• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI ANALISIS KETIMPANGAN DISTRIBUSI PENDAPATAN MASYARAKAT DI KABUPATEN ACEH TENGAH KECAMATAN BEBESEN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SKRIPSI ANALISIS KETIMPANGAN DISTRIBUSI PENDAPATAN MASYARAKAT DI KABUPATEN ACEH TENGAH KECAMATAN BEBESEN"

Copied!
153
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KETIMPANGAN DISTRIBUSI PENDAPATAN MASYARAKAT DI KABUPATEN ACEH TENGAH

KECAMATAN BEBESEN

Disusun Oleh:

PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY

BANDA ACEH 2021 M / 1442 H

Erna Siara NIM. 160604047

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

vi

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil‟alamin. Segala puji dan syukur bagi Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat, nikmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Skripsi ini. Tidak lupa shalawat beriring salam Penulis panjatkan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW, beserta keluarga, dan para sahabat yang telah memberikan pencerahan bagi kita hingga dapat merasakan nikmatnya iman dalam Islam, serta nikmat dalam ilmu pengetahuan.

Syukur Alhamdulillah dengan izin Allah SWT serta bantuan semua pihak penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini yang berjudul “Analisis Ketimpangan Distribusi Pendapatan Masyarakat Kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh Tengah”. Penulis menyusun skripsi ini dengan maksud dan tujuan untuk memenuhi tugas akhir dan melengkapi salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Studi Ilmu Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh. Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak terdapat kekurangan baik dalam materi maupun dalam teknik penyusunan. Oleh karena itu, Penulis mengharapkan masukan berupa kritikan dan saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaannya. Selama proses penyusunan

(7)

vii

skripsi ini, penulis telah banyak menerima bimbingan, arahan, dan bantuan dari berbagai pihak. Dengan kerendahan hati penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Dr. Zaki Fuad, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Ar-Raniry Darussalam Banda Aceh, 2. Dr. Muhammad Adnan, SE., M.Si selaku ketua program

studi Ilmu Ekonomi dan Marwiyati, SE., MM selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Ekonomi.

3. Bapak Muhammad Arifin, Ph.D selaku Ketua Laboratorium Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam.

4. Marwiyati.SE,.MM dan Jalilah, S.HI.,M.Ag selaku pembimbing I dan pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktu dan pikiran dalam memberikan masukan-masukan dan arahan dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Ibu Suriani SE., M.Si dan bapak Abrar Amri.SE.,S.Pd.I.,M.Si sebagai penguji I dan penguji II yang telah memberikan waktu dan memberikan masukan bagi penulis dalam menyelesaikan skrpsi ini.

6. Ibu Yulindawati SE., MM selaku Penasehat Akademik (PA) penulis selama menempuh pendidikan program Studi Strata Satu (S1) Ilmu Ekonomi. Dan Seluruh Dosen dan staf karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Universitas Islam Negri Ar-Raniry, khususnya Program Studi Ilmu Ekonomi yang telah memberikan ilmu, pengalaman, arahan

(8)

viii

serta perhatiannya kepada peulis selama mengikuti perkuliahan hingga selesainnya skripsi ini.

7. M.Irwan selaku Reje Kampung Atu Tulu yang telah banyak membantu dalam hal penelitian juga memberikan izin untuk melakukan penelitian serta memberikan ilmu dan informasi terkait kegiatan tersebut.

8. Kedua orang tua tercinta. Ayahanda Yusran dan Ibunda Fauziah, SE yang selalu memberikan kasih sayang, do‟a serta dorongan moril maupun materil yang tak terhingga agar penulis memperoleh yang terbaik dan mampu menyelesaikan studi hingga tahap akhir.

9. Sahabat-sahabat seperjuangan Fera Agustina, Syarifah Nadia, Marlina S, Ira Syariani, Anita Pratiwi, Ega Febri Ananda dan teman-teman seperjuangan lainnya program Studi Ilmu Ekonomi angkatan 2016 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Ar-Raniry Banda Aceh yang telah memberikan semangat dan membantu penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Sahabat dan teman dekat Iwani Ramadan, S.H yang memberikan support dalam melaksanakan skripsi Sahabat dan teman serumah Apriliana Ningsih,S.Pd yang telah membantu penulis

10. Terimakasih kepada pihak-pihak yang tidak bisa di sebutkan satu persatu.

Akhir kata penulis ucapkan ribuan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu. Semoga bantuan yang

(9)

ix

diberikan kepada penulis dibalaskan oleh Allah SWT. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan pihak-pihak yang membutuhkan.

Banda Aceh, 27 Mei 2021 Penulis,

(Erna Siara)

(10)

x

TRANSLITERASI ARAB-LATIN DAN SINGKATAN Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri P dan K

Nomor: 158 Tahun1987 –Nomor: 0543 b/u/1987 1. Konsonan

No Arab Latin No Arab Latin

1 ا Tidak Dilambangkan 16 ط T

2 ب B 17 ظ Z

3 ت T 18 ع „

4 ث S 19 غ G

5 ج J 20 ف F

6 ح Ң 21 ق Q

7 خ Kh 22 ك K

8 د D 23 ل L

9 ذ Ż 24 م M

10 ر R 25 ن N

11 ز Z 26 و W

12 س S 27 ه H

13 ش Sy 28 ء ‟

14 ص S 29 ي Y

15 ض D

(11)

xi 2. Vokal

Vokal Bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri dari vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong.

a. Vokal Tunggal

Vokal tunggal Bahasa Arab yang lambangnya berupa tanda atau harkat, transliterasinya sebagai berikut:

Tanda Nama Huruf Latin

َ Fatḥah A

َ Kasrah I

َ Dammah U

b. Vokal Rangkap

Vokal rangkap Bahasa arab yang lambangnya berupa gabungan antara harkat dan huruf, transliterasinya gabungan huruf, yaitu:

Tanda dan Huruf Nama Gabungan Huruf

ي َ Fatḥah dan ya Ai

و َ Fatḥah dan wau Au Contoh:

فيك : kaifa لوه : haula

(12)

xii 3. Maddah

Maddah atau panjang yang lambangnya berupa harkat dan huruf, transliterasinya berupa huruf dan tanda, yaitu:

Harkat dan Huruf Nama Huruf dan Tanda ا َ

ي/ Fatḥah dan alif atau ya Ā

ي َ Kasrah dan ya Ī

ي َ Dammah dan wau Ū

Contoh:

لا ق :qāla ى م ر :ramā لْي ق :qīla ل ْو ق ي :yaqūlu

4. Ta Marbutoh (ة)

Transliterasi untuk ta marbutoh ada dua.

a. Ta marbutoh (ة) hidup

Ta marbutoh (ة) yang hidup atau mendapat harkat fathah, kasrah dan dammah, transliterasinya adalah t.

b. Ta marbutoh (ة) mati

Ta marbutoh (ة) yang mati atau mendapat harkat sukun, transliterasinya adalah h.

c. Kalau pada suatu kata yang akhir katanya ta marbutoh (ة) diikuti oleh kata yang menggunakan kata sandang al, serta

(13)

xiii

bacaan kedua kata itu terpisah maka ta marbutah (ة) itu ditransliterasikan dengan h. Contoh:

ْلا فْط لَْا ة ض ْو ر : rauḍah al-aṭfāl/ rauḍatulaṭfāl ة ر ّو ن مْلا ة نْي د مْل ا

َ : al-Madīnah al-Munawwarah/

al-MadīnatulMunawwarah ْة حْل ط : Ṭalḥah

Catatan:

Modifikasi

1. Nama orang berkebangsaan Indonesia ditulis seperti biasa tanpa transliterasi, seperti M. Syuhudi Ismail, sedangkan nama-nama lainnya ditulis sesuai kaidah penerjemahan. Contoh: Ḥamad Ibn Sulaiman.

2. Nama negara dan kota ditulis menurut ejaan Bahasa Indonesia, seperti Mesir, bukan Misr; Beirut, bukan Bayrut; dan sebagainya.

3. Kata-kata yang sudah dipakai (serapan) dalam kamus Bahasa Indonesia tidak di transliterasi. Contoh: Tasauf, bukan Tasawuf.

(14)

xiv ABSTRAK

Nama Mahasiwa : Erna Siara

NIM : 160604047

Fakultas/Program Studi : Ekonomi dan Bisnis Islam/

Ilmu Ekonomi

Judul : Analisis Ketimpangan Distribusi Pendapatan Masyarakat di Kabupaten Aceh Tengah Kecamatan Bebesen Tanggal Sidang : 11 Januari 2021

Pembimbing I : Marwiyati.SE,.MM Pembimbing II : Jalilah, S.HI.,M.Ag

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan ketimpangan pendapatan masyarakat Kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh Tengah. Pendekatan yang digunakan pada penelitian ini pendekatan Kuantitatif. Populasinya yaitu seluruh masyarakat kecamatan Bebesen yang berjumlah 100 responden dengan teknik rumus Slovin. Berdasarkan hasil penelitian menggunakan Indeks Williamson bahwa di Kabupaten Aceh Tengah terjadi ketimpangan rendah yang mana nilainya 0,059 sedangkan angka Rasio Gini Kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh Tengah dengan keseluruhan golongan pekerjaan yaitu 0,4086 yang mana di dalam kriteria rasio gini tergolong dalam katagori sedang dengan kisaran 0,35-0,5.

Rekomendasi pada penelitian ini adalah pemerintah harus memperhatikan tentang ketimpangan di Kabupaten Aceh Tengah Kecamatan Bebesen dan dalam kebijakan pembangunannya agar memprioritaskan pada daerah yang relatife tertinggal, dan membangun infrastruktur agar lebih merata.

Kata Kunci: Pendapatan (PDRB), Jumlah Penduduk, Ketimpangan

(15)

xv DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL KEASLIAN ... i

HALAMAN JUDUL KEASLIAN ... i

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ... ii

LEMBAR PERSETUJUAN SIDANG SKRIPSI ... iii

LEMBAR PENGESAHAN SEMINAR HASIL... iv

KATA PENGANTAR ... vi

TRANSLITERASI ARAB-LATIN DAN SINGKATAN .... x

ABSTRAK ... xiv

DAFTAR ISI ... xv

DAFTAR TABEL ... xviii

DAFTAR GAMBAR ... xix

DAFTAR LAMPIRAN... xx

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 11

1.3Tujuan Penelitian ... 12

1.4Manfaat Penelitian ... 12

1.5 Sistematika Pembahasan ... 13

BAB II LANDASAN TEORI ... 15

2.1 Konsep Pendapatan ... 15

2.1.1 Pengertian Pendapatan ... 15

2.1.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan ... 26

2.1.3 Pengertian Distribusi Pendapatan ... 30

(16)

xvi

2.1.4 Faktor Yang Menyebabkan

Ketidakmerataan Distribusi Pendapatan .... 33

2.2 Pengertian Ketimpangan ... 36

2.2.1 Ketimpangan Pendapatan ... 39

2.2.2 Jenis-Jenis Ketimpangan ... 42

2.2.3 Pertumbuhan Ekonomi dan Ketimpangan .... 44

2.2.4 Ukuran Ketimpangan ... 48

2.2.5 Faktor-Faktor Penyebab Ketimpangan ... 51

2.3 Penelitian Terdahulu ... 54

2.4 Kerangka Pemikiran ... 58

BAB III METODE PENELITIAN ... 59

3.1Jenis Penelitian ... 59

3.2 Lokasi Penelitian... 59

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ... 59

3.4 Definisi Oprasional dan Pengukuran Variabel ... 61

3.5 Jenis Sumber Data ... 62

3.6Teknik Pengumpulan Data ... 64

3.7 Uji Instrumen Penelitian ... 66

3.8Metode Analisa Data ... 68

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 73

4.1 Gambaran Umum Kabupaten Aceh Tengah ... 73

4.1.1 Gambaran Umum Perekonomian di Aceh .... 75

4.1.2 Pertumbuhan Ekonomi Aceh Tengah ... 76

4.2 Hasil Penelitian ... 77

4.2.1 Karakteristik Responden ... 78

4.3 Hasil Pengujian Data ... 79

(17)

xvii

4.3.1 Validitas Data ... 80

4.3.2 Reliabilitas Data... 81

4.4 Analisis Ketimpangan Dengan Menggunakan Indeks Williamsom & Gini Ratio ... 83

4.4.1 Rasio Gini Golongan Pekerja Petani ... 86

4.4.2 Rasio Gini Golongan Pekerja Pedagang ... 87

4.4.3 Rasio Gini Golongan Pekerja PNS ... 87

4.4.4 Rasio Gini Pekerja Buruh ... 88

4.4.5 Indeks Gini Golongan Pekerjaan ... 89

4.4.6 Hasil Seluruh Golongan Pekerjaan Indek Gini .... 90

4.5 Pembahasan ... 91

BAB V PENUTUP ... 94

5.1 Kesimpulan ... 94

5.2 Saran ... 95

DAFTAR PUSTAKA ... 96

(18)

xviii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 PDRB Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Aceh

Tengah ... 6

Tabel 1.2 Indeks Gini Aceh Tengah ... 9

Tabel 2.1 Peneliti Terdahulu ... 56

Tabel 3.1 Sampel Berdasarkan Kategori ... 60

Tabel 3.2 Alternatif Jawaban Kuesioner ... 65

Tabel 3.3 Kriteria Penilaian Rasio ... 72

Tabel 4.1 PDRB Aceh Tengah ... 77

Tabel 4.2 Karakteristik Responden ... 78

Tabel 4.3 Uji Validitas... 80

Tabel 4.4 Uji Reliabilitas ... 82

Tabel 4.5 Analisis Indeks Wiliamsom ... 85

Tabel 4.6 Rasio Gini Petani ... 86

Tabel 4.7 Rasio Gini Pedagang ... 87

Tabel 4.8 Rasio Gini PNS... 88

Tabel 4.9 Rasio Gini Buruh ... 89

Tabel 4.10 Rasio Gini Golongan Pekerjaan ... 89

Tabel 4.11 Hasil Golongan Pekerjaan Rasio Gini ... 90

(19)

xix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Berfikir ... 58

(20)

xx

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran1 PDRB Aceh Tengah berdasarkan harga berlaku ... 103

Lampiran 2 PDRB Provinsi Aceh berdasarkan harga berlaku ... 104

Lampiran 3 PDRB Aceh Tengah ... 107

Lampiran 4 Indeks Gini Aceh Tengah... 108

Lampiran 5 Jumlah Penduduk Aceh ... 109

Lampiran 6 Hasil uji instrumen ... 110

Lampiran 7 Berdasarkan kriteria ... 119

Lampiran 8 Angket penelitian ... 120

Lampiran 9 Rangkuman hasil kuesioner... 125

Lampiran 10 Pendapatan masyarakat ... 128

Lampiran 11 Persen Komulatif pendapatan ... 130

Lampiran 12 Dokumentasi penelitian... 131

Lampiran 13 Surat Balasan ... 133

Lampiran 14 Riwayat Hidup ... 134

(21)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masalah besar yang dihadapi negara Indonesia adalah ketimpangan distribusi pendapatan antara kelompok masyarakat berpendapatan tinggi dan kelompok masyarakat berpendapatan rendah sehingga menyebabkan kesenjangan ekonomi dan berdampak pada kemiskinan yang semakin meningkat (Tambunan,2001). Di Indonesia kemiskinan dan kesenjangan pendapatan warganya terlihat sangat mencolok. Ukuran distribusi pendapatan perorangan merupakan ukuran yang paling sering digunakan untuk mengetahui kesenjangan ekonomi masyarakat dalam suatu daerah. Hal ini semakin terlihat dengan jumlah kemiskinan yang semakin meningkat dari tahun ke tahun.

Kesenjangan ekonomi atau ketimpangan distribusi pendapatan merupakan sebuah realita yang ada di tengah-tengah masyarakat dunia baik di negara yang maju maupun negara berkembang yang juga merupakan isu penting untuk ditinjau dan perlu adanya berbagai upaya dari pemerintah dalam mengambil kebijakan guna meningkatkan pembangunan ekonomi masyarakat, serta peningkatan taraf hidup masyarakat melalui berbagai macam usaha dalam rangka peningkatan distribusi pendapatan dari berbagai macam aspek yang ada. Distribusi pendapatan adalah

(22)

pembagian penghasilan di dalam masyarakat. Dalam proses produksi, para pemilik faktor produksi akan menerima imbalan seharga faktor produksi yang disumbangkan dalam proses produksi. Proses distribusi pendapatan ini akan terjadi siklus (perputaran) konsumen yang harus membayar harga barang. Akan tetapi pada saat lain akan menjadi penyedia faktor modal, tenaga kerja, sumber daya alam, atau faktor keahlian sehingga, pada saat tertentu akan menerima bagian pendapatan dan pada saat lain akan membayar harga barang (Todaro, 2011).

Dalam proses produksi, masing-masing penyedia faktor produksi akan menerima imbalan jasa sebagai berikut:

1. Pemilik faktor sumber alam berupa tanah akan menerima sewa tanah

2. Pemilik faktor tenaga kerja akan menerima upah kerja 3. Pemilik modal akan menerima bunga modal

4. Pengusaha akan menerima laba usaha.

Melalui proses produksi yang ada pada masing-masing penyedia faktor produksi akan menerima bagian dan distribusi pendapatan. Besar kecilnya pendapatan yang diterima oleh masing- masing penyedia faktor produksi tergantung pada besar kecilnya jasa yang disumbangkan dalam proses produksi. Distribusi pendapatan ditinjau dari sistem perekonomian dibagi menjadi tiga macam yaitu: Pertama, distribusi pendapatan sistem liberalis, yaitu pembagian pendapatan yang ditentukan oleh hukum permintaan

(23)

dan penawaran dalam hal ini pemerintah tidak ikut campur. Kedua, distribusi pendapatan sistem sosialis, yaitu pembagian pendapatan bagi masyarakat yang ditentukan oleh pihak pemerintah. Ketiga, distribusi pendapatan sistem campuran, yaitu pendistribusian yang ditentukan berdasarkan mekanisme di pasar dan oleh pemerintah (Kalalo,2016)

Menurut Sjafrizal (2008), ketimpangan ekonomi antar wilayah merupakan aspek yang umum terjadi dalam kegiatan ekonomi suatu daerah. Ketimpangan ini padadasarnya disebabkan oleh adanya perbedaan kandungan sumber daya alam dan perbedaankondisi demografi yang terdapat pada masing-masing wilayah. Akibat dari perbedaan ini, kemampuan suatu daerah dalam mendorong proses pembangunan juga menjadi berbeda.

Karena itu, tidaklah mengherankan bila mana pada setiap daerah biasanya terdapatwilayah maju dan wilayah terbelakang.

Terjadinya ketimpangan ini membawa implikasi terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat antar wilayah. Karena itu, aspek ketimpangan pembagunan antar wilayah ini juga mempunyai implikasi pula terhadap formulasi kebijakan pembangunan wilayah yang dilakukan oleh pemerintah daerah.

Penyebab utama kemiskinan suatu rumah tangga adalah rendahya pendapatan yang mereka terima. Sedangkan karakteristik penduduk miskin tersebut antara lain adalah memiliki rata-rata jumlah tanggungan yang banyak. Jumlah anggota dalam rumah

(24)

tangga adalah indikasi yang dominan dalam menentukan miskin atau ketidak miskinannya rumah tangga. Kemampuan tumbuh ini kemudian menyebabkan terjadinya ketimpangan baik pembangunan maupun pendapatan antar daerah yang terjadi di Indonesia. Aceh sebagai salah satu provinsi juga tidak terlepas dari masalah ketimpangan pembanguna ekonomi. Aspek pemerataan pendapatan merupakan hal yang penting untuk diamati, karena pemerataan hasil pembangunan merupakan salah satu tujuan pembangunan nasional di Indonesia. Sehingga dalam praktiknya bagaimana proses pembangunan yang terjadi di daerah tersebut dapat dimaksimalkan dan menekan nilai ketimpangan tersebut kearah pemerataan ekonomi dengan memaksimalkan sektor-sektor ekonomi yang mempunyai nilai keungulan kompetitif di setiap daerah untuk dikembangkan.

Pembangunan ekonomi dalam suatu daerah merupakan suatu proses dimana bagian pemerintahan daerah juga masyarakatnya mengelola sumber daya yang ada dan dapat membentuk suatu pola kerjasama antar pemerintahan daerah tersebut dengan sektor swasta dengan tujuan menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi dan pertumbuhan ekonomi dalam suatu daerah (Alfiatus, 2018).

Namun, untuk kemajuan suatu negara, pembangunan bukan merupakan suatu tujuan negara dalam menyelesaikan permasalahan

(25)

negara. Pembangunan ini hanya alat sebagai proses untuk menurunkan tingkat kemiskinan suatu negara dan mengurangi permasalahan ketimpangan distribusi pendapatan. Berkurangnya ketimpangan distribusi pendapatan dari satu daerah dengan daerah yang lain merupakan inti dari suatu pembangunan. Dengan berhasilnya suatu pembangunan negara akan meningkatkan juga pertumbuhan ekonomi negara, yang mana dari hasil-hasil tersebut harus dinikmati secara adil dan merata oleh seluruh masyarakat.

Sehingga dengan adanya hal ini, permasalahan ketimpangan atau ketidakmerataan distribusi pendapatan tidak akan terjadi lagi. Jika pembangunan dan pertumbuhan negara berhasil meningkat, maka seluruh masyarakat pun akan merasakan dampaknya melalui naiknya tingkat pendapatan masyarakat. Jika dalam suatu daerah terdapat pertumbuhan ekonomi, tetapi tidak dapat mengurangi ketimpangan pendapatan yang terjadi, dapat diindikasikan bahwa dari pertumbuhan ekonomi hanya sedikit orang yang mendapat keuntungan dari pertumbuhan tersebut (Ferdinand, 2017).

Selain itu, ketimpangan distribusi pendapatan ini dapat disebabkan oleh pertumbuhan dan keterbatasan yang dimiliki masing-masing individu/kelompok/daerah yang berbeda serta pembangunan yang cenderung terpusat hanya pada daerah-daerah yang maju.

Ketimpangan distribusi pendapatan salah satunya juga dapat dipengaruhi oleh nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

(26)

mencerminkan tingkat kesejahteraan penduduk di suatu daerah.

Semakin tinggi tingkat kesejahteraan penduduk di wilayah tersebut, maka dapat diindikasikan bahwa tingkat Produk Domestik Regional Bruto juga semakin tinggi (Sofia, 2018).

Tabel 1.1

PDRB Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Aceh Tengah 2015-2016 Tahun PDRB (milyaran Rupiah)

2015 5,875,116.7

2016 6,307,246.4

2017 6,721,944.8

2018 7,183,592.4

2019 7,473,172.9

Sumber: BPS Aceh Tengah,2019

Dari Tabel 1.1 dapat dilihat bahwa PDRB Aceh Tengah meningkat tiap tahunnya yang mana terjadi peningkatan dengan arti membaik. Semakin membaik PDRB maka perekonomian juga meningkat yang mana kesejahteraan juga meningkat. Dengan kata lain, semakin tinggi tingkat PDRB daerah maka semakin sejahtera penduduknya sehingga pendapatan tinggi dan merata antar daerah akan mengurangi tingkat ketimpangan distribusi pendapatan.

Menurut Nurlina (2017) suatu pertumbuhan ekonomi dalam suatu wilayah dapat diukur melalui laju pertumbuhan PDRB atas dasar harga konstan, yaitu dengan menghilangkan faktor perubahan harga (inflasi) dan menggunakan faktor pengali harga

(27)

konstan (at constant price inflation factor) sehingga diperoleh gambaran peningkatan produksi secara makro.

Ketimpangan distribusi pendapatan ini merupakan suatu permasalahan yang penting untuk segera diselesaikan oleh daerah.

Karena dampak yang akan terjadi bukan hanya dari segi ekonomi, tetapi juga bisa dari segi sosial. ketimpangan dalam suatu daerah sudah menjadi masalah klasik yang dapat ditemukan dimana saja.

Maka dari itu, ketimpangan ini bukan sesuatu yang dapat dimusnahkan, melainkan hanya bisa dikurangi sedikit demi sedikit sampai pada tingkat yang dapat diterima oleh suatu sistem sosial tertentu agar terjadi keselarasan dalam hal tersebut sehingga tetap terpelihara dalam proses pertumbuhannya (Linggar, 2011).

Seperti hal pada daerah Kabupaten Aceh Tengah yang merupakan wilayah dataran tinggi yang identik dengan daerah cagar alam nasional terbesar yang terdapat di Provinsi Aceh. Pada dasarnya wilayah Kabupaten Aceh Tengah kaya akan potensi alam, salah satu di antaranya adalah Danau Lut Tawar. Secara umum ditinjau dari potensi pengembangan ekonomi, wilayah ini termasuk zona pertanian khususnya petani kopi, sehingga pada umumnya penghasilan utama masyarkaat adalah dari berkebun (tani). Seiring dengan terjadinya tranformasi perekonomian daerah maka profesi penduduk yang berkeja sebagai petani juga sudah mulai menurun.

Sementara penduduk yang bekerja pada sektor jasa dan manufaktur relatif meningkat jumlahnya dalam proporsi penduduk yang

(28)

bekerja di Kabupaten Aceh Tengah. Kondisi ini menunjukkan sektor pertanian tidak lagi dominan dalam menyerap tenaga kerja di Kabupaten Aceh Tengah (Sari, 2018).

Kesadaran masyarakat di Kabupaten Aceh Tengah tepatnya di Kecamatan Bebesen terhadap pentingnya peningkatan taraf hidup sangat dipengaruhi oleh beberapa hal seperti pendidikan,tempat tinggal dan lain-lain.tingkat pendidikan di Kecematan Bebesen dapat dikatakan sudah mulai berkembang semua orang tua sudah menyekolahkan anaknya mulai dari taman kanak-kanak sampai sekolah menengah,demikian juga dengan keadaan kehidupan dan fasilitas yang dimiliki beberapa masyarakat di daerah kecamatan bebesen ini ada masyarakat di antaranya sudah menikmati fasilitas seperti lampu dan alat rumah tangga.

Namun tidak semua masyarakat menikmati fasilitas tersebut ada di antaranya yang bahkan belum memiliki bangunan permanen dan masih berlantaikan tanah adanya perbedaan dalam pendistribusian pendapatan tingkat pendapatan masyarakat akan berbeda-beda pula pengeluaran tiap keluarga yang pada akhirnya akan berpengaruh pada jumlah pendapatan masing-masing masyarakat sesuai klasifikasi pola mata pencaharian.

Sedangkan dari Tabel 1.2 diketahui nilai rasio gini Aceh Tengah mengalami fluktuasi dari tahun ke tahunnya. Salah satu indikator untuk mengukur ketimpangan yang terjadi di suatu daerah dapat diketahui menggunakan ratio gini yang memiliki nilai 0

(29)

sampai dengan 1. Rasio gini kecil lebih kecil dari 0,4 menunjukkan ketimpangan rendah, nilai 0,4 – 0,5 menunjukkan tingkat ketimpangan sedang dan nilai lebih besar dari 0,5 menunjukkan tingkat ketimpangan tinggi (Sofia, 2018).

Tabel 1.2 Indeks Gini Aceh

Tahun Indeks Gini

2015 0,299

2016 0,310

2017 0,238

2018 0,260

2019 0,256

Sumber: BPS Aceh Tengah,2019

Dari Tabel 1.2 dapat diartikan bahwa ketimpangan tiap tahunnya tidak pernah merata atau selalu terjadinya naik turunnya ketimpangan distribusi dimulai dari tahun 2015-2019 yang mana dapat disimpulkan nilai indeks gini berada di bawah 0,35 maka ketimpangan distribusi pendapatan tergolong rendah.

Kaitannya dengan ketimpangan, indeks gini merupakan suatu hal yang diperlukan untuk menentukan tingkat ketimpangan pendapatan. Indeks gini ini terdiri dari nilai 0 hingga 1. Jika indeks gini=0, maka ketimpangan pendapatan merata sempurna, yang artinya setiap orang sudah menerima pendapatan dengan jumlah yang sama. Sedangan jika indeks gini=1, artinya ketimpangan

(30)

pendapatan timpang sempurna atau dengan kata lain, pendapatan hanya diterima oleh satu orang ataupun satu kelompok saja.

Ahli ekonomi Kuznets dan Kaldor yang menyatakan bahwa ketidakmerataan distribusi pendapatan adalah suatu kondisi yang diperlukan oleh sebuah negara dalam mencapai suatu peningkatan perekonomiannya. Semakin tinggi ketidakmerataan distribusi pendapatan di suatu negara, maka semakin tinggi pula pertumbuhan ekonominya. Jika laju pertumbuhan PDRB merupakan satu-satunya tujuan masyarakat, maka strategi terbaik ialah menjaga agar distribusi pendapatan setimpang mungkin (Kuznets,1995).

Adapun di Kabupaten Aceh Tengah Kecamatan Bebesen Perbedaan pendapatan yang ada antar petani kopi yang diakibatkan dari keragaman sumber pendapatan petani kopi menyebabkan ketidakmerataan distribusi pendapatan yang diterima oleh petani kopi, ketidakmerataan distribusi pendapatan yang ada mengakibatkan terjadinya ketimpangan pendapatan antar petani kopi. Jadi distribusi pendapatan secara umum dapat diartikan sebagai pembagian atau pemerataan hasil yang diperoleh dari suatu kegiatan usaha

Ketimpangan pendapatan yang ada antar petani kopi, berawal dari perbedaan kemampuan dan kesempatan untuk memperoleh pendapatan, jasa, dan fasilitas lain dalam memenuhi kebutuhan hidup keluarga petani kopi. Berkembangnya ketidak

(31)

merataan distribusi pendapatan merupakan masalah dalam pembangunan pertanian, tingkat pendapatan yang relative rendah dapat mendorong suatu kemiskinan. Hal ini juga akan menjadi pijakan dalam mempertimbangkan bagaimana pendistribusian masyarakat yang ada di Kabupaten Aceh Tengah di mana alat analisis yang digunakan yaitu rasio gini dalam distribusi antar kelompok pendapatan masing-masing persentase kelompok penerima pendapatan menerima persentase pendapatan total yang sama besarnya,

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti tertarik untuk mengkaji lebih mendalam terkait “Analisis Ketimpangan Distribusi Pendapatan Masyarakat di Kabupaten Aceh Tengah Kecamatan Bebesen”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan kondisi yang dipaparkan diatas, maka pertanyaan dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Bagaimana ketimpangan pendapatan masyarakat di Kabupaten Aceh Tengah Kecamatan Bebesen?

2. Apa penyebab terjadinya ketimpangan di Kabupaten Aceh Tengah Kecamatan Bebesen?

(32)

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. untuk mendeskripsikan ketimpangan pendapatan masyarakat Kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh Tengah.Untuk mengetahui berapa besar pengaruh kenaikan harga Beras terhadap Inflasi di Kota Banda Aceh

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk menambah referensi ilmiah dalam bidang pengetahuan yang berhubungan dengan analisis distribusi pendapatan masyarakat yang ditinjau dari aspek sosial ekonomi.

1. Secara Teoritis

Hasil dari penelitian ini secara teoritis diharapkan bisa memberikan sumbangan pemikiran serta ilmu untuk saya sendiri dan dapat memperkaya wawasan pemahaman bagi setiap pembaca.

2. Secara Praktis

Bagi Masyarakat Aceh Tengah Kecamatan Bebesen hasil penelitian ini diharapkan berguna sebagai sumber informasi untuk pengembangan dan keterampilan

3. Secara Akademis

Bagi peneliti yang akan datang hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dalam pengembangan

(33)

ilmu pengetahuan bagi peneliti selanjutnya yang berkaitan dengan ketimpangan distribusi pendapatan masyarakat

1.5 Sistematika Pembahasan

Agar penelitian ini lebih fokus, maka penulis sajikan sistematika penulisan sebagai gambaran umum l skripsi. Adapun sistematika penulisan tersebut adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pada Bab Tinjauan Pustaka ini berisikan teori yang berupa pengertian dan defenisi tentang lokasi, harga, gaya hidup syariah dan minat beli yang diambil dari kutipan buku, jurnal yang berkaitan dengan penyusunan skripsi serta beberapa literatur reviewe yang berhubungan dengan penelitian ini.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Metodologi penelitian adalah langkah sistematik yang ditempuh untuk mencapai tujuan dari topik pembahasan.

Motodologi penelitian ini berisi tentang jenis dan lokasi penelitian, populasi dan penarikan sampel, teknik pengumpulan data, skala pengukuran, operasional variabel, dan pengujian hipotesis.

(34)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada Bab ini hasil penelitian dan pembahsan ini membahas tentang gambaran umum lokasi penelitian, karakteristik responden, deskripsi variabel, hasil penelitian, hasil uji hipotesis serta hasil pembahasan.

BAB V PENUTUP

Pada Bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran dari hasil penelitian yang dilakukan.

(35)

15 BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Konsep Pendapatan 2.1.1 Pengertian Pendapatan

Dalam mengukur kondisi ekonomi seseorang atau rumah tangga, salah satu konsep pokok yang paling sering digunakan yaitu melalui tingkat pendapatan. Pendapatan menunjukkan seluruh uang atau hasil material lainnya yang dicapai dari penggunaan kekayaan atau jasa yang diterima oleh seseorang atau rumah tangga selama jangka waktu tertentu pada suatu kegiatan ekonomi (Winardi,2016;32). Dengan kata lain pendapatan dapat juga diuraikan sebagai keseluruhan penerimaan yang diterima pekerja, buruh atau rumah tangga, baik berupa fisik maupun non fisik selama ia melakukan pekerjaan pada suatu perusahaan instansi atau pendapatan selama ia bekerja atau berusaha. Setiap orang yang bekerja akan berusaha untuk memperoleh pendapatan dengan jumlah yang maksimum agar bisa memenuhi kebutuhan hidupnya.

Maksud utama para pekerja yang bersedia melakukan berbagai pekerjaan adalah untuk mendapatkan pendapatan yang cukup baginya, sehingga kebutuhan hidupnya ataupun rumah tangganya akan tercapai. Penduduk perkotaan umumnya dan golongan keluarga berpenghasilan rendah khususnya mempunyai berbagai sumber pendapatan. Pendapatan yang dimaksud dalam hal ini adalah pendapatan uang yang diterima dan diberikan kepada

(36)

subjek ekonomi berdasarkan prestasi- prestasi yang diserahkan, yaitu berupa pendapatan dari pekerjaan, pendapatan dari profesi yang diterima sendiri, usaha perseorangan dan pendapatan dari kekayaan, serta dari sektor subsisten, yaitu untuk bertahan hidup secara wajar dan didapatkannya suatu jaminan kebuthan primer.

Pendapatan subsisten adalah pendapatan yang diterima dari usaha- usaha tambahan yang tidak dipasarkan untuk memenuhi keperluan hidupnya sekeluarga (Mubyarto,2016;33). Pendapatan masyarakat dapat berasal dari bermacam-macam sumbernya, yaitu: ada yang disektor formal (gaji atau upah yang diterima secara bertahap), sektor informal (sebagai penghasilan tambahan dagang, tukang, buruh, dan lain-lain) dan di sektor subsisten (hasil usaha sendiri berupa tanaman, ternak, dan pemberian orang lain).

Pendapatan merupakan uang yang diterima oleh seseorang atau perusahaan dalam bentuk gaji (salaries), upah (wages), sewa (rent), bunga (interest), laba (profit), dan sebagainya, bersama-sama dengan tunjangan pengangguran, uang pensiun, dan lain sebagainya. Dalam analisis mikro ekonomi, istilah pendapatan khususnya dipakai berkenaan dengan aliran penghasilan dalam suatu periode waktu yang berasal dari penyediaan faktor-faktor produksi (sumber daya alam, tenaga kerja, dan modal) masing- masing dalam bentuk sewa, upah dan bunga, maupun laba, secara berurutan (Ardiansyah, 2016;34).

Menurut Ardiansyah (2016;34) pendapatan dibagi menjadi dua, yaitu pendapatan kotor dan pendapatan bersih. Pendapatan

(37)

kotor adalah hasil penjualan barang dagangan atau jumlah omset penjualan. Pendapatan bersih adalah penerimaan hasil penjualan dikurangi pembelian bahan, biaya transportasi, retribusi, dan biaya makan atau pendapatan total dimana total dari penerimaan revenue) dikurangi total biaya (cost). Besarnya pendapatan kotor ini akan berpengaruh langsung dengan pendapatan bersih per hari.

Secara garis besar pendapatan digolongkan menjadi tiga golongan Boediono (2014), yaitu:

1. Gaji dan Upah. Imbalan yang diperoleh setelah orang tersebut melakukan pekerjaan untuk orang lain yang diberikan dalam waktu satu hari, satu minggu maupun satu bulan.

2. Pendapatan dari Usaha Sendiri. Merupakan nilai total dari hasil produksi yang dikurangi dengan biaya-biaya yang dibayar dan usaha ini merupakan usaha milik sendiri atau keluarga dan tenaga kerja berasal dari anggota keluarga sendiri, nilai sewa kapital milik sendiri dan semua biaya ini biasanya tidak diperhitungkan.

3. Pendapatan dari Usaha Lain. Pendapatan yang diperoleh tanpa mencurahkan tenaga kerja, dan ini biasanya merupakan pendapatan sampingan antara lain, pendapatan dari hasil menyewakan asset yang dimiliki seperti rumah, ternak dan barang lain, bunga dari uang, sumbangan dari pihak lain, pendapatan dari pensiun, dan lain-lain.

(38)

Pendapatan adalah pendapatan uang yang diterima dan diberikan kepada subjek ekonomi berdasarkan prestasi-prestasi yang diserahkan yaitu berupa pendapatan dari profesi yang dilakukan sendiri atau usaha perorangan dan pendapatan dari kekayaan. Besarnya pendapatan seseorang bergantung pada jenis pekerjaannya (Sukirno:2006)

Soekartawi (2012) menjelaskan pendapatan akan mempengaruhi banyaknya barang yang dikonsumsikan, bahwa sering kali dijumpai dengan bertambahnya pendapatan, maka barang yang dikonsumsi bukan saja bertambah, tapi juga kualitas barang tersebut ikut menjadi perhatian. Misalnya sebelum adanya penambahan pendapatan beras yang dikonsumsikan adalah kualitas yang kurang baik, akan tetapi setelah adanya penambahan pendapatan maka konsumsi beras menjadi kualitas yang lebih baik

Tingkat pendapatan merupakan salah satu kriteria maju tidaknya suatu daerah. Bila pendapatan suatu daerah relatif rendah, dapat dikatakan bahwa kemajuan dan kesejahteraan tersebut akan rendah pula. Kelebihan dari konsumsi maka akan disimpan pada bank yang tujuannya adalah untuk berjaga-jaga apabila baik kemajuan dibidang pendidikan, produksi dan sebagainya juga mempengaruhi tingkat tabungan masyarakat. Demikian pula hanya bila pendapatan masyarakat suatu daerah relatif tinggi, maka tingkat kesejahteraan dan kemajuan daerah tersebut tinggi pula (Danil,2013)

(39)

Menurut Yulida (2012;139) pendapatan perseorangan adalah jumlah pendapatan yang diterima setiap orang dalam masyarakat yang sebelum dikurangi transfer payment. Transfer Payment yaitu pendapatan yang tidak berdasarkan balas jasa dalam proses produksi dalam tahun yang bersangkutan.

Pendapatan dibedakan menjadi:

1. Pendapatan asli yaitu pendapatan yang diterima oleh setiap orang yang langsung ikut serta dalam produksi barang.

2. Pendapatan turunan (sekunder) yaitu pendapatan dari golongan penduduk lainnya yang tidak langsung ikut serta dalam produksi barang seperti dokter,ahli hukum dan pegawai negeri.

Sedangkan pendapatan menurut perolehannya dibedakan menjadi:

1. Pendapatan kotor yaitu pendapatan yang diperoleh sebelum dikurangi pengeluaran dan biaya–biaya.

2. Pendapatan bersih yaitu pendapatan yang diperoleh sesudah dikurangi pengeluaran dan biaya-biaya.

Sedangkan pendapatan menurut bentuknya dibedakan menjadi:

1. Pendapatan berupa uang adalah segala penghasilan yang sifatnya reguler dan yang diterima biasanya sebagai balas jasa, sumber utamanya berupa gaji,upah, bangunan, pendapatan bersih dari usaha sendiri dan pendapatan dari penjualan seperti hasil sewa, jaminan sosial, premi asuransi.

(40)

2. Pendapatan berupa barang adalah segala penghasilan yang sifatnya regular dan biasanya tidak berbentuk balas jasa dan diterima dalam bentuk barang.

Menurut Sukirno (2010:47) pendapatan adalah jumlah penghasilan yang diterima oleh penduduk atas prestasi kerjanya selama satu periode tertentu, baik harian, mingguan, bulanan ataupun tahunan. Beberapa klasifikasi pendapatan antara lain: 1) Pendapatan pribadi, yaitu; semua jenis pendapatan yang diperoleh tanpa memberikan suatu kegiatan apapun yang diterima penduduk suatu negara. 2) Pendapatan disposibel, yaitu; pendapatan pribadi dikurangi pajak yang harus dibayarkan oleh para penerima pendapatan, sisa pendapatan yang siap dibelanjakan inilah yang dinamakan pendapatan disposibel. 3) Pendapatan nasional, yaitu;

nilai seluruh barang-barang jadi dan jasa-jasa yang diproduksikan oleh suatu Negara dalam satu tahun.

Menurut Briz (2019) pendapatan disposibel adalah personal income (PI) setelah dikurangi pajak langsung. pajak langsung minsalnya pajak bumi dan pajak bangunan, pajak kendaraan bermotor dan lain sebagainya.Disposible Income merupakan pendapatan yang siap digunakan , baik untuk keperluan konsumsi atau tabungan

Pendapatan dapat diartikan juga sebagai hasil dari penjualan baik itu berupa uang atau barang yang diterima dan merupakan balas jasa untuk faktor-faktor produksi. Upaya peningkatan pendapatan ini ditempuh melalui usaha produktivitas seluruh

(41)

sumber daya manusia yang ada dalam keluarga. Pendapatan rumah tangga adalah penghasilan dari keseluruhan anggota rumah tangga yang disumbangkan untuk memenuhi keluarga ataupun perorangan anggota rumah tangga. Pendapatan seseorang dapat berubah-ubah dari waktu kewaktu sesuai kemampuan mereka. Oleh sebab itu, dengan berubahnya pendapatan seseorang akan berubah pula besarnya pengeluaran mereka untuk konsumsi suatu barang. Jadi pendapatan merupakan faktor yang penting dalam mempengaruhi konsumsi seseorang atau masyarakat terhadap suatu barang.

Pendapatan perkapita menurut Sukirno (2004) mengatakan bahwa pendapatan rata-rata penduduk suatu negara atau daerah pada suatu periode tertentu yang biasanya satu tahun. pendapatan perkapita dihitung berdasrkan pendapatan daerah dibagi dengan jumlah penduduk. Pendapatan perkapita sering digunakan sebagai ukuran kemakmuran dan tingkat pembangunan suatu negaramaupun daerah. Dalam hal ini pendapatan per kapita determinan potensi ekonomi yang penting selain luas Negara serta penduduk suatu Negara (Todaro,2011:25). Rendahnya pertumbuhan pendapatan per kapita disuatu Negara berarti juga mencerminkan rendahnya pertumbuhan GNP dan ini terjadi pada Negara-negara yang sedang berkembang.

Usaha-usaha untuk meningkatkan pendapatan per kapita masyarakat, yaitu dengan cara menyediakan lapangan pekerjaan yang memadai, menggalakkan program kerja berencana dan yang terakhir transfer pemerintah kepada golongan-golongan masyarakat

(42)

yang berpendapatan rendah. Dengan menggunakan pajak yang efektif untuk membiayai transfer tersebut sekaligus untuk mengurangi perbedaan kemakmuran antar anggota masyarakat.

Menurut Sukirno (2010:89) Pendapatan nasional dapat ditentukan dengan tiga cara, yaitu: Cara produksi neto, output / produk dalam negari dari barang-barang dan jasa-jasa yang diproduksi oleh perusahaan-perusahaan dalam suatu Negara. Total output ini tidak mencakup nilai barang-barang dan jasa-jasa yang diimpor. Untuk mendapatkan produk nasional bruto, produk domestik bruto harus ditambah dengan pendapatan bersih yang diterima dari luar negeri.

Cara pendapatan, total pendapatan yang diterima penduduk suatu Negara sebagai balas jasa dari produksi barang dan jasa yang sedang berlangsung. Pendapatan ini disebut pendapatan faktor, sebab ditambahkan pada faktor-faktor produksi, dan pembayaran transfer (transfer payment) tidak dimasukkan dalam perhitungan, seperti tunjangan sakit, tunjangan pengangguran dimana tidak ada barang atau jasa yang diterima sebagai imbalannya.

Ada dua hal yang perlu diperhatikan pada saat suatu pendapatan diakui yaitu pengukuran pendapatan dengan satuan atau ukuran moneter dan penetapan waktu bahwa pendapatan tersebut dapat dilaporkan sebagai pendapatan. Ikatan Akuntan Indonesia (2002:23) memberikan ketentuan mengenai pengukuran pendapatan yang dinyatakan dalam Standar Akuntansi Keuangan yang isinya sebagai berikut:“Pendapatan harus diukur dengan nilai wajar

(43)

imbalan yang dapat diterima, jumlah pendapatan yang timbul dari suatu transaksi biasanya ditentukan oleh persetujuan antara perusahaan pembeli atau pemakai perusahaan tersebut. Jumlah tersebut, dapat diukur dengan nilai wajar imbalan yang diterima atau yang dapat diterima perusahaan dikurangi jumlah diskon dagang dan rabat volume yang diperbolehkan perusahaan”.

Biro pusat statistik merinci pendapatan dalam kategori sebagai berikut :

a. Pendapatan berupa uang, yaitu pendapatan dari : 1. Gaji dan upah

2. Usaha sendiri 3. Hasil investasi 4. Keuntungan sosial

b. Pendapatan berupa barang yaitu pendapatan yang berupa : 1. Bagian pembayaran upah dari gaji yang dibentuk dalam :

bonus, pengobatan, transportasi, perumahan, rekreasi.

2. Barang yang diproduksi dan dikonsumsi di rumah

c. Pendapatan yang bukan merupakan pandapatan adalah, yaitu penerimaan yang berupa : pengambilan tabungan, penjualanbarang-barang yang dipakai, penagihan piutang, pinjaman utang, kiriman uang, warisan.

Menurut Tika, (2010:29), membagi pendapatan menjadi dua macam yaitu:

a. Pendapatan perorangan, yaitu pendapatan yang dihasilkan oleh atau dibayarkan kepada perorangan sebelum dikurangi

(44)

dengan pajak penghasilan perorangan. Sebagian dari pendapatan dialokasikan untuk pajak, sebagian ditabung oleh rumah tangga, yaitu pendapatan perorangan dikurangi dengan pajak penghasilan.

b. Pendapatan Disposable, merupakan pendapatan saat ini yang dapat dibelanjakan atau ditabung oleh rumah tangga;

yaitu pendapatan perorangan dikurangi dengan pajak penghasilan.

Sedangkan menurut Artaman (2015), yaitu

1. Gaji dan Upah. Imbalan yang diperoleh setelah orang tersebut melakukan pekerjaan untuk orang lain yang diberikan dalam waktu satu hari, satu minggu maupun satu bulan.

2. Pendapatan dari usaha sendiri. Merupakan nilai total dari hasil produksi yang dikurangi dengan biaya – biaya yang dibayar dan usaha ini merupakan usaha milik sendiri atau keluarga dan tenaga kerja berasal dari anggota keluarga sendiri, nilai sewa kapital milik sendiri dan semua biaya ini biasanya tidak diperhitungkan.

3. Pendapatan dari usaha lain. Pendapatan yang diperoleh tanpa mencurahkan tenaga kerja dan ini biasanya merupakan pendapatan sampingan antara lain yaitu pendapatan dari hasil menyewakan aset yang dimiliki seperti rumah, ternak dan barang lain, bunga dari uang, sumbangan dari pihak lain dan pendapatan dari pensiun.

(45)

Berdasarkan pengertian menurut para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa pendapatan adalah arus kas masuk yang berasal dari kegiatan normal perusahaan dalam penciptaan barang atau jasa yang mengakibatkan kenaikan aktiva dan penurunan kewajiban.

Sedangkan menurut Boediono pendapatan seseorang dipengaruhi oleh bebera pa faktor, antara lain dipengaruh (Boediono:2002)

1) Jumlah faktor-faktor produksi yang dimiliki yang bersumber pada, hasil-hasil tabungan tahun ini dan warisan atau pemberian.

2) Harga per unit dari masing-masing faktor produksi, harga ini ditentukan oleh penawaran dan permintaan di pasar faktor produksi.

3) Hasil kegiatan anggota keluarga sebagai pekerjaan sampingan. Tingkat pendapatan mempengaruhi tingkat konsumsi masyarakat. Hubungan antara pendapatan dan konsumsi merupakan suatu hal yang sangat penting dalam berbagai permasalahan ekonomi.

Kenyataan menunjukkan bahwa pengeluaran konsumsi meningkat dengan naiknya pendapatan, dan sebaliknya jika pendapatan turun, pengeluaran konsumsi juga turun. Tinggi rendahnya pengeluaran sangat tergantung kepada kemampuan keluarga dalam mengelola penerimaan atau pendapatannya (Danil,2013)

Seorang pengusaha dalam melakukan usahanya akan selalu berfikir bagaimana mengalokasikan input seefektif dan seefisien

(46)

mungkin untuk memperoleh hasil maksimal dan memaksimumkan keuntungan atau pendapatan. Namun, islam tidak menyukai atas pembuatan memaksimalkan pendapatan demikian. Bagaimanapun juga, praktik mamaksimalisasi pendapatan (laba) yang saat ini terlalu berlebihan dalam menekan efisiensi ekonomi dan tidak mengindahkan implikasi yang kurang baik pada ekonomi.

2.1.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan

Tingkat pendapatan dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain: jumlah tenaga kerja, jam kerja, modal usaha, dan pengalaman usaha. Hal-hal yang mempengaruhi pendapatan menurut Oktariana (2007) ditentukan bahwa dengan modal yang ralatif besar akan memungkinkan suatu unit penjualan menambah variasi komoditas dagangannya. Dengan cara ini berarti akan semakin memungkinkan diraihnya pendapatan yang lebih besar.

Menurut Oktarina (2007) bahwa penggunaan tenaga kerja dapat pula meningkatkan pendapatan karena dengan tambahan jumlah tenaga kerja akan memungkinkan adanya pelayanan yang lebih baik kepada konsumen, baik dalam arti kualitas maupun kuantitas pelayanan. Melalui cara ini maka akan dapat memikat jumlah pelanggan yang lebih banyak dan lebih memungkinkan terpeliharanya loyalitas pelanggan, dan akhirnya akan meningkatkan pendapatan. Menurut Oktarina (2007) Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pendapatan adalah:

(47)

a. Faktor tenaga kerja, dalam hal ini tenaga kerja yang diukur dengan jumlah tenaga kerja yang digunakan.

b. Faktor alam, seperti tersedianya bahan baku untuk proses produksi.

c. Faktor modal, modal yang digunakan untuk menjalankan suatu usaha, terutama modal kerja untuk kegiatan operasi sehari-hari.

d. Faktor keahlian, keahlian dalam hal ini ditunjukkan dengan keterampilan kewirausahaan seorang pengusaha, semakin lama seorang pengusaha menekuni usahanya, maka akan semakin memiliki ketrampilan kewirausahaan yang tinggi Pendapatan merupakan semua penerimaan seseorang sebagai balas jasanya dalam proses produksi. Balas jasa tersebut bisa berupa upah, bunga, sewa, maupun, laba tergantung pada faktor produksi pada yang dilibatkan dalam proses produksi (Sudremi, 2007:133). Dengan kata lain, pendapatan adalah sejumlah dana yang diperolah dari pemanfaatan faktor produksi yang dimiliki.

Oleh karena itu, menurut Sudremi (2007:133) sumber pendapatan tersebut meliputi :

1) Sewa kekayaan yang digunakan oleh orang lain, misalnya menyewakan rumah, tanah.

2) Upah atau gaji karena bekerja kepada orang lain ataupun menjadi pegawai negeri.

(48)

3) Bunga karena menanamkan modal di bank ataupun perusahaan, misalnya mendepositokan uang di bank dan membeli saham.

4) Hasil dari usaha wiraswasta, misalnya berdagang, bertenak, mendirikan perusahaan, ataupun bertani.

Pendapatan atau income merupakan uang yang diterima oleh seseorang dari perusahaan dalam bentuk gaji, upah, sewa, bunga dan laba termasuk juga beragam tunjangan, seperti kesehatan dan pensiun (Adji,2004:3). Masyarakat yang mempunyai penghasilan yang kecil, hasil dari pekerjaannya hanya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Untuk keluarga yang berpenghasilan menengah mereka lebih terarah kepada pemenuhan kebutuhan pokok yang layak seperti makan, pakaian, perumahan, pendidikan dan lain-lain. Sedangkan keluarga yang berpenghasilan tinggi dan berkecukupan mereka akan memenuhi segala keinginan yang mereka inginkan termasuk keinginan untuk menyekolahkan anak mereka ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Masyarakat membutuhkan biaya yang tidak kecil untuk menyekolahkan anaknya, sehingga membutuhkan suatu pengorbanan pendidikan.

Pengorbanan pendidikan itu dianggap sebagai suatu investasi di masa depan. Pembiayaan yang dialokasikan untuk pendidikan tidak semata-semata bersifat konsumtif, tetapi lebih merupakan suatu investasi dalam rangka meningkatkan kapasitas tenaga kerja untuk menghasilkan barang dan jasa. Pendidikan di sekolah merupakan

(49)

salah satu bagian investasi dalam rangka meningkatkan kemampuan sumber daya manusia.

Pendapatan masyarakat adalah penerimaan sari gaji atau balas dari hasil yang diperoleh individu atau kelompok rumah tangga dalam satu bulan dan digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari (Soekartawi,2002:132). menjelaskan pendapatan akan mempengaruhi banyaknya barang yang dikonsumsi, bahwa sering kali dijumpai dengan bertambahnya pendapatan, maka barang yang dikonsumsi bukan saja bertambah, tapi juga kualitas barang tersebut ikut menjadi perhatian. Misalnya sebelum adanya penambahan pendapatan beras yang dikonsumsi adalah kualitas yang kurang baik, akan tetapi setelah adanya penambahan pendapatan maka konsumsi beras menjadi kualitas yang lebih baik.

Tinggi rendahnya pengeluaran sangat tergantung kepada kemampuan keluarga dalam mengelola penerimaan atau pendapatannya. Selain itu pengalaman berusaha juga mempengaruhi pendapatan. Semakin baiknya pengalaman usaha seseorang maka semakin berpeluang dalam meningkatkan pendapatan. Karena seseorang atau kelompok memiliki kelebihan keterampilan dalam meningkatkan aktifitas sehingga pendapatan turut meningkat. Usaha meningkatkan pendapatan masyarakat dapat dilakukan dengan pemberantasan kemiskinan yaitu membina masyarakat, kelompok masyarakat dapat dikembangkan dengan pemodalan modal kerja.

(50)

2.1.3 Pengertian Distribusi Pendapatan

Distribusi pendapatan adalah penyaluran atau pembelanjaan masyarakat untuk kebutuhan konsumsi. Kurangnya distribusi pendapatan dapat menimbulkan daya beli rendah, terjadinya tingkat kemiskinan, ketidakadilan, kelaparan dan lain-lain yang akhirnya akan menimbulkan anti pati golongan masyarakat yang berpendapatan rendah terhadap yang berpendapatan tinggi, sehingga akan menimbulkan kecemburuan sosial di dalam masyarakat.

Kata distribusi mengandung arti pembagian atau pemerataan, dan pendapatan dapat diartikan sebagai suatu yang diperoleh atau yang dihasilkan dari suatu kegiatan usaha. Jadi distribusi pendapatan secara umum dapat diartikan sebagai pembagian atau pemerataan hasil yang diperoleh dari suatu kegiatan usaha, distribusi pendapatan merupakan salah satu aspek kemiskinan yang perlu dilihat, karena pada dasarnya ini merupakan ukuran kemiskinan relatif. Karena kemiskinan didefinisikan sebagai kurangnya pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup.

Pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi belum dapat membawa yang tinggi akan cenderung menimbulkan ketimpangan dalam pendapatan sehingga mengakibatkan adanya kemiskinan. Karena itu pemerintah berusaha untuk mengurangi kemiskinan dan kemerataan pendapatan melalui delapan jalur pemerataan yaitu :

(51)

1. Pemerataan pemenuhan kebutuhan dasar sangat banyak khususnya pangan, sandang dan perumahan.

2. Pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan pelayanan kesehatan.

3. Pemerataan pembagian pendapatan.

4. Pemerataan kesempatan kerja.

5. Pemeratan kesempatan berusaha.

6. Pemerataan partisipasi dalam pembangunan khususnya bagi generasi mudah dan wanita.

7. Pemerintah penyebaran pembangunan di seluruh wilayah tanah air.

Pemeraaan memperoleh keadilan

Menurut Sukirno (2010) distribusi pendapatan terdapat dua yaitu distribusi pendapatan relatif yang merupakan perbandingan antara total pendapatan yang sudah diterima oleh sekelompok penerima pendapatan tersebut, sedangkan distribusi pendapatan mutlak merupakan persentase masyarakat yang mendapatkan pendapatan yang mencapai pendapatan yang tertentu ataupun kurang dari padanya. Pemetaan dalam distribusi pendapatan dalam distribusi pendapatan ada tiga kategori yaitu pembagian distribusi pendapatan antar golongan masyarakat pebagian distribusi pendapatan antardaerah desa dan kota, serta pembagian distribui pendapatan antar wilayah kabupaten/kota (Dumairy, 2006).

Distribusi pendapatan merupakan masalah yang jadi

(52)

perhatian di Negara Sedang Berkembang, banyak negara yang sedang berkembang yang mengalami tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi tapi diiringi dengan meningkatnya tingkat pengangguran di daerah pedesaan maupun perkotaan. Distribusi pendapatan antara kelompok kaya dengan kelompok miskin semakin senjang. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi ternyata telah gagal untuk mengurangi luasnya kemiskinan absolut di Negara Sedang Berkembang.

Menurut Sukirno (2010), pada dasarnya distribusi pendapatan merupakan suatu konsep yang membahas tentang penyebaran pendapatan setiap orang atau rumah tangga dalam masyarakat. Terdapat dua konsep pokok mengenai pengukuran distribusi pendapatan, yaitu konsep ketimpangan absolut dan konsep ketimpangan relatif. Konsep ketimpangan absolut merupakan konsep pengukuran ketimpangan yang menggunakan parameter dengan suatu nilai mutlak (Sukirno,2010). Sedangkan konsep ketimpangan relatif merupakan konsep pengukuran ketimpangan distribusi pendapatan yang membandingkan besarnya pendapatan yang diterima oleh seseorang atau sekelompok anggota masyarakat dengan besarnya total pendapatan yang diterima oleh masyarakat secara keseluruhan (Sukirno,2010). Menurut Sukirno (2013), distribusi pendapatan merupakan salah satu aspek dalam masalah kemiskinan yang perlu diperhatikan karena pada dasarnya distribusi pendapatan merupakan ukuran kemiskinan relatif.

Terdapat dua kategori tingkat kemiskinan yakni kemiskinan absolut

(53)

dan kemiskinan relatif. Kemiskinan absolut adalah kondisi dimana tingkat pendapatan yang diterima seseorang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok. Kemiskinan relatif adalah perhitungan kemiskinan berdasarkan proporsi distribusi pendapatan daerah (Sukirno, 2010). Teori ketimpangan distribusi pendapatan dapat dikatakan dimulai dari munculnya suatu hipotesis yaitu hipotesis

“U-terbalik” yang dikemukakan oleh Simon Kuznet tahun 1955.

(Kuznet,2006) menyatakan bahwa mula-mula ketika pemangunan dimulai, distribusi pendapatan akan makin tidak merata, namun setelah mencapai suatu tingkat pembangunan tertentu, distribusi pendapatan akan makin merata.

2.1.4 Faktor Yang Menyebabkan Ketidakmerataan Distribusi Pendapatan

Menurut Arsyad (2004) mengemukakan delapan faktor yang menyebabkan ketidakmerataan distribusi pendapatan di negara- negara sedang berkembang, yaitu:

1. Pertambahan penduduk yang tinggi dapat mengakibatkan penurunan pendapatan perkapita

2. Inflasi, dimana pendapatan uang bertambah tetapi tidak diikuti secara proporsional dengan pertambahan produksi barang- barang.

3. Ketidak merataan pembangunan daerah

4. Investasi yang sangat banyak dalam proyek-proyek yang padat modal (capital Intensive) sehingga presentase pendapatan

(54)

modal dari tambahan harta lebih besar dibandingkan dengan presentase pendapatan dari kerja, sehingga pengangguran bertambah

5. Rendahnya mobilitas sosial

6. Pelaksanaan kebijakan industri subtitusi impor yang mengakibatkan kenaikan harga-harga barang hasil industri untuk melindungi usaha golongan kapitalis

7. Memburuknya nilai tukar (term of trade) bagi negara-negara sedang berkembang dalam perdagangan dengan negara maju, sebagai akibat ketidakelastisan permintaan negara-negara terhadap barang ekspor dari negara-negara sedang berkembang 8. Memburuknya industry kerajinan rakyat seperti pertukangan,

industry rumah tangga dan lain-lain.

Beberapa faktor utama yang menyebabkan terjadinya ketimpangan antar wilayah menurut Sjafrizal (2012) yaitu :

1. Perbedaan Kandungan Sumber Daya Alam

Perbedaan kandungan sumber daya alam akan mempengaruhi kegiatan produksi pada daerah bersangkutan.

Daerah dengan kandungan sumber daya alam cukup tinggi akan dapat memproduksi barang-barang tertentu dengan biaya relative murah dibandingkan dengan daerah lain yang mempunyai kandungan sumber daya alam lebih rendah.

Kondisi ini mendorong pertumbuhan ekonomi daerah bersangkutan lebih cepat

(55)

2. Perbedaan Kondisi Demografis

Perbedaan kondisi demografis meliputi perbedaan tingkat pertumbuhan dan struktur kependudukan, perbedaan tingkat pendidikan dan kesehatan, perbedaan kondisi ketenagakerjaan dan perbedaan dalam tingkah laku dan kebiasaan serta etos kerja yang dimiliki masyarakat daerah yang bersangkutan.Kondisi demografis akan berpengaruh terhadap produktivitas kerja masyarakat setempat. Daerah dengan kondisi demografis yang baik akan cenderung mempunyai produktivitas kerja yang lebih tinggi sehingga hal ini akan mendorong peningkatan investasi yang selanjutnya akan meningkatkan penyediaan lapangan kerja dan pertumbuhan ekonomi daerah tersebut.

3. Kurang lancarnya mobilitas barang dan jasa

Mobilitas barang dan jasa meliputi kegiatan perdagangan antar daerah dan migrasi baik yang disponsori oleh pemerintah (transmigrasi) atau migrasi spontan. Alasannya adalah apabila mobilitas kurang lancer maka kelebihan produksi suatu daerah tidak dapat dijual ke daerah lain yang membutuhkan. Akibatnya adalah ketimpangan pembangunan antar wilayah akan cenderung tinggi, sehingga daerah terbelakang sulit mendorong proses pembangunannya.

4. Konsentrasi kegiatan ekonomi wilayah

Pertumbuhan ekonomi wilayahakan cenderung lebih cepat pada suatu daerah dimana konsentrasi kegiatan

(56)

ekonominya cukup besar. Kondisi inilah yang selanjutnya akan mendorong proses pembangunan daerah melalui peningkatan penyediaan lapangan kerja dan tingkat pendapatan masyarakat.

5. Alokasi dana pembangunan antar wilayah

Alokasi dana ini bisa berasal dari pemerintah maupun swasta. Pada sistem pemerintahan otonomi maka dana pemerintah akan lebih banyak dialokasikan ke daerah sehingga ketimpangan pembangunan antar wilayah akan cenderung lebih rendah. Untuk investasi swasta lebih banyak ditentukan oleh kekuatan pasar, dimana keuntungan lokasi yang dimiliki oleh suatu daerah merupakan kekuatan yang berperan banyak dalam menarik investasi swasta. Keuntungan lokasi ditentukan oleh biaya transport baik bahan baku dan hasil produksi yang harus dikeluarkan pengusaha, perbedaan upah buruh, konsentrasi pasar,tingkat persaingan usaha dan sewa tanah. Oleh karena itu investasi akan cenderung lebih banyak di daerah perkotaan dibandingkan dengan daerah pedesaan.

2.2 Pengertian Ketimpangan

Ketimpangan ekonomi adalah keadaan yang tidak seimbang di masyarakat yang mengakibatkan perbedaan yang mencolok terutama berkaitan dengan perbedaan penghasilan yang sangat tinggi antara masyarakat kelas atas dan kelas bawah.atau pun perbedaan pembangunan ekonomi antar suatu wilayah dengan wilayah lainnya secara vertikal dan horizontal yang menyebabkan

(57)

disparitas atau ketidakpemerataan pembangunan. Salah satu tujuan pembangunan ekonomi daerah adalah untuk mengurangi ketimpangan (disparity). Peningkatan pendapatan per kapita memang menunjukkan tingkat kemajuan perekonomian suatu daerah. Namun meningkatnya pendapatan per kapita tidak selamanya menunjukkan bahwa distribusi pendapatan lebih merata.

Seringkali di negara-negar berkembang dalam perekonomiannya lebih menekankan penggunaan modal dari pada tenaga kerja sehingga keuntungan dari perekonomian tersebut hanya dinikmati sebagian masyarakatsaja. Apabila ternyata pendapatan nasional tidak dinikmati secara merata oleh seluruh lapisan masyarakat, maka dapat dikatakan bahwa telah terjadi ketimpangan.

Menurut Kuncoro (2006) menyatakan bahwa ketimpangan mengacu pada standar hidup yang relatif pada seluruh masyarakat, karena kesenjangan antar wilayah yaitu adanya perbedaan faktor produksi dan sumber daya yang tersedia.

Perbedaan ini yang menyebabkan tingkat pembangunan dan distribusi pendapatan di setiap wilayah berbeda-beda, sehingga menimbulkan adanya gap atau jurang kesejahteraan di berbagai wilayah tersebut.

Ketimpangan atau disparitas antar daerah merupakan hal yang umum terjadi dalam kegiatan ekonomi suatu daerah. Hal ini terjadi karena adanya perbedaan kandungan sumber daya alam dan perbedaan kondisi demografi yang terdapat pada masing-masing wilayah. Perbedaan ini yang membuat kemampuan suatu daerah

(58)

dalam mendorong proses pembangunan juga menjadi berbeda.

Menurut Kuncoro (2006), ketimpangan mengacu pada standar hidup yang relatif pada seluruh masyarakat. Perbedaan ini yang membuat tingkat pembangunan di berbagai wilayah dan daerah berbeda-beda, sehingga menimbulkan gap atau jurang kesejahteraan di berbagai wilayah tersebut (Sukirno, 2010). Berikut beberapa definisi ketimpangan menurut teori para ahli :

1. Menurut Winarno (2010) ketimpangan merupakan akibat dari kegagalan pembangunan di era globalisasi untuk memenuhi kebutuhan fisik dan psikis warga masyarakat.

2. Menurut Jonathan (2012) ketimpangan adalah bentuk- bentuk ketidakadilan yang terjadi dalam proses pembangunan.

3. Roichatul Aswidah (2014) ketimpangan sering dipandang sebagai dampak residual dari proses pertumbuhan ekonomi.

Ketimpangan ekonomi adalah perbedaan pembangunan ekonomi antar suatu wilayah dengan wilayah lainnya secara vertikal dan horizontal yang menyebabkan disparitas atau ketidak pemerataan pembangunan. Salah satu tujuan pembangunan ekonomi adalah untuk mengurangi ketimpangan. Peningkatan pendapatan perkapita memang menunjukkan tingkat kemajuan perekonomian suatu daerah.

Namun meningkatnya pendapatan perkapita tidak selamanya menunjukkan bahwa distribusi pendapatan lebih merata.

(59)

2.2.1 Ketimpangan Pendapatan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, ketimpangan merupakan hal yang tidak sebagaimana mestinya seperti tidak adil, tidak beres. Sedangkan, pendapatan adalah seluruh penghasilan yang diterima baik sektor formal maupun non formal yang terhitung dalaam jangka waktu tertentu . Pengertian pendapatan menurut Soediyono (2010) adalah jumlah penghasilan yang diterima oleh para anggota masyarakat dalam waktu tertentu sebagai balas jasa atas faktor-faktor produksi nasional. Masalah ketimpangan pendapatan sering juga diartikan bahwa pendapatan riil dari yang kaya terus bertambah sedangkan yang miskin terus berkurang. Ini berarti bahwa pendapatan riil dari yang kaya tumbuh lebih cepat dari pada yang miskin. Ketimpangan pendapatan adalah perbedaan jumlah pendapatan yang diterima oleh masyarakat,sehingga mengakibatkan perbedaan pendapatan yang lebih bear antara golongan dalam masyarakat tersebut. Ketimpangan antar daerah merupakan hal yang umum terjadi dalam kegiatan ekonomi suatu daerah. Hal ini terjadi karena adanya perbedaan kandungan sumber daya alam dan perbedaan kondisi demografi yang terdapat pada masing-masing wilayah. Maka perbedaan ini yang membuat kemampuan suatu daerah dalam mendorong proses pembangunan juga menjadi berbeda.

Permasalahan ekonomi yang terkait dengan ketimpangan juga turut dialami oleh Indonesia. Ketimpangan distribusi pendapatan di Indonesia masih terbilang tinggi jika dibandingkan

Referensi

Dokumen terkait

2) Sertifikat Badan Usaha (SBU) kualifikasi Usaha Kecil, dengan klasifikasi Bangunan Sipil - Subklasifikasi Jasa Pelaksana untuk Konstruksi Jalan Raya (kecuali

Dalam mengatasi ketidakakuratan tersebut maka akan dilakukan analisa dan pengidentifikasian citra objek tulang manusia dengan beberapa tahapan analisa yaitu proses threshold,

Pada tanggal 31 Desember 2015 dan 2014, Kelompok Usaha hanya memiliki liabilitas keuangan yang diukur dengan biaya perolehan diamortisasi yang terdiri dari hutang usaha,

Analisis komprehensif dari hasil temuan dlapangan serta wawancara dapat diuraikan upaya peningkatan kualitas pelayanan publik di Desa Potanga telah memenuhi 14

Some part of the cognitive computing could work as plain artificial intelligence, and some could perform machine learning activities; overall, the machine with capabilities of

Konseptual Materi Teorema Phytagoras Ditinjau Dari Gaya Belajar Siswa. di Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Kota Blitar Tahun

Rafiloza menambahkan Galuik Balam dalam konteks pertunjukan ini adalah estetika yang melekat dalam realitas, dendang Balam-balam, ritual anak balam menjadi materi dalam

Penelitian ini berjudul “Pelarasan Celempong dalam Kesenian Gondang Oguong di Wilayah Adat Limo Koto Kabupaten Kampar”, bertujuan membuktikan kekhasan pelarasan yang dimiliki