• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMANFAATAN FLAVONOID SEBAGAI STIMULAN SIMBIOSIS ANTARA MIKORIZA DENGAN BIBIT MANGGIS IN-VITRO PADA TAHAP AKLIMATISASI.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEMANFAATAN FLAVONOID SEBAGAI STIMULAN SIMBIOSIS ANTARA MIKORIZA DENGAN BIBIT MANGGIS IN-VITRO PADA TAHAP AKLIMATISASI."

Copied!
3
0
0

Teks penuh

(1)

PEMANFAATAN FLAVONOID SEBAGAI STIMULAN SIMBIOSIS ANTARA MIKORIZA DENGAN BIBIT MANGGIS

IN-VITRO PADA TAHAP AKLIMATISASI

Oleh

Auzar Syarif

Nomor Kontrak : 018/SPPP/PP/DP3M/IV/2005

ABSTRAK

Perbanyakan manggis secara in-vitro dapat menghasilkan plantlet yang banyak dalam waktu singkat dan tumbuh dengan seragam, tetapi kemampuannya beradaptasi dengan lingkungan non-aseptik rendah. Hal itu terjadi karena perakarannya terbatas sehingga selalu mengalami kegagalan tumbuh sewaktu dilakukan aklimatisasi. Masalah itu dapat diatasi dengan inokulasi CMA karena kemampuannya memperluas daerah jelajah akar dan meningkatkan pertumbuhan akar, membebaskan hara terikat menjadi tersedia bagi tanaman dan memfasilitasi akaer penyerap hara dan air dari dalam tanayh.

Permasalahan tersebut dapast diatasi dengan inokulasi cendawan mi9koriza arbuskular (CMA) karena CMA bersimbiosis dengan bibit manggis sehingga melalui hubungan tersebut CMA dapat meningkatkan pertumbuhan akar, memfasilitasi akar penyerap hara, dan air dari dalam tanah. Sinmbiosisnya akan meningkat dan lebih dini jika distimulasi dengan flavonoid jenis rutin, quercetrin, dan quercetin dengan konsewntrasi dan waktu yang tepat karena senyawa itu dapat se4bagai sinyal awal terjadinya kontak antara simbion, perrangsang perkecambahan spora, dan perangsang pertumbuhan hipa CMA setelah spora berkecambah. Berdasarkan hal tersebut telah dilakukan penelitian tentang “Pemanfaatan Flavonoid Sebagai Stimulan Simbiosis Antara Mikoriza Dengan Bibit Manggis In-Vitro Pada Tahap Aklimatisasi”. Tujuannya untuk mengkaji efek flavonoid dalam meningkatkan simbiosis antara CMA jenis indigen dan jenis introduksi dengan bibit manggis hasil kultur in-vitro pada tahap aklimatisasi.

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan dan rumah setengah bayang Fakultas Pertanian Universitas Andalas, Padang selama 7 bulan yang dimulai bulan Juni 2005 dan berakhir Desember 2005. Penelitian ini merupakan percobaan pot yang terdiri dari dua factor yang dirancang menurut acak lengkap berpola factorial 4 x 4. Faktor pertama adalah 6 jenis flavonoid (tanpoa flavonoid, rutin, quercetrin, dan quercetin) dan 4 jenis CMA (Glomus etunicatum, Glomus manihotis dan Gigaspora margarita, serta tanpa CMA). Pasda percobaan ini dikaji 16 kombinasi perlakuan yang diulang 3 kali (terdapat 48 unit perlakuan).

CMA dinokulasikan dalam bentuk propagul dengan bahan pembawa zeolit yang mengandung 50 spora g-1 inokulan dan diberikan sebanyak 20 g pot-1. Inokulasi dilakukan satu

(2)

Variabel respons yang diamati adalah tingkat infeksi CMA, kandungan P tanaman, tinggi tanaman, luas daun, diameter batang, panjang akar, jumlah cabang akar, bobot kering, bobot kering batang, bobot kering akar, nisbah tajuk akar, dan bobot kering totals tanaman. Variabel respons dianalisis dengan sidik ragam univariat dan didslanjutkan dengan uji BNT.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat infeksi Glomus etunicatum sama dengan Glomus manihotis, tetapi lebih tinggi daripada Gigaspora nargarita. Tingkat infeksi CMA dengan jenis falavonoid quersetin sama dengan quersetrin, tetapi keduanya lebih tinggi dari pada rutin dan tanpa flavonoid. Tingkat infeksi CMA dengan flavonoid jenis rutin sama dengan tanpa flavonoid.

Semua jenis CMA meningkatkan kandungan P bibit manggis hasil kultur in-vitro dibandingkan dengan tanpa CMA pada setiap jenis flavonoid, namun demikian Glomus etunicatum meningkatkan kandungan P tertinggi jika bibit itu distimulasi dengan flavonoid jenis quersetin, kemudian diikuti oleh CMA jenis Glomus manihotis dan Gigaspora margarita dan yang terendah adalah tanpa CMA.

Persentase bibit manggis in-vitro yang hidup pada tahap aklimatisasi dengan CMA jenis Glomus etunicatum dan Glomus m,anihotis hampir sama untuk semua jenis flafonoid kecuali dengan rutin, tetapi keduanya lebih tinggi dari pada CMA jenis Gigaspora margarita dan tanpa CMA. Namun demikian, semua djenis CMA yang diuji meningkatkan persentase bibit manggis hasil kultur in-vitro yang hidup dibandingkan dengan tanpa CMA.

Pada semua jenis CMA, peningkatan tertingginya diperoleh jika CMA distmulasi dengan flafonoid jenis quersetin, tetapi hampir sama dengan flavonoid jenis quersetin. Semua jenis CMA efektif meningkatkan pertumbuhan akar bibit manggis jika CMA distimulasi dengan flavonoid jenis quersetin. Pada djenis flafonoid terseebut ternyata CMA jenis Glomus etunicatum paling efektif meningkatkan pertumbuhan akar, kemudian diikuti oleh glomus manihotis dan Gigaspora margarita.

Inokulasi Glomus Etunicatum paling efektif meningkatkan pertumbuhan daun (jumlah daun, luas daun, dan bobot kering daun) jika CMA distimulasi dengan flavonoid jenis quersetin. Inokulasi CMA meningkatkan diameter batang dan tinggi bibit manggis hampir sama antara Glomus etunicatum dan Glomus manihotis, tetapi lebih tinggi daripada Gigaspora margirata. Namun deemikian, ketiga jenis CMA yang diuji meningkatkan diameter batang dan tinggi bibit manggis dhasil kultur in-vitro umur 5 bulan dibandingkan dengan tanpa CMA.

Pada semua jenis flavonoid, inokulasi CMA meningkatkan diameter batang tinggi dan bobot kering batang bibit manggis, tetapi inokulasi CMA yang terbaik jika distimulasi dengan flavonoid jenis quersetin. Stimulasi dengan flavonoid tersebut, diameter batang dan tinggi bibit manggis hampir sama antara Glomus etunicatum dan Glomus manihotis, tetapi lebih tinggi daripada Gigaspora margirata. Namun edemikian, ketiga jenis CMA yang diuji meningkatkan diametter batang, tinggi bobot bibit manggis hasil kultur in-vitro umur 5 bulan dibandingkan dengan tanpa CMA.

CMA jenis glomus etunicatum merupakand jenis CMA yang paling efektif meningkatkan bobot kering total bibit manggis sdhasil kultur in-vitro umur 5 bulan jika distimulasi dengan flavonoid jenis quersetin, kemudian diikuti oleh CMA jenis Glomus manihotis, dan Gigaspora margirata, dan terendah adalah tanpa CMA.

(3)

margirata. Tingkat infeksi tertinggi dari semua jenis CMA tersebut ditemukan pada bibit manggis yang distimulasi dengan flavonoid jenis quersetin.

Inokulasi dengan glomus etunicatum lebih efektif daripada glomus manihotis, tetapi keduanya lebih efektif dari pada Gigaspora margirata terhadap kandungan P, persentase hidup, pertumbuhan akar, pertumbuhan daun, pertumbuhan batang, bobot kering total, dan kebergantungan terhadap CMA, serta nisbah pupus akar pada semua jenis flavonoid, tetapi jenis flavonoid yang terbaiknya adalah quersetin.

Referensi

Dokumen terkait

Tahap persiapan dilakukan dengan membuat soal dan kunci jawaban yang berupa hubungan antar konsep dalam elastisitas, hubungan F dengan k, F dengan x, k dengan x dan hubungan

Permasalahan yang dibahas dalam penelitian yaitu bagaimana kesesuaian bahan, tujuan dan evaluasi pembelajaran pada buku teks tersebut terhadap Standar Kompetensi dan

Penelitian ini diharapkan dapat memperoleh senyawa target dengan rendemen tinggi pada waktu reaksi yang optimal.Turunan paf ini diperoleh melalui sintesis dengan variasi

Kalimat itu juga yang menjadi penyemangat untuk berjuang dalam kehidupan ini termasuk berjuang dalam menyelesaikan Laporan Skripsi dengan judul Perbandingan Metode Spray Drying dan

Berdasarkan hasil penelitian dan pengembangan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa KIT praktikum tetrmodinamika berbasis STEM layak digunakan sebagai

Dengan menggunakan persamaan tersebut dapat diketahui kandungan biomassa individu pohon sebagai dasar penghitungan kandungan biomassa populasi jenis Rhizopora

Sensor infra merah kanan2 kanan1 dan kiri2 kiri1 berfungsi untuk mendeteksi burung walet dari dalam sarang yaitu apabila ada burung walet yang keluar maka

Hasil penelitian, tentang SKB Nomor 3 tahun 2008 menyangkut kerukunan Beragama di Kabupeten Kuningan telah menemukan penguatan terhadap implementasi kebijakan