• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MENULIS CERPEN BERBASIS RAMAH LINGKUNGAN SMP KOTA SEMARANG TESIS. Disusun oleh SETIAWAN NPM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MENULIS CERPEN BERBASIS RAMAH LINGKUNGAN SMP KOTA SEMARANG TESIS. Disusun oleh SETIAWAN NPM"

Copied!
222
0
0

Teks penuh

(1)

i

BERBASIS RAMAH LINGKUNGAN SMP KOTA SEMARANG

TESIS

Disusun oleh SETIAWAN NPM 19526001

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS PGRI SEMARANG 2020

(2)

ii

BERBASIS RAMAH LINGKUNGAN SMP KOTA SEMARANG

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Pascasarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Disusun oleh SETIAWAN NPM 19526001

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS PGRI SEMARANG 2020

(3)

iii

Pembimbing I dan Pembimbing II dari mahasiswa Universitas PGRI Semarang:

Nama : SETIAWAN

NPM : 19526001

Program Studi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Judul Tesis : Pengembangan Bahan Ajar Menulis Cerpen Berbasis Ramah Lingkungan SMP Kota Semarang

Dengan ini menyatakan bahwa tesis yang dibuat oleh mahasiswa tersebut di atas telah selesai dan siap untuk diujikan.

Semarang, … November 2020

Pembimbing I, Pembimbing II,

Dr. Harjito, M.Hum. Dr. Ngasbun Egar, M.Pd.

NPP 936501103 NPP 956701118

Telah dinyatakan memenuhi syarat, Pada tanggal … November 2020

Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Program Pascasarjana Universitas PGRI Semarang,

Dr. Harjito, M.Hum.

NPP 936501103

(4)

iv

Tesis berjudul “Pengembangan Bahan Ajar Menulis Cerpen Berbasis Ramah Lingkungan SMP Kota Semarang” ditulis oleh Setiawan NPM 19526001 telah dipertahankan di hadapan Sidang Panitia Ujian Tesis Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Program Pascasarjana Universitas PGRI Semarang.

Pada hari : Selasa

Tanggal : 3 November 2020

Ketua, Sekretaris,

Dr. Ngasbun Egar, M.Pd. Dr. Harjito, M.Hum.

NPP 956701118 NPP 936501103

Anggota:

1. Dr. Harjito, M.Hum. ( ... ) NPP 936501103

2. Dr. Ngasbun Egar, M.Pd. ( ... ) NPP 956701118

3. Dr. Nazla Maharani Umaya, M.Hum. ( ... ) NPP 077901190

(5)

v Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : SETIAWAN

NPM : 19526001

Program Studi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Program : Pascasarjana Universitas PGRI Semarang

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tesis yang saya tulis ini benar- benar merupakan hasil karya sendiri dan bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau pikiran orang lain. Saya bertanggung jawab terhadap tesis baik secara moral, akademik maupun hukum dengan segala akibatnya.

Apabila di kemudian hari terbukti tesis ini hasil jiplakan/plagiat, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut sesuai dengan aturan dan perundang-undangan yang berlaku.

Semarang, November 2020 Yang Membuat Pernyataan,

Setiawan NPM 19526001

(6)

vi Moto:

1. “Ilmu bukan hanya untuk masa muda tapi untuk seumur hidup” (Penulis).

2. “Bekerja adalah amanah yang harus dilaksanakan dengan perjuangan penuh keikhlasan” (Penulis).

Persembahan:

1. Ayah dan Ibunda, H. M. Kastawi, B.A.

2. Istri dan anak-anak tercinta yang telah mendukung dan memotivasi.

3. Rekan-rekan mahasiswa PBSI,

Pascasarjana, Universitas PGRI Semarang.

4. Kepala Sekolah dan Guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia SMP Negeri 27

Semarang dan SMP Sudirman Semarang.

5. Almamaterku Universitas PGRI Semarang.

(7)

vii

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan rahmat dan kasihNya, penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan lancar. Tesis yang berjudul “Pengembangan Bahan Ajar Menulis Cerpen Berbasis Ramah Lingkungan SMP Kota Semarang” disusun untuk memenuhi sebagaian persyaratan mencapai derajat magister Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.

Penulis mengakui bahwa dalam mempersiapkan, melaksanakan penelitian, dan menyelesaikan penulisan tesis tentu tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak, di antaranya:

1. Dr. Muhdi, S.H., M.Hum., Rektor Universitas PGRI Semarang yang telah memberikan kesempatan penulis untuk belajar di Universitas PGRI Semarang.

2. Dr. Ngasbun Egar, M.Pd., Direktur Program Pascasarjana Universitas PGRI Semarang yang telah mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian sekaligus sebagai Pembimbing II yang telah membimbing penulis dengan penuh ketekunan dan dedikasi yang tinggi.

3. Dr. Harjito, M.Hum., Ketua Program Studi S-2 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah menyetujui usulan topik tesis penulis sekaligus sebagai Pembimbing I.

4. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Program Pascasarjana yang telah memberi bekal ilmu yang sangat bermanfaat.

(8)

viii penelitian di instansi yang dipimpinnya.

6. Guru Bahasa Indonesia SMP Negeri 27 Semarang dan SMP Sudirman Semarang yang telah membantu penelitian.

7. Ayah dan Ibunda, istri, dan anak-anak tercinta yang telah mendukung dan memotivasi.

8. Teman-temanku S-2 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Program Pascasarjana Universitas PGRI Semarang yang telah membantu selama studi hingga mampu menyelesaikan tesis.

9. Semua pihak yang turut membantu dan memotivasi penulis.

Penulis berharap semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan dapat digunakan sebagai masukan dalam upaya meningkatkan pendidikan bahasa Indonesia.

Semarang, November 2020 Penulis,

Setiawan NPM 19526001

(9)

ix ABSTRAK

Keterampilan menulis bagi peserta didik SMP/MTs bukanlah sesuatu yang mudah dan menyenangkan. Peserta didik yang tidak terbiasa menulis termasuk menulis cerpen akan mengalami kesulitan ketika harus menuangkan gagasan.

Kendala yang dialami antara lain: sumber belajar yang kurang lengkap, pengunaan bahan ajar yang kurang, media yang sangat terbatas. Pembelajaran menulis juga dapat diintegrasikan dengan pendidikan karakter, misalnya ramah lingkungan. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana kebutuhan bahan ajar menulis cerita pendek berbasis ramah lingkungan bagi peserta didik kelas IX SMP Kota Semarang? Tujuan penelitian ini adalah 1) mengembangkan perencanaan bahan ajar menulis cerpen untuk meningkatkan pendidikan karakter peserta didik dalam proses pembelajaran, dan 2) mewujudkan bahan ajar yang bermuatan karakter pada pembelajaran menulis cerpen bagi peserta didik di SMP Kota Semarang.

Penelitian ini merupakan penelitian prototipe yang penggunaannya setelah melalui uji validasi di lapangan. Metode yang digunakan adalah metode penelitian dan pengembangan atau Research and Development (R&D). Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil validasi ahli mendapatkan nilai 86,67 yang berarti bahwa bahan ajar menulis cerpen berbasis ramah lingkungan layak digunakan. Rata-rata nilai hasil uji coba terbatas menulis cerpen di SMP Negeri 27 Semarang yaitu 88,44 dan SMP Sudirman Semarang yaitu 81,75.

Hasil lain dari penelitian ini adalah adanya temuan bahwa peserta didik yang tidak terbiasa menulis mengakibatkan ketidakmampuan mereka dalam mengembangkan tema dan ide pokok paragraf, serta tidak mampu dalam mengembangkan unsur-unsur instrinsik cerpen. Misalnya, pemilihan tokoh dan penokohan dalam cerpen masih sangat terbatas, latar cerpen masih belum dikembangkan, tema yang kurang sesuai dengan tema yang ditetapkan yaitu ramah lingkungan, dan pilihan kata (diksi) yang belum maksimal. Peserta didik yang mendapat nilai kurang dikarenakan beberapa faktor, misalnya kurang tertarik dalam mengikuti pelajaran, masih enggan dalam menanggapi guru dengan pertanyaan atau gagasan, dan kesulitan dikarenakan malas untuk mulai menulisnya serta malas berpikir.

Kata kunci: bahan ajar, menulis cerpen, ramah lingkungan

(10)

x Semarang.

ABSTRACT

Writing skill is not easy and fun by the students’ perspective. The students who are not used to write include writing short stories will have trouble when they express their ideas. The problems faced by the students were incomplete of learning resources, lack of use teaching materials, and limited media. Character education can be integrated into teaching, such as writing short story based on environmentally friendly. The research problem were how are teaching materials needs in writing a short story based on environmentally friendly at ninth grade students of junior high school students in Semarang? The purpose of this research was 1) develop the planning a teaching materials in writing short story to enhance the character education of the students, and 2) implement a teaching materials based on character in writing short story for junior high school students in Semarang.

This study used the prototype research that it was used after going through the validation test in the field. The research method used research and development (R & D). The result of this study indicated the expert validation scored 86.67, which means that a teaching material in writing short story based on environmentally friendly was acceptable. The average score of the limited try out results in writing short story in SMP Negeri 27 Semarang gained 88.44 and SMP Sudirman Semarang obtained 81.75.

Another finding research was the students who are not used to write had problem in developing the theme and the main idea of the paragraph, as well as not being able to develop of intrinsic elements of short story. For example, the selection of characters and characterizations in short stories were still very limited, the background of short stories were still not developed, themes that were less in accordance with the theme of environmentally friendly, and the choice of diction that had not been maximized. The students who got low score due to some factors, such as less interested in following the lesson, were still reluctant in responding to teachers with the questions or ideas, and difficulty due to lazy to start writing and lazy thinking.

Key words: instructional materials, writing short story, eco-friendly

(11)

xi

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

LEMBAR PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN TESIS ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... v

MOTO DAN PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

ABSTRAK ... ix

ABSTRACT ... x

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Rumusan Masalah ... 6

D. Tujuan Penelitian ... 7

E. Manfaat Penelitian ... 7

F. Penegasan Istilah ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10

A. Kajian Pustaka ... 10

B. Kajian Teori ... 14

1. Bahan Ajar ... 14

a. Hakikat Bahan Ajar ... 14

b. Jenis-jenis Bahan Ajar ... 16

c. Pengembangan Bahan Ajar ... 18

d. Karakteristik Bahan Ajar ... 21

e. Kriteria dan Sumber Bahan Ajar ... 24

(12)

xii

C. Kerangka Berpikir ... 48

BAB III METODE PENELITIAN ... 50

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 50

1. Tempat Penelitian ... 50

2. Waktu Penelitian ... 50

B. Jenis Penelitian ... 51

C. Populasi dan Sampel ... 55

1. Populasi ... 55

2. Sampel ... 55

D. Teknik Pengumpulan Data ... 56

1. Teknik Angket ... 57

2. Teknik Wawancara ... 58

3. Teknik Observasi ... 59

4. Teknik Tes ... 60

E. Teknik dan Instrumen Mengumpulkan Data ... 60

F. Teknik Analisis Data ... 66

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 67

A. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian ... 67

B. Analisis Angket Kebutuhan Peserta Didik dan Guru ... 68

C. Desain Perangkat Pembelajaran ... 96

D. Revisi Produk Pengembangan Bahan Ajar ... 97

E. Hasil Validasi Bahan Ajar ... 100

F. Hasil Uji Coba Terbatas Prototipe Bahan Ajar ... 107

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 114

A. Simpulan ... 114

B. Saran ... 115

DAFTAR PUSTAKA ... 116

LAMPIRAN ... 119

(13)

xiii

Tabel 3.1 Rencana Waktu Penelitian ... 51 Tabel 3.2 Kisi-kisi Angket Kelayakan Produk Bahan Ajar ... 61 Tabel 3.3 Kisi-kisi Angket Kebutuhan Guru dan Peserta Didik ... 62 Tabel 3.4 Kisi-kisi Pedoman Wawancara untuk Guru dan Peserta Didik .... 62 Tabel 3.5 Pedoman Penilaian Tes Kemampuan Menulis Cerpen ... 64 Tabel 3.6 Kategori Penilaian Kemampuan Menulis Cerpen ... 65 Tabel 4.1 Kebutuhan Peserta Didik Berdasarkan Kondisi Pembelajaran

Menulis Cerpen ... 68 Tabel 4.2 Kebutuhan Peserta Didik Berdasarkan Pemahaman Materi

Menulis Cerpen ... 72 Tabel 4.3 Kebutuhan Peserta Didik Berdasarkan Karakteristik Bahan Ajar

Menulis Cerpen yang Diharapkan ... 75 Tabel 4.4 Kebutuhan Peserta Didik Berdasarkan Pendidikan Karakter

dalam Pembelajaran Menulis Cerpen ... 79 Tabel 4.5 Kebutuhan Guru Berdasarkan Kondisi Pembelajaran Menulis

Cerpen ... 83 Tabel 4.6 Kebutuhan Guru Berdasarkan Pemahaman Materi Menulis

Cerpen ... 86 Tabel 4.7 Kebutuhan Guru Berdasarkan Karakteristik Bahan Ajar Menulis

Cerpen yang Diharapkan ... 88 Tabel 4.8 Kebutuhan Guru Berdasarkan Pendidikan Karakter dalam

Pembelajaran Menulis Cerpen ... 90 Tabel 4.9 Hasil Wawancara dengan Siswa Kelas IX ... 93 Tabel 4.10 Hasil Wawancara Kebutuhan Guru Mata Pelajaran Bahasa

Indonesia ... 94 Tabel 4.11 Saran dan Masukan untuk Perbaikan dari Ahli Bahan Ajar I ... 98

(14)

xiv

Tabel 4.14 Saran dan Masukan untuk Perbaikan dari Ahli Bahan Ajar II ... 103

Tabel 4.15 Hasil Validasi Ahli Terhadap Produk Bahan Ajar ... 104

Tabel 4.16 Rekapitulasi Masukan dan Saran Bahan Ajar dari Praktisi ... 105

Tabel 4.17 Hasil Rekapitulasi Angket Praktisi Terhadap Bahan Ajar ... 106

Tabel 4.18 Rekapitulasi Nilai Kemampuan Menulis Cerpen ... 108

(15)

xv

Gambar 2.1 Skema Kerangka Berpikir ... 49 Gambar 3.1 Langkah-langkah Penelitian ... 53 Gambar 4.1 Sampul Bahan Ajar Sebelum dan Sesudah Direvisi ... 99 Gambar 4.2 Histogram Hasil Validasi Ahli Terhadap Produk Bahan Ajar ... 104 Gambar 4.3 Histogram Hasil Penilaian Praktisi Terhadap Bahan Ajar ... 107 Gambar 4.4 Rekapitulasi Nilai Kemampuan Menulis Cerpen ... 108 Gambar 4.5 Sampul Produk Kumpulan Cerpen Siswa Kelas IX SMP Kota

Semarang ... 113

(16)

xvi

Lampiran 1 Daftar Nama Siswa Kelas IX H SMP Negeri 27 Semarang .... 120 Lampiran 2 Daftar Nama Siswa Kelas IX B SMP Sudirman Semarang .... 121 Lampiran 3a Angket Kebutuhan Guru (I) Pembelajaran Menulis Cerpen ... 122 Lampiran 3b Angket Kebutuhan Guru (II) Pembelajaran Menulis Cerpen .. 127 Lampiran 3c Angket Kebutuhan Guru (III) Pembelajaran Menulis Cerpen 133 Lampiran 4a Angket Kebutuhan Siswa (I) Pembelajaran Menulis Cerpen .. 138 Lampiran 4b Angket Kebutuhan Siswa (II) Pembelajaran Menulis Cerpen 143 Lampiran 5a Angket Uji Validasi Ahli Bahan Ajar (I) Tentang Tanggapan

Penilaian Kualitas Produk Bahan Ajar Menulis Cerpen ... 148 Lampiran 5b Angket Uji Validasi Ahli Bahan Ajar (II) Tentang Tanggapan

Penilaian Kualitas Produk Bahan Ajar Menulis Cerpen ... 152 Lampiran 6a Transkrip Hasil Wawancara Guru Mengenai Pengembangan

Bahan Ajar Menulis Cerpen (I) ... 156 Lampiran 6b Transkrip Hasil Wawancara Guru Mengenai Pengembangan

Bahan Ajar Menulis Cerpen (II) ... 158 Lampiran 7 Transkrip Hasil Wawancara Tentang Penggunaan Bahan Ajar

Menulis Cerpen Berbasis Ramah Lingkungan ... 160 Lampiran 8 Transkrip Wawancara Bebas Validasi Ahli Media ... 163 Lampiran 9a Transkrip Hasil Wawancara dengan Siswa Nilai Menulis

Cerpen Terbaik ... 172 Lampiran 9b Transkrip Hasil Wawancara dengan Siswa Nilai Menulis

Cerpen Terendah ... 173 Lampiran 10a Angket Masukan dan Saran Praktisi (I) Pengembangan Bahan

Ajar Menulis Cerpen Berbasis Ramah Lingkungan di SMP

Kota Semarang ... 174

(17)

xvii

Lampiran 10c Angket Masukan dan Saran Praktisi (III) Pengembangan Bahan Ajar Menulis Cerpen Berbasis Ramah Lingkungan di

SMP Kota Semarang ... 182

Lampiran 11 Lembar Kerja Siswa Menulis Cerpen Berbasis Ramah Lingkungan ... 186

Lampiran 12 Rubrik Penilaian Menulis Cerpen Berbasis Ramah Lingkungan ... 193

Lampiran 13 Daftar Nilai Peserta Didik Menulis Cerpen Berbasis Ramah Lingkungan Kelas IX H SMP Negeri 27 Semarang ... 194

Lampiran 14 Daftar Nilai Peserta Didik Menulis Cerpen Berbasis Ramah Lingkungan Kelas IX B SMP Sudirman Semarang ... 195

Lampiran 15 Dokumentasi Penelitian di SMP Negeri 27 Semarang dan SMP Sudirman Semarang ... 196

Lampiran 16 Surat Izin Penelitian dari Kampus ... 203

Lampiran 17 Surat Keterangan Penelitian SMP Negeri 27 Semarang ... 204

Lampiran 18 Surat Keterangan Penelitian SMP Sudirman Semarang ... 205

(18)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembelajaran Bahasa Indonesia diarahkan untuk dapat meningkatkan keterampilan peserta didik dalam berkomunikasi dengan bahasa Indonesia yang dipelajari baik secara lisan maupun tertulis. Ada empat keterampilan berbahasa yang harus dikuasai peserta didik, yaitu keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Keterampilan menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang selayaknya dapat dikuasai peserta didik selain keterampilan menyimak, berbicara, dan membaca. Tetapi, pada kenyataannya masih banyak peserta didik yang tidak dapat menulis dengan baik dan benar sesuai dengan tujuan pembelajaran. Kemampuan menulis memang sulit untuk dikuasai peserta didik, tidak hanya pada kegiatan menulis ilmiah, tetapi juga menulis sastra. Salah satunya menulis cerita pendek.

Pembelajaran menulis cerita pendek (cerpen) sepertinya masih dianggap sebagai pembelajaran yang sangat sulit bagi peserta didik karena mereka harus menemukan sebuah ide untuk dikembangkan dan kemudian dituliskan. Selain itu, pembelajaran menulis cerpen kurang dibawakan secara menyenangkan oleh guru.

Pada pembelajaran menulis cerpen, kebanyakan guru hanya menggunakan metode konvensional yaitu ceramah dengan menjelaskan sedikit materi, kemudian menugaskan peserta didik untuk menulis tanpa memberikan arahan yang jelas dan menuntun peserta didik untuk menemukan ide yang tepat untuk bahan tulisannya.

(19)

Pada hakikatnya keterampilan menulis cerpen merupakan keterampilan menuliskan kejadian yang diinterpretasikan pengarang terhadap hal yang dilihat atau dialami. Kehidupan yang digambarkan dalam cerpen bukan kehidupan yang sebenarnya, tetapi kehidupan menurut pengarang yang menulis cerpen. Kehidupan yang dipaparkan dalam cerpen merupakan inti yang dianggap menarik. Dalam menulis cerpen perlu diperhatikan unsur-unsur pembangun cerpen. Pembelajaran menulis cerpen dapat diintegrasikan dengan pendidikan karakter mengingat adanya kemerosotan karakter peserta didik pada aspek tertentu, misalnya karakter kurangnya peduli terhadap lingkungan.

Keterampilan menulis bagi banyak orang bukanlah sesuatu yang mudah dan menyenangkan, termasuk bagi peserta didik SMP/MTs. Seseorang yang tidak terbiasa menulis termasuk menulis cerpen akan mengalami kesulitan ketika harus menuangkan gagasan dalam bentuk tertulis. Sebaliknya, seseorang yang sudah terbiasa menuangkan ide atau peristiwa yang dialaminya dalam bentuk tertulis seperti biasa dalam menulis buku harian, akan mudah baginya untuk menulis.

Sehingga kalau seseorang sudah cakap menulis memasukkan nilai-nilai karakter akan lebih mudah.

Masyarakat Indonesia saat ini mengalami krisis jati diri. Kondisi yang tidak baik yang dimiliki bangsa Indonesia memperlihatkan bahwa bangsa ini belum dibangun oleh generasi muda yang memiliki karakter yang baik secara menyeluruh. Dalam konteks yang lebih khusus, yakni dalam dunia pendidikan, beberapa karakter yang tidak baik dapat diamati. Misalnya, peserta didik sering tawuran, peserta didik terlibat narkoba, membuang sampah sembarangan, dan

(20)

tidak peduli terhadap lingkungan merupakan beberapa contoh perilaku yang tidak mencerimkan karakter yang baik.

Kemerosotan dunia pendidikan di Indonesia juga tergambar melalui berbagai informasi media massa tentang masalah pendidikan di Indonesia yang sedang dihadapkan situasi yang kurang menguntungkan. Keadaan seperti ini diyakini terjadi salah satunya karena lemahnya karakter bangsa Indonesia. Abidin (2012:43) mengatakan bahwa salah satu indikasi nyata lemahnya karakter bangsa seperti yang dapat disaksikan di sekitar lingkungan. Budaya korupsi, kolusi, dan nepotisme, hilangnya rasa malu, dan pelemahan potensi anak bangsa sering terjadi. Kondisi ini sangat memprihatinkan bagi pendidikan di Indonesia.

Kemerosotan karakter ini harus segera dibenahi jika bangsa ini tidak ingin terperosok ke lembah kehancuran yang semakin dalam. Salah satu caranya adalah penguatan karakter bangsa lewat penanaman nilai-nilai karakter sejak usia dini.

karakter yang ditanamkan sejak usia dini tentu akan membawa dampak yang signifkan di kemudian hari. Sebaliknya, jika anak-anak tidak dibekali dengan karakter yang kuat ketika mereka tumbuh kelak, mereka akan menjadi generasi yang hanya mementingkan diri sendiri dan bersikap hedonistik.

Salah satu bentuk dari penanaman dan penguatan karakter anak dapat dilakukan melalui pembelajaran bahasa. Karena penggunaan bahasa setiap saat dapat dilakukan manusia dan hanya manusia yang mampu menggunakan bahasa dalam rangka mengembangkan dirinya. Melalui penggunaan bahasa, manusia mampu mengembangkan budaya, membangun peradaban, dan mengubah atau bahkan melestarikan lingkungan untuk kepentingan kehidupannya. Sebagai

(21)

bagian yang melekat pada diri manusia bahasa merupakan alat untuk mencapai tujuan dan dijadikan sebagai citra diri penuturnya. Hal inilah yang mendorong munculnya ungkapan bahwa bahasa adalah cermin kepribadian seseorang.

Maksudnya bahwa baik buruknya bahasa yang diucapkan seseorang pada dasarnya adalah cerminan kepribadian orang tersebut.

Mencermati perilaku-perilaku peserta didik yang tidak baik, maka upaya perbaikan sangat penting untuk dilakukan. Upaya penting yang dapat dilakukan adalah mengintegrasikan nilai-nilai pendidikan karakter dalam mata pelajaran.

Guru Bahasa Indonesia harus mengintegrasikan nilai-nilai pendidikan karakter dalam pembelajarannya di kelas. Akan tetapi, hingga kini, pengintegrasian pendidikan karakter dalam pembelajaran Bahasa Indonesia masih rendah.

Abidin (2012:4) mengatakan bahwa dalam menyikapi bahasa adalah cermin kepribadian seseorang, sepatutnya penutur harus lebih dapat berhati-hati dalam berkomunikasi. Sejalan dengan pendidikan karakter yang menggunakan bahasa sebagai bahan ajar pembelajaran, seyogyanya semua pendidik bisa memakai bahasa yang berkarakter dalam menyampaikan pesan-pesan moral dalam pembelajarannya. Termasuk pembelajaran menulis cerpen dalam mata pelajaran bahasa Indonesia bagi peserta didik guna mewujudkan budaya yang santun dan beretika terhadap sesama ataupun lingkungan di sekitarnya.

Kenyataan yang terjadi di lapangan sering bertolak belakang dengan apa yang diharapkan. Pendidikan karakter tidak selalu dapat ditegakkan dalam praktik di lapangan. Banyak masalah-masalah yang dihadapi peserta didik terkait dengan pendidikan karakter. Berdasarkan data di lapangan yaitu dari hasil pengamatan

(22)

yang dilakukan pada Selasa, 15 September 2015, di kelas IXC SMP Negeri 27 Semarang, pukul 09.00―12.00, ditemukan ada dua peserta didik membuang plastik bekas minuman tidak dimasukkan ke dalam tong sampah yang disediakan.

Dari hasil pengamatan pada Sabtu, 19 September 2015, di kelas IXD SMP Negeri 27 Semarang, pukul 07.30―09.00, ditemukan ada petugas piket yang tidak melaksanakan piket kebersihan kelas dan menyiram pot gantung. Pada hari Senin, 28 September 2015, di kelas IXB SMP Negeri 27 Semarang, pukul 07.00―12.20, ditemukan ada enam peserta didik tidak mengikuti mata pelajaran Bahasa Indonesia dengan berbagai alasan. Kejadian ini dapat diidentifikasikan sebagai bentuk ketidakpedulian peserta didik terhadap masalah kebersihan lingkungan.

Berdasarkan wawancara awal dengan guru Bahasa Indonesia tentang pelaksanaan pembelajaran menulis cerpen saat ini. Menurut data yang diperoleh guru hanya menjelaskan tentang unsur-unsur intrinsik yang harus ada saat menulis cerpen. Seharusnya ada bahan ajar yang memberikan proses penulisan kreatif cerpen secara rinci. Jadi peserta didik tidak hanya mengetahui unsur-unsur intrinsik cerpen saja. Akan tetapi peserta didik dapat memahami bagaimana cara menulis bagian-bagian cerpen yang saling berkaitan antara unsur yang satu dengan yang lain sesuai dengan tema yang dipilih.

Pengembangan bahan ajar menulis cerpen berbasis ramah lingkungan yang dikembangkan peneliti diharapkan nantinya dapat digunakan guru Bahasa Indonesia sebagai bahan ajar untuk peserta didik kelas IX dalam pembentukan sikap ramah lingkungan. Selain itu, bahan ajar ini dapat meningkatkan minat dan kreativitas peserta didik, serta menjadi pembelajaran yang efektif dan efisien.

(23)

B. Identifikasi Masalah

Penelitian ini diangkat untuk mengungkap masalah-masalah tersebut.

Berdasarkan hasil penjajakan awal di lapangan yang dilakukan selama Agustus- September 2015 telah ditemukan data sebagai berikut.

1. Peserta didik banyak yang mengalami kesulitan dalam menulis cerpen.

2. Guru tidak menggunakan bahan ajar dan strategi pembelajaran yang bervariasi dan menarik. Guru masih menggunakan komunikasi searah atau metode ceramah yang membuat peserta didik jenuh.

3. Kurangnya ketersediaan bahan ajar yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Bahan ajar yang digunakan dalam pembelajaran masih berdasarkan pada buku teks tanpa adanya pengembangan materi.

4. Bahan ajar berupa teks cerpen yang tersedia belum secara khusus diuji pesan sosial atau pendidikan karakternya.

Selanjutnya, berangkat dari hasil temuan tersebut di atas, maka penelitian ini diberi judul “Pengembangan Bahan Ajar Menulis Cerpen Berbasis Ramah Lingkungan SMP Kota Semarang”.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, tujuan penelitian ini sebagai berikut.

1. Bagaimana analisis kebutuhan perencanaan bahan ajar menulis cerita pendek yang berbasis ramah lingkungan bagi peserta didik kelas IX SMP Kota Semarang?

(24)

2. Bagaimana karakteristik cerita pendek yang berbasis ramah lingkungan bagi peserta didik kelas IX SMP Kota Semarang?

D. Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini sebagai berikut.

1. Mengembangkan perencanaan bahan ajar menulis cerpen untuk meningkatkan pendidikan karakter peserta didik dalam proses pembelajaran.

2. Mewujudkan bahan ajar yang bermuatan karakter pada pembelajaran menulis cerpen bagi peserta didik di SMP Kota Semarang.

E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoretis

Dari hasil penelitian ini, akan ditemukan model atau pola pelaksanaan atau implementasi pembelajaran menulis cerpen untuk meningkatkan pendidikan karakter peserta didik dalam proses pembelajaran.

2. Manfaat Praktis

Dengan diketahuinya hal-hal yang telah dirumuskan dalam penelitian, maka diharapkan hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi beberapa pihak.

a. Bagi perserta didik, penelitian dapat membantu peserta didik dalam memperoleh alternatif bahan ajar di samping buku teks yang sulit diperoleh, dan meningkatkan kreativitas dalam kemampuan menulis cerpen.

(25)

b. Peserta didik akan lebih bersungguh-sungguh menerapkan pendidikan karakter dalam proses pembelajaran dan pendidikan lebih banyak memberikan kesempatan untuk mengarahkan para peserta didik pada pendidikan karakter yang tinggi dalam proses pembelajaran.

c. Bagi peneliti lain, penelitian ini dapat meningkatkan khasanah pengetahuan dan pengalaman dalam menulis bahan ajar cerpen dan meningkatkan kompetensi khususnya dalam melaksanakan penelitian dan menulis karya ilmiah, serta memberikan sumbangan bahan ajar bagi pembelajaran menulis cerpen.

d. Institusi SMP Negeri 27 Semarang, dapat meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan karakter peserta didik dalam proses pembelajaran baik di lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat.

F. Penegasan Istilah

Untuk mempermudah pemahaman istilah-istilah dalam judul di atas maka perlu penegasan istilah sebagai berikut.

1. Bahan Ajar

Bahan ajar atau learning material, merupakan materi ajar yang dikemas sebagai bahan untuk disajikan dalam proses pembelajaran. Bahan ajar merupakan komponen pembelajaran yang digunakan oleh guru sebagai bahan belajar bagi peserta didik dan membantu guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas.

(26)

2. Menulis Cerpen

Cerpen adalah cerita singkat yang kurang dari 10.000 kata dan hanya memusatkan diri pada satu tokoh dengan dimensi ruang yang lebih sempit dibandingkan dengan novel atau roman. Keterampilan menulis cerpen merupakan keterampilan menulis kejadian yang diinterpretasikan pengarang terhadap hal yang dilihat atau dialami. Dalam menulis cerpen perlu diperhatikan unsur-unsur pembangun cerpen.

3. Pendidikan Karakter Ramah Lingkungan

Ramah lingkungan yang dimaksudkan adalah nilai karakter yang dikembangkan dalam pembelajaran terdiri dari 18 (delapan belas) nilai, di antaranya nilai peduli/ramah lingkungan. Ramah lingkungan berarti sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah keruskan pada lingkungan alam di sekitarnya dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.

4. SMP Kota Semarang

Dari data Dinas Pendidikan jumlah SMP di Kota Semarang adalah 176, dari jumlah itu 43 di antaranya adalah sekolah negeri dan sisanya adalah sekolah swasta. Untuk Sub Rayon 03 tempat peneliti memilih sebagai objek penelitian jumlah sekolah yang ada adalah 27 sekolah dengan rincian 7 sekolah negeri dan 20 swasta. SMP Kota semarang yang penulis gunakan sampel sebanyak dua sekolah yang meliputi SMP Negeri 27 Semarang dan SMP Sudirman Semarang.

(27)

10 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Pustaka

Penelitian tentang pengembangan bahan ajar sudah banyak studi yang menelitinya. Penelitian tersebut antara lain dihasilkan oleh Uji Lestari berjudul

“Pengembangan Bahan Ajar Menulis Cerpen Berbasis Proyek dengan Pendekatan Kontekstual untuk Meningkatkan Kemampuan Siswa Menulis Cerpen” yang dimuat dalam jurnal Metafora Volume 2 Nomor 1, Oktober 2015 Hal. 153―179.

Pengembangan bahan ajar (modul) dilakukan dengan mengacu pada model pengembangan Borg and Gall yang diadaptasi dari model pengembangan Puslitjaknov. Uji coba produk dilakukan dengan eksperimen dengan desain penelitian Pretest-Posttest Non-Equivalent Control Group Design, untuk mengetahui kelayakan modul dengan mengubah skor hasil angket, konversi skala lima. Hasil penelitian menunjukkan bahwa modul menulis cerpen untuk siswa SMA kelas XII sudah layak menurut respon ahli dan guru Bahasa Indonesia.

Penelitian lain tentang pengembangan bahan ajar menulis cerpen bermuatan budi pekerti dilakukan oleh Wismanto (2013), yang dimuat dalam jurnal Sasindo berjudul “Pengembangan Bahan Ajar Bermuatan Budi Pekerti pada Pembelajaran Menulis Cerpen untuk Peserta didik Kelas IX.” Penelitian yang dilakukan Agus Wismanto adalah penelitian pengembangan dengan 10 (sepuluh) langkah mengacu pada teori Borg & Gall yang diringkas menjadi 7 (tujuh) langkah. Perbedaannya dengan penelitian yang dilakukan penulis yaitu karakter

(28)

yang diintegrasikan, penulis mengambil karakter ramah lingkungan. Perbedaan lain yaitu terletak pada langkah-langkah penelitian, penulis meringkasnya menjadi lima tahap penelitian.

Penelitian lain tentang menulis cerpen dengan strategi sugesti imajinasi pernah dilakukan oleh St. Julaeha (2013). Penelitian dengan judul “Peningkatan Kemampuan Menulis Kreatif Cerpen Peserta Didik Kelas VIIIA SMP Negeri 2 Rambipuji Jember” melalui strategi sugesti imajinasi menghasilkan kesimpulan bahwa kemampuan menulis kreatif cerpen peserta didik dapat ditingkatkan melalui strategi sugesti imajinasi. Peningkatan kemampuan menulis cerpen melalui strategi sugesti imajinasi dibuktikan dengan nilai proses dan nilai hasil menulis cerpen. Pada siklus I menunjukkan bahwa proses pembelajaran menulis kreatif cerpen termasuk dalam katagori baik (B), sedangkan hasil menulis kreatif cerpen mencapai ketuntasan secara klasikal karena 88% peserta didik tuntas belajar menulis cerpen. Pada siklus II proses pembelajaran menulis kreatif cerpen termasuk dalam katagori sangat baik (SB), sedangkan hasil menulis cerpen mencapai ketuntasan klasikal 100%. Menurut KTSP KKM mata pelajaran bahasa Indonesia pada peserta didik VIII ditetapkan KKM ≥70.

Penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal dilakukan oleh Citraningrum dengan judul “Pengembangan Bahan Ajar Teks Cerpen untuk Siswa SMP Kelas VII” yang dimuat dalam Prosiding Seminar Nasional 2013 Bahasa dan Sastra Volume 1 tahun 2013. Dalam temuannya, pelaksanaan pembelajaran teks cerpen berdasarkan observasi selama ini mengalami beberapa hambatan. Hambatan tersebut disebabkan karena alokasi jam pelajaran diberikan secara tidak seimbang,

(29)

sehingga berakibat pada pembatasan materi pelajaran yang akan dikembangkan.

Hambatan-hambatan tersebut antara lain: kurangnya media dan alat-alat yang dibutuhkan dalam pembelajaran; kurangnya sumber bahan ajar atau buku ajar yang relevan; serta kurangnya minat belajar siswa karena metode atau strategi yang dipilih guru dalam pembelajaran kurang menarik atau menantang. Oleh karena itu, guru harus dapat menyusun perencanaan mengajar yang dapat memotivasi siswa belajar. Sehubungan dengan hal tersebut maka, diperlukan sebuah bahan ajar dan strategi yang menarik dan aplikatif sebagai sumber belajar.

Penelitian serupa juga dilakukan oleh Wahyuningtyas, dkk. yang berjudul

“Pengembangan Bahan Ajar Menulis Cerpen dengan Konversi Teks untuk Siswa Kelas VII SMP” yang dimuat dalam jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian, dan Pengembangan. Volume: 1 Nomor: 7 Bulan Juli Tahun 2016. Penelitian ini bertujuan menghasilkan bahan ajar menulis cerpen dengan konversi teks.

Penelitian ini menggunakan metode pengembangan yang diadaptasi dari model pengembangan Borg dan Gall. Bahan ajar yang dihasilkan terdiri atas lima bagian.

Bahan ajar tersebut diujicobakan kepada (1) ahli pembelajaran sastra, (2) ahli menulis cerpen, (3) ahli bahan ajar menulis cerpen, (4) ahli desain grafis, (5) praktisi, dan (6) siswa. Berdasarkan hasil uji coba yang diperoleh dari angket menunjukkan bahwa bahan ajar layak dan siap diimplementasikan. Penelitian ini menghasilkan produk bahan ajar berupa bahan ajar menulis cerpen dengan konversi teks. Bahan ajar yang dihasilkan pada penelitian ini diberi judul Sukses Menulis Cerpen dalam 60 Menit. Pemberian judul ini dianggap menarik dan dapat membuat siswa tertarik untuk mempelajarinya. Secara umum bahan ajar ini terdiri

(30)

atas 5 bagian penting, kelima bagian tersebut adalah bagian tema, tokoh dan penokohan, latar, sudut pandang, dan alur.

Penelitian pengembangan bahan ajar menulis cerpen juga dilakukan oleh Tri Riya Anggraini dengan judul “Pengembangan Bahan Ajar Menulis Cerita Pendek (Cerpen) Kelas X SMA Negeri 2 OKU” yang dimuat dalam jurnal Didascein Bahasa Volume 1 Nomor 1, November 2015. Penelitian tersebut bertujuan untuk mengembangkan produk bahan ajar yang efektif digunakan oleh siswa kelas X SMA Negeri 2 OKU. Bahan ajar yang dikembangkan berbentuk modul berjudul Mari Menulis Cerpen. Penelitian ini menggunakan metode R&D dengan mengadaptasi model pengembangan Jolly dan Bolitho. Data yang diperoleh untuk melihat efek potensial diperoleh melalui tes tertulis. Berdasarkan analisis hasil validasi ahli, bahan ajar tersebut dikategorikan baik atau layak. Hasil tes menulis sebelum dan sesudah menggunakan strategi Mind Mapping memperlihatkan peningkatan rata-rata nilai 68,53 menjadi 87,07 (selisih 18,53).

Dengan demikian, bahan ajar yang dikembangkan layak digunakan di SMA Negeri 2 OKU.

Dari beberapa kajian pustaka di atas, disimpulkan bahwa fungsi dari kajian pustaka adalah untuk mendalami, menelaah, dan mengidentifikasi pengetahuan yang ada dalam hasil penelitian lain yang relevan atau berhubungan dengan masalah yang akan diteliti. Asumsi yang mendasari adanya kajian pustaka adalah bahwa hampir semua penelitian bertolak dari ilmu pengetahuan yang sudah ada.

Jadi, kajian pustaka adalah peninjauan kembali pustaka-pustaka yang terkait dengan penelitian.

(31)

B. Kajian Teori 1. Bahan Ajar

a. Hakikat Bahan Ajar

Bahan pembelajaran menurut Ginting (2005:152) adalah rangkuman materi yang diberikan dan diajarkan kepada peserta didik dalam bentuk bahan tercetak atau dalam bentuk lain yang tersimpan dalam file elektronik baik verbal maupun tertulis. Untuk mengupayakan agar peserta didik memiliki pemahaman awal tentang materi pembelajaran yang akan dibahas, sebaiknya bahan pembelajaran ini disampaikan atau dibagikan terlebih dahulu kepada peserta didik sebelum proses belajar dan pembelajaran dilaksanakan. Hal ini baik untuk dilakukan karena dengan mempelajarinya lebih dulu diharapkan peserta didik dapat berpartisipasi aktif selama berlangsungnya proses belajar dan pembelajaran.

Bahan ajar adalah alat yang digunakan untuk mengajar baik yang tertulis maupun tidak tertulis yang disusun secara sistematis untuk menciptakan kondisi belajar yang menyenangkan dan bertujuan untuk meningkatkan hasil pembelajaran bagi siswa (Hamdani, 2011:218).

Menurut Abidin (2012:33) bahwa bahan ajar atau materi pembelajaran merupakan salah satu alat yang digunakan dalam pembelajaran yang terdiri atas pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dipelajari siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan.

Lestari (2013:2) menyatakan bahwa bahan ajar merupakan seperangkat materi pembelajaran yang dasar pembuatannya mengacu pada kurikulum yang

(32)

berlaku dalam rangka mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah ditentukan. Bahan ajar lahir dari rencana pembelajaran yang dibuat oleh guru. Penyusunan atau pengembangan bahan ajar didasarkan atas kebutuhan pembelajaran yang diinginkan oleh peserta didik dan belum dikuasai dengan baik. Pengembangannya pun didasarkan pada konsep desain pembelajaran yang berlandaskan kompetensi untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Menurut Ngatmini, dkk. (2010:121) bahan atau bahan ajar merupakan inti atau pokok materi yang akan disajikan oleh guru kepada peserta didik.

Bahan ajar hendaknya sebagai gabungan dari unsur pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Bahan ajar digunakan sebagai dasar kegiatan belajar peserta didik.

Dengan bahan ajar diharapkan tujuan pembelajaran akan dapat tercapai. Secara lebih sempit dapat disimpulkan bahwa bahan ajar biasa disebut sebagai materi pembelajaran.

Menurut Prastowo (2012:17) menyatakan bahwa bahan ajar adalah segala bahan yang berupa informasi, alat, ataupun teks yang disusun secara sistematis yang akan digunakan dalam proses pembelajaran dan menampilkan kompetensi yang akan dikuasai peserta didik. Contoh bahan ajar misalnya, buku pelajaran, modul, handout, LKS, model, bahan ajar audio, bahan ajar interaktif, dan sebagainya.

Pengertian lain tentang bahan ajar dikemukakan oleh Pannin (dalam Prastowo, 2015:17), ia menyebutkan bahwa bahan ajar sebagai bahan-bahan atau materi pelajaran yang disusun secara sistematis, yang digunakan guru dan peserta didik dalam proses pembelajaran. Dari sumber yang lain dalam website

(33)

dikmenjur.net. diperoleh pengertian yang lebih aplikatif bahwa bahan ajar atau materi ajar merupakan seperangkat materi atau substansi pembelajaran (teaching material) yang disusun secara sistematis, yang menampilkan sosok utuh dari kompetensi yang akan dikuasai peserta didik dalam kegiatan pembelajaran.

Dari definisi-definisi diatas dapat disimpulkan bahwa bahan ajar adalah segala bahan atau materi yang bisa menyampaikan pesan dari guru kepada peserta didiknya. Dengan bahan tersebut diharapkan proses pembelajaran lebih mudah diterima oleh peserta didik sehingga materi yang disampaikan bisa dikuasai.

b. Jenis-jenis Bahan Ajar

Menurut Rahmi dan Hendra (2013:14) bahan ajar dapat dipetakan menjadi tiga kategori yaitu bahan ajar berdasarkan bentuknya, bahan ajar menurut cara kerjanya, bahan ajar menurut sifatnya. Uraiannya sebagai berikut.

1) Bahan Ajar Berdasarkan Bentuknya. Menurut Kemp dan Dayton, 1985 (dalam Prastowo, 2015:40) berdasarkan bentuknya bahan ajar dikelompokkan menjadi empat yaitu bahan ajar cetak, bahan ajar dengar, bahan ajar pandang dengar dan bahan ajar interaktif. Pertama, bahan ajar cetak (printed) yaitu sejumlah bahan yang disiapkan dalam bentuk kertas, yang dapat berfungsi untuk pembelajaran dan penyampaian informasi.

Contohnya adalah handout, buku teks, modul, lembar kegiatan peserta didik (student worksheet), brosur, foto/gambar. Kedua, bahan ajar dengar

(34)

(audio) yaitu semua jenis bahan ajar yang menggunakan sistem sinyal audio langsung, yang dapat dimainkan atau didengar oleh seorang atau sekelompok orang. Contohnya: Kaset, radio, piringan hitam, dan compact disk. Ketiga, bahan ajar pandang dengar (audiovisual), yang sering dikenal dengan bahan ajar pandang yakni segala sesuatu yang memungkinkan sinyal audio dapat dikombinasikan dengan gambar bergerak secara sekuensial. Contoh: video compact disk dan film.

Keempat, bahan ajar interaktif (interactive teaching materials). Menurut Rahmi dan Hendra (2014:15) yaitu bahan ajar yang dikombinasikan dari dua atau lebih media audio, grafik, gambar, animasi dan video yang penggunannya dimanipulasi atau diberi perlakuan untuk mengendalikan suatu perintah.

2) Bahan Ajar Menurut Cara Kerjanya. Menurut Rahmi dan Hendra (2014:15) dari cara kerjanya bahan ajar dapat dibedakan menjadi lima macam yaitu 1) bahan ajar yang tidak diproyeksikan, 2) bahan ajar yang diproyeksikan, 3) bahan ajar audio, 4) bahan ajar video, 5) bahan ajar (media) komputer.

3) Bahan Ajar Menurut Sifatnya. Bahan ajar menurut sifatnya dapat dibagi menjadi empat macam yaitu bahan ajar yang berbasiskan cetak, bahan ajar yang berbasiskan teknologi, bahan ajar yang dipergunakan untuk praktik atau proyek, bahan ajar yang dibutuhkan untuk keperluan interaksi manusia.

(35)

Menurut Kustandi dan Sutjipto (2011:86) materi pembelajaran berbasis cetakan yang paling umum dikenal masyarakat luas di dunia pendidikan adalah buku teks atau bahan ajar, buku penuntun jurnal, dan lembaran lepas. Teks berbasis cetakan menuntut enam elemen yang perlu diperhatikan pada saat merancang, yaitu konsistensi, format, organisasi, daya tarik, ukuran huruf, dan penggunaan spasi kosong.

Menurut Tim Penyusun Panduan Pengembangan Bahan Ajar (2008:11) berdasarkan teknologi yang digunakan, bahan ajar dikelompokkan menjadi empat kategori, yaitu 1) bahan ajar cetak seperti antara lain handout, buku, modul, lembar kerja siswa, brosur, leaflet, wallchart, foto/gambar, model/

maket; 2) bahan ajar dengar (audio) seperti kaset, radio, piringan hitam, dan compact disk audio; 3) bahan ajar pandang dengar (audio visual) seperti video compact disk, film; dan 4) bahan ajar multimedia interaktif (interactive teaching material) seperti CAI (Computer Assisted Instruction), compact disk (CD) multimedia pembelajaran interaktif, dan bahan ajar berbasis web (web based learning materials).

c. Pengembangan Bahan Ajar

Dalam PP nomor 19 tahun 2005 Pasal 20, diisyaratkan bahwa guru diharapkan mengembangkan materi pembelajaran sendiri, yang kemudian dipertegas melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) nomor 41 tahun 2007 tentang standar proses, yang antara lain mengatur tentang perencanaan proses pembelajaran yang mensyaratkan bagi pendidik pada

(36)

satuan pendidikan untuk mengembangkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Salah satu elemen dalam RPP adalah sumber belajar. Dengan demikian guru diharapkan untuk mengembangkan bahan pembelajaran sebagai salah satu sumber belajar.

Kemendiknas (2008) menyatakan bahwa pengembangan bahan ajar dimulai dari (1) standar kompetensi, (2) kompetensi dasar, (3) indikator, (4) materi pembelajaran, (5) kegiatan pembelajaran, dan (6) bahan ajar.

Berdasarkan kedua rujukan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa pengembangan bahan ajar dimulai dari (1) identifikasi standar kompetensi, (2) identifikasi kompetensi dasar, (3) identifikasi indikator, (4) identifikasi materi bahan ajar dan memilih bahan ajar sesuai dengan kurikulum, (5) merancang kegiatan pembelajaran, dan (6) memilih jenis dan menyusun bahan ajar.

Menurut Mbulu (2004:77) prosedur pengembangan bahan ajar melalui tiga tahap. Ketiga tahap tersebut adalah (1) tahap merancang, yaitu menerjemahkan pengetahuan/teori yang bersifat umum ke dalam bentuk yang terinci, meliputi mengkaji kompetensi, analisis pembelajaran, analisis isi, seleksi isi, penataan urutan isi, dan struktur isi, (2) tahap menilai, dilakukan untuk uji kelayakan draft awal, mencakup penilaian formatif, revisi, dan sumatif, dan (3) tahap pemanfaatan, mencakup kegiatan pengembangan.

Dalam pengembangan pembuatan bahan ajar, ada dua klasifikasi utama fungsi bahan ajar yakni fungsi bahan ajar menurut pihak yang memanfaatkannya dan fungsi bahan ajar dalam strategi pembelajarannya.

(37)

Menurut pihak yang memanfaatkannya fungsi bahan ajar berguna bagi pendidik dan peserta didik.

Fungsi bahan ajar, menurut Prastowo (2015:24-25) dapat dibedakan menjadi dua macam: Pertama, fungsi bahan ajar bagi pendidik. Bagi pendidik bahan ajar mempunyai fungsi antara lain menghemat waktu pendidikan dalam mengajar, mengubah peran pendidik dari seorang pengajar menjadi seorang fasilisator, meningkatkan proses pembelajaran menjadi lebih efektif dan interaktif, sebagai pedoman bagi pendidik yang akan mengarahkan semua aktivitas dalam proses pembelajaran dan merupakan kompetensi yang semestinya diajarkan kepada peserta didik, sebagai alat evaluasi pencapaian atau penguasaan hasil pembelajaran.

Fungsi bahan ajar bagi peserta didik menurut Hamalik (dalam Arsyad, 2014:19) mengemukakan bahwa pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan belajar kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologi terhadap peserta didik.

Menurut Sudjana dan Rivai (2013:2) manfaat media pembelajaran dalam proses belajar peserta didik antara lain: 1) pengajaran akan lebih menarik perhatian peserta didik sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar, 2) bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga lebih dipahami oleh para peserta didik, 3) metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru sehingga peserta didik tidak akan bosan dan guru tidak akan kehabisan tenaga,

(38)

apalagi kalau guru mengajar untuk setiap jam pelajaran, dan 4) peserta didik lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan dan lain-lain.

Wassid dan Sunandar (2008) mengatakan bahwa peranan bahan ajar meliputi: 1) mencerminkan suatu sudut pandang yang tajam, 2) inisiatif mengenai pengajaran, 3) mendemonstrasikan aplikasinya dalam bahan ajar yang disajikan, 4) menyajikan suatu sumber pokok masalah yang kaya, mudah dibaca dan bervariasi, sesuai dengan minat dan kebutuhan para peserta didik, 5) menyediakan suatu sumber yang tersusun rapi dan bertahap, 6) menyajikan metode-metode dan sarana-sarana pengajaran untuk memotivasi peserta didik, 7) menjadi penunjang bagi latihan-latihan dan tugas-tugas praktis, dan 8) menyajikan bahan/sarana evaluasi dan remidial yang serasi dan tepat guna.

d. Karakteristik Bahan Ajar

Menurut Widodo dan Jasmadi (dalam Lestari, 2013:2), bahan ajar memiliki lima karakteristik yaitu:

1) Self instructional. Maksud self instructional adalah seperangkat bahan ajar yang berbentuk cetak maupun online harus dapat bermanfaat dan digunakan oleh peserta didik secara individual. Setiap peserta didik tentunya memiliki kebutuhan akan buku pelajaran sebagai penunjang atau media yang dapat memudahkan pelaksanaan pembelajaran itu berlangsung. Memiliki bahan ajar mandiri dapat meningkatkan kesadaran

(39)

seseorang untuk mau mencoba menyelesaikan tugasnya secara mandiri tanpa melihat hasil kerja orang lain. Bahan ajar akan memudahkan peserta didik yang seringkali mengalami kesulitan ketika akan menyelesaikan tugas, bahan ajar juga dapat membantu peserta didik menghadapi ujian.

2) Self contained, merupakan suatu bentuk informasi cetak dan tertulis yang sengaja disajikan untuk dipelajari oleh peserta didik yang berisikan semua materi atau teori pelajaran, dan dikelompokkan dalam satu halaman atau satu unit kompetensi dan juga disertai dengan sub kompetensi. Peserta didik dapat mempelajari semua ilmu pengetahuan yang perlu dipelajari setelah itu peserta didik dapat mencoba untuk menjawab berbagai pertanyaan yang diajukan di setiap babnya dengan tujuan untuk mempertajam pengetahuan serta penguasaan ilmu yang telah dipelajarinya dari bahan ajar tersebut.

3) Stand alone, dikatakan bahan ajar yang baik jikalau dia dapat bertahan sendiri, yakni tidak membutuhkan bantuan dari bahan ajar lainnya. Bahan ajar yang baik sudah mencakup segala materi pelajaran sehingga tidak membutuhkan bahan ajar lain untuk melengkapinya.

4) Adaptive, bahan ajar yang baik tidak hanya bisa bertahan sendiri, namun juga bisa mengikuti perkembangan teknologi. Anda dapat mencari bahan ajar yang baik, bukan hanya berisi akan sumber ilmu saja, melainkan juga diciptakan dengan cara yang lebih tinggi kualitasnya.

(40)

5) User friendly, bahan ajar yang sempurna seharusnya dapat memudahkan penggunanya ketika akan memakainya.

Suatu bahan pembelajaran yang baik memiliki ciri-ciri tertentu. Ciri yang melekat pada bahan ajar yang disajikan (disusun) merupakan ciri khas yang membedakan antara bahan pembelajaran yang baik dengan bahan pembelajaran yang tidak baik. Bahan ajar yang baik akan menunjang pembelajaran yang efektif. Hal ini ditegaskan Prastowo (2011:23) yang menyatakan bahwa bahan ajar memiliki kontribusi yang besar bagi keberhasilan proses pembelajaran yang dilakukan. Oleh sebab itu guru harus selektif dalam memilih dan menyusun ajar. Beberapa kriteria selazimnya diterapkan agar bahan ajar itu tepat dan sesuai bagi peserta didik.

Audrey dan Nichols dalam Komarudin (2001:93) mengungkapkan kriteria bahan ajar sebagai berikut.

1) Isi pelajaran hendaknya cukup valid, artinya kebenaran materi tidak disangsikan lagi dan dapat dipahami untuk mencapai tujuan.

2) Bahan yang diberikan haruslah cukup berarti atau bermanfaat. Hal itu berhubungan dengan keluasan dan kedalaman bahan.

3) Bahan hendaknya menarik dan berada dalam batas-batas kemampuan anak untuk mempelajarinya.

Keempat kriteria pemilihan bahan ajar itu harus diperhatikan agar pembelajaran bisa berjalan dengan baik. Bahan ajar valid, maksudnya bahwa bahan ajar yang disuguhkan haruslah memiliki kebenaran materi dan terutama sesuai dengan tujuan pembelajaran.

(41)

e. Kriteria dan Sumber Bahan Ajar

Dalam buku Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif (Prastowo, 2015:61) menerangkan bahwa kriteria untuk menyeleksi sumber belajar yang berkualitas dapat dibagi menjadi dua yaitu kriteria secara umum dan kriteria secara khusus.

Kriteria umum dalam pemilihan sumber belajar yang berkualitas ini meliputi ekonomis yang berarti bahwa sumber belajar tidak harus mahal.

Praktis dan sederhana, sumber belajar harus mudah digunakan dan tidak membingungkan. Mudah diperoleh, bahwa sumber belajar mudah dicari dan didapatkan. Fleksibel atau kompatibel, sumber belajar tidak harus mengikat pada satu tujuan atau materi pembelajaran tertentu. Akan lebih baik jika dapat dimanfaatkan untuk berbagai tujuan pembelajaran bahkan juga keperluan lain.

Sedangkan kriteria khusus meliputi sumber belajar dapat memotivasi peserta didik dalam belajar. Sumber belajar untuk tujuan pengajaran maksudnya sumber belajar yang dipilih sebaiknya mendukung kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan. Sumber belajar untuk penelitian. Maksudnya sumber belajar yang dipilih hendaknya dapat diobservasi, dianalisis, dicatat secara teliti, dan sebagainya, sumber belajar untuk memecahkan masalah.

Maksudnya sumber belajar yang dipilih hendaknya dapat mengatasi problem belajar peserta didik yang dihadapi dalam kegiatan belajar mengajar, sumber belajar untuk presentasi, maksudnya sumber belajar yang dipilih hendaknya dapat berfungsi sebagai alat, metode, atau strategi penyampaian pesan.

(42)

Dengan menerapkan kriteria tersebut maka pemilihan sumber belajar dapat dilakukan lebih mudah karena sudah ada batasan kriteria dimana sumber belajar yang tidak masuk dalam kriteria dapat langsung disisihkan. Sumber belajar yang terpilih juga menjadi tepat dan efektif digunakan untuk pembelajaran. Menurut Depdiknas (2006:4) bahan ajar secara garis besar terdiri atas pengetahuan, keterampilan dan sikap yang harus dipelajari peserta didik dalam rangka mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan.

2. Menulis

Menurut Tarigan (2008:3―4) menulis merupakan salah satu dari empat keterampilan berbahasa yang digunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, artinya tidak secara tatap muka dengan orang lain. Menulis adalah suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Penulis harus terampil dalam memanfaatkan struktur bahasa dan kosakata. Agar terampil dalam menulis haruslah melalui latihan dan praktik yang banyak dan teratur.

Menurut Zainurrahman (2011:2) menulis merupakan salah satu dari empat keterampilan berbahasa yang dimiliki seseorang yaitu mendengar, berbicara, membaca, dan menulis. Di antara keterampilan berbahasa yang lain, menulis merupakan salah satu keterampilan yang tidak dikuasai oleh setiap orang, misalnya menulis dalam konteks akademik. Menulis merupakan keterampilan produktif karena keterampilan menulis digunakan untuk menghasilkan bahasa demi penyampaian makna.

(43)

Menurut Jauhari (2013:16) berpendapat bahwa menulis merupakan salah satu dari empat aspek keterampilan berbahasa setelah keterampilan menyimak, berbicara, dan membaca. Keterampilan menulis merupakan masuk ke dalam kategori keterampilan proses, karena hampir semua orang yang membuat tulisan, baik karya ilmiah, nonilmiah, maupun hanya catatan pribadi, melakukan kegiatan tersebut dengan bertahap atau berproses. Membuat tulisan sederhana pun pasti ada tahap perencanaan dan perbaikan (revisi dan pengeditan), serta paling tidak dibaca ulang sebelum dianggap jadi.

Keterampilan menulis cerpen merupakan keterampilan menulis kejadian yang diintrepretasikan pengarang terhadap hal yang dilihat atau dialami.

Kehidupan yang digambarkan dalam cerpen bukan kehidupan yang sebenarnya tetapi kehidupan menurut pengarang yang menulis cerpen. Kehidupan yang dipaparkan dalam cerpen merupakan inti yang dianggap menarik. Dalam menulis cerpen perlu diperhatikan unsur-unsur pembangun cerpen.

Menurut Adelstein & Pival (dalam Tarigan, 2008:6―7), ciri-ciri tulisan yang baik antara lain: 1) tulisan yang baik mencerminkan kemampuan penulis mempergunakan nada yang serasi; 2) tulisan yang baik mencerminkan kemampuan penulis menyusun bahan-bahan yang tersedia menjadi suatu keseluruhan yang utuh; 3) tulisan yang baik mencerminkan kemampuan penulis untuk menulis dengan jelas dan tidak samar-samar; 4) tulisan yang baik mencerminkan kemampuan penulis untuk menulis secara meyakinkan; 5) tulisan yang baik mencerminkan kemampuan penulis untuk mengkritik naskah tulisannya

(44)

yang pertama serta memperbaikinya; 6) tulisan yang baik mencerminkan kebanggaan penulis dalam naskah atau manuskrip.

Selain aturan menulis yang baik, seorang penulis juga harus menguasai langkah-langkah utama dalam menulis cerpen. Menurut Kosasih (2014:29―34), dalam menulis karangan ada 5 (lima) langkah utama yakni: 1) menentukan topik;

2) membuat kerangka karangan; 3) menggunakan sumber-sumber kepustakaan; 4) mengembangkan karangan dengan teknik deduktif dan induktif; dan 5) mengikuti urutan sebuah tulisan.

Supaya kemampuan menulis dapat terasah dengan baik maka seorang penulis harus terus berlatih agar tulisannya menjadi baik dan enak dibaca.

Menurut Yunus (2015:21―22) ada tiga hal yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kemampuan menulis pada diri seseorang, yaitu 1) mengubah mindset atau cara pandang yang tidak lagi sekadar pelajaran, melainkan perilaku, perbuatan penulis. Setiap orang harus berani menulis untuk soal apapun dan kapan pun; 2) menjadikan penulis sebagai gaya hidup, bukan bertumpu pada bakat dan minat. Hidup kita tidak keren setiap harinya jika tidak menulis. Jangan pasrah tidak dapat menulis karena tidak punya minat atau bakat; dan 3) membuat menulis sebagai kultur atau kebiasaan. Terbiasa menulis memang sulit tetapi bukan berarti tidak bisa. Untuk bisa memiliki kultur menulis, kita hanya membutuhkan sikap disiplin dan tanggung jawab menulis.

Dalam pendidikan karakter, Abidin (2012:197) menyatakan keterpaduan pembelajaran menulis dengan pendidikan karakter yaitu dilihat dari prosesnya.

Maksudnya adalah bahwa sebuah prosedur pembelajaran menulis ini merupakan

(45)

saluran pendidikan karakter. Pada masing-masing tahapan pembelajaran menulis terdapat sejumlah aktivitas yang dilakukan peserta didik. Melalui aktivitas inilah mereka secara tak disadari menunjukkan karakter dirinya.

Pada tahap pramenulis, peserta didik dapat melaksanakan serangkaian aktivitas seperti eksplorasi fenomana keadaan lingkungan di sekolah untuk mendapatkan gagasan. Kegiatan ini akan menuntun peserta didik untuk mendayagunakan pancaindra dan perasaannya dalam menangkap gagasan utama bagi bahan tulisannya. Saat melakukan eksplorasi tersebut mereka sebenarnya sedang membiasakan diri untuk teliti, cermat, peka, antusisas, tanggung jawab, kreatif, kritis, inisiatif, problem solving, dan beberapa karakter lainnya.

Pada tahap penyuntingan dan pembacaan unjuk kerja mereka akan dibiasakan menjadi anak yang cermat, disiplin, jujur, teliti, analitis, visioner, bertanggung jawab, perhatian, sungguh-sungguh, berorientasi pada prestasi, komitmen, keterbukaan, kerapian, ketegasan, kerja keras dan karakter lainnya.

Pada tahap publikasi akan berkembang nilai karakter meliputi percaya diri, bangga terhadap diri sendiri dan komunitasnya, kreatif, berani, disiplin, sportivitas, dan amanah.

Harjito dan Nazla Maharani Umaya (2009:20) menyatakan bahwa nilai yang terkandung dalam kegiatan menulis adalah beragam. Hal tersebut diketahui dan bermanfaat bagi ilmu pengetahuan maupun perkembangan secara individu, yaitu nilai kecerdasan, pendidikan, kejiawaan, kemasyarakatan, keuangan, kefilsafatan, dan popularitas. Dari nilai-nilai tersebut ada beberapa manfaat yang dapat dipetik dari kegiatan menulis, di antaranya:

(46)

a. sebagai sarana untuk mengungkapkan diri,

b. sebagai sarana untuk pemahaman terhadap sesuatu hal,

c. membantu mengembangkan kepuasan pribadi, kebanggaan, dan perasaan harga diri,

d. meningkatkan kesadaran dan penyerapan terhadap keadaan lingkungan, e. memunculkan keterlibatan secara bersemangat, dan

f. mengembangkan pemahaman mengenai kemampuan dalam penggunaan bahasa hingga penguasaannya.

Penulis sebagai individu dan pemilik gagasan juga menapatkan sarana untuk mengungkapkan apa yang dimiliki melalui kegiatan menulis dan pemahaman yang diberikan kepada masyarakata mengenai suatu hal akan tersampaikan. Ekspresi, obsesi, keinginan yang merupakan efek dari pengembangan diri menjadi wujud kepuasan pribadi penulis, dan dengan pengakuan atas keberadaan hasil tulisannya memunculkan kebanggaan dan harga diri penulis.

Bekal yang dimiliki pramenulis akan membangun kesadaran dan kepekaan melalui keterlibatannya secara personalitas. Dengan itu semua kemampuan berbahasa dan penguasaan kaidah serta aturan kebahasaan secara otomatis akan berkembang seiring dengan eksistensi seorang penulis.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa menulis merupakan proses berpikir dan bernalar untuk menuangkan ide dan gagasan ke dalam lambang- lambang yang berbentuk bahasa tulis sehingga dapat dibaca oleh orang lain yang memahami bahasa itu.

(47)

3. Cerpen

a. Pengertian Cerpen

Menurut Sudarman (2008:264) cerita diartikan sebagai tuturan yang membentangkan bagaimana terjadinya suatu hal tentang sebuah peristiwa, kejadian, dan sebagainya. Contoh, ketika berkemah di lereng gunung, tulisan- tulisan yang menuturkan tentang pendakian, menyangkut pengalaman, penderitaan, atau kejadian lainnya, baik yang bersifat sungguh-sungguh maupun rekaan yang diungkapkan dalam bentuk cerita. Bentuk tulisan tersebut pendek ceritanya pun disebut cerita pendek (cerpen) Untuk membacanya cukup dalam sesaat. Santosa (1996) menyatakan bahwa cerita pendek adalah ragam cerita rekaan yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut.

1) Kisahan yang member kesan tunggal dan dominan tentang satu tokoh, satu latar, dan satu situasi dramatik.

2) Bentuknya sederhana karena kurang dari 10.000 kata.

3) Berisi satu ide pusat dan tidak diberi kesempatan memunculkan ide sampingan.

4) Dimensi ruang dan waktu lebih sempit bila dibandingkan dengan novel atau roman.

5) Hanya menceritakan satu kejadian atau satu peristiwa yang paling menarik sehingga dapat menimbulkan kesan impresif.

6) Memperlihatkan kepaduan dari berbagai unsur yang membentuknya.

Sedangkan, menurut Sugiarto (2015:110) ciri-ciri cerpen adalah a) hanya mengungkapkan suatu masalah tunggal sering dikatakan hanya mengandung satu

(48)

ide yang disebut ide pusat, b) pemusatan perhatian hanya pada satu tokoh utama pada situasi tertentu, c) sumber cerita dari kehidupan sehari-hari baik pengalaman pribadi maupun orang lain, d) umumnya sangat ekonomis dalam penggunaan kata-kata yang sering digunakan dan dikenal masyarakat, dan e) biasanya dapat meninggalkan kesan mendalam efek pada perasaan pembaca.

Hasamuddin (2004:158―159) menyatakan bahwa cerita pendek dalam bahasa Inggris disebut short story, dan dalam bahasa Perancis disebut nouvelle atau conte. Lebih dikenal dan lazim disebut dengan cerpen, yaitu cerita rekaan yang memusatkan diri pada satu tokoh dalam satu situasi pada satu saat, sehingga memberikan kesan tunggal terhadap pertikaian yang mendasari cerita tersebut.

Menurut Widjoko (2006:37) cerpen adalah suatu cerita yang melukiskan suatu peristiwa atau kejadian apa saja yang menyangkut persoalan jiwa atau kehidupan manusia. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001:210) cerita pendek termasuk ragam bahasa sastra, yaitu kisahan pendek (kurang dari 10.000 kata) yang memberikan kesan tunggal yang dominan dan memusatkan diri pada satu tokoh dalam satu situasi (pada suatu ketika).

Menurut Sugiarto (2015:109) cerita pendek adalah karya fiksi berbentuk prosa yang selesai dibaca dalam sekali duduk. Entah itu dilakukan dengan duduk santai, duduk antre diperiksa dokter, duduk antre di bank, dan sebagainya. Ukuran selasai dibaca sekali duduk adalah kira-kira antara setengah jam hingga dua jam, suatu hal yang tidak mungkin dilakukan untuk menyelesaikan membaca sebuah novel.

(49)

Menurut Kosasih (2012:34) cerita pendek atau cerpen merupakan cerita yang menurut wujudnya berbentuk pendek. Ukuran panjang pendeknya suatu cerita memang relatif. Cerita pendek sering diungkapkan dengan cerita yang dibaca dalam sekali duduk, karena pada umumnya cerita pendek merupakan cerita yang habis dibaca sekitar sepuluh menit atau setengah jam. Jumlah katanya sekitar 500 s.d. 5.000 kata.

Dengan demikian cerpen merupakan karangan prosa yang berbentuk cerita yang berisi tentang satu pokok permasalahan dan dapat dibaca dalam waktu singkat. Tokoh utamanya hanya tunggal sebagai pusat kisahan yang diawali dengan alur pengenalan tokoh, permasalahan atau konflik yang diakhiri dengan penyelesaian masalah yang timbul.

b. Unsur-unsur Cerpen

Cerpen dibangun oleh unsur-unsur berikut.

1) Tema

Tema adalah pokok masalah yang dibicarakan dalam cerita. Misalnya masalah tentang kemanusiaan, kasih sayang, perjuangan, pengorbanan, kesedihan, dan sebagainya.

Tema jarang dituliskan secara tersurat oleh pengarangnya. Untuk dapat menyingkap tema suatu cerpen, seorang pembaca harus terlebih dahulu mengenali unsur-unsur intrinsik yang dipakai pengarang untuk mengembangkan cerita fiksinya. Beberapa unsur intrinsik yang dipergunakan pengarang untuk menyalurkan tema ceritanya, yaitu alur, penokohan, dan bahasa pengarang (Kosasih, 2012: 40―41).

(50)

Tema adalah gagasan, ide, atau pikiran utama dalam karya sastra, baik yang terungkap maupan yang tidak (Sudjiman dalam Harjito, 2007:2). Maksud dari terungkap/eksplisit manakala tema tersebut disebutkan secara tersurat dalam wacana/teks. Dinamakan tak terungkap/implisit manakala pembaca mesti mereka-reka terlebih dahulu tentang tema yang dimaksud oleh pengarang. Sedangkan menurut Roberts (1973:5) via Harjito (2007:2) mengungkapkan pada prinsipnya menyebut bahwa tema adalah ide pokok dalam suatu komposisi yang menjadikan komposisi tadi suatu kesatuan yang utuh. Jadi disimpulkan bahwa tema ialah ide keseluruhan dari sebuah cerita.

Menurut Sudjiman (1988:57) dalam (Harjito, 2007:4) membedakan antara tema dengan amanat. Amanat merupakan ajaran moral atau pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang dalam karya sastra. Permasalahannya adalah dalam mencari amanat terdapat unsur pengarang. Dengan begitu, pembaca tidak bisa meneliti teks sastra dengan melepaskan diri dari pengarang. Pembaca seharusnya bertemu dengan pengarang, baik bertemu langsung atau via bacaan tentang pengarang yang menyatakan visi atau ajaran moral yang disampaikan dalam teks sastra yang diteliti.

2) Tokoh dan Penokohan

Tokoh adalah pelaku dalam cerita sedangkan penokohan merupakan watak atau sifat perilaku tokoh tersebut.

Di dalam tokoh ada 3 macam yakni:

Referensi

Dokumen terkait

“Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen Melalui Metode Pembelajaran Berbasis Pengalaman dan Media Audiovisual Pada Siswa Kelas VII D SMP Negeri 1 Juwana” penulis angkat

Faktor lain penyebab rendahnya keterampilan menulis cerpen ialah (1) peserta didik kesulitan dalam menentukan tema, mengembangkan tema, serta dalam mengembangkan ide-ide yang

Lulus pada tahun 2016 dengan menulis skripsi sebagai tugas akhir yang berjudul Penerapan Pendekatan Saintifik dalam Peningkatan Kemampuan Menulis Cerpen pada Peserta Didik

151 4.2.1 Proses Pembelajaran Keterampilan Menulis Teks Cerpen dengan Model Berpikir, Berbicara, Menulis dan Media E-Komik pada Siswa Kelas VII SMP N 3 Mranggen

Hasil penelitian ini sejalan dengan tujuan penelitian, yaitu menghasilkan bahan ajar membaca dan menulis naskah drama terintegrasi siswa SMP/MTs kelas VIII yang dilihat

Hasil kelayakan produk bahan ajar menulis teks puisi rakyat berbasis penguatan pendidikan karakter untuk kelas VII siswa SMP/MTs ini memenuhi kriteria dan layak digunakan

Hasil penelitian ini dapat dinyatakan bahwa pengembangan Bahan Ajar Menulis Puisi Berkonteks Lingkungan Peserta didik Bermuatan Nilai-nilai religius untuk Madrasah

Berdasarkan data yang diperoleh, untuk mengetahui keterampilan menulis teks cerpen dengan menggunakan teknik parafrase puisi siswa kelas VII SMP Negeri 1 V Koto