm bilinmesi, bu nass'­ların ifade ettiği hükümlerde müessir olan sebeplerle hakkında nass bulunmayan meselelere tatbik edilen

botol dengan ukuran yang berbeda serta kemasan yang berupa kaleng, hal tersebut menunjukkan bahwa kemasan tersebut bisa dikonsumsi dalam ukuran apa saja dengan porsi