• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI HUBUNGAN ASUPAN MAGNESIUM DENGAN TEKANAN DARAH PADA GURU SEKOLAH BUDI MURNI-3 MEDAN. Oleh : JESSLYN NORBERTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "SKRIPSI HUBUNGAN ASUPAN MAGNESIUM DENGAN TEKANAN DARAH PADA GURU SEKOLAH BUDI MURNI-3 MEDAN. Oleh : JESSLYN NORBERTA"

Copied!
68
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ASUPAN MAGNESIUM DENGAN TEKANAN DARAH PADA GURU SEKOLAH BUDI MURNI-3 MEDAN

Oleh :

JESSLYN NORBERTA 130100172

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2016

(2)

SKRIPSI

“ Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran ”

Oleh :

JESSLYN NORBERTA 130100172

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2016

(3)
(4)

ABSTRAK

Pendahuluan: Tekanan darah berperan dalam sistem sirkulasi tubuh manusia.

Menurut data WHO, sekitar 972 orang atau 26,4% dari seluruh populasi penduduk dunia mengidap hipertensi. Di Indonesia, hipertensi menjadi penyebab kematian nomor 3 setelah stroke dan tuberkulosis. Hipertensi terkadang tidak disadari oleh penderita karena tidak menimbulkan gejala. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi tekanan darah adalah asupan magnesium. Magnesium merupakan nutrien untuk kesehatan jantung yang dapat merelaksasikan otot jantung. Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui adanya hubungan asupan magnesium dengan tekanan darah.

Metode: Penelitian ini bersifat analitik dengan rancangan penelitian potong lintang. Sampel penelitian diambil dengan teknik pengambilan sampel total sampling. Dari 40 guru yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi yang kemudian diambil data pengukuran tekanan darah dan wawancara dengan metode food recall 2x24 jam.

Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 40 guru yang menjadi sampel, sebesar 45,0% laki-laki dan 55,0% perempuan. Sebesar 70,0% subjek penelitian memiliki asupan magnesium kurang. Sebesar 20,0% subjek penelitian menderita hipertensi. Uji yang digunakan adalah uji korelasi Spearman. Ada hubungan antara asupan magnesium dengan tekanan darah (p<0,05).

Kesimpulan: Dari 40 sampel yang mengidap hipertensi lebih banyak terjadi pada jenis kelamin laki-laki sebesar 38,9% dan asupan magnesium kurang lebih banyak terjadi pada jenis kelamin perempuan sebesar 77,3%. Terdapat hubungan yang signifikan antara asupan magnesium dengan tekanan darah (p value = 0,0001).

Kata Kunci: hipertensi, asupan magnesium, tekanan darah

(5)

ABSTRACT

Introduction: Blood pressure plays a role in the circulatory system of the human body. According to WHO data, about 972 people, or 26.4% of the world population are suffering from hypertension. In Indonesia, hypertension is the number 3 cause of death after stroke and tuberculosis. Hypertension is sometimes not recognized by the patient because it does not cause symptoms. One of the factors that can affect blood pressure is the intake of magnesium. Magnesium is a nutrient for heart health which can relax the muscles of the heart. The aimed of this study is to determine the relationship of magnesium intake with blood pressure.

Methods: This research is an analytic cross-sectional study design. Samples in this study are taken using total sampling technique.Data are taken from 40 teachers that match the inclusion and exclusion criteria. Blood pressure measurement and interviews with twice 24-hour food recall methods are noted.

Results: The results showed that from 40 teachers into samples, consisting of (45,0%) men and (55,0%) women. 28% of research subjects have less magnesium intake. 38.9% of the research subjects had hypertension. The test used the Spearman correlation test. There is a relationship between magnesium intake with blood pressure (p <0.05).

Conclusion: From 40 samples, hypertension is more common in the male gender at 38,9% and less magnesium intake is more common in the female gender at 77,3%. There is a significant association between magnesium intake with blood pressure (p value = 0.0001).

Keywords:hypertension, magnesium intake, blood pressure

(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “HUBUNGAN ASUPAN MAGNESIUM DENGAN TEKANAN DARAH PADA GURU SEKOLAH BUDI MURNI-3 MEDAN”, untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar kesarjanaan pada Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Selama proses penelitian dan penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapat bantuan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak dengan memberikan butir-butir pemikiran yang sangat berharga bagi penulis baik secara langsung maupun tidak langsung. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. dr. Zaimah Z. Tala, MS, Sp.GK, sebagai pembimbing skripsi pertama, dan dr. Dewi Masyithah Darlan, DAP&E, MPH, Sp.ParK, sebagai pembimbing skripsi kedua, yang telah memberikan bimbingan dan kemudahan bagi penulis selama melaksanakan penelitian, juga telah banyak meluangkan waktu dan dengan kesabaran membimbing penulis sampai selesainya karya tulis ini untuk menunjang pendidikan kedokteran ini. Kiranya Allah SWT memberikan rahmat dan karunia kepada beliau beserta keluarga.

2. Kepada keluarga peneliti, kedua orang tua, ayahanda Hendrik Wongsodinata dan ibunda Sio Lie Jung yang telah membesarkan dengan penuh pengorbanan, hati yang ikhlas, serta selalu memberi doa, semangat, dukungan, moral, dan kasih sayang yang diberikan kepada penulis. Serta Lidya Margaretha selaku saudari penulis.

3. Kepada rekan-rekan sejawat yang telah memberikan dorongan semangat, saran dan pendapat untuk terselesaikannya skripsi ini.

4. Kepada semua pihak baik perorangan maupun instansi yang tidak mungkin penulis ucapkan satu persatu yang turut memberikan motivasi dan dukungan bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih.

(7)

Akhirnya izinkanlah penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya atas kesalahan dan kekurangan selama mengikuti pendidikan ini, semoga segala bantuan, dorongan dan petunjuk yang diberikan kepada penulis selama mengikuti pendidikan kiranya mendapat balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT Yang Maha Pengasih, Maha Pemurah dan Maha Penyayang.

Medan, 6 Desember 2016 Penulis,

Jesslyn Norberta

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PERSETUJUAN... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 3

1.3. Tujuan Penelitian ... 3

1.3.1. Tujuan Umum ... 3

1.3.2. Tujuan Khusus... 3

1.4.Manfaat Penelitian ... 4

1.4.1. Bagi Masyarakat ... 4

1.4.2. Bagi Pelayanan Kesehatan ... 4

1.4.3. Bagi Peneliti ... 4

1.4.4. Bagi Institusi Pendidikan ... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1. Tekanan Darah ... 5

2.1.1. Definisi Tekanan Darah ... 5

2.1.2. Faktor yang Mempengaruhi Tekanan Darah ... 5

2.1.3. Pengukuran Tekanan Darah ... 6

2.1.4. Faktor yang Menentukan Tekanan Darah ... 7

2.1.5. Jenis-jenis Tekanan Darah ... 8

2.1.5.1. Tekanan Darah Normal ... 8

. 2.1.5.2. Tekanan Darah Rendah ... 9

2.1.5.3. Tekanan Darah Tinggi ... 9

2.2. Hipertensi ... 10

2.2.1. Definisi... 10

2.2.2. Etiologi ... 10

2.2.2.1. Hipertensi Esensial ... 10

2.2.2.2. Hipertensi Sekunder ... 11

2.2.3. Faktor Risiko... 11

2.2.4. Patofisiologi ... 14

2.2.5. Manifestasi Klinik... 16

2.2.6. Diagnosis ... 17

2.2.7. Penatalaksanaan ... 18

2.2.7.1. Farmakologi ... 18

2.2.7.2. Non Farmakologi ... 20

2.3. Magnesium ... 20

2.3.1. Absorpsi Magnesium... 21

(9)

2.3.2. Fungsi Magnesium ... 21

2.3.3. Magnesium dan Nutrisi ... 22

2.3.4. Sumber Makanan Magnesium ... 23

2.4. Magnesium dan Tekanan Darah ... 24

2.4.1. Mekanisme Penurunan Tekanan Darah... 25

BAB 3 KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN ... 27

3.1. Kerangka Teori Penelitian... 27

3.2. Kerangka Konsep Penelitian ... 27

3.3. Hipotesis Penelitian ... 28

BAB 4 METODE PENELITIAN ... 29

4.1. Jenis/Rancangan Penelitian ... 29

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian ... 29

4.2.1. Tempat Penelitian ... 29

4.2.2. Waktu Penelitian ... 29

4.3. Populasi dan Sampel ... 29

4.3.1. Populasi ... 29

4.3.2. Kriteria Inklusi ... 29

4.3.3. Kriteria Eksklusi ... 29

4.3.4. Sampel Penelitian ... 30

4.3.5. Besar Sampel Penelitian ... 30

4.4. Teknik Pengumpulan Data ... 30

4.4.1. Variabel dan Definisi Operasional ... 30

4.5. Pengolahan dan Analisis Data ... 32

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ... 33

5.1. Hasil Penelitian ... 33

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 33

5.1.2. Hasil Analisa Data ... 33

5.2. Pembahasan ... 35

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 38

6.1. Kesimpulan ... 38

6.2. Saran ... 38

DAFTAR PUSTAKA ... 40 LAMPIRAN

(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1. Klasifikasi Tekanan Darah ... 9 2.2. Fungsi dari Magnesium ... 22 2.3. Angka Kecukupan Magnesium Dianjurkan untuk Orang Indonesia

(perorang perhari) ... 23 2.4. Beberapa Sumber Makanan yang Mengandung Magnesium ... 23 5.1. Karakteristik Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis

Kelamin ... 33 5.2. Karakteristik Subjek Penelitian Berdasarkan Tekanan Darah ... 33 5.3. Karakteristik Subjek Penelitian Berdasarkan Asupan

Magnesium ... 34 5.4. Sebaran Tekanan Darah Berdasarkan Jenis Kelamin ... 34 5.5. Sebaran Kecukupan Asupan Magnesium Berdasarkan Jenis

Kelamin ... 34 5.6. Analisis Hubungan Asupan Magnesium dengan Tekanan Darah ... 35

(11)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1. Faktor- faktor yang Berpengaruh pada Pengendalian Tekanan

Darah... 14

2.2. Mekanisme Renin-Angiotensin ... 16

2.3. Fungsi Magnesium dan Vaskular... 25

3.1. Kerangka Teori Penelitian ... 27

3.2. Kerangka Konsep Penelitian ... 27

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup ... 43

Lampiran 2 Lembar Penjelasan Kepada Calon Subjek Penelitian ... 45

Lampiran 3 Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan (PSP) ... 47

Lampiran 4 Food Recall 24 jam ... 48

Lampiran 5 Rincian Biaya Penelitian ... 49

Lampiran 6 Surat Izin Penelitian ... 50

Lampiran 7 Ethical Clearance... 51

Lampiran 8 Surat Penelitian Sekolah ... 52

Lampiran 9 Daftar Tabel Induk ... 53

Lampiran 10 Data Statistical Product and Service Solutions (SPSS) .... 54

(13)

DAFTAR SINGKATAN

ACE Angiotensin Converting Enzyme ADH Antidiuretic Hormone

AKG Angka Kecukupan Gizi ARB Angiotensin Receptor Blocker

DASH Dietary Approaches to Stop Hypertension DGLA Dihomo-gamma-lineleic Acid

GLA Gamma-LA

HDL High Density Lipoprotein IMT Indeks Massa Tubuh JNC Joint National Committee

NHANES National Health and Nutrition Examination Survey NHLBI National Heart, Lung and Blood Institute

NIH National Institutes for Health RDA Recommended Dietary Allowance SPSS Statistic Product and Service Solutions WHO World Health Organization

(14)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Tekanan darah merupakan faktor yang sangat penting dalam sistem sirkulasi tubuh manusia. Peningkatan atau penurunan tekanan darah akan mempengaruhi keseimbangan di dalam tubuh. Tekanan darah adalah tekanan dari darah untuk melawan dinding arteri.1 Tekanan darah termasuk salah satu parameter vital tubuh yaitu denyut nadi, pernafasan, suhu tubuh, tinggi, dan berat badan.2 Terkadang mekanisme kontrol tekanan darah tidak dapat berfungsi secara benar atau tidak mampu secara total mengkompensasi perubahan – perubahan yang terjadi, sehingga salah satu akibatnya akan menyebabkan peningkatan tekanan darah yang disebut dengan hipertensi.3

Hipertensi merupakan salah satu faktor risiko penyakit kardiovaskuler dengan prevalensi dan kematian yang cukup tinggi terutama di negara-negara maju dan di daerah perkotaan di negara berkembang, sepertinya hal di Indonesia.

Hipertensi disebabkan oleh adanya tekanan darah yang tinggi melebihi normalnya. Hipertensi juga dikenal sebagai silent killer atau pembunuh terselubung yang tidak menimbulkan gejala atau asimptomatik seperti penyakit lain. Pada umumnya, sebagian penderita tidak mengetahui bahwa dirinya menderita tekanan darah tinggi. Oleh sebab itu sering ditemukan secara kebetulan pada waktu penderita datang ke dokter untuk memeriksa penyakit lain. Kenaikan tekanan darah tidak atau jarang menimbulkan gejala-gejala yang spesifik.

Pengaruh patologik hipertensi sering tidak menunjukkan tanda-tanda selama beberapa tahun setelah terjadi hipertensi.4

Data WHO menunjukkan bahwa di seluruh dunia, sekitar 972 juta orang atau 26,4% penghuni bumi mengidap hipertensi dengan perbandingan 26,6% pria dan 26,1% wanita. Angka ini kemungkinan akan meningkat menjadi 29,2% di

(15)

tahun 2025. Dari 972 juta pengidap hipertensi, 333 juta berada di negara maju dan 639 sisanya berada di negara sedang berkembang, temasuk Indonesia.5

Menurut Depkes 2012, hipertensi merupakan penyebab kematian nomor 3 setelah stroke dan tuberkulosis yakni mencapai 6,7% dari populasi kematian pada semua umur di Indonesia. Mengingat tingginya angka kejadian hipertensi di Indonesia ini maka hipertensi termasuk salah satu penyakit tersering ditemui dan berbahaya. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) tahun 2007, kejadian hipertensi di Indonesia secara nasional mencapai 31,7% dan sekitar 26,3% di daerah Sumatera Utara.6

Selain itu, Data Riskesdas 2007 juga disebutkan prevalensi hipertensi di Indonesia berkisar 30% dengan insiden komplikasi penyakit kardiovaskuler lebih banyak pada perempuan sekitar 52% dibandingkan laki-laki sebanyak 48%.

Umumnya penderita hipertensi adalah orang yang berusia diatas 40 tahun, namun pada saat ini tidak menutup kemungkinan diderita oleh orang usia muda.

Hipertensi pada wanita usia subur sebagian besar terjadi pada usia 25 – 45 tahun, dan hanya pada 20% terjadi dibawah usia 20 tahun.7

Beberapa faktor dapat mempengaruhi terjadinya hipertensi, sebagian yang tidak dapat dihindari seperti bertambahnya usia dan jenis kelamin, tetapi sebagian dapat dicegah seperti kekurangan asupan magnesium, kalsium dan kalium.

Mikronutrien yang berperan dominan dalam patogenesis hipertensi essensial adalah kalsium dan magnesium. Penelitian tahun 2002 yang dimuat dalam American Journal Clinical Nutrition menyatakan bahwa efek penurunan kadar magnesium di dalam tubuh terjadi pada wanita yang telah mengalami menopause.

Magnesium merupakan salah satu nutrien paling penting untuk kesehatan jantung.

Tugas utama magnesium adalah membantu otot jantung relaksasi. Menurut US Departement of Health and Human Service, hipomagnesemia sering ditemukan pada penderita tekanan darah tinggi. Diet kaya magnesium yang direkomendasikan oleh DASH (Dietary Approaches to Stop Hypertension) merupakan komponen yang efektif untuk menurunkan tekanan darah selama 2 minggu dengan komposisi 500 mg magnesium.8

(16)

Hipertensi baru disadari ketika telah terjadi komplikasi yang menyebabkan gangguan organ seperti gangguan fungsi jantung koroner, fungsi ginjal, gangguan fungsi kognitif/stroke. Hipertensi pada dasarnya mengurangi harapan hidup penderitanya. Penyakit ini menjadi muara beragam penyakit degeneratif yang bisa mengakibatkan kematian. Hipertensi selain mengakibatkan angka kematian tinggi juga berdampak pada mahalnya pengobatan dan perawatan yang harus ditanggung para penderitanya.9

Mengamati data penderita hipertensi di Indonesia yang semakin meningkat, penulis tertarik untuk mengkaji hubungan asupan magnesium dengan tekanan darah pada guru sekolah Budi Murni-3.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan pertanyaan penelitian yaitu apakah terdapat hubungan antara asupan magnesium dengan tekanan darah?

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara asupan magnesium dengan tekanan darah pada guru sekolah.

1.3.2. Tujuan Khusus

Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah:

1. Diketahuinya sebaran subjek penelitian berdasarkan tekanan darah.

2. Diketahuinya sebaran tekanan darah berdasarkan jenis kelamin.

3. Diketahuinya sebaran subjek penelitian berdasarkan kecukupan asupan magnesium.

4. Diketahuinya sebaran kecukupan asupan magnesium berdasarkan jenis kelamin.

(17)

1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Bagi Masyarakat

Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan informasi pada masyarakat tentang pengaruh asupan magnesium terhadap tekanan darah serta manfaat dari magnesium bagi tubuh.

1.4.2. Bagi Pelayanan Kesehatan

Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai gambaran kecukupan asupan magnesium terhadap tekanan darah pada masyarakat sehingga pelayanan kesehatan dapat merencanakan program untuk memenuhi kecukupan asupan magnesium.

1.4.3. Bagi Peneliti

Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi pembelajaran serta menambah wawasan dalam melakukan penelitian di bidang kesehatan.

1.4.4. Bagi Institusi Pendidikan

Dapat menambah studi kepustakaan dan menjadi suatu sumber referensi bagi mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

(18)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tekanan Darah

2.1.1. Definisi Tekanan Darah

Tekanan darah adalah daya yang dihasilkan oleh darah terhadap setiap satuan luas dinding pembuluh. Bila seseorang mengatakan bahwa tekanan dalam pembuluh adalah 50 mmHg, hal itu berarti bahwa daya yang dihasilkan cukup untuk mendorong kolom raksa melawan gravitasi sampai setinggi 50 mm.10

Tekanan darah adalah gaya yang ditimbulkan oleh darah terhadap dinding pembuluh, bergantung pada volume darah yang terkandung didalam pembuluh dan compliance, atau distensibilitas dinding pembuluh.11

Tekanan darah diukur dalam milimeter air raksa (mmHg), dan dicatat sebagai dua nilai yang berbeda yaitu tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolik.Tekanan darah sistolik terjadi ketika ventrikel berkontraksi dan mengeluarkan darah ke arteri sedangkan tekanan darah diastolik terjadi ketika ventrikel berelaksasi dan terisi dengan darah dari atrium.Tekanan darah rata-rata orang dewasa muda yang sehat (sekitar 20 tahun) adalah 120/80 mmHg.Nilai pertama (120) merupakan sistolik dan nilai kedua (80) merupakan tekanan darah diastolik. Untuk mengukur tekanan darah, dapat menggunakan sfigmomanometer yang ditempatkan di atas arteri brakialis pada lengan.12

2.1.2. Faktor yang Mempengaruhi Tekanan Darah

Ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi tekanan darah, diantaranya adalah:13

1. Umur

Bayi yang baru lahir memiliki tekanan sistolik rata-rata 73 mmHg.Tekanan sistolik dan diastolik meningkat secara bertahap sesuai usia hingga dewasa. Pada orang lanjut usia, arterinya lebih keras dan kurang fleksibel terhadap darah. Hal ini mengakibatkan peningkatan tekanan sistolik. Tekanan diastolik juga

(19)

meningkat karena dinding pembuluh darah tidak lagi retraksi secara fleksibel pada penurunan tekanan darah.

2. Jenis kelamin

Secara klinis tidak ada perbedaan yang signifikan dari tekanan darah pada laki-laki atau perempuan.14 Wanita umumnya memiliki tekanan darah lebih rendah dari pada pria yang berusia sama, hal ini cenderung akibat variasi hormon. Setelah menopause, wanita umumnya memiliki tekanan darah lebih tinggi dari sebelumnya.15

3. Olahraga

Aktivitas fisik dapat meningkatkan tekanan darah.

4. Obat-obatan

Banyak obat-obatan yang dapat meningkatkan atau menurunkan tekanan darah, seperti diuretik dan vasodilator.

5. Ras

Pria Amerika Afrika berusia di atas 35 tahun memiliki tekanan darah yang lebih tinggi daripada pria Amerika Eropa dengan usia yang sama.

6. Obesitas

Obesitas, baik pada masa anak-anak maupun dewasa merupakan faktor predisposisi hipertensi.

2.1.3. Pengukuran Tekanan Darah

Hingga saat ini, alat pengukuran tekanan darah yang masih diandalkan secara tidak langsung ialah sfigmomanometer air raksa. Indikasi dilakukan pengukuran tekanan darah yaitu untuk menilai kesehatan kardiovaskular termasuk skrining untuk penderita hipertensi dan memantau efektivitas pengobatan pada penderita hipertensi.16

Adapun cara pengukuran tekanan darah dimulai dengan membalutkan manset dengan kencang dan lembut pada lengan atas dan dikembangkan dengan pompa. Tekanan dalam manset dinaikkan sampai denyut radial atau brakial menghilang. Hilangnya denyutan menunjukkan bahwa tekanan sistolik darah telah dilampaui dan arteri brakialis telah tertutup. Manset dikembangkan lagi sebesar 20

(20)

sampai 30 mmHg diatas titik hilangnya denyutan radial. Kemudian manset dikempiskan perlahan, dan dilakukan pembacaan secara auskultasi maupun palpasi. Dengan palpasi kita hanya dapat mengukur tekanan sistolik. Sedangkan dengan auskultasi kita dapat mengukur tekanan sistolik dan diastolik dengan lebih akurat.

Untuk mengauskultasi tekanan darah, ujung stetoskop yang berbentuk corong atau diafragma diletakkan pada arteri brakialis, tepat di bawah lipatan siku (rongga antekubital), yang merupakan titik dimana arteri brakialis muncul diantara kedua kaput otot biseps. Manset dikempiskan dengan kecepatan 2 sampai 3 mmHg per detik, sementara kita mendengarkan awitan bunyi berdetak, yang menunjukkan tekanan darah sistolik. Bunyi tersebut dikenal sebagai Bunyi Korotkoff yang terjadi bersamaan dengan detak jantung, dan akan terus terdengar dari arteri brakialis sampai tekanan dalam manset turun di bawah tekanan diastolik dan pada titik tersebut, bunyi akan menghilang.17

2.1.4. Faktor yang Menentukan Tekanan Darah

Untuk mendapatkan tekanan darah maka harus ada curah jantung dan tahanan terhadap aliran darah sirkulasi sistemik. Tahanan ini disebut tahanan perifer total.18

TD = CO x TPR

Keterangan

TD : Tekanan Darah

CO : Cardiac Output (curah jantung) TPR : Total Peripheral Resistance

1. Curah Jantung

Curah jantung seseorang adalah volume darah yang dipompa jantung (volume sekuncup) selama 1 menit (frekuensi jantung).14

Curah jantung = Frekuensi jantung x Volume sekuncup

(21)

2. Visikositas Darah & Tahanan

Kekentalan atau visikositas darah mempengaruhi kemudahan aliran darah melewati pembuluh yang kecil, dan visikositas darah ditentukan oleh hematokrit, apabila hematokrit meningkat, aliran darah lambat, tekanan darah arteri naik.14 Hematokrit normal untuk laki-laki ± 42% sedangkan perempuan ± 38%.10 Tahanan terhadap aliran darah ditentukan tidak hanya oleh radius pembuluh darah (halangan vaskular) tetapi juga visikositas darah.19 Semakin kecil lumen pembuluh, semakin besar tahanan vaskuler terhadap aliran darah, dengan naiknya tahanan tekanan darah arteri juga naik. Tekanan darah juga turun pada saat dilatasi pembuluh darah dan tahanan turun.14

3. Elastisitas dan Volum Darah

Normalnya dinding darah arteri elastis dan mudah berdistensi, kemampuan distensi mencegah pelebaran fluktuasi tekanan darah, dan pada penyakit tertentu seperti ateriosklerosis, dinding pembuluh darah kehilangan elastisitasnya. Volum sirkulasi darah pada orang dewasa 5000 ml, normalnya volum darah tetap konstan, volum sirkulasi darah dalam sistem vaskuler mempengaruhi tekanan darah. Tekanan terhadap dinding arteri menjadi lebih besar jika volum meningkat.14

2.1.5. Jenis-jenis Tekanan Darah Ada tiga jenis tekanan darah yaitu :

2.1.5.1. Tekanan Darah Normal

Tekanan darah dikatakan normal apabila tekanan sistoliknya 120-140 mmHg manakala tekanan diastoliknya 80-90 mmHg (WHO).

Menurut National Heart, Lung and Blood Institute (NHLBI), mendefinisikan tekanan darah normal adalah tekanan sistolik kurang dari 120 mmHg dan tekanan diastolik kurang dari 80 mmHg.20

(22)

2.1.5.2. Tekanan Darah Rendah (Hipotensi)

Hipotensi adalah suatu keadaan di mana tekanan darah lebih rendah dari normal, yaitu mencapai nilai rendah 90/60 mmHg. Antara gejala klinis yang bisa dilihat akibat hipotensi adalah sering pusing, cepat lelah, penglihatan kurang jelas apabila merubah posisi, dan berkeringat dingin. Tekanan darah rendah sering terjadi pada waktu setelah sakit atau semasa penyembuhan.21

2.1.5.3. Tekanan Darah Tinggi (Hipertensi)

Menurut National Heart, Lung, and Blood Institute (NHLBI), hipertensi adalah suatu keadaan apabila tekanan darahnya melebihi normal, yaitu tekanan sistoliknya 140 mmHg atau lebih tinggi manakala tekanan diastoliknya 90 mmHg atau lebih tinggi.20

Menurut The Seventh Report Of The Joint National Committee On Prevention, Detection, Evaluation And Treatment Of High Blood Pressure JNC 7), klasifikasi tekanan darah pada dewasa terbagi menjadi kelompok normal, prehipertensi,hipertensi derajat 1, dan hipertensi derajat 2.22

Tabel 2.1. Klasifikasi Tekanan Darah

Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)

Normal <120 <80

Prehipertensi 120-139 80-89

Hipertensi stage 1 140-159 90-99

Hipertensi stage 2 ≥160 ≥100

Sumber : The Seventh Report Of The Joint National Committee On Prevention, Detection, Evaluation And Treatment Of High Blood Pressure (JNC).22

(23)

2.2. Hipertensi 2.2.1. Definisi

Hipertensi adalah meningkatnya tekanan darah arteri diatas batas nilai normal yang penyebabnya masih tidak diketahui (hipertensi esensial, idiopatik, atau primer) maupun yang berhubungan dengan penyakit yang lain (hipertensi sekunder).1

Menurut JNC VII, Hipertensi merupakan suatu keadaan dimana tekanan darah seseorang adalah ≥140 mmHg (tekanan sistolik) dan atau ≥90 mmHg (tekanan diastolik).22

2.2.2. Etiologi

Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi dua golongan, yaitu:

hipertensi esensial atau hipertensi primer dan hipertensi sekunder.

2.2.2.1. Hipertensi Esensial

Hipertensi esensial atau hipertensi primer merupakan 95% dari seluruh kasus hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya. Hipertensi esensial adalah penyakit multifaktorial yang timbul karena interaksi antara faktor-faktor risiko tertentu.

Adapun faktor-faktor yang mendorong timbulnya kenaikan tekanan darah adalah:

1. Faktor risiko, seperti: diet dan asupan garam, stress, ras, obesitas, merokok, genetis

2. Sistem saraf simpatis, sepert: tonus simpatis dan variasi diurnal

3. Keseimbangan antara modulator vasodilatasi dan vasokonstriksi: endotel pembuluh darah berperan utama, tetapi remodelling dari endotel, otot polos, dan interstisium juga memberikan konstribusi akhir.

4. Pengaruh sistem otokrin setempat yang berperan pada sistem renin, angiotensin dan aldosteron.23

(24)

2.2.2.2. Hipertensi Sekunder

Hipertensi sekunder yang umumnya disebabkan oleh penyakit ginjal kronik (PGK) atau penyakit renovaskular. Kasus pada hipertensi sekunder sekitar <10%.

Penyebab spesifik lainnya diketahui seperti sindrom cushing, koarktasio aorta, obstructive sleep apnea, hiperparatiroidisme, feokromositoma, hiperaldosteronisme primer, dan hipertiroidisme.24

2.2.3. Faktor Risiko

Faktor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi, yaitu:25 1. Genetik

Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan menyebabkan keluarga itu mempunyai risiko menderita hipertensi. Hal ini berhubungan dengan peningkatan kadar sodium intraseluler dan rendahnya rasio antara potasium terhadap sodium Individu dengan orang tua dengan hipertensi mempunyai risiko dua kali lebih besar untuk menderita hipertensi dari pada orang yang tidak mempunyai keluarga dengan riwayat hipertensi. Selain itu didapatkan 70-80% kasus hipertensi esensial dengan riwayat hipertensi dalam keluarga.

2. Obesitas

Berat badan merupakan faktor determinan pada tekanan darah pada kebanyakan kelompok etnik di semua umur. Menurut National Institutes for Health USA (NIH,1998), prevalensi tekanan darah tinggi pada orang dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) >30 (obesitas) adalah 38% untuk pria dan 32% untuk wanita, dibandingkan dengan prevalensi 18% untuk pria dan 17% untuk wanita bagi yang memiliki IMT <25 (status gizi normal menurut standar internasional).

Menurut Hall (1994) perubahan fisiologis dapat menjelaskan hubungan antara kelebihan berat badan dengan tekanan darah, yaitu terjadinya resistensi insulin dan hiperinsulinemia, aktivasi saraf simpatis dan sistem renin-angiotensin, dan perubahan fisik pada ginjal.

3. Jenis kelamin

Prevalensi terjadinya hipertensi pada pria sama dengan wanita. Namun wanita terlindung dari penyakit kardiovaskuler sebelum menopause salah satunya adalah

(25)

penyakit jantung koroner. Wanita yang belum mengalami menopause dilindungi oleh hormon estrogen yang berperan dalam meningkatkan kadar High Density Lipoprotein (HDL). Kadar kolesterol HDL yang tinggi merupakan faktor pelindung dalam mencegah terjadinya proses aterosklerosis. Efek perlindungan estrogen dianggap sebagai penjelasan adanya imunitas wanita pada usia premenopause. Pada premenopause wanita mulai kehilangan sedikit demi sedikit hormon estrogen yang selama ini melindungi pembuluh darah dari kerusakan.

Proses ini terus berlanjut dimana hormon estrogen tersebut berubah kuantitasnya sesuai dengan umur wanita secara alami, yang umumnya mulai terjadi pada wanita umur 45-55 tahun.

4. Stres

Stres dapat meningkatkan tekanah darah sewaktu. Hormon adrenalin akan meningkat sewaktu kita stres, dan itu bisa mengakibatkan jantung memompa darah lebih cepat sehingga tekanan darah pun meningkat.

5. Kurang olahraga

Olahraga banyak dihubungkan dengan pengelolaan penyakit tidak menular, karena olahraga isotonik dan teratur dapat menurunkan tahanan perifer yang akan menurunkan tekanan darah (untuk hipertensi) dan melatih otot jantung sehingga menjadi terbiasa apabila jantung harus melakukan pekerjaan yang lebih berat karena adanya kondisi tertentu. Kurangnya aktivitas fisik menaikan risiko tekanan darah tinggi karena bertambahnya risiko untuk menjadi gemuk. Orang-orang yang tidak aktif cenderung mempunyai detak jantung lebih cepat dan otot jantung mereka harus bekerja lebih keras pada setiap kontraksi, semakin keras dan sering jantung harus memompa semakin besar pula kekuaan yang mendesak arteri.

6. Pola asupan garam dalam diet

Badan kesehatan dunia yaitu World Health Organization (WHO) merekomendasikan pola konsumsi garam yang dapat mengurangi risiko terjadinya hipertensi. Kadar sodium yang direkomendasikan adalah tidak lebih dari 100 mmol (sekitar 2,4 gram sodium atau 6 gram garam) perhari. Konsumsi natrium yang berlebih menyebabkan konsentrasi natrium di dalam cairan ekstraseluler meningkat. Untuk menormalkannya cairan intraseluler ditarik ke luar, sehingga

(26)

volume cairan ekstraseluler meningkat. Meningkatnya volume cairan ekstraseluler tersebut menyebabkan meningkatnya volume darah, sehingga berdampak kepada timbulnya hipertensi.

7. Asupan Kalium

Kalium merupakan ion utama dalam cairan intraseluler yang mempunyai cara kerja kebalikan dari ion Na. Konsumsi kalium yang banyak akan meningkatkan konsentrasinya di dalam cairan intraseluler, sehingga cenderung menarik cairan dari bagian ekstraseluler dan menurunkan tekanan darah.26

8. Asupan Magnesium

Magnesium merupakan inhibitor yang kuat terhadap kontraksi vaskuler otot halus dan diduga berperan sebagai vasodilator dalam regulasi tekanan darah.

Sebagian besar penelitian klinis menyebutkan, suplementasi magnesium tidak efektif untuk mengubah tekanan darah. Hal ini dimungkinkan karena adanya efek pengganggu dari obat anti hipertensi. Meskipun demikian, suplementasi magnesium masih direkomendasikan untuk mencegah kejadian hipertensi.26

9. Kebiasaan Merokok

Merokok menyebabkan peninggian tekanan darah. Perokok berat dapat dihubungkan dengan peningkatan insiden hipertensi maligna dan risiko terjadinya stenosis arteri renal yang mengalami ateriosklerosis.

(27)

Gambar 2.1. Faktor- faktor yang berpengaruh pada pengendalian tekanan darah Sumber : Hipertensi Esensial, Ilmu Penyakit Dalam FKUI.23

2.2.4. Patofisiologi

Tekanan darah dipengaruhi volume sekuncup dan total peripheral resistance. Apabila terjadi peningkatan salah satu dari variabel tersebut yang tidak terkompensasi maka dapat menyebabkan timbulnya hipertensi. Tubuh memiliki sistem yang berfungsi mencegah perubahan tekanan darah secara akut yang disebabkan oleh gangguan sirkulasi dan mempertahankan stabilitas tekanan darah dalam jangka panjang. Sistem pengendalian tekanan darah sangat kompleks.

Pengendalian dimulai dari sistem reaksi cepat seperti refleks kardiovaskuler melalui sistem saraf, refleks kemoreseptor, respon iskemia, susunan saraf pusat yang berasal dari atrium, dan arteri pulmonalis otot polos. Sedangkan sistem pengendalian reaksi lambat melalui perpindahan cairan antara sirkulasi kapiler dan rongga intertisial yang dikontrol oleh hormon angiotensin dan vasopresin.

Kemudian dilanjutkan sistem poten dan berlangsung dalam jangka panjang yang dipertahankan oleh sistem pengaturan jumlah cairan tubuh yang melibatkan berbagai organ.

(28)

Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya angiotensin II dari angiotensin I oleh angiotensin I converting enzyme (ACE). ACE memegang peran fisiologis penting dalam mengatur tekanan darah. Darah mengandung angiotensinogen yang diproduksi di hati. Selanjutnya oleh hormon, renin (diproduksi oleh ginjal) akan diubah menjadi angiotensin I. Oleh ACE yang terdapat di paru-paru, angiotensin I diubah menjadi angiotensin II. Angiotensin II inilah yang memiliki peranan kunci dalam menaikkan tekanan darah melalui dua aksi utama.

Aksi pertama adalah meningkatkan sekresi hormon antidiuretik (ADH) dan rasa haus. ADH diproduksi di hipotalamus (kelenjar pituitari) dan bekerja pada ginjal untuk mengatur osmolalitas dan volume urin. Dengan meningkatnya ADH, sangat sedikit urin yang diekskresikan ke luar tubuh (antidiuresis), sehingga menjadi pekat dan tinggi osmolalitasnya. Untuk mengencerkannya, volume cairan ekstraseluler akan ditingkatkan dengan cara menarik cairan dari bagian intraseluler. Akibatnya, volume darah meningkat yang pada akhirnya akan meningkatkan tekanan darah.

Aksi kedua adalah menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal.

Aldosteron merupakan hormon steroid yang memiliki peranan penting pada ginjal. Untuk mengatur volume cairan ekstraseluler, aldosteron akan mengurangi ekskresi NaCl (garam) dengan cara mereabsorpsinya dari tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi NaCl akan diencerkan kembali dengan cara meningkatkan volume cairan ekstraseluler yang pada gilirannya akan meningkatkan volume dan tekanan darah.25

(29)

Gambar 2.2. Mekanisme renin-angiotensin Sumber: Principles of Anatomy and Physiology,11th edition.33 2.2.5. Manifestasi Klinik

Pasien dengan hipertensi esensial umumnya bersifat asimptomatik dan akan timbul gejala setelah terjadi komplikasi pada organ ginjal, mata, otak dan jantung. Sedangkan, pada pada pasien hipertensi sekunder mempunyai gejala penyakit penyerta. Pasien dengan feokromositoma mempunyai gejala seperti sakit kepala, berkeringat, takikardi, palpitasi, dan hipotensi ortostatik. Pada pasien dengan aldosteronisme primer dapat dijumpai gejala seperti gejala hipokalemik, kram otot, kelemahan otot. Pasien dengan sindrom cushing dijumpai gejala seperti berat badan meningkat, poliuria, edema, gangguan menstruasi, dan gejala khas seperti moon face, buffalo hump, dan hirsutisme.24

(30)

2.2.6. Diagnosis

Sebelum melakukan pengobatan, diagnosis hipertensi ditegakkan terlebih dahulu. Penegakkan diagnosis hipertensi dengan cara evaluasi pasien seperti dengan melakukan anamnesis tentang keluhan pasien, riwayat penyakit dahulu dan penyakit keluarga, pemeriksaan fisik serta pemeriksaan penunjang.23

Anamnesis meliputi:

1. Lama menderita hipertensi dan derajat tekanan darah.

2. Indikasi adanya hipertensi sekunder.

a. Keluarga dengan riwayat penyakit ginjal (ginjal polikistik).

b. Adanya penyakit ginjal, infeksi saluran kemih, hematuri, pemakaian obat-obat analgesik dan obat/bahan lain.

c. Episoda berkeringat, sakit kepala, kecemasan, palpitasi (feokromositoma).

d. Episoda lemah otot dan tetani (aldosteronisme).

3. Faktor-faktor risiko.

a. Riwayat hipertensi atau kardiovaskular pada pasien atau keluarga pasien.

b. Riwayat hiperlipidemia pada pasien atau keluarga pasien.

c. Riwayat diabetes melitus pada pasien atau keluarganya.

d. Kebiasaan merokok.

e. Pola makan.

f. Kegemukan, intensitas olahraga.

g. kepribadian.

4. Gejala kerusakan organ.

a. Otak dan mata : sakit kepala, vertigo, gangguan penglihatan, transient ischemic attack, defisit sensoris atau motoris.

b. Jantung : palpitasi, nyeri dada, sesak, bengkak kaki.

c. Ginjal : haus, poliuria, nokturia, hematuri.

d. Arteri perifer : ekstremitas dingin, klaudikasio intermitten.

(31)

5. Pengobatan antihipertensi sebelumnya

Pemeriksaan penunjang pasien hipertensi terdiri dari tes darah rutin, glukosa darah (sebaiknya puasa), kolesterol total serum, kolesterol LDL dan HDL serum, trigliserida serum (puasa), asam urat serum, kreatinin serum, kalium serum, hemoglobin, hematokrit, urinalisis (uji carik celup serta sedimen urin) dan elektrokardiogram.

2.2.7. Penatalaksanaan

Tujuan pengobatan pasien hipertensi adalah23

1. Target tekanan darah <140/90 mmHg, untuk individu berisiko tinggi (diabetes, gagal ginjal proteinuria)

2. Penurunan morbiditas dan mortalitas kardiovaskular 3. Menghambat laju penyakit ginjal proteinuria

2.2.7.1. Farmakologi

Jenis obat antihipertensi untuk terapi farmakologis hipertensi yang dianjurkan oleh JNC 7:27

1. Diuretik

Diuretik bekerja meningkatkan ekskresi natrium, air dan klorida sehingga menurunkan volume darah dan cairan ekstraseluler. Akibatnya terjadi penurunan curah jantung dan tekanan darah. Contoh obat diuretik adalah Hidroklorotiazid (HCT), furosemid, spironolakton.

2. Penghambat sistem adrenergik (β-bloker)

Mekanisme kerja obat antihipertensi ini dikaitkan dengan hambatan reseptor β1, antara lain: (1) penurunan frekuensi denyut jantung dan kontraktilitas miokard sehingga menurunkan curah jantung, (2) hambatan sekresi renin di sel jukstaglomeruler ginjal dengan akibat penurunann produksi angiotensin II, (3) efek sentral yang mempengaruhi aktivitas saraf simpatis, perubahan pada sensitivitas baroreseptor, perubahan aktivitas neuron adrenergik perifer dan

(32)

peningkatan biosintesis prostasiklin. Contoh obat penghambat sistem adrenergik adalah atenolol, propanolol, bisprolol.

3. Vasodilator

Contoh yang termasuk obat jenis vasodilator adalah hidralazin, minoksidil, dan diazoksid.Mekanisme kerja obat vasodilator adalah merelaksasikan otot polos arteriol dan vasodilatasi.

4. Penghambat sistem renin-angiotensin

a. Penghambat Angiotensin-Converting Enzyme (ACE-Inhibitor)

Mekanisme kerja obat ini adalah dengan menghambat perubahan AI menjadi AII sehingga terjadi vasodilatasi dan penurunan sekresi aldosteron.

Selain itu, degradasi bradikinin juga dihambat sehingga kadar bradikinin dalam darah meningkat dan berperan dalam efek vasodilatasi ACE-inhibitor.

Vasodilatasi secara langsung akan menurunkan tekanan darah, sedangkan berkurangnya aldosteron akan menyebabkan ekskresi air dan natrium dan retensi kalium. Contoh obat ACE-inhibitor adalah kaptopril, lisinopril.

b. Antagonis reseptor angiotensin II/ Angiotensin receptor blocker (ARB) Contoh obat antihipertensi ini adalah Losartan. Obat ini merupakan obat golongan ARB yang bekerja selektif pada reseptor AT1 yang cara kerjanya akan menghambat semua efek AII seperti vasokonstriksi, sekresi aldosteron, rangsangan saraf simpatis, stimulasi jantung, efek renal serta efek jangka panjang berupa hipertrofi otot polos pembuluh darah dan miokard.

5. Antagonis Kalsium

Antagonis kalsium menghambat influks kalsium pada sel otot polos pembuluh darah dan miokard. Di pembuluh darah, antagonis kalsium terutama menimbulkan relaksasi arteriol, sedangkan vena kurang dipengaruhi. Contoh obat antagonis kalsium adalah nifedipin, diltiazem, verapamil.

(33)

2.2.7.2. Non Farmakologi

Terapi nonfarmakologis terdiri dari:23 1. Menghentikan merokok

2. Menurunkan berat badan berlebih 3. Menurunkan konsumsi alkohol berlebih 4. Latihan fisik

5. Menurunkan asupan garam

6. Meningkatkan konsumsi buah dan sayur serta menurunkan asupan lemak

2.3. Magnesium

Magnesium mempunyai berbagai fungsi fisiologis termasuk dalam pengaturan sistem kardiovaskular. Magnesium mempunyai peranan penting dalam pengaturan sistem saraf, transmisi neuronmuskular, kontraksi otot, tekanan darah dan aliran darah perifer. Ion magnesium berkompetisi dengan ion kalsium pada membran sel, kadar intraselular kalsium yang rendah dapat menyebabkan vasodilatasi. Defisiensi magnesium dan adanya abnormalitas metabolisme magnesium akan menyebabkan terjadinya iskemik jantung, gagal jantung kongestif, sudden cardiac death, aritmia, preeklampsia, resistensi insulin dan diabetes, dan hipertensi.28

Magnesium adalah kation nomor dua paling banyak setelah natrium di dalam cairan interselular. Magnesium di dalam alam merupakan bagian dari klorofil daun. Peranan magnesium dalam tumbuh-tumbuhan sama dengan peranan zat besi dalam ikatan hemoglobin di dalam darah pada manusia yaitu untuk pernapasan. Magnesium terlibat dalam berbagai proses metabolisme.

Kurang lebih 60% dari 20-28 mg magnesium di dalam tubuh terdapat di dalam tulang dan gigi, 26% di dalam otot dan selebihnya di dalam jaringan lunak lainnya serta cairan tubuh. Konsentrasi magnesium rata-rata di dalam plasma adalah sebanyak 0,75-1,0 mmol/l (1,5-2,1 mEq/l). Magnesium di dalam tulang lebih banyak merupakan cadangan yang siap dikeluarkan bila bagian lain dari tubuh membutuhkan.29

(34)

2.3.1. Absorpsi Magnesium

Magnesium terutama diabsorpsi di dalam usus halus, kemungkinan dengan bantuan alat angkut aktif dan secara difusi pasif. Pada konsumsi magnesium yang tinggi hanya sebanyak 30% magnesium diabsorpsi, sedangkan pada konsumsi rendah sebanyak 60%. Absorpsi magnesium dipengaruhi oleh faktor-faktor yang sama yang mempengaruhi absorpsi kalsium kecuali vitamin D tidak berpengaruh antara lain:29

1. Kebutuhan tubuh

Jika kebutuhan magnesium meningkat, maka absorpsinya juga akan meningkat.

2. Suasana asam di dalam saluran cerna

3. Lama bahan makanan di dalam saluran cerna

Semakin lama bahan makanan berada di dalam saluran cerna, maka akan semakin besar kemungkinan zat-zat yang ada dalam bahan makanan tersebut untuk diserap masuk ke dalam pembuluh darah.

2.3.2. Fungsi Magnesium

Magnesium adalah suatu kofaktor yang mempunyai lebih dari 300 enzim yang bekerja dalam pengaturan reaksi biokimia dalam tubuh termasuk sintesis protein, otot dan transmisi saraf, konduksi neuromuskular, transduksi signal, pengontrolan kadar gula darah, dan regulasi tekanan darah. Ada beberapa magnesium dependent enzymes seperti Na+/K+-ATPase, hexokinase, creatine kinase, protein kinase, dan cyclases (Tabel 2.2.). Magnesium diperlukan untuk menjalankan fungsi struktural protein, asam nukleat atau mitokondria. Selain itu, magnesium juga dibutuhkan dalam sintesis DNA dan RNA, produksi energi aerobik dan anaerobik – fosfolirasi oksidatif dan glikolisis yang berkerja secara tidak langsung sebagai bagian dari kompleks magnesium-ATP, atau bekerja secara langsung sebagai enzim activator.30

(35)

Tabel 2.2. Fungsi dari Magnesium

1. Magnesium terlibat dalam lebih 300 reaksi metabolik esensial (seperti semua Adenosine Triphosphate (ATP)-dependent reactions).

2. Produksi energi (→ produksi ATP)

Memecahkan dan pemanfaatan energi dari karbohidrat, protein dan lemak (seperti glikolisis, fosforilasi rantai respirasi).

3. Aktivasi enzim

Aktivitas Mitochondrial ATP synthase, Na+/K+-ATPase, Hexokinase, Creatine kinase, Adenylate cyclase, Phosphofructokinase, tyrosine kinase dalam reseptor insulin.

4. Antagonis kalsium / NMDA-receptor antagonist

Mengontrol influks kalsium di membrane sel: kontraksi/relaksasi otot, pelepasan neurontransmitter, konduksi impuls neuronmuskular (penghambatan pelepasan calcium-dependent acetylcholine di motor end plate), menjaga kestabilan fisiologi membrane, kontraksi otot.

5. Sistem kardiovaskular

Penghematan fungsi pompa jantung, regulasi perpindahan ion kalium sel miokardium, vasodilatasi arteri koronaria dan perifer, reduksi agregasi platelet.

6. Fungsi pada membran

Perubahan elektrolit transmembran, transpor aktif kalium dan kalsium sel membrane, regulasi sel adhesi dan sel migrasi.

7. Metabolisme nutrien

Aktivasi metabolik dan pemanfaatan vitamin D, vitamin B (seperti tiamin) dan glutation.

Sumber : Review Magnesium in Prevention and Therapy.30 2.3.3. Magnesium dan Nutrisi

Referensi diet untuk asupan magnesium telah ditetapkan dengan Angka Kecukupan Gizi (AKG) / RDA (Recommended Dietary Allowance). Angka Kecukupan Gizi (AKG) adalah taraf konsumsi zat-zat gizi esensial, yang

(36)

berdasarkan pengetahuan ilmiah dinilai cukup untuk memenuhi kebuthan hampir semua orang sehat.29

Tabel 2.3. Angka Kecukupan Magnesium yang Dianjurkan untuk Orang Indonesia (perorang perhari).

Kelompok Umur Magnesium (mg)

Laki-laki Perempuan

19-29 tahun 350 310

30-49 tahun 350 320

50-64 tahun 350 320

Sumber : Lampiran Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 tahun 2013 tentang Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan bagi bangsa Indonesia. 34

2.3.4. Sumber Makanan Magnesium

Sumber utama magnesium adalah sayuran hijau, serealia tumbuk, biji- bijian dan kacang-kacangan. Daging, susu dan hasilnya serta cokelat juga merupakan sumber magnesium yang baik.29

Tabel 2.4. Beberapa sumber makanan yang mengandung magnesium Daftar makanan

Berdasarkan standard yang dilakukan di negara USA (RDA)

Milligram (mg) per porsi

% harian

Bayam, rebus, sebanyak ½ cangkir 78 20

Kacang, panggang minyak, sebanyak ¼ cangkir 63 16 Susu kedelai, polos atau vanili, sebanyak 1

cangkir

61 15

Kacang hitam, dimasak, sebanyak ½ cangkir 60 15

Selai kacang, halus, sebanyak 2 sendok makan 49 12

Roti, gandum, 2 iris 46 12

Alpukat, potong dadu, sebanyak 1 cangkir 44 11

Kentang, dipanggang dengan kulit, sebanyak 3,5 ons

43 11

(37)

Beras, coklat, dimasak, sebanyak ½ cangkir 42 11

Sarapan sereal 40 11

Oatmeal, instan, 1 paket 36 9

Kacang merah, kaleng, ½ cangkir 35 9

Pisang, 1 sedang 32 8

Susu, 1 cup 24-27 6-7

Kismis, ½ cangkir 23 6

Dada ayam, panggang, 3 ons 22 6

Daging sapi panggang, 3 ons 20 5

Brokoli, cincang dan dimasak, ½ cangkir 12 3

Beras, putih, dimasak, ½ cangkir 10 3

Apel 9 2

Wortel 7 2

Sumber : Makanan yang mengandung Magnesium tinggi, HS Verified Health Information.35

2.4. Magnesium dan Tekanan Darah

Magnesium merupakan salah satu jenis nutrisi yang paling penting untuk kesehatan jantung, apabila kebutuhan magnesium tidak terpenuhi, maka akan terjadi penurunan tekanan darah karena fungsi magnesium sebagai relaksasi otot polos vaskular sehingga akan terjadi detakan jantung yang abnormal.31

Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya, adanya hubungan defisiensi magnesium dengan penyakit kardiovaskular seperti hipertensi dan aterosklerosis.

Magnesium terlibat dalam regulasi tekanan darah. Setiap modifikasi pada status magnesium endogen akan mencetuskan perubahan tonus vaskular dan konsekuensinya terjadi perubahan pada tekanan darah arteri. Defisiensi magnesium dapat meningkatkan angiotensin II- mediated aldosterone synthesis dan produksi tromboksan dan vasokonstriksi prostaglandin.30

(38)

Efek pada endotelium Efek pada otot polos Vasodilatasi

Agregasi platelet

Relaksasi Vasodilatasi

Penurunan resistensi vaskular Mekanisme kemungkinan

Fungsi endotelium ( sintesis NO )

Inflamasi Prostaglandin I2

Mekanisme kemungkinan Aktivitas kalsium

Penurunan aktivitas voltage-operated calcium channel (VOCC) Penurunan ion kalsium, terlepas dari

retikulum sarkoplasmik

Gambar 2.3. Fungsi Magnesium dan vaskular Sumber: Review Magnesium in Prevention and Therapy.30

2.4.1. Mekanisme Penurunan Tekanan Darah dengan Magnesium

Salah satu mekanisme penurunan tekanan darah oleh magnesium yaitu dengan bekerja seperti natural calcium channel blocker. Magnesium berkompetisi dengan kalsium di sel otot polos pembuluh darah, meningkatkan prostaglandin E, menginduksi vasodilatasi endothelial-dependent, memperbaiki disfungsi endotelium pada penderita hipertensi dan diabetes, menurunkan kalsium dan natrium intraselular, dan menurunkan tekanan darah.

Magnesium juga merupakan kofaktor esensial untuk enzim delta-6- desaturase, dimana terjadi perubahan asam linolenat menjadi gamma-LA (GLA).

GLA akan diperpanjang menjadi DGLA (dihomo-gamma-lineleic acid), prekursor untuk prostaglandin E1 (PGE1), yang keduanya berfungsi sebagai vasodilator dan

(39)

inhibisi platelet. Kadar magnesium yang rendah akan mengakibatkan ketidakcukupan jumlah PGE1 sehingga terjadi vasokonstriksi dan peningkatan tekanan darah.

Sebagai tambahannya, magnesium juga meregulasi kalsium, natrium, kalium intraselular dan pH. Magnesium dapat menekan penghambatan aktivasi sirkulasi Na+K+ATPase yang akan menurunkan tonus vaskular.32

(40)

BAB 3

KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS

3.1. Kerangka Teori

Pada penelitian ini kerangka teori tentang asupan magnesium dengan tekanan darah pada guru sekolah Budi Murni-3 digambarkan seperti skema berikut.

Gambar 3.1. Kerangka Teori Penelitian 3.2. Kerangka Konsep

Pada penelitian ini kerangka konsep tentang asupan magnesium dengan tekanan darah pada guru sekolah Budi Murni-3 digambarkan seperti skema berikut.

Gambar 3.2. Kerangka Konsep Penelitian Asupan

Magnesium Tekanan Darah

Variabel Independen Variabel Dependen

(41)

3.3. Hipotesis

Ada hubungan antara asupan magnesium dengan tekanan darah pada guru sekolah Budi Murni-3.

(42)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis/Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional (studi potong lintang) yang bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan asupan magnesium dengan tekanan darah pada guru sekolah Budi Murni-3 dimana asupan magnesium sebagai variabel independen dan tekanan darah sebagai variabel dependen.

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian 4.2.1. Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di lingkungan sekolah Budi Murni-3 Medan.

4.2.2. Waktu Penelitian

Pengumpulan data dilaksanakan pada bulan September 2016.

4.3. Populasi dan Sampel 4.3.1. Populasi

Populasi penelitian ini adalah seluruh guru sekolah Budi Murni-3 dengan jumlah 40 guru.

4.3.2. Kriteria Inklusi

1. Subjek penelitian yang berusia di atas 25 tahun.

2. Subjek penelitian yang bersedia menjadi sampel penelitian dengan menandatangani lembar persetujuan setelah penjelasan (informed consent).

3. Subjek penelitian yang berada di tempat saat penelitian dilakukan.

4.3.3. Kriteria Eksklusi

1. Subjek penelitian menopause.

(43)

4.3.4. Sampel Penelitian

Semua guru sekolah Budi Murni-3 yang masuk kriteria inklusi dan tidak termasuk kriteria eksklusi.

4.3.5 Besar Sampel Penelitian

Jumlah sampel pada penelitian ini menggunakan metode total sampling.

4.4. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan cara mengambil data primer berupa wawancara food recall 24 jam sebanyak 2 kali dimana hari yang dipilih adalah hari kerja dan mengukur tekanan darah, yaitu dengan menggunakan tensimeter.

Setelah responden memahami isi penelitian dan mengisi lembar informed consent, peneliti mewawancarai responden tanpa diberitahu sebelumnya. Hal ini untuk memastikan respoden tidak merubah kebiasaan makan selama penelitian dilaksanakan. Peneliti menanyakan tentang semua kegiatan, makanan dan minuman yang dimakan pada 24 jam yang lalu, termasuk metode memasak dan estimasi ukuran porsi dengan bantuan food picture yang peneliti telah buat dan telah distandarisasi. Kemudian dilakukan pengukuran tekanan darah (mmHg) dengan menggunakan tensimeter sebanyak 2 kali. Seluruh data akan dicatat ke dalam food recall 24 jam.

4.4.1. Variabel dan Definisi Operasional 1. Asupan Magnesium

Definisi Operasional

Merupakan salah satu jenis mikronutrien yang terdapat dalam tubuh yang berperan dalam meregulasi tekanan darah.

Cara Ukur Wawancara

(44)

Alat Ukur

Food Recall 2x24 jam Hasil Ukur

Menurut Mahan (2004) :

 Asupan magnesium kurang bila < 270 mg

 Asupan magnesium cukup bila 270 – 350 mg

 Asupan magnesium lebih bila > 350 mg Skala Ukur

Ordinal

2. Tekanan Darah

Definisi Operasional

Merupakan hasil pengukuran tekanan darah sistol dan diastol.

Cara Ukur

1. Pasanglah manset pada lengan atas, dengan batas bawah manset 2-3cm dari lipat siku dan perhatikan posisi pipa manset yang akan menekan tepat di atas denyutan arteri dilipat siku (arteri brakialis).

2. Letakkan stetoskop tepat di atas arteri brakialis.

3. Rabalah pulsasi arteri pada pergelangan tangan (arteri brakialis).

4. Pompalah manset hingga tekanan manset mencapai 30 mmHg setelah pulsasi arteri radialis menghilang.

5. Bukalah katup manset dan tekanan manset dibiarkan menurun perlahan dengan kecepatan 2-3 mmHg/detik.

6. Bila bunyi pertama terdengar, ingatlah dan catatlah sebagai tekanan sistolik.

7. Bunyi terakhir yang masih terdengar dicatat sebagai tekanan diastolik.

8. Turunkan tekanan manset sampai 0 mmHg, kemudian lepaskan manset.

(45)

Alat Ukur Tensimeter Hasil Ukur

Menurut National Heart, Lung, and Blood Institute (NHLBI) :

 Tekanan darah rendah (hipotensi) ≤ 90/60 mmHg

 Tekanan darah normal (normotensi) ≤ 120/80 mmHg

 Tekanan darah tinggi (hipertensi) ≥ 140/90 mmHg Skala Ukur

Ordinal

4.5. Pengolahan dan Analisis Data

Data yang diperoleh dari penelitian ini akan dimasukkan ke dalam komputer. Data yang diperoleh, kadar asupan magnesium dianalisis dengan menggunakan program Nutrisurvey. Kemudian menggunakan SPSS (Statistic Product and Service Solutions) for windows untuk mendapatkan hasil yang sesuai dengan hubungan antara asupan magnesium dengan tekanan darah pada guru sekolah Budi Murni-3.

(46)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di sekolah Budi Murni-3 Medan yang berlokasi di jalan Merapi no.2 Medan, Provinsi Sumatera Utara, Indonesia; dimana sekolah ini merupakan salah satu sekolah swasta katolik yang ada di Kota Medan. Sekolah Budi Murni-3 pertama kali berdiri tahun 1958 oleh Yayasan Pendidikan Kristen Budi Murni, yang berlokasi di kelurahan Pusat Pasar, kecamatan Medan Kota.

5.1.2. Hasil Analisa Data

Subjek penelitian ini adalah guru sekolah Budi Murni-3 Medan. Subjek penelitian yang diambil merupakan subjek penelitian yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi sebelumnya.

Pada Tabel 5.1. didapatkan sebanyak 22 orang (55,0%) dengan jenis kelamin perempuan dan sisanya adalah laki-laki.

Tabel 5.1. Karakteristik Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin n %

Laki-laki 18 45,0

Perempuan 22 55,0

Total 40 100,0

Dari Tabel 5.2. didapatkan frekuensi tertinggi dari kelompok subjek penelitian adalah subjek dengan normotensi sebanyak 31 orang (77,5%).

Tabel 5.2. Karakteristik Subjek Penelitian Berdasarkan Tekanan Darah

Tekanan Darah n %

Hipotensi 1 2,5

Normotensi 31 77,5

Hipertensi 8 20,0

Total 40 100,0

(47)

Dapat dilihat dari Tabel 5.3. didapatkan frekuensi tertinggi dari kelompok subjek penelitian yaitu subjek dengan asupan magnesium kurang sebanyak 28 orang (70,0%) dan sisanya adalah asupan magnesium cukup dan lebih.

Tabel 5.3. Karakteristik Subjek Penelitian Berdasarkan Asupan Magnesium

Asupan Magnesium n %

Kurang 28 70,0

Cukup 10 25,0

Lebih 2 5,0

Total 40 100,0

Dari Tabel 5.4. menunjukkan bahwa sebaran tekanan darah berdasarkan jenis kelamin didapatkan frekuensi tertinggi dari kelompok normotensi sebanyak 31 orang (77,5%) dan sisanya adalah kelompok hipotensi dan hipertensi.

Tabel 5.4. Sebaran Tekanan Darah Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis

Kelamin

Tekanan Darah 95% CI

Hipotensi Normotensi Hipertensi

n % n % n %

Laki-laki 0 0 11 61,1 7 38,9 0,0001-0,118

Perempuan 1 4,5 20 90,9 1 4,5

Total 1 2,5 31 77,5 8 20,0

Pada Tabel 5.5. menunjukkan bahwa sebaran kecukupan asupan magnesium berdasarkan jenis kelamin dengan frekuensi tertinggi terdapat pada kelompok asupan magnesium kurang sebanyak 28 orang (70,0%) dan sisanya asupan magnesium cukup dan lebih.

Tabel 5.5. Sebaran Kecukupan Asupan Magnesium Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Asupan Magnesium 95% CI

Kurang Cukup Lebih

n % n % n %

Laki-laki 11 61,1 5 27,8 2 11,1 0,158- 0,442

Perempuan 17 77,3 5 22,7 0 0

Total 28 70,0 10 25,0 2 5,0

(48)

Dari tabel 5.6., dengan menggunakan uji korelasi Spearman terhadap data tersebut menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara asupan magnesium dengan tekanan darah dengan nilai p < 0,05 (p=0,0001) dan kekuatan korelasi, dengan nilai r = 0,641, yang menyatakan hubungan yang kuat antara asupan magnesium dengan tekanan darah.

Tabel 5.6. Analisis Hubungan Asupan Magnesium dengan Tekanan Darah Asupan

Mg

Tekanan Darah Total p value Spearman

correlation Hipotensi Normotensi Hipertensi (r)

n % n % n % n %

Kurang 1 3,6 26 92,9 1 3,6 28 100,0 0,0001 0,641 Cukup 0 0 5 50,0 5 50,0 10 100,0

Lebih 0 0 0 0 2 100,0 2 100,0

5.2. Pembahasan

Hasil penelitian didapatkan karakteristik subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin sebanyak 45,0% laki-laki dan 55,0% perempuan yang mengikuti penelitian. Subjek penelitian dengan tekanan darah hipotensi sebanyak 2,5%, normotensi sebanyak 77,5% dan hipertensi sebanyak 20,0%. Berdasarkan asupan magnesium, subjek penelitian yang mempunyai asupan magnesium kurang sebanyak 70,0%, asupan magnesium cukup sebanyak 25,0% dan asupan magnesium lebih sebanyak 5,0%.

Hasil penelitian menunjukkan dari 40 sampel didapatkan angka kejadian hipertensi sebanyak 20,0%. Angka kejadian tersebut tidak jauh berbeda dengan kejadian hipertensi pada dewasa menurut data The National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES) tahun 1999-2000 yaitu 29-31%.23 Berdasarkan RIKESDAS, prevalensi hipertensi pada penduduk umur 18 tahun ke atas tahun 2007 di Indonesia adalah 31,7%.37 Hal ini menunjukkan bahwa hipertensi tidak hanya terjadi pada lanjut usia tetapi dapat juga terjadi pada dewasa produktif sebagai dampak globalisasi dan perubahan sosial ekonomi yang mengubah gaya hidup masyarakat seperti pola makan dan aktifitas fisik.36

Berdasarkan jenis kelamin, dalam penelitian ini menunjukkan kejadian hipertensi lebih sering terjadi pada laki-laki dengan prevalensi 38,9%, sedangkan

(49)

wanita sekitar 4,5%. Hasil ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Yunus pada tahun 2004, pria mempunyai prevalensi hipertensi yang lebih tinggi (31,7%) berbeda secara bermakna dibandingkan dengan wanita (23,5%).38 Sedangkan menurut penelitian yang dilakukan Mufunda pada tahun 2006, prevalensi hipertensi pada pria (16,88%) didapatkan hanya sedikit lebih tinggi dari wanita (15,28%).39 Berikut penelitian yang dilakukan oleh National Academy on Aging Society pada tahun 2005, mengemukakan bahwa pria dan wanita rata-rata mempunyai angka kejadian hipertensi yang sama sebelum usia 65 tahun.40 pada subjek dengan umur 25-54 tahun lebih sering terjadi pada pria tetapi pada subyek dengan umur lebih dari 54 tahun, hipertensi lebih sering terjadi pada wanita.41

Selain itu, dari hasil penelitian, diketahui bahwa sebagian besar subjek memiliki asupan magnesium yang kurang 70,0%. Hipomagnesium biasanya ditemukan pada penderita hipertensi karena defisiensi magnesium dapat menyebabkan terjadinya kontraktilitas dan mengurangi relaksasi pembuluh darah sebagai respon terhadap unsur neurohormonal seperti prostaglandin dan amina beta adrenergik.42

Efek magnesium terhadap tekanan darah sangat berperan dalam pencegahan penyakit kardiovaskuler. Magnesium bersama dengan kalium, kalsium, dan natrium berperan terhadap proses regulasi tekanan darah. Efek magnesium terhadap tekanan darah sangat kecil tetapi sangat berperan terhadap pencegahan penyakit kardiovaskuler.43 Magnesium mempunyai peranan penting dalam upaya pengontrolan tekanan darah dengan memperkuat jaringan endotel, menstimulasi prostaglandin, dan meningkatkan penangkapan glukosa sehingga resistensi insulin dapat terkurangi. Selain itu, magnesium juga berperan dalam kontraksi otot jantung, bila konsentrasi magnesium dalam darah menurun maka otot jantung tidak dapat bekerja secara maksimal sehingga mempengaruhi tekanan darah.42 Kurang optimalnya fungsi asupan magnesium yang berasal dari makanan dalam menurunkan tekanan darah dapat disebabkan oleh serat, oksalat, fitat, dan fosfor yang dapat menghambat absorpsi magnesium di dalam usus halus. Selain itu, faktor stres mental atau stres fisik juga cenderung menurunkan absorpsi magnesium dan meningkatkan ekskresinya.43

Gambar

Gambar 2.1. Faktor- faktor yang berpengaruh pada pengendalian tekanan darah  Sumber : Hipertensi Esensial, Ilmu Penyakit Dalam FKUI
Gambar 2.2. Mekanisme renin-angiotensin  Sumber: Principles of Anatomy and Physiology,11 th  edition
Gambar 2.3. Fungsi Magnesium dan vaskular  Sumber: Review Magnesium in Prevention and Therapy
Gambar 3.1. Kerangka Teori Penelitian  3.2. Kerangka Konsep

Referensi

Dokumen terkait

Lalu keingintahuan penulis mengapa Rusia menjadikan Jerman sebagai mitra dagangnya atau mitra kerjasama dalam energi, padahal sangat memungkinkan Rusia bekerjasama dengan negara

Cangkang berwarna coklat muda dengan manik-manik yang berurrarna lebih gelap' Hidup pada substrat pasir berlumpur dan permukaan karang, sehingga termasuk

Berdasarkan parameter kromatogram, uji kemurnian isolat andrografolid untuk profil sidik jari memberikan hasil yang terbaik pada panjang gelombang 230 nm dengan sistem

Setelah itu pengurus simpan pinjam akan membuat rekap peminjaman yang disetujui maupun yang ditolak untuk diserahkan kepada administrasi agar memanggil

Dan berdasarkan prosentasenya hanya 17,6% saja Kegiatan Pengajian Rutin pada Majelis Ta’lim Miftahul Huda d terhadap akhlak beragama Remaja usia 13-19 tahun di Desa

Hal ini dimaksudkan untuk menampung dinamika pemanfaatan ruang mikro dan sebagai dasar antara lain transfer of development rights (TDR) dan air right

return on asset Bank Sumsel Babel periode 2008-2015 adalah tinggi tapi jika dibandingkan dengan return on asset perbankan secara nasional adalah rendah, (2)inflasi

 Walaupun terdapat banyak dialek di China yang sebutannya mungkin berbeza Walaupun terdapat banyak dialek di China yang sebutannya mungkin berbeza antara satu dengan yang lain