• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (MKRPL) KABUPATEN TORAJA UTARA PENDAHULUAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (MKRPL) KABUPATEN TORAJA UTARA PENDAHULUAN"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

www.sulsel.litbang.deptan.go.id 1 MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (MKRPL)

KABUPATEN TORAJA UTARA Dr. Ir. Jermia Limbongan, MS, dkk

PENDAHULUAN

Undang-undang No. 7 tahun 1996 tentang pangan mengartikan ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau. Salah satu upaya pemerintah untuk mewujudkan ketahanan pangan dilaksanakan melalui Peraturan Pemerintah No. 68 Tahun 2002 tentang ketahanan pangan, Perpres No. 22, 2009 Kebijakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumberdaya Lokal, dan Permentan No. 43, 2009 Gerakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumberdaya Lokal, yang menyatakan bahwa penyediaan pangan diselenggarakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi pangan rumah tangga yang terus berkembang dari waktu ke waktu melalui : (a) pengembangan sistem produksi pangan yang bertumpu pada sumber daya, kelembagaan dan budaya lokal; (b) pengembangan efisiensi sistem usaha pangan; (c) Pengembangan teknologi produksi pangan; (d) pengembangan sarana dan prasarana produksi pangan; dan (e) mempertahankan dan mengembangkan lahan produktif.

(Prosiding Seminar, 2006. Revitalisasi Ketahanan Pangan : Mambangun Kemandirian Pangan Berbasis Pedesaan).

Operasinalisasi pelaksanaan Pepres No. 22, 2009 dan Permentan No. 43, 2009 tersebut pada hakekatnya adalah pemberdayaan masyarakat, yang berarti meningkatkan kemandirian dan kapasitas masyarakat untuk berperan aktif dalam mewujudkan penyediaan, distribusi, dan konsumsi pangan dari waktu ke waktu dengan memanfaatkan kelembagaan sosial ekonomi yang telah ada dan dapat dikembangkan di tingkat pedesaan dengan fokus utamanya adalah rumah tangga pedesaan.

Perwujudan ketahanan pangan nasional dimulai dari pemenuhan pangan wilayah terkecil yaitu pedesaan sebagai basis kegiatan pertanian. Basis pembangunan pedesaan bertujuan untuk mewujudkan ketahanan pangan dalan suatu wilayah yang mempunyai keterpaduan sarana dan prasarana dari aspek ketersediaan, distribusi dan konsumsi pangan untuk mencukupi dan mewujudkan ketahanan pangan rumah tangga. Disamping itu membangun daerah pedesaan sangat penting

(2)

www.sulsel.litbang.deptan.go.id 2 terutama dalam hal penyediaan bahan pangan untuk penduduk, penyediaan tenaga kerja untuk pembangunan, penyediaan bahan baku untuk industri, dan penghasil komoditi untuk bahan pangan dan ekspor. Karena itu desa merupakan salah satu

entry point

untuk masuknya berbagai program yang mendukung terwujudnya ketahanan pangan ditingkat rumah tangga, yang secara kumulatif akan mendukung terwujudnya ketahanan pangan ditingkat kabupaten/kota, propinsi, dan nasional.

Peningkatan perubahan fungsi lahan pertanian yang produktif menjadi lahan non pertanian disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk diataranya pengembangan kawasan industri, pemukiman dan proses degradasi lahan karena erosi dan kerusakan lingkungan. Oleh karena itu usaha-usaha pertanian perlu dikembangkan ke lahan-lahan marginal yang selama ini ditinggalkan, padahal lahan marginal memiliki potensi yang besar untuk kegiatan usahatani apabila dikelola dengan baik dan hati- hati (Soewarno dan Susilawati, 1997).

Ketahanan pangan ditentukan oleh dua determinan kunci, yaitu ketersediaan pangan (food availability) dan akses pangan (food access). Agar masyarakat dapat mengakses pangan, ada dua kunci yang perlu diperhatikan, yaitu akses fisik dan akses ekonomi. Masyarakat yang memiliki lahan dan memproduksi aneka ragam pangankan semakin , maka akses fisik akan lebih mudah. Tantangan utama dalam peyediaan pangan dihadapkan pada ketersediaan sumber daya lahan yang semakin langkah (lack of resources), baik lusa maupun kwalitas serta konflik kepentingan (conflict of interest).

Kelangkaan tersebut disebab semakin meningkatnya penggunaan lahan pertanian ke non pertanian yang bersifat permanen (irreversible) dan multiplikasi. Pemanfaatan lahan pekarangan untuk pengembangan pangan rumah tangga merupakan merupakan salah satu alternatif untuk mawujudkan kemandirian pangan rumah tangga, dengan prinsif pemanfaatan pekarangan yang ramah lingkungan untuk pemenuhan kebutuhan pangan dan gizi keluarga, serta peningkatan pendapatan yang pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Ada beberapa alasan pokok pentingnya melakukan pengembangan pedesaan, yaitu : (a) masih adanya masyarakat yang memiliki kemampuna yang rendah dalam mengakses pangan yang disebabkan oleh keterbatasan penguasaan sumberdaya alam, sehingga kurang mempenyai peluang dalam berusaha di bidang pertanian; (b) masih adanya kemiskinan struktural, sehingga meskipun telah berusaha tetapi pendapatan yang diperoleh belum memenuhi kebutuhan keluarga; (c) masih minimnya sarana dan prasrana ( pengairan, jalan desa, sarana usahatani, air bersih, listrik dan pasar ) yang dimiliki; (d) masih terbatasnya pengetahuan tentang pangan pangan beragam, bergizi dan berimbang;

(e) belum optimalnya fungsi kelembagaan aparat dan masyarakat/kelompok tani; (F) masih

(3)

www.sulsel.litbang.deptan.go.id 3 terbatasnya akses masyarakat terhadap lembaga permodalan; (g) masih rendahnya akses masyarakat desa terhadap lembaga pemasaran; (h) masih terbatasnya masyarakat terhadap informasi dan teknologi; (i) rendahnya tingkat pendidikan masyarakat; (j) terbatasnya lapangan pekerjaan di pedesaan (J) Masih tingginya tingkat perilaku atau kebiasaan masyarakat dalam hal adat istiadat (pesta kematian, naik rumah dll) yang sering dilaksanakan. Hal tersebut dapat mendorong terjadinya kerawanan pangan dan kemiskinan di pedesaan. Salah satu upaya untuk mengatasi masalah kerawanan pangan dan kemiskinan di pedesaan adalah melalui program Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (M-KRPL).

Tujuan:

1. Meningkatkan pengetahuan, kemampuan serta keterampilan keluarga dan masyarakat dalam pemanfaatan lahan pekarangan di perkotaan maupun perdesaan untuk budidaya tanaman pangan, buah-buahan, sayuran, toga/obat keluarga (toga), pemeliharaan ternak dan ikan, pengolahan hasil serta pengolahan limbah rumah tangga menjadi kompos,

2. Memenuhi kebutuhan pangan dan gizi keluargan dan masyarakat secara lestari dalam satu kawasan,

3. Mengembangkan kegiatan ekonomi produktif keluarga dan menciptakan lingkungan hijau yang bersih dan sehat secara mandiri.

4. Memelihara sumberdaya genetik/plasma nutfah lokal,

5. Mendukung pelaksanaan pengembangan M-KRPL melalui pengawalan teknologi agar dapat berkwalitas serta mendorong pencapaian tujuan dan sasaran peningkatan produktivitas dengan target peningkatan produksi serta pemenuhan gizi masyarakat dan peningkatan kesejahrteraan masyarakat.

Sasaran

Adapun sasaran yang ingin dicapai dari kegiatan M-KRPL adalah Berkembangnya kemampuan keluarga dan masyarakat secara ekonomi dan sosial yang bermartabat, dalam memenuhi kebutuhan pangan dan gizi secara lestari, menuju keluarga dan masyarakat yang mandiri dan sejahtera

(4)

www.sulsel.litbang.deptan.go.id 4 Keluaran

Terpenuhinya kebutuhan pangan dan gizi keluarga dan masyarakat melalui optimalisasi pemanfaatan pekarangan secara lestari;

• Meningkatnya kemampuan keluarga dan masyarakat dalam pemanfaatan lahan pekarangan di perkotaan maupun perdesaan untuk budidaya tanaman pangan, buah, sayuran, dan tanaman obat keluarga (toga), pemeliharaan ternak dan ikan, pengolahan hasil serta pengolahan limbah rumah tangga menjadi kompos;

• Berkembangnya sumber benih/bibit untuk menjaga keberlanjutan pemanfaatan pekarangan dan terlaksananya pelestarian tanaman pangan lokal untuk masa depan; dan

Berkembangnya kegiatan ekonomi produktif keluarga sehingga mampu meningkat kesejahteraan keluarga dan menciptakan lingkungan hijau yang bersih dan sehat secara mandiri

Diversifikasi pangan berbasis sumber daya lokal, pelestarian tanaman pangan untuk masa depan, kebun bibit desa (KBD), serta pengelolaan limbah rumah tangga.

Manfaat

Manfaat yg didapatkan dari kegiatan MKRPL :

1. Tercapainya keberhasilan dan keberlanjutan program MKRPL.

2. Berkembangnya dan meluasnya inovasi teknologi pertanian hasil litbang pertanian dalam implementasi MKRPL.

3. Tercapainya umpan balik dari pelaku utama dan pelaku usaha programMKRPL sebagai bahan untuk saran/usulan kebijakan pengembangan program strategi Kementrian Pertanian ke depan.

TINJAUAN PUSTAKA

Telah lama disadari masyarakat bahwa sayuran merupakan bahan pangan yang sangat penting untuk dikonsumsi karena mangandung berbagai vitamin dan mineral yang berguna untuk kesehatan.

Selain itu, sayur juga banyak mengandung serat, terutama apabila dikonsumsi dalam keadaan segar.

Bahkan yang sekarang menjadi tren adalah, sayur bukan sekedar bahan konsumsi yang bisa dinikmati rasanya, tetapi sayur juga sebagai sumber terapi detoksifikasi tubuh dan pencegahan berbagai penyakit, seperti kanker, hipertensi, diabetes dan ginjal. (Distan Pov.Kalteng. 2003).

(5)

www.sulsel.litbang.deptan.go.id 5 Dulu, menanam sayur dilakukan di kebun atau dibelakang rumah yang letaknya agak jauh dari pekarangan. Sekarang karena luas pekarangan sangat terbatas, bahkan didaerah perkotaan ada yang sama sekali tidak memiliki lahan pekarangan maka menanam sayur dapat dilakukan didalam pot atau dilakukan secara vertikultur. Untuk membantu para ibu rumah tangga untuk memenuhi kebutuhan sayur keluarga, maka dengan adanya kegiatan Model Kawasan Rumah Pangan Lestari, dengan harapan dapat menginspirasi para ibu rumah tangga agar dapat menanamnya di halaman rumah sendiri. Tanaman sayur ini dapat disusun dan didesain mendekati sebuah tanam sayur yang selain memberikan keasrian lingkungan rumah, juga dapat membantu dalam penyediaan sayur untuk tujuan konsumsi sendiri. Metode penanaman ini, apabila dipadukan dalam suatu rumah kecil maka akan menimbulkan suasana tanam yang asri dan secara ekonomis dapat menghemat pengeluaran anggaran keluarga. (Hutagalung L, Muhammad, L.Winarto, A.Fery dan T. Sembiring. 1996)

METODE PELAKSANAAN

3.1 Lokasi, koordinat dan waktu pelaksanaan

Penentuan lokasi kegiatan M-KRPL tahun 2012 di kabupaten Toraja Utara, Sulawesi Selatan dilaksanakan sesuai permintaan Pemda Toraja Utara dengan tujuan untuk mendorong partisipasi masyarakat dipedesaan untuk pemanfaatan lahan pekarangan secara optimal yang dapat dikonsumsi langsung atasu dijual ke pasar guna mengurangi ketergantungan pasokan dari luar.

Adapun titik koordinat lokasi kegiatan M-KRPL Kelurahan Tallangsura, Kecamatan Buntao, kabupaten Toraja Utara adalah 30 2’ 7” LS dan 1190 56’ 56” BT. Sedangkan Kelurahan Balusu Kecamatan Balusu 20 5746” LS dan 1190 599 BT.

Kegiatan ini dilaksanakan di dua lokasi yaitu : Kelurahan/lembang, yaitu Kelurahan Tallang Sura, Kecamatan Buntao melibatkan 20 KK dari kelompok Wanita Tani “Pamisa Penaa” yang mendapatkan juara II tingkat propinsi dalam lomba pemanfaatan pekarangan. ’’ Desa Balusu, Kecamatan Balusu melibatkan 15 KK, bertambah menjadi 30 KK dari Kelompok Wanita Tani “Larisya”, Kabupaten Toraja Utara. Dengan pendekatan partisipatif yang melibatkan kelompok sasaran, tokoh masyarakat, dan perangkat desa, Kelompok ditumbuhkan dari, oleh, dan untuk kepentingan anggota kelompok. Waktu pelaksanaan kegiatan M-KRPL mulai pada bulan Pebruari s/d Desember 2012.

(6)

www.sulsel.litbang.deptan.go.id 6 I. 2. Persiapan

Kegiatan persiapan meliputi :

(1) Pengumpulan informasi awal tentang potensi kelompok sasaran,

(2) Pertemuan dengan dinas terkait untuk mencari kesepakatan dalam penentuan calon kelompok sasaran dan lokasi,

(3) Koordinasi dengan Dinas Pertanian dan Dinas Badan Ketahana Pangan dan Dinas/Instansi Terkait lainnya di Kabupaten Toraja Utara,

(4) Memilih pendamping yang menguasai teknik pemberdayaan masyarakat sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan.

III.3. Pembentukan Kelompok

Kelompok sasaran adalah rumah tangga atau kelompok rumah tangga dalam satu kelompok wanita tani, dengan menggunakan pendekatan partisipatif dengan melibatkan kelompok sasaran, tokoh masyarakat dan perangkat desa. Kelompok dibentuk dari, oleh, dan untuk kepentingan para anggota kelompok itu sendiri, sehingga tumbuh kekuatan gerak dari pada anggota dengan prinsip keserasian, kebersamaan dari mereka sendiri

III.4. Sosialisasi

Menyampaikan maksud dan tujuan kegiatan dan membuat kesepakatan awal untuk perencana tindak lanjut yang akan dilakukan. Kegiatan sosialisasi dilakukan terhadap kelompok sasaran dan pemuka masyarakat serta petugas pelaksana instansi terkait.

Kegiatan ini dilakukan untuk meningkatkan kemampuan kelompok sehingga:

(1) Mampu mengambil keputusan bersama melalui musyawarah;

(2) Mampu menaati keputusan yang telah ditetapkan bersama;

(3) Mampu memperoleh dan memanfaatkan informasi;

(4) Mampu untuk bekerjasama dalam kelompok (gotong-royong);

(5) Mampu untuk bekerjasama dengan aparat maupun dengan kelompok masyarakat lainnya.

(7)

www.sulsel.litbang.deptan.go.id 7 III.5. Pengembangan Jumlah Rumah Tangga

Pengembangan jumlah rumah tangga dalam kegiatan M-KRPL dengan pendekatan sistem dengan umsur terkecil adalah rumah tangga dalam satu kawasan RT, RW, Dusun, Kelompok).

Pendekatan rumah tangga dalam kegiatan M-KRPL adalah menempatkan rumah tangga sebagai pusat alokasi sumber daya, produksi dan konsumsi.

III.6. Penguatan Kelembagaan Kelompok

Penguatan kelompok dilakukan untuk meningkatkan kemampuan kelompok agar :

1. Mampu mengambil keputusan bersama melalui musyawarah, 2. Mampu manaati keputusan yang telah ditetapkan bersama, 3. Mampu memperoleh dan memanfaatkan informasi,

4. Mampu untuk bekerjasama dalam kelompok (sifat gotong-royong),

5. Mampu untuk bekerjasama dengan aparat maupun dengan kelompok-kelompok masyarakat lainnya,

III.7. Kebun Bibit Desa (KBD)

Kebun bibit desa dikelola melalui pendekatan terpadu berbagai jenis tanaman, ternak dan ikan, sehingga akan menjamin ketersediaan bahan pangan yang beraneka ragam secara terus menerus, antara lain seperti kangjung darat, selada, lobak, paria, kemangi, kacang panjang, buncis, bayam, sawi hijau, lada, tomat, kool, wortel, lengkuas, sereh, umbi-umbian dan tanaman obat lainnya.

III.8. Sistem Agribisnis A. Budidaya Tanaman

Budidaya yang diterapkan berdasarkan kondisi pekarangan. Pada lahan pekarangan sempit teknik budidaya yang diterapkan adalah sistem vertikultur atau bertingkat, sedangkan pada pekarangan yang luas dapat diterapkan kombinasi antara vertikultur dan horizontal. Sedangkan untuk ternak sebaiknya dikandangkan agar tidak mengganggu tanaman pekarangan, terutama terhadap tanaman sayuran, seperti kangkung, bayam dan lain-lain.

Media tanam yang digunakan ditempatkan dalam wadah polybang, pot, karung bekas, Pipa paralon atau bambu yang telah dibentuk atau wadah buatan lainnya, dan ada

(8)

www.sulsel.litbang.deptan.go.id 8 pula tanpa wadah yaitu langsung pada tanah yang dipersiapkan terutama pada pekarangan yang lebih luas dengan pembentukan bedengan lebar 120 cm, jarak antar barisan 60 cm sedang jarak antara lubang dalam barisan 40 cm, dan dibuat parit antar bedengan selebar 30 cm dengan kedalaman 30 cm untuk draenase. Adapun media tanam yang digunakan adalah campuran pupuk kompos/kandang dan tanah dengan perbandingan 1 : 2.

Penyediaan benih dipasilitasi oleh BPTP dan sebahagian petani dari hasil seleksi buah/biji yang berkualitas baik. Sedangkan bibit ternak dapat dipilih dari bibit lokal.

Pemeliharaan tanaman meliputi pemberian pupuk kompos yang telah masak, penyiraman, pengendalian hama/penyakit jika diperlukan, penyulaman dan penggemburan/penyiangan gulma dilakukan apabila muncul tanaman liar yang tidak diperlukan. Untuk memperoleh hasil produksi yang berkualitas baik maka dalam penanaman perlunya dipasang plastik sebagai mulsa. Sedangkan pemeliharaan pada ternak meliputi pemberian pakan, air minum, dan vaksinasi.

b. Pengolahan Hasil

Panen dilaksanakan dengan cara meletakkan di suatu tempat yang teduh agar tidak terkena sinar matahari langsung, karena dapat membuat layu. Penyortiran dan penggolongan dilakukan dengan

memisahkan tanaman yang busuk dan rusak dengan tanaman yang baik dan segar. Adapun pencucian hasil panen dilakukan dengan cara disemprotkan dengan air selang maupun air pancuran.

c. Pemasaran

pada saat ini masyarakat masih dalam tahap konsumsi keluarga untuk kebutuhan rumah tangga masing-masing adapun yang terjual tetapi masih dalam tahap sedikit belum sampai di tingkat pasar.

(9)

www.sulsel.litbang.deptan.go.id 9 III.9. PPH ( Pola Pangan Harapan ) Kelompok Binaan, Masing-masing Sebelum dan

Sesudah Kegiatan KRPL.

Tabel 1. Pola pangan harian rumah tangga di KRPL perdesaan Kab. Toraja Utara, tahun 2012

No Kelompok Pangan Pola Pangan Harapan

KRPL Selisih

Sebelum Sesudah 1

2 3 4 5 6 7 8 9

Padi-padian Umbi-umbian Pangan Hewani Sayur dan Buah Kacang-kacangan Minyak dan Lemak Buah/biji berminyak Gula

Lain-lain

25,00 1,25 18,46 24,13 3,00 3,33 0,13 2,11 0,00

24,76 1,78 22,70 26,75 5,27 3,00 0,31 1,00 0,00

-0,24 0,53 4,24 2,62 2,27 -0,33 0,18 -1,11

0,00

Jumlah 77,41 85,57 8,16

Keterangan : KRPL = kawasan rumah pangan lestari.

Sumber : Analisis data primer, 2012.

Dari hasil kegiatan MKRPL menunjukkan bahwa sebelum dilakasanakan MKRPL

masyarakat kab toraja utara kebutuhan konsumsi padi padian, minyak dan hewani, gula lebih

tinggi dibandingkan setelah adanya kegiatan MKRPL, hal ini disebabkan adanya peningkatan

jumlah konsumsi pangan hewani, sayur dan buah umbi-umbian serta kacang-kacangan, yang

umumnya banyak mengandung karbohidrat, sehingga dapat menurunkan tingkat konsumsi

padi-padian.

Dengan adanya kegiatan MKRPL, menunjukkan bahwa tingkat pemenuhan gizi masyarakat dapat terpenuhi dan dapat meningkatkan pendapatan sehingga Kabupaten Toraja Utara khususnya Kec. Balusu dan Kec. Buntao sangat merespon kegiatan tersebut, sehingga perlunya melestarikan dan mempertahankan. Dari kegiatan MKRPL memberikan kontribusi terhadap masyarakat yang mulanya tingkat konsumsi pangan harian hanya mencapai 77,41 dan setelah pelaksanaan kegiatan KRPL mencapai 85,57 pola konsumsi pangan harian.

(10)

www.sulsel.litbang.deptan.go.id 10 II. KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Dari hasil kegiatan tersebut dapat disimpulkan sebagai berikut :

a. Tingkat konsumsi padi-padian, minyak lemak dan gula terjadi penurunan sedangkan konsumsi pangan hewani, sayur dan buah, umbi-umbian, kacang-kacangan, buah/ biji berminyak terjadi kenaikan.

b. Dengan adanya kegiatan MKRPL, pemenuhan gizi masyarakat dapat terpenuhi.

c. Pemanfaatan pekarangan secara efektif dan efisien

Saran

1. Diharapkan kegiatan MKRPL perlu dilestarikan, dan dikembangkan.

2. Disarankan kepada pemerintah setempat untuk perbaikan sarana dan prasarna jalan, untuk memudahkan akses menuju kagiatan tersebut.

(11)

www.sulsel.litbang.deptan.go.id 11 III. DAFTAR PUSTAKA

Hutagalung L, Muhammad, L. Winarto, A.Fery dan T. Sembiring. 1996. teknologi budidaya komoditas hortikultura di Propinsi Sumatera Utara.

Prapanca, 2005. Bertanam Sayuran Organik di kebun, Pot dan Polybag (Jakarta : Penebar Swadaya, 2005).

Rukmana, Rahmat, 2005. Bertanama Sayuran di Pekarangan (Yokyakarta:

Kanisius, 2005).

Susanto, Rachman, 2002. Pertanian Organik (Yokyakarta: Kanisius, 2002).

(12)

www.sulsel.litbang.deptan.go.id 12 DOKUMENTASI KEGIATAN M-KRPL

(13)

www.sulsel.litbang.deptan.go.id 13 Berbagai macam sayuran dalam polybang dan vertikultur pada KWT “Larisya”

P

Gambar

Tabel 1. Pola pangan harian rumah tangga di KRPL perdesaan     Kab. Toraja Utara,  tahun 2012

Referensi

Dokumen terkait

Peubah ini berpengaruh positif dan sangat nyata terhadap daya dukung lahan. Hal ini rnenunjukkan semakin luas ladang yang ada di desa-desa pada kawasan DAS.. Tiworo

Fasillitas yang harus dipenuhi dan ditingkatkan tidak hanya dari segi tenaga pengajar dan karyawannya saja akan tetapi juga meliputi sarana dan prasarana penunjang

memprihatinkan pada tahun 2000 dan 2002 yang mana harga gambir turun drastis hingga Rp 5.000/kg sehingga membuat petani menjadi memilih pekerjaan lain tetapi sebagian

Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (MKRPL) adalah suatu model rumah pangan yang dibangun dalam satu kawasan dengan prinsip pemanfaatan pekarangan yang ramah lingkungan untuk

Pengumpulan data dilakukan dengan metode self complete questionnaire (kuesioner diisi sendiri oleh responden tanpa wawancara). Populasi mencakup semua pengusaha yang

Hafid Hadeli se- laku Direktur Utama Adira Finance men- gatakan, generasi muda harus memiliki bekal untuk dapat bersaing di dunia kerja, oleh karenanya menjadi tanggung jawab

Dengan FC KK tersebut Saiful Bahri datang ke Balai Desa Pancakarya berpenampilan selayaknya wanita dan memakai cadar untuk meminta Surat Keterangan Keluarga dan Surat

Perpaduan yang dimaksud bukan sekedar proses percampuran biasa (Islamisasi), tetapisebagai proses pelarutan. Paradigma ini bukan hanya menyatukan ilmu-ilmu kealaman