• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan pesantren yang memberikan pendidikan dan pengajaran agama Islam dengan cara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan pesantren yang memberikan pendidikan dan pengajaran agama Islam dengan cara"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pondok pesantren adalah lembaga pendidikan gabungan antara sistem pondok dan pesantren yang memberikan pendidikan dan pengajaran agama Islam dengan cara non klasikal. Para santri disediakan pondok serta penyelenggaraan pendidikan formal berbentuk madrasah (Departemen Agama RI, 2003). Pondok pesantren masih menjadi tempat belajar mengajar yang menjadi pilihan banyak masyarakat, salah satunya adalah pondok pesantren An Nawawi. Pondok pesantren tersebut merupakan salah satu pondok pesantren besar di Kabupaten Purworejo dengan banyak santri karena memiliki sekolah dari jenjang madrasah diniyah hingga perguruan tinggi.

Pondok pesantren tersebut juga memiliki asrama yang menjadi tempat tinggal para santri baik yang berasal dari Kabupaten Purworejo maupun dari daerah lain.

Banyaknya santri yang tinggal menetap di pondok pesantren An Nawawi menyebabkan kepadatan hunian yang tinggi dan berpengaruh terhadap kesehatan para santri. Salah satu masalah kesehatan yang terjadi yaitu adanya penyakit skabies.

Menurut Sudirman (2006), penyakit skabies sering terjadi pada orang-orang yang hidup dalam lingkungan yang berkelompok atau tertutup seperti panti asuhan, rumah sakit karantina, pesantren, penjara, barak tentara dan sebagainya. Berdasarkan keterangan pengasuh pondok pesantren putri, banyak santri pondok pesantren An Nawawi yang menderita penyakit gatal terutama pada malam hari dan timbul bintik

1

(2)

merah di sekitar pergelangan tangan. Gejala penyakit tersebut seperti salah satu gejala pada penyakit skabies.

Skabies atau penyakit kudis adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi S. scabiei varietas hominis. Gejala klinis yang ditimbulkan adalah gatal-gatal terutama pada malam hari (pruritus nocturna). Tanda klinis yang muncul berupa papula atau vesikel yang puncaknya terdapat gambaran yang sebenarnya merupakan terowongan (Gandahusada, et al., 1998). Penyakit ini merupakan penyakit zoonosis yang menyerang kulit, mudah menular dari manusia ke manusia, dari hewan ke manusia atau sebaliknya dan dapat mengenai semua ras dan golongan di seluruh dunia (Buchart, 1997; Rosendal 1997).

Jumlah kejadian skabies yang tinggi masih ditemukan hampir pada semua negara di seluruh dunia dengan angka prevalensi yang bervariasi (Mansyur et al., 2006). Angka prevalensi yang terjadi di seluruh dunia diperkirakan mencapai 300 juta kasus setiap tahunnya (Chosidow, 2006). Di beberapa negara berkembang prevalensinya dilaporkan 6-27% populasi umum dan insidens tertinggi terjadi pada anak usia sekolah dan remaja. Angka kejadian penyakit skabies sering terjadi pada anak-anak usia sekolah, prevalensi skabies tertinggi dijumpai pada anak-anak berumur kurang dari 15 tahun (Sungkar, 1995; Mansyur et al., 2006). Prevalensi skabies di seluruh Indonesia antara 4,6% - 12,95% (Depkes RI, 1987 dalam Wahjoedi, 2008). Skabies menduduki peringkat ke-7 dari 10 penyakit utama di Puskesmas dan menempati urutan ke-3 dari penyakit kulit tersering di Indonesia.

(3)

Sanitasi lingkungan di beberapa pondok pesantren yang kurang terjaga kebersihannya merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi penularan skabies.

Salah satu indikasi ruangan yang tidak bersih adalah adanya debu dalam ruangan.

Menurut Lestari (2013), pada debu rumah terdapat tungau debu rumah (TDR) Dermatophagoides sp. Pola makan tungau tersebut adalah dengan memakan serpihan kulit mati. Tungau debu rumah (TDR) Dermatophagoides sp berperan dalam memutuskan lingkaran hidup S. scabiei yang terlepas dari tubuh penderita skabies bersama serpihan-serpihan kulit yang lepas dari penderita skabies ketika penderita skabies menggaruk-garuk kulitnya.

Penelitian tentang penyakit skabies di Kabupaten Purworejo belum pernah dilakukan terutama di Pondok Pesantren An Nawawi Berjan. Berdasarkan survei awal yang telah dilakukan peneliti di Pondok Pesantren An Nawawi Berjan pada bulan Oktober 2013, banyak santri penderita penyakit skabies. Menurut keterangan pengasuh pondok pesantren putri belum ada data tertulis mengenai jumlah santri yang menderita skabies, meskipun banyak santri yang tinggal di pondok pesantren tersebut mengalami gejala seperti pada penyakit skabies. Penanganan lebih lanjut untuk mengobati penyakit skabies belum pernah dilakukan, karena penyakit tersebut dianggap penyakit yang wajar dan sering terjadi pada setiap santri yang tinggal di pondok pesantren.

Jumlah penderita skabies semakin meningkat dari waktu ke waktu. Penyakit ini dapat menurunkan produktivitas para santri karena rasa gatal terutama pada malam hari dapat mengganggu konsentrasi belajar dan mengurangi kenyamanan tidur

(4)

sehingga perlu dilakukan penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi penularan penyakit skabies. Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan penanggulangan penyakit skabies agar tidak terjadi secara terus-menerus.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat diajukan rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana gambaran penyakit skabies pada santri di Pondok Pesantren An Nawawi Berjan Kecamatan Gebang Kabupaten Purworejo Jawa Tengah?

2. Apa saja faktor yang berhubungan dengan penularan penyakit skabies pada santri di Pondok Pesantren An Nawawi Berjan Kecamatan Gebang Kabupaten Purworejo Jawa Tengah?

3. Apa yang merupakan faktor paling dominan terhadap penularan penyakit skabies pada santri di Pondok Pesantren An Nawawi Berjan Kecamatan Gebang Kabupaten Purworejo Jawa Tengah?

4. Apa di Pondok Pesantren An Nawawi Berjan Kecamatan Gebang Kabupaten Purworejo Jawa Tengah juga ditemukan tungau jenis lain yaitu tungau debu rumah (TDR) Dermatophagoides sp?

5. Apa tungau debu rumah (TDR) Dermatophagoides sp berhubungan dengan penularan penyakit skabies pada santri di Pondok Pesantren An Nawawi Berjan Kecamatan Gebang Kabupaten Purworejo Jawa Tengah?

(5)

C. Tujuan Penelitian:

1. Tujuan Umum:

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor risiko penularan penyakit skabies pada santri di Pondok Pesantren An Nawawi Berjan Kecamatan Gebang Kabupaten Purworejo Jawa Tengah.

2. Tujuan Khusus:

a. Mengetahui gambaran penyakit skabies pada santri di Pondok Pesantren An Nawawi Berjan Kecamatan Gebang Kabupaten Purworejo Jawa Tengah.

b. Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan penularan penyakit skabies pada santri di Pondok Pesantren An Nawawi Berjan Kecamatan Gebang Kabupaten Purworejo Jawa Tengah.

c. Mengetahui faktor yang paling dominan berhubungan dengan penularan penyakit skabies pada santri di Pondok Pesantren An Nawawi Berjan Kecamatan Gebang Kabupaten Purworejo Jawa Tengah.

d. Mengetahui ada tidaknya tungau jenis lain yaitu tungau debu rumah (TDR) Dermatophagoides sp yang ditemukan di Pondok Pesantren An Nawawi Berjan Kecamatan Gebang Kabupaten Purworejo Jawa Tengah.

e. Mengetahui hubungan tungau debu rumah (TDR) Dermatophagoides sp dengan penularan penyakit skabies pada santri di Pondok Pesantren An Nawawi Berjan Kecamatan Gebang Kabupaten Purworejo Jawa Tengah.

(6)

D. Keaslian Penelitian

Penelitian ini belum pernah dilakukan sebelumnya. Berdasarkan penelusuran yang dilakukan dengan kata kunci skabies dan faktor risiko skabies terdapat beberapa penelitian serupa yang digunakan peneliti sebagai acuan, antara lain:

1. Dehghani, et al. (2009) melakukan penelitian yang berjudul Frequency of Sarcoptes scabiei infestation in patients referred to the parasitology laboratory in Isfahan, Iran (1996-2002).

2. Wang, et al. (2011) melakukan penelitian berjudul Risk factors for scabies in Taiwan.

3. Sasmita (2012) meneliti tentang hubungan personal higiene (kebiasaan dan treatment pakaian) dengan kejadian skabies di lingkungan Pesantren.

4. Al-Audhah (2009), meneliti Faktor risiko skabies pada siswa pondok pesantren, Kajian di Pondok Pesantren Darul Hijrah Kelurahan Cindai Alus Kecamatan Martapura Kabupaten Banjar Propinsi Kalimantan Selatan.

5. Wahjoedi (2008), meneliti Faktor Risiko Kejadian Penyakit Skabies pada Pondok Pesantren di Kabupaten Kulon Progo (Studi Ekologi).

6. Lestari (2013), meneliti tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan penyakit skabies di pondok pesantren Ash-Sholihah Sleman, Yogyakarta.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada varibel dan lokasi penelitian. Pada penelitian ini akan diteliti faktor risiko penularan penyakit skabies yaitu kebersihan lingkungan (kebersihan kamar, kebersihan asrama,

(7)

kebersihan kamar mandi, pengelolaan sampah, dan kepadatan hunian), perilaku kebersihan diri (kebiasaan mandi, kebiasaan keramas, kebiasaan berganti pakaian, kebiasaan mencuci pakaian, kebiasaan mencuci sarung, kebiasaan membersihkan tempat tidur, dan kebiasaan menjemur kasur), adanya kontak dengan penderita (kebiasaan tidur dalam satu tempat tidur, kebiasaan bertukar pinjam pakaian dan kebiasaan bertukar pinjam handuk), faktor penderita skabies (pengetahuan penderita, usia dan jenis kelamin) dan hubungan tungau debu rumah Dermatophagoides sp terhadap penularan pnyakit skabies.

E. Manfaat Penelitian

Berdasarkan hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain:

1. Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Purworejo, penelitan ini diharapkan dapat digunakan sebagai data dasar tindakan penanganan dan penanggulangan kejadian skabies di pondok pesantren dan asrama lain serta sebagai pedoman dalam membuat kebijakan pengendalian skabies.

2. Bagi kalangan pondok pesantren, penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai pengetahuan untuk mencegah penyakit skabies agar tidak terjadi secara terus-menerus.

3. Bagi ilmu pengetahuan, hasil penelitian ini diharapkan dapat melengkapi data dari hasil-hasil penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya tentang kejadian skabies di pondok pesantren.

(8)

4. Bagi peneliti, dapat menambah pengetahuan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi penularan skabies terutama pada santri di pondok pesantren.

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Dyah kegiatan ini diselenggarakan selain untuk meramaian peringatan Hari Jadi Kota Surabaya ke 718 juga mengasah potensi perempuan Surabaya dalam membuat desain batik

Sistem media server ini bekerja untuk pengaksesan file-file multimedia seperti gambar, audio, dan video yang akan dibagikan ke client secara streaming melalui

Ada meditasi dengan objek untuk mengembangkan daya kontak batin (telepati) agar mampu membaca pikiran atau keadaan mental orang lain, untuk mengembangkan daya terawang jauh

Bab Pertama, pendahuluan merupakan uraian tentang mengapa suatu penelitian dilakukan, yang dinarasikan dengan sistematika dalam beberapa sub bab meliputi latar belakang

Penggunaan media uang yang dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa adalah dengan cara melaksanakan langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan media uang sesuai

18 Berdasarkan hasil wawancara dengan Hakim di Pengadilan Negeri Klas IB Metro, pada hari Senin tanggal 6 Oktober 2014, pada pukul 11.15. Pegawai di Lembaga Pemasyarakatan Klas

Grafik 4.24 Perbandingan jumlah generasi dengan persyaratan, populasi, crossover , mutasi, kelompok, dosen, dan ruang yang berbeda

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui : 1) Pengaruh Penerapan Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah